04. bab ii

37
6 BAB II KONSEP PERENCANAAN TAPAK 2.1 Konsep Pengembangan Perumahan Skala Besar 2.1.1 Perumahan Skala Besar Pertumbuhan dan perkembangan penduduk yang cukup pesat membuat tingkat kepadatan penduduk turut mengalami peningkatan. Hal ini berdampak pada permintaan akan tempat tinggal (rumah) yang semakin meningkat. Dampak lainnya yaitu pertumbuhan permukiman yang cepat dan tidak terkendali sehingga mengakibatkan ketidakteraturan dalam pengembangan pemukiman. Karena itu diperlukan suatu pengaturan untuk menata dan mengatur perumahan sehingga layak dan nyaman untuk dihuni dan mencegah terjadinya degradasi lingkungan. Menurut UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman, perumahan merupakan kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman baik perkotaan maupun pedesaan yang dilengkapi dengan prasarana, sarana dan utilitas umum sebagai upaya untuk memenuhi rumah yang layak huni(pasal 1 ayat 2). Pembangunan pemukiman skala besar yang diwujudkan dalam pembangunan Kasiba dan Lisiba sangat strategis bagi semua pelaku pembangunan di bidang perumahan dan pemukiman (Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011). Pembangunan perumahan dan pemukiman yang dilaksanakan dengan pola Kasiba dan Lisiba yang berdiri sendiri dimaksudkan agar pembangunan perumahan dan pemukiman dapat lebih terarah dan terpadu sesuai dengan arah pembangunan Kabupaten/Kota, sehingga mengarahkan pertumbuhan Kabupaten/Kota membentuk struktur lingkungan yang lebih efektif dan efisien. Pengembangan atau pembangunan perumahan skala besar tentunya membutuhkan lahan yang luas yang dipersiapkan untuk pembangunan skala besar yang terbagi dalam satu lingkungan siap bangun atau lebih. Dalam pelaksanaannya, pembangunan perumahan skala besar dapat dilakukan secara bertahap dengan terlebih dahulu dilengkapi dengan jaringan jalan utama dan jaringan jalan lingkungan serta prasarana dalam lingkungan sesuai dengan rencana tata ruang. Pembangunan perumahan atau permukiman diselenggarakan berdasarkan rencana tata ruang wilayah yang ditetapkan oleh pemerintah daerah setempat dengan mempertimbangkan berbagai aspek yang terkait serta rencana, program, dan prioritas pembangunan perumahan atau permukiman. Menurut UU No. 4 tahun 1992 pasal 4, mengenai penataan pada pembangunan perumahan atau permukiman bertujuan untuk : Memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, dalam rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat;

Upload: nadiainas

Post on 24-Sep-2015

18 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Perencanaan Tapak

TRANSCRIPT

  • 6

    BAB II

    KONSEP PERENCANAAN TAPAK

    2.1 Konsep Pengembangan Perumahan Skala Besar

    2.1.1 Perumahan Skala Besar

    Pertumbuhan dan perkembangan penduduk yang cukup pesat membuat tingkat

    kepadatan penduduk turut mengalami peningkatan. Hal ini berdampak pada permintaan akan

    tempat tinggal (rumah) yang semakin meningkat. Dampak lainnya yaitu pertumbuhan

    permukiman yang cepat dan tidak terkendali sehingga mengakibatkan ketidakteraturan dalam

    pengembangan pemukiman. Karena itu diperlukan suatu pengaturan untuk menata dan

    mengatur perumahan sehingga layak dan nyaman untuk dihuni dan mencegah terjadinya

    degradasi lingkungan.

    Menurut UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman, perumahan

    merupakan kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman baik perkotaan maupun

    pedesaan yang dilengkapi dengan prasarana, sarana dan utilitas umum sebagai upaya untuk

    memenuhi rumah yang layak huni(pasal 1 ayat 2). Pembangunan pemukiman skala besar yang

    diwujudkan dalam pembangunan Kasiba dan Lisiba sangat strategis bagi semua pelaku

    pembangunan di bidang perumahan dan pemukiman (Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011).

    Pembangunan perumahan dan pemukiman yang dilaksanakan dengan pola Kasiba dan

    Lisiba yang berdiri sendiri dimaksudkan agar pembangunan perumahan dan pemukiman dapat

    lebih terarah dan terpadu sesuai dengan arah pembangunan Kabupaten/Kota, sehingga

    mengarahkan pertumbuhan Kabupaten/Kota membentuk struktur lingkungan yang lebih efektif

    dan efisien.

    Pengembangan atau pembangunan perumahan skala besar tentunya membutuhkan

    lahan yang luas yang dipersiapkan untuk pembangunan skala besar yang terbagi dalam satu

    lingkungan siap bangun atau lebih. Dalam pelaksanaannya, pembangunan perumahan skala

    besar dapat dilakukan secara bertahap dengan terlebih dahulu dilengkapi dengan jaringan jalan

    utama dan jaringan jalan lingkungan serta prasarana dalam lingkungan sesuai dengan rencana

    tata ruang. Pembangunan perumahan atau permukiman diselenggarakan berdasarkan rencana

    tata ruang wilayah yang ditetapkan oleh pemerintah daerah setempat dengan

    mempertimbangkan berbagai aspek yang terkait serta rencana, program, dan prioritas

    pembangunan perumahan atau permukiman.

    Menurut UU No. 4 tahun 1992 pasal 4, mengenai penataan pada pembangunan

    perumahan atau permukiman bertujuan untuk :

    Memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, dalam

    rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat;

  • 7

    Mewujudkan perumahan dan permukiman yang layak dalam lingkungan yang sehat,

    aman, serasi, dan teratur;

    Memberi arah pada pertumbuhan wilayah dan persebaran penduduk yang rasional;

    Menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial , budaya, dan bidang-bidang

    lain.

    Joseph De Chiara dalam bukunya yang berjudul Standar Perencanaan Tapak (1994),

    mengungkapkan bahwa dalam pemilihan lokasi perumahan atau permukiman untuk perumahan

    tapak memiliki persyaratan yang harus dipertimbangkan apabila ingin dicapai pembangunan

    dan pemeliharaan yang sehat, antara lain :

    a. Sifat khas fisik tapak yang penting

    Sifat khas fisik ini meliputi kondisi tanah dan bawah tanah, air tanah dan drainase,

    keterbebasan dari banjir permukaan, kesesuaian penampakan bangunan, kesesuaian

    akses dan sirkulasi, kesesuaian ruang terbuka.

    b. Ketersediaan pelayanan saniter dan perlindungan

    Ketersediaan pelayanan saniter dan perlindungan ini meliputi persediaan air dan

    pembuangan air selokan saniter, pembuangan sampah, listrik dan komunikasi,

    Pengamanan oleh polisi dan penyelamat kebakaran.

    c. Keterbatasan dari bahaya dan gangguan setempat

    Keterbatasan dari bahaya dan gangguan setempat ini meliputi bahaya kecelakaan,

    kebisingan dan getaran, bau-bauan dari asap atau debu.

    d. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan permukiman

    Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan permukiman cukup banyak,

    antara lain faktor geografis, faktor kependudukan, faktor kelembagaan, faktor swadaya

    dan peran serta masyarakat, faktor keterjangkauan daya beli, faktor pertanahan, faktor

    ekonomi dan moneter. Faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap pembangunan

    perumahan adalah disebabkan oleh perubahan nilai-nilai budaya masyarakat.

    Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perkembangan perumahan antara lain

    perwilayahan (zoning), utilitas, faktor-faktor teknis, lokasi, estetika, komunitas, pelayanan kota

    serta biaya. Dalam penentuan dan perkembangan lokasi perumahan terdapat beberapa faktor

    yang berpengaruh, di antaranya kependudukan, pertanahan, pembiayaan dan dana

    (Departemen Pekerjaan Umum, 1994). Menurut Sugandi (1995) dalam penelitiannya

    mengungkapkan bahwa tujuan pemilihan lokasi perumahan adalan agar perumahan yang telah

    dipilih benar-benar sesuai dengan harapan yang didukung dengan sumberdaya yang memadai.

    Namun dalam pemilihan lokasi perumahan sering kali dihadapkan pada beberapa permasalahan

    di antaranya : aksesibilitas ke jalan raya, kantor, pendidikan, kesehatan, ada tidaknya jaringan

    listrik, air bersih, telepon dan sebagainya.

  • 8

    Kualitas lokasi perumahan yang baik dapat terwujud apabila didukung dengan faktor

    daya dukung lingkungan, fungsi lingkungan, estetika lingkungan dan penataan lingkungan yang

    berkelanjutan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan lokasi perumahan antara

    lain: (1) kondisi fisik dasar meliputi topografi dan kelerengan, iklim, kondisi tanah dan drainase;

    (2) kondisi geografis meliputi lokasi geografis yang strategis; (3) sarana dan prasarana : jaringan

    jalan dan utilitas umum; (4) kebutuhan fasilitas seperti psar/pertokoan, pendidikan, kesehatan,

    peribadatan, pemerintahan serta hiburan; (5) lingkungan : pencemaran air, pencemaran udara,

    pencemaran suara, kenyamanan lingkungan, kebersihan dan kesehatan lingkungan, kepadatan

    penduduk dan bangunan, serta krisis bencana alam.

    2.1.2 Pemanfaatan Ruang Sekitar Kawasan Industri Bawen

    Pemanfaatan ruang di sekitar kawasan industri sebagai permukiman skala besar

    berdasarkan Kepmen PU harus memperhatikan beberapa kriteria seperti peruntukkannya harus

    sesuai dengan RTRW serta pengembangan kawasan permukiman harus sesuai dengan standar

    dan kebutuhan ruang perumahan berdasarkan jumlah penduduk.

    Keberadaan permukiman skala besar yang dekat dengan kawasan industri dapat

    mendorong investasi di sekitar permukiman skala besar tersebut, karena akan banyak berdiri

    ruko dan pertokoan atau sejenis mini market sehingga nilai guna lahannya akan semakin tinggi.

    Selain itu, keberadaan permukiman skala besar yang dekat dengan kawasan industri akan

    memberikan keuntungan baik dari segi masyarakat maupun industri itu sendiri. Dari sudut

    pandang masyarakat, keberadaan industri merupakan suatu hal yang menguntungkan terkait

    dengan lapangan pekerjaan. Adanya industri menyebabkan munculnya warung-warung kecil

    untuk menambah pendapatan warga, selain itu perumahan yang dekat dengan kawasan industri

    akan memudahkan bagi pekerja industri untuk menjangkau tempat kerjanya. Sedangakan dari

    sudut pandang industri, adanya perumahan skala besar akan menguntungkan bagi industri

    terkait dengan ketersediaan tenaga kerja lokal yang tertarik untuk bekerja di industri tersebut.

    Di sekitar lokasi perencanaan terdapat gerbang tol yang dapat diakses sekitar 10 menit

    dan memiliki Rumah Sakit Ken Saras yang menjadi sarana kesehatan dengan kapasitas yang

    banyak dan memiliki kualitas pelayanan yang baik. Selain itu di sekitar perumahan tersebut

    terdapat terminal, pasar, kantor kecamatan serta gardu PLN yang memudahkan penghuni untuk

    bepergian, berbelanjar dan mengurus administrasi di perumahan tersebut. Untuk sarana

    pendidikan perumahan tersebut memiliki beragam sekolah dari tk, SD, SMP, dan SMA.

    Contohnya adalah TK dan SD Lemahireng, SMP 2 Bawen, dan SMA 1 Bergas. Kawasan Industri

    yang berada di sekitar perumahan adalah PT. Apac Inti, PT. Coca Cola, PT. Udapana Swasti, PT.

    Star Fashion, dan PT. Matrix Indo Global.

  • 9

    Sumber : static.panoramio.com

    Gambar 2.1 Rumah Sakit Ken Saras

    Sumber : suaramerdeka.com

    Gambar 2.2 Terminal Bawen

    Sumber : PT. Apac Inti

    Gambar 2.3 PT. APAC INTI Corpora

    Sumber : Seputarsemarang.com

    Gambar 2.4 Gerbang Tol Bawen

  • 10

    Sumber : Seputarsemarang.com

    Gambar 2.5 Cimory On The Valley

    Sumber : Dokumentasi Kelompok 4A

    Gambar 2.6 TK PGRI Lemahireng

    2.1.3 Best Practice Perumahan Skala Besar

    a. Citra Garden : Living in a Garden

    Grup Ciputra adalah salah satu developer besar di Indonesia, yang senantiasa

    mengembangkan proyek-proyek dalam skala besar, antara lain dibidang perumahan,

    perkantoran, pusat perbelanjaan, sarana olahraga dan rekreasi.

    Salah satu proyek yang menjadi cikal bakal Grup Ciputra adalah proyek CITRA

    GARDEN yang terletak di Kota Medan. Perumahan ini merupakan perumahan skala

    besar yang dilengkapidengan fasilitas yang saling menunjang untuk sebuah kawasan

    perumahan skala besar.

    Keunggulan dari Citra Garden adalah :

    Lokasi dan akses pencapaian yang mudah ke dan dari pusat kota Medan.

    Desain rumah yang modern yang merupakan ciri masyarakat urban dengan

    penataan fungsi ruang yang maksimal dan mengusung konsep hemat enargi

    (light energy saving), berwawasan lingkungan (environmental friendly) dan

    konsep perumahan yang modern dan menarik, yang mengikuti trend

  • 11

    Konsep lingkungan perumahan yang nyaman, dan modern.

    Perumahan disusun dengan konsep cluster.

    Fasilitas yang ada di perumahan ini adalah:

    Pengolahan Air Bersih (Water Treatment Plant).

    Klub Keluarga (waterpark, Lapangan Bulutangkis, Lapangan Basket, Lapangan

    Volley, Lapangan Tenis, Gym & Aerobic Center)

    Sumber: citragardenmedan.com

    Gambar 2.7 Fasilitas Klub Keluarga

    Sumber: citragardenmedan.com Gambar 2.8 Water Park

    Sumber: citragardenmedan.com

    Gambar 2.9 Fasilitas Lapangan Tennis

    Fasum / fasos : Gedung Pertemuan dan Taman.

    Fasilitas Komersial : Carrefour dan pertokoan.

    Sumber: citragardenmedan.com

    Gambar 2.10 Sarana Pertokoan

  • 12

    Sumber: citragardenmedan.com

    Gambar 2.11 Carrefour sebagai Sarana Perdagangan

    Citra Garden menerapkan konsep living in a garden yang mengutamakan konsep

    hijau di dalam perumahannya dan menyediakan berbagai fasilitas yang lengkap untuk

    kebutuhan para pengguna.

    b. Perumahan Galuh Mas

    Best practice untuk perumahan skala besar adalah perumahan Galuh Mas Karawang.

    Perumahan Galuh Mas merupakan perumahan yang berlokasi di KotaKarawang.

    Seperti diketahui bahwa Karawang merupakan salah satu daerah yang memiliki banyak

    industri. Perumahan Galuh Mas sendiri berada di dekat kawasan industri Teluk Jimbe.

    Oleh karena itu Galuh Mas Karawang menyediakan hunian dengan konsep gabungan

    antara hunian, komersial, bisnis, taman, dan hiburan untuk memberikan kenyamana

    penghuni perumahan dari kesibukan perindustrian.

    Perumahan Galuh Mas berdiri di lahan yang strategis dengan luas 110 hektar.

    Dengan lokasi dan luas seperti itu Galuh Mas dapat memberikan fasilitas-fasilitas yang

    cukup lengkap kepada penghuninya sebagai sarana penunjang. Fasilitas-fasilitas

    tersebut adalah SPBU, tempat ibadah, RSUD, sekolah, futsal indoor, taman, dll. Selain itu

    Galuh Mas juga memiliki aksesbilitas yang mudah karena berada di dekat gerbang tol

    Cibatu.

  • 13

    Sumber : galuhmas.com

    Gambar 2.12 Master Plan Galuh Mas Karawang

    2.2 Konsep Perancangan Lokasi Tapak

    2.2.1 Konsep dan Justifikasi Penentuan Konsep

    Lokasi Perencanaan Tapak terletak di Desa Lemahireng yang memiliki luas sekitar 100

    Ha. Letak lokasi perencanaan tapak sekitar 2 km dari industri, maka dari itu diperlukan

    pembangunan perumahan untuk menunjang kegiatan industri. Konsep perumahan yang akan

    diterapkan bertema Integrated Neighbourhood. Dari kata Integrated yang berarti terintegrasi

    dan Neigbourhood yang berarti lingkungan, hal ini berarti bahwa Integrated Neighbourhood

    adalah perumahan yang berintegrasi lingkungan. Konsep ini akan membangun perumahan

    dengan mengelompokkan rumah-rumah menjadi beberapa cluster yang memiliki konsep

    lingkungan dan memakai transportasi teknologi tinggi. Konsep ini juga menggunakan massa

    bangunan yang sederhana atau bisa disebut minimalis dan memperhatikan aspek ekologi

    sebagai respon terhadap lingkungan alam.

    Konsep ini menekankan tiga poin yaitu, integrated, neighborhood, dan walkable.

    Perumahan yang terintegrasi memperhatikan segala aspek tata kota mulai dari ruang terbuka

    hijau maupun non terbuka hijau dan penerapan transportasi umum yang dapat mempermudah

    penduduk untuk melaksanakan aktivitasnya. Konsep neighbourhood yaitu suatu lingkungan

    fisik perumahan dalam kota dengan batas yang jelas, tersedia pelayanan fasilitas sosial untuk

  • 14

    tingkat rendah, untuk melayani sejumlah penduduk, di mana terdapat hubungan kerjasama yang

    dilandasi oleh kontrol sosial dan rasa komunitas. Konsep ini bertujuan untuk meningkatkan

    kualitas hidup masyarakat di daerah sekitar industri.

    Konsep walkable merupakan suatu pandangan yang didasari pada keinginan untuk

    menciptakan suatu lingkungan yang memberi kemudahan bagi penghuninya untuk menempuh

    berbagai tempat tujuannya sehari-hari dengan berjalan kaki. Salah satu fasilitas pejalan kaki

    yang tidak dapat terpisahkan dalam perencanaan suatu kawasan adalah yang disebut dengan

    pedestrian atau jalur pejalan kaki. Pedestrianisasi hakikatnya bukan hanya sebagai sebuah

    fasilitas, tapi merupakan penggerak aktivitas kota dengan menawarkan pencapaian melalui cara

    yang lebih sehat dan ramah lingkungan tentunya. Pada perencanaan suatu kawasan oleh

    pengembang perumahan baru seringkali hal ini menjadi tidak diperhatikan dalam

    perencanaannya. Sehingga sering kali yang terjadi adalah keengganan dan kurangnya minat-

    minat orang untuk berjalan. Pada konsep perumahan yang dibuat juga menggunakan konsep

    TOD (transit oriented development). TOD merupakan penggabungan lahan yang meliputi

    sebuah kawasan dengan fungsi yang lengkap, dapat dijangkau dengan berjalan kaki, serta dekat

    dengan kawasan transit yang menekankan pada penggunaan transportasi publik bukan

    kendaraan pribadi.

    Kawasan perumahan yang akan didesain memiliki bentuk kompak, artinya bahwa

    pusat aktivitas terletak di tengah kawasan sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat dengan

    konsep green living dan sustainable. Konsep green living artinya kawasan perumahan yang

    didukung dengan keberadaan ruang terbuka hijau di sekitarnya sehingga menambah

    kenyamanan bagi penghuninya. Sedangkan sustainable artinya bahwa pembangunan yang

    dilakukan memikirkan kebutuhan generasi di masa depan tanpa mengabaikan aspek

    lingkungan. Konsep green living dan sustainable tersebut sangat memperhatikan aspek

    lingkungan untuk mendukung kelestarian

    Perumahan yang akan dibangun akan menimbulkan kesan hijau dari pintu masuk

    sampai ke sudut-sudut perumahan dan akan terdapat pusat RTH berupa taman rekreasi.

    Rumah-rumah yang ada merupakan rumah gandeng dengan konsep minimalis dan akan

    terdapat perbedaan massa bangunan dari berbagai cluster. Konsep perumahan ini bertujuan

    untuk menunjang aktivitas dan kesehatan masyarakat yang tinggal di daerah industri dan

    memudahkan para pekerja industri untuk mendapatkan tempat tinggal nyaman yang dekat

    dengan tempat kerja. Pada konsep ini akan disediakan juga transportasi berteknologi tinggi

    berupa BRT (Bus Rapid Transit) yang akan dapat mengangkut masyarakat yang ada di

    perumahan sehingga akan mempermudah aksesibilitas ke tempat kerja atau industri. Pihak

    perumahan akan bekerjasama dengan industri-industri yang ada di sekitar perumahan untuk

    memakai BRT tersebut untuk transportasi ke tempat kerja. Dalam menggunakan BRT akan ada

  • 15

    perbedaan biaya transportasi bagi buruh dan staff karyawan industri. Adanya sarana prasarana

    lengkap yang tersedia di perumahan ini akan menciptakan kenyamanan bagi masyarakat yang

    tinggal.

    2.2.2 Literatur Konsep

    a. Konsep Neighbourhood Unit

    Neighbourhood Unit adalah suatu lingkungan fisik perumahan dalam kota dengan

    batas yang jelas, tersedia pelayanan fasilitas sosial untuk tingkat rendah, untuk

    melayani sejumlah penduduk, di mana terdapat hubungan kerjasama yang dilandasi

    oleh kontrol sosial dan rasa komunitas (Porteous, 1977; dalam Suraynto, 1987:47).

    Konsep ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat di daerah sekitar

    industri. Neighbourhood Unit diformulasikan oleh Clarence Perry pad tahun 1929 yang

    mengidentifikasikan sebagai suatu unit perumahan yang mempunyai batas yang jelas,

    besarannya diukur atas dasar keefektifan jarak jangkau pejalan kaki, terjadinya kontak

    langsung individual serta adanya ketersediaan fasilitas pendukung kebutuhan harian

    dari penghuni. Neighbourhood Unit merupakan suatu lingkungan spesifik yang

    homogen dengan pengikat kegiatan yang sejenis dan hubungan kekerabatan.

    Menurut Perry, neighbourhood yang ideal akan merangkum seluruh fasilitas public

    dan kondisi-kondisi yang diperlukan oleh rata-rata keluarga bagi kenikmatan dan

    kewajaran hidup disekitar rumah mereka. Selanjutnya Perry menguraikan dari

    penjelasan diatas enam prinsip dalam merencakan neighbourhood (Rohe and Gates,

    1985:26) :

    1. Size (Ukuran), pembangunan unit tempat tinggal harus menyiapkan perumahan

    dengan ukuran populasi tertentu yang mensyaratkan diperlukannya sekolah dimana

    area yang diperlukan tergantung pada tingkat kepadatan populasi.

    2. Boundaries (Batas), pada setiap sisi unit lingkungan dibatasi oleh jalan-jalan arteri

    dengan kelebaran yang memadai sehingga dapat dipakai sebagai lalu lintas cepat,

    yang tidak menembus daerah permukiman tersebut.

    3. Open Space (Ruang Terbuka), harus disediakan sistem taman dan ruang kecil yang

    direncanakan untuk memenuhi kebutuhan individu yang mendiami lingkungan

    perumahan tersebut.

    4. Institution Sites (Area-area institusi), area untuk sekolah dan institusi yang melayani

    lingkungan perlu disediakan untuk memenuhi kebuthhan masyarakat dalam

    lingkungan dan hendaknya ditempatkan secara berkelompok.

    5. Local Shops (Pertokoan setempat), satu atau lebih pertokoan lokal yang cukup

    memadai bagi populasi yang dilayani.

  • 16

    6. Internal Street System (Sistim jalan internal), di mana setiap unit perlu dilengkapi

    dengan sistim jalan khusus sehingga setiap jalan raya disesuaikan dengan beban lalu

    lintas dan jaringan jalan sebagai suatu keseluruhan dirancang untuk memudahkan

    sirkulasi di dalam ligkungan tersebut.

    Clarence Perry membuat ketetapan untuk terpenuhinya kebutuhan sosio-psikologis

    pemukim untuk menjamin agar terlaksananya konsep Neighbourhood Unit. Syarat-

    syarat tersebut (Ida Bagus Rabindra, 1996:43-44) adalah:

    1. Syarat kedekatan fisik dirumuskan dengan mengambil patokan besaran efektif

    komunitas dengan elemen:

    Luas wilayah teori ini yang memungkinkan setiap penghuni mudah

    berkomunikasi dengan orang-ornag disekitarnya karena dekatnya jarak capai

    dengan cukup berjalan kaki.

    Jumlah penghuni, yaitu ukuran jumlah penghuni yang memungkinkan tingkat

    saling tahu dan saling kenal diantara penghuni karena frekuensi kontak langsung

    yang tinggi.

    Tingkat kepadatan bangunan atau penduduk yaitu perbandingan antara luas

    wilayah dan jumlah anggota menghasilkan suatu ukuran kepadatan yang

    memungkinkan tingkat ikatan fisik dan sosial komunitas tetap tinggi, dengan

    menjaga keseimbangan dengan daya dukung alam.

    2. Syarat ikatan sosial, fasilitas sosial sebagai ikatan fisik harus sesuai dengan

    kebutuhan masyarakat agar mendorong terciptanya kelompok primer.

    3. Syarat jaminan keselamatan lingkungan, yaitu:

    a. Neighbourhood Unit, terbebas dari lalu lintas tembus dan kemungkinan adanya

    persimpangan.

    b. Neighbourhood Unit dibatasi dari lalu lintas tembus kendaraan kecepatan tinggi

    atau lalu-lintas eksternal.

    c. Adanya pemisahan yang tergas antara jalur lintas kendaraan dan jalur pejalan

    kaki.

    d. Lalu-lintas dalam lingkungan Neighbourhood Unit umumnya untuk pejalan kaki

    atau dengan kendaraan yang berkecepatan rendah khusus bagi penghuni.

    4. Syarat ketersediaan fasilitas pelayanan sosial yang melayani kebutuhan harian dan

    dapat berperan jika memiliki jarak layanan yang mudah dicapai dengan berjalan

    kaki. Fasilitas ini akan menjadi media terjadinya kontak langsung antar penghuni

    dalam frekuensi yang tinggi yaitu frekuensi harian. Fasilitas pelayanan antara lain

    adalah fasilitas pendidikan, pertokoan, balai pengobatan dan kantor pemerintahan

    lokal.

  • 17

    b. Teori Mixed-Use

    Pembangunan mixeduse dalam konteks zoning berarti mengkombinasikan

    beberapa fungsi berupa hunian, komersial, industri, perkantoran, institusi atau

    fungsifungsi lain. Konsep pembangunan ini memiliki tujuan untuk memberi

    kenyamanan dan kemananan misalnya dengan medekatkan antara fungsi hunian

    dengan fungsi lain seperti kantor dan komersial. Namun konsep mixeduse mengalami

    kemunduran selama masa industri karena timbulnya polusi dari industri-industri yang

    mengganggu, oleh sebab itu orang cenderung menjauhi kawasan indutri.

    Hal lain yang berpengaruh adalah lahirnya pembangunan gedung pencakar langit,

    yang memunculkan kekhawatiran akan adanya blocking bangunan tinggi terhadap

    kualitas pencahayaan sehingga mendorong pembangunan dengan konsep zoning, hal

    ini tidak hanya menyangkut pembatasan tinggi tetapi dapat juga menyangkut

    pemisahan fungsi. Pada akhir abad ke20 konsep pembangunan mixed use mulai

    ditinjau kembali, karena konsep zoning sendiri tidak dapat memecahkan masalah

    kepadatan yang semakin tinggi terutama di daerah urban. Jane Jacobs berpendapat

    bahwa pencampuran fungsifungsi (mixeduse) secara horizontal maupun vertikal

    adalah sangat penting untuk menciptakan kualitas urban yang sehat dan nyaman,

    sekaligua salah satu solusi untuk konsep high density living.

    Berikut adalah beberapa keuntungan dari konsep pembangunan mixed-se (Liewelyn

    Davies, 2000 :

    1. Akses yang lebih nyaman ke berbagai fasilitas.

    2. Kemacetan dalam perjalanan ke kantor dapat diminimal

    3. Kesempatan yang lebih besar untuk berinteraksi sosial

    4. Komunitas sosial yang beragam.

    5. Stimulasi visual dari perbedaan bangunan dengan jarak yang dekat.

    6. Rasa aman dengan eyes on street

    7. Efsiensi energi, penggunaan ruang dan bangunan.

    8. Pilihan yang lebih beragam untuk gaya hidup, baik lokasi atau jenis bangunan

    9. Vitalitas kota dan kehidupan di jalan.

    10. Meningkatkan kelangsungan hidup fasilitas kota dan pendukung untuk bisnis kecil

    Konsep mixeduse berhubungan dengan kedekatan jarak, maka kesuksesan dan

    kelangsungannya dipengaruhi oleh jarak orang untuk berjalan ke fasilitasfasilitas yang

    digunakan. Penempatan pusat dari pembangunan mixeduse dapat diterapkan pada

    persimpangan jalan dan sepanjang sirkulasi pergerakan utama. Dengan memasukkan

    fungsi perumahan kedalam fungsi mixeduse akan dapat memperpanjang aktivitas dari

    kantor dan toko. Dalam skala makro, pembangunan mixeduse berorientasi kepada

  • 18

    penataan blokblok bangunan yang berbeda fungsi dalam satu kawasan, misalnya

    penempatan shopping mall yang berdekatan dengan kantor, convention center dan

    lain-lain.

    Pembangunan mixed use, tidak hanya membahas tentang pencampuran fungsi

    secara horizontal, tapi juga secara vertikal. Flat atau kantor dapat diletakkan di atas

    toko, restoran atau fungsi hiburan. Pengaturan seperti ini dapat menghidupkan

    suasana kehidupan kota, misalnya bila lantai dasar digunakan sebagai retail, akan

    memunculkan transparansi dindingdinding pembatas. Fungsi retail yang transparan

    tersebut dapat menciptakan konsep eyes on street.

    c. Sustainable Neighbourhood

    Sustainable development, menurut The Bruntland Commission, adalah development

    that meets the needs of todays generation without compromising the ability of future

    generations to meet their needs, yang artinya pembangunan yang memikirkan

    kebutuhan generasi saat ini tanpa mengabaikan kemampuan generasi mendatang

    untuk memenuhi kebutuhan mereka.

    Sumber : www.krypton.mnsu.edu

    Gambar 2.13 Sustainable Development

    Beberapa prinsip sederhana dalam mewujudkan sebuah lingkungan atau sebuah

    kawasan yang berkelanjutan, yaitu:

    Menghemat energi

    Prinsip yang pertama yaitu mengurangi pemakaian energi dalam sebuah kawasan

    atau hunian. Penerapan pengurangan energy pada sebuah hunian atau kawasan

    dapat mewujudkan terciptanya sebuah kawasan yang berkelanjutan.

  • 19

    Menggunakan sumber daya lokal

    Prinsip selanjutnya adalah memaksimalkan penggunaan sumber daya yang ada di

    sekitar hunian. Hal ini turut membantu pengurangan pengiriman sumber daya dilain

    tempat, sehingga turut serta dalam penghematan energi.

    Meminimalkan limbah

    Sebuah kawasan yang berkelanjutan, sebaiknya mengurangi penggunaan material

    yang menghasilkan limbah yang tidak dapat di daur ulang. Kawasan yang

    berkelanjutan sebaiknya juga melakukan daur ulang untuk material yang dapat di

    daur ulang, agar limbah yang dihasilkan tetap berguna dan dapat dimanfaatkan.

    Memanfaatkan perekonomian kota

    Prinsip terakhir ini menjelaskan bahwa apabila sebuah perekonomian di dalam

    kawasan di maksimalkan, maka dapat mengurangi penggunaan kendaraan bermotor

    karena untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dapat dengan berjalan kaki.

    Ciri-ciri sebuah lingkungan yang dapat disebut telah menjadi sebuah lingkungan

    yang sustainable urban neighbourhood, antara lain:

    a. Kawasan yang dapat ditempuh dengan jalan kaki

    b. Penggunaan energi

    c. Daur ulang

    d. Air dan limbah

    e. Ruang terbuka hijau

    Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mendukung insentifitas dari pengaplikasian

    rendah energi dan emisi kendaraan transportasi umum yang rendah, antara lain:

    Siklus jaringan terintegrasi dengan kebijakan perencaaan perkotaan

    Menyediakan jalur sepeda dan kendaraan rendah energi

    Mengadakan stasiun pengisian bahan bakar untuk kendaraan listrik dan biodiesel

    (bahan bakar nabati)

    Pembatasan penggunaan kendaraan pribadi dalam pusat kota dan lingkungan yang

    ramai

    Pemberitaan kepada masyarakat

    d. TOD ( Transit Oriented Development)

    Transit oriented development, adalah penggabungan fungsi dari suatu lahan

    campuran dan kawasan transit, dimana penggabungan lahan tersebut meliputi sebuah

    kawasan dengan fungsi yang lengkap, dapat dijangkau dengan berjalan kaki, serta

    dekat dengan kawasan transit. (Transit-Oriented Development Guidebook, 2006). TOD

    merupakan salah satu pendekatan pengembangan kota yang mengadopsi tata ruang

    campuran dan maksimalisasi penggunaan angkutan massal seperti Busway/BRT,

  • 20

    Kereta api kota (MRT), Kereta api ringan (LRT), serta dilengkapi jaringan pejalan

    kaki/sepeda. Dengan demikian perjalanan/trip akan didominasi dengan menggunakan

    angkutan umum yang terhubungkan langsung dengan tujuan perjalanan. Tempat

    perhentian angkutan umum mempunyai kepadatan yang relatif tinggi dan biasanya

    dilengkapi dengan fasilitas parkir, khususnya parkir sepeda. Pengembangan TOD

    sangat maju dan telah menjadi trend dikota-kota besar khususnya di kawasan kota

    baru yang besar seperti Tokyo di Jepang, Seoul di Korea, Hongkong, Singapura, yang

    memanfaatkan kereta api kota serta beberapa kota di Amerika Serikat dan Eropa.

    Penempatan TOD:

    1. Pada jaringan utama angkutan massal.

    2. Pada koridur jaringan bus/ BRT dengan frekuensi tinggi.

    3. Pada jaringan penumpang bus yang waktu tempuhnya kurang dari 10 menit dari

    jaringan utama angkutan massal.

    Sumber : www.krypton.mnsu.edu

    Gambar 2.14 Skema Ilustrasi Konsep Transit Oriented Development

    Berdasarkan skema ilustrasi tersebut, objek desain TOD dapat dikatakan sebagai

    sebuah kawasan yang memiliki berbagai fungsi penunjang di dalamnya, seperti fungsi

    hunian, ruang terbuka, area komersial serta kantor atau tempat bekerja. Kawasan TOD

    juga terkoneksi dengan area transit dari transportasi massal. Selain itu, keseluruhan

    fungsi lahan tersebut berada dalam jarak dengan radius 2.000 kaki dari pusat transit.

    Peter Calthorpe juga menyimpulkan komponen-komponen dari perencanaan

    Transit Oriented Development, antara lain:

    perencanaan kawasan yang memprioritaskan pejalan kaki

    pusat transit menjadi fitur penting dari pusat kota

  • 21

    sebuah node regional yang terdiri atas campuran kegunaan dari hunian, kantor,

    pertokoan, dan area publik

    pengembangan berkualitas tinggi dimana dapat mengitari kawasan sekitar halte

    transit dengan waktu 10 menit

    terdapat angkutan pendukung seperti bus, kereta,dan lain-lain

    didesain pula untuk penggunaan sepeda dalam kawasan

    mengurangi dan mengelola parkir di dalam kawasan

    Gerakan pengembangan kawasan berbasis transit didasari oleh kualitas kehidupan

    kota yang semakin buruk yang ditandai dengan kemacetan, sprawl, dan tata guna laha

    yang tidak terintegrasi. TOD memiliki tujuan menciptakan lingkungan yang nyaman,

    aman, menyenangkan dan mencukupi bagi pejalan kaki (walkable environment).

    Dengan mencampurkan berbagai fungsi kegiatan, perjalanan yang perlu dilakukan

    dapat digabungkan menjadi lebih singkat dan tepat. Fungsi-fungsi tersebut adalah

    pusat area komersial, perkantoran, retail, servis, pemukiman dengan kepadatan sedang

    hingga tinggi serta ruang terbuka publik.

    TOD menekankan pada pengintegrasian transit berbasis regional, memperbaharui,

    struktur komunitas dan lingkungan tinggal yang individualis. Struktur fisik kawasan

    harus didukung oleh kerangkan kerja sistem transportasi. Transit, pejalan kaki, dan

    pengendara sepeda harus memaksimalkan akses dan mobilitas ke seluruh kawasan

    sementara mengurangi tingkat penggunaan kendaraan bermotor terutama mobil.

    Prinsip dari TOD adalah untuk :

    Mengorganisasikan pertumbuhsn dalam tingkat regional menjadi kompak dan

    transit supportive.

    Menempatkan komersial, pemukiman, perkantoran dan fasilitas umum-sosial dalam

    jarak tempuh berjalan kaki dari stasiun transit.

    Menciptakan jaringan jalan yang ramah pejalan kaki yang menghubungkan berbagai

    tujuan bepergian lokal.

    Menyediakan pemukiman dengan tipe, kepadatan dan biaya yang bervaraisi.

    Melestarikan habitat dan ruang terbuka dengan kualitas tinggi.

    Membuat ruang publik sebagai fokus dari orientasi bangunan dan kegiatan

    masyarakat.

    Mendorong penggunaan lahan dan redevelopment sepanjang koridor transit.

    Secara sosial, konsep TOD diharapkan akan membuat penduduk-penduduk terlibat

    dalam interaksi dalam kehidupan sehari-hari. Penduduk yang memiliki keterbatasan

    dalam menggunakan kendaraan pribadi (karena alasan ekonomi, golongan usia anak-

    anak atau lansia) tetap memiliki akses ke berbagai fasilitas dan memenuhi kebutuhan.

  • 22

    Selain itu, kawasan yang dikembangkan dengan konsep TOD diintegrasikan dengan

    prinsip pedestrian-oriented akan menghasilkan kawasan yang aman dari kecelakaan

    lalu lintas dan kriminalitas.

    e. Konsep Green Living

    Konsep kota hijau (Green City) juga dikenal sebagai kota ekologis yang juga dapat

    dikatakan kota yang sehat. Artinya ada keseimbangan antara pembangunan dan

    perkembangan kota dengan kelestarian lingkungan. Kota sehat juga merupakan suatu

    kondisi dari suatu kota yang aman, nyaman, bersih dan sehat untuk dihuni

    penduduknya dengan mengoptimalkan potensi sosial ekonomi yang ada.

    Konsep green city memiliki beberapa kriteria, di antaranya :

    a) Pembangunan kota harus sesuai dengan peraturan undang-undang yang berlaku.

    b) Konsep zero waste pengolahan sampah secara terpadu, tidak ada yang terbuang.

    c) Konsep zero run-off semua air harus diresapkan kembali ke dalam tanah (konsep

    ekodrainase).

    d) Infrastruktur hijau tersedia jalur pejalna kaki dan jalur sepeda.

    e) Transportaus hijau penggunaan transportasi massal, ramah lingkungan berbahan

    bakar terbarukan, mendorong penggunaan transportasi publik bukan kendaraan

    bermotor, berjalan kaki, bersepeda.

    f) Ruang terbuka hijau seluas 30% dari luas kota (RTH Publik 20% dan RTH Privat

    10%).

    g) Bangunan hijau

    h) Pastisipasi masyarakat (komunitas hijau)

    Kelebihan dari konsep green city ini yaitu dapat memenuhi keberadaan RTH di

    suatu kawasan sehingga dapat mengurangi bahkan memecahkan masalah lingkungan,

    bencana alam, polusi udara, bebeas banjir, rendah kebisingan dan permasalahan

    lingkungan lainnya.

    Sumber : www.pekanbaru.co.id

    Gambar 2.15 Konsep Go-Green

  • 23

    f. Konsep Compact City

    Compact city secara umum adalah suatu pendekatan dalam perencanaan kota yang

    didasarkan pada pengembangan secara intensif dalam kawasan perkotaan eksisting

    atau pada kota-kota dengan kepadatan yang relatif tinggi, dengan membatasi

    pertumbuhannya (Cowan, 2004). Jika ditelusuri dalam perkembangannya, pada awal

    tahun 1980-an compact city telah diterima di Netherland dan negara-negara Eropa

    sebagai konsep perencanaan tata ruang yang dianggap memberikan solusi terhadap

    sejumlah masalah perkotaan (Roo, 2004). Definisi compact city sebagai pendekatan

    atau strategi pengembangan kota adalah meningkatkan kawasan terbangun dan

    kepadatan penduduk perumahan; mengintensifkan kegiatan ekonomi, sosial dan

    budaya perkotaan; dan memanipulasi ukuran kota, bentuk dan struktur perkotaan,

    serta sistem permukiman dalam rangka mencapai manfaat keberlanjutan lingkungan,

    sosial, dan global, yang diperoleh dari pemusatan fungsi-fungsi perkotaan. (Jenk, 2000).

    Secara esensial compact city adalah kepadatan tinggi, penggunaan campuran,

    dengan batas (bukan sprawl) yang jelas (Jenk et al, 1996; Williams et al, 2000). Sebagai

    konsep tata ruang fungsional, compact city sesungguhnya merupakan tipikal kota-kota

    lama di Eropa (Le Clercq dan Hoogendoorn 1983 dalam Roo, 2003) yang mempunyai

    prinsip-prinsip: (1) Menekankan kota dan lansekap; (2) Pembangunan ditambahkan

    pada struktur yang telah ada; (3) Mengkombinasikan fungsi-fungsi dalam tingkat

    bagian wilayah kota; (4) Menyebarkan fasilitas dalam rangka membatasi lalu lintas dan

    meningkatkan aksesibilitas bagi penduduk; (4) Pembangunan dengan kepadatan tinggi;

    serta (5) Penekanan pada transportasi umum. Dalam konteks inilah konsep compact

    city dianggap sebagai jawaban terhadap gejala urban sprawl yang dewasa ini telah

    menjadi gejala global. Manfaat compact city dibandingkan dengan urban sprawl, adalah

    (Burton, 2001):

    1. Kebergantungan yang lebih kecil pada kendaraan bermotor sehingga menimbulkan

    emisi yang lebih rendah.

    2. Pengurangan konsumsi energi.

    3. Pelayanan transportasi umum yang lebih baik.

    4. Peningkatan aksesibitas secara keseluruhan.

    5. Penggunaan kembali (re-use) prasarana dan lahan yang telah dibangun.

    6. Regenerasi kawasan perkotaan dan vitalitas perkotaan.

    7. Kualitas hidup yang lebih tinggi.

    8. Preservasi ruang terbuka hijau.

    9. Penciptaan lingkungan untuk meningkatkan kegiatan bisnis dan perdagangan.

  • 24

    Strategi compact city mencakup struktur dan pola ruang kota yang memberikan

    prioritas jelas terhadap compactness, blok besar/ruang terbuka/jalur hijau yang

    melengkapi lingkungan perkotaan, penekanan yang kuat terhadap pengembangan yang

    bersifat pengisian (infill), intensifikasi dan penggunaan yang lebih efisien untuk lahan-

    lahan terlantar di kawasan inti kota berupa percampuran serta integrasi berbagai

    fungsi. Dalam hal ini yang menjadi argumen kunci compact city adalah sistem

    transportasi yang berorientasi pada angkutan umum, mencegah penggunaan

    kendaraan bermotor serta membatasi jumlah perjalanan komuter. (Marcotullio, P.J.

    2001).

    Secara internasional, kompaksi perkotaan telah diimplementasikan pada berbagai

    negara maju dengan berbagai bentuk, mulai dari yang menekankan pemanfaatan lahan

    terlantar dan peremajaan atau pembangunan kawasan pusat kota di Eropa, sampai

    dengan menciptakan batas pertumbuhan perkotaan (urban containment),

    berkembangnya New Urbanism dan Smart Growth di Amerika Serikat, promosi

    perumahan berkepadatan sedang di Australia dan New Zealand, serta urban

    redevelopment yang lebih menekankan pembangunan kembali kawasan pusat kota di

    Jepang. Adanya variasi penerapan kompaksi perkotaan ini menunjukkan bagaimana

    tiap negara mengadaptasikan konsep compact city ke dalam kondisi lokal, sehingga

    dapat berkontribusi terhadap keberlanjutan perkotaan dalam cara yang dapat diterima

    sekaligus layak dalam lingkungan lokal masing-masing.

    Kota yang berkelanjutan adalah kota yang ideal dalam konteks keberlanjutan

    sekaligus kelayakhunian (livability). Mengacu pada kecenderungan perkembangan

    perkotaan saat ini, tidaklah mungkin untuk menciptakan suatu kota berkelanjutan

    secara ideal. Namun yang dapat dilakukan adalah melakukan upaya untuk membuat

    kota dapat menjadi lebih berkelanjutan dibandingkan dengan kondisinya saat ini.

    Meskipun hipotesis kompaksi perkotaan menyatakan bahwa terdapat kawasan yang

    potensial untuk dikembangkan dengan cara yang lebih ramah lingkungan, lebih merata

    secara sosial, dan lebih menggairahkan secara ekonomi; tetap saja menyisakan

    pertanyaan bagaimana menerapkannya dalam konteks kota-kota di negara

    berkembang yang mempunyai karakteristik perkembangan yang jauh berbeda dengan

    kota-kota di negara maju? Perkembangan perkotaan di negara berkembang

    menunjukkan perbedaan dengan di negara maju, terutama dalam kerangka historis,

    struktur dan perkembangan demografis. Oleh sebab itu, dalam konteks kompaksi

    perkotaan setidaknya terdapat tiga perbedaan besar yang harus menjadi pertimbangan

    utama jika konsep tersebut akan diterapkan, yaitu: (1) karakteristik fisik dan

    demografis, (2) keragaman penggunaan lahan dan distribusi spasialnya; dan (3) isu

  • 25

    bahwa pembangunan dapat dikendalikan dalam rangka mendukung sasaran

    keberlanjutan.

    Sebagai respon terhadap berbagai tantangan terhadap konsep kompaksi perkotaan,

    penelitian mutakhir (antara lain Song, 2005; Zhang, 2006; Winston dan Pareja, 2007)

    telah difokuskan pada pengembangan keragaman bentuk perkotaan dan keberlanjutan

    yang sesuai dengan kawasan spesifik yang mengimplementasikan konsep tersebut.

    Dalam hal ini mulai timbul fokus yang lebih besar terhadap proses, fungsi dan

    rancangan perkotaan (urban design) serta bagaimana ketiganya berkontribusi terhadap

    keberlanjutan, lebih dari sekedar kepadatan yang sepanjang tahun 1990-an

    mendominasi penelitian tentang keterkaitan antara bentuk perkotaan dan

    keberlanjutannya, dengan fokus utama pada dampak bentuk perkotaan terhadap pola

    perjalanan. Bentuk perkotaan yang seringkali diiindikasikan dalam 3-D: densitas,

    diversitas dan desain (Cervero dan Kockelman, 1997) dan di tambah 2-D lainnya:

    destination dan distance (Lee, 2007) pada dasarnya tetap akan menjadi aspek krusial

    dalam konteks keberlanjutan perkotaan, selama dampak negatif urban sprawl secara

    lingkungan, ekonomi, dan sosial terus meningkat, yang secara kasat mata tampak dari

    kemacetan lalulintas, segregasi sosial, dan penyusutan lahan pertanian di kawasan

    pinggiran, yang kesemuanya meneruskan kecenderungan perkembangan di masa yang

    akan datang dianggap semakin tidak berkelanjutan.

    Secara teoretik, bentuk perkotaan yang mencerminkan struktur dan pola ruang

    berbagai kegiatan perkotaan mempunyai kaitan yang erat dengan pola/perilaku

    perjalanan sebagai kebutuhan turunannya. Oleh sebab itu, kecenderungan

    perkembangan perkotaan yang ekspansif dan sprawl serta segregasi spasial berbagai

    kegiatan fungsional perkotaan (perumahan, tempat kerja, komersial) mengakibatkan

    peningkatan panjang perjalanan dan ketergantungan terhadap kendaraan bermotor

    pribadi di kawasan pinggiran kota. Aspek-aspek bentuk perkotaan pada skala kawasan

    perumahan atau neighbourhood meliputi: (1) Jarak perumahan dari pusat kota; (2)

    Ukuran kawasan perumahan; (3) Pola penggunaan lahan; (4) Ketersediaan fasilitas

    lokal; (5) Kepadatan; (6) Aksesibilitas (jaringan jalan dan kedekatan terhadap jaringan

    transportasi umum; dan (7) Jenis neighbourhood. Pola perilaku perjalanan yang akan

    dipengaruhi oleh bentuk perkotaan meliputi: (1) Tujuan dan jarak perjalanan; (2)

    Frekuensi perjalanan; (3) Pemilihan moda; (4) Waktu perjalanan; dan (5) Konsumsi

    energi transportasi. Selain bentuk perkotaan, faktor yang memengaruhi pola

    perjalanan adalah karakteristik sosial-ekonomi penduduk yang meliputi: tingkat

    pendapatan, jenis pekerjaan, ukuran dan tipe rumah tangga, tingkat pendidikan, dan

    pemilikan kendaraan bermotor.

  • 26

    g. Rain Water Harvesting

    Pemanenan air hujan (rainwater harvesting) sudah banyak dilakukan sejak lama,

    khususnya di pedesaan di mana sumber air lainnya, yaitu air tanah tidak mencukupi,

    atau pengadaannya terlalu mahal. Pemanenan air hujan digunakan untuk memenuhi

    kebutuhan rumah tangga dan ternak, terutama menjelang dan selama musim kemarau

    panjang. Cara yang dilakukan yaitu dengan pengumpulan air hujan yang mengucur dari

    atap rumah. Untuk skala besar pemanenan air hujan dapat dilakukan di daerah

    tangkapan air. (Suripin, 2002).

    Salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan tanah meresapkan air hujan

    salah satunya ialah dengan pemanenan air hujan atau rainwater harvesting. Pembuatan

    dan pemasangan rainwater harvesting akan membantu masyarakat perkotaan untuk

    menggunakan alternatif air yang lebih bersih daripada menggunakan air tanah dan air

    permukaan yang telah tercemar oleh limbah domestik dan industri, serta bakteri E-coli.

    Manfaat yang dapat diharapkan akan diperoleh melalui rainwaterharvesting yaitu

    pemenuhan kebutuhan air sekunder dan memperkecil beban drainase mikro maupun

    makro.

    Rainwater harvesting adalah akumulasi dan pengendapan air hujan yang digunakan

    kembali sebelum mencapai akuifer. Penggunaan digunakan termasuk pada air untuk

    taman, air untuk ternak, air untuk irigasi, dan lainlain. Di banyak tempat air yang

    dikumpulkan hanya diarahkan ke lubang yang dalam dengan sistem saringan. Air dari

    rainwater harvesting dapat digunakan untuk air minum jika penyimpanan yang

    digunakan adalah tangki yang dapat diakses dan dibersihkan.

    Bentuk tempat penyimpanan/penampung air dibagi menjadi 3 kategori yaitu :

    Tank penampung air di atas permukaan, biasanya dipergunakan untuk menampung

    air dari atap bangunan;

    Tank penampung di bawah permukaan;

    Penampung air (reservoir).

    Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan bangunan

    penampung air yaitu: jumlah penampung yang diperlukan, jenis dan ukuran daerah

    tangkapan (catchment); jumlah dan distribusi curah hujan; jenis tanah; ketersediaan

    dana; kemampuan teknis dan pengalaman; serta ketersediaan sumberdaya air.

    Sistem ini sangat juga umum dilakukan di negara-negara yang sangat rentan

    terhadap kekeringan seperti di Afrika, India, Srilangka, Iran, Cina, dan di beberapa

    negara Asia Tenggara. Di Indonesia, sistem panen hujan yang diaplikasikan di beberapa

    negara tersebut dapat dijadikan pembelajaran untuk mengantisipasi kelangkaan air

    terutama di wilayah beriklim kering. Upaya yang dilakukan yaitu dengan menampung

  • 27

    air hujan dari atap rumah, terutama untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Sistem

    panen hujan untuk keperluan rumah tangga dengan menampung aliran air dari atap

    rumah dapat mempergunakan berbagai jenis bak penampung yang sudah dilakukan

    sejak ribuan tahun yang lalu. Biasanya air yang ditampung dapat dipergunakan untuk

    minum, memasak, dan untuk irigasi dalam skala rumah tangga. (Heryani, 2009)

    Tiga bentuk alat pengumpul air hujan, yaitu :

    1. Area drain; yang berfungsi seperti corong, menangkap air dari suatu daerah

    berukuran tertentu dan sekedar mengarahkan air dari permukaan langsung

    kedalam pipa. Kelemahannya, adalah dalam jangka waktu yang panjang sering kali

    pipa tersumbat oleh kotoran atau tanah yang terbawa oleh aliran air hujan.

    Kelemahan lainnya adalah bahwa elevasi dari area drain tidak fleksibel, harus

    merupakan titik terendah dari semua bidang miring aliran.

    2. Bak pengumpul; fungsinya serupa dengan area drain, menangkap air permukaan

    suatu daerah tertentu. Namun dikembangkan lebih lanjut dengan fungsi tambahan,

    yaitu fungsi penangkap tanah dan kotoran. Karena adanya fungsi ganda inilah, maka

    bak pengumpul ini menjadi sangat disukai dan digunakan.

    3. Pipa pengumpul ; atau pengumpul berbentuk linier. Bentuk ini mempunyai

    kelebihan, yaitu elevasinya yang fleksibel sehingga mudah mengikuti berbagai

    ketinggian tanah, jalan, atau tempat parkir.

    Rainwater harvesting menyediakan pasokan air sendiri. Di negara maju rainwater

    harvesting sering digunakan untuk melengkapi pasokan listrik. Rainwater harvesting

    menyediakan air ketika ada kekeringan atau musim panas. Sistem rainwater harvesting

    ini sangant menarik karena mereka mudah dipahami, dipasang dan dioperasikan.

    Sistem ini sangat efektif digunakan pada saat kekeringan karena air yang dihasilkan

    dari limpasan hujan mengalir ke penyimpanan bendungan. Kualitas air hujan yang

    ditangkap biasanya cukup untuk kebutuhan rumah tangga. Keuntungan finansial bagi

    penggunanya yaitu bahwa hujan merupakan suatu hal yang dapat diperbaharui. Sistem

    rainwater harvesting umumnya memiliki biaya operasional yang rendah dalam

    penyediaan konsumsi air.

    Konsentrasi kontaminasi berkurang secara signifikan dengan mengalihkan aliran air

    limpasan awal untuk limbah. Peningkatan kualitas air juga dapat diperoleh dengan

    menggunakan mekanisme penarikan dan pengembangan dan dengan menggunakan

    beberapa tangi. Air hujan yang disimpan mungkin perlu dianalisa dengan baik sebelum

    digunakan.

    Sistem rainwater harvesting dapat dipasang dengan sederhana. Sistem ini harus

    memiliki tangki dengan ukuran yang besar untuk dapat memenuhi kebutuhan

  • 28

    konsumsi air sehari-hari sepanjang musim kemarau. Atap bangunan harus cukup besar

    untuk mempertahankan aliran yang memadai, karena curah hujan diambil dari

    limpasan air yang jatuh dari atap. Demikian juga, tangki penyimpanan air harus cukup

    besar untuk menampung air yang ditangkap.

    h. Lesson Learned

    Dari beberapa literatur yang telah dijelaskan sebelumnya, maka konsep yang akan

    diterapkan pada lokasi perencanaan tapak adalah sebagai berikut :

    Perumahan berkonsep neighbourhood unit berupa suatu unit perumahan yang

    mempunyai batas yang jelas, besarannya diukur atas dasar keefektifan jarak jangkau

    pejalan kaki, terjadinya kontak langsung individual serta adanya ketersediaan

    fasilitas pendukung kebutuhan harian dari penghuni.

    Perumahan dengan pengelompokkan/cluster yang berwawasan lingkungan seperti

    konsep neighbourhood unit .

    Tersedianya fasilitas penunjang, seperti sekolah, balai pengobatan, pertokoan,

    sarana rekreasi dan olahraga.

    Perumahan berkonsep mixed use berhubungan dengan kedekatan jarak, maka

    kesuksesan dan kelangsungannya dipengaruhi oleh jarak orang untuk berjalan ke

    fasilitasfasilitas yang tersedia.

    Perumahan yang berkonsep sustainable neighbourhood dengan menghemat

    penggunaan energi, tersedianya ruang terbuka hijau, menimimalkan limbah,

    menyediakan jalur sepeda dan pembatasan penggunaan kendaraan pribadi.

    Prinsip TOD dengan menciptakan jaringan jalan yang ramah untuk pejalan kaki yang

    menghubungkan berbagai tujuan bepergian lokal, menyediakan pemukiman dengan

    tipe, kepadatan dan biaya yang bervaraisi, melestarikan habitat dan ruang terbuka

    dengan kualitas tinggi, membuat ruang publik sebagai fokus dari orientasi bangunan

    dan kegiatan masyarakat.

    Prinsip green living dengan menekankan konsep hijau pada infrastruktur,

    transportasi, dan bangunan,

    2.2.3 Benchmarking/Best Practice Penerapan Konsep

    a. Horizon East Exclusive Town House

    Horizon East Exclusive Town House, yang terletak di Jl. Bungur Raya No. 09,

    Harjamukti, Cimanggis Depok. Hunian ini berdiri di lahan 320 m2 dan berada di hook.

    Konsep simple tropical pada rumah ini terlihat langsung dari bagian fasad hunian

    yang memiliki teras dan sealsar. Bukaan-bukaan yang lebar diseimbangkan dengan

    aplikasi kisi-kisi kayu yang disusun secara vertikal untuk meredam terik cahaya

  • 29

    matahari di siang hari agar tidak sepenuhnya masuk ke dalam ruangan. Pada bagian

    taman di depan rumah ditanam beberapa pohon palem untuk menguatkan kesan

    hunian tropis. Adapun pada bagian samping hunian, yang terdapat kolam renang,

    menjadi pusat orientasi visual bagi ruang keluarga dan kamar tidur utama. Untuk

    menyiasati lahan yang cukup terbatas, hunian ini meminimalkan penggunaan sekat.

    Keberadaan void dari lantai dua pada ruang keluarga dan bukaan-bukaan kaca yang

    lebar ke arah taman atau ke arah kolah renang menambahkan kesan lapang pada

    hunian.

    Memiliki sebuah hunian dengan halaman besar dan ditumbuhi aneka tanaman

    adalah impian banyak orang, hunian yang exclusive yang tak sekedar sebagai tempat

    berteduh juga bercengkerama bersama keluarga menghabiskan akhir pekan, tapi

    melainkan juga sebagai kebanggaan atas kemewahan hunian yang bernilai investasi

    tinggi di kawasan elit cibubur. Dengan ide itulah Horizon East Exclusive Town House

    di kembangkan, berada dilahan seluas 6000 m2 dengan building coverage ratio 40%,

    luas kavling minimal 221 m2 menjadikannya hanya merangkum 12 unit rumah saja.

    Horizon East dirancang sebagai hunian berkonsep resort, bangunanbangunan

    rumah horizon east didesain dengan gaya tropical modern eropa, dengan penyusunan

    tata ruang rumah yang teratur, lebar jalan yang luas, serta fasilitas lingkungan dalam

    yang lengkap menjadikan Horizon East Exclusive Town House sebagai hunian idaman

    bagi Anda yang berjiwa mewah. Horizon East dibangun dengan standar kualitas untuk

    memenuhi gaya hidup masyarakat di masa depan, ditambah dengan pengelolaan

    rumah dalam town house secara mandiri, menjadikan Horizon East Exclusive Town

    House memberikan nilai lebih kepada masyarakat yang tinggal, bekerja, belajar dan

    berkunjung.

    Horizon East adalah rumah mewah Cibubur, tidak sekedar pembagian hirarki yang

    diperhatikan, tetapi juga kualitas jalan lingkungan, nilai keindahan dan keamanan bagi

    pemakainya. Ditiap fasilitas umum, pintu gerbang & rumah selalu ada landscape agar

    hijau dan teduh, Horizon East dibuat bukan hanya memperhatikan segi fungsi tapi juga

    keindahan.

    Perumahan modern dan penuh dengan sentuhan teknologi sedang dikembangkan

    oleh pengembang PT. Bumi Serpong Damai (BSD) Tbk dan kali ini BSD tidak hanya

    mengandalkan sentuhan modern dan keunggulan teknologi tersebut, namun juga

    mengembangkan kawasan permukiman yang berorientasi pada ruang terbuka hijau.

    Sedangkan diatas tanah sarana dan prasarana akan dibangun :

  • 30

    Galeri Lukisan dan Gamelan

    Galeri sudah terbangun dengan meletakan puluhan lukisan dari beberapa pelukis

    ternama serta alat musik yang memiliki sisi historical tinggi peninggalan dari beberapa

    kerajaan di Indonesia, galeri lukisan dan gamelan ini adalah fasilitas umum yang sangat

    extraordinary yang dapat dinikmati oleh penghuni Horizon East.

    Jalan Masuk Town House

    Membangun jalan yang lebar dengan penyesuaian tata letak rumah adalah

    kommitmen kami, jalan yang mengandung unsur seni dalam pembuatannya membuat

    Horizon East semakin unik dan beda.

    Gerbang Masuk Town House

    Menggunakan sistem single gate merupakan ciri dari sebuah town house, gerbang

    yang bukan hanya difungsikan sebagai sarana penjagaan keluar masuk kendaraan tapi

    juga symbol dari sebuah kejayaan bagi setiap penghuni di Horizon East ini.

    Jogging Track

    Fasilitas umum untuk penghuni Horizon East berolahraga santai sambil menghirup

    udara segar dan diiringi dengan kicauan burung bebas adalah sebuah implementasi

    dari moto Horizon East.

    Green Lush Garden

    Hamparan tanaman yang menyegarkan akan kami suguhkan untuk melengkapi

    kesempurnaan perumahan kami, tanaman yang bervariasi yang mengelilingi setiap

    unit rumah anda membuat konsep resort yang sejuk dari horizon east lebih sempurna.

    Sport Area

    Kami mengerti bahwa kesehatan adalah modal utama manusia untuk hidup lebih

    optimal, oleh karena itu kami merencanakan untuk membuat sebuah area olah raga

    luar maupun dalam ruangan untuk menjaga kebugaran setiap penghuni horizon east.

    Pos Keamanan

    Sembilan security sudah kami kerahkan untuk menjaga 12 unit rumah di Horizon

    East ini, dilengkapi dengan CCTV Monitoring, Security Card System dan Pemeriksaan

    Ketat bagi selain penghuni yang ingin memasuki kawasan Horizon East menjadikan

    perumahan kami super aman dan terkendali.

    Kolam dan Gazebo

    Santai bersama keluarga menikmati dinginnya udara malam dengan suguhan kopi

    hangat diatas hamparan gazebo adalah karunia keindahan yang harus disyukuri,

    fasilitas umum yang berada diatas permukaan air yang tenang dengan pemandangan

    ikan dibawahnya menjadikan fasilitas umum ini pelepas lelah dan kepenatan bagi siapa

    saja yang duduk diatasnya.

  • 31

    Kantor Manajemen Town House

    Hambar rasanya jika perumahan semewah Horizon East memaksa penghuninya

    membereskan lingkungannya sendiri, kami mengerti jiwa hebat seperti anda sangat

    sibuk dengan berbagai jadwal rutinitas kerja yang harus dijalankan secara maksimal,

    untuk itu kami membentuk sebuah Manajemen Town House yang akan memanjakan

    rumah anda dengan berbagai macam maintenance service dari mulai perawatan

    fasilitas umum sampai dengan penanggulangan kerusakan pada setiap rumah di

    Horizon East.

    b. Citraland Celebes, The Art of Green Living

    Konsep Green Living yang diterapkan pada Citraland Celebes bukan hanya sebatas

    penghijauan, namun juga dalam hal penghematan dan efisiensi energi, baik dalam

    desain maupun aplikasi di lapangan. Oleh karena itu, Citraland Celebes barada di

    bawah naungan developer terkemuka di Indonesia, Ciputra, yang mengusung konsep

    perumahan berwawasan lingkungan melalui The Art of Green Living, berusaha

    memadukan antara konsep green dalam lingkungan dan desain rumah.

    Pada segi lingkungan, pihak developer menyiapkan taman-taman yang luas dengan

    konsep hijau agar penghuni merasa nyaman. Selain itu, untuk mendukung konsep

    Green Living tersebut, akan disediakan fasilitas-fasilitas umum seperti jalur bersepeda,

    kawasan terbuka khusus pejalan kaki, jaringan jalan yang didukung taman penadah

    hujan sebagai sistem pengelolaan air serta penerangan jalan dengan menggunakan

    solar cell dan lampu LED hemat energi.

    Sedangkan dari segi keamanan hunian, pihak developer menerapkan desain rumah

    yang tidak lagi bersudut siku, namun berupa round. Desain tersebut bertujuan untuk

    menghindari faktor kecelakaan pada anak-anak sedang bermain. Untuk ketenangan

    penghuni, Citraland Celebes juga menerapkan Advance Security Management, yaitu

    kamera pengawas yang beroperasi selama 24 jam, tombol tanda darurat dan kartu

    akses elektronik.

    c. Konsep Perumahan Pantai Indah Kapuk

    Pantai Indah kapuk yang berada di Jakarta Utara memiliki kerentanan akan banjir,

    namun sejak tahun 1989 Pantai Indah Kapuk dinyatakan bebas banjir. Budi Nurwono,

    Direktur Bukit Golf Mediterania (BGM), Pantai Indah Kapuk, mengungkapkan ancaman

    banjir bisa dieliminasi berkat pembelajaran mereka hingga ke Negeri Keju, Belanda.

    Dengan mengusung konsep polder system, lonjakan air tak pernah tembus dan

    merendam kawasan tersebut.

    Polder System adalah rahasia mengapa kawasan BGM-PIK tak akan pernah

    kebanjiran. Polder System adalah sistem tata air yang dikembangkan di banyak Negara

  • 32

    Eropa sejak abad ke-10, bagaiman sistem ini bekerja menahan air dari segala arah.

    Bukit Golf Mediterania seluas 200 hektar di Pantai Indah Kapuk adalah salah satu mega

    proyek terbesar di Indonesia dewasa ini. Nama tiga pengembang kakap dipertaruhkan

    akan keberhasilah proyek ini di masa depan. Ketiganya adalah Agung Sedayu Group,

    Salim Group dan Agung Podomoro Group.

    Dalam manajemen banjir, Polder System juga dipakai sebagai wadah penampung

    air. Sistem tata air ini digunakan untuk melindungi daerah rendah sehingga aman dari

    genangan air atau banjir yang disebabkan tingginya air laut serta luapan sungai dari

    bagian hulu.

    Polder System berjalan dengan baik setelah wilayah yang menjadi bagian dari lokasi

    inin ditanggul sekelilingnya. Tanggul ini berfungsi sebagai penahan air laut ketika

    pasang datang atau saat air laut meningkat dengan ekstrim. Tanggul pulalah yang

    mengolah seluruh air masuk dengan baik.

    Selain tanggul, Polder System juga didukung adanya danau buatan sebagai

    penampung air. Sektor lainnya adalah keberadaan pompa air. Seluruh air yang masuk

    kawasan ini baik dari laut, hujan, rumah tangga maupun sungai dihulu ditampung

    terlebih dahulu di danau dengan luas mencapai sekitar 10 hektar. Jangan berpikir

    tampunga tersebut adalah kotor, melainkan air bersih. Karena sebelum masuk danau

    penampungan, air diolah terlebih dahulu. Dengan pengolahan ini, air di danau

    penampungan akan selalu dalam kondisi bersih. Fungsi danau bisa untuk

    pemandangan air nan elok, memancing, rekreasi atau berolah raga air seperti kano.

    Bisa juga sebagai sarana tranportasi, Dari sini, bisa menuju sejumlah lokasi, seperti

    Club House dengan menggunakan kano atau gondola.

    Debit air biasanya akan mengalami perubahan ketika hujan deras. Saat itulah

    permukaan air danau naik. Nah, di sinilah Polder System mulai memakaikan peran

    strategisnya. Air yang mulaii naik tersebut selanjutnya dibuat normal dengan mesin

    pompa yang menyalurkan air ke laut. Seluruh sistem ini berjalan dan dipantau dengan

    mudah hingga tinggi permukaan air di danau selalu terkendali di batas normal.

    Di Bukit Golf Mediterania-PIK, terdapat 5 mesin pompa modern yang mampu

    mengendalikan banjir di kawasan ini hingga ratusan tahun lamanya. Bukan sekedar

    bicara. Buktinya, sejak dikembangkan awal tahun 1980-an, kawasan Pantai Indah

    Kapuk tak pernah tersentuh banjir. Kondisi ini mampu membuat Pantai Indah Kapuk

    memiliki posisi kuat sebagai kawasan pengembangan properti di Jakarta. Daerah yang

    semula rendah ini menjadi menarik dan aman, baik dari segi bisnis maupun

    permukiman. Polder System adalah pertarungan BGM-PIK membangun Mega Proyek

    terbaik di Pantura Jakarta.

  • 33

    Lesson learned dari konsep Pantai Indah Kapuk adalah:

    Adanya danau seluas 10 hektar yang berfungsi sebagai penyelesaian masalah banjir,

    karena adanya pompa air.

    danau yang berfungsi sebagai sumber air bersih, sebagai pemandangan yang indah,

    memancing atau sebagai sarana rekreasi

    d. Citra Raya : It's Our Green Community

    Proyek Citra Raya terletak di barat Jakarta, tepatnya di Tangerang, memiliki

    perencanaan yang terpadu di atas lahan seluas 2.760 ha dengan konsep perkotaan yang

    berkelanjutan. Hingga saat ini, di Citra Raya telah terbangun sebanyak 18.125 unit

    rumah, 1500 unit komersial dengan total lahan yang dipergunakan sekitar 1000 ha.

    Jumlah penghuni sekitar 85.000 jiwa.

    Memasuki tahun ke 17 Citra Raya boleh dikatakan menjadi pelopor perumahan kota

    mandiri dengan konsep hunian terpadu dan terintegrasi, serta dilengkapi township

    facilities. Citra Raya berusaha mempertahankan bahkan meningkatkan lingkungan

    hunian dan tempat investasi yang semakin baik dengan progress pembangunan

    township facilities mulai dari fasilitas pendidikan, fasilitas sosial, rekreasi, area

    komersial, serta penambahan cluster-cluster baru yang semakin berkualitas, trendi dan

    ekslusif. Selain pengembangan kawasan hunian, Citra Raya juga mengembangkan

    fasilitas komersial dalam berbagai macam ragam bentuk usaha. Mulai dari ruang usaha

    kecil, menengah, hingga atas. Di dukung oleh infrastruktur, fasilitas umum serta

    fasilitas sosial yang baik, menjadikan kawasan komersial Citra Raya salah satu pilihan

    favorit untuk usaha di Tangerang dan Barat Jakarta.

    Fasilitas komersial yang telah dibangun dan beroperasi di antaranya pusat

    perbelanjaan Citra Raya Square, Citra Raya Plaza, Pasar Modern City Market,

    Restaurant dan ruko-ruko yang tersebar di sepanjang commercial belt (main boulevard

    Citra Raya). Di samping itu telah tersedia fasilitas pendidikan formal serperti Sekolah

    Tarakanita, Sekolah Islamic Village, Sekolah Citra Berkat, Sekolah Mutiara Indonesia

    dan fasilitas pendidikan non formal lainnya. Fasilitas kesehatan dan ibadah juga telah

    tersedia, begitu pula fasilitas kebugaran Citra Raya Sport Club dengan kolam renang

    standar olympic dan fasilitas rekreasi wahana permainan air Citra Raya WaterWorld

    yang tiap bulannya dikunjungi lebih dari 40.000 pengunjung. Guna menunjang

    kemudahan transportasi warga, telah tersedia Shuttle Bus Trans Citra Raya yang

    melayani rute-rute strategis di Jakarta, Tangerang hingga Bandung dengan ukuran

    shelter 10m2. Beberapa fasilitas SPBU pun turut hadir menambah semaraknya kota

    mandiri ini.

  • 34

    Pentingnya menyelamatkan dan melestarikan alam di tengah-tengah ancaman

    dampak pemanasan bumi (global warming) dan bencana alam, sekaligus untuk

    meningkatkan kualitas hidup masyarakat di proyek perumahan Citra Raya berskala

    kota ini. Untuk mendukung gerakan ramah lingkungan, Citra Raya meluncurkan

    program jangka panjang EcoCulture. Program EcoCulture menitik-beratkan kepada

    jalinan kerjasama dengan warga Citra Raya untuk membangun budaya peduli

    lingkungan. Misi dan Misi Eco Culture : Pelestarian lingkungan melalui pembudayaan

    gaya hidup masyarakat (green community) di Citra Raya. Menjadikan program

    EcoCulture sebagai wadah untuk gerakan bersama menuju gaya hidup yang peduli

    lingkungan.

    Lesson learned untuk perumahan Citra Raya adalah :

    adanya shuttle bus di perumahan

    adanya konsep menyelamatkan alam dari dampak pemanasan global

    Adanya fasilitas pendidikan, fasilitas sosial, rekreasi, dan area komersial

    2.3 Penerapan Konsep Perancangan Pada Lokasi Tapak

    Konsep yang akan diterapkan pada lokasi perencanaan tapak adalah Easy Living with

    Intergrated Neighborhood. Berdasarkan beberapa best practice, dapat diambil beberapa konsep

    seperti:

    Perumahan yang dibagi menjadi beberapa cluster. Hal tersebut untuk menyesuaikan

    perumahan dengan berbagai tingkat pendapatan penduduk.

    Jalur pejalan kaki yang aman dan nyaman, yaitu dilengkapi dengan peneduh berupa

    pohon-pohon, penerangan jalan, dan CCTV.

    Tingkat keamanan yang tinggi dengan adanya pos penjagaan di main entrance, side

    entrance dan pintu masuk di setiap cluster. Selain itu, terdapat juga ruang CCTV di

    pos penjagaan pada pintu masuk utama.

    Terdapat waterpark dan sport center sebagai sarana olahraga dan hiburan bagi

    penduduk.

    Ruang terbuka hijau yang dilengkapi dengan taman bermain dan jogging track.

    Penggunaan shuttle bus dan penyediaan halte atau pemberhentian bus yang memiliki

    letak strategis dan mudah dijangkau oleh penduduk.

    Terdapat beberapa penerapan yang diadaptasi dari literatur best practice perumahan

    skala besar tersebut. Berikut adalah beberapa penerapan yang akan diterapkan pada

    perancangan lokasi perencanaan tapak:

    Cluster Housing

    Perumahan akan dibagi menjadi tiga cluster, yaitu:

  • 35

    a. Bronze Cluster

    Cluster ini diperuntukkan bagi penduduk yang memiliki pendapatan rendah.

    Cluster ini terletak paling dekat dengan kawasan industri untuk lebih

    mengefisienkan mobilisasi penduduk yang menghuni cluster ini.

    b. Silver Cluster

    Cluster ini diperuntukkan bagi penduduk yang memiliki pendapatan menengah.

    Clsuter ini terletak tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat dengan kawasan

    industri. Hal tersebut bertujuan untuk mempermudah penghuni dalam

    bermobilisasi ke tempat-tempat di sekitar perumahan.

    c. Golden Cluster

    Cluster ini diperuntukkan bagi penduduk yang memiliki pendapatan tinggi.

    Cluster ini terletak paling jauh dengan kawasan industri. Hal ini bertujuan untuk

    mengutamakan kenyamanan penghuni cluster ini.

    Sumber: NewportNews, Tanpa Angka Tahun

    Gambar 2.16 Perumahan di Newport News City

    Walkable Neighborhood (Pedestrian Friendly)

    Sebuah perumahan yang mendukung aktifitas berjalan kaki sebagai bagian penting

    dari perjalanan sehari-hari yang dapat dihubungkan dengan transportasi,

    penggunaan lahan, dan karakter peurmahan. Jalur pejalan kaki dilengkapi dengan

    pohon sebagai peneduh, lampu penerangan jalan, dan CCTV. Selain itu, terdapat pula

    jalur sepeda di samping jalur pejalan kaki.

  • 36

    Sumber: Columbia Pike, 2012

    Gambar 2.17 Walkable Neighborhood Plan Columbia Pike, US

    Jalan pada kawasan TOD harus dibuat pedestrian-friendly, yaitu kawasan TOD

    harus memperhatikan area bagi pejalan kaki sehingga pejalan kaki dapat berjalan tanpa

    merasakan gangguan dari kendaraan yang melintas. Jalur pejalan kaki sendiri terbagi

    atas 3 macam, yaitu:

    a. zona tepi

    berbatasan langsung dengan jalur mobil dengan lebar minimal 1,2 meter yang

    berfungsi sebagai area menunggu.

    b. zona furnishing

    area pejalan kaki yang didesain dengan adanya peletakan objek tambahan, seperti

    pohon, tanpa mengganggu pejalan kaki yang melintas.

    c. zona frontage

    jarak antara bangunan dan area pejalan kaki yang difungsikan sebagai window

    shopping.

    Ukuran lebar minimum untuk area pejalan kaki adalah 1,5 meter, dimana lebar

    tersebut sudah dapat dilalui oleh dua orang secara bersamaan. Ukuran tersebut menjadi

    lebih lebar di area komersial (1,8 2,5 meter) yang diharapkan dapat berfungsi sebagai

    area aktivitas lainnya dan tempat duduk.

    Integrated Security System

    Perumahan dilengkapi dengan sistem keamanan yang terintegrasi, yaitu adanya pos

    penjagaan di main entrance, side entrance dan pintu masuk di setiap cluster. Terdapat

  • 37

    penempatan CCTV di titik-titik tertentu dan ruang pengawasan CCTV di pos penjagaan

    utama. Setiap pos penjagaan memiliki daftar nomor kendaraan penghuni sehingga setiap

    kendaraan yang masuk akan diawasi oleh petugas keamanan. Pengunjung (bukan

    penghuni perumahan) harus menitipkan kartu identitas ke pos penjagaan. Hal tersebut

    bertujuan agar penduduk yang keluar dan masuk perumahan dapat dikontrol oleh pos

    penjagaan sehingga perumahan memiliki sistem keamanan yang terjamin.

    Integrated Transportation System (TOD)

    Kawasan memiliki TOD dapat dikatakan sebagai sebuah kawasan yang memiliki

    berbagai fungsi penunjang di dalamnya, seperti fungsi hunian, ruang terbuka, area

    komersial serta kantor atau tempat bekerja. Kawasan TOD juga terkoneksi dengan area

    transit dari transportasi massal. Selain itu, keseluruhan fungsi lahan tersebut berada

    dalam jarak dengan radius 2.000 kaki dari pusat transit.

    Sumber: Transforum, Tanpa Angka Tahun

    Gambar 2.18 Penerapan TOD di Curitiba, Brazil

    Sarana transit berupa halte yang dilengkapi peneduh, layar informasi jadwal bus,

    tempat duduk, dan penerangan jalan. Hal-hal tersebut dimaksudkan agar penduduk

    dapat dengan mudah dan nyaman dalam bermobilisasi.

  • 38

    Sumber: Columbia Pike, 2014

    Gambar 2.19 Columbia Pike, US, Transit Station Concept

    Green Space

    Di masing-masing cluster, terdapat ruang terbuka hijau yang memiliki taman bermain

    dan jogging track. Penyediaan green space di setiap cluster dimaksudkan agar penghuni

    dapat lebih nyaman karena suasana yang lebih private.

    Sumber: Columbia Pike, 2012

    Gambar 2.20 Columbia Pike, US, Green Space

  • 39

    Terdapat jogging track yang hijau di setiap cluster sehingga penghuni dapat

    dengan mudah berolahraga dan menghirup udara yang bersih setiap harinya.

    Sumber: Citra Garden, Tanpa Angka Tahun

    Gambar 2.21 Konsep Jogging Track di Citra Garden

    Taman bermain bagi anak-anak diperuntukkan bagi penghuni yang telah

    berkeluarga dan memiliki anak. Penghuni yang telah memiliki anak dapat dengan

    nyaman dan mudah berekreasi dengan memanfaatkan green space di setiap cluster.

    Sumber: GilmanCity, Tanpa Angka Tahun

    Gambar 2.22 Playground Park di Gilman City, Missouri, US

    Sport Center

    Di dalam perumahan, disediakan sport center yang terdiri dari lapangan futsal, lapangan

    tennis, lapangan badminton, lapangan basket, dan gym. Sport center dilengkapi dengan

    ruang ganti pakaian, kamar mandi, dan musholla. Sport center dapat digunakan oleh

    penduduk selain penghuni perumahan dengan pembatasan jumlah pada setiap harinya.

  • 40

    Sumber: PTWP Kalsel, 2012

    Gambar 2.23 Lapangan Internasional Brawijaya

    Sumber: Facebook, 2013

    Gambar 2.24 Pembangunan Sport Center di Bantaeng, Sulawesi Selatan

    Danau

    Danau tersdia sebagai sarana rekreasi bagi penduduk. Fasilitas yang terdapat di sekitar

    danau adalah taman bermain.

  • 41

    Sumber: Citra Land Pekanbaru, 2014

    Gambar 2.25 Contoh Desain Danau

    Separate Sewer System

    Perumahan di lokasi perencanaan tapak memiliki sistem pembuangan limbah yang

    terpisah dengan sistem air hujan. Hal ini dimaksudkan agar beban pengolahan air limbah

    tidak terlalu besar. Saluran diletakkan di kiri dan kanan jalan dan bersifat tertutup untuk

    mengefisienkan lahan dan agar tidak menganggu aktivitas di atasnya. Air hujan akan

    disalurkan ke saluran rain water harvesting.

    Sumber: WaterTraetmentsss, Tanpa Angka Tahun

    Gambar 2.26 Separate Sewer System

    Pemisahan Sampah

    Sampah padat hasil dari aktivitas di perumahan dipisahkan berdasarkan jenisnya di

    masing-masing bangunan atau rumah. Lalu, sampah dikumpulkan oleh petugas,

    kemudian dipindahkan ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) di masing-masing

  • 42

    cluster. Dari TPS, sampah diangkut oleh truk pengangkut sampah dengan jalur truk yang

    berbeda dengan jalur aktivitas penduduk. Hal tersebut dimaksudkan agar penduduk

    tidak terganggu dengan aktivitas pengangkutan sampah.

    Sumber: Trimasrstuti, Tanpa Angka Tahun

    Gambar 2.27 Pemisahan Sampah di Korea

    Rain Water Harvesting

    Air hujan ditampung dalam tangki penyimpanan. Air pada tangki tersebut nantinya akan

    digunakan saat PDAM tidak bisa memenuhi kebutuhan air di perumahan dan di saat

    musim kemarau sedang berlangsung.

    Sumber: Water Rhapsody, Tanpa Angka Tahun

    Gambar 2.28 Rain Water Harvesting