05 final_bab03 potensi wilayah studi_3.1-3.2
TRANSCRIPT
-
8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2
1/33
PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR
WILAYAH SUNGAI SADANG
P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers 3-1
BBBBBBBB A AA A A AA A BBBBBBBB 33333333
POTENSI WILAYAH STUDIPOTENSI WILAYAH STUDIPOTENSI WILAYAH STUDIPOTENSI WILAYAH STUDI
3.1 ASPEK FISIK DASAR
3.1.1
Letak Geografis
Propinsi Sulawesi Selatan terletak antara 00 12’ – 8
0 Lintang Selatan dan 116
0 48’
– 1220 36’ Bujur Timur.
Provinsi Sulawesi Selatan memiliki batas-batas wilayah, yaitu:
• Provinsi Sulawesi Tengah di sebelah utara
• Teluk Bone dan Provinsi Sulawesi Tenggara di sebelah timur
• Selat Makassar di sebelah barat, dan
• Laut Flores di sebelah selatan
Berdasarkan UU No.26 Tahun 2004, propinsi ini mengalami pemekaran menjadi
Sulawesi Selatan dengan ibu kota Makassar dan Propinsi Sulawesi Barat dengan
ibu kota Mamuju. Secara geografis 90 % WS Sadang terletak di Propinsi
Sulawesi Selatan dan 10 % terletak di Sulawesi Barat.
3.1.2 Kondisi Topografi
Wilayah Sungai Sadang dengan luas 12.048 Km2 membujur dari utara ke selatan.
Topografi di bagian utara berupa pengunungan berlereng curam dengan puncak
bukitnya berkisar dari 800 sampai 2500 m. Topografi karst terdapat di daerah
Toraja. Di bagian selatan berupa perbukitan dengan ketinggain rata-rata 1000 m,
sedangkan di bagian barat sepanjang WS Sadang berupa dataran pantai.
-
8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2
2/33
PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR
WILAYAH SUNGAI SADANG
P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers 3-2
Gamar 3.1.1 Peta Administrasi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat
SULAWESI
U
S kala ( Km)
0 60 120 180
SUL AWESI SELATAN
WS Sa dan g
W S SADANG
Jala n U ta ma
B ant aeng M arros
B arr u Pan gkajeneKep.
B one P are pare
Bul ukum ba P inrang
E nr ekang P olewali Mamasa
G owa S elayar
Jenepont o S idenreng Rap.
Lu wu S injai
Luwu utar a Sop peng
M aj ene Takal ar
M akassar Ta na Tor aja
Mamuju Wa jo
Kabupaten / K ota
SUL AW ESI TENGAH
SULAWESI TE NGGARA
Enr ek ang
SULAWESI BARAT
Pasang kayu
KETERANGAN
Batas Pro pinsi
Batas Ka bup ate n
Pantai
J ala n
Ibuko ta Kabup ate n
Dana u
J enepon to
Buluk umbaT a k al ar
MAKA SSAR
SELAYA R
BONE
W A J O
PO LEW AL I
M A M A SA
TANA TORAJALU W U
L U WU U T ARA
G O W A
Par epa re
Ba r ru
S u n g g umi n asa
Pangk a j ene
M aros
Bantaeng
Sin j a i
Wat ampone
Sengkang
Side nreng
P i n rang
P olew al i
M ajene
M a k a le
Palopo
M AMUJU
Wat ang s openg
Benteng
M as am ba
-
8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2
3/33
PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR
WILAYAH SUNGAI SADANG
P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers 3-3
3.1.3
Kondisi Geologi dan Hidrogeologi
1) Kondisi Geologi
a) U m u m
Studi geologi di Wilayah Sungai Sadang dimaksudkan untuk memperoleh data
dan informasi kondisi geologi wilayah studi dimana data dan informasi geologi
ini akan dipakai sebagai data penunjang dalam pekerjaan Penyusunan Pola
Pengelolaan SDA Wilayah Sungai Sadang. Selanjutnya pola pengelolaan SDA
Sadang akan dijadikan acuan dalam penyusunan Rencana Induk (Master Plan)
Pengelolaan SDA WS tersebut.
Data penunjang studi geologi diambil dari data sekender dan data hasil
peninjauan lapangan. Data ini kemudian dirangkum menjadi laporan geologi
yang menjadi bagian dari Laporan Akhir Penyusunan Pola Pengelolaan SDA
Wilayah Sungai Sadang.
Data sekender yang dipergunakan sebagai acuan adalah sebagai berikut :
1. Peta Geologi Lembar Pangkajene dan Watampone, Sulawesi skala
1 : 250.000 disusun oleh Rab Sukamto Diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi (P3G) tahun 1982.
2. Peta Geologi Lembar Majene dan Bagian Barat Lembar Palopo, Sulawesi
skala 1 : 250.000 disusun oleh Djuri, Sudjatmiko, S. Bachri dan Sukido
Diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G) tahun
1998
3. Peta Geologi Lembar Mamuju, Sulawesi skala 1 : 250.000 disusun oleh N.
Ratman dan S. Atmawinata, Diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi (P3G) tahun 1993.
4. Peta Geologi Lembar Malili, Sulawesi skala 1 : 250.000 disusun oleh T.O.
Simandjuntak, E. Rusmana, Surono dan J.B. Supandjono, Diterbitkan oleh
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G) tahun 1991
b) Geomorfologi
Pulau Sulawesi dengan luas 172.000 Km2 merupakan pulau terbesar ke-3 di
Indonesia. Tata letak Pulau Sulawesi membentuk huruf K raksasa, secara
fisiografi dapat dibagi menjadi 4 lengan yaitu lengan utara, lengan timur, lengan
tenggara dan lengan selatan (Bemmelen, 1949). Wilayah Sungai Sadang termasuk
dalam lengan selatan Sulawesi, dan secara tektonik termasuk dalam Mendala
Geologi Sulawesi Barat.
-
8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2
4/33
PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR
WILAYAH SUNGAI SADANG
P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers 3-4
Wilayah Sungai Sadang dengan luas 12.048 Km2 membujur dari utara ke selatan.
Bentang alam Wilayah Sungai Sadang dapat dikelompokkan menjadi tiga satuan
morfologi yaitu satuan morfologi pegunungan, satuan morfologi perbukitan
bergelombang dan satuan morfologi dataran rendah.
• Satuan Morfologi Pegunungan
Satuan morfologi pegunungan terletak di bagian utara, menempati kurang lebih
40 % dari seluruh Wilayah Sungai Sadang. Lereng bukit umumnya terjal
membentuk ngarai. Satuan ini disusun oleh berbagai macam formasi batuan
berumur Pliosen sampai Eosen. Di daerah pegunungan terdapat sedikit topografi
kars dan dataran aluvium sempit disepanjang Sungai Sadang.
• Satuan Morfologi Perbukitan Bergelombang
Satuan morfologi perbukitan bergelombang terletak di bagian selatan, menempati
kurang lebih 30 % dari seluruh Wilayah Sungai Sadang. Tinggi perbukitarberkisar dari 300 sampai 600 m di atas` muka laut. Satuan ini disusun oleh
formasi batuan Tersier dan pra-Tersier serta batuan terobosan menengah sampai
ultra basa.
• Satuan Morfologi Dataran Rendah
Satuan morfologi dataran rendah menempati di bagian tengah dan sepanjang
pantai barat Wilayah Sungai Sadang. Luas satuan ini kurang lebih 20 % dari
seluruh Wilayah Sungai Sadang, disusun oleh batuan lepas dan belum begitu
kompak hasil pelapukan batuan yang lebih tua.
c) Stratigrafi
Wilayah Sungai Sadang terbentuk oleh beberapa macam batuan seperti batuan
sedimen, batuan gunung api, batuan terobosan dan batuan malihan. Umurnya
berkisar dari Mesozoikum. Pemerian satuan peta adalah sebagai berikut :
Endapan Aluvium (Qc/Qac) : terdiri dari lempung, lanau, kerikil, tersebar di
sepanjang sungai besar, pantai dan dataran rendah.
Endapan Undak (Qpt) : kerikil, pasir dan lempung, membentuk dataran rendah
bergelombang di sebelah utara Pangkajene. Terutama berasal dari batuan
pra-Tersier di sebelah timur Pangkajene. Satuan ini dapat dibedakan secara
morfologi dari endapan aluvium yang lebih muda.
-
8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2
5/33
PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR
WILAYAH SUNGAI SADANG
P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers 3-5
Formasi Walanae (Tpw) : Konglomerat, sedikit batupasir glaukonit dan serpih,
mengandung kokuina, moluska dan forminifera yang menunjukkan umur Pliosen,
diendapkan dalam lingkungan darat hingga laut dangkal. Ke arah selatan
batupasir semakin dominan dan berselingan dengan batulanau, tuf, napal,
konglomerat dan batugamping. Tebal formasi lebih dari 1700 m.
Anggota Batugamping Formasi Walanae (Tpl) : Batugamping terumbu, tebalnya
kurang dari 100 m, dijumpai menumpangi atau sebagai lensa pada bagian atas
Batuan Gunungapi Walimbong (Tmpv), umurnya sekitar Mio-Pliosen dengan
lingkungan pengendapan laut dangkal. Batuan serupa dan seumur di Lembar
Pangkajene dan Barat Watampone disebut Anggota Tacipi Formasi Walanae.
Batuan Gunungapi Parepare (Tppv) : Breksi gunungapi berkomponen trakit dan
andesit, batuapung, batupasir tufaan, konglomerat dan breksi tufaan, diterobos
oleh retas-retas traki-andesit. Umur satuan adalah Pliosen berdasarkan
pentarikhan radiometri pada trakit dan tuf di Parepare.
Batuan Terobosan (Tmpi): Umumnya batuan beku bersusunan asam sampai
menengah seperti granit, granodiorit, diorit, sienit, monzonit kuarsa dan riolit,
setempat dijumpai gabro di Gunung Pangi. Umurnya diduga Pliosen karena
menerobos batuan gunungapi Walimbong yang berumur Mio-Pliosen, serta
berdasarkan kesebandingan dengan granit di lembar Pasangkayu.
Formasi Loka (Tml) : Batuan epiklastik gunungapi terdiri dari batupasir andesitan,
batulanau, konglomerat dan breksi. Berlapis hingga masif, terutama sebagai
endapan darat hingga delta dan laut dangkal. Fosil foraminifera menunjukkanumur Miosen Tengah – Miosen Akhir. Tebal formasi mencapai ratusan meter.
Batuan Gunungapi Walimbong (Tmpv) : Lava bersusunan basal sampai andesit,
sebagian lava bantal, breksi andesit piroksen, breksi andesit trakit, mengandung
feldspatoid di beberapa tempat. Diendapkan dilingkungan laut, diduga berumur
Mio-Pliosen karena menjemari dengan Formasi Sekala yang berumur Miosen
Tengah –Pliosen. Tebalnya ratusan meter.
Formasi Sekala (Tmps) : Batupasir, konglomerat, serpih, tuf sisipan lava
andesitan – basalan, mengandung foraminifera berumur Miosen Tengah – Pliosen
dengan lingkungan pengendapan laut dangkal. Tebal formasi sekitar 500 m.
Formasi Cambra (Tmc) : Batuan sedimen laut berselingan dengan batuan
gunungapi; batupasir tufaan berselingan dengan tufa, batupasir, batulanau dan
batulempung; bersisipan dengan napal, batugamping, konglomerat dan breksi
gunungapi, dan setempat dengan batubara. Tebal formasi sekitar 500 m.
-
8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2
6/33
PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR
WILAYAH SUNGAI SADANG
P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers 3-6
Anggota Batuan Gunungapi (Tmcv) : Merupakan anggota dari Formasi Cambra,
terdiri dari batuan gunungapi bersisipan batuan sedimen laut; breksi gunungapi,
lava, konglomerat gunungapi, dan tufa berbutir halus hingga lapili; bersisipan
batupasir tufaan, batupasir gamping, batulempung mengandung sisa tumbuhan,
batugamping dan napal. Batuannya bersusunan andesit dan basal, sebagian
terkersikan, amigdaloidal dan berlubang-lubang.
Anggota Batugamping (Tmcl) : Merupakan anggota dari Formasi Cambra, terdiri
dari batugamping, batugamping tufaan, batugamping pasiran, setempat dengan
sisipan tufa; sebagian kalkarenit, pejal dan sarang, berbutir halus sampai kasar,
mengadung fosil foraminifera dan sedikit moluska.
Formasi Makale (Tomm) : Batugamping terumbu terbentuk di laut dangkal,
umurnya diduga Miosen Awal – Miosen Tengah.
Formasi Date (Tomd) : Napal dengan selingan batulanau gampingan dan
batupasir gampingan, tebal 500 – 1000 m, kandungan foraminifera menunjukkan
umur Oligosen Tengah – Miosen Tengah dengan linmgkungan pengedapan laut
dangkal.
Formasi Tonasa (Temt) : Batugamping koral pejal, sebagian terhablurkan,
berwarna putih dan kelabu muda; batugamping bioklastika dan kalkarenit,
berwarna putih, coklat muda dan kelabu muda, sebagian berlapis baik,
berselingan dengan napal globigerina tufaan; bagian bawahnya mengandung
batugamping berbitumen, setempat bersisipan breksi batugamping dan
batugamping pasiran.
Formasi Toraja (Tets) : Serpih coklat kemerahan, serpih napalan kelabu,
batugamping, batupasir kuarsa, konglomerat, dan setempat batubara. Tebal
formasi diduga tidak kurang ari 1000 m. Fosil foraminifera pada batugamping
menunjukkan umur Eosen – Miosen. Lingkungan pengendapan laut dangkal.
Formasi Latimojong (Kls) : Secara umum formasi ini mengalami malihan
lemah – sedang, terdiri dari serpih, filit, rijang, marmer, kuarsit dan breksi
terkersikkan. Diterobos oleh batuan beku menengah sampai basa. Tebal formasi
lebih dari 1000 m.
Formasi Kalangbaru (Kb) : Sedimen tipe flysch; batupasir berselingan dengan
batulanau, batulempung dan serpih; bersisipan konglomerat, batupasir
konglomeratan, tufa dan lava; batupasirnya bersusunan grewake dan arkosa,
sebagian tufaan dan gampingan.
-
8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2
7/33
PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR
WILAYAH SUNGAI SADANG
P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers 3-7
Batuan Malihan (S) : Sebagian besar sekis dan sedikit genes. Umumnya berfoliasi
miring ke arah timur laut, sebagian terbreksikan, dan tersesarkan naik ke arah
barat daya. Satuan ini tebalnya tidak kurang dari 2000 m dan bersentuhan sesar
dengan satuan batuan di sekitarnya.
Komplek Melange (m) : Batuan campur aduk secara tektonik terdiri dari grewake,
breksi, konglomerat, batupasir terkersikkan, serpih kelabu, serpih merah, rijang
radiolaria merah, batusabak, sekis, ultramafik, basal diorit dan lempung.
Himpunan batuan ini mendaun, kebanyakan miring ke arah timur laut dan
tersesarkan naik ke arah barat daya. Tebal satuan ini tidak kurang dari 1750 m,
bersentuhan sesar dengan satuan batuan di sekitarnya.
Batuan Ultrabasa (Ub) : Peridotit sebagian besar terserpentinkan, berwarna hijau
tua sampai hijau kehitaman; kebanyakan terbreksikan dan tergerus melalui sesar
naik kle arah barat daya. Tebal tidak kurang dari 2500 m, dan bersentuhan sesar
dengan satuan batuan di sekitarnya.
Diorit – Granodiorit (d) : Terobosan diorit dan granodiorit, terutama berupa stok
dan sebagian berupa retas, kebanyakan bertekstur porfir, berwarna kelabu muda
sampai kelabu.
Trakit (t) : Terobosan trakit berupa stok, sil dan retas; bertekstur porfir kasar
dengan fenokris sanidin ampai 3 cm panjangnya; berwarna putih keabuan sampai
kelabu muda.
d) Tektonika dan Struktur Geologi
Tektonik daerah Sulawesi menurut Rab Sukamto (1975) dapat dibagi menjadi 3
mendala geologi yaitu :
1. Mendala Geologi Sulawesi Barat
2. Mendala Geologi Sulawes Timur
3. Mendala Geologi Banggai-Sula
Wilayah Sungai Sadang termasuk dalam Mendala Geologi Sulawesi Barat.
Mendala ini dicirikan oleh batuan sedimen laut dalam berumur Kapur – Paleogen
yang kemudian berkembang menjadi batuan gunungapi bawah laut dan akhirnya
gunungapi darat di akhir Tersier. Batuan terobosan granitan beumur
Miosen – Pliosen juga mencirikan mendala ini.
-
8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2
8/33
PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR
WILAYAH SUNGAI SADANG
P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers 3-8
Sejarah tektoniknya dapat diuraikan mulai jaman Kapur, yaitu saat mendala
geologi Sulawesi Timur bergerak ke barat mengikuti tunjaman landai ke barat di
bagian timur Mendala Geologi Sulawesi Barat. Penunjaman ini berlangsung
hingga Miosen Tengah, saat kedua mendala tersebut bersatu. Pada akhir Miosen
Tengah sampai Pliosen terjadi pengendapan sedimen molasa secara tak selaras di
atas seluruh mendala geologi di Sulawesi, serta terjadi terobosan batuan granitan
di Mendala Geologi Sulawesi Barat.
Pada Plio-Plistosen seluruh daerah Sulawesi mengalami deformasi yang
mengakibatkan terbentuknya lipatan dengan sumbu berarah barat laut – tenggara,
serta sesar naik dengan bidang sesar miring ke timur. Setelah itu seluruh daerah
Sulawesi terangkat dan membentuk bentang alam seperti sekarang ini.
Struktur geologi yang berkembang di Wilayah Sungai Sadang terutama lipatan
dan sesar. Struktur lipatan dengan sumbu berarah barat laut – tenggara
membentuk antiklin dan sinklin, sedangkan struktur sesar yang dominan adalah
sesar naik dengan arah barat laut – tenggara dan utara – selatan, bidang sesar
miring ke timur. Posisi struktur sesar ini dapat dilihat pada peta geologi WS
Sadang.
-
8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2
9/33
PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR
WILAYAH SUNGAI SADANG
P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers 3-9
Gambar 3.1.2 Peta Tektonik Sulawesi (Warren Hamilton, 1978)
-
8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2
10/33
PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR
WILAYAH SUNGAI SADANG
P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers 3-10
2)
Hidrogeologi
a)
U m u m
Air tanah menurut UU No 7 tahun 2004 adalah air yang terdapat dalam lapisan
tanah atau batuan di bawah permukaan tanah. Sedangkan cekungan air tanah
diartikan sebagai wilayah yang dibatasai oleh batas hidrogeologis, tempat semua
kejadian hidrogeologis seperti proses pengimbuhan, pengaliran dan pelepasan air
tanah berlangsung. Dengan demikian, setiap cekungan airtanah memiliki cirri-ciri
hidrogeologi tersendiri yang secara hidraulik dapat berhubungan dengan
cekungan airtanah lainnya atau bahkan tidak sama sekali.
Pemanfaatan sumberdaya airtanah untuk menunjang kegiatan pembangunan di
daerah Sulawesi bagian selatan menunjukkan kecenderungan yang semakin
meningkat, seiring dengan pesatnya laju perkembangan penduduk dan kemajuan
pembangunan. Sumberdaya airtanah telah telah menjadi komoditi ekonomi yang
memiliki peran penting dalam menunjang kehidupan masyarakat dan segala
aktivitas yang dilakukannya, terutama sebagai sumber pasokan air bersih untuk
keperluan sehari-hari penduduk, proses industri, dan irigasi, bahkan di berbagai
daerah peranan air tanah tersebut dapat digolongkan strategis.
Konsekuensi dari semakin pentingnya peranan airtanah sebagai sumber pasokan
untuk berbagai keperluan tersebut, diperlukan tindakan nyata dalam pengelolaan
sumberdaya airtanah yang berwawasan lingkungan, yakni segala upaya yang
mencakup inventarisasi, pengaturan pemanfaatan, perizinan, pembinaan, dan
pengendalian serta pengawasan dalam rangka konservasi air bawah tanah yangdilakukan secara bijaksana dengan bertumpu kepada azas fungsi sosial dan nilai
ekonomi, kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian, keseimbangan,
kelestarian, keadilan, kemandirian, serta transparansi dan akuntabilitas publik.
Seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah sebagaimana diamanatkan dalam
Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun
2000, daerah memiliki kewenangan dalam pengelolaan sumberdaya airtanah yang
tersedia di wilayahnya dan bertanggungjawab memelihara lingkungan, artinya
pelaksanaan kewenangan pengelolaan sumberdaya airtanah tetap berlandaskan
azas dan paradigma pengelolaan serta visi kelestarian yang muaranya adalah
pemanfaatan yang berkelanjutan. Disisi lain, pemerintah mempunyai kewajiban
dalam pengaturan kebijakan tentang perencanaan nasional dan pengendalian
pembangunan nasional secara makro, pembinaan dan pemberdayaan sumberdaya
manusia, pendayagunaan sumberdaya alam, teknologi tinggi dan strategis,
konservasi, serta standarisasi nasional. Di bidang airtanah, pemerintah telah
menetapkan kebijakan melalui Keputusan menteri Energi dan Sumberdaya
-
8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2
11/33
PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR
WILAYAH SUNGAI SADANG
P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers 3-11
Mineral No. 1451K/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas
Pemerintahan di Bidang Pengelolaan Airtanah, bahwa pengelolaan airtanah
didasari satuan wilayah cekungan airtanah (groundwater basin).
b) Terdapatnya Airtanah
Sebagian besar air tanah berasal dari air permukaan yang meresap masuk dalam
tanah yang merupakan bagian dari suatu proses peredaran atau dikenal dengan
siklus hidrologi. Air tanah seperti ini disebut air meteorik. Selain itu ada pula dari
yang disebut air juvenil dan air fosil (air “connate”). Air juvenile merupakan air
baru, berasal dari proses magmatik yang sangat dalam (air plutonik) atau yang
yang relative dangkal (air volkanik). Sedangkan air connate merupakan kantong
air yang terjadi karena air tersebut terperangkap pada endapan sewaktu proses
pengendapan. Air magmatik baik air plutonik maupun volkanik biasanya panas
dan banyak mengandung belerang sedang air fosil biasanya asin.
Banyaknya kandungan air tanah di suatu daerah tergantung pada iklim/musim
atau banyaknya curah hujan, banyak sedikitnya tumbuh-tumbuhan, topografi
(lereng, datar) dan derajad kesarangan/derajad celah batuan. Berdasarkan sifat
fisik dan tekstur batuan, lapisan batuan pembawa air dapat dibedakan menjadi 4
jenis yaitu :
1) Akuifer atau lapisan pembawa air yaitu batuan yang mempunyai susunan
sedemikian rupa sehingga dapat mengalirkan air yang cukup berarti di bawah
kondisi lapangan.
2) Akuiklud atau lapisan kedap air yaitu batuan yang dapat menyimpan air
tetapi tidak dapat mengalirkannya dalam jumlah yang berarti.
3) Akuifug atau lapisan kebal air taitu batuan yang tidak dapat menyimpan dan
mengalirkan air.
4) Akuitar yaitu batuan yang mempunyai susunan sedemikian rupa sehingga
dapat menyimpan air tetapi hanya dapat mengalirkan air dalam jumlah
terbatas. Akuitar terletak diantara akuifer dan akuiklud.
Berdasarkan litologi dan letaknya, akuifer akuifer dapat dibedakan menjadi 4
macam yaitu :
1) Akuifer bebas, akuifer tak tertekan, yaitu akuifer dimana muka air tanah
merupakan bidanga batas sebelah atas dari pada zona jenuh air. Akifer ini
disebut juga sebagai phreatic aquifer, non artesian aquifer atau free aquifer.
-
8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2
12/33
PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR
WILAYAH SUNGAI SADANG
P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers 3-12
2) Akuifer tertekan, akuifer terkekang yaitu akuifer dimana air tanah terletak di
bawah lapisan kedap air (impermeabel) dan mempunai tekanan lebih besar
dari pada tekanan atmosfir. Akuifer ini disebut juga pressure aquifer atau
artesian aquifer.
3) Akifer bocor, leakage aquifer yaitu akuifer dimana air tanah terletak di bawahlapisan yang setengah kedap air. Akuifer disini terletak antara akuifer bebas
dan akifer tertekan.
4) Akuifer menggantung, akuifer tumpang, perched aquifer yaitu akuifer dimana
masa air tanahnya terpisah dari air tanah induk oleh suatu lapisan yang relatif
kedap air yang tidak begitu luas dan terletak di atas zoba jenuh air.
c) Potensi Airtanah di Daerah WS Sadang
Kajian potensi air tanah dilakukan dengan melakukan inventarisasi cekungan
airtanah yang ada serta mempelajari potensi hidrogeologi pada wilayah sungai
Sadang berdasarkan data yang ada.
Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan Pertambangan (DTLGKP)
pada tahun 2001 telah melakukan studi inventarisasi potensi cekungan airtanah
Pulau Sulawesi bagian selatan (Sulawesi II). Berdasarkan kondisi geologi,
morfologi dan hidrogeologinya, serta mengacu pada tipe-tipe batas suatu
cekungan airtanah di daerah WS Sadang dapat diidentifikasi adanya 4 cekungan
airtanah. :
• Cekungan Air Tanah Kolosi
Sebaran cekungan ini terdapat di Kab. Enrekang dengan luas cekungan 86 Km2.
Akifer utamanya terdiri dari batugamping dengan kelulusan sedang sampai tinggi.
Kuantitas airtanah bebas terhitung sekitar 58 juta m3 /tahun.
• Cekungan Air Tanah Pinrang
Sebaran cekungan ini terdapat di Kab. Pinrang, Kab. Sidenreng, Kab Wajo dan
Kab. Sopeng dengan luas cekungan 2270 Km2. Akifer utamanya terdiri dari
aluvium endapan pantai, danau dan sungai berupa lempung, lumpur, lanau, pasir,dan kerikil dengan kelulusan sedang. Endapan undak berupa kerikil, pasir, dan
lempung dengan kelulusan sedang. Kuantitas airtanah bebas terhitung sekitar
1345 juta m3 /tahun dan airtanah tertekan sekitar 5 juta m
3 /tahun.
-
8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2
13/33
PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR
WILAYAH SUNGAI SADANG
P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers 3-13
• Cekungan Air Tanah Barru
Sebaran cekungan ini terdapat di Kab. Barru dengan luas cekungan 134 Km2.
Akifer utamanya terdiri dari aluvium endapan pantai berupa lempung, lanau, pasir,
dan kerikil dengan kelulusan sedang sampai tinggi. Kuantitas airtanah bebas
terhitung sekitar 74 juta m3
/tahun dan airtanah tertekan sekitar 2 juta m3
/tahun.
• Cekungan Air Tanah Pengkajene
Sebaran cekungan ini terdapat di Kab. Pangkajene dan Kab. Maros dengan luas
cekungan 2230 Km2. Akifer utamanya terdiri dari aluvium endapan pantai dan
sungai berupa lempung, lumpur, lanau, pasir, dan kerikil dengan kelulusan sedang.
Endapan undak berupa kerikil, pasir, dan lempung dengan kelulusan sedang.
Batugamping terumbu dengan kelulusan sedang.Kuantitas airtanah bebas
terhitung sekitar 929 juta m3 /tahun dan airtanah tertekan sekitar 5 juta m
3 /tahun.
Berdasarkan Peta Hidrogeologi Indonesia lembar Majene dan Lembar
Pangkajene, akuifer di WS Sadang dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
1) Akuifer dengan aliran melalui ruang antar butir
2) Akuifer dengan aliran melalui celahan, rekahan dan aliran
3) Akuifer (bercelah atau sarang) produktif kecil dan daerah airtanah langka
Dengan mempertimbangkan tatanan geologi, topografi dan curah hujan, Wilayah
Sungai Sadang secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua mendala air tanah
yaitu dataran rendah dan pegunungan. Pada mendala air tanah dataran rendah,
akuifer mempunyai produktivitas sedang dengan penyebaran luas. Mendala air
tanah pegunungan merupakan akuifer dengan produktivitas kecil, air tanah
dangkal dalam jumlah terbatas dapat diperoleh pada zona pelapukan batuan padu
dan zona sesar. Sedangkan daerah batuan terobosan merupakan daerah air tanah
langka.
d) Pemanfaatan Airtanah
Kebutuhan akan air bersih penduduk kota dalam WS Sadang umumnya sudah
terpenuhi oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang sudah memiliki
jaringan distribusi cukup luas, sedangkan penduduk yang menempati daerah
pinggiran kota hingga pelosok pedesaan umumnya memenuhi kebutuhan air dari
budidaya sendiri yakni dari sumur gali, mataair maupun air permukaan.
-
8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2
14/33
PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR
WILAYAH SUNGAI SADANG
P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers 3-14
Mengingat bahwa airtanah merupakan salah satu sumberdaya air yang
keberadaannya terbatas dan kerusakannya dapat mengakibatkan dampak yang
luas serta pemulihannya sulit dilakukan maka pengelolaan dan perlindungan
airtanah yang berbasis cekungan airtanah merupakan hal yang sangat penting
agar pemanfaatannya dapat terus berlanjut baik untuk generasi sekarang maupun
generasi mendatang. Untuk hal ini perlu adanya kerjasama antar daerah yang
tercakup dalam satu cekungan airtanah tersebut.
N O C E K U N GA N A I R T A N A H
1. Sampaga
2 . Po lewal i
3 . P i n r a n g
4 . K o l o s i
5. Siwa
6 . P adang Sapa
7 . B o n e B o n e
8 . W a s o p o t e
9 . B a t u le m p e
1 0 . B a n k e
1 1 . M o b a l a b a
12 . Le lewowo
13 . B u lupu te
14 . B u lu ta ipa
1 5 . P i n d o l o
1 6 . T o m o r i
1 7 . K o l a k a
1 8 . T a n g k e t a d a
1 9 . W e p u t a n g
2 0 . T i n a n g ge a
2 1 . A m b e s i a
2 2 . M o t a n o
2 3 . E w o l a n g k a
2 4 . R a r o m e e t o
2 5 . L a l o n g ga s o m a l e
N O C E K U N GA N A I R T A N A H
2 6 . K o l o n o
27 . R awua
2 8 . T a n o a
2 9 . M a h o l o n a
3 0 . B e n t e n g
3 1 . M u n a
3 2 . L a b uh a n T a b el o
3 3 . E r e k e
3 4 . L a m b a l e
35 . B au B au
36 . Ka l iwin to
37 . Las i l imu
3 8 . K o n d e
3 9 . L e b o
4 0 . B a n g b o n g
4 1 . P a n g k a j e n e
4 2 . B a r r u
4 3 . P o m p a n u a
4 4 . M a k a s s a r
45 . S in ja i
4 6 . B e n t a e n g
4 7 . G o w a
48 . B i ra
4 9 . B u n g k u
WS SADANG
Gambar 3.1.3 Peta Sebaran Cekungan Airtanah Wilayah Sulawesi II
-
8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2
15/33
PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR
WILAYAH SUNGAI SADANG
P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers 3-15
3.1.4
Penggunaan Lahan
Pemanfaatan lahan di Propinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat didominasi
oleh kawasan hutan dengan luas 3,2 juta Ha atau 55,51 % dari total luas wilayah
Propinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. Luas kawasan hutan di Propinsi
Sulawesi Selatan berdasarkan peta paduserasi, masing-masing deperuntukkanuntuk hutan lindung seluas 1,8 juta Ha, Hutan produksi terbatas seluas 810,16
ribu Ha, Hutan produksi biasa 192,64 ribu Ha, Hutan suaka alam dan wisata
(Hutan SAW) 243 ribu Ha, hutan produksi yang dapat dikonversi seluas 102,1
ribu Ha. Dari luas kawasan tersebut, terlihat bahwa kabupaten yang paling luas
penggunaan tanah/lahannya adalah Kabupaten Mamuju dengan luas 1,1 juta Ha,
dan penggunaan tanah tersebut didominasi oleh hutan seluas 946,5 ribu atau
85,7 % dari keseluruhan penggunaan tanahnya dan merupakan penghasil hutan
yang terluas di Propinsi Sulawesi Selatan.
Tabel 3.1.1 Luas Penggunaan Lahan untuk Kawasan Hutan
di Propinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat (Ha)
Penggunaan Lahan Sulawesi Selatan Sulawesi Barat
Hutan Lindung 1,207,301.90 669,358.00
Hutan Produksi Terbatas 488,551.00 321,607.00
Hutan Produksi Biasa 131,041.00 61,600.00
Hutan Suaka Alam dan Wisata 242,110.00 900.00
Hutan untuk Areal Penggunaan
Lain 603,200.00 Tidak ada data
Hutan Produksi yang dapat
dikonversi
23,630.00 78,443.00
Sumber : Sulawesi Selatan dalam Angka 2001 & 2004
Bentuk-bentuk kawasan konservasi yang ditetapkan dan dikelola secara utuh
mencakup kawasan suaka alam (KSA) yang terdiri dari cagar alam & suaka
marga satwa, dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA) yang terdiri dari Taman
Nasional, Tahura, Taman Wisata dan Taman Buru. Di Sulawesi Selatan sekitar
214.519,25 Ha kawasan konservasi darat, terdiri dari suaka margasatwa 4 lokasi,
cagar alam 6 lokasi, taman wisata 10 lokasi dan taman buru 1 lokasi. Sedangkan
kawasan konservasi perairan yang telah ditetapkan meliputi 2 lokasi yaitu Taman
Nasional Wisata Alam Laut Kapoposang dan Taman Nasional Takabonerate
dengan luas 580,8 ribu Ha.
-
8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2
16/33
PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR
WILAYAH SUNGAI SADANG
P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers 3-16
Kawasan konservasi yang terdapat di unit KSDA Sulsel I antara lain Taman
Wisata Alam Cani Sirenreng yang terletak di kecamatan Ulaweng, Palakka, Ponre
dan Lappariaja Kabupaten Bone dengan luas kurang lebih 3,1 ribu Ha. Ciri khas
berupa air terjun bertingkat dengan pemandangan alamnya yang indah dan udara
yang sejuk ditambah dengan keanekaragaman jenis flora dan faunanya. TWA
Kepulauan Kapoposang terletak di Kecamatan Tuppabiring Kabupaten
Pangkajene Kepulauan kurang lebih 50.000 Ha. Daya tarik pemandangan bawah
laut yang indah dengan keanekaragaman flora faunanya ditunjang dengan pasir
putih yang terhampar sepanjang pantai.
Unit KSDA II Sulsel bertanggung jawab terhadap kawasan konservasi antara lain
TWA Sidrap,TWA Danau Matano, Danau Mahalona dan Danau Towuti, TWA
Nanggala III luwu dan TN Laut Taka Bonerate sebagai salah satu kawasan
pelestarian alam di Indonesia. Kawasan ini merupakan karang atol terbesar ketiga
dunia dengan luas kurang lebih 220 ribu Ha.
3.1.5
Kehutanan dan Sumber Daya Hutan
Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki nilai ekonomi,
ekologi dan sosial yang tinggi. Hutan alam tropika juga berfungsi sebagai
paru-paru dunia dan sistem penyangga kehidupan sehingga kelestariannya harus
dijaga dan dipertahankan dengan pengelolaan hutan yang tepat.
Hutan di wilayah studi yang membentang hijau mulai dari Utara sampai ke
Selatan berfungsi sebagai pelindung mata air, pencegah erosi dan banjir ataupun
sebagai hidrologi terdiri dari hutan lindung dan hutan produksi. Sektor
kehutanan ini sangat memungkinkan untuk pengembangan menjadi hutan wisata
sebagai salah satu paket ekowisata/ekotourisme.
Menurut klasifikasi fungsi hutan, maka di wilayah hulu sungai Sadang, utamanya
di Kabupaten Tana Toraja terdapat beberapa kawasan hutan yang sangat
memungkinkan untuk dikembangkan menjadi kawasan hutan wisata, yaitu:
Kawasan Hutan wisata Nanggala dibagian Utara/Timur, Kawasan Hutan Wisata
Mapongka di selatan, Kawasan Hutan Wisata Messila di Barat serta Kawasan
Hutan Rakyat yang tersebar diseantero kabupaten Tana Tnraja yang belum
digunakan secara maksimal hingga saat ini.
Prospek hutan ini sangat menjanjikan untuk dijadikan kawasan wisata alam,
seperti Trekking, kemping (bumi perkemahan), maupun ekowisata, sehingga
dalam pengembangannya tidak perlu merusak lingkungan/ekosistem yang ada
bahkan bisa ditingkatkan sebagai kawasan wisata pendidikan lingkungan hidup.
-
8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2
17/33
PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR
WILAYAH SUNGAI SADANG
P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers 3-17
Di Kabupaten Tana Toraja sendiri memiliki luas hutan sejumlah 135.938 ha,
dengan kondisi yang cukup baik. Di kabupaten ini sektor kehutanan terdiri dari:
• Hutan Lindung, Pinus tersedia 14.000 ha
• Hutan produksi terbatas 9.172 ha
•
Bahan baku getah pinus 25.000 ton/th dari lahan hutan pinus 9.172 ha.Untuk industri pengolahan kayu untuk bahan korek api dan mebel sebagai
berikut :
• Hutan rakyat : 14.000 ha
• Hutan produksi terbatas : 910.200 ha
• Jatah tebang/tahun 340 ha
• Potensi kayu pinus : 1.234.000 ton/tahun
Secara total kondisi hutan di Sulawesi Selatan pada tahun 2004 seluas 3.264.713
ha yang antara lain terdiri dari 1.207.301,90 ha hutan lindung, 488.551,00 ha
hutan produksi terbatas, dan 131.041,10 ha hutan produksi biasa.
Produksi hasil hutan terdiri dari kayu dan non kayu (seperti rotan dan dammar).
Produksi hutan Sul-Sel pada tahun 2004 yang berupa kayu sebesar 147.739,24
kubik. Hasil lainnya yakni rotan 6.478,67 pon dan getah pinus 180.126,000
Gambar 3.1.4 Peta Penutupan Lahan pada Areal Hutan Lindung dan Kawasan
Konservasi Propinsi Sulawesi Selatan
-
8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2
18/33
PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR
WILAYAH SUNGAI SADANG
P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers 3-18
Tabel 3.1.2. Daftar Kawasan Hutan Lindung di Propinsi Sulawesi Selatan
NO KABUPATENHUTAN
LINDUNG
LUAS
AREA
(Ha)
NO KABUPATENHUTAN
LINDUNG
LUAS
AREA
(Ha)
1
KABUPATEN
SINJAI B. Pesapa 20.940,00
Aparang 1.38 B. Tellu Banua 31.305,00
Balang Jatie 789,00 11
KABUPATEN
MAROS
Balang Pesoang 616,00 B. Bualo 125,00
2
KABUPATEN
PARE-PARE Bulusaraung 15.000,00
Bacukiki 3216,00 G. Rumbua 575,00
3
KABUPATEN
JENEPONTO Lompobattang 10.738,00
Bangkala 5.189,00 Pangkalaeng 1.277,00
S. Tanrang 392,00 12
KABUPATEN
PANGKEP
Lompobattang 2.360,00 Bulusaraung 18.625,00
4
KABUPATEN
BARRU 13
KABUPATEN
BONE
Barru 29.534,00 Bakau Baru 3.831,00
B. Tonga Rambu 914,00 Madu 570,00
Komp. Pani-pani 3.877,00 Ponre 5.231
Lasitae 6.225,00 Tellu Lumpoe 5.802,00
Komp.
Wala-wala 8.058,00 Walanae 4.766,00
5
KABUPATEN
ENREKANG 14
KABUPATEN
WAJO
Batumula 5.264,00 H. Bakau Wajo 4.300,00
B. Bulo-bulo 694,00 Latumojong 4.407,00
Ampuno 816,00 15
KABUPATEN
MAJENE
S. Bungin 24.439,00 H. Majene 46.700,00
Siambo 10.478,00 16
KABUPATEN
SELAYAR
Latimojong 41.534,00 Jampeaa 8.750,00
6
KABUPATEN
GOWA 17
KABUPATEN
LUWU
Batununggulu 487,00 Kambuno Kalaena 37.850,00
Bontomaya 5.922,00 Komp. H. Bakau 48.136,00
-
8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2
19/33
PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR
WILAYAH SUNGAI SADANG
P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers 3-19
NO KABUPATENHUTAN
LINDUNG
LUAS
AREA
(Ha)
NO KABUPATENHUTAN
LINDUNG
LUAS
AREA
(Ha)
Bontoramba 2.091,00 Latumojong 145.985,00
Lompobattang 3.743,00 Malili 3.642,00
Pangkalaeng 1.035,00 Nanggala 3.700,00
Pao Utara
Tombolo 3.229,00 Padang Lawu 53.954,00
7
KABUPATEN
MAROS Palopo Selatan 9.644,00
B. Buallo 125,00 Pomasai Malili 87.970,00
Bulusaraung 15.000,00 Pongkong Karana 10.424,00
G. Rumbua 576,00
Pongkong
Rompoang 3.995,00
Pangkalaeng 1.277,00 Sangbua 4.252,00
Tetekang 9.615,00
8
KABUPATEN
TATOR Walentang 4.529,00
B. Gasing 6.950,00 18
KABUPATEN
MAMUJU
B. Masilla 10.606,00 Komp. S. Anong 6.781,00
B. Sadoko 16.110,00
Komp. S. Bakau
Mamuju 212.963,00
Karua 65.975,00
Komp. S.
Budong-budong 22.277,00
Latimojong 7.469,00 Komp. S. Lumu 230.569,00
Nanggala 15.928,00 Komp. S. Mamuju 28.037,00
Pongtora / Ka’do 27,00 19
KABUPATEN
SIDRAP
Sadang 9.738,00 Latimojong 43.635,00
S. Simbuang 36.100,00 20
KABUPATEN
POLMAS
9
KABUPATEN
BULUKUMBA Mamasa 170.378,00
Balang Pesoang 2.266,00 Polmas/Polewali 77.552,00
Lompobattang 4.708,00 21
KABUPATEN
BANTAENG
S. Bijawang 396,00 Lompobattang 4.000,00
10
KABUPATEN
PINRANG 22
KABUPATEN
SOPPENG
Batumila 2.755,00 Niniconang 28.267,00
-
8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2
20/33
PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR
WILAYAH SUNGAI SADANG
P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers 3-20
3.2
ASPEK SOSIAL EKONOMI
3.2.1.
Batas Administrasi Wilayah Studi
Areal Studi terletak dalam wilayah administrasi Kabupaten Tana Toraja,
Enrekang, Pinrang, Polewasi Mandar, Mamasa, Pinrang, Kota Pare-Pare, Barru
dan Pangkep. Sebagian besar termasuk dalam wilayah Propinsi Sulawesi Selatan
dan sebagian kecil wilayah Propinsi Sulawesi Barat. Total luas keseluruhan
wilayah studi adalah 13.229,77 km2.
Areal studi dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat dari Kota Makassar
dengan jarak paling jauh adalah Kabupaten Tana Toraja dan Mamasa, yang
ditempuh dalam waktu kurang lebih 8 jam perjalanan kearah Utara. Kondisi jalan
secara umum cukup baik dan hampir seluruhnya merupakan jalan aspal.
Tabel. 3.2.1. Wilayah Administratif Kabupaten
yang termasuk dalam WS Sadang
No Propinsi Kabupaten Luas Kabupaten (Km2)
1 Sulawesi Selatan Pangkep 1112.29
Barru 1174.72
Enrekang 1786.01
Pinrang 1070.02
Kota Pare-Pare 99.33
Tana Toraja 3205.77
Marros 1619.12
Sidrap 1883.25
2 Sulawesi Barat Polewali Mandar 2022.33
Mamasa 2759.33
TOTAL 16,732.17
Sumber : Sulawesi Selatan dalam Angka 2004
3.2.2. Kependudukan
(1) Jumlah Penduduk
Diskripsi penduduk yang antara lain berupa jumlah penduduk (laki-laki dan
perempuan), ratio laki-laki dan perempuan (sex ratio) dan jumlah rumah tangga
yang terdapat di wilayah studi.
Berdasarkan data yang diperoleh, maka jumlah penduduk Propinsi Sulawesi
Selatan tahun 2004 adalah sebesar 7.379.370 orang dengan laju pertumbuhan
penduduk 1,45 %, sex ratio adalah 96,19 dengan rata-rata jumlah rumah tangga
sebesar 1.678.660 KK.
-
8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2
21/33
PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR
WILAYAH SUNGAI SADANG
P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers 3-21
Sedangkan di wilayah studi jumlah penduduk yang meliputi 8 Kabupaten adalah
sebesar 1.965.006 orang, sex ratio sebesar 96 dengan rata-rata jumlah rumah
tangga sebesar 439.525 KK.
Dilihat dari data sex ratio, maka jumlah penduduk perempuan lebih banyak
daripada penduduk laki-laki hampir di semua Kabupaten, dengan ratio antara90 – 95 laki-laki per 100 perempuan, kecuali Kabupaten Enrekang dan Tana
Toraja yang menunjukkan jumlah penduduk laki-laki lebih besar daripada
perempuan.
Tabel 3.2.2. Jumlah Penduduk, Ratio Jenis Kelamin
dan Jumlah Rumah Tangga Di Wilayah Studi
PENDUDUK
NO KABUPATEN
LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
SEXRATIO
JUMLAHKK
1 PANGKEP 131,594 145,629 277,223 90.36 61,008
2 BARRU 76,334 81,346 157,680 93.84 39,008
3 PINRANG 158,586 175,504 334,090 90.36 76,720
4 ENREKANG 90,621 88,037 178,658 102.94 38,032
5 TANA TORAJA 217,979 202,754 420,733 107.51 94,560
6 PARE-PARE 56,237 58,696 114,933 95.81 25,072
7 POLEWALI MANDAR 175,392 184,990 360,382 95 77,157
8 MAMASA 62,510 58,797 121,307 92 27,968TOTAL 969,253 995,753 1,965,006 96 439,525
Sumber : Sulawesi Selatan dalam Angka, 2004 dan
Kabupaten Polewali Mamasa dan Mamasa Dalam Angka, 2004.
(2) Jumlah Angkatan Kerja
Angkatan kerja merupakan salah satu indikator penting bagi perkembangan
ekonomi di suatu wilayah. Berdasarkan data maka jumlah angkatan kerja di
Propinsi Sulawesi Selatan adalah sebesar 3.059.053 orang dengan prosentase
angkatan kerja adalah 98.84 %. Hal ini menunjukkan jumlah usia produktif di
Propinsi ini cukup besar dan merupakan potensi Sumber Daya Manusia yangcukup besar.
Sedangkan berdasarkan data olahan, maka jumlah angkatan kerja di wilayah studi
adalah sebesar 758.550 orang atau sebesar 93 %. Data ini berarti di wilayah studi
mempunyai jumlah angkatan kerja lebih rendah dari jumlah total Propinsi
Sulawesi Selatan.
-
8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2
22/33
PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR
WILAYAH SUNGAI SADANG
P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers 3-22
Tabel 3.2.3. Jumlah Angkatan Kerja di Wilayah Studi
ANGKATAN KERJA
NO KABUPATENBEKERJA
MENCARI
KERJA
JUMLAH
ANGKATAN
KERJA
PERSEN
KERJA
TERHADAPANGKATAN
KERJA
1 PANGKEP 90,736 11,743 108,479 89.17
2 BARRU 62,046 5,000 67,046 92.54
3 PINRANG 120,835 7,976 128,811 93.81
4 ENREKANG 77,763 4,153 81,916 94.93
5 TANA TORAJA 138,499 7,604 146,103 94.8
6 PARE-PARE 40,119 7,108 47,227 84.95
7 POLEWALI MANDAR 170,284 8,684 178,968 98.3
8 MAMASA - - - -
TOTAL 700,282 52,268 758,550 93
Sumber : Sulawesi Selatan dalam Angka, 2004 dan
Kabupaten Polewali Mamasa dan Mamasa Dalam Angka, 2004.
(3) Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk Propinsi Sulawesi Selatan rata-rata kecil yaitu sebesar
1,45 % per tahun. Sedangkan berdasarkan data yang di olah, maka pertumbuhan
penduduk di wilayah studi adalah sebesar 1.61 % yang berarti lebih tinggi dari
total pertumbuhan penduduk Propinsi Sulawesi Selatan.
Hal ini di sebabkan oleh adanya perubahan status administrasi wilayah Polewali
Mamasa yang berkembang cukup significan pada periode tahun 2003 sampai
2004 sebesar 2.79 %.
Daftar presentase pertumbuhan penduduk di wilayah studi adalah sebagai berikut.
-
8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2
23/33
PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR
WILAYAH SUNGAI SADANG
P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers 3-23
Tabel 3.2.4. Laju Pertumbuhan Penduduk di wilayah studi.
JUMLAH PENDUDUK
NO KABUPATEN2000 2001 2002 2003 2004
LAJU
PERTAMBAHAN
PENDUDUK
1 PANGKEP 263,565 265,290 268,008 275,151 277,223 1.39
2 BARRU 151,085 151,464 152,412 156,661 157,680 1.17
3 PINRANG 310,833 312,124 313,801 331,592 334,090 1.99
4 ENREKANG 166,307 168,337 169,812 175,962 178,658 1.97
5 TANA TORAJA 392,726 395,744 398,796 416,610 420,733 1.89
6 PARE-PARE 108,258 108,917 111,660 113,057 114,933 1.64
7 POLEWALI MANDAR - - 387,543 358,265 360,382 2.79
8 MAMASA - - - - 121,307 -
9 MARROS 272,116 275,548 278,833 286,260 290,173 1.77
10 SIDRAP 238,419 238,926 239,795 246,259 247,723 1.05
TOTAL 2,364,367 2,392,471 1,965,262 2,003,780 2,026,603 1.74
Sumber : Sulawesi Selatan dalam Angka, 2004 dan
Kabupaten Polewali Mamasa dan Mamasa Dalam Angka, 2004.
3.2.3. Sarana Sosial
(1)
Sarana Pendidikan
Pembangunan bidang pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa. Pembangunan sumber daya manusia akan menentukan karakter dan
pembangunan ekonomi dan social. Peningkatan partisipasi pendidikan untuk
memperoleh pendidikan harus diikuti dengan berbagai peningkataan penyediaan
sarana fisik pendidikan dan tenaga pendidik yang memadai.
Banyaknya sekolah di Propinsi Sulawesi Selatan yaitu Sekolah Dasar (SD) adalah
sebanyak 6.362 sekolah, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) sebanyak 854
sekolah dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sebanyak 351 sekolah.
Sedangkan perbandingan jumlah tenaga pendidik (guru) untuk tingkat SD adalah
47.896 orang dengan jumlah murid 990.099 orang, untuk tingkat SLTP tenaga
guru sebanyak 18.934 orang dengan jumlah murid sebanyak 280.326 orang dan
untuk tingkat SLTA jumlah guru sebanyak 10.142 orang dengan jumlah murid
sebesar 144.250 orang.
Sedangkan penyebaran jumlah fasilitas pendidikan di wilayah studi dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
-
8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2
24/33
PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR
WILAYAH SUNGAI SADANG
P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers 3-24
Tabel 3.2.5. Banyaknya jumlah sekolah di wilayah studi
Jumlah SekolahNo Propinsi Kabupaten
SD SLTP SLTA
1 Sulawesi Selatan Pangkep 308 30 8
Barru 210 22 7Kota Pare-Pare 93 18 7
Pinrang 315 35 12
Enrekang 213 30 10
Tana Toraja 376 80 23
2 Sulawesi Barat Polewali Mandar 310 31 15
Mamasa 261 18 9
Sumber : Sulawesi Selatan dalam Angka, 2004 dan
Kabupaten Polewali Mamasa dan Mamasa Dalam Angka, 2004.
(2)
Sarana Kesehatan
Bidang kesehatan merupakan unsur sosial yang sangat penting bagi
perkembangan perkotaan. Berdasarkan data maka jumlah rumah sakit umum
(RSU) sudah ada di hampir seluruh kabupaten, dengan jumlah RSU adalah
sebesar 23 buah dan rumah sakit swasta sebanyak 13 buah yang umumnya hanya
berada di Kota Makassar. Sedangkan untuk Puskesmas sebanyak 338 buah yang
ada hampier di semua kecamatan, dan terdiri dari Puskesmas, Puskesmas
Pembantu, Puskesmas keliling dan Posyandu.
Sedangkan banyaknya tenaga kesehatan adalah sebanyak 1.114 orang terdiri daridokter umum, dokter gigi, dokter ahli, apoteker, sarjana kesehatan, bidan,
paramedik dan tenaga kesehatan lainnya.
Bedasarkan data tahun 2004, jumlah Rumah Sakit Umum, Puskesmas dan
lembaga kesehatan di wilayah yang termasuk dalam wilayah studi dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
-
8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2
25/33
PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR
WILAYAH SUNGAI SADANG
P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers 3-25
Tabel 3.2.6. Jumlah Sarana Kesehatan yang termasuk dalam wilayah studi
Jumlah Sarana Kesehatan
Propinsi KabupatenRSU Puskesmas
Puskesmas
Pembantu
Puskesmas
KelilingPosyandu
Sulawesi Selatan Pangkep 1 18 48 18 13
Barru 1 9 26 8 -Kota Pare-Pare 1 6 17 5 2
Pinrang 1 12 49 11 -
Enrekang 1 10 34 13 -
Tana Toraja 1 22 58 10 5
Sulawesi Barat Polewali Mandar 1 16 48 - 42
Mamasa 1 11 20 - -
Sumber : Sulawesi Selatan dalam Angka, 2004 dan
Kabupaten Polewali Mamasa dan Mamasa Dalam Angka, 2004.
(3) Agama
Secara umum penduduk di Propinsi Sulawesi Selatan dan Barat menganut agama
Islam. Namun demikian terdapat daerah yang dominan menganut agama Kristen
Protestan antara lain Kabupaten Tana Toraja.
Berdasarkan data maka sarana peribadatan yang ada di Propinsi Sulawesi Selatan
adalah sebagai berikut :
Masjid : 11.771 buah
Langgar : 1.325 buah
Mushola : 14.264 buah
Gereja Katholik : 387 buah
Gereja Protestan : 1.960 buah
Pura : 63 buah
Vihara : 31 buah
3.2.4.
Sektor Pertanian
Sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar untuk wilayah studi. Seperti
diketahui bahwa wilayah Propinsi Sulawesi Selatan merupakan penghasil
tanaman pangan terbesar di kawasan timur Indonesia.
-
8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2
26/33
PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR
WILAYAH SUNGAI SADANG
P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers 3-26
(1)
Sub Sektor Tanaman Pangan
Produksi padi di Sulawesi selatan tahun 2004 sebesar 3.229.912 ton yang dipanen
dari areal seluas 704.775 ha atau rata-rata 4,58 ton per hektar. Namun demikian
rata-rata produksi ini turun jika dibandingkan dengan tahun 2003 yaitu sebesar
4,72 ton per hektar.
Sebagian besar produksi padi di wilayah ini dihasilkan dari padi jenis sawah,
dengan menyumbang 99,65 % dari seluruh produksi padi dan sisanya terdiri dari
padi ladang.
Sedangkan produksi jagung pada tahun 2004 adalah 661.249 ton dengan luas
panen 192.456 ha atau menghasilkan 3,44 ton/ha. Produksi jagung
memperlihatkan kenaikan jika dibandingkan dengan produksi tahun 2003 yaitu
sebesar 2,86 ton/ha.
Tabel 3.2.7. Luas panen dan total produksi tanaman pangan wilayah studi
NO JENIS KOMODITILUAS
PANEN (Ha)
PRODUKSI
(Ton)
1 Padi Sawah 700,711 3,218,651
2 Padi Ladang 4,004 11,261
3 Jagung 192,456 661,249
4 Ubi Jalar 5,182 57,883
5 Ubi Kayu 27,788 500,267
6 Kacang Tanah 35,960 40,132
7 Kedelai 17,393 25,939
8 Kacang Hijau 20,717 25,874Sumber : Sulawesi Selatan dalam Angka, 2004
(2)
Kondisi Perkebunan
Hasil tanaman perkebunan yang cukup dominan di wilayah studi adalah tanaman
Kakao dan Kelapa Dalam yang masing-masing berproduksi sebesar 167.493 ton
dan 92.119 ton. Sebagian besar hasil perkebunan tersebut dihasilkan oleh
perkebunan rakyat.
Data mengenai luas panen dan produksi sektor perkebunan dapat dilihat padatabel berikut ini.
-
8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2
27/33
PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR
WILAYAH SUNGAI SADANG
P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers 3-27
Tabel 3.2.8. Luas panen dan total produksi perkebunan wilayah studi
Sumber : Sulawesi Selatan dalam Angka, 2004
(3)
Kondisi Kehutanan
Kondisi kawasan hutan di wilayah studi pada tahun 2004 seluas 3.264.713 Ha
yang antara lain terdiri dari 1.207.301,90 Ha hutan lindung, 488.551 Ha hutan
produksi terbatas dan 131.041 Ha hutan produksi biasa.
Produksi hutan terdiri dari kayu dan non kayu (seperti rotn dan damar). Produksihutan Sulawesi Selatan tahun 2004 berupa kayu sebesar 147.739,24 kubik, rotan
6.478,67 kubik dan getah pinus 180.126 ton.
Tabel 3.2.9. Produksi Hasil Hutan Kayu dan Non Kayu di wilayah studi
NO KOMODITI SATUAN 2002 2003 2004
1 Produksi Kayu M3 121,877.75 67,021.32 147,739.24
2 Produksi Non Kayu
- Rotan Ton 3,902.01 6,016.50 6,478.67
- Damar/Kopal Ton 0.10 0.82 -
- Getah Pinus Ton 311,020.00 197,090.00 180,126.00
Sumber : Sulawesi Selatan dalam Angka, 2004
NOJENIS
KOMODITI
LUAS
PANEN
(Ha)
PRODUKSI
(Ton)NO
JENIS
KOMODITI
LUAS
PANEN
(Ha)
PRODUKSI
(Ton)
1 Kelapa Dalam 97,569 92,119 13 Tebu Rakyat 2,068 26,181
2 Kelapa Hibrida 18,524 19,705 14 Tembakau 2,580 1,7473 Kopi Robusta 29,999 16,739 15 Kapas 3,986 660
4 Kopi Arabica 34,908 562 16 Kayu Manis 143 18
5 Cengkeh 48,927 13,019 17 Sereh Wangi 52 27
6 Kakao 208,450 167,493 18 Sagu 3,113 35,676
7 Jambu Mete 68,132 24,689 19 Kelapa Sawit 4,390 35,333
8 Lada 12,185 4,432 20 Siwalan 1,366 532
9 Pala 3,270 882 21 Kenari 255 256
10 Kemiri 34,045 21,828 22 Aren 4,308 2,034
11 Kapuk 14,391 5,382 23 Kencur 4 127
12 Panilli 6,683 9,680 24 Asam Jawa 60 54
25 Temulawak 167 129
-
8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2
28/33
PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR
WILAYAH SUNGAI SADANG
P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers 3-28
(4)
Kondisi Perikanan
Kondisi perikanan di wilayah studi dibedakan menjadi perikanan laut dan
perikanan darat. Produksi perikanan laut pada tahun 2004 mencapai 315.734 ton
sedangkan untuk perikanan darat dibagi menjadi tambak air payau dengan
produksi 391.745,4 ton, kolam sebesar 13.798,9 ton serta produksi sawah sebesar37.442 ton.
3.2.5. Sektor Pariwisata
Sektor pariwisata di wilayah ini mempunyai potensi yang sangat besar, baik
berupa wisata alam maupun wisata budaya. Arah kebijakan pengembangan
Pariwisata di propinsi Sulawesi Selatan adalah :
a. Penataan dan pemanfaatan kelembagaan kepariwisataan serta peningkatan
kualitas SDM pengelolaan kepariwisataan.
b. Pengkajian dan peningkatan daya tarik kepariwisataan.
c. Pelestarian nilai sejarah dan budaya serta menumbuh kembangkan budaya dan
kesenian lokal sebagai nilai, tatanan dan pedoman dalam kehidupan
bermasyarakat.
Wilayah ini yang mempunyai 3 Dimensi yaitu Daerah laut, darat dan Daerah
Pegunungan, mempunyai potensi wilayah yang dapat dikernbangkan yaitu wisata
pantai/bahari, wisata alam dan wisata budaya/sejarah.
(1)
Obyek Wisata Pantai/Bahari
Obyek Wisata ini berada pada daerah-daerah pesisir pantai dan pulau-pulau di
wilayah ini diantaranya memiliki taman-taman laut yang cukup indah disertai
dengan pasir putih yang ada pada beberapa pulau yang dijadikan sebagai taman
wisata, antara lain : Pantai tanjung butung dan Pulau putianging yang berada di
Kabupaten Barru.
(2) Obyek Wisata Alam
Wisata alam ini pada umumnya berada pada daerah pegunungan yang memiliki
sumber air yang cukup banyak disertai panorama alam yang indah dihiasi dengan
pepohonan yang rindang. Ada air terjun dan ada air panas yang dikelolah
langsung oleh Dinas Pariwisata masing-masing Kabupaten.
-
8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2
29/33
PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR
WILAYAH SUNGAI SADANG
P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers 3-29
Sebagai contoh wilayah alam Tana Toraja yang sangat indah, sehingga dijuluki
objek wisata primadona, untuk di Sulawesi Selatan dan Indonesia bagian Timur.
Julukan ini pantas karena Tana Toraja sejak tahun 1960 telah dikenal oleh para
tourist di berbagai manca negara. Keindahan alam ini dilengkapi dengan :
• Tradisi budaya unik dan menarik
• Panorama yang indah dan udara yang sejuk
• Kesenian dan kerajinan home industry yang antik dan berarsitektur tinggi
• Keramahtamahan penduduk yang sudah populer, dan
• Keamanan yang terjamin
(3)
Obyek Wisata Sejarah/Budaya
Wisata sejarah adalah objek wisata dengan tujuan melihat sejarah atau
peninggalan masa lampau. Di wilayah ini memiliki Obyek Wisata Sejarah yang
cukup banyak. Antara lain obyek wisata Rumah adat Saoraja Lapinceng
merupakan salah satu peninggalan sejarah/budaya masa lalu, rumah ini di buat
pada tahun 1895 pada masa pemerintahan Raja Balusu Andi Muhammad Saleh
Dg.Parani yang digelar Petta Sulle.
3.2.6.
Sektor Industri
Sektor industri pengolahan (industri non migas) di Provinsi Sulawesi Selatan
pada tahun 2004 memiliki nilai ekonomi Rp 4.9 triliun atau memberikan
kontribusi yang signifikan sebesar 13,3 % menurut harga berlaku. Sektor ini
bertumbuh 6,23 % pada tahun 2004 dan selama periode 2000 – 2004 bertumbuh
rata-rata 5,3 %/tahun, sektor industri pengolahan ini tentu menggunakan
sumberdaya air untuk proses produksi maupun konsumsi karyawan
3.2.7.
Sektor Pertambangan
Bagi Provinsi Sulawesi Selatan peranan sub sektor pertambangan dan
penggalian mempunyai kontribusi yang cukup besar, hal ini dapat dilihat dari
kontribusinya ke PDRB tahun 2004 sebesar Rp 3,4 trilliun atau sebesar 9,69 %
dari PDRB tahun 2004. Bahkan sub sektor ini pertumbuhan ekonominya terus
meningkat dari tahun 2001 – 2004 yaitu sebesar 9,12 %.
-
8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2
30/33
PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR
WILAYAH SUNGAI SADANG
P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers 3-30
Potensi Pertambangan yang ada di wilayah studi, dapat dilihat sebagaimana
rincian data berikut ini. Jenis Tambang wilayah studi terdiri dari 18 (delapan
belas) jenis yaitu :
• 1 (satu) jenis bahan galian golongan “A” yaitu Batu Bara dengan jumlah
cadangan 13.500.000 M3 berlokasi di Desa Tompobulu, Bantimala danBaring.
• 2 (dua) jenis bahan galian golongan “B” terdiri atas Kromik dan Mineral
radioaktif dengan luas sebaran 10.000.000 meter kubik berlokasi Bulu Erasa
Desa Mangilu.
• 15 (lima belas) bahan galian golongan “C” dengan produksi/sebaran sebagai
berikut :
i. Marmer dengan produksi 79.092 meter kubik, luas sebaran 12.625.00 Ha.
ii. Pasir Silika/Pasir Kuarsa dengan produksi 109.632 meter kubik, luas
sebaran 28.500.000 Ha berlokasi di Desa Baring, Tonbasa, Tabo-Tabo
dan Lanne.
iii. Tanah Liat dengan produksi 72.863 meter kubik, luas sebaran
121.500.000 Ha.
iv. Batu Gamping dengan produksi 1.432.341 M 3 , luas sebaran
147.000.000 Ha.
v. Sirtu dengan produksi 18.000 meter kubik, luas sebaran 2.500.000 Ha.
vi. Kristal Kuarsa 600.000 meter kubikberlokasi di Tondong Kura
vii. Batu Gamping 140.000.000 meter kubik berlokasi di Bulu TempeDesaBowong Cindea, Bulu Mattampa
viii. Lempung dengan luas sebaran 121.500.000 Ha berlokasi diBiranne,
Bantimala, Tonasa, Tabo-tabo,
ix. Trakit dengan luas sebaran 13.000.000 Ha belokasi di Tabo-Tabo,
Mangilu dan Bantimala.
x. Profilit dengan luas sebaran 46.200.000 Ha berlokasi di Tondong Kura
dan Biranne.
xi. Kaolin dengan luas sebaran 1.250.000 Ha berlokasi di Bulu Panettekang
Kecamatan Tondong Tallasa.
xii. Biorit dengan jumlah cadangan 33.000.000 meter kubikberlokasi di Desa
Biranne.
xiii. Basal dengan jumlah cadangan seluas 97.350.000 meter kubik berlokasi
di Kecamatan Tondong Tallasa
-
8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2
31/33
PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR
WILAYAH SUNGAI SADANG
P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers 3-31
3.2.8.
Ekonomi Regional
(1)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu pencerminan
kemajuan ekonomi suatu daerah, yang didefinisikan sebagai keseluruhan nilai
tambah barang dan jasa yang dihasilkan dalam waktu satu tahun di wilayah
tersebut.
PDRB di Propinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat atas dasar harga berlaku
pada tahun 2004 adalah sekitar 48.765,95 milyar rupiah dengan kontribusi
terbesar diberikan oleh sektor pertanian yaitu sebesar 33,36 persen, disusul oleh
sektor perdagangan, restoran dan hotel dengan sumbangan sebesar 14,89 persen.
Sedangkan atas dasar harga konstan adalah sebesar 37.266, 96 milyar rupiah
dengan kontribusi terbesar di berikan oleh sektor pertanian sebesar 33,04 %,
disusul sektor perdagangan sebesar 14,54%.
Kinerja perekonomian Sulawesi Selatan yang dicapai pada tahun 2004 terlihat
pada sektor keuangan, transportasi, konstruksi dan pertambangan. Sedangkan
yang menjadi andalah adalah sektor pertanian.
Data PDRB Propinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat dapat disajikan dalam
tabel berikut ini.
Tabel 3.2.10. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Kerja
Usaha Atas Dasar Harga Konstan, Tahun 2000 – 2004
Propinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat
TAHUN
NO LAPANGAN USAHA
2000 2001 2002 2003 2004
PRO
SEN
TASE
(2004)
1 Pertanian 11,661,151.62 11,785,184.15 12,328,037.73 12,432,541.10 12,313,064.99 33.04
2
Pertambangan dan
Penggalian 2,837,102.22 3,002,793.57 2,886,813.57 3,205,949.52 3,498,308.03 9.39
3 Industri Pengolahan 3,990,794.37 4,219,282.84 4,344,977.00 4,688,360.69 4,980,594.69 13.36
4
Listrik, Gas dan Air
Minum 265,582.12 297,694.63 316,286.79 333,414.87 330,143.41 0.89
5 Konstruksi 1,233,904.46 1,347,462.92 1,432,888.24 1,519,455.43 1,684,331.16 4.52
6 Perdagangan 4,206,616.80 4,556,761.42 4,775,926.15 5,094,173.42 5,420,041.49 14.54
7
Angkutan dan
Komunikasi 1,834,276.39 2,020,431.80 2,138,275.22 2,365,974.54 2,634,374.23 7.07
a. Angkutan 1,460,364.46 1,624,403.97 1,714,844.83 1,918,557.80 2,141,175.53
b. Komunikasi 373,911.93 396,027.83 423,430.39 447,416.74 493,198.70
8
Keuangan, Persewaan,
dan Jasa Perusahaan 1,213,347.90 1,298,562.57 1,408,487.38 1,705,132.27 2,198,255.38 5.90
-
8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2
32/33
PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR
WILAYAH SUNGAI SADANG
P.T. INDRA KARYA Consulting Engineers 3-32
TAHUN
NO LAPANGAN USAHA
2000 2001 2002 2003 2004
PRO
SENTASE
(2004)
9 Jasa - Jasa 3,520,556.81 3,806,731.51 4,027,433.19 4,081,048.29 4,207,855.34 11.29
a. Pemerintahan Umum 3,288,147.57 3,563,174.42 3,772,835.40 3,810,716.46 3,923,116.10
b. Swasta 232,409.24 243,557.09 254,597.79 270,331.83 284,739.24Produk DomestikRegional Bruto
(PDRB) 30,763,332.69 32,334,905.41 33,659,125.27 35,426,050.13 37,266,968.72 100.00
Sumber : Sulawesi Selatan dalam Angka, 2004
(2)
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi ini akan dikaji menurut lapangan usaha atas dasar harga
konstan 2000 pada tahun 2001 sampai 2004 di Propinsi Sulawesi Selatan dan
Barat.
Berdasarkan data yang ada, maka sektor pertanian yang merupakan sektor
andalan di Propinsi ini pada tahun 2004 justru mengalami penurunan
pertumbuhan sebesar – 0,96 sedangkan sektor yang mengalami peningkatan
tajam adalah sektor keuangan dan persewaan yang meningkat 28,92.
Melemahnya sektor pertanian ini disebabkan oleh tanaman pangan (Padi) yang
produksinya turun, yang terjadi akibat musim kemarau yang cukup panjang.
Tabel 3.2.11. Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha Propinsi
Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Konstan 2000, Tahun 2001 - 2004TAHUN
NO LAPANGAN USAHA2000 2001 2002 2003 2004
1 Pertanian - 1.06 4.61 0.85 -0.96
2
Pertambangan dan
Penggalian - 5.84 -3.86 11.05 9.12
3 Industri Pengolahan - 5.73 2.98 7.90 6.23
4 Listrik, Gas dan Air Minum - 12.09 6.25 5.42 -0.98
5 Konstruksi - 9.20 6.34 6.04 10.85
6 Perdagangan - 8.32 4.81 6.66 6.40
7 Angkutan dan Komunikasi - 10.15 5.83 10.65 11.34
a. Angkutan 11.23 5.57 11.88 11.60
b. Komunikasi 5.91 6.92 5.66 10.23
8 Keuangan, Persewaan, danJasa Perusahaan - 7.02 8.47 21.06 28.92
9 Jasa - Jasa - 8.13 5.80 1.33 3.11
a. Pemerintahan Umum 8.36 5.88 1.00 2.95
b. Swasta 4.80 4.53 6.18 5.33
Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) - 5.11 4.10 5.25 5.20
Sumber : Sulawesi Selatan dalam Angka, 2004
-
8/9/2019 05 Final_Bab03 Potensi Wilayah Studi_3.1-3.2
33/33
PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAPORAN AKHIR
WILAYAH SUNGAI SADANG
(3)
Struktur Ekonomi
Produk domestik regional bruto atas dasar harga berlaku menunjukkan perubahan
struktur ekonomi dari tahun ke tahun atau peranan suatu sektor ekonomi terhadap
seluruh sektor ekonomi.
Sektoral
Sektor pertanian selama periode 2000 – 2004 memperlihatkan peranan yang
cenderung menurun, yakni dari 37.91 % menjadi 33.54 % pada tahun 2004.
Sedangkan sektor industri pengolahan, perdagangan, listrik-air-gas, konstruksi
dan angkutan-komunikasi serta keuangan perbankan memperlihatkan tren yang
menaik. Sektor yang peranannya cenderung berfluktuasi adalah
pertambangan-penggalian dan sektor jasa-jasa.
Gambar 3.2.1. Grafik Sektoral Struktur Ekonomi daerah Studi
Penggunaan
Peranan konsumsi rumah tangga dalam periode 2000 – 2004 dengan tren yang
semakin menaik yakni dari 59.30 % menjadi 59.63 % pada tahun 2004.
Komponen perdagangan ke luar propinsi juga mempunyai kecenderungansemakin meningkat, sedangkan perdagangan ke luar negeri cenderung menurun
pada periode 2000-2003 dan meningkat kembali pada tahun 2004.
Pada 2004 komponen konsumsi rumah tangga sebesar 59.63 %, nirlaba 0.59 %,
pemerintah 15.58 %, pembentukan modal tetap bruto 17.80 %, ekspor 29.31 %,
impor 23.71 % dan perubahan stok serta deskrevansi yang merupakan residual
b 0 80 %
0.00
2,000,000.00
4,000,000.00
6,000,000.00
8,000,000.00
10,000,000.00
12,000,000.00
14,000,000.00
Pertanian Pertambangan Industri Listrik-Gas-Air Konstruksi Perdagangan Angkutan-Komunikasi Keuangan, persewaan Jasa-Jasa
Th 2000 Th 2001 Th 2002 Th 2003 Th 2004