05 1 perencanaan komunikasi satelit
DESCRIPTION
05 1 Perencanaan Komunikasi SatelitTRANSCRIPT
PERENCANAAN KOMUNIKASI SATELIT
1. Survey Penentuan Daerah Cakupan
Bentuk muka bumi mempengaruhi propagasi gelombang radio. Daerah
yang memiliki perbukitan (daerah pegunungan) berbeda dengan derah yang
memiliki gedung-gedung tinggi (daerah perkotaan). Pembagian tipe daerah
dibedakan berdasarkan struktur yang dibuat manusia (human-made structure) dan
keadaan alami daerah, tipe-tipe tersebut sebagai berikut:
1. Daerah Rural, jumlah bangunan sedikit dan jarang, alam terbuka
Contoh : Pedesaan
2. Daerah Suburban, jumlah bangunan yang mulai padat, tinggi rata-rata
antara 12 – 20 m dan lebar 18 – 30 m.
Contoh : pinggiran kota , kota- kota kecil.
3. Daerah Urban, memiliki gedung-gedung yang rapat dan tinggi.
Contoh : daerah pusat kota baik metropolis maupun kota menengah
Tipe ini akan menentukan model propagasi yang digunakan.
1.1 Daerah Rural
Daerah rural merupakan daerah dengan parameter yang khusus
dibandingkan dengan daerah urban. Hal ini merupakan tantangan bagi dunia
telekomunikasi dalam menyediakan layanan telekomunikasi di daerah rural.
Klasifikasi suatu daerah digolongkan ke dalam wilayah rural didasarkan
pada beberapa kriteria, diantaranya :
o Indikator kondisi geografi, yaitu dimana hubungan dengan daerah lain
dibatasi oleh kondisi alam seperti danau, bukit, gunung atau gurun.
o Indikator kependudukan (demografi), yaitu kepadatan penduduk.
o Indikator kegiatan ekonomi, yaitu persentase rumahtangga pertanian.
o Indikator fasilitas umum, yaitu jumlah fasilitas umum seperti : sekolah,
rumah sakit, pasar, jalan raya dan listrik.
4
8 km
VSAT
VSAT
VLTVLT
1.2 Tipe-tipe Daerah Rural
Very Light Traffic
Gambar 1.1: Konfigurasi Very Light Traffic
Very Light Traffic merupakan daerah rural yang bersifat terpusat. Daerah
ini memiliki kepadatan penduduk yang sangat rendah, sehingga daerah ini
memiliki intensitas trafik per pelanggan yang kecil. Untuk mengatasi intensitas
trafik yang rendah dan daerah cakupan yang sempit, dalam perencanaannya hanya
diperlukan beberapa terminal VSAT yang terletak di pusat.
Medium Light Traffic
Gambar 1.2: Konfigurasi Medium Light Traffic
Medium Light Traffic memiliki cakupan dan kepadatan penduduk yang
lebih besar dibandingkan Very Light Traffic. Untuk mengatasi coverage yang
cukup besar, maka dalam perancangan MLT dapat dibagi menjadi beberapa VLT,
sehingga diperlukan juga beberapa terminal VSAT.
1.3 Prediksi Pertumbuhan Pelanggan, Demand, dan Trafik
1.3.1 Prediksi Pelanggan dengan Metode Linier
Bentuk umum persamaan linier :
Y’ = a + b.X (2.1)
Dimana:
Y’ = variabel tak bebas hasil ramalan (kepadatan pelanggan)
X = variabel bebas berupa periode waktu
a & b = konstanta (dihitung dari data sample deret berkala)
5
Bila jumlah pengamatan sebanyak n, maka dari persamaan di atas diperoleh :
∑ Y = n.a + b. ∑ X (2.2)
∑ XY = a ∑ X + b ∑ X2 (2.3)
Keterangan :
X = unit periode waktu pengamatan (mulai 0,1,2,3 dan seterusnya)
Y = data kepadatan pelanggan sebenarnya (per 100 penduduk)
Dengan cara eliminasi kedua persamaan tersebut di atas, maka diperoleh konstanta a & b sehingga Y’ (variabel tak bebas hasil ramalan berupa kepadatan pelanggan) dapat diperoleh.
1.3.2 Trafik
Secara umum trafik dapat diartikan sebagai perpindahan informasi dari
satu tempat ke tempat lain melalui jaringan telekomunikasi. Besaran dari suatu
trafik telekomunikasi diukur dengan satuan waktu, sedangkan nilai trafik dari
suatu kanal adalah lamanya waktu pendudukan pada kanal tersebut. Salah satu
tujuan perhitungan trafik adalah untuk mengetahui unjuk kerja jaringan (Network
Performance) dan mutu pelayanan jairngan telekomunikasi (Quality of Service).
2. Sistem Komunikasi Satelit
Satelit adalah benda di angkasa yang bergerak mengelilingi bumi menurut
orbit tertentu. Sistem komunikasi satelit dapat dikatakan sebagai sistem
komunikasi dengan menggunakan satelit sebagai repeater. Satelit berfungsi
sebagai repeater aktif dimana pada satelit terjadi proses penguatan daya sinyal
dan translasi frekuensi [4]. Pada sistem satelit digital, kinerja dari sinyal satelit
yang diterima pada stasiun bumi diukur dalam suatu probabilitas rata-rata
kesalahan bit (bit error) yang mana merupakan fungsi perbandingan pembawa
terhadap derau (carrier to noise ratio).
2.1 Konfigurasi Sitem Komunikasi Satelit
Secara umum sistem komunikasi satelit tersusun atas dua bagian yaitu ruas
angkasa (space segment) dan ruas bumi (ground segment). Ruas angkasa
6
merupakan satelit yang terletak di orbit bumi sedangkan ruas bumi adalah seluruh
perangkat yang berada di stasiun bumi.
Gambar 1.3:Konfigurasi sistem komunikasi satelit[4]
Beberapa kelebihan dari komunikasi satelit adalah:
a. Memiliki wilayah cakupan yang luas
b. Dapat menjangkau daerah-daerah pedalaman yang belum terjangkau
sarana telekomunikasi
c. Dapat digunakan sebagai sistem point to point atau point to multipoint
(broadcast)
Bagian utama dari sistem komunikasi satelit terdiri dari ground segment
dan space segment. Ground segment yaitu seluruh perangkat yang terdapat di
stasiun bumi, sedangkan space segment adalah satelit yang berada pada orbitnya.
Secara umum stasiun bumi dapat berfungsi sebagai pemancar ataupun penerima.
Sebagaimana diketahui jalur satelit terdiri dari sebuah jalur uplink dan
sebuah jalur downlink. Kualitas sinyal yang melalui jalur uplink bergantung pada
seberapa kuat sinyal ketika meninggalkan stasiun bumi dan ketika sampai di
satelit, sedangkan pada jalur downlink kualitas sinyal bergantung pada seberapa
kuat satelit dapat mengirimkan kembali (retransmit) sinyal dan stasiun bumi
tujuan menerimanya. Karena jarak yang sangat jauh antara satelit geostasionary
dengan stasiun bumi, sinyal uplink yang diterima oleh satelit dan daya downlink
yang diterima oleh stasiun bumi menjadi sangat lemah, akibatnya dapat diganggu
oleh AWGN. Lebih jauh lagi, hujan dapat memperparah pelemahan pada sinyal
satelit.
7
H
Re
2.2 Orbit Satelit
Ditinjau dari daerah cakupannya satelit digolongkan menjadi 3 jenis ]9[ ,
yaitu:
LEO (Low Earth Orbit)
Satelit ini mengorbit pada ketinggian 500-1500 km dari permukaan bumi.
Dengan ketinggian ini, satelit LEO memungkinkan digunakan untuk
komunikasi suara tanpa menimbulkan delay propagasi dan daya yang
digunakan relatif kecil.
MEO (Medium Earth Orbit)
Satelit ini mengorbit pada ketinggian antara 9000-20000 km dari permukaan
bumi. Satelit ini memiliki coverage yang lebih sempit dan memiliki delay
yang lebih kecil dibandingkan GEO.
GEO (Geosynchronous Earth Orbit)
Satelit ini mengorbit pada ketinggian ± 36000 km dari permukaan bumi.
Dengan ketinggian tersebut diperlukan waktu 0.25 detik untuk
mentransmisikan sinyal. Satelit ini disebut Geosynchronous karena waktu
yang dibutuhkan satelit untuk mengitari bumi sama dengan waktu bumi
berotasi pada porosnya. Coverage satelit ini dapat mencapai 1/3 luas
permukaan bumi. Kekurangan satelit ini membutuhkan power dan delay yang
besar untuk mentransmisikan sinyal.
Satelit geostasioner merupakan satelit yang mempunyai orbit 0o. Satelit harus
mengorbit bumi dalam arah yang sama dengan putaran bumi dan kecepatan yang
sama. Orbit geostasioner dapat digambarkan seperti:
Gambar 2.1 Orbit Geostasioner Dimana: Re: Jari-jari khatulistiwa bumi (6378.14 km)
H : Ketinggian orbit diatas katulistiwa bumi (35.768 km)
8
tan (ϴs- ϴL)
Sin ϴi
r-Re. cos ϴi. cos ϴs- ϴi
Re.sin[cos-1(cos ϴi. cos ϴs- ϴi )]
2.3 Azimuth, Elevasi, dan Jarak Stasiun Bumi ke Satelit
Suatu posisi antenna stasiun bumi dapat ditentukan dengan menggunakan
sudut azimuth (A) dan sudut Elevasi (E) berdasarkan pada posisi lintang (ϴi) dan
posisi bujur (ϴL) stasiun bumi, serta bujur satelit (ϴs). Penentuan arah azimuth
dapat menggunakan persamaan berikut:
A- = [tan-1 ( )] (2.4)
Sedangkan untuk menentukan sudut azimuth, ada beberapa langkah yang
harus dilakukan antara lain:
• Jika stasiun bumi terletak di lintang utara
a. Stasiun bumi terletak disebelah barat satelit
A= 180o- A-
b. Stasiun bumi terletak disebelah timur satelit
A= 180o + A-
• Jika stasiun bumi terletak di lintang selatan
a. Stasiun bumi terletak di sebelah barat satelit
A= A-
b. Stasiun bumi terletak di sebelah timur satelit
A= 360o - A-
Untuk penentuan elevasi menggunakan persamaan berikut:
E = tan-1( ) - cos-1(cos ϴi. cos [ϴs-ϴL.]) (2.5)
Jarak dari stasiun bumi ke satelit dapat ditentukan dengan persamaan berikut:
d= ((Re+H) 2+Re2-2.Re.(Re+H). sin [ E + sin-1( . Cos E)])1/2 (2.6)
Dimana:
A = Sudut Azimuth (º)
A- = Sudut Azimuth Positif (º)
E = Sudut Elevasi (º)
d = Jarak dari stasiun bumi ke satelit (Km)
r = Jari-jari orbit geostasioner (42146.14 Km)
Re
Re + H
9
Re = Jari-jari bumi (Km)
ϴi = Posisi lintang stasiun bumi (º)
ϴs = Posisi bujur satelit (º)
ϴL = Posisi bujur stasiun bumi (º)
3 Komponen Sistem Komunikasi Satelit
3.1 Satelit
Satelit merupakan suatu repeater sekaligus sebagai amplifier, yang
berfungsi untuk menguatkan sinyal dari stasiun bumi dan memancarkannya
kembali frekuensi yang berbeda ke stasiun bumi penerima. Jalur pada setiap kanal
dari antena penerima ke antena pemancar didalam satelit disebut transponder
satelit. Transponder juga berfungsi sebagai isolasi terhadap kanal RF (Radio
Frequency) lainnya. Transponder bisa digunakan untuk pengiriman single carrier
maupun multiple carrier, dimana pentransmisian ini akan mempengaruhi daya
keluaran transponder. Untuk memberikan daya keluaran yang baik, maka
transponder menggunakan sistem penguat seperti TWTA (Travelling Wave Tube
Amplifier) atau SSPA (Solid State Power Amplifier) ]4[ .
3.2 Stasiun Bumi
Stasiun bumi terbagi menjadi 4 sistem yaitu antena, GCE
(Ground Communication Equipment), sistem multipleksing, dan sistem terestrial.
Dalam hal ini hanya dijelaskan sistem antena[10] .
Antena
Antena berguna untuk menerima dan mengirim sinyal dari atau ke satelit agar
pancaran gelombang tepat terarah kepada satelit tujuan.
HPA (High Power Amplifier)
HPA merupakan perangkat yang berfungsi intuk menguatkan daya transmisi agar
sinyal dari stasiun bumi dapat diterima satelit sesuai dengan daya yang
dikehendaki.
10
LNA (Low Noise Amplifier)
LNA merupakan perangkat yang berguna sebagai penguat sinyal yang diterima
stasiun bumi dengan derau temperatur yang rendah akibat jarak stasiun bumi
dengan satelit sehingga daya yang diterima sangat lemah.
Feeder
Feeder berguna untuk sistem penghubung pancaran HPA ke LNA yang dipasang
pada antena.
4. Parameter Link Budget
Perhitungan link dalam sistem komunikasi satelit digunakan untuk menilai
kualitas link. Hasil akhirnya memperlihatkan presentase daya dan bandwidth
sistem.
4.1 Gain Antena
Gain atau penguatan adalah perbandingan antara daya pancar suatu antena
terhadap antena referensinya. Persamaan untuk antena parabolik adalah sebagai
berikut:
2
2
22
=
=
cfddG πη
λπη
Atau secara logaritmis :
G (dB) = 20.45 + 20 log f + 20 log d + 10 log η (2.7)
dimana : η = efisiensi antena c = kecepatan cahaya
f = frekuensi (GHz) λ = panjang gelombang (m)
d = diameter antena (m)
4.2 EIRP (Effective Isotropic Radiated Power)
EIRP digunakan untuk menyatakan daya pengiriman dari stasiun bumi
atau satelit. EIRP stasiun bumi dilambangkan dengan EIRPSB yang mempunyai
persamaan :
TTSB GPEIRP =
atau secara logaritmis :
STT LGPdBWEIRP log10log10log10)( −+= (2.8)
11
dimana : TP = daya pancar sinyal carrier pada feeder antena pemancar (dBW)
TG = gain antena pemancar (dB)
SL = loss attenuator
EIRP satelit sudah disertakan pada karakteristik satelit yang bersangkutan. Untuk
EIRP linier (EIRPSB dan EIRPSAT), dapat ditulis :
totalSBlinier IBOPADdSFDdBWEIRP −++= )4log(10)( 2π (2.9)
totalsatjenuhsatlinier OBOEIRPdBWEIRP −=)( (2.10)
4.3 SFD (Saturated Fluks Density)
SFD adalah daya yang membuat EIRP satelit mencapai titik saturasi yang
dilambangkan dengan Φ. Harga ini telah disediakan pada karakteristik satelit yang
bersangkutan. Untuk memperoleh harga EIRP satelit tersebut maka harus
diperoleh harga EIRPSB terlebih dahulu, yang dapat ditulis sebagai berikut :
=
xPADrEIRP
mW SB2
2
4)/(
πφ
atau secara logaritmis : (dengan menggunakan r = 36000 km)
PADEIRPdBW SB −−= 1,162)(φ (2.11)
dimana : r = jarak antara stasiun bumi ke satelit ≈ 36000 km
PAD = redaman pada feed antena
4.4 Redaman Hujan
Redaman hujan merupakan redaman yang memiliki pengaruh cukup besar
terhadap propagasi gelombang dengan frekuensi diatas 10 GHz. Nilai redaman ini
adalah fungsi dari frekuensi dan curah hujan dalam mm/jam, yang dapat dihitung
dengan tahap-tahap berikut :
Gambar 2.5: Sketsa Penentuan Redaman Hujan
12
baxRA 01.001.0 =
Mencari tinggi atmosfer terjadi hujan, hr
°≥−−°<<
=36..........................).........36(075.00.4
360...........................................................0.4)(
φφφ
kmhr (2.12)
Mencari panjang lintaan hujan, Ls untuk sudut elevasi antena °≥ 10
θsin
)()( sr
shh
kmL−
= (2.13)
Panjang proyeksi lintasan hujan arah horizontal:
θcos)( SG LkmL = (2.14)
Faktor reduksi lintasan hujan pada prosentasi waktu 0,01%
GL
r045.011
01,0 += (2.15)
Redaman hujan efektif untuk persen waktu 0,01 % adalah:
0,01 0,01. .bHUJAN SL aR L r= (2.16)
Untuk persentase curah hujan lainnya dapat diestimasi dengan persamaan sebagai
berikut:
( ) ( ) ( )pRainRain ppApA log043,0546,01201,0 +−×== (2.17)
4.5 Redaman Ruang Bebas (Path Loss)
Redaman ruang bebas merupakan hilangnya daya yang dipancarkan pada
ruang bebas saat pemancaran sehingga tidak seluruh daya dapat diterima oleh
antena penerima. Besar redaman ini dapat ditulis sebagai berikut : 24)(
=
cfrdBL π
atau secara logaritmis :
fddBL log20log2045.92)( ++= (2.18)
dimana : c = kecepatan cahaya ; d = jarak antara stasiun bumi ke satelit (km)
f = frekuensi up/down converter (GHz)
13
E IRPO
EIRPS,SATEIRPi
EIRPSA
T
4.6 IBO (Input Back Off) dan OBO (Output Back Off)
Gambar 2.6: IBO (Input Back Off) dan OBO (Output Back Off)
IBO merupakan pengurangan daya masukan penguat daya pada
transponder agar titik kerja menjadi linier. Sedangkan OBO merupakan penguatan
daya keluaran yang disebabkan oleh daya masukan dari IBO.
TGKdBTG /)/(/ 0 =
atau secara logaritmis :
TGTG log10log10/ −= (2.19)
dimana : G = gain antena (dB); T = temperatur sistem penerima ( 0 K)
4.7 Carrier to Noise (C/N)
Carrier to Noise merupakan parameter untuk menentukan nilai kualitas
seluruh link. C/N dapat ditulis sebagai berikut :
C/Nup (dB) = EIRPSB – Lup + G/TSAT – K – 10 log Bn (2.20)
C/Ndown (dB) = EIRPSAT – Ldown + G/TSB – K – 10 log Bn (2.21)
Dimana : L = redaman yang terjadi
Maka dari persamaan diatas, nilai C/N total uplink dan downlink adalah sebagai
berikut:
C/Ntotal (dB) = 10 log 111
1−−−
+
+
IC
NC
NC
downup
(2.22)
4.7.1 Carrier to Noise Required
Carrier to noise required merupakan 14emper untuk menentukan kualitas
link. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut :
14
(BWocc) log 10- rate)(bit log 10 Eb/No)(/ +=dBNC req (2.23)
Nilai Eb/No diperoleh dari harga BER sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditentukan pada jaringan VSAT. Nilai dapat dibaca pada grafik, sehingga :
)(arg)()/()(/ dBinmdBNCdBNC reqtotal += (2.24)
Dimana : Eb/No = perbandingan 15emper tiap bit terhadap noise 15emperature
N = kecepatan symbol modulasi
α = Roll off factor
4.8 Daya dan Bandwidth
Perhitungan daya dan bandwidth untuk suatu carrier ditentukan dari
besarnya bit informasi yang dikirim. Hal ini dapat ditulis sebagai berikut :
+
=NFEC
RBandwidth o α1inf (2.25)
dimana : Rinfo = bit rate informasi
FEC = Forward Error Correction
Maka % BW untuk setiap carriernya pada 1 transponder dapat ditulis :
% 100)()(
/ inf ×=KHzBWKHzBW
carrierBWxponder
ormasi % (2.26)
dimana : 1 transponder = 36 MHz
% 10010/ 10/( ×= − ationlinkcalculcarrierPower % (2.27)
Link calculation = EIRPsatlinier – EIRPsatoperasi (2.28)
5. Interferensi
Interferensi merupakan energi frekuensi radio yang tidak diinginkan yang
berasal dari sumber interferensi yang timbul pada penerima (receiver). Pada
jaringan VSAT terdapat dua tipe interferensi ]1[ , yaitu :
1) Self Interference
Co-channel interference merupakan kerugian dari penggunaan
pengulangan frekuensi yang bertujuan meningkatkan kapasitas dari system
karena bandwidth system yang terbatas. Interferensi co-channel berasal
dari isolasi yang tidak sempurna antar beam pada satelit dan juga
15
disebabkan oleh ketidak sempurnaan isolasi antara pengulangan polarisasi
orthogonal pada frekuensi yang sama.
Adjacent Channel Interference merupakan interferensi yang berasal dari
daya carrier penginterferensi tehadap sinyal yang diinginkan yang
diterima oleh stasiun bumi.
2) External Interference
Interferensi dari sistem satelit yang berdekatan
Interferensi dari sistem terestrial
6. FEC-Coding Gain
FEC atau Forward Error Correction adalah metode pengontrolan
kesalahan yang menggunakan penambahan bit lebih pada transmisi sinyal
bilamana terjadi kesalahan di tengah-tengah pengiriman sehingga nantinya di
akhir pengiriman kesalahan tersebut dapat diperbaiki.
FEC ini berhubungan dengan BER, dimana BER merupakan besar
probabiliti error yang menentukan kinerja suatu modulator digital. Nilai BER
merupakan fungsi energi tiap bit informasi per carrier (Eb) dan noise (No),
dimana Eb/No adalah hasil dari carrier to noise (C/N) dan noise bandwidth to bit
ratio atau dapat ditulis :
)/( NoEbfBER =
R
BWNC
NoEb
×= (2.29)
7. Sistem Komunikasi VSAT
Istilah VSAT (Very Small Aperture Terminal) atau dikenal sebagai Sistem
Komunikasi Stasiun Bumi Mikro (SKSBM) secara sederhana dapat diartikan
sebagai beberapa buah stasiun bumi dengan diameter antena kecil (1,8-3.5 m)
yang letaknya secara geografis berjauhan dan mempunyai stasiun utama (Hub
Station) sebagai pengawas dan pengatur jaringan.
Perangkat jaringan komunikasi VSAT yang mudah dan cepat dipasang
tidak hanya dapat memberikan transmisi data yang berkualitas tinggi tetapi juga
fleksibel dalam pengembangan jaringan. Digunakan satelit geostasioner
16
menyebabkan jaringan komunikasi VSAT mempunyai daerah jangkauan yang
luas dan tidak perlu melacak arah pergerakan satelit sehingga biaya operasional
dan perawatan menjadi rendah. Dengan berbagai kelebihan jaringan komunikasi
VSAT dapat memberikan solusi pada kebutuhan komunikasi data yang semakin
meningkat saat ini.
7.1 Arsitektur Jaringan Komunikasi VSAT
Antar stasiun VSAT terhubung dengan satelit melalui frekuensi radio
(RF). Hubungan (link) dari stasiun VSAT ke satelit disebut uplink, sedangkan link
dari satelit ke stasiun VSAT disebut downlink. Jaringan VSAT menggunakan
satelit geostasioner, yang memiliki orbit pada bidang equator dengan ketinggian ±
36000 km diatas permukaan bumi.
7.1.1 Jaringan Bintang (Star)
Stasiun hub digunakan sebagai stasiun pusat yang terhubung dengan
seluruh stasiun VSAT. Hubungan (link) yang berasal dari stasiun hub ke stasiun
VSAT disebut outbound, sedangkan link dari VSAT menuju stasiun hub disebut
inbound. Jaringan bintang dapat digunakan untuk komunikasi satu arah (one-way)
ataupun dua arah (two-way).
Jaringan Bintang Satu Arah
Jaringan bintang satu arah umumnya digunakan oleh perusahaan yang
memiliki cabang-cabang yang tersebar secara geografis. Stasiun hub hanya
berfungsi untuk mengirimkan informasi ke seluruh stasiun VSAT (broadcast).
Contoh aplikasi jaringan ini antara lain : penyiaran (broadcast) TV, pelatihan
jarak jauh, dll.
Gambar 7.1 : Jaringan Bintang Satu Arah
17
Jaringan Bintang Dua Arah
Jaringan bintang dua arah memungkinkan stasiun hub dapat mengirimkan
dan menerima informasi dari stasiun VSAT. Tipe ini digunakan untuk trafik yang
besar dan bersifat interaktif. Contoh penerapan jaringan ini antara lain pada
transaksi antar bank, ATM (Automatic Teller Machine), E-mail, low rate video
conferencing, dll.
Gambar 7.2: Jaringan Bintang Dua Arah
7.1.2 Jaringan Jala (Mesh)
Pada jaringan ini tiap-tiap stasiun VSAT dapat saling berhubungan secara
langsung melalui satelit, 18ystem ini dapat juga di integrasikan dengan sebuah
stasiun hub yang berfungsi untuk mengontrol manajemen jaringan.
Gambar 7.3: Jaringan Mata Jala (Mesh)
Jaringan Mesh memiliki propagasi delay yang lebih kecil dibandingkan
jaringan star, yaitu hanya 0,25 s untuk single hop dan 0,5 s untuk double hop.
Jaringan mesh dapat digunakan untuk komunikasi suara ataupun data.
18
SistemKontrol
Jaringan
PaketSwitch
KontrolSuara
PABX
Sistem IF
Video
Sistem FrekuensiRadiodata
KontrolJaringan
Modulator
DemodulatorRFT
SSPA
LNA
PowerSupply
7.2 Konfigurasi Hub Station
Gambar 7.4: Blok diagram sistem VSAT pada stasiun HUB
Jaringan komunikasi VSAT memerlukan sebuah stasiun hub dengan
peralatan yang lebih lengkap untuk mengendalikan operasi jaringan dan mengatur
aliran paket data di antara beberapa stasiun remote. Stasiun hub yang dioperasikan
memakai konsep pemakaian bersama (share-hub), dengan satu stasiun hub dapat
dipergunakan oleh beberapa pelanggan.
7.3 Konfigurasi Remote Station
Gambar 7.5: Blok diagram sistem VSAT pada stasiun HUB
Kelebihan jaringan komunikasi VSAT yang utama terdapat pada dimensi
dari remote station dimana dipergunakannya antena parabola berdiameter kecil
dan perangkat sederhana dengan daya pancar yang relative kecil (2-5 watt).
19
8. Multiple Acces dan Modulasi
8.1. Random Time Division Multiple Acces
Random Time Division Multiple Acces atau juga ALOHA, ada 2 tipe yaitu:
1) Unslotted ALOHA
o Tidak perlu sinkronisasi
o Transmit secara random (acak)
o Nilai throughput maksimum sebesar 18 %
2) Slotted ALOHA
o Sinkronisasi antar VSAT dengan mengirimkan sinyal dari
stasiun Hub
o Transmit dalam timeslot, throughput maksimum sebesar 37 %
Gambar 2.12: Prinsip slotted ALOHA
8.2 Demand Assignment TDMA
Gambar 8.1: Prinsip Demand Assignment TDMA
20
Prosedur Demand Assignment TDMA adalah sebagai berikut:
o VSAT mengirimkan permintaan sambungan ke hub melalui kanal
signaling inbound.
o Hub mengalokasikan permintaan dari VSAT, jika tersedia maka
hub akan mengirimkan pesan respon ke VSAT melalui kanal
signalling inbound berkenaan dengan frekuensi carrier, time slot,
dan kode masing-masing VSAT.
o Hubungan antara terminal VSAT dengan VSAT lainya terdapat
delay 4 hop ditambah dengan processing time.
o Menghemat pemakaian pita transponder satelit.
o Kurang efisien untuk informasi yang bertipe bursty.
8.3 Modulasi Digital
Modulasi merupakan proses penumpangan sinyal informasi (sinyal
pemodulasi) ke suatu sinyal pembawa (carrier), sedemikian sehingga
mempengaruhi pola kelakuan parameter (amplitudo, frekuensi, phasa)
sinyal pembawa tersebut. Modulasi digital merupakan proses
penumpangan sinyal digital (bit stream) ke dalam sinyal pembawa
21