06 udiyo basuki · 2020. 9. 25. · pembatasan kekuasaan ini terutama dilakukan melalui hukum,...

21
SOSIO-RELIGIA, Vol. 8, Edisi Khusus, Agustus 2009 Amandemen Kelima: Suatu Kajian Penyempurnaan Amandemen UUD 1945 Oleh: Udiyo Basuki * Abstrak Di tengah gagasan yang relatif netral, yaitu mempertahankan UUD 1945 hasil amandemen, maka dua gagasan yang saling bertentangan yaitu arus gagasan yang ingin kembali ke UUD 1945 asli dan gagasan kembali mengamandemen UUD 1945 akan mewarnai polemik konstitusi mendatang. Meskipun keduanya harus ditempatkan sebagai bagian dan ciri demokrasi, gagasan kembali ke UUD 1945 asli kurang populer dan dianggap bertentangan dengan semangat demokrasi yang mestinya menempatkan UUD 1945 sebagai living constitution, maka meskipun dengan beberapa catatan gagasan amandemen kelima dapat dimaknai sebagai upaya penyempurnaan hasil amandemen sebelumnya. Kata kunci: amandemen kelima, living constitution A. Pendahuluan Tumbangnya rezim Soeharto yang kukuh, otoriter, sentralistis dan personal tahun 1998 menjadi momentum yang memunculkan berbagai pemikiran yang menghendaki perubahan mendasar, terutama perubahan sistem ketatanegaraan, pemerintahan dan tata politik. Fenomena kekuasaan Soeharto yang tanpa batas itu, bukan sekadar bentuk dari apa yang disebut Lord Action sebagai power tend to corrupt, melainkan juga merupakan cermin dari kecelakaan konstitusional. Awalnya, konstitusi Indonesia, UUD 1945 memang sarat dengan kelemahan dan kekurangan lantaran tidak cukup memberikan acuan praktis bernegara khususnya hubungan antarlembaga tinggi negara, pembatasan kekuasaan presiden, pembatasan masa jabatan presiden serta kontrol terhadap penyelenggaraan negara dan pemerintahan. Interpretasi sepihak dan berbagai penyalahgunaan kekuasaan dilakukan dengan dalih mempertahankan Pancasila dan UUD 1945. Bahkan dalam berbagai kesempatan ditegaskan tidak akan mengubah UUD 1945 karena masih sesuai dengan perkembangan jaman. 1 * Dosen Ilmu Hukum pada Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta dan mahasiswa Program Doktor Ilmu Hukum Universitas Diponegoro Semarang. 1 Moh. Mahfud MD, Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia, (Yogyakarta: UII Press, 1997).

Upload: others

Post on 20-Nov-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 06 Udiyo Basuki · 2020. 9. 25. · Pembatasan kekuasaan ini terutama dilakukan melalui hukum, lebih khusus lagi melalui konstitusi.12 Constitutionalisme is belief in imposition of

SOSIO-RELIGIA, Vol. 8, Edisi Khusus, Agustus 2009

Amandemen Kelima: Suatu Kajian Penyempurnaan Amandemen UUD 1945

Oleh: Udiyo Basuki*

Abstrak

Di tengah gagasan yang relatif netral, yaitu mempertahankan UUD 1945 hasil amandemen, maka dua gagasan yang saling bertentangan yaitu arus gagasan yang ingin kembali ke UUD 1945 asli dan gagasan kembali mengamandemen UUD 1945 akan mewarnai polemik konstitusi mendatang. Meskipun keduanya harus ditempatkan sebagai bagian dan ciri demokrasi, gagasan kembali ke UUD 1945 asli kurang populer dan dianggap bertentangan dengan semangat demokrasi yang mestinya menempatkan UUD 1945 sebagai living constitution, maka meskipun dengan beberapa catatan gagasan amandemen kelima dapat dimaknai sebagai upaya penyempurnaan hasil amandemen sebelumnya.

Kata kunci: amandemen kelima, living constitution

A. Pendahuluan

Tumbangnya rezim Soeharto yang kukuh, otoriter, sentralistis dan personal tahun 1998 menjadi momentum yang memunculkan berbagai pemikiran yang menghendaki perubahan mendasar, terutama perubahan sistem ketatanegaraan, pemerintahan dan tata politik. Fenomena kekuasaan Soeharto yang tanpa batas itu, bukan sekadar bentuk dari apa yang disebut Lord Action sebagai power tend to corrupt, melainkan juga merupakan cermin dari kecelakaan konstitusional.

Awalnya, konstitusi Indonesia, UUD 1945 memang sarat dengan kelemahan dan kekurangan lantaran tidak cukup memberikan acuan praktis bernegara khususnya hubungan antarlembaga tinggi negara, pembatasan kekuasaan presiden, pembatasan masa jabatan presiden serta kontrol terhadap penyelenggaraan negara dan pemerintahan. Interpretasi sepihak dan berbagai penyalahgunaan kekuasaan dilakukan dengan dalih mempertahankan Pancasila dan UUD 1945. Bahkan dalam berbagai kesempatan ditegaskan tidak akan mengubah UUD 1945 karena masih sesuai dengan perkembangan jaman.1

* Dosen Ilmu Hukum pada Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri Sunan

Kalijaga Yogyakarta dan mahasiswa Program Doktor Ilmu Hukum Universitas Diponegoro Semarang.

1 Moh. Mahfud MD, Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia, (Yogyakarta: UII Press, 1997).

Page 2: 06 Udiyo Basuki · 2020. 9. 25. · Pembatasan kekuasaan ini terutama dilakukan melalui hukum, lebih khusus lagi melalui konstitusi.12 Constitutionalisme is belief in imposition of

Udiyo Basuki: Amandemen Kelima: Suatu Kajian Penyempurnaan …

SOSIO-RELIGIA, Vol. 8, Edisi Khusus, Agustus 2009

24

Padahal UUD 1945 sebenarnya bersifat sementara dan dibuat dalam situasi darurat sehingga jelas dinyatakan di dalamnya bahwa UUD 1945 dapat dirubah sewaktu-waktu sesuai dengan perkembangan jaman.2 Soekarno pada masa Orde Lama pernah menugaskan konstituante untuk membuat UUD baru pengganti UUD 1945. Namun, lantaran Konstituante gagal membuat UUD baru, presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 untuk kembali menggunakan dan memberlakukan UUD 1945.3

Baru saat ini, 50 tahun lebih kemudian, kesadaran untuk mengamandemen UUD 1945 menjadi kenyataan. Itu pun sebenarnya karena dipaksa lantaran rezim politik lama yang telah banyak melakukan penyalahgunaan UUD itu diturunkan dengan paksa melalui gerakan politik rakyat. Sejalan dengan itu, tidak sedikit analis berpendapat bahwa salah satu faktor pendorong penyalahgunaan kekuasaan dan munculnya otoritarianisme di Indonesia adalah karena konstitusi Indonesia tidak cukup mampu memberi rambu kekuasaan. Berangkat dari pemahaman demikian, maka jalan pintas yang dipakai mendorong demokrasi adalah melalui amandemen UUD 1945, tidak hanya berkaitan dengan ihwal relasi kekuasaan, pada akhirnya amandemen yang dilakukan juga menyangkut masalah-masalah yang sangat kompleks.

Sejauh ini, UUD 1945 telah mengalami 4 kali amandemen. Tidak berbeda dengan awal mula aspirasi amandemen disuarakan,4 proses

2 Perlakuan demikian menyebabkan UUD 1945 tidak ditempatkan pada posisinya

sebagai living constitution. Udiyo Basuki, “Perlindungan Hak Asasi Manusia di Indonesia (Ulasan terhadap Beberapa Ketentuan UUD 1945),” dalam Jurnal Asy-Syir’ah No. 8 Tahun 2001, p. 98, Udiyo Basuki, “Pembaharuan Konstitusi sebagai Amanat Reformasi (Suatu Tinjauan Sosio Yuridis),” dalam Jurnal Sosio Religi Vol. 1 No. 1 November 2001, p. 135, Udiyo Basuki, “Reformasi Konstitusi (Beberapa Catatan atas Amandemen UUD 1945)”, Jurnal Sosio Religia Vol. 1 No. 2 Februari 2002, p. 152, Udiyo Basuki, “Dinamika Konstitusi Indonesia (Refleksi Yuridis atas Proses dan Hasil Amandemen UUD 1945),” dalam Jurnal Sosio Religia Vol. 1 No. 4 Agustus 2002, p. 23.

3 Muchsan, “Penggantian UUD 1945 Menuju Indonesia Baru yang Demokratis”, Makalah yang disampaikan dalam Seminar Nasional Mengkritisi Konstitusi sebagai Upaya Penguatan Civil Society di Yogyakarta, 1999. p. 4.

4 Kehendak memperbaharui UUD 1945 pada mulanya menimbulkan polemik yang dapat digolongkan menjadi 2 kelompok besar yaitu kelompok pro dan kelompok kontra. Kelompok kontra dibagi menjadi 2, yaitu pertama, mereka yang bersikukuh mempertahankan UUD 1945 tanpa amandemen, apalagi penggantian. Mereka berargumen bahwa mengubah atau mengganti UUD 1945 adalah hasil penilaian para Founding Father, yang matang sehingga UUD 1945 tidak perlu diotak-atik lagi. Bagi kelompok ini spirity of nationalisme jauh lebih penting dari spirit of constitution it self. Kedua, mereka yang berpendirian bahwa UUD 1945 tidak perlu disentuh karena secara konseptual UUD 1945 sudah baik, yang salah dan tidak mampu adalah faktor manusianya. Sedangkan kelompok pro juga dibagi menjadi dua yaitu pertama, mereka yang

Page 3: 06 Udiyo Basuki · 2020. 9. 25. · Pembatasan kekuasaan ini terutama dilakukan melalui hukum, lebih khusus lagi melalui konstitusi.12 Constitutionalisme is belief in imposition of

Udiyo Basuki: Amandemen Kelima: Suatu Kajian Penyempurnaan …

SOSIO-RELIGIA, Vol. 8, Edisi Khusus, Agustus 2009

25

amandemen keempat mendapat perlawanan luar biasa dari berbagai elemen agar upaya reformasi konstitusi yang tengah berjalan itu dibatalkan. Di tengah perdebatan ihwal perlu tidaknya amandemen keempat UUD 1945 dilanjutkan, arus politik di parlemen juga memusingkan. Di satu sisi, ada upaya melanjutkan amandemen agar menjadi basis konstitusi kehidupan demokratis, pada saat yang bersamaan ada resistensi kalangan tertentu untuk menghentikan sama sekali proses amandemen tersebut.

Dari pro-kontra di atas, terdapat setidaknya tiga kelompok yang saling berhadapan yaitu: pertama, kelompok anti amandemen konstitusi yang berjuang menggagalkan amandemen dan kembali ke UUD 1945. Kedua, adalah kelompok yang terdiri dari berbagai komponen yang mendukung amandemen dan menganggap perubahan yang dilakukan sekarang sudah cukup baik, sehingga harus dilanjutkan. Kelompok yang ketiga lebih progresif dibandingkan yang terakhir, yaitu meskipun mendukung amandemen keempat, tetap bersikap kritis dan menganggap seluruh hasil amandemen sebagai kasus yang harus diperbaiki dan karenanya bersifat transisional. Amandemen keempat menjadi sangat penting, selain karena terdapat harapan besar bahwa amandemen ini sebagai penyempurna amandemen sebelumnya, amandemen keempat juga adalah proses reformasi konstitusi terakhir yang semata-mata diserahkan kepada mekanisme kerja MPR.

Setelah 7 tahun terakhir tidak terjadi proses amandemen belakangan muncul perdebatan ramai tentang isi UUD 1945 hasil amandemen. Pro-kontra ini juga dipicu oleh persoalan/polemik yang kurang lebih sama dengan masa awal amandemen konstitusi berlangsung. Mereka yang tidak setuju amandemen dari awal menilai proses perubahan UUD 1945 sangat mudah memasukkan unsur baru dan meninggalkan latar belakang sejarah perumusan UUD 1945. Pendekatan yang dilakukan pun terlalu formalistik sehingga hal-hal yang tidak tertulis tidak menjadi pertimbangan.5 Demokrasi liberal yang lahir dari hasil amandemen juga tidak cocok bagi Indonesia yang kulturnya berbasis kekeluargaan, bukan individual, tingkat pendidikan dan kesejahteraan rendah, kemajemukan multi aspeknya pun amat lebar.6

berketetapan bahwa UUD 1945 sudah selayaknya diubah. Kedua, mereka yang menginginkan UUD 1945 diganti sama sekali dengan konstitusi baru karena tanpa penggantian akan terjadi stagnasi dalam bernegara. Disarikan dari Sobirin Melian, Gagasan Perlunya Konstitusi Baru Pengganti UUD 1945, (Yogyakarta: UII Press, 2001), pp. 89-91.

5 “UUD yang Lebih Demokratis”, Kompas, 19 Pebruari 2009, p. 5. 6 Kiki Syahnakri, ”Menyoal Lagi Amandemen UUD 1945”, Kompas, 24 Pebruari

2009, p. 3.

Page 4: 06 Udiyo Basuki · 2020. 9. 25. · Pembatasan kekuasaan ini terutama dilakukan melalui hukum, lebih khusus lagi melalui konstitusi.12 Constitutionalisme is belief in imposition of

Udiyo Basuki: Amandemen Kelima: Suatu Kajian Penyempurnaan …

SOSIO-RELIGIA, Vol. 8, Edisi Khusus, Agustus 2009

26

Bagi mereka yang mendukung amandemen menilai yang dilakukan MPR selama periode 1999-2002 merupakan lompatan besar. Reformasi konstitusi berjalan di jalur yang benar karena tetap mempertahankan Pancasila, Pembukaan UUD 1945 dan Negara Kesatuan, seiring dengan terjadinya perubahan dunia, ilmu pengetahuan dan teknologi, konstitusi perlu juga disempurnakan.7

Dua arus besar ini, yaitu kelompok yang ingin kembali ke UUD 1945 awal dan kelompok yang menginginkan UUD 1945 kembali disempurnakan akan mewarnai polemik konstitusi berikut di masa-masa mendatang. Bertolak dari uraian di atas hendak dikaji ”quo vadis” (ke arah mana hendak dibawa) UUD 1945 dan perlukah amandemen kelima UUD 1945

B. Indonesia Berkonstitusi 1. Konstitusi dan Konstitusionalisme

Konstitusi menurut Rukmana Amanwinata,8 berpadanan dengan “constitution” (bahasa Inggris), “constitutie” (bahasa Belanda) “constitutional” (bahasa Perancis), “Verfassung” (bahasa Jerman), “constitution” (bahasa Latin). Dalam Ilmu Hukum sering digunakan beberapa istilah dengan arti yang sama. Sebaliknya tidak tertutup kemungkinan untuk arti berbeda digunakan istilah yang sama. Demikian juga halnya yang terjadi dengan istilah konstitusi. Selain konstitusi, dikenal istilah lain, yaitu Undang-undang Dasar dan hukum dasar.9

Mengenai istilah konstitusi dan UUD terbagi menjadi dua, yaitu pertama, pendapat yang membedakan konstitusi dengan UUD dan kedua, pendapat yang menyamakan konstitusi dengan UUD.10 Saat ini tampaknya pendapat kedua lebih diterima.

7 “UUD yang Lebih Demokratis”, Kompas, 19 Pebruari 2009, p. 5. 8 Rukmana Amanwinata, ”Pengaturan dan Batas Implementasi Kemerdekaan

Berserikat dan Berkumpul dalam Pasal 28 UUD 1945”, Disertasi, Universitas Padjadjaran, Bandung, 1996, p. 48.

9 Budiman N.P.D. Sinaga, Hukum Konstitusi, (Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2005), p. 6. Menurut Pandoyo, UUD mempunyai pengertian yang lebih sempit daripada pengertian hukum dasar, karena yang dimaksud dengan UUD adalah hukum dasar yang tertulis sedangkan pengertian hukum dasar mencakup juga hukum dasar yang tidak tertulis. S.Toto Pandoyo, Ulasan terhadap Beberapa Ketentuan UUD 1945, (Yogyakarta, Liberty, 1985), p. 45.

10 Penggunaan istilah UUD mengandung kelemahan, karena ditujukan kepada naskah tertulis, padahal istilah konstitusi bagi kalangan politik merupakan sesuatu yang lebih luas, yaitu keseluruhan dari peraturan-peraturan, baik yang tertulis, maupun yang tidak tertulis, yang mengatur cara-cara bagaimana suatu pemerintah diselenggarakan dalam suatu masyarakat. Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia,

Page 5: 06 Udiyo Basuki · 2020. 9. 25. · Pembatasan kekuasaan ini terutama dilakukan melalui hukum, lebih khusus lagi melalui konstitusi.12 Constitutionalisme is belief in imposition of

Udiyo Basuki: Amandemen Kelima: Suatu Kajian Penyempurnaan …

SOSIO-RELIGIA, Vol. 8, Edisi Khusus, Agustus 2009

27

Konstitusi juga dapat dibedakan dalam dua kategori, yaitu konstitusi politik dan konstitusi sosial. Konstitusi politik adalah semata-mata dokumen hukum yang berisi pasal-pasal yang mengandung norma-norma dasar dalam penyelenggaraan negara, hubungan rakyat dengan negara, antar lembaga negara dan sebagainya. Sedangkan konstitusi sosial lebih luas dari itu, karena mengandung cita-cita sosial bangsa yang menciptkannya, rumusan filosofis tentang negara, rumusan sistem sosial dan ekonomi, dan sistem politik yang dikembangkan.11

Konstitusionalisme merupakan pemikiran yang telah lama berkembang. Pemikiran ini menghendaki pembatasan kekuasaan. Pembatasan kekuasaan ini terutama dilakukan melalui hukum, lebih khusus lagi melalui konstitusi.12 Constitutionalisme is belief in imposition of retrains on government by means of constitution.13 Menurut Lev, pada intinya konstitusionalisme adalah proses hukum.14

Asshiddiqie15 memaparkan gagasan konstitusionalisme sebagai seperangkat prinsip yang tercermin dalam kelembagaan suatu bangsa dan tidak ada yang mengatasinya dari luar serta tidak ada pula yang mendahuluinya. Fredrich berpendapat konstitusionalisme adalah gagasan bahwa pemerintah merupakan suatu kumpulan aktivitas yang diselenggarakan atas nama rakyat yang tunduk pada beberapa pembatasan untuk menjamin kekuasaan yang diperlukan pemerintah itu tidak disalahgunakan oleh orang-orang yang ditugasi memerintah.16

Berdasarkan ide konstitusionalisme, semua pemegang kekuasaan harus dibatasi. Di satu sisi, tidak ada satu pihak atau satu lembaga pun yang boleh memiliki kekuasaan tanpa batas. Di sisi lain, setiap pemberian kekuasaan senantiasa perlu disertai dengan pembatasan kekuasaan.17

1990), p. 95. Pendapat senada disampaikan K.C. Wheare, Konstitusi-konstitusi Modern, terj. Muhammad Hardani, (Yogyakarta: Pustaka Eureka, 2003), pp. 1-2.

11 Yusril Ihza Mahendra, Dinamika Tata Negara Indonesia Kompilasi Aktual Masalah Konstitusi, Dewan Perwakilan dan Sistem Kepartaian, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), p. 19.

12 Budiman N.D.P. Sinaga, Hukum Konstitusi, p. 1. 13 Eric Barent, An Introduction to Constitutional Law, (Oxford: Oxford University

Press, 1998), p. 14. 14 Daniel S. Lev, Hukum dan Politik di Indonesia, (Jakarta: LP3ES, 1990), p. 513. 15 Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, (Jakarta: Konstitusi

Press, 2006), pp. 1-6. 16 Pendapat Carl J. Friedrick dalam Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, p.

57. 17 Budiman N.P. Sinaga, ”Hukum Konstiusi” pp. 4-6.

Page 6: 06 Udiyo Basuki · 2020. 9. 25. · Pembatasan kekuasaan ini terutama dilakukan melalui hukum, lebih khusus lagi melalui konstitusi.12 Constitutionalisme is belief in imposition of

Udiyo Basuki: Amandemen Kelima: Suatu Kajian Penyempurnaan …

SOSIO-RELIGIA, Vol. 8, Edisi Khusus, Agustus 2009

28

2. Konstitusionalisme Negara Hukum Indonesia

Konstitusi18 ialah kerangka masyarakat politik, yang diorganisir berdasarkan hukum, yang membentuk lembaga-lembaga permanen dengan tugas dan wewenang tertentu. Dengan demikian, konstitusi adalah kumpulan prinsip-prinsip yang mengatur kekuasaan pemerintah, hak-hak rakyat dan hubungan antara kedua hal tersebut.

Konstitusi digunakan dalam dua pengertian, yakni konstitusi dalam arti abstrak dan konkret. Konstitusi abstrak adalah sistem hukum, kebiasaan, dan konvensi yang menetapkan susunan dan wewenang alat perlengkapan negara itu satu dengan yang lain dan dengan warga negara. Adapun konstitusi dalam arti konkret adalah dokumen yang berisi hukum konstitusi yang sangat penting yang ditetapkan secara resmi. Konstitusi dalam arti konkret juga disebut Undang-undang Dasar. Negara yang berdasar konstitusi adalah yang kekuasaan pemerintahnya, hak-hak rakyatnya dan hubungan antara kekuasaan pemerintah dan hak-hak warga negaranya diatur dengan hukum.

Motivasi yang menjadi latar belakang pembuatan UUD bagi negara yang satu berbeda dengan negara lain. Hal ini disebabkan karena beberapa hal, antara lain: sejarah yang dialami bangsa yang bersangkutan, cara memperoleh kemerdekaannya, situasi dan kondisi pada saat menjelang kemerdekaan dan lain sebagainya.19

Menurut Bryce,20 hal-hal yang menjadi alasan sehingga sesuatu negara memiliki UUD, terdapat beberapa macam, yaitu: a. Adanya kehendak warga negara dari negara yang bersangkutan agar

terjamin hak-haknya, dan bertujuan untuk membatasi tindakan-tindakan para penguasa negara tersebut.

b. Adanya kehendak dari penguasa negara dan atau rakyatnya untuk menjamin agar terdapat pola atau sistem tertentu atas pemerintah negaranya.

c. Adanya kehendak dari pembentuk negara tersebut agar terdapat kepastian tentang cara penyelenggaraan kenegaraannya.

d. Adanya kehendak beberapa negara yang masing-masing semula berdiri sendiri, untuk menjamin kerjasama.

18 Dahlan Thaib, “Konstitusionalisme dalam UUD 1945 (Pokok-pokok Pikiran)”

Makalah disampaikan dalam Launching dan Diskusi Publik Pusat Studi Hukum Konstitusi FH UII dengan MK Republik Indonesia, Yogyakarta, 15 Februari 2007, p. 4.

19 S. Toto Pandoyo, Ulasan terhadap Beberapa, p. 49. 20 C.F. Strong, Modern Political Constitution, (London: Sidgwick & Jackson Limited,

1960), p. 128.

Page 7: 06 Udiyo Basuki · 2020. 9. 25. · Pembatasan kekuasaan ini terutama dilakukan melalui hukum, lebih khusus lagi melalui konstitusi.12 Constitutionalisme is belief in imposition of

Udiyo Basuki: Amandemen Kelima: Suatu Kajian Penyempurnaan …

SOSIO-RELIGIA, Vol. 8, Edisi Khusus, Agustus 2009

29

Berdasarkan pendapat Bryce di atas, motivasi adanya konstitusi pertama RI, yaitu UUD 1945 yang dimiliki sesaat setelah kemerdekaan, tanggal 18 Agustus 1945 adalah kehendak para pembentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia agar terjamin penyelenggaraan ketatanegaraannya dan menjamin kepastian hukum.

Dengan demikian, konstitusionalisme NKRI telah dikenal sejak berlakunya UUD 1945. Seperti diketahui telah berlaku tiga konstitusi di Indonesia, yang secara kronologis dapat dipaparkan sebagai berikut:

a. UUD 1945 (18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949). b. UUD RIS atau Konstitusi RIS 1949 (17 Agustus 1949 – 17 Agustus

1950).

c. UUD Sementara 1950 (17 Agustus 1950 – 5 Juli 1949). d. UUD 1945 (17 Agustus 1959 – sekarang)

Negara hukum, menurut Aristoteles, adalah negara yang diperintah dengan konstitusi dan berkedaulatan hukum. Terdapat tiga unsur pemerintahan berkonstitusi, yaitu pemerintahan yang dilaksanakan untuk kepentingan umum, pemerintahan menurut hukum berdasar ketentuan umum, dan pemerintahan atas kehendak rakyat.21

Kant22 menyampaikan gagasan negara hukum formil, dengan mengemukakan unsur-unsurnya, yaitu perlindungan HAM dan pemisahan kekuasaan. Stahl,23 menguraikan unsur negara hukum materiil, dengan menambah dua unsur lain, yaitu tindakan pemerintah harus berdasar hukum dan adanya peradilan administrasi yang berdiri sendiri. Menurut Dicey, unsur utama pemerintahan yang kekuasaannya di bawah hukum (rule of law), yaitu supremacy of law, equality before the law, dan constitution based on individual rights.24 Sedangkan Ismail Suny menandaslkan bahwa suatu rule of law harus memiliki syarat-syarat esensial tertentu, antara lain harus terdapat kondisi-kondisi minimum dari suatu sistem hukum dimana hak-hak asasi manusia dan human dignity dihormati.25

Muchsan berpendapat bahwa UUD sebagai sumber hukum yang tertinggi mempunyai dua fungsi, yaitu:26

21 Azhari, Negara Hukum Indonesia, Analisis Yuridis Normatif tentang Unsur-unsurnya,

(Jakarta: UI Press, 1995), pp. 20-21. 22 Dahlan Thaib, Kedaulatan Rakyat, Negara Hukum dan Konstitusi, (Yogyakarta:

Liberty, 1999), pp. 22-23. 23 Hasan Zaini, Hukum Tata Negara Indonesia, (Bandung: Alumni, 1971), pp. 154-

155. 24 Azhari, Negara Hukum, pp. 39-41. 25 Ismail Suny, Mekanisme Demokrasi Pancasila, (Jakarta: Aksara Baru, 1978), p. 11. 26 Muchsan, “Penggantian UUD 1945”, p. 5.

Page 8: 06 Udiyo Basuki · 2020. 9. 25. · Pembatasan kekuasaan ini terutama dilakukan melalui hukum, lebih khusus lagi melalui konstitusi.12 Constitutionalisme is belief in imposition of

Udiyo Basuki: Amandemen Kelima: Suatu Kajian Penyempurnaan …

SOSIO-RELIGIA, Vol. 8, Edisi Khusus, Agustus 2009

30

a. Menjamin hak-hak para warga masyarakat, terutama warga negaranya dari tindakan sewenang-wenang para penguasa. Dalam negara hukum modern yang bertipe welfare state, tujuan ini diteruskan dan diperluas, yakni sampai dengan terselenggaranya kepentingan masyarakat sehingga tidak hanya sekadar terjaminnya perlindungan hukum terhadap hak-hak anggota masyarakat, akan tetapi juga setiap anggota warga negara dapat mengembangkan hak-hak sebagai manusia.

b. Sebagai landasan struktural dalam penyelenggaraan pemerintahan menurut suatu sistem ketatanegaraan yang pasti yang ketentuannya telah digambarkan dalam aturan-aturan dan ketentuan UUD.

3. Reformasi Konstitusi Sebagai Penyempurna Konstitusi

Reformasi konstitusi dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu amandemen, perubahan dan penggantian. Amandemen merupakan langkah penyempurnaan terhadap pasal-pasal tertentu dari konstitusi tanpa mengubah ketentuan aslinya. Cara ini antara lain ditempuh oleh Amerika Serikat. Perubahan merupakan langkah mengubah pasal-pasal tertentu dari konstitusi bahkan terhadap substansinya sekalipun. Langkah perubahan ini misalnya ditempuh di negeri Belanda. Penggantian merupakan langkah mengganti keseluruhan konstitusi dengan UUD baru. Langkah ini ditempuh oleh negara-negara seperti Thailand dan Filipina.

Mengenai ketiga istilah tersebut di atas para ahli hukum maupun ahli politik berbeda pendapat terkait dengan reformasi UUD 1945. Sebagian menganggap bahwa reformasi UUD 1945 merupakan langkah perubahan, sebab meski mempertahankan bagian-bagian tertentu termasuk pembukaannya, pasal-pasal yang mengalami perubahan menyentuh hingga substansinya. Sebagian lagi menganggap bahwa reformasi UUD 1945 adalah langkah amandemen karena merupakan tindakan penyempurnaan terhadap pasal-pasal konstitusi.27

Tampaknya, istilah yang disepakati oleh para ahli dan masyarakat awam secara umum adalah kata amandemen yang berasal dari bahasa Inggris amandement yang artinya usul perubahan, yang diturunkan dari kata dasar to amend yang artinya memperbaiki atau mengubah.28

Membicarakan negara dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya, maka tidak akan mungkin terlepas dan membicarakan konstitusi sebagai landasan berpijak dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Negara-negara modern abad XX, umumnya merumuskan aturan-aturan dasar

27 I Made Leo Wiratma, “Reformasi Konstitusi: Potret Demokrasi dalam Proses

Pembelajaran,” Jurnal Analisis CSIS, Tahun XXIX/2000, No. 4. pp. 303-304. 28 S. Wojowasito, dan W.J.S. Purwadarminta, Kamus Lengkap Inggris-Indonesia,

Indonesia-Inggris dengan Ejaan yang Disempurnakan, (Bandung: Hasta, 1980), p. 6.

Page 9: 06 Udiyo Basuki · 2020. 9. 25. · Pembatasan kekuasaan ini terutama dilakukan melalui hukum, lebih khusus lagi melalui konstitusi.12 Constitutionalisme is belief in imposition of

Udiyo Basuki: Amandemen Kelima: Suatu Kajian Penyempurnaan …

SOSIO-RELIGIA, Vol. 8, Edisi Khusus, Agustus 2009

31

penyelenggaraan negara ke dalam konstitusi atau Undang-undang Dasarnya.

Menurut Yusril,29 dimuatnya aturan-aturan dasar penyelenggaraan negara dalam konstitusi, dan bukan perinciannya adalah kesengajaan, bukan kealpaan para perumus konstitusi. Perumus konstitusi pada umumnya menyadari bahwa masyarakat yang eksis di negaranya bersifat dinamis, terus berubah dari waktu ke waktu. Dengan demikian, hubungan antara masyarakat dan konstitusi adalah hubungan interaktif. Pada satu pihak konstitusi memberikan dasar atau kerangka tentang masalah-masalah fundamental dalam penyelenggaraan negara, sedang di pihak lain pemahaman terhadap konstitusi juga dipengaruhi perkembangan masyarakat.

Bahwa Undang-undang itu sesungguhnya merupakan suatu produk dari proses sosial tertentu. Suatu susunan masyarakat tertentu akan menghasilkan pengungkapan peraturannya secara karakteristik sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan masyarakat bersangkutan.30 Tidak ada yang abadi dan sempurna di dunia ini. UUD 1945 yang telah mengalami empat kali perubahan juga tidak luput dari ketidaksempurnaan itu, 31 maka penyempurnaan konstitusi dengan jalan amandemen misalnya, adalah suatu kelaziman dan kewajaran dalam kehidupan bernegara yang bersendikan demokrasi. Yang tidak lazim dan tidak wajar adalah penolakan atas penyempurnaan itu.

CF. Strong32 mengemukakan empat cara perubahan konstitusi, yaitu: a. Oleh lembaga legislatif yang ada dengan pembatasan. Perubahan oleh

lembaga legislatif dapat dilakukan melalui beberapa cara berikut: 1) Lembaga legislatif jika hendak mengubah UUD paling sedikit

harus dihadiri oleh sejumlah tertentu anggota, misalnya paling sedikit 2/3 dari seluruh anggota. Kemudian, keputusan tentang perubahan itu juga harus disetujui oleh sejumlah tertentu anggota yang hadir.

2) Jika timbul keinginan untuk mengubah UUD maka legislatif harus dibubarkan. Kemudian diadakan pemilihan umum untuk memilih anggota legislatif baru. Setelah lembaga legislatif beranggotakan anggota baru yang dipilih melalui pemilihan umum, maka dapat berfungsi sebagai konstituante yang berhak mengubah UUD.

29 Yusril Ihza Mahendra, Dinamika Tata Negara Indonesia, p. 18. 30 Satjipto Rahardjo, Hukum, Masyarakat dan Pembangunan, (Bandung: Alumni,

1980), p. 40. 31 “UUD yang Lebih Demokratis”, Kompas, p. 5. 32 Disarikan dari Budiman N.P.D. Sinaga, Hukum Konstitusi, pp. 37-39.

Page 10: 06 Udiyo Basuki · 2020. 9. 25. · Pembatasan kekuasaan ini terutama dilakukan melalui hukum, lebih khusus lagi melalui konstitusi.12 Constitutionalisme is belief in imposition of

Udiyo Basuki: Amandemen Kelima: Suatu Kajian Penyempurnaan …

SOSIO-RELIGIA, Vol. 8, Edisi Khusus, Agustus 2009

32

3) Jika negara mempunyai 2 lembaga legislatif maka harus diadakan sidang gabungan sebagai satu lembaga. Keputusan sidang gabungan ini mengenai perubahan UUD harus disetujui oleh jumlah terbanyak dari anggota.

b. Oleh rakyat melalui referendum Menurut cara kedua ini, perubahan UUD memerlukan persetujuan

langsung dari rakyat. Persetujuan itu dapat disampaikan melalui referendum, plebisit atau popular vote. Sebelum meminta persetujuan rakyat perlu disiapkan rancangan perubahan oleh lembaga legislatif atau pemerintah. Dengan demikian, rakyat berkesempatan menilai usul perubahan itu sehingga mempunyai alasan untuk menyetujui atau menolak. c. Oleh sebagian besar negara Federal

Perubahan dengan cara ini hanya berlaku di negara Federal. UUD negara Federal biasanya dibuat oleh negara-negara bagian. UUD itu menjadi semacam hasil kesepakatan yang dituangkan dalam UUD. Oleh karena itu, sudah sepatutnya perubahan UUD perlu partisipasi negara bagian. Keputusan tentang perubahan UUD dapat dilakukan rakyat secara langsung atau melalui lembaga perwakilan rakyat. d. Oleh suatu badan khusus

Menurut cara ini, untuk mengubah UUD perlu dibentuk lembaga baru. Lembaga ini bukan merupakan gabungan dari lembaga-lembaga yang ada melainkan baru sama sekali. Lembaga ini merupakan lembaga yang secara khusus diberi wewenang untuk mengubah UUD. Oleh karena wewenang lembaga ini hanya mengubah UUD. Jika perubahan telah dilakukan, kehadirannya tidak diperlukan lagi.

Pendapat lain adalah cara perubahan UUD yang disampaikan K.C. Wheare, menurutnya ada 4 cara perubahan, yaitu:33 a. Beberapa kekuatan penting

Perubahan melalui some primary forces ini terjadi jika perubahan itu dilakukan oleh sebagian besar rakyat sebagai sesuatu kekuatan berpengaruh atau dominan, golongan-golongan kuat, atau kekuatan yang menentukan. b. Amandemen Formal

Perubahan melalui formal amendement merupakan perubahan yang dilakukan sesuai dengan cara-cara yang diatur dalam UUD itu sendiri.

c. Penafsiran Yudisial

33 Ibid, pp. 39-40.

Page 11: 06 Udiyo Basuki · 2020. 9. 25. · Pembatasan kekuasaan ini terutama dilakukan melalui hukum, lebih khusus lagi melalui konstitusi.12 Constitutionalisme is belief in imposition of

Udiyo Basuki: Amandemen Kelima: Suatu Kajian Penyempurnaan …

SOSIO-RELIGIA, Vol. 8, Edisi Khusus, Agustus 2009

33

Perubahan melalui yudicial interpretation dilakukan melalui penafsiran berdasarkan hukum. Penafsiran dilakukan menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. d. Kebiasaan dan Adat Istiadat

Menurut cara usage and custom perubahan dilakukan melalui kebiasaan dan adat istiadat ketatanegaraan. Mukti Fadjar34 mengutip pendapat Hysom mengemukakan empat cara proses perubahan konstitusi yang demokratis, yaitu by a democratically constituted assembly, by a democratically elected parliament, by popular referendum, dan by popularly suported constitutional commission. Masih menurut Mukti Fadjar,35 perubahan konstitusi tidak selalu harus merupakan perubahan tekstual, tetapi juga dapat bersifat substansial yang dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain :

a. Perubahan konstitusional melalui legislasi, yakni legislator menafsirkan konstitusi melalui Undang-Undang yang dibuatnya.

b. Perubahan konstitusi melalui aplikasi, yaitu melalui penafsiran konstitusi oleh pemerintah dalam praktik penyelenggaraan negara.

c. Perubahan konstitusi melalui ajudikasi, yaitu penafsiran isi konstitusi oleh pengadilan, khususnya oleh mahkamah konstitusi sebagai the sole interpreter of the constitution.

C. Amandemen Konstitusi

1. UUD 1945 sebagai Living Constitution

Dalam pelaksanaannya, UUD 1945 yang merupakan norma peraturan perundangan tertinggi mengalami banyak penyimpangan dan penyelewenangan. Rezim Orde Lama dan Orde Baru selalu mengindoktrinasi masyarakat dengan sakralisasi konstitusi, yang menempatkan UUD 1945 seperti halnya kitab suci.

Sikap dan perilaku otoriter rezim Orde Lama dan Orde Baru atau sakralisasi konstitusi tersebut, membuat kebanyakan orang Indonesia kehilangan nyali mempersoalkan UUD 1945.36 Perlakuan yang demikian membuat UUD 1945 tidak ditempatkan pada posisinya sebagai living

34 Abdul Muktie Fadjar, ”Reformasi Konstitusi dalam Masa Transisi

Paradigmatik”, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang, 13 Juli 2002, p. 5.

35 Abdul Muktie Fadjar, ”Beberapa Catatan tentang Kajian Konstitusi”, Makalah Seminar Regional, Hukum Konstitusi dan Mahkamah Konstitusi diselenggarakan oleh Mahkamah Konstitusi RI dan Program Pascasarjana Ilmu Hukum, Universitas Islam Indonesia di Yogyakarta, 2007, p. 3.

36 Novel Ali, “Amandemen UUD 1945 sebagai Syarat Menuju Civil Society”, Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Mengkritisi Sakralisme Konstitusi dan Kekuasaan sebagai Upaya Penguatan Civil Society, Yogyakarta, 1999, p. 1.

Page 12: 06 Udiyo Basuki · 2020. 9. 25. · Pembatasan kekuasaan ini terutama dilakukan melalui hukum, lebih khusus lagi melalui konstitusi.12 Constitutionalisme is belief in imposition of

Udiyo Basuki: Amandemen Kelima: Suatu Kajian Penyempurnaan …

SOSIO-RELIGIA, Vol. 8, Edisi Khusus, Agustus 2009

34

constitution, yang membuka horizon dan spirit pemahaman yang sesuai dengan perkembangan kebutuhan warga negara dan pertumbuhan tuntutan atas perikehidupan politik yang sesuai dengan cita negara hukum. Hal ini masih diperparah dengan tindakan represif dan prefentif rezim Orde Lama dan Orde Baru tidak memberikan celah kepada masyarakat dan berbagai pihak untuk mengutarakan gagasan ke arah pembaharuan konstitusi. Sebagai living constitution mestinya UUD 1945 dapat dirubah dan diperbaharui sesuai dengan perkembangan dan perubahan kondisi masyarakat.

Sayangnya, pada masa Orde Lama dan Orde Baru, pemikiran tentang pentingnya pembaharuan materi konstitusi dapat dikatakan sebagai mitos atau hal yang utopis. Merubah UUD 1945 berarti membubarkan negara proklamasi. Pandangan yang ingin merubah UUD 1945 dianggap sebagai tindakan yang subversif. Orde Baru misalnya,37 secara jelas bertekad mempertahankan UUD 1945, tidak berkehendak dan tidak akan melakukan perubahan terhadapnya serta akan melaksanakannya secara murni dan konsekuen.

Hal di atas tentu saja dapat membutakan pemikiran bahwa UUD 1945 banyak mengandung kekurangan dan kelemahan. Yang patut dicatat, bahwa UUD 1945 disusun oleh pendiri negara yang belum berpengalaman dalam bernegara, maka sudah selayaknya setelah lebih dari lima puluh tahun merdeka dan banyak pengalaman berbangsa dan bernegara, UUD 1945 haruslah disesuaikan dengan tuntutan jaman.

Pidato Bung Karno pada rapat pertama PPKI tanggal 18 Agustus 1945,38 mengungkap bahwa UUD 1945 adalah revolutiegrondwet. Dari sini segera terlihat bahwa UUD 1945 dibuat dengan tergesa-gesa dalam situasi darurat, dan berstatus sementara serta belum lengkap dan sempurna,39 sehingga tidak ada alasan lagi untuk menunda pembaharuan kontitusi Indonesia, UUD 1945.

Amandemen atas UUD 1945 adalah suatu keharusan dan merupakan amanat dari konstitusi itu sendiri, hanya saja upaya reformasi itu harus dilakukan dengan logika dan akar argumen yang jelas serta dijauhkan dari upaya mempermainkannya untuk kepentingan jangka

37 Harun Alrasyid, “Relevansi UUD 1945 dalam Orde Reformasi”, dalam Jurnal

Hukum UII, Vol. 2 Tahun 1998, p. 7. 38 Moh. Yamin, Naskah Persiapan UUD 1945, (Jakarta: Jajasan Prapanca, tanpa

tahun), p. 410. 39 Secara umum kelemahan dan kekurangan UUD 1945 dalam praktik

ketatanegaraan adalah bahwa UUD 1945 bersifat very executive heavy, multi interpretable, dan tidak memuat check and balance system.

Page 13: 06 Udiyo Basuki · 2020. 9. 25. · Pembatasan kekuasaan ini terutama dilakukan melalui hukum, lebih khusus lagi melalui konstitusi.12 Constitutionalisme is belief in imposition of

Udiyo Basuki: Amandemen Kelima: Suatu Kajian Penyempurnaan …

SOSIO-RELIGIA, Vol. 8, Edisi Khusus, Agustus 2009

35

pendek. Hal ini karena hasil amandemen akan sangat menentukan nasib, perjalanan dan kehidupan berbangsa dan bernegara di masa mendatang.

Di kalangan mereka yang menyetujui amandemen masih terdapat kontroversi tentang hal yang menyangkut pilihan atas realisasi amandemen yang perlu dilakukan. Artinya, meskipun telah sama pandangannya tentang kemutlakan perlunya amandemen konstitusi, namun pilihan realisasinya tidaklah selalu sama. Menurut Mahfud MD,40 ada beberapa pertanyaan yang dapat diabstraksikan dari perbedaan-perbedaan tersebut yaitu, pertama, apakah amandemen itu mencakup seluruh komponen UUD yang mencakup pembukaan, batang tubuh dan penjelasan. Kedua, apakah amandemen akan menyangkut perubahan bentuk dan sistem pemerintahaan negara dan ketiga, jika amandemen tidak mengubah bentuk dan sistem pemerintahan negara, apakah amandemen akan berubah penggantian naskah atau sekadar mencabut atau menyisipkan kalimat-kalimat di pasal tertentu, atau bahkan sekadar membuat lampiran otentik atas naskah yang telah ada.

Bahkan kemudian ada rambu-rambu atau pembatasan-pembatasan amandemen, yaitu pertama, tidak mengubah pembukaan UUD 1945. Kedua, tetap dalam pemerintahan sistem presidensiil, ketiga, mempertahankan bentuk negara kesatuan dan keempat, proses amandemen yang dilakukan tidak akan membuat konstitusi baru, artinya perubahan UUD dilakukan dengan cara adendum yaitu dengan melampirkan perubahan, sementara naskah asli tidak dirubah.

Pembatasan-pembatasan di atas, pada mulanya dianggap mengkerangkeng agenda reformasi konstitusi Indonesia dari kemungkinan membentuk konstitusi baru yang demokratis.41 Baju amandemen itu terlalu sesak untuk membungkus tuntutan perubahan UUD 1945. Sayangnya baju sesak ini tidak bisa dimanfaatkan MPR secara maksimal. Terbukti, dari empat kali amandemen justru menghasilkan lubang-lubang amandemen di sana-sini.

Motif utama yang mendasari lahirnya gerakan reformasi adalah pemberdayaan masyarakat (social empowerment). Agenda pemberdayaan masyarakat ini sangat penting, sebab di masa Orde Baru, masyarakat berada di posisi yang amat lemah vis a vis negara.42 Dalam konteks ketatanegaraan, pemberdayaan masyarakat perlu diwujudkan dengan melakukan perubahan terhadap aturan-aturan konstitusi yang berlaku. Dengan demikian reformasi dalam kaitan dengan aturan-aturan dasar yang

40 Moh. Mahfud MD, Demokrasi dan Konstitusi Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta,

2000), pp. 150-151. 41 Refliani, “Reformasi Konstitusi di Jalan Sesat”, Republika 14 Mei 2002. 42 Ikhlasul Amal, “Partisipasi Publik dan Amandemen”, Jawa Pos, 10 Juni 2002.

Page 14: 06 Udiyo Basuki · 2020. 9. 25. · Pembatasan kekuasaan ini terutama dilakukan melalui hukum, lebih khusus lagi melalui konstitusi.12 Constitutionalisme is belief in imposition of

Udiyo Basuki: Amandemen Kelima: Suatu Kajian Penyempurnaan …

SOSIO-RELIGIA, Vol. 8, Edisi Khusus, Agustus 2009

36

menyangkut pola hubungan kekuasaan antara lembaga negara harus direview sehingga mampu mencerminkan secara tegas proses empowerment.43

Hanya saja upaya amandemen yang telah dilakukan wakil rakyat bukan berarti sudah berjalan sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat, sehingga setelah amandemen, pertama hingga kesempat, kritikan terhadap proses dan hasil amandemen menyeruak muncul dari berbagai kalangan baik melalui media massa, demonstrasi, diskusi dan berbagai sarana ruang publik lainnya.

2. Amandemen Pertama Hingga Amandemen Keempat

Konstitusi mempunyai peran untuk mempertahankan esensi keberadaan negara dari pengaruh berbagai perkembangan yang bergerak dinamis. Oleh karena itu, konstitusi yang ideal adalah hasil dan penyesuaian dan penyempurnaan untuk mengikuti segala perkembangan, khususnya yang berkaitan dengan keinginan hati nurani rakyat.44

Dalam posisi sebagai Grund, maka UUD dapat dilihat sebagai jembatan yang menghubungkan suatu tata hukum dengan lingkungan atau habitat sosialnya. Itulah sebabnya, UUD berfungsi untuk menyusui sekalian perundang-undangan yang ada dalam suatu tata hukum. Undang-Undang Dasar mampu menjalankan fungsinya yang demikian itu, oleh karena ia menyerapnya dari habitat sosial tersebut yang kemudian dijadikannya bahan untuk menyusui sekalian perundang-undangan dari suatu tata hukum. Undang-undang Dasar menyerap kosmologi suatu bangsa dan menjadikannya bahan untuk menyusui itu.45 Menurut Tamanaha, suatu tata hukum itu senantiasa mencerminkan nilai-nilai tradisi dan sebagainya yang terdapat pada suatu bangsa.46

Hasil amandemen tiap tahap menunjukkan perkembangan yang terjadi sebagai bagian dari dinamika bernegara saat itu. Amandemen Pertama tahun 1999 dapat disampaikan di sini berbagai ketentuan yang mengalami perubahan yaitu Pasal 5 (hak presiden), 7 (masa jabatan presiden), 9 (sumpah/janji presiden), 13 (penetapan dubes dan konsul), 14 (grasi, amnesti dan abolisi), 15 (gelar, tanda jasa dan tanda kehormatan),

43 Ibid. 44 A.M. Fatwa, “Potret Konstitusi Negara Pasca Perubahan UUD 1945”, Makalah

disampaikan dalam Konvensi Hukum Nasional: UUD 1945 sebagai Landasan Konstitusional Grand Design System dan Politik Hukum Nasional, Jakarta, 15-16 April 2008, p. 1.

45 Satjipto Rahardjo, “UUD 1945, Desain Akbar, Sistem Politik dan Hukum Nasional”, Makalah disampaikan dalam Konvensi Hukum Nasional: UUD 1945 sebagai Landasan Konstitusional Grand Design System dan Politik Hukum Nasional, Jakarta, 15-16 April 2008, pp. 4-5.

46 Ibid.

Page 15: 06 Udiyo Basuki · 2020. 9. 25. · Pembatasan kekuasaan ini terutama dilakukan melalui hukum, lebih khusus lagi melalui konstitusi.12 Constitutionalisme is belief in imposition of

Udiyo Basuki: Amandemen Kelima: Suatu Kajian Penyempurnaan …

SOSIO-RELIGIA, Vol. 8, Edisi Khusus, Agustus 2009

37

17 (kementrian negara), 20 (penetapan UU fungsi DPR), dan 21 (pengajuan RUU oleh DPR).

Amandemen Kedua tahun 2000, Pasal 18 (pemerintahan daerah), 19 (keanggotaan DPR), 20 (penetapan UU fungsi DPR), 22 (cara pembentukan UU), 25 (negara kepulauan), 26 (kewarganegaraan), 27 (hak dan kewajiban warga negara), 28 (hak asasi manusia), 30 (hankam), 36 (bahasa, lambang negara dan lagu kebangsaan). Amandemen Ketiga tahun 2001, Pasal 1 (bentuk dan kedaulatan negara), 3 (wewenang MPR), 6 (pemilihan Presiden dan Wapres), 11 (perjanjian intenasional), 17 (kementrian negara), 22 (DPR dan pemilu), 23 (BPK), 24 (kekuasaan kehakiman). Amandemen Keempat tahun 2002, Pasal 2 (MPR), 6 (Pilpres, suara terbanyak), 8 (Presiden dan Wapres berhalangan), 11 (hak Presiden), 16 (Dewan Pertimbangan Presiden), 23 (keuangan/ moneter), 24 (kekuasaan kehakiman), 31 (pendidikan), 32 (bahasa dan kebudayaan), 33 (perekonomian), 34 (jaminan sosial), 37 (perubahan UUD), serta Aturan Peralihan Pasal I, II dan III serta Aturan Tambahan Pasal I dan II.

Meskipun dilakukan secara terbuka serta berusaha melibatkan dan memahami kehendak rakyat, sampai sekarang perdebatan ihwal UUD 1945 hasil perubahan tidak pernah akan selesai karena memang tak ada satu UUD pun yang sama dan tidak ada satu konstitusi pun di negara manapun yang sesuai dengan teori bernegara yang selama ini dipelajari dan dipahami. Konstitusi harus sesuai dengan latar belakang sejarah pembentukan negara itu.47

Pada hakekatnya,48 UUD adalah kristalisasi bukan saja pemikiran dari mereka yang memiliki kewenangan untuk mengubah konstitusi, tetapi disesuaikan dengan kondisi situasi dan tuntutan kebutuhan masyarakat. Dan jika dibedah dari keseluruhan UUD 1945, hanya 5 persen yang tidak berubah. Jika dilihat pasal per pasal yang tidak berubah hanya 11 persen dan 89 persen diantaranya berubah. Dari ayat per ayat yang berubah mencapai 85 persen. Secara keseluruhan, yang sedang dilakukan dengan perubahan pertama sampai keempat konstitusi adalah pembaruan dalam empat tahap. Artinya, yang lahir sepertinya adalah konstitusi baru.

Diakui,49 perubahan pertama hingga keempat jelas bersifat mendasar dan mencakup materi yang sangat banyak, sehingga telah mengubah sistematika berpikir UUD 1945. Dengan demikian, perubahan UUD 1945

47 “Tarik Menarik yang Belum Tentu Usai”, Kompas, 19 Pebruari 2009, p. 9. 48 Ibid. 49 Ni’matul Huda, “Problematika Ketatanegaraan Pasca Amandemen UUD

1945”, Makalah disampaikan dalam Diskusi Terbatas Membicarakan UUD 1945 Pasca Amandemen Bersama MPR RI, diselenggarakan oleh Departemen HTN, PSHK FH UII Bekerjasama dengan MPR RI, Yogyakarta, 30 Mei 2007, p. 3.

Page 16: 06 Udiyo Basuki · 2020. 9. 25. · Pembatasan kekuasaan ini terutama dilakukan melalui hukum, lebih khusus lagi melalui konstitusi.12 Constitutionalisme is belief in imposition of

Udiyo Basuki: Amandemen Kelima: Suatu Kajian Penyempurnaan …

SOSIO-RELIGIA, Vol. 8, Edisi Khusus, Agustus 2009

38

sudah tidak dapat lagi disebut menggunakan tradisi Amerika Serikat yang dijadikan rujukan dalam rangka pelaksanaan perubahan UUD 1945. Sebagian dari ketentuan-ketentuan yang diubah menyangkut materi yang bersifat teknis prosedural yang tidak mempengaruhi paradigma pemikiran UUD, tetapi sebagian lainnya bersifat mendasar dan mempengaruhi sistematika pemikiran hukum dasar, yang seharusnya sudah dipahami dalam konteks keseluruhan pokok pikiran yang tercermin dalam pasal-pasal lain dalam UUD yang tidak ikut diubah. Sehingga bisa dimengerti, jika UUD 1945 seolah dilupakan rakyat tak lagi hapal dan paham konstitusinya.

D. Ke Arah Amandemen Kelima UUD 1945

Amandemen UUD 1945 hingga empat kali yang dilakukan oleh MPR pascagerakan reformasi 1999-2002, dirasakan oleh berbagai pihak dan komponen bangsa belum membuahkan hasil nyata pada kesejahteraan rakyat.50 Karenanya kemudian muncul berbagai gagasan, seperti mengamandemen kembali UUD 1945, atau bahkan kembali ke UUD 1945 sebelum amandemen. Dua arus gagasan ini sangat kuat di luar alur gagasan yang relatif netral, yaitu memberi kesempatan untuk melihat hasil amandemen pertama hingga keempat.51

Pendapat yang tidak setuju amandemen serta menginginkan kembali ke UUD 1945 yang asli diantaranya menyatakan bahwa UUD 1945 hasil amandemen dinilai cacat hukum, batang tubuh UUD 1945 tidak lagi sesuai dengan pembukaannya. Proses amandemen dinilai tidak berjalan sesuai prosedur yang benar. Sebagai produk MPR, amandemen UUD 1945 mestinya dinyatakan dalam bentuk Tap MPR. Namun, sejauh ini amandemen tersebut tidak memiliki dasar hukum dan hanya sekadar notulen rapat.52

Proses amandemen juga dinilai ilegal, karena pada amandemen UUD 1945 Tahun 2002, MPR, bukan mengamandemen UUD 1945, melainkan justru mengganti, sehingga produk konstitusi hasil perubahan dianggap menyimpang dari semangat konstitusi awal.53 Penyimpangan

50 “Amandemen Belum Buat Sejahtera,” Kompas, 19 Mei 2008, p. 2. 51 Moh. Mahfud MD, “Penjajakan Materi dan Agenda Perubahan Kelima UUD

1945”, Makalah dalam Seminar Sehari Meninjau Kembali Prospek dan Agenda Perubahan UUD Republik Indonesia 1945, diselenggarakan oleh Pusat Studi Hukum Tata Negara FH UI, Jakarta, 21 Nopember 2007, p. 1.

52 “Amandemen UUD 1945 Cacat Hukum,” Kompas, 30 Desember 2008, p. 4. 53 “Seluruh Perubahan Konstitusi Dinilai Ilegal,” Kompas, 23 Agustus 2008, p. 4.

Page 17: 06 Udiyo Basuki · 2020. 9. 25. · Pembatasan kekuasaan ini terutama dilakukan melalui hukum, lebih khusus lagi melalui konstitusi.12 Constitutionalisme is belief in imposition of

Udiyo Basuki: Amandemen Kelima: Suatu Kajian Penyempurnaan …

SOSIO-RELIGIA, Vol. 8, Edisi Khusus, Agustus 2009

39

yang terjadi di ranah politik dan ekonomi ditengarai juga karena sudah tercemar UUD 1945 produk amandemen.54

Sementara, bagi pihak yang ingin melanjutkan amandemen di antaranya beralasan bahwa amandemen kelima adalah penyempurnaan sistem tata negara, pemerintahan dan hukum yang berlaku di Indonesia.55 Selain itu, amandemen juga perlu demi terciptanya keseimbangan tatanan sosial, politik dan ekonomi,56 serta mempunyai tujuan menciptakan tatanan kenegaraan yang lebih baik di masa mendatang.57 Maka, bagi kelompok ini, tuntutan kembali ke UUD 1945 adalah tidak realistis.58

Situasi hingar-bingar seperti ini menunjukkan bahwa amandemen UUD 1945 memiliki kekurangan mendasar yang menyebabkan posisinya belum mampu menjadi ”the only game in town” sebagaimana dipersyaratkan dalam mengkonsolidasikan demokrasi pada negara-negara yang mengalami masa transisi.59 Secara lebih substanti lagi, situasi itu pun memantulkan masih rendahnya tingkat efektivitas amandemen UUD 1945 dalam membentuk pemerintahan yang efektif mewujudkan tujuan negara sebagaimana ditetapkan dalam Pembukaan UUD 1945. Maka, ke depan, tampaknya arus gagasan kembali mengamandemen UUD 1945 akan bertambah kuat.

Di atas semua itu, kontroversi dan polemik amandemen UUD 1945 atau kembali ke UUD 1945 hendaknya dimaknai secara positif, yaitu menyebabkan UUD menjadi lebih dekat dengan rakyat. Hal ini juga harus dilihat sebagai usaha memperluas pendidikan politik dan pendidikan konstitusi secara kritis. Dengan demikian, sepanjang dilakukan secara terbuka rasional dan substantif tentu dapat membantu mencerahkan pemahaman segenap warga yang terlibat dalam mengembangkan kesadaran berkonstitusi.

E. Penutup

Arah kemana konstitusi Indonesia, UUD 1945 hendak dibawa dapat dilihat dari tiga arus utama yang sekarang berpolemik, yaitu: Pertama, yang

54 “Pilih yang Perjuangkan Kembali UUD 1945,” Kompas, 17 Desember 2008, p. 5.

55 “Pemerintahan Baru, Konstitusi Baru,” Kompas, 26 Januari 2008, p. 1. 56 “UUD 1945 harus Diamandemen Lagi,” Kompas, 21 Juni 2008, p. 22. 57 “DPD Siap dengan Draf Komprehensif,” Kompas 1 April 2008, p. 3. 58 “Kembali ke UUD 1945 tidak Realistis,” Kedaulatan Rakyat, 30 Januari 2007, p.

7. 59 Aidul Fitriciada Azhari, “Evaluasi Proses Amandemen UU 1945: Dari

Demokratisasi ke Perubahan Sistem” Makalah disampaikan pada Diskusi Publik Kontitusionalisme UUD 1945, diselenggarakan oleh PSKH FH UII bekerjasama dengan MK RI, Yogyakarta, 15 Februari 2007, p. 2.

Page 18: 06 Udiyo Basuki · 2020. 9. 25. · Pembatasan kekuasaan ini terutama dilakukan melalui hukum, lebih khusus lagi melalui konstitusi.12 Constitutionalisme is belief in imposition of

Udiyo Basuki: Amandemen Kelima: Suatu Kajian Penyempurnaan …

SOSIO-RELIGIA, Vol. 8, Edisi Khusus, Agustus 2009

40

ingin mengembalikan ke UUD 1945 asli. Kedua, yang ingin mempertahankan UUD 1945 yang ada kini dan hasil amandemen. Ketiga, yang ingin melakukan amandemen lanjutan. Ke arah mana arus itu lebih kuat, ke sanalah UUD 1945 akan dibawa.

Amandemen kelima UUD 1945 betapapun urgennya sangat tergantung kepada hasil (kecenderungan) kontroversi atau polemik konstitusi di atas. Namun sebagai catatan, jika amandemen kelima betul-betul terlaksana, maka harus ada badan, lembaga, komisi atau panitia konstitusi yang berpostur ideal, yaitu berwibawa, independen, non partisan dan profesional.

Page 19: 06 Udiyo Basuki · 2020. 9. 25. · Pembatasan kekuasaan ini terutama dilakukan melalui hukum, lebih khusus lagi melalui konstitusi.12 Constitutionalisme is belief in imposition of

Udiyo Basuki: Amandemen Kelima: Suatu Kajian Penyempurnaan …

SOSIO-RELIGIA, Vol. 8, Edisi Khusus, Agustus 2009

41

Daftar Pustaka

Ali, Novel, “Amandemen UUD 1945 sebagai Syarat Menuju Civil Society”, Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Mengkritisi Sakralisme Konstitusi dan Kekuasaan sebagai Upaya Penguatan Civil Society, Yogyakarta, 1999.

Alrasyid, Harun, “Relevansi UUD 1945 dalam Orde Reformasi”, dalam Jurnal Hukum UII, Vol. 2 Tahun 1998.

Amal, Ikhlasul, “Partisipasi Publik dan Amandemen”, Jawa Pos, 10 Juni 2002.

Amanwinata, Rukmana, ”Pengaturan dan Batas Implementasi Kemerdekaan Berserikat dan Berkumpul dalam Pasal 28 UUD 1945”, Disertasi, Universitas Padjajaran, Bandung, 1996.

Asshiddiqie, Jimly, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Jakarta: Konstitusi Press, 2006.

Azhari, Negara Hukum Indonesia, Analisis Yuridis Normatif tentang Unsur-unsurnya, Jakarta: UI Press, 1995.

Azhari, Aidul Fitriciada, “Evaluasi Proses Amandemen UU 1945: Dari Demokratisasi ke Perubahan Sistem” Makalah disampaikan pada Diskusi Publik Kontitusionalisme UUD 1945, diselenggarakan oleh PSKH FH UII bekerjasama dengan MK RI, Yogyakarta, 15 Februari 2007

Barent, Eric, An Introduction to Constitutional Law, Oxford: Oxford University Press, 1998.

Basuki, Udiyo, “Dinamika Konstitusi Indonesia (Refleksi Yuridis atas Proses dan Hasil Amandemen UUD 1945,” dalam Jurnal Sosio Religia Vol. 1 No. 4 Agustus 2002.

_______, “Pembaharuan Konstitusi Sebagai Amanat Reformasi (Suatu Tinjauan Sosio Yuridis),” dalam Jurnal Sosio Religia Vol. 1 No. 1 November 2001.

_______, “Perlindungan Hak Asasi Manusia di Indonesia (Ulasan terhadap Beberapa Ketentuan UUD 1945),” dalam Jurnal Asy-Syir’ah No. 8 Tahun 2001.

_______, “Reformasi Konstitusi (Beberapa Catatan atas Amandemen UUD 1945)”, Jurnal Sosio Religia Vol. 1 No. 2 Februari 2002.

Page 20: 06 Udiyo Basuki · 2020. 9. 25. · Pembatasan kekuasaan ini terutama dilakukan melalui hukum, lebih khusus lagi melalui konstitusi.12 Constitutionalisme is belief in imposition of

Udiyo Basuki: Amandemen Kelima: Suatu Kajian Penyempurnaan …

SOSIO-RELIGIA, Vol. 8, Edisi Khusus, Agustus 2009

42

Budiardjo, Miriam, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia, 1990.

Fadjar, Abdul Muktie, ”Beberapa Catatan tentang Kajian Konstitusi”, Makalah Seminar Regional, Hukum Konstitusi dan Mahkamah Konstitusi diselenggarakan oleh Mahkamah Konstitusi RI dan Program Pascasarjana Ilmu Hukum, Universitas Islam Indonesia di Yogyakarta, 2007.

_______, ”Reformasi Konstitusi dalam Masa Transisi Paradigmatik”, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang, 13 Juli 2002.

Fatwa, A.M., “Potret Konstitusi Negara Pasca Perubahan UUD 1945”, Makalah disampaikan dalam Konvesi Hukum Nasional: UUD 1945 Sebagai Landasan Konstitusional Grand Design System dan Politik Hukum Nasional, Jakarta, 15-16 April 2008.

Huda, Ni’matul, “Problematika Ketatanegaraan Pasca Amandemen UUD 1945”, Makalah disampaikan dalam Diskusi Terbatas Membicarakan UUD 1945 Pasca Amandemen Bersama MPR RI, diselenggarakan oleh Departemen HTN, PSHK FH UII dengan MPR RI, Yogyakarta, 30 Mei 2007.

Kedaulatan Rakyat, 30 Januari 2007.

Kompas, 26 Januari, 1 April, 19 Mei, 21 Juni, 23 Agustus, 30 Desember 2008.

Kompas, 19 Pebruari 2009

Lev, Daniel S., Hukum dan Politik di Indonesia, Jakarta: LP3ES, 1990.

Mahendra, Yusril Ihza, Dinamika Tata Negara Indonesia Kompilasi Aktual Masalah Konstitusi, Dewan Perwakilan dan Sistem Kepartaian, Jakarta: Gema Insani Press, 1996.

Mahfud MD, Moh., Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia, Yogyakarta: UII Press, 1997.

______, Demokrasi dan Konstitusi Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 2000.

______, “Penjajakan Materi dan Agenda Perubahan Kelima UUD 1945”, Makalah dalam Seminar Sehari Meninjau Kembali Prospek dan Agenda Perubahan UUD Republik Indonesia 1945, diselenggarakan oleh Pusat Studi Hukum Tata Negara FH UI, Jakarta, 21 Nopember 2007.

Melian, Sobirin, Gagasan Perlunya Konstitusi Baru Pengganti UUD 1945, Yogyakarta: UII Press, 2001.

Page 21: 06 Udiyo Basuki · 2020. 9. 25. · Pembatasan kekuasaan ini terutama dilakukan melalui hukum, lebih khusus lagi melalui konstitusi.12 Constitutionalisme is belief in imposition of

Udiyo Basuki: Amandemen Kelima: Suatu Kajian Penyempurnaan …

SOSIO-RELIGIA, Vol. 8, Edisi Khusus, Agustus 2009

43

Muchsan, “Penggantian UUD 1945 Menuju Indonesia Baru yang Demokratis”, Makalah yang disampaikan dalam Seminar Nasional Mengkritisi Konstitusi sebagai Upaya Penguatan Civil Society di Yogyakarta, 1999.

Pandoyo, S.Toto, Ulasan terhadap Beberapa Ketentuan UUD 1945, Yogyakarta, Liberty, 1985.

Rahardjo, Satjipto, “UUD 1945, Desain Akbar, Sistem Politik dan Hukum Nasional”, Makalah disampaikan dalam Konvensi Hukum Nasional: UUD 1945 sebagai Landasan Konstitusional Grand Design System dan Politik Hukum Nasional, Jakarta, 15-16 April 2008.

______, Hukum Masyarakat dan Pembangunan, Bandung: Alumni, 1980.

______, Mendudukkan Undang-Undang Dasar, Suatu Pembahasan dari Optik Hukum Umum, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2007.

Refliani, “Reformasi Konstitusi di Jalan Sesat”, Republika 14 Mei 2002.

Sinaga, Budiman N.P.D., Hukum Konstitusi, Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2005.

Strong, C.F., Modern Political Constitution, London: Sidgwick & Jackson Limited, 1960.

Suny, Ismail, Mekanisme Demokrasi Pancasila, Jakarta: Aksara Baru, 1978.

Syahnakri, Kiki, ”Menyoal Lagi Amandemen UUD 1945,” Kompas, 24 Pebruari 2009.

Thaib, Dahlan, “Konstitusionalisme dalam UUD 1945 (Pokok-pokok Pikiran)” Makalah disampaikan dalam Launching dan Diskusi Publik Pusat Studi Hukum Konstitusi FH UII dengan MK Republik Indonesia, Yogyakarta, 15 Februari 2007.

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Wheare, K.C., Konstitusi-konstitusi Modern, terj. Muhammad Hardani, Yogyakarta: Pustaka Eureka, 2003.

Wiratma, I Made Leo, ”Reformasi Konstitusi: Potret Demokrasi dalam Proses Pembelajaran,” Jurnal Analisis CSIS, Tahun XXIX/2000, No. 4.

Wojowasito, S., dan W.J.S. Purwadarminta, Kamus Lengkap Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris dengan Ejaan yang Disempurnakan, Bandung: Hasta, 1980.

Yamin, Moh., Naskah Persiapan UUD 1945, Jakarta: Jajaran Prapanca, tanpa tahun.

Zaini, Hasan, Hukum Tata Negara Indonesia, Bandung: Alumni, 1971.