06 manusia dan nilai

31
Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum

Upload: putri-nurjannah

Post on 24-Nov-2015

45 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Hubungan antara manusia dengan nilai

TRANSCRIPT

Manusia, Nilai, Moral dan Hukum

Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum

Cabang Filsafat

MetafisikaTeori PengetahuanAksiologi (teori nilai)

EstetikaEtikaPengertianEtika berkaitan dengan nilai-nilai, tata cara hidup yang baik, aturan hidup yang baik, dan segala kebiasaan yang dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang yang lain. Etika, adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral.Moral adalah seperangkat nilai untuk mengarahkan, mengendalikan, dan menentukan kelakuan seseorang sebagai ukuran standar perilaku.Norma adalah ukuran tindakan atau aturan yang berlaku di kehidupan bermasyarakatPerhatikan contoh berikut:Seorang pria penumpang bus kota tiba2 berdiri dan mempersilahkan ibu yang baru saja naik di bus itu untuk duduk di kursinya. Ia berpendapat siibu lebih membutuhkan tempat duduk itu daripada dirinya. (moral atau norma?)Seorang pedagang asal Madura lebih memilih pulang kampung dulu untuk menghadiri hajatan tetangganya daripada tetap berjualan di perantauan, walaupun saat itu adalah moment penjualan yang ramai. (moral atau norma?)Nilai dalam kehidupan manusiaNilai erat hubungannya dengan manusia, baik dalam bidang etika maupun estetika, bahkan nilai masuk ketika manusia memahami agama dan keyakinan beragama. Manusia memaknai nilai dengan dua konteks, yakni obyektif dan subyektif. Obyektif adalah manusia memandang nilai itu ada meskipun tanpa ada yang menilainya, atau nilai itu telah ada sebelum adanya manusia sebagai penilai. Subyektif adalah nilai sangat tergantung pada subyek yang menilainya. Jadi nilai tidak akan ada tanpa hadirnya penilai. Jadi itu melekat pada subyek penilainya. Pengertian NilaiNilai adalah konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar masyarakat, tentang-hal-hal yang harus mereka anggap amat bernilai dalam hidup (Koentjaraningrat, 1985). Nilai adalah hakikat sesuatu hal yang menyebabkan hal itu pantas dikejar oleh manusia (Driyarkara, 1966). Nilai adalah sesuatu yang dianggap berharga pada suatu obyek sehingga memungkinkan seseorang atau sekelompok masyarakat berupaya untuk mendapatkannya. Kehidupan manusia yang amat kompleks ini tidak akan terlepas dari iringan nilai yang menyertainya. Nilai dalam perspektif berbuatNilai adalah (1) suatu bobot/kualitas dari suatu perbuatan kebaikan yang terdapat dalam berbagai hal yang dianggap sebagai sesuatu yang berharga, berguna, dan memiliki manfaat. (2) Kumpulan sikap perasaan ataupun anggapan terhadap sesuatu hal mengenai baik, buruk, benar-salah, patut-tidak patut, mulia-hina, penting-tidak penting

Manusia dalam hidup tidak lepas dari ukuran nilai, gambar samping dan bawah adalah contoh riil tentang adanya nilai yg disandang merekaSeekor kucing misalnya, sejak zaman Cleopatra sampai milenium ketiga ini tidak pernah mempersoalkan baik-tidaknya para majikan mereka. Kucing yang satu tidak menunjukkan iri pada temannya yang selalu mendapatkan makanan-makanan enak, bukan makanan sisa majikannya, bukan susu yang basi seperti dirinya.Tetapi perhatikan obrolan dua orang pembantu rumah tangga di sebuah perumahan, mereka memperbandingkan berapa gaji per bulan, adakah tip tambahan dari majikan, berapa besar THR yang diterima jika hari raya, seberapa berat beban pekerjaan di masing-masing tempat mereka bekerja, dan lain-lain.IlustrasiNilai dibutuhkan dalam hidup manusia untuk memberi makna dalam hidup, sebagai arah dan tujuan dalam hidup. Tanpa nilai, hidup manusia akan hampa, sia-sia. Luasnya nilai yang dibutuhkan manusia, seluas aktivitas manusia yang kompleks ini. Nilai-nilai rohaniah memberi makna yang lebih mendalam bagi kehidupan manusia daripada nilai-nilai jasmaniah, walaupun nilai-nilai jasmaniah tidak bisa dikesampingkan.Makna Nilai bagi Kehidupan ManusiaApabila nilai menjadi norma, maka nilai menjadi ukuran untuk suatu tindakan seseorang apakah sesuatu itu baik, buruk, benar atau salah, sehingga pantas dilakukan atau tidak. Dalam kaitan ini nilai dapat dikatagorikan dengan nilai jasmaniah (nilai ekonomis, nilai teknis, nilai kepraktisan) dan nilai rohaniah (nilai kehormatan, harga diri, kesetiaan, pengorbanan, dan lain-lain). Nilai Jasmaniah dan RohaniahApakah manusia itu pemilik nilai (subyektif) atau pengguna nilai (obyektif)?Apakah ada nilai-nilai obyektif yang harus diajarkan?Atau Apakah nilai harus dicari dari suatu proses karena sebenarnya individu sendiri sebagai makhluk yang bernilai, dan yang paling penting bagaimana individu tersebut menyadari dengan jelas nilai dirinya. Pendekatan-pendekatan Nilai

IdealismeMaterialismePragmatismeSophismePendekatan-pendekatan NilaiMenurut pandangan idealisme nilai ialah sesuatu yang bersifat normatif, obyektif dan berlaku umum. Nilai menurut mereka sebagai sesuatu yang tak terpisahkan dengan alam semesta ini. Wujud nilai bisa manusia tangkap lewat perilaku-perilaku anggota alam semesta ini, seperti matahari terbit dari timur dan tenggelam di barat, hewan-hewan lapar mencari mangsa tetapi bila sudah kenyang mereka menghentikan makan, hutan yang lebat berfungsi untuk menjaga keseimbangan alam, dan lain-lain. Lewat aktivitas alam ini sebenarnya manusia dapat menarik hikmah untuk memformat sistem nilai dalam hidup mereka. Tertib alami tersebut ditingkatkan menjadi tertib rasional, tertib manusiawi, dan kemudian tertib sosial. Materialisme tentang nilai lebih sederhana, dihubungkan dengan nilai-nilai matematis yang eksak dan terukur. Nilai suatu obyek ditentukan oleh ukuran-ukuran eksak yang dapat diukur dengan cermat, misalnya mana yang lebih baik antara naik kereta api atau pesawat terbang, maka penentuan dilakukan dengan membandingkan manfaatnya dengan ukuran-ukuran matematis yang cermat. Pikiran manusia pada pandangan ini diasalkan sebagai gerak otak, aliran-aliran dalam dunia seni dihubungkan dengan ukuran-ukuran nilai ekonomis. Pandangan ini menginginkan segala sesuatu dapat dibuktikan dengan empiris, jelas, dan konkrit. Tidak terkecuali dalam nilai kehidupan sosial, pandangan materialisme menginginkan nilai itu dapat diwujudkan dengan perbuatan, ukurannya ya atau tidak. LanjutanPandangan pragmatisme mendasarkan nilai yang diakui ditentukan oleh social interest, minat masyarakat. Sesuatu hal dapat bernilai tinggi apabila minat masyarakat tinggi terhadap sesuatu itu. Jadi sesuatu itu dianggap tidak bernilai apabila masyarakat menganggapnya sebagai sesuatu yang kuno, jadul, ketinggalan zaman, atau nggak gaul. Jadi yang menentukan nilai adalah masyarakat dengan social interest-nya. Bagi pragmatisme nilai tidak pernah abadi tetapi tentatif, tidak universal tetapi bersifat terbatas, dan itu wajar karena masyarakat selalu berkembang, dinamis. Aliran pragmatis tidak tahu apa yang akan terjadi di masa yang akan datang, semua itu diserahkan pada gerak dinamika masyarakat. Yang membentuk social interest pada umumnya mereka sebagai orang yang berpengaruh, mereka yang berkedudukan sebagai pemimpin, para publik figur. Lanjutan Dalam pandangan sophisme manusia menjadi ukuran bagi segala sesuatu, manusialah yang menentukan benar dan tidaknya sesuatu. Man is the measure of all things demikian yang dikatakan oleh Protagoras, seorang filsuf dari kaum sofis. Ukuran nilai menjadi sangat subyektif dalam pandangan kaum sofis, apa yang baik bagi seseorang mungkin tidak baik bagi orang lain. Suatu pendirian tidak lebih benar dibandingkan pendirian lain, sekalipun pendirian yang lain itu adalah kebalikannya. Kebenaran dan nilai bersifat relatif, tergantung pada waktu, tempat, dan manusianya. Pandangan ini sangat membingungkan karena tidak ada pedoman yang umum dan pasti untuk bertindak, tetapi semua berdasar pada selera perseorangan. Pengaruh Media Komunikasi terhadap Perkembangan Nilai MoralBila seseorang dihadapkan dengan berbagai kemungkinan yang ditampilkan oleh media komunikasi, maka dia akan kehilangan gagasan dan kebingungan.Media massa sangat mungkin memberikan kontribusi besar bagi pembiasan terhadap proses pemahaman yang sedang tumbuh pada kalangan anak-anak muda.Konsekuensinya akan muncul kebingungan pada kalangan anak muda untuk menentukan mana yang baik dan buruk, mana yang betul mana yang salah, dan mana yang adil mana yang timpang.Arti HukumMerupakan ketentuan tertulis yang berlaku dari kitab undang-undang suatu negara. Hukum dengan tegas dapat melarang serta memaksa orang untuk dapat berperilaku sesuai dengan keinginan pembuat hukum itu, pelanggaran terhadap hukum berupa sanksi denda sampai hukuman fisik (dipenjara, hukuman mati).Hukum

Tujuan hakiki hukum adalah ketertiban. Ketertiban adalah tujuan pokok dan pertama dari segala hukum, kebutuhan terhadap ketertiban ini merupakan syarat pokok (fundamental) bagi adanya suatu masyarakat manusia yang teratur, , ketertiban sebagai tujuan utama hukum, merupakan fakta obyektif yang berlaku bagi segala masyarakat dalam segala bentuknya (Mochtar Kusumaatmadja)Kaitan Hukum dan MoralHukum tak akan mempunyai arti jika tidak dijiwai oleh moralitas, hukum akan kosong tanpa moralitas. Moral juga membutuhkan hukum. Moral tanpa hukum hanya angan-angan saja kalau tidak diundangkan atau dilembagakan dalam masyarakat.Jadi hukum dapat meningkatkan dampak sosial dari moralitas.

Hakim pun tidak luput dari godaan suap para terdakwa berduitDilihat dari dasarnya, hukum memiliki dasar yuridis, konsensus dan hukum alam, sedangkan moral berdasarkan hukum alam. Dilihat dari otonominya, hukum bersifat heteronom yaitu datang dari luar diri manusia, sedangkan moral bersifat otonom datang dari diri sendiri.Dilihat dari pelaksanaannya, hukum secara lahiriah dapat dipaksakan, sedangkan moral secara lahiriah terutama batiniah tidak dapat dipaksakan.Dilihat dari sanksinya, sanksi hukum bersifat yuridis sanksi lahiriah, sedangkan sanksi moral berbentuk sanksi kodrati, batiniah, menyesal, malu terhadap diri sendiri.Dilihat dari tujuannya, hukum mengatur kehidupan manusia dalam kehidupan bernegara, sedangkan moral mengatur kehidupan manusia sebagai manusia.Dilihat dari waktu dan tempat, hukum tergantung waktu dan tempat, sedangkan moral secara obyektif tidak tergantung pada tempat dan waktu.Beda hukum dan moralBeda Hukum dan MoralHukum MoralYuridis, konsensus, hukum alamHeteronom; dari luar diri manusiaPelaksanaan bersifat lahiriah, dan dipaksakanSanksi lahiriah bersifat yuridis Tujuan untuk ketertibanTergantung waktu dan tempat

Hukum alamOtonom; dari dalam diri manusiaPelaksanaan; lahirian dan batiniah, tidak dapat dipaksakan.Sanksi batiniah dan kodratiTujuan untuk mempertahankan martabat kemanusiaanTidak tergantung waktu dan tempat.Moral adalah ajaran tentang baik-buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya. Kata ini disinonimkan dengan akhlak, budi pekerti dan susila.Sedangkan, etika, adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral.Dengan singkat dapat dikatakan moral adalah ajaran tentang baik-buruk, sedangkan etika adalah ilmu tentang baik-burukBeda Moral dan EtikaRebecca adalah seorang anggota Angkatan Darat Amerika Serikat yang berprofesi sebagai dokter bedah; kini ia bertugas di medan perang di Afganistan. Salah satu kegiatan rutin yang dilakukan bersama koleganya adalah membuka klinik khusus perempuan untuk penduduk sipil Afganistan di tepi kota Kandahar. Suatu hari kliniknya dimasuki oleh seorang pejuang Taliban yang tiba-tiba memberondong seisi klinik dengan senapan otomatis. Rebecca berlindung di balik lemari. Ia melihat dua koleganya tertembak, salah satunya adalah Suzy, perawat yang juga sahabat baiknya selama bertugas di Kandahar. Merasa marah, Rebecca keluar dari perlindungannya dan menembak Taliban tersebut dengan pistol. Tembakan pertama mengenai lengan si Taliban, dan tembakan kedua mengenai bagian dada. Taliban tersebut rubuh, namun masih hidup. Setelah pasukan bantuan datang, diketahui bahwa Suzy meninggal. Pejuang Taliban itu diamankan dan langsung dibawa ke rumah sakit di pangkalan militer. Rebecca, sebagai satu-satunya dokter bedah yang tersedia saat itu diminta untuk mengoperasi Taliban tersebut.Kasus Dalam kasus ini, apakah perbuatan Rebecca melepaskan timah panas ke penembak itu dikategorikan bermoral (baik)? Kita bisa membela Rebecca dengan menyebutnya bermoral baik karena melakukan pembelaan terhadap diri, kolega-koleganya dan orang-orang yang berada dalam klinik saat itu. Namun perlu diingat bahwa tindakannya dipicu kemarahan setelah melihat sahabatnya tertembak. Tindakan yang didasari balas dendam seringkali dicap tidak bermoral meskipun hal ini sangat relatif.Lalu, ketika diminta untuk mengoperasi si penembak, apakah Rebecca wajib melakukannya? Secara moral, Rebecca berhak menolaknya karena ia tidak berpihak pada keselamatan si penembak. Bahkan, ia berharap si penembak mati karena sudah membunuh sahabatnya. Namun, sebagai dokter Rebecca terikat sumpah Hippocrates untuk mengutamakan keselamatan pasiennya tanpa memandang agama, kebangsaan, suku maupun kedudukan sosial; dan si penembak adalah pasien di rumah sakit pangkalan militer tersebut. Jadi sesuai dengan etika yang berlaku dalam profesinya, Rebecca wajib melakukan apapun untuk keselamatan si penembak.Bermoral atau tidak, beretika atau tidak seseorang tergantung pada konteks peristiwa dan justifikasi seseorang/masyarakat dalam melihat peristiwa itu. Justifikasi sangat terkait dengan nilai dan norma yang dianut dan dijunjung tinggi. Meskipun demikian, ada dasar yang umum yang dirasakan berlaku di semua komunitas, yang berkaitan dengan dua karakter manusia: pemenuhan diri dan kemampuan untuk menderita. Setiap manusia membutuhkan pemenuhan diri, pemenuhan dari kebutuhan emosional maupun biologis. Moral menjadi bahasan saat manusia menempatkan pemenuhan dirinya diatas penderitaan orang lain.Kehidupan sehari-hari kita sangat pasti berurusan dengan penilaian moral. Batasannya sangat lentur, namun di situlah etika berperan. Etika, sebagai filosofi moral, membakukan nilai-nilai dan batasan-batasan untuk mempertegas moral.Etika yang mengikat profesinya sebagai dokter dapat menyelamatkan Rebecca dari sifat pendendam. Jika ia menolak mengoperasi si penembak, bisa saja orang lain (misal, keluarga si penembak, atau setidaknya hati kecil Rebecca) menganggapnya sebagai pembunuh. Pada akhirnya, tidak ada pengertian yang baku mengenai moral dan etika. Juga, tidak ada perbedaan yang nyata antara keduanya. Dunia terlalu kompleks dan terlalu banyak skenario serta sudut pandang terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi. Manusia lah, melalui kemampuan analitis dan refleksi dirinya yang dapat menyatakan sesuatu atau seseorang bermoral atau beretika.PenutupManusia dan nilai ibarat sekeping mata uang yang memiliki dua sisi, maka jika salah satu hilang tidak akan menjadi berarti bagi keberadaan yang lainnya.Hukum hanyalah sebagai alat dalam tatanan kehidupan, ia tidak berarti apapun jika tidak didukung oleh moralitas yang tinggi. Hukum hanya rangkaian kata-kata yang tidak memiliki kekuatan jika tanpa dikawal oleh orang2 yang menjunjung moral.

terimakasih

Semoga menjadi bahan renungan