04 bab ii riset lab
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Material Komposit
2.1.1. Defenisi dan Klasifikasi Material Komposit
Perkataan komposit memberikan suatu pengertian yang sangat luas dan berbeda-beda
mengikut situasi dan perkembangan bahan itu sendiri. Gabungan dua atau lebih bahan
merupakan suatu konsep yang diperkenalkan untuk menerangkan definisi komposit. Walaupun
demikian defenisi ini terlalu umum karena komposit ini merangkum semua bahan termasuk
plastik yang diperkuat dengan serat, logam alloy, keramik, kopolimer, plastik berpengisi atau apa
saja campuran dua bahan atau lebih untuk mendapatkan suatu bahan yang baru Material
komposit di definisikan sebagai kombinasi antara dua material atau lebih unsur – unsur penyusun
yan berbeda satu sama lain, baik dalam bentuk komposisinya, dimana material yang satu
berperan sebagai penguat dan yang lainnya sebagai pengikat. Komposit disusun dari dua
komponen yaitu Matriks atau resin, dan reinforcement atau penguat dan ada juga yang menyebut
dengan filler. Filler ini nantinya berfungsi sebagai penguat dimana distribusi tegangan yang
diterima oleh komposit akan diteruskan ke filler. Filler ini dapat berupa serat atau partikel.Serat
dapat berupa dari alam maupun sintetis. Serat alam dapat disebut juga dengan biokomposit,
contohnya dalah serat rami, serat eceng gondok. Dan yang sintetis misalnya adalah serat E-
glass( fiber glass).
Material komposit mempunyai beberapa keuntungan diantaranya :
1. Bobot ringan
2. Mempunyai kekuatan dan kekakuan yang baik
3. Biaya produksi murah
4. Tahan korosi
Kegunaan bahan komposit sangat luas yaitu:
1. Angkasa luar, seperti komponen kapal terbang, komponen helikopter, komponen
satelit dan lain-lain.
4
2. Automobile, seperti komponen mesin, badan kereta dan lain-lain.
3. Olah raga dan rekreasi , seperti sepeda, stikk golf, raket tenis, sepatu olah raga dan
lain-lain.
4. Industri pertahanan, seperti komponen jet tempur, peluru, komponen kapal selam
dan lain-lain.
5. Industri pembinaan, seperti jembatan, terowongan, rumah dan lain-lain.
Gbr.2.1 contoh dari material komposit.
2.1.2. Klasifikasi Komposit.
Bahan komposit dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis, bergantung pada
penyusunan dan jenis seratnya. Hal ini dapat dimengerti karena serat merupakan bahan utama
dalam komposit tersebut. Sifat-sifat mekanik bahan komposit seperti kekuatan, kekakuan,
keliatan dan ketahanan tergantung dari penyusunan dan sifat- sifat seratnya.
Secara garis besar komposit dapat di klasifikasikan menjadi 3 macam
1.Fibrous composites materials.
Terdiri dari dua komponen penyusun yaitu matriks dan serat . skema penyusun serat dapat dibagi
menjadi 3 yaiu :
Continous fibres ( serat searah )
Discontinous fibres
Random discontinous fibres ( serat secara acak )
5
Gambar 2.2. Skema penyusunan serat. (a) continous fibres, (b) discontinous fibres, ( c) random discontinous fibres.
2. Laminated composites material.
Terdiri sekurang – kurangnya dua lapis material yang berbeda dan digabung secara bersama
– sama . laminated composites dibentuk dari berbagai lapisan – lapisan dengan berbagai macam
arah penyusunan serat yang ditentukan yang disebut laminat.
Yang termasuk laminated composities ( komposit berlapis ) yaitu :
a. Bimetals
b. Caldmetals
c. Laminated Glass
d. Plastic-Based Laminates.
3. Particulate composites material.
Particulate composites material ( material komposit partikel ) terdiri satu atau lebih partikel
yang tersuspensi didalam matriks dari matriks lainnya. Empat kombinasi yang dapat digunakan
sebagai matriks komposit partikel :
a. Material komposit partikel non-logam di dalam matriks non-logam
b. Material komposit partikel logam di dalam matriks non-logam
c. Material komposit partikel non-logam di dalam matriks logam
d. Material komposit partikel logam di dalam matriks logam.
6
Gambar 2.2. Diagram Klasifikasi Komposit Yang Umum Dikenal
2.2. Tipe-tipe Komposit
Bahan komposit dapat diklkasifikasikan kedalam beberapa jenis, bergantung pada
penyusunan dan jenis seratnya.Hal ini dapat dimengerti karena serat merupakan bahan utama
dalam komposit tersebut. Sifat-sifat mekanik bahan komposit seperti kekakuan, keliatan dan
ketahanan tergantung dari cara penyusunan dan sifat-sifat seratnya (Hadi, Kismono, 2000).
No Jenis Contoh Aplikasi
1. Komposit alam
I
Bambu,kayu,dan lain-lain
2. Komposit buatan
a. Mikro komposit
b. Makro komposit
Paduan logam, thermoplastic, tiang beton
bertulang, baja, galvanis, baling-baling dan
lain-lain.
Komposit terdiri dari dua macam yaitu komposit partikel (particulate composite) dan
komposit serat (fiber composite). Bahan komposit partikel terdiri dari partikel-partikel yang
diikat oleh matriks. Bentuk partikel ini dapat berupa bulatan, kubik, tetragonal, atau bahkan
bentuk bentuk-bentuk yang tidak beraturan tetapi secara rata-rata berdimensi sama. Sedangkan
komposit serat terdiri dari serat-serat yang diikat oleh matriks.
7
2.3. Serat Sebagai Penguat
Secara umum dapat dikatakan bahwa fungsi serat adalah sebagai penguat bahan untuk
memperkuat komposit sehingga sifat-sifat mekaniknya lebih kaku, tangguh dan lebih kokoh bila
dibandingkan dengan tanpa serat penguat, selain itu serat juga menghemat penggunaan resin.
Kaku adalah kemampuan dari suatu bahan untuk menahan perubahan bentuk jika dibebani
dengan gaya tertentu di dalam daerah elastis (pada pengujian tarik), tangguh adalah bila
pemberian gaya atau beban yang menyababkan bahan-bahan tersebut menjadi patah (pada
pengujian tiga titik lentur ) dan kokoh adalah kondisi yang diperoleh akibat benturan atau
pukulan serta proses kerja yang mengubah struktur komposit sehingga menjadi keras pada
pengujian impak (Nurdin Bukit, 1988). Beberapa syarat untuk dapat memperkuat matriks antara
lain :
1. Mempunyai modulus elastisitas yang tinggi.
2. Kekuatan lentur yang tinggi
3. Perbedaan kekuatan diameter serat harus relatif sama
4. Mampu menerima perubahan gaya dari matriks dan mampu menerima gaya yang bekerja
padanya.
Arah serat penguat menentukan kekuatan komposit, arah serat sesuai dengan arah kekuatan
maksimum. Arah serat mempengaruhi jumlah serat yang dapat diisikan kedalam matriks. Makin
cermat penataannya, makin banyak penguat dapat dimasukkan. Bila sejajar berpeluang sampai
90%, bila separuh-separuh saling tegak lurus peluangnya 75%, dan tatanan acak hanya
berpeluang pengisian 15-50%. Hal tersebut menentukan optimum saat komposit maksimum
(Hartono, 1995).
Gambar.2.3.Susunan arah serat, acak dan searah
8
Ada dua hal yang menyebabkan serat dapat menahan gaya luar, yakni :
- Perekatan (bonding) antara serat dengan matriks (interfacial bonding) sangat baik dan
kuat. Ikatan tersebut menyebabkan serat tidak mudah lepas dari matriks (debonding).
- Kelangsingan (aspec ratio) yaitu perbandingan antara panjang dan diameter serat yang
cukup besar.
Berdasarkan kriteria diatas kekuatan serat terletak pada ukurannya yang sangat kecil
(dalam orde mikron). Ukuran yang kecil menghilangkan cacat – cacat dan ketidaksempurnaaan
yang biasanya terdapat pada bahan berentuk padatan besar.
2.4. Serat Pinang
Areca catechu L. (pinang) merupakan tanaman famili Arecaceae yang dapat mencapai
tinggi 15-20 m dengan batang tegak lurus bergaris tengah 15 cm. Buahnya berkecambah setelah
1,5 bulan da 4 bulan kemudian mempunyai jambul daun-daun kecil yang belum terbuka.
Pembentukan batang baru terjadi setelah 2 tahun dan berbuah pada umur 5-8 tahun tergantung
keadaan tanah. Tanaman ini berbunga pada awal dan akhir musim hujan dan memiliki masa
hidup 25-30 tahun. Biji buah berwarna kecoklatan sampai coklat kemerahan, agak berlekuk-
lekuk dengan warna yang lebih muda(Depkes RI, 1989). Serat berwarna hijau waktu muda dan
berubah merah jingga atau merah kekuningan saat masak atau tua (Williem W,2002).
Gbr 2.4 Buah Pinang
Tabel 2.1. Komposisi Kimiawi Serat Pinang
9
Komposisi Kadar (%)
Abu
Selulosa
Air
6.02
70.2
10.92
(Rumintang ruslinda ,2008)
2.5. Matriks
2.5.1. Defenisi Fungsi Matriks Dan Klasifikasi
Matriks adalah bahan atau material yang digunakan untuk mengikat atau menyatukan
bahan pengisi tanpa bereaksi secara kimia dengan bahan pengisi tersebut. Pada umumnya
matriks berfungsi sebagai (Hyer,1998) :
1. Untuk melindungi material komposit dari kerusakan-kerusakan secara mekanik maupun
kimiawi.
2. Untuk mengalihkan atau meneruskan beban dari luar ke serat.
3. Sebagai pengikat.
Bahan pengisi yang berfungsi sebagai penguat pada material komposit dapat berbentuk serat,
partikel, dan serpihan. Dalam hal ini sebagai pengikat atau penyatu antara serat dengan serat,
partikel dengan paretikel dan seterusnya digunakan matriks.
Secara umum matriks terbagi atas dua kelompok yaitu (Feldman dan Hartomo,
1995) :
1. Termoset merupakan bahan yang sulit mencair atau lunak apabila dipanaskan karena
harus membutuhkan temperatur yang sangat tinggi. Hal ini diakibatkan karena molekul-
molekulnya mengalami ikatan silang (cross linking) sehingga bahan tersebut sulit dan
bahkan jarang didaur ulang kembali, contohnya resin epoksi, poliester, urea
formaldehyde, phonol-formaldehyde, melamine formaldehyde dan lain-lain.
2. Termoplastik merupakan bahan yang mudah menjadi lunak kembali apabila dipanaskan
dan mengeras apabila didinginkan sehingga pembentukan dapat dilakukan berulang-
ulang karena mempunyai struktur yang linier. Keistimewaan dari termoplastik ini adalah
10
bahan-bahan termoplastik yang telah mengeras dapat diolah kembali dengan mudah
sedangkan termoset sulit dan bahkan tidak bisa diolah kembali. Contoh termoplastik PVC
(poli vinil clorida), FE(polietilen), nilon 66, poliamida, poliasetal dan lain-lain.
Gambar 2.5.1. memperlihatkan bahwa pemanasan bahan temoset akan mengakibatkan
terjadinya cross linking antara molekul-molekul sehingga jika bahan termoset telah mengeras
maka sulit untuk dilunakan kembali dengan pemanasan.
Gambar 2.5.1. Molekul pada polimer termoset mengalami cross linking
(a).sebelum dipanaskan dan (b).sesudah dipanaskan.
2.5.2. Termoset Polyester.
Resin Polyester merupakan salah satu bahan polymer yang termasuk dalam golongan
matriks thermoset. Bahan polymer ini harus dicampur dahulu dengan bahan pengeras katalis agar
mengeras. Sebelum dicampur dengan katalisnya, resin ini akan tetap dalam keadaan cair. Proses
pengerasan berlangsung beberapa saat setelah dilakukan pencampuran dengan katalisnya sesuai
dengan jenis dan banyaknya katalis yang digunakan.
Matris polyester merupakan pilihan utama komposi matriks – matriks polimer. Pada tahun
1970 – an polyester mulai dapat diperoleh dalam bentuk senyawa pencetakan yang sangat cocok
untuk pencetakan tekan panas. Polyester biasanya dibuat dari polyetilen (PET) yang bersumber
dari minyak bumi. Secara kimia, polyester adalah polymer berbobot molekul tinggi yang terdiri
dari unit perulangan asam karboksilat dan hidroksi alkohol yang di hubungkan melalui ikatan
ester.
Walaupun secara niaga ada banyak senyawa polyester yang penting, polyetilen tereftalat
(PET) adalah yang terpenting. Polyester ini dibuat dari asam tereftalat dan etilen glikol. Tiitk
leleh polimer ini sekitar sekitar 2700C dan umumnya digunakan dalam bentuk lelehan yang
11
dipaksakan mengalir melalui alat berlubang – lubang kecil (spinneret). Serat polyester yang
umum dipasaran yang memiliki nama dagang dacron, fortel, atau ferylene (bergantung
pabriknya). Serat polietilen tereftalat (PET) sering dicampur dengan kapas. Busana yan terbuat
dari campuran ini lebih nyaman dipakai dalam pada iklim panas dan lembab dibanding yang
terbuat dari polimer 100 %, disamping sifatnya yang anti kusut. Selain pengaliran paksa melalui
spinneret, lelehan PET dapat juga dipaksa melalui celah sempit, menghasilkan lembaran mylar,
yang digunakan untuk pita kaset dan komputer .
Polyester merupakan polymer thermoset yang penting dan luas penggunaannya, disamping
epoksi dan urea ormaldehid. Resin polyester dipakai secara luas karena sifat – sifat elektronika
dan mekanikanya yang baik selain harganya murah. Penggunaan polyester diantaranya dalam
industri otomotif untuk panel body, alat rumah tangga, lemari perkantoran, peralatan elektronika
dan sebagainya.
Rumus kimia sehingga didapat resin Polyester adalah sebagai berikut :
Proses yang terjadi diatas disebut Esterifikasi dengan H SO sebagai katalis yang
berfungsi mempercepat proses reaksi.
Polietilena tereftalat (disingkat PET, PETE atau dulu PETP, PET-P) adalah suatu resin polimer
plastik termoplast dari kelompok poliester. PET banyak diproduksi dalam industri kimia dan
digunakan dalam serat sintetis, botol minuman dan wadah makanan, aplikasi thermoforming, dan
dikombinasikan dengan serat kaca dalam resin teknik. PET merupakan salah satu bahan mentah
terpenting dalam kerajinan berwujud padatan amorf (transparan) atau sebagai bahan semi-kristal
yang putih dan tidak transparan, tergantung kepada proses dan riwayat termalnya. Monomernya
dapat diproduksi melalui esterifikasi asam tereftalat dengan etilen gliko l , dengan air sebagai
produk sampingnya. Monomer PET juga dapat dihasilkan melalui reaksi transesterifikasi etilen
glikol dengan dimetil tereftalat dengan metanol sebagai hasil samping.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Polietilena_tereftalat)
12
H C C + C H - OH
H
H SO
H C- C + H O
- CH
Tabel 2.3. perbandingan sifat – sifat resin polyester dan epoksi.
Sifat Polyester Epoksi
Kekentalan (Mgm-3) 1,2 – 1,5 1,2 – 1,4
Modulus young (GNm-2) 2 – 4,5 3 – 6
Poisson ratio 0,37 – 0,39 0,38 – 0,4
Kekuatan tarik (MNm-2) 40 – 90 35 – 100
Kekuatan tekan (MNm-2) 90 – 250 100 – 200
Regangan maksimum (%) 2 1 – 6
Temperatur maksimum (0C) 50 – 110 50 – 300
2.6.Pengujian Sifat Mekanik
2.6.1. Pengujian Tarik
Pengujian tarik adalah pengujian mekanik secara statis dengan cara sampel ditarik
dengan pembebanan pada kedua ujungnya, dimana gaya tarik yang diberikan sebesar F Newton.
Sifat mekanik yang dapat diamati pada pengujian tarik adalah : kekuatan tarik, prtambahan
panjang dan kekuatan tarik maksimum.
Pertambahan panjang yang terjadi akibat gaya yang diberikan pada sampel disebut
deformasi. Perbandingan pertambahan panjang dengan panjang mula-mula disebut regangan
yang ditunjukkan dalam persamaan 2.4. Regangan (ε) ini juga merupakan ukuran kekenyalan
suatu bahan yang harganya biasa dinyatakan dalam persen (%).
ε = x 100 % = x 100 % (2.4)
Dengan :
ε = Regangan (%)
Δl = Pertambahan panjang (mm)
l = Panjang mula-mula (mm)
l = Panjang akhir (mm)
Perbandingan kakas pada sampel terhadap luas penampang lintang pada saat pemberian
kakas tersebut disebut tegangan (stress). Tegangan tarik maksimum atau kekuatan tarik (tensile
strength) suatu bahan ditetapkan dengan membagi kakas tarik maksimum dengan luas
penampang mula-mula. Persamaannya sebagai berikut :
13
(2.5)
Dengan :
= Kekuatan tarik maksimum(N/m2)
F = Gaya tarik maksimum (N)
A = Luas penampang mula-mula (m2)
Karena Ao dan Io merupakan besaran konstan maka bentuk diagram σ vs ε serupa dengan
hubungan P vs Δl yang dihasilkan oleh mesin tarik. Berikut ini gambar grafik hubungan antara
tegangan(σ) dengan regangan (ε).
Tegangan ( )
B
C A
O Regangan ( ) Gambar 2.6. Kurva Tegangan – Regangan
Grafik ini menunjukkan bahwa dari bagian awal kurva tegangan– regangan mulai dari
titik O sampai A merupakan daerah elastis, dimana daerah ini berlaku hukum Hooke. Titik A
merupakan batas plastis yang didefenisikan sebagai tegangan terbesar yang dapat ditahan oleh
suatu bahan tanpa mengalami regangan permanen apabila beban ditiadakan. Dengan demikian,
apabila beban ditiadakan disembarang titik O dan A, kurva akan menelusuri jejaknya kembali
dan bahan yang bersangkutan akan kembali ke panjang awalnya. Titik B merupakan tegangan
tarik maksimum yang masih bisa ditahan oleh bahan. Titik C merupakan titik putus/patah.
14
Penambahan beban sehingga melampaui titik A akan sangat menambah regangan sampai
tercapai titik C dimana bahan menjadi putus. Dari titik A sampai C dikatakan bahan mengalami
deformasi plastis. Jika jarak titik O dan A besar, maka bahan itu dikatakan kenyal (ductile). Jika
pemutusan terjadi segera setelah melewati batas elastis maka bahan itu dikatakan rapuh. Pada
daerah antara titik O dan A berlaku Hooke dan besarnya modulus elastisitas pada daerah ini
dapat ditulis dengan persamaan :
(2.6)
dengan : E adalah modulus elastisitas atau modulus Young
Modulus young adalah ukuran suatu bahan yang diartikan ketahanan material tersebut
terhadap deformasi elastik. Makin besar modulusnya, maka semakin kecil regangan elastik yang
dihasilkan akibat pemberian tegangan (Simatupang, 2008).
2.6.2. Pengujian Kekutan Lentur (Ultimate Flexural Strenght)
Pengujian kekuatan lentur dimaksudkan untuk mengetahui ketahanan komposit terhadap
pembebanan pada tiga titik lentur. Disamping itu pengujian ini juga dimaksudkan untuk
mengetahui kelastisitasan suatu bahan. Pada pengujian ini terhadap sampel uji diberikan
pembebanan yang arahnya tegak lurus terhadap arah penguatan serat.
Pembebanan yang diberikan yaitu pembebanan dengan tiga titik lentur,dengan titik-titik
sebagai bahan penahan berjarak 90 mm dan titik pembebanan diletakkan pada pertengahan
panjang sampel.
Persamaan berikut digunakan untuk memperoleh nilai kekuatan lentur (Surdia, 2005):
(2.5)
dimana : UFS = kekutan lentur ( )
P = gaya penekan (N)
L = jarak dua penumpu (m)
b = lebar sampel (m)
h = tebal sampel uji (m)
15