04. bab ii

35
BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Landasan Teori 1. Hakekat Bahasa Manusia terlahir dengan membawa naluri untuk hidup bersama. Manusia memiliki hasrat yang kuat untuk menyatu dengan sesama dan lingkungan alam sekelilingnya. Untuk dapat menyatu dengan alam dan manusia lainnya, manusia menghendaki terjadinya suatu proses sosial. Dalam proses ini manusia menyelaraskan pikiran, perasaan dan kehendaknya sedemikian rupa agar dapat diterima oleh alam dan manusia lainnya. Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial. Dengan adanya interaksi sosial, manusia manusia dapat terhubung dengan sesamanya. Menurut Gillin dan Gillin (pada soekanto, 1990:61), “social interaction is dynamic social relationships, it relates about connection between peoples, groups of people, even between people and groups of people”. Interaksi sosial merupakan 11

Upload: dw

Post on 14-Jun-2015

661 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: 04. BAB II

BAB II

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Landasan Teori

1. Hakekat Bahasa

Manusia terlahir dengan membawa naluri untuk hidup bersama. Manusia

memiliki hasrat yang kuat untuk menyatu dengan sesama dan lingkungan alam

sekelilingnya. Untuk dapat menyatu dengan alam dan manusia lainnya,

manusia menghendaki terjadinya suatu proses sosial. Dalam proses ini

manusia menyelaraskan pikiran, perasaan dan kehendaknya sedemikian rupa

agar dapat diterima oleh alam dan manusia lainnya. Bentuk umum proses

sosial adalah interaksi sosial. Dengan adanya interaksi sosial, manusia

manusia dapat terhubung dengan sesamanya. Menurut Gillin dan Gillin (pada

soekanto, 1990:61), “social interaction is dynamic social relationships, it

relates about connection between peoples, groups of people, even between

people and groups of people”. Interaksi sosial merupakan hubungan sosial

yang dinamis menyangkut hubungan antar orang perorangan, antara

kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang-perorangan dengan

kelompok manusia. Sementara interaksi itu sendiri terjadi apabila adanya

kontak sosial dan komunikasi.

Kontak sosial dapat berupa suatu kondisi, keadaan, ataupun peristiwa

yang secara langsung maupun tidak langsung menghubungkan manusia

dengan sesamanya. Namun, kontak sosial semata tak dapat menciptakan suatu

11

Page 2: 04. BAB II

interaksi sosial tanpa adanya komunikasi. Komunikasi merupakan suatu reaksi

atas terjadinya kontak sosial. Menurut Soekanto (1990:67), arti terpenting dari

komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang

lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerak badaniah, dan sikap), perasaan-

perasaan apa yang ingin disampaikan orang tersebut. Dengan adanya

komunikasi tersebut, sikap-sikap dan perasaan-perasan suatu kelompok

manusia ataupun orang perorangan dapat ditelaah oleh kelompok-kelompok

lain dan orang-orang lainnya. Suatu komunikasi dapat berlangsung secara

optimal apabila setiap individu manusia memahami sistem komunikasi yang

telah disepakati bersama individu atau kelompok lainnya. Sistem komunikasi

itulah yang lazim disebut dengan bahasa.

Berbahasa merupakan kebutuhan pokok manusia sebagai mahluk sosial.

Manusia membutuhkan manusia lainnya untuk dapat memenuhi kebutuhan

hidupnya. Untuk dapat mengerti kebutuhan manusia yang satu dengan yang

lainnya, manusia berkomunikasi. Dalam komunikasi inilah bahasa berperan

sebagai penghubung antara manusia yang satu dengan yang lainnya.

Komunikasi itu sendiri merupakan proses penafsiran bahasa dalam bentuk

pengiriman dan penerimaan pesan. Melalui pesan tersebut manusia bertukar

informasi dengan menyampaikan apa yang ada dipikirannya. Untuk itu

dibutuhkan pengetahuan berbahasa.

Secara luas bahasa dapat diartikan dengan sistem pengkodean informasi

dalam bentuk simbol-simbol yang kaidah dan tata cara penggunaannya telah

disepakati bersama oleh masyarakat. Sebagaimana Bernstein dan tigerman

12

Page 3: 04. BAB II

dalam Lyster (2007: 2) berpendapat “language is codes which are agreed by

the social society, they represent ideas trough usage of arbitrary symbols and

principles that rule the combination of the symbols”. Bahasa adalah kode

yang disepakati oleh masyarakat sosial yang mewakili ide-ide melalui simbol-

simbol arbitrer dan kaidah-kaidah yang mengatur kombinasi simbol-simbol

tersebut. Sedangkan Bloom dan Lahey dalam Lyster (2007:2) berpendapat

“language is a combination between three major components: form, content,

and usage”. Bahasa mencakup tiga komponen utama yang antara lain bentuk,

isi, dan penggunaan. Bentuk bahasa berkenaan dengan unit fonologi (bunyi

dan struktur bunyi), morfologi (unit-unit makna berupa kata dan infleksi), dan

sintax (kombinasi antara berbagai unit makna). Isi bahasa adalah maknanya

atau semantik, yaitu representasi linguistik dari apa yang diketahui seseorang

tentang dunia benda, peristiwa dan kaitannya. Representasi linguistik tentang

isi bahasa tergantung pada kode - yaitu sistem isyarat arbitrer yang

konvensional - yang memberikan bentuk kepada bahasa. Penggunaan bahasa

terdiri dari pilihan prilaku yang ditentukan secara sosial kognitif berdasarkan

tujuan si penutur dan konteks situasinya. Dengan demikian kesadaran

penerima pesan terhadap dan kebutuhannya akan membantu pengirim

menciptakan komunikasi yang optimal.

Secara naluriah manusia mempunyai 2 aspek keterampilan berbahasa,

yakni; mendegar dan berbicara. Namun manusia mengolahnya kembali

dengan kemampuan nalar mereka, sehingga terciptalah bahasa manusia yang

lebih kompleks.

13

Page 4: 04. BAB II

Tentang perkembangan bahasa tersebut, Widyosiswoyo dkk (1999:22)

berpendapat:

Bahasa sebagai ekspresi dalam tingkat biasa adalah bahasa lisan, antara satu suku bangsa dimiliki bahasa berbeda apalagi ditingkat bangsa perbedaan akan sangat jauh. Peradaban lebih tinggi diwujudkan dalam tulisan sehingga pemikiran dapat diterima bangsa atau generasi bangsa lain (bila tahu mengartikannya).

Dari 4 aspek keterampilan berbahasa (mendengar, berbicara, membaca,

dan menulis), kemampuan secara lisan (mendengar dan berbicara) merupakan

suatu dasar dari berbahasa karena kedua keterampilan tersebut terbentuk dari

naluri manusia. Suatu peradaban yang lebih maju ditandai dengan terdapatnya

keterampilan berbahasa tulis (membaca dan menulis) karena kedua

keterampilan tersebut membutuhkan penalaran lebih jauh terhadap bahasa

walaupun keempatnya merupakan kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.

Dikarenakan fokus permasalahan pada tulisan ini terbatas pada

keterampilan bahasa tulis, jadi penulis hanya akan menjabarkan dua

keterampilan tersebut (membaca dan menulis) yang sekaligus menjadi

variabel dalam penelitian ini.

2. Kemampuan Membaca

Membaca sebagai salah satu aspek berbahasa memegang peranan

penting dalam kehidupan manusia. Apalagi dalam era teknologi informasi

seperti sekarang ini, dimana kebanyakan informasi tersusun dalam bentuk

tulisan. Dengan kemampuan membaca yang memadai, seseorang akan dapat

menyerap informasi dengan tepat dan akurat.

14

Page 5: 04. BAB II

Membaca merupakan suatu kegiatan yang kompleks. Membaca lebih dari

sekedar memaknai tulisan. “The nature of reading is a complex thing and

involves lots of things, not only spelling a writings, but also involves visual

activity, thinking, psycholinguistics, and meta-cognitive” (Crawley dan

Mountain, dalam Rahim (2005:2) pada http/:www.SCRIBD.com). Membaca

tidak hanya berorientasi fisik, seperti halnya keterampilan mata dalam

membaca, namun juga berkaitan dengan mental pembacanya. karena

membaca membutuhkan respon di dalam otak agar dapat menangkap

informasi yang terkandung dari suatu bacaan. Menurut Jazir Nurgiantoro

(1971: 90) menyatakan bahwa membaca sesungguhnya ialah perbuatan yang

dilakukan berdasarkan kerja sama beberapa keterampilan mengamati,

memahami, dan memikirkan. Lebih spesifik lagi menurut Burns (dalam

Rahim, 2005:12) “there are 9 aspects that consisted in reading process, those

are; sensory aspect, perceptual, sequence, experience, sense, learning,

association, and idea” (http/:www.SCRIBD.com). Proses membaca

melibatkan aspek sensori, perseptual, urutan, pengalaman, pikiran

pembelajaran, asosiasi, sikap dan gagasan. Dari pendapat-pendapat tersebut

dapat dikatakan jika sebagian besar aspek dari kegiatan membaca merupakan

kegiatan mental yang berkenaan dengan proses perolehan informasi. Dan

tersirat pula adanya aliran informasi dari penulis ke pembaca. Aliran informasi

tersebut terjadi secara tidak langsung, dimana terjadi interaksi antara pembaca

dengan teks, yang merupakan hasil pengkodean informasi dalam bentuk

bahasa tulis oleh penulis. Sehingga untuk dapat menelaah informasi tersebut

15

Page 6: 04. BAB II

dengan tepat dan akurat, pembaca dituntut mempunyai pengetahuan bahasa

yang cukup.

Sebagai suatu keterampilan berbahasa, membaca mencakup

keterampilan mekanis dan pemahaman. Tampubolon (1987:5) berpendapat

bahwa, keterampilan membaca mekanis melingkupi pengenalan dan pelafalan

bunyi bahasa. Dalam hal ini ia mengkategorikan keterampilan membaca

mekanis sebagai membaca permulaan. Sedangkan membaca pemahaman tidak

hanya mencakup pengenalan dan pelafalan bunyi semata tapi juga mencakup

pemahaman isi bacaan, sehingga keterampilan membaca pemahaman

dipandang sebagai kegiatan membaca tingkat lanjut.

Seorang pembaca dikatakan berhasil jika setelah membaca suatu tulisan,

pembaca memperoleh suatu pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh

penulis dari tulisan tersebut. Maka dari itu, dibutuhkan keterampilan membaca

pemahaman. Menurut Zints dan Wiryodijoyo (1989: 11) “Reading

comprehension is ability to translate words of a writer so that stimulates

useful assumptions or ideas to the reader” (http/:www.SCRIBD.com).

Membaca pemahaman merupakan keterampilan untuk dapat menterjemahkan

kata-kata penulis menjadi ide-ide yang dapat berguna pembaca.

Lebih lanjut Goodman (1980:15) menyatakan bahwa “reading

comprehension is a message construction process which contained in a text”

(http/:www.SCRIBD.com).. Membaca pemahaman merupakan sebuah proses

merekonstruksi pesan. Rekonstruksi pesan tersebut berlapis, interaktif, dan

didalamnya terjadi proses pembentukan dan pengujian hipotesis. Hasil

16

Page 7: 04. BAB II

pengujian hipotesis tersebut untuk kemudian diproses lebih lanjut oleh

pembaca sebagai suatu kesimpulan mengenai pesan atau informasi yang

disampaikan penulis.

Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwa inti dari kemampuan

membaca adalah kesanggupan pembaca mengenal dan melafalkan tulisan,

serta memahami isi pesan dan informasi baik yang tersirat, maupun tersurat

yang terkandung didalam tulisan tersebut.

3. Hakekat Menulis

Banyak ahli bahasa yang percaya bahwa ditemukannya tulisan

merupakan awal dari peradaban yang nyata. Menurut Gelb, dalam tarigan

(1985: 11) “writings only appear in civilization, and there’s no civilization

without writings”. Tulisan hanya ada pada peradaban, dan tak ada peradaban

tanpa tulisan. Sehingga tidak berlebihan jika kemampuan menulis dijadikan

sebuah indikator tingkat kemajuan suatu bangsa.

Dari 4 keterampilan berbahasa, keterampilan menulis merupakan

kemampuan yang paling kompleks. Maka dari itu, keterampilan tersebut

dipelajari setelah individu memperolah keterampilan mendengar, berbicara,

dan menulis. Dengan demikian jumlah penulis lebih sedikit dibandingkan

pendengar, pembicara, dan pembaca. Hasani (2005:5) berpendapat “kita dapat

melihat jumlah penyimak lebih banyak daripada pembicara. Jumlah pembicara

lebih banyak daripada jumlah pembaca. Jumlah pembaca lebih banyak

daripada penulis”. Hal ini dikarenakan menulis merupakan kemampuan yang

sulit. Levine dalam Murray dan Moore (2006:6) berpendapat “some

17

Page 8: 04. BAB II

researches have claimed that writing can be experienced as one of most

difficult of all skills, requiring an intricate combination of neurogical,

physical, cognitive and affective competencies. Pendapat tersebut menunjukan

jika kegiatan menulis merupakan kegiatan yang rumit dan membutuhkan

kompetensi khusus untuk menguasainya.

Perolehan keterampilan menulis tidak didapat secara otomatis. Seperti

yang diungkapkan oleh Hofferman dan Lincoln (1990:3) “no one learns to

write automatically, writing is a means of communication you must

consciously learn” (http/:www.SCRIBD.com). Keterampilan menulis didapat

dengan nalar manusia. Keterampilan ini bukan suatu yang secara instant kita

peroleh, melainkan harus melalui latihan yang sadar, teratur dan

berkesinambungan.

Pada dasarnya menulis adalah suatu cara untuk berkomunikasi. Namun

berkomunikasi melalui tulisan lebih kepada berkomunikasi secara tidak

langsung. Dalam komunikasi secara tidak langsung, pengirim dan penerima

pesan tidak terbatasi oleh ruang dan waktu. Keduanya tidak diharuskan hadir

pada tempat dan waktu yang telah ditentukan. Keduanya dihubungkan oleh

rangkaian kata-kata dalam tulisan dimana penulis menelurkan ide-idenya.

Yang kemudian direspon oleh pembaca sebagai suatu pesan. Agar proses

komunikasi tersebut berjalan dengan baik maka seorang penulis dituntut untuk

trampil dalam memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata. Selain

itu aspek kejelasan pesan, isi yang menarik dan ekspresif merupakan syarat

terjadinya komunikasi yang efektif.

18

Page 9: 04. BAB II

Sebuah tulisan yang baik hendaknya mempunyai organisasi yang jelas.

Organisasi dalam sebuah tulisan lebih kepada keoptimalan fungsi setiap kata

yang membentuk sebuah tulisan. Sebagai contoh, adverb digunakan sebagai

kata keterangan untuk menerangkan verb, jadi tidak cocok kiranya jika

menggunakan adverb sebagai pengganti verb, dengan demikian apabila hal

tersebut terjadi, fungsi adverb tersebut dapat dikatakan tidak berfungsi optimal

sebagai pembentuk tulisan. Mengenai hal ini Aceng Hasani (2005:2)

berpendapat; kejelasan organisasi tulisan bergantung pada cara berpikir,

penyusunan kata, penggunaan kata yang tepat, dan struktur kalimat yang baik.

Jadi, tulisan yang baik bermula dari pengorganisasian kata yang tepat dan

kemudian diteruskan dengan pengorganisasian kalimat menjadi sebuah

tulisan.

Lebih lanjut Lonna Smith (2001: 2) berpendapat “writers want to give

information, share ideas or provide entertainment. Their means of

communication is the text”. Jadi, komunikasi melalui tulisan berorientasi pada

teks, dimana penulis memberikan informasi, membagi ide-idenya, ataupun

hiburan dalam tulisannya. Informasi yang dikirimkan melalui teks tersebut

bukan hanya berasal dari pengetahuan penulis tentang suatu hal tetapi juga

mencakup apa yang penulis rasakan. Boice dalam Murray dan Moore (2006:7)

berpendapat “Writing is not just influenced by what we know and what we

have discovered about a particular phenomenon, it is also influenced by what

we feel, and more particularly, what we feel about ourselves”. Hal ini

19

Page 10: 04. BAB II

menyebabkan setiap penulis memiliki cara dan gaya yang berbeda-beda dalam

menyampaikan suatu informasi.

Informasi-informasi tersebut pada akhirnya tidak hanya terkirimkan

kepada pembaca, tetapi juga terus berkembang melalui proses menulis yang

berikutnya. Sebagaimana diungkapkan Murray dan Moore (2006:132)

“Writing is inherently creative process in which knowledge and ideas are not

just shared and transmitted, but generated”. Dengan kata lain, sebuah tulisan

mengundang inspirasi untuk tulisan-tulisan lainnya.

Pengertian menulis secara terperinci menurut Henry Guntur Tarigan

(1985:21) ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang

menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-

orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka

memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Seperti halnya membaca, menulis

juga merupakan suatu rekonstruksi gambaran dan arti, pemikiran yang logis,

serta pemberian tanggapan terhadap ide-ide yang dipresentasikan dalam

sebuah tulisan. Sedangkan Aceng Hasani (2005:2) berpendapat kemampuan

menulis adalah kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam

mengungkapkan perasaan yang berkenaan dengan suatu pokok masalah secara

jelas, lugas dan tuntas dengan menggunakan bahasa tulis.

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa menulis adalah proses

penyampaian pesan, yang berupa informasi, ide-ide, gagasan, hasil pemikiran,

ekspresi perasaan dan sebagainya melalui rangkaian abjad yang tersusun

dengan kaidah-kaidah tertentu. Hasil dari proses menulis tersebut adalah

20

Page 11: 04. BAB II

sebuah karya tulisan yang pada akhirnya menghubungkan komunikasi antara

si penulis dan pembaca tulisannya.

4. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar

Belajar merupakan salah satu faktor penting dalam pembentukan pribadi

dan perilaku individu. Dengan belajar individu menjadi lebih baik daripada

sebelum ia belajar. Keadaan ‘lebih baik’ dalam hal ini dilihat dari

sebagaimana individu dapat berinteraksi dengan lingkungannya. Seperti yang

diungkapkan oleh Nasution (1995:43) belajar adalah penyesuaian diri dengan

lingkungan. Seorang belajar jika ia dapat bertindak dan berbuat sesuai dengan

apa yang dipelajarinya.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia belajar diartikan dengan berusaha

mengetahui sesuatu; berusaha mengetahui ilmu pengetahuan (kepandaian,

keterampilan). Dengan ilmu pengetahuan tersebutlah manusia menjadi pribadi

yang lebih baik. Namun orientasi sesungguhnya dari kegiatan belajar adalah

lebih kepada perubahan tingkah laku yang didapat individu setelah belajar.

Orang yang telah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan

tingkah laku tidak hanya pada kebiasaan (habit), dan kecakapan-kecakapan

(skills), namun juga pada aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan

keterampilan (psikomotoris). Seperti yang diungkapkan Winkel (1996:53)

“learning is mental or psychic activities that happen in active interaction

with environment which generate changes in knowledge, comprehension, skill,

and attitude value” (http/:www.SCRIBD.com).. Senada dengan Winkel,

Witherington dalam Sudrajat (2007:1) berpendapat: “Learning is change in

21

Page 12: 04. BAB II

personality that being manifested as new patterns of response in the form of

skill, attitude, behavior, knowledge, and ability”. Jadi, belajar dapat

membentuk pola respon yang baru dalam berbagai aspek seperti halnya

keterampilan, sikap, tingkah laku, pengetahuan dan juga kemampuan yang

secara keseluruhan membangun pribadi seorang pembelajar.

Belajar juga merupakan pembentukan tingkah laku melalui pengalaman.

Pengalaman dapat merubah seseorang yang tidak tahu menjadi tahu, dengan

demikian ia dapat bertindak dengan tepat dikemudian hari. Seperti

diungkapkan McGeoh dalam Suryabrata (2002:231) “learning is a change in

performance as a result of practice”.

Perubahan tingkah laku sebagai impact dari belajar merupakan

perubahan-perubahan yang bersifat disadari dan disengaja (intentional),

berkesinambungan (kontinyu), fungsional, positif, aktif, permanen, bertujuan

dan terarah, serta merupakan perilaku secara keseluruhan

Menurut Gagne dalam Abin Syamsuddin Makmun pada Sudrajat

(2007:3), perubahan perilaku yang merupakan hasil belajar dapat berbentuk:

1. Informasi verbal; yaitu penguasaan informasi dalam bentuk verbal, baik secara tertulis maupun tulisan, misalnya pemahaman nama dari suatu bentuk, benda, mengungkapkan definisi dan sebaganya.

2. Kecakapan intelektual; yaitu keterampilan individu dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol-simbol. Secara kongkrit Kecakapan intelektual menitikberatkan pada hasil pembelajaran.

3. Strategi kognitif; dalam konteks proses pembelajaran, strategi kognitif yaitu kemampuan mengendalikan ingatan dan cara – cara berfikir agar terjadi aktivitas yang efektif, Strategi kognitif lebih menekankan pada pada proses pemikiran.

4. Sikap; yaitu hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk memilih macam tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata

22

Page 13: 04. BAB II

lain. Sikap adalah keadaan dalam diri individu yang akan memberikan kecenderungan bertindak dalam menghadapi suatu obyek atau peristiwa, didalamnya terdapat unsur pemikiran, perasaan yang menyertai pemikiran dan kesiapan untuk bertindak.

5. Kecakapan motorik; ialah hasil belajar yang berupa kecakapan pergerakan yang dikontrol oleh otot dan fisik.

Sementara hasil belajar sendiri biasanya akan tampak dalam:

1. Kebiasaan; kebiasaan dalam hal ini dapat berupa pengulangan

kegiatan baru yang menyebabkan individu menyesuaikan diri dan

bertindak meninggalkan kegiatan lamanya yang dianggap salah

atau kurang tepat.

2. Keterampilan; diantaranya dapat berupa suatu kecakapan motorik

untuk melakukan sesuatu.

3. Pengamatan; merupakan suatu proses menerima, menafsirkan, dan

memberi rangsangan yang masuk melalui indera-indera secara

obyektif sehingga peserta didik mampu mencapai pengertian yang

benar.

4. Berfikir asosiatif; berfikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu

dengan lainnya malalui daya nalarnya.

5. Berfikir rasional dan kritis; lebih dari sekadar mengasosiakan

sesuatu, dalam hal ini pembelajar dapat mempergunakan daya

nalarnya untuk berfikir sistematis, logis, dan memberikan respon

terhadap suatu hal dengan berpedoman pada apa yang telah ia

analisa dan dianggapnya benar.

23

Page 14: 04. BAB II

6. Sikap; kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan

cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu sesuai

dengan pengetahuan dan keyakinan.

7. Inhibisi; diantaranya pembelajar dapat menghindari hal yang

mubazir.

8. Apresiasi; dapat berupa penghargaan terhadap karya-karya sastra

dan semacamnya.

9. Perilaku afektif yakni perilaku yang bersangkutan dengan perasaan

takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was dan

sebagainya (http://akhmadsudrajat.wordpress.com).

Jadi, hakekat belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku

individu ke arah yang lebih baik dalam keterampilan, sikap, kebiasaan,

pengetahuan dan kecakapan. Perubahan-perubahan tersebut dapat berbentuk

informasi verbal, kecakapan intelektual, strategi kognitif, sikap maupun

kecakapan motorik. Kemudian perubahan-perubahan tersebut akan tampak

dalam kebiasaan, keterampilan, pengamatan, berpikir asosiatif, pemikiran

yang rasional dan kritis, menghindari hal yang mubazir, apresiasi serta

perilaku-perilaku afektif.

Lalu dalam kaitannya dengan bahasa Inggris, belajar disini lebih kepada

berusaha mengetahui tentang bahasa tersebut secara sadar. Karena terdapat 2

cara untuk mengembangkan kemampuan berbahasa Inggris yaitu sebagai

bahasa target pembelajaran. Diantaranya secara tidak sadar dan secara sadar.

24

Page 15: 04. BAB II

Perolehan bahasa Inggris secara tidak sadar dapat terjadi jika bahasa Inggris

dipelajari sebagai bahasa kedua (bukan bahasa asing). Sehingga perolehannya

dapat berjalan sebagaimana pembelajar mendapatkan bahasa ibu-nya.

Sementara perolehan secara sadar terjadi melalui proses belajar seperti yang

tengah dipelajari di Indonesia.

Mengenai proses belajar tersebut Setiadi (2006:23) berpendapat

“process and progress in learning a target language may depend on (1) how

the target language differs from the mother tongue and (2) how much the

mother tongue interferes with the target language”. Setiap bahasa mempunyai

ciri khas tersendiri yang membedakannya dengan bahasa-bahasa yang lainnya.

Semakin banyak perbedaan yang terdapat antara bahasa ibu pembelajar

dengan bahasa target yang hendak ia pelajari maka akan semakin sulit

pembelajaran bahasa target itu baginya. Dan yang kedua merupakan adanya

interference atau campur tangan bahasa ibu terhadap pembelajaran bahasa

target. Campur tangan tersebut terjadi apabila terdapat kesamaam-kesamaan

antara bahasa ibu dengan dengan bahasa target. Kesamaan teersebut dapat

berakibat positif ataupun negatif. Kesamaan tersebut dapat berakibat positif

dalam pembelajaran menyimak dan membaca. Namun dalam pembelajaran

berbicara dan menulis, dimana seorang pembelajar diharuskan mmemproduksi

sebuah ungkapan ataupun tulisan hal ini akan dapat berakibat negatif jika tidak

disertai dengan pengetahuan yang memadai. Sebagaimana pendapat Dickerson

(1975:405) dalam Setiadi (2006:25) “they will use their knowledge of their

mother tongue and based on the knowledge they may produce utterances

25

Page 16: 04. BAB II

which do not exist in the target language”. Diantaranya kesalahan-kesalahan

tersebut dapat berupa kesalahan informasi, kesalahan penempatan morfem,

kesalahan penulisan kata kerja beraturan dan tak beraturan dan lain

sebagainya.

5. Hubungan antara Membaca dan Menulis

Dalam kegiatan membaca dan menulis terdapat komunikasi dua arah

yang terjadi secara tidak langsung antara pembaca dan penulis. Pembaca

membaca sebuah uraian kata-kata yang merupakan buah pikiran dari penulis

dan penulis mencoba membagi pemikirannya dengan pembaca. Komunikasi

tersebut berjalan melalui sebuah media yaitu, teks. Namun untuk dapat

mengkomunikasikan pemikirannya tersebut seorang penulis juga harus

mempunyai pengetahuan membaca yang memadai. Karena untuk dapat

menentukan hasil karyanya dapat mengkomunikasikan buah pemikirannya

dengan tepat, penulis harus dapat bertindak sebagai pembaca untuk

mengevaluasi tulisannya. Jadi, membaca dan menulis merupakan proses yang

paralel, Sebagaimana diungkapkan oleh Trosky dan Wood dalam Smith

(2001: 1), where the activities of readers are congruent to or mirror image of

the activities of writers. Hal ini berkaitan dengan pengkodean informasi oleh

penulis dan perolehan informasi oleh pembaca. Jadi, dengan berperan sebagai

pembaca seorang penulis dapat meramalkan apa yang akan didapat pembaca

setelah membaca tulisannya. Berkenaan dengan hal ini Smith (2001:1)

berpendapat, “this is satisfying for the writer who knows that idea and

26

Page 17: 04. BAB II

information are being transmitted, and it is equal satisfying to the reader who

absorbs, analyzes, interpret, synthesis, and evaluate these ideas ind

informations”. Maka dari itu, seorang penulis harus mengetahui maksud dan

tujuannya menulis serta respon apa yang akan didapat dari membaca

tulisannya.

Jauh sebelum seorang penulis memproduksi tulisannya, ia harus dapat

membaca dengan baik. Dengan membaca, seorang penulis mendapat ide-ide

untuk tulisannya serta bagaimana cara untuk menuliskan ide-ide tersebut.

Dengan pengetahuan membaca yang baik, seorang penulis dapat menganalisa

ide-ide tersebut dengan akurat dan mengembangkannya lebih lanjut di dalam

tulisannya. Dalam hal ini Stotsky (1983: 636) dalam Langer dan Flihan

(2000:8) berpendapat "better writers tend to be better readers (of their own

writing as well as of other reading material), that better writers tend to read

more than poorer writers, and that better readers tend to produce more

syntactically mature writing than poorer readers". Penulis yang baik adalah

penulis yang dapat membaca dengan baik. Sehingga penulis tersebut dapat

memproduksi tulisan yang lebih baik daripada penulis yang kurang

pemahaman dalam membaca.

Sebaliknya, dengan menulis seorang pembaca dapat mempermudah

proses penangkapan informasi dari sebuah bacaan. Dengan menuliskan

kembali apa yang telah dibaca ataupun menuliskan sebuah informasi yang

27

Page 18: 04. BAB II

merujuk pada sebuah bacaan akan memperkuat memori pembaca terhadap

informasi dalam bacaan tersebut.

Jadi, aktivitas membaca tidak dapat dipisahkan dari kegiatan menulis,

karena membaca merupakan proses dasar dari kegiatan menulis. Melalui

kegiatan membaca seorang penulis mendapatkan sumber dari tulisannya, baik

yang berupa teknik maupun materi. Dengan membaca pula ia mengevaluasi

tulisannya. Dan selanjutnya kegiatan membaca pula-lah yang menghubungkan

seorang penulis dengan pembacanya.

B. Kerangka Berpikir

Sebagaimana telah diuraikan diatas, membaca dan menulis merupakan dua

kegiatan yang saling berhubungan satu sama lain. Membaca merupakan proses

menganalisa tulisan dan mengambil pesan-pesan yang hendak disampaikan

didalam tulisan tersebut. Tulisan itu sendiri merupakan hasil daripada proses

menulis. Sebaliknya, untuk dapat menulis dengan baik seseorang haruslah pandai

membaca. Karena, dengan membaca seorang penulis dapat menentukan setiap

kata yang akan dipakainya untuk menyampaikan pesan-pesan pada tulisannya.

Membaca dan menulis merupakan dua dari empat kemampuan berbahasa.

Keduanya merupakan keterampilan yang rumit. Keduanya membutuhkan latihan

yang intensif dan terarah untuk dapat menguasainya. Tidak seperti kemampuan

mendengar dan berbicara, kemampuan membaca dan menulis bertujuan untuk

berkomunikasi secara tak langsung. Komunikasi tersebut terjadi antara pembaca

28

Page 19: 04. BAB II

dan penulis. Seorang pembaca berperan sebagai penerima pesan (recepient) dari

penulis dan penulis sebagai penyampai pesan. Keduanya dihubungkan dengan

menggunakan media tulis. Dalam hal ini media tersebut merupakan serangkaian

huruf-huruf, angka-angka, maupun symbol-simbol grafis yang tersusun sesuai

dengan kaidah penulisan yang berlaku. Komunikasi ini dapat berjalan selama

seorang penulis mampu membuat pembacanya mengerti pesan yang hendak ia

sampaikan. Begitu pula dari sisi pembaca, komunikasi tersebut dapat berjalan

dengan baik selama si pembaca dapat mengerti hasil karya si penulis dan

menangkap isi pesan dari karya tulisan si penulis.

Kemampuan membaca yang baik dapat membuat seorang pembaca mengerti

dan memahami tulisan penulis. Dengan demikian pembaca dapat menelaah pesan

penulis yang terangkum dalam sebuah tulisan. Namun reaksi setiap pembaca

terhadap sebuah tulisan tidak selalu sama. Bila diadakan sebuah forum diskusi

terhadap sebuah tulisan dimana pesertanya merupakan pembaca-pembaca dengan

kemampuan membaca yang memadai dan dapat dikatakan setara kemampuannya

antara peserta satu dengan lainnya. Bukan tidak mungkin terdapat perbedaan

penafsiran terhadap isi bacaan dari pembaca-pembaca tersebut. Dalam hal ini

tetap terjadi komunikasi walaupun terkadang pembaca tidak mampu menelaah

pesan yang hendak disampaikan penulis dengan detail yang tepat. Hal ini sah-sah

saja selama seluruh pendapat pembaca tentang tulisan tersebut logis adanya dan

dapat dipertanggungjawabkan.

29

Page 20: 04. BAB II

Dari uraian diatas, dapat dikatakan jika kegiatan membaca memacu

seseorang untuk berpikir. Dengan membaca seorang pembaca ditantang untuk

bereaksi terhadap sebuah bacaan. Jika bacaan itu menarik bagi pembaca tersebut

tentunya ia akan berpikir lebih lanjut dan tak jarang yang berbuah tindakan

kongkrit dalam kehidupannya. Dari sana dapat terlihat bagaimana komunikasi

berjalan melalui bagaimana tulisan tersebut mempengaruhi pembaca. Bahkan jika

bacaan tersebut tidak menarik minat pembaca akan tetap terjadi komunikasi.

Komunikasi tersebut dapat berupa tanggapan sinis atau semacamnya. Walaupun

terlihat negatif namun dari sana syarat komunikasi telah tejadi yaitu adanya aksi

dan reaksi. Dalam hal ini bentuk aksi berupa tulisan dan reaksinya merupakan

tanggapan dari tulisan tersebut.

Sementara kegiatan menulis sendiri merupakan suatu proses penyampaian

pesan melalui tulisan. Dalam penyampainya, penulis dituntut untuk dapat

membuat tulisan yang mampu dipahami pembaca. Untuk itu seorang penulis juga

harus bertindak sebagai pembaca. Dengan berpartisipasi sebagai pembaca

tulisannya sendiri, seorang penulis dapat mengevaluasi sejauh mana tulisannya

akan dapat dimengerti oleh pembaca. Sehingga pesan dari tulisannya dapat

tersampaikan dengan baik. Namun sesungguhnya jauh sebelum tulisan tersebut

diproduksi ia juga harus banyak membaca tulisan-tulisan orang lain. Karena

dengan membaca tulisan-tulisan pendahulunya dan penulis-penulis lainnya ia

akan dapat menelaah tulisan yang bagaimanakah yang mudah ia dan orang lain

pahami. Selain itu dengan membaca tulisan-tulisan tersebut, seorang penulis juga

dapat menambah pengetahuannya baik secara teknis maupun materi penulisan.

30

Page 21: 04. BAB II

Dalam kaitannya dengan pembelajaran bahasa inggris, kegiatan membaca

dan menulis merupakan kegiatan yang rutin dilakukan. Bahkan kedua kegiatan

tersebut intensitasnya lebih sering dilakukan daripada kegiatan speaking ataupun

listening. Sehingga terkadang kemampuan membaca dan menulis peserta didik

lebih baik daripada kemampuan mereka dalam menyimak dan berbicara dalam

bahasa inggris, tidak seperti pada perolehan bahasa ibu dimana kemampuan

mendengar dan berbicara didapat lebih dahulu. Namun tetap saja kemampuan

peserta didik yang demikian masih belum dapat dikatakan maksimal.

Sebagaimana realitas yang ada, kemampuan membaca dan hasil belajar menulis

bahasa inggris peserta didik masih rendah. Dan kendala sesungguhnya adalah dari

bahasa inggris itu sendiri dimana terdapat perbedaan yang mendasar antara bahasa

inggris dengan bahasa Indonesia.

Kemampuan membaca sejatinya merupakan kesanggupan pembaca

mengenal dan melafalkan tulisan, serta memahami isi pesan dan informasi baik

yang tersirat, maupun tersurat yang terkandung didalam tulisan tersebut.

Sementara hasil belajar menulis dapat dikatakan sebagai perubahan tingkah laku

individu ke arah yang lebih baik dalam keterampilan, sikap, kebiasaan,

pengetahuan dan kecakapan dalam hal proses penyampaian pesan, yang berupa

informasi, ide-ide, gagasan, hasil pemikiran, ekspresi perasaan dan sebagainya

melalui rangkaian abjad yang tersusun dengan kaidah-kaidah tertentu. Merujuk

dari pengertian tersebut, terdapat hubungan antara kemampuan membaca dengan

hasil belajar menulis. Kemampuan membaca dapat mendukung proses menulis,

hal tersebut dapat dilihat dari bagaimana seorang penulis mendapatkan ide dan

31

Page 22: 04. BAB II

teknik penulisan melalui kegiatan membaca. Jadi, dapat dikatakan dengan

membaca seorang penulis belajar secara teoritis membuat tulisannya. Dan proses

menulis itu sendiri merupakan hasil belajarnya secara praktis. Pada akhirnya

kedua kegiatan tersebut membentuk perubahan perilaku seorang penulis yang

dapat dilihat dari hasil tulisannya.

C. Hipotesis Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel yang menjadi fokus permasalahan

yang akan dibahas. Variabel-variabel tersebut antara lain kemampuan membaca

sebagai variabel bebas dan hasil belajar menulis sebagai variabel terikat.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan yang terdapat diantara kedua

variabel tersebut. untuk itu penulis mengajukan hipotesis penelitian sebagai

berikut:

Hipotesis nol (Ho): Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

kemampuan membaca dengan hasil belajar menulis pada siswa kelas XI

SMK Mardi Bhakti Jakarta.

Hipotesis alternatif (Ha): Terdapat hubungan yang signifikan antara

kemampuan membaca dengan hasil belajar menulis pada siswa kelas XI

SMK Mardi Bhakti Jakarta

32