04. bab ii
DESCRIPTION
Perencanaan TapakTRANSCRIPT
-
6
BAB II
KONSEP PERENCANAAN TAPAK
2.1 Konsep Pengembangan Perumahan Skala Besar
2.1.1 Perumahan Skala Besar
Pertumbuhan dan perkembangan penduduk yang cukup pesat membuat tingkat
kepadatan penduduk turut mengalami peningkatan. Hal ini berdampak pada permintaan akan
tempat tinggal (rumah) yang semakin meningkat. Dampak lainnya yaitu pertumbuhan
permukiman yang cepat dan tidak terkendali sehingga mengakibatkan ketidakteraturan dalam
pengembangan pemukiman. Karena itu diperlukan suatu pengaturan untuk menata dan
mengatur perumahan sehingga layak dan nyaman untuk dihuni dan mencegah terjadinya
degradasi lingkungan.
Menurut UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman, perumahan
merupakan kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman baik perkotaan maupun
pedesaan yang dilengkapi dengan prasarana, sarana dan utilitas umum sebagai upaya untuk
memenuhi rumah yang layak huni(pasal 1 ayat 2). Pembangunan pemukiman skala besar yang
diwujudkan dalam pembangunan Kasiba dan Lisiba sangat strategis bagi semua pelaku
pembangunan di bidang perumahan dan pemukiman (Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011).
Pembangunan perumahan dan pemukiman yang dilaksanakan dengan pola Kasiba dan
Lisiba yang berdiri sendiri dimaksudkan agar pembangunan perumahan dan pemukiman dapat
lebih terarah dan terpadu sesuai dengan arah pembangunan Kabupaten/Kota, sehingga
mengarahkan pertumbuhan Kabupaten/Kota membentuk struktur lingkungan yang lebih efektif
dan efisien.
Pengembangan atau pembangunan perumahan skala besar tentunya membutuhkan
lahan yang luas yang dipersiapkan untuk pembangunan skala besar yang terbagi dalam satu
lingkungan siap bangun atau lebih. Dalam pelaksanaannya, pembangunan perumahan skala
besar dapat dilakukan secara bertahap dengan terlebih dahulu dilengkapi dengan jaringan jalan
utama dan jaringan jalan lingkungan serta prasarana dalam lingkungan sesuai dengan rencana
tata ruang. Pembangunan perumahan atau permukiman diselenggarakan berdasarkan rencana
tata ruang wilayah yang ditetapkan oleh pemerintah daerah setempat dengan
mempertimbangkan berbagai aspek yang terkait serta rencana, program, dan prioritas
pembangunan perumahan atau permukiman.
Menurut UU No. 4 tahun 1992 pasal 4, mengenai penataan pada pembangunan
perumahan atau permukiman bertujuan untuk :
Memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, dalam
rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat;
-
7
Mewujudkan perumahan dan permukiman yang layak dalam lingkungan yang sehat,
aman, serasi, dan teratur;
Memberi arah pada pertumbuhan wilayah dan persebaran penduduk yang rasional;
Menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial , budaya, dan bidang-bidang
lain.
Joseph De Chiara dalam bukunya yang berjudul Standar Perencanaan Tapak (1994),
mengungkapkan bahwa dalam pemilihan lokasi perumahan atau permukiman untuk perumahan
tapak memiliki persyaratan yang harus dipertimbangkan apabila ingin dicapai pembangunan
dan pemeliharaan yang sehat, antara lain :
a. Sifat khas fisik tapak yang penting
Sifat khas fisik ini meliputi kondisi tanah dan bawah tanah, air tanah dan drainase,
keterbebasan dari banjir permukaan, kesesuaian penampakan bangunan, kesesuaian
akses dan sirkulasi, kesesuaian ruang terbuka.
b. Ketersediaan pelayanan saniter dan perlindungan
Ketersediaan pelayanan saniter dan perlindungan ini meliputi persediaan air dan
pembuangan air selokan saniter, pembuangan sampah, listrik dan komunikasi,
Pengamanan oleh polisi dan penyelamat kebakaran.
c. Keterbatasan dari bahaya dan gangguan setempat
Keterbatasan dari bahaya dan gangguan setempat ini meliputi bahaya kecelakaan,
kebisingan dan getaran, bau-bauan dari asap atau debu.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan permukiman
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan permukiman cukup banyak,
antara lain faktor geografis, faktor kependudukan, faktor kelembagaan, faktor swadaya
dan peran serta masyarakat, faktor keterjangkauan daya beli, faktor pertanahan, faktor
ekonomi dan moneter. Faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap pembangunan
perumahan adalah disebabkan oleh perubahan nilai-nilai budaya masyarakat.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perkembangan perumahan antara lain
perwilayahan (zoning), utilitas, faktor-faktor teknis, lokasi, estetika, komunitas, pelayanan kota
serta biaya. Dalam penentuan dan perkembangan lokasi perumahan terdapat beberapa faktor
yang berpengaruh, di antaranya kependudukan, pertanahan, pembiayaan dan dana
(Departemen Pekerjaan Umum, 1994). Menurut Sugandi (1995) dalam penelitiannya
mengungkapkan bahwa tujuan pemilihan lokasi perumahan adalan agar perumahan yang telah
dipilih benar-benar sesuai dengan harapan yang didukung dengan sumberdaya yang memadai.
Namun dalam pemilihan lokasi perumahan sering kali dihadapkan pada beberapa permasalahan
di antaranya : aksesibilitas ke jalan raya, kantor, pendidikan, kesehatan, ada tidaknya jaringan
listrik, air bersih, telepon dan sebagainya.
-
8
Kualitas lokasi perumahan yang baik dapat terwujud apabila didukung dengan faktor
daya dukung lingkungan, fungsi lingkungan, estetika lingkungan dan penataan lingkungan yang
berkelanjutan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan lokasi perumahan antara
lain: (1) kondisi fisik dasar meliputi topografi dan kelerengan, iklim, kondisi tanah dan drainase;
(2) kondisi geografis meliputi lokasi geografis yang strategis; (3) sarana dan prasarana : jaringan
jalan dan utilitas umum; (4) kebutuhan fasilitas seperti psar/pertokoan, pendidikan, kesehatan,
peribadatan, pemerintahan serta hiburan; (5) lingkungan : pencemaran air, pencemaran udara,
pencemaran suara, kenyamanan lingkungan, kebersihan dan kesehatan lingkungan, kepadatan
penduduk dan bangunan, serta krisis bencana alam.
2.1.2 Pemanfaatan Ruang Sekitar Kawasan Industri Bawen
Pemanfaatan ruang di sekitar kawasan industri sebagai permukiman skala besar
berdasarkan Kepmen PU harus memperhatikan beberapa kriteria seperti peruntukkannya harus
sesuai dengan RTRW serta pengembangan kawasan permukiman harus sesuai dengan standar
dan kebutuhan ruang perumahan berdasarkan jumlah penduduk.
Keberadaan permukiman skala besar yang dekat dengan kawasan industri dapat
mendorong investasi di sekitar permukiman skala besar tersebut, karena akan banyak berdiri
ruko dan pertokoan atau sejenis mini market sehingga nilai guna lahannya akan semakin tinggi.
Selain itu, keberadaan permukiman skala besar yang dekat dengan kawasan industri akan
memberikan keuntungan baik dari segi masyarakat maupun industri itu sendiri. Dari sudut
pandang masyarakat, keberadaan industri merupakan suatu hal yang menguntungkan terkait
dengan lapangan pekerjaan. Adanya industri menyebabkan munculnya warung-warung kecil
untuk menambah pendapatan warga, selain itu perumahan yang dekat dengan kawasan industri
akan memudahkan bagi pekerja industri untuk menjangkau tempat kerjanya. Sedangakan dari
sudut pandang industri, adanya perumahan skala besar akan menguntungkan bagi industri
terkait dengan ketersediaan tenaga kerja lokal yang tertarik untuk bekerja di industri tersebut.
Di sekitar lokasi perencanaan terdapat gerbang tol yang dapat diakses sekitar 10 menit
dan memiliki Rumah Sakit Ken Saras yang menjadi sarana kesehatan dengan kapasitas yang
banyak dan memiliki kualitas pelayanan yang baik. Selain itu di sekitar perumahan tersebut
terdapat terminal, pasar, kantor kecamatan serta gardu PLN yang memudahkan penghuni untuk
bepergian, berbelanjar dan mengurus administrasi di perumahan tersebut. Untuk sarana
pendidikan perumahan tersebut memiliki beragam sekolah dari tk, SD, SMP, dan SMA.
Contohnya adalah TK dan SD Lemahireng, SMP 2 Bawen, dan SMA 1 Bergas. Kawasan Industri
yang berada di sekitar perumahan adalah PT. Apac Inti, PT. Coca Cola, PT. Udapana Swasti, PT.
Star Fashion, dan PT. Matrix Indo Global.
-
9
Sumber : static.panoramio.com
Gambar 2.1 Rumah Sakit Ken Saras
Sumber : suaramerdeka.com
Gambar 2.2 Terminal Bawen
Sumber : PT. Apac Inti
Gambar 2.3 PT. APAC INTI Corpora
Sumber : Seputarsemarang.com
Gambar 2.4 Gerbang Tol Bawen
-
10
Sumber : Seputarsemarang.com
Gambar 2.5 Cimory On The Valley
Sumber : Dokumentasi Kelompok 4A
Gambar 2.6 TK PGRI Lemahireng
2.1.3 Best Practice Perumahan Skala Besar
a. Citra Garden : Living in a Garden
Grup Ciputra adalah salah satu developer besar di Indonesia, yang senantiasa
mengembangkan proyek-proyek dalam skala besar, antara lain dibidang perumahan,
perkantoran, pusat perbelanjaan, sarana olahraga dan rekreasi.
Salah satu proyek yang menjadi cikal bakal Grup Ciputra adalah proyek CITRA
GARDEN yang terletak di Kota Medan. Perumahan ini merupakan perumahan skala
besar yang dilengkapidengan fasilitas yang saling menunjang untuk sebuah kawasan
perumahan skala besar.
Keunggulan dari Citra Garden adalah :
Lokasi dan akses pencapaian yang mudah ke dan dari pusat kota Medan.
Desain rumah yang modern yang merupakan ciri masyarakat urban dengan
penataan fungsi ruang yang maksimal dan mengusung konsep hemat enargi
(light energy saving), berwawasan lingkungan (environmental friendly) dan
konsep perumahan yang modern dan menarik, yang mengikuti trend
-
11
Konsep lingkungan perumahan yang nyaman, dan modern.
Perumahan disusun dengan konsep cluster.
Fasilitas yang ada di perumahan ini adalah:
Pengolahan Air Bersih (Water Treatment Plant).
Klub Keluarga (waterpark, Lapangan Bulutangkis, Lapangan Basket, Lapangan
Volley, Lapangan Tenis, Gym & Aerobic Center)
Sumber: citragardenmedan.com
Gambar 2.7 Fasilitas Klub Keluarga
Sumber: citragardenmedan.com Gambar 2.8 Water Park
Sumber: citragardenmedan.com
Gambar 2.9 Fasilitas Lapangan Tennis
Fasum / fasos : Gedung Pertemuan dan Taman.
Fasilitas Komersial : Carrefour dan pertokoan.
Sumber: citragardenmedan.com
Gambar 2.10 Sarana Pertokoan
-
12
Sumber: citragardenmedan.com
Gambar 2.11 Carrefour sebagai Sarana Perdagangan
Citra Garden menerapkan konsep living in a garden yang mengutamakan konsep
hijau di dalam perumahannya dan menyediakan berbagai fasilitas yang lengkap untuk
kebutuhan para pengguna.
b. Perumahan Galuh Mas
Best practice untuk perumahan skala besar adalah perumahan Galuh Mas Karawang.
Perumahan Galuh Mas merupakan perumahan yang berlokasi di KotaKarawang.
Seperti diketahui bahwa Karawang merupakan salah satu daerah yang memiliki banyak
industri. Perumahan Galuh Mas sendiri berada di dekat kawasan industri Teluk Jimbe.
Oleh karena itu Galuh Mas Karawang menyediakan hunian dengan konsep gabungan
antara hunian, komersial, bisnis, taman, dan hiburan untuk memberikan kenyamana
penghuni perumahan dari kesibukan perindustrian.
Perumahan Galuh Mas berdiri di lahan yang strategis dengan luas 110 hektar.
Dengan lokasi dan luas seperti itu Galuh Mas dapat memberikan fasilitas-fasilitas yang
cukup lengkap kepada penghuninya sebagai sarana penunjang. Fasilitas-fasilitas
tersebut adalah SPBU, tempat ibadah, RSUD, sekolah, futsal indoor, taman, dll. Selain itu
Galuh Mas juga memiliki aksesbilitas yang mudah karena berada di dekat gerbang tol
Cibatu.
-
13
Sumber : galuhmas.com
Gambar 2.12 Master Plan Galuh Mas Karawang
2.2 Konsep Perancangan Lokasi Tapak
2.2.1 Konsep dan Justifikasi Penentuan Konsep
Lokasi Perencanaan Tapak terletak di Desa Lemahireng yang memiliki luas sekitar 100
Ha. Letak lokasi perencanaan tapak sekitar 2 km dari industri, maka dari itu diperlukan
pembangunan perumahan untuk menunjang kegiatan industri. Konsep perumahan yang akan
diterapkan bertema Integrated Neighbourhood. Dari kata Integrated yang berarti terintegrasi
dan Neigbourhood yang berarti lingkungan, hal ini berarti bahwa Integrated Neighbourhood
adalah perumahan yang berintegrasi lingkungan. Konsep ini akan membangun perumahan
dengan mengelompokkan rumah-rumah menjadi beberapa cluster yang memiliki konsep
lingkungan dan memakai transportasi teknologi tinggi. Konsep ini juga menggunakan massa
bangunan yang sederhana atau bisa disebut minimalis dan memperhatikan aspek ekologi
sebagai respon terhadap lingkungan alam.
Konsep ini menekankan tiga poin yaitu, integrated, neighborhood, dan walkable.
Perumahan yang terintegrasi memperhatikan segala aspek tata kota mulai dari ruang terbuka
hijau maupun non terbuka hijau dan penerapan transportasi umum yang dapat mempermudah
penduduk untuk melaksanakan aktivitasnya. Konsep neighbourhood yaitu suatu lingkungan
fisik perumahan dalam kota dengan batas yang jelas, tersedia pelayanan fasilitas sosial untuk
-
14
tingkat rendah, untuk melayani sejumlah penduduk, di mana terdapat hubungan kerjasama yang
dilandasi oleh kontrol sosial dan rasa komunitas. Konsep ini bertujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup masyarakat di daerah sekitar industri.
Konsep walkable merupakan suatu pandangan yang didasari pada keinginan untuk
menciptakan suatu lingkungan yang memberi kemudahan bagi penghuninya untuk menempuh
berbagai tempat tujuannya sehari-hari dengan berjalan kaki. Salah satu fasilitas pejalan kaki
yang tidak dapat terpisahkan dalam perencanaan suatu kawasan adalah yang disebut dengan
pedestrian atau jalur pejalan kaki. Pedestrianisasi hakikatnya bukan hanya sebagai sebuah
fasilitas, tapi merupakan penggerak aktivitas kota dengan menawarkan pencapaian melalui cara
yang lebih sehat dan ramah lingkungan tentunya. Pada perencanaan suatu kawasan oleh
pengembang perumahan baru seringkali hal ini menjadi tidak diperhatikan dalam
perencanaannya. Sehingga sering kali yang terjadi adalah keengganan dan kurangnya minat-
minat orang untuk berjalan. Pada konsep perumahan yang dibuat juga menggunakan konsep
TOD (transit oriented development). TOD merupakan penggabungan lahan yang meliputi
sebuah kawasan dengan fungsi yang lengkap, dapat dijangkau dengan berjalan kaki, serta dekat
dengan kawasan transit yang menekankan pada penggunaan transportasi publik bukan
kendaraan pribadi.
Kawasan perumahan yang akan didesain memiliki bentuk kompak, artinya bahwa
pusat aktivitas terletak di tengah kawasan sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat dengan
konsep green living dan sustainable. Konsep green living artinya kawasan perumahan yang
didukung dengan keberadaan ruang terbuka hijau di sekitarnya sehingga menambah
kenyamanan bagi penghuninya. Sedangkan sustainable artinya bahwa pembangunan yang
dilakukan memikirkan kebutuhan generasi di masa depan tanpa mengabaikan aspek
lingkungan. Konsep green living dan sustainable tersebut sangat memperhatikan aspek
lingkungan untuk mendukung kelestarian
Perumahan yang akan dibangun akan menimbulkan kesan hijau dari pintu masuk
sampai ke sudut-sudut perumahan dan akan terdapat pusat RTH berupa taman rekreasi.
Rumah-rumah yang ada merupakan rumah gandeng dengan konsep minimalis dan akan
terdapat perbedaan massa bangunan dari berbagai cluster. Konsep perumahan ini bertujuan
untuk menunjang aktivitas dan kesehatan masyarakat yang tinggal di daerah industri dan
memudahkan para pekerja industri untuk mendapatkan tempat tinggal nyaman yang dekat
dengan tempat kerja. Pada konsep ini akan disediakan juga transportasi berteknologi tinggi
berupa BRT (Bus Rapid Transit) yang akan dapat mengangkut masyarakat yang ada di
perumahan sehingga akan mempermudah aksesibilitas ke tempat kerja atau industri. Pihak
perumahan akan bekerjasama dengan industri-industri yang ada di sekitar perumahan untuk
memakai BRT tersebut untuk transportasi ke tempat kerja. Dalam menggunakan BRT akan ada
-
15
perbedaan biaya transportasi bagi buruh dan staff karyawan industri. Adanya sarana prasarana
lengkap yang tersedia di perumahan ini akan menciptakan kenyamanan bagi masyarakat yang
tinggal.
2.2.2 Literatur Konsep
a. Konsep Neighbourhood Unit
Neighbourhood Unit adalah suatu lingkungan fisik perumahan dalam kota dengan
batas yang jelas, tersedia pelayanan fasilitas sosial untuk tingkat rendah, untuk
melayani sejumlah penduduk, di mana terdapat hubungan kerjasama yang dilandasi
oleh kontrol sosial dan rasa komunitas (Porteous, 1977; dalam Suraynto, 1987:47).
Konsep ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat di daerah sekitar
industri. Neighbourhood Unit diformulasikan oleh Clarence Perry pad tahun 1929 yang
mengidentifikasikan sebagai suatu unit perumahan yang mempunyai batas yang jelas,
besarannya diukur atas dasar keefektifan jarak jangkau pejalan kaki, terjadinya kontak
langsung individual serta adanya ketersediaan fasilitas pendukung kebutuhan harian
dari penghuni. Neighbourhood Unit merupakan suatu lingkungan spesifik yang
homogen dengan pengikat kegiatan yang sejenis dan hubungan kekerabatan.
Menurut Perry, neighbourhood yang ideal akan merangkum seluruh fasilitas public
dan kondisi-kondisi yang diperlukan oleh rata-rata keluarga bagi kenikmatan dan
kewajaran hidup disekitar rumah mereka. Selanjutnya Perry menguraikan dari
penjelasan diatas enam prinsip dalam merencakan neighbourhood (Rohe and Gates,
1985:26) :
1. Size (Ukuran), pembangunan unit tempat tinggal harus menyiapkan perumahan
dengan ukuran populasi tertentu yang mensyaratkan diperlukannya sekolah dimana
area yang diperlukan tergantung pada tingkat kepadatan populasi.
2. Boundaries (Batas), pada setiap sisi unit lingkungan dibatasi oleh jalan-jalan arteri
dengan kelebaran yang memadai sehingga dapat dipakai sebagai lalu lintas cepat,
yang tidak menembus daerah permukiman tersebut.
3. Open Space (Ruang Terbuka), harus disediakan sistem taman dan ruang kecil yang
direncanakan untuk memenuhi kebutuhan individu yang mendiami lingkungan
perumahan tersebut.
4. Institution Sites (Area-area institusi), area untuk sekolah dan institusi yang melayani
lingkungan perlu disediakan untuk memenuhi kebuthhan masyarakat dalam
lingkungan dan hendaknya ditempatkan secara berkelompok.
5. Local Shops (Pertokoan setempat), satu atau lebih pertokoan lokal yang cukup
memadai bagi populasi yang dilayani.
-
16
6. Internal Street System (Sistim jalan internal), di mana setiap unit perlu dilengkapi
dengan sistim jalan khusus sehingga setiap jalan raya disesuaikan dengan beban lalu
lintas dan jaringan jalan sebagai suatu keseluruhan dirancang untuk memudahkan
sirkulasi di dalam ligkungan tersebut.
Clarence Perry membuat ketetapan untuk terpenuhinya kebutuhan sosio-psikologis
pemukim untuk menjamin agar terlaksananya konsep Neighbourhood Unit. Syarat-
syarat tersebut (Ida Bagus Rabindra, 1996:43-44) adalah:
1. Syarat kedekatan fisik dirumuskan dengan mengambil patokan besaran efektif
komunitas dengan elemen:
Luas wilayah teori ini yang memungkinkan setiap penghuni mudah
berkomunikasi dengan orang-ornag disekitarnya karena dekatnya jarak capai
dengan cukup berjalan kaki.
Jumlah penghuni, yaitu ukuran jumlah penghuni yang memungkinkan tingkat
saling tahu dan saling kenal diantara penghuni karena frekuensi kontak langsung
yang tinggi.
Tingkat kepadatan bangunan atau penduduk yaitu perbandingan antara luas
wilayah dan jumlah anggota menghasilkan suatu ukuran kepadatan yang
memungkinkan tingkat ikatan fisik dan sosial komunitas tetap tinggi, dengan
menjaga keseimbangan dengan daya dukung alam.
2. Syarat ikatan sosial, fasilitas sosial sebagai ikatan fisik harus sesuai dengan
kebutuhan masyarakat agar mendorong terciptanya kelompok primer.
3. Syarat jaminan keselamatan lingkungan, yaitu:
a. Neighbourhood Unit, terbebas dari lalu lintas tembus dan kemungkinan adanya
persimpangan.
b. Neighbourhood Unit dibatasi dari lalu lintas tembus kendaraan kecepatan tinggi
atau lalu-lintas eksternal.
c. Adanya pemisahan yang tergas antara jalur lintas kendaraan dan jalur pejalan
kaki.
d. Lalu-lintas dalam lingkungan Neighbourhood Unit umumnya untuk pejalan kaki
atau dengan kendaraan yang berkecepatan rendah khusus bagi penghuni.
4. Syarat ketersediaan fasilitas pelayanan sosial yang melayani kebutuhan harian dan
dapat berperan jika memiliki jarak layanan yang mudah dicapai dengan berjalan
kaki. Fasilitas ini akan menjadi media terjadinya kontak langsung antar penghuni
dalam frekuensi yang tinggi yaitu frekuensi harian. Fasilitas pelayanan antara lain
adalah fasilitas pendidikan, pertokoan, balai pengobatan dan kantor pemerintahan
lokal.
-
17
b. Teori Mixed-Use
Pembangunan mixeduse dalam konteks zoning berarti mengkombinasikan
beberapa fungsi berupa hunian, komersial, industri, perkantoran, institusi atau
fungsifungsi lain. Konsep pembangunan ini memiliki tujuan untuk memberi
kenyamanan dan kemananan misalnya dengan medekatkan antara fungsi hunian
dengan fungsi lain seperti kantor dan komersial. Namun konsep mixeduse mengalami
kemunduran selama masa industri karena timbulnya polusi dari industri-industri yang
mengganggu, oleh sebab itu orang cenderung menjauhi kawasan indutri.
Hal lain yang berpengaruh adalah lahirnya pembangunan gedung pencakar langit,
yang memunculkan kekhawatiran akan adanya blocking bangunan tinggi terhadap
kualitas pencahayaan sehingga mendorong pembangunan dengan konsep zoning, hal
ini tidak hanya menyangkut pembatasan tinggi tetapi dapat juga menyangkut
pemisahan fungsi. Pada akhir abad ke20 konsep pembangunan mixed use mulai
ditinjau kembali, karena konsep zoning sendiri tidak dapat memecahkan masalah
kepadatan yang semakin tinggi terutama di daerah urban. Jane Jacobs berpendapat
bahwa pencampuran fungsifungsi (mixeduse) secara horizontal maupun vertikal
adalah sangat penting untuk menciptakan kualitas urban yang sehat dan nyaman,
sekaligua salah satu solusi untuk konsep high density living.
Berikut adalah beberapa keuntungan dari konsep pembangunan mixed-se (Liewelyn
Davies, 2000 :
1. Akses yang lebih nyaman ke berbagai fasilitas.
2. Kemacetan dalam perjalanan ke kantor dapat diminimal
3. Kesempatan yang lebih besar untuk berinteraksi sosial
4. Komunitas sosial yang beragam.
5. Stimulasi visual dari perbedaan bangunan dengan jarak yang dekat.
6. Rasa aman dengan eyes on street
7. Efsiensi energi, penggunaan ruang dan bangunan.
8. Pilihan yang lebih beragam untuk gaya hidup, baik lokasi atau jenis bangunan
9. Vitalitas kota dan kehidupan di jalan.
10. Meningkatkan kelangsungan hidup fasilitas kota dan pendukung untuk bisnis kecil
Konsep mixeduse berhubungan dengan kedekatan jarak, maka kesuksesan dan
kelangsungannya dipengaruhi oleh jarak orang untuk berjalan ke fasilitasfasilitas yang
digunakan. Penempatan pusat dari pembangunan mixeduse dapat diterapkan pada
persimpangan jalan dan sepanjang sirkulasi pergerakan utama. Dengan memasukkan
fungsi perumahan kedalam fungsi mixeduse akan dapat memperpanjang aktivitas dari
kantor dan toko. Dalam skala makro, pembangunan mixeduse berorientasi kepada
-
18
penataan blokblok bangunan yang berbeda fungsi dalam satu kawasan, misalnya
penempatan shopping mall yang berdekatan dengan kantor, convention center dan
lain-lain.
Pembangunan mixed use, tidak hanya membahas tentang pencampuran fungsi
secara horizontal, tapi juga secara vertikal. Flat atau kantor dapat diletakkan di atas
toko, restoran atau fungsi hiburan. Pengaturan seperti ini dapat menghidupkan
suasana kehidupan kota, misalnya bila lantai dasar digunakan sebagai retail, akan
memunculkan transparansi dindingdinding pembatas. Fungsi retail yang transparan
tersebut dapat menciptakan konsep eyes on street.
c. Sustainable Neighbourhood
Sustainable development, menurut The Bruntland Commission, adalah development
that meets the needs of todays generation without compromising the ability of future
generations to meet their needs, yang artinya pembangunan yang memikirkan
kebutuhan generasi saat ini tanpa mengabaikan kemampuan generasi mendatang
untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Sumber : www.krypton.mnsu.edu
Gambar 2.13 Sustainable Development
Beberapa prinsip sederhana dalam mewujudkan sebuah lingkungan atau sebuah
kawasan yang berkelanjutan, yaitu:
Menghemat energi
Prinsip yang pertama yaitu mengurangi pemakaian energi dalam sebuah kawasan
atau hunian. Penerapan pengurangan energy pada sebuah hunian atau kawasan
dapat mewujudkan terciptanya sebuah kawasan yang berkelanjutan.
-
19
Menggunakan sumber daya lokal
Prinsip selanjutnya adalah memaksimalkan penggunaan sumber daya yang ada di
sekitar hunian. Hal ini turut membantu pengurangan pengiriman sumber daya dilain
tempat, sehingga turut serta dalam penghematan energi.
Meminimalkan limbah
Sebuah kawasan yang berkelanjutan, sebaiknya mengurangi penggunaan material
yang menghasilkan limbah yang tidak dapat di daur ulang. Kawasan yang
berkelanjutan sebaiknya juga melakukan daur ulang untuk material yang dapat di
daur ulang, agar limbah yang dihasilkan tetap berguna dan dapat dimanfaatkan.
Memanfaatkan perekonomian kota
Prinsip terakhir ini menjelaskan bahwa apabila sebuah perekonomian di dalam
kawasan di maksimalkan, maka dapat mengurangi penggunaan kendaraan bermotor
karena untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dapat dengan berjalan kaki.
Ciri-ciri sebuah lingkungan yang dapat disebut telah menjadi sebuah lingkungan
yang sustainable urban neighbourhood, antara lain:
a. Kawasan yang dapat ditempuh dengan jalan kaki
b. Penggunaan energi
c. Daur ulang
d. Air dan limbah
e. Ruang terbuka hijau
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mendukung insentifitas dari pengaplikasian
rendah energi dan emisi kendaraan transportasi umum yang rendah, antara lain:
Siklus jaringan terintegrasi dengan kebijakan perencaaan perkotaan
Menyediakan jalur sepeda dan kendaraan rendah energi
Mengadakan stasiun pengisian bahan bakar untuk kendaraan listrik dan biodiesel
(bahan bakar nabati)
Pembatasan penggunaan kendaraan pribadi dalam pusat kota dan lingkungan yang
ramai
Pemberitaan kepada masyarakat
d. TOD ( Transit Oriented Development)
Transit oriented development, adalah penggabungan fungsi dari suatu lahan
campuran dan kawasan transit, dimana penggabungan lahan tersebut meliputi sebuah
kawasan dengan fungsi yang lengkap, dapat dijangkau dengan berjalan kaki, serta
dekat dengan kawasan transit. (Transit-Oriented Development Guidebook, 2006). TOD
merupakan salah satu pendekatan pengembangan kota yang mengadopsi tata ruang
campuran dan maksimalisasi penggunaan angkutan massal seperti Busway/BRT,
-
20
Kereta api kota (MRT), Kereta api ringan (LRT), serta dilengkapi jaringan pejalan
kaki/sepeda. Dengan demikian perjalanan/trip akan didominasi dengan menggunakan
angkutan umum yang terhubungkan langsung dengan tujuan perjalanan. Tempat
perhentian angkutan umum mempunyai kepadatan yang relatif tinggi dan biasanya
dilengkapi dengan fasilitas parkir, khususnya parkir sepeda. Pengembangan TOD
sangat maju dan telah menjadi trend dikota-kota besar khususnya di kawasan kota
baru yang besar seperti Tokyo di Jepang, Seoul di Korea, Hongkong, Singapura, yang
memanfaatkan kereta api kota serta beberapa kota di Amerika Serikat dan Eropa.
Penempatan TOD:
1. Pada jaringan utama angkutan massal.
2. Pada koridur jaringan bus/ BRT dengan frekuensi tinggi.
3. Pada jaringan penumpang bus yang waktu tempuhnya kurang dari 10 menit dari
jaringan utama angkutan massal.
Sumber : www.krypton.mnsu.edu
Gambar 2.14 Skema Ilustrasi Konsep Transit Oriented Development
Berdasarkan skema ilustrasi tersebut, objek desain TOD dapat dikatakan sebagai
sebuah kawasan yang memiliki berbagai fungsi penunjang di dalamnya, seperti fungsi
hunian, ruang terbuka, area komersial serta kantor atau tempat bekerja. Kawasan TOD
juga terkoneksi dengan area transit dari transportasi massal. Selain itu, keseluruhan
fungsi lahan tersebut berada dalam jarak dengan radius 2.000 kaki dari pusat transit.
Peter Calthorpe juga menyimpulkan komponen-komponen dari perencanaan
Transit Oriented Development, antara lain:
perencanaan kawasan yang memprioritaskan pejalan kaki
pusat transit menjadi fitur penting dari pusat kota
-
21
sebuah node regional yang terdiri atas campuran kegunaan dari hunian, kantor,
pertokoan, dan area publik
pengembangan berkualitas tinggi dimana dapat mengitari kawasan sekitar halte
transit dengan waktu 10 menit
terdapat angkutan pendukung seperti bus, kereta,dan lain-lain
didesain pula untuk penggunaan sepeda dalam kawasan
mengurangi dan mengelola parkir di dalam kawasan
Gerakan pengembangan kawasan berbasis transit didasari oleh kualitas kehidupan
kota yang semakin buruk yang ditandai dengan kemacetan, sprawl, dan tata guna laha
yang tidak terintegrasi. TOD memiliki tujuan menciptakan lingkungan yang nyaman,
aman, menyenangkan dan mencukupi bagi pejalan kaki (walkable environment).
Dengan mencampurkan berbagai fungsi kegiatan, perjalanan yang perlu dilakukan
dapat digabungkan menjadi lebih singkat dan tepat. Fungsi-fungsi tersebut adalah
pusat area komersial, perkantoran, retail, servis, pemukiman dengan kepadatan sedang
hingga tinggi serta ruang terbuka publik.
TOD menekankan pada pengintegrasian transit berbasis regional, memperbaharui,
struktur komunitas dan lingkungan tinggal yang individualis. Struktur fisik kawasan
harus didukung oleh kerangkan kerja sistem transportasi. Transit, pejalan kaki, dan
pengendara sepeda harus memaksimalkan akses dan mobilitas ke seluruh kawasan
sementara mengurangi tingkat penggunaan kendaraan bermotor terutama mobil.
Prinsip dari TOD adalah untuk :
Mengorganisasikan pertumbuhsn dalam tingkat regional menjadi kompak dan
transit supportive.
Menempatkan komersial, pemukiman, perkantoran dan fasilitas umum-sosial dalam
jarak tempuh berjalan kaki dari stasiun transit.
Menciptakan jaringan jalan yang ramah pejalan kaki yang menghubungkan berbagai
tujuan bepergian lokal.
Menyediakan pemukiman dengan tipe, kepadatan dan biaya yang bervaraisi.
Melestarikan habitat dan ruang terbuka dengan kualitas tinggi.
Membuat ruang publik sebagai fokus dari orientasi bangunan dan kegiatan
masyarakat.
Mendorong penggunaan lahan dan redevelopment sepanjang koridor transit.
Secara sosial, konsep TOD diharapkan akan membuat penduduk-penduduk terlibat
dalam interaksi dalam kehidupan sehari-hari. Penduduk yang memiliki keterbatasan
dalam menggunakan kendaraan pribadi (karena alasan ekonomi, golongan usia anak-
anak atau lansia) tetap memiliki akses ke berbagai fasilitas dan memenuhi kebutuhan.
-
22
Selain itu, kawasan yang dikembangkan dengan konsep TOD diintegrasikan dengan
prinsip pedestrian-oriented akan menghasilkan kawasan yang aman dari kecelakaan
lalu lintas dan kriminalitas.
e. Konsep Green Living
Konsep kota hijau (Green City) juga dikenal sebagai kota ekologis yang juga dapat
dikatakan kota yang sehat. Artinya ada keseimbangan antara pembangunan dan
perkembangan kota dengan kelestarian lingkungan. Kota sehat juga merupakan suatu
kondisi dari suatu kota yang aman, nyaman, bersih dan sehat untuk dihuni
penduduknya dengan mengoptimalkan potensi sosial ekonomi yang ada.
Konsep green city memiliki beberapa kriteria, di antaranya :
a) Pembangunan kota harus sesuai dengan peraturan undang-undang yang berlaku.
b) Konsep zero waste pengolahan sampah secara terpadu, tidak ada yang terbuang.
c) Konsep zero run-off semua air harus diresapkan kembali ke dalam tanah (konsep
ekodrainase).
d) Infrastruktur hijau tersedia jalur pejalna kaki dan jalur sepeda.
e) Transportaus hijau penggunaan transportasi massal, ramah lingkungan berbahan
bakar terbarukan, mendorong penggunaan transportasi publik bukan kendaraan
bermotor, berjalan kaki, bersepeda.
f) Ruang terbuka hijau seluas 30% dari luas kota (RTH Publik 20% dan RTH Privat
10%).
g) Bangunan hijau
h) Pastisipasi masyarakat (komunitas hijau)
Kelebihan dari konsep green city ini yaitu dapat memenuhi keberadaan RTH di
suatu kawasan sehingga dapat mengurangi bahkan memecahkan masalah lingkungan,
bencana alam, polusi udara, bebeas banjir, rendah kebisingan dan permasalahan
lingkungan lainnya.
Sumber : www.pekanbaru.co.id
Gambar 2.15 Konsep Go-Green
-
23
f. Konsep Compact City
Compact city secara umum adalah suatu pendekatan dalam perencanaan kota yang
didasarkan pada pengembangan secara intensif dalam kawasan perkotaan eksisting
atau pada kota-kota dengan kepadatan yang relatif tinggi, dengan membatasi
pertumbuhannya (Cowan, 2004). Jika ditelusuri dalam perkembangannya, pada awal
tahun 1980-an compact city telah diterima di Netherland dan negara-negara Eropa
sebagai konsep perencanaan tata ruang yang dianggap memberikan solusi terhadap
sejumlah masalah perkotaan (Roo, 2004). Definisi compact city sebagai pendekatan
atau strategi pengembangan kota adalah meningkatkan kawasan terbangun dan
kepadatan penduduk perumahan; mengintensifkan kegiatan ekonomi, sosial dan
budaya perkotaan; dan memanipulasi ukuran kota, bentuk dan struktur perkotaan,
serta sistem permukiman dalam rangka mencapai manfaat keberlanjutan lingkungan,
sosial, dan global, yang diperoleh dari pemusatan fungsi-fungsi perkotaan. (Jenk, 2000).
Secara esensial compact city adalah kepadatan tinggi, penggunaan campuran,
dengan batas (bukan sprawl) yang jelas (Jenk et al, 1996; Williams et al, 2000). Sebagai
konsep tata ruang fungsional, compact city sesungguhnya merupakan tipikal kota-kota
lama di Eropa (Le Clercq dan Hoogendoorn 1983 dalam Roo, 2003) yang mempunyai
prinsip-prinsip: (1) Menekankan kota dan lansekap; (2) Pembangunan ditambahkan
pada struktur yang telah ada; (3) Mengkombinasikan fungsi-fungsi dalam tingkat
bagian wilayah kota; (4) Menyebarkan fasilitas dalam rangka membatasi lalu lintas dan
meningkatkan aksesibilitas bagi penduduk; (4) Pembangunan dengan kepadatan tinggi;
serta (5) Penekanan pada transportasi umum. Dalam konteks inilah konsep compact
city dianggap sebagai jawaban terhadap gejala urban sprawl yang dewasa ini telah
menjadi gejala global. Manfaat compact city dibandingkan dengan urban sprawl, adalah
(Burton, 2001):
1. Kebergantungan yang lebih kecil pada kendaraan bermotor sehingga menimbulkan
emisi yang lebih rendah.
2. Pengurangan konsumsi energi.
3. Pelayanan transportasi umum yang lebih baik.
4. Peningkatan aksesibitas secara keseluruhan.
5. Penggunaan kembali (re-use) prasarana dan lahan yang telah dibangun.
6. Regenerasi kawasan perkotaan dan vitalitas perkotaan.
7. Kualitas hidup yang lebih tinggi.
8. Preservasi ruang terbuka hijau.
9. Penciptaan lingkungan untuk meningkatkan kegiatan bisnis dan perdagangan.
-
24
Strategi compact city mencakup struktur dan pola ruang kota yang memberikan
prioritas jelas terhadap compactness, blok besar/ruang terbuka/jalur hijau yang
melengkapi lingkungan perkotaan, penekanan yang kuat terhadap pengembangan yang
bersifat pengisian (infill), intensifikasi dan penggunaan yang lebih efisien untuk lahan-
lahan terlantar di kawasan inti kota berupa percampuran serta integrasi berbagai
fungsi. Dalam hal ini yang menjadi argumen kunci compact city adalah sistem
transportasi yang berorientasi pada angkutan umum, mencegah penggunaan
kendaraan bermotor serta membatasi jumlah perjalanan komuter. (Marcotullio, P.J.
2001).
Secara internasional, kompaksi perkotaan telah diimplementasikan pada berbagai
negara maju dengan berbagai bentuk, mulai dari yang menekankan pemanfaatan lahan
terlantar dan peremajaan atau pembangunan kawasan pusat kota di Eropa, sampai
dengan menciptakan batas pertumbuhan perkotaan (urban containment),
berkembangnya New Urbanism dan Smart Growth di Amerika Serikat, promosi
perumahan berkepadatan sedang di Australia dan New Zealand, serta urban
redevelopment yang lebih menekankan pembangunan kembali kawasan pusat kota di
Jepang. Adanya variasi penerapan kompaksi perkotaan ini menunjukkan bagaimana
tiap negara mengadaptasikan konsep compact city ke dalam kondisi lokal, sehingga
dapat berkontribusi terhadap keberlanjutan perkotaan dalam cara yang dapat diterima
sekaligus layak dalam lingkungan lokal masing-masing.
Kota yang berkelanjutan adalah kota yang ideal dalam konteks keberlanjutan
sekaligus kelayakhunian (livability). Mengacu pada kecenderungan perkembangan
perkotaan saat ini, tidaklah mungkin untuk menciptakan suatu kota berkelanjutan
secara ideal. Namun yang dapat dilakukan adalah melakukan upaya untuk membuat
kota dapat menjadi lebih berkelanjutan dibandingkan dengan kondisinya saat ini.
Meskipun hipotesis kompaksi perkotaan menyatakan bahwa terdapat kawasan yang
potensial untuk dikembangkan dengan cara yang lebih ramah lingkungan, lebih merata
secara sosial, dan lebih menggairahkan secara ekonomi; tetap saja menyisakan
pertanyaan bagaimana menerapkannya dalam konteks kota-kota di negara
berkembang yang mempunyai karakteristik perkembangan yang jauh berbeda dengan
kota-kota di negara maju? Perkembangan perkotaan di negara berkembang
menunjukkan perbedaan dengan di negara maju, terutama dalam kerangka historis,
struktur dan perkembangan demografis. Oleh sebab itu, dalam konteks kompaksi
perkotaan setidaknya terdapat tiga perbedaan besar yang harus menjadi pertimbangan
utama jika konsep tersebut akan diterapkan, yaitu: (1) karakteristik fisik dan
demografis, (2) keragaman penggunaan lahan dan distribusi spasialnya; dan (3) isu
-
25
bahwa pembangunan dapat dikendalikan dalam rangka mendukung sasaran
keberlanjutan.
Sebagai respon terhadap berbagai tantangan terhadap konsep kompaksi perkotaan,
penelitian mutakhir (antara lain Song, 2005; Zhang, 2006; Winston dan Pareja, 2007)
telah difokuskan pada pengembangan keragaman bentuk perkotaan dan keberlanjutan
yang sesuai dengan kawasan spesifik yang mengimplementasikan konsep tersebut.
Dalam hal ini mulai timbul fokus yang lebih besar terhadap proses, fungsi dan
rancangan perkotaan (urban design) serta bagaimana ketiganya berkontribusi terhadap
keberlanjutan, lebih dari sekedar kepadatan yang sepanjang tahun 1990-an
mendominasi penelitian tentang keterkaitan antara bentuk perkotaan dan
keberlanjutannya, dengan fokus utama pada dampak bentuk perkotaan terhadap pola
perjalanan. Bentuk perkotaan yang seringkali diiindikasikan dalam 3-D: densitas,
diversitas dan desain (Cervero dan Kockelman, 1997) dan di tambah 2-D lainnya:
destination dan distance (Lee, 2007) pada dasarnya tetap akan menjadi aspek krusial
dalam konteks keberlanjutan perkotaan, selama dampak negatif urban sprawl secara
lingkungan, ekonomi, dan sosial terus meningkat, yang secara kasat mata tampak dari
kemacetan lalulintas, segregasi sosial, dan penyusutan lahan pertanian di kawasan
pinggiran, yang kesemuanya meneruskan kecenderungan perkembangan di masa yang
akan datang dianggap semakin tidak berkelanjutan.
Secara teoretik, bentuk perkotaan yang mencerminkan struktur dan pola ruang
berbagai kegiatan perkotaan mempunyai kaitan yang erat dengan pola/perilaku
perjalanan sebagai kebutuhan turunannya. Oleh sebab itu, kecenderungan
perkembangan perkotaan yang ekspansif dan sprawl serta segregasi spasial berbagai
kegiatan fungsional perkotaan (perumahan, tempat kerja, komersial) mengakibatkan
peningkatan panjang perjalanan dan ketergantungan terhadap kendaraan bermotor
pribadi di kawasan pinggiran kota. Aspek-aspek bentuk perkotaan pada skala kawasan
perumahan atau neighbourhood meliputi: (1) Jarak perumahan dari pusat kota; (2)
Ukuran kawasan perumahan; (3) Pola penggunaan lahan; (4) Ketersediaan fasilitas
lokal; (5) Kepadatan; (6) Aksesibilitas (jaringan jalan dan kedekatan terhadap jaringan
transportasi umum; dan (7) Jenis neighbourhood. Pola perilaku perjalanan yang akan
dipengaruhi oleh bentuk perkotaan meliputi: (1) Tujuan dan jarak perjalanan; (2)
Frekuensi perjalanan; (3) Pemilihan moda; (4) Waktu perjalanan; dan (5) Konsumsi
energi transportasi. Selain bentuk perkotaan, faktor yang memengaruhi pola
perjalanan adalah karakteristik sosial-ekonomi penduduk yang meliputi: tingkat
pendapatan, jenis pekerjaan, ukuran dan tipe rumah tangga, tingkat pendidikan, dan
pemilikan kendaraan bermotor.
-
26
g. Rain Water Harvesting
Pemanenan air hujan (rainwater harvesting) sudah banyak dilakukan sejak lama,
khususnya di pedesaan di mana sumber air lainnya, yaitu air tanah tidak mencukupi,
atau pengadaannya terlalu mahal. Pemanenan air hujan digunakan untuk memenuhi
kebutuhan rumah tangga dan ternak, terutama menjelang dan selama musim kemarau
panjang. Cara yang dilakukan yaitu dengan pengumpulan air hujan yang mengucur dari
atap rumah. Untuk skala besar pemanenan air hujan dapat dilakukan di daerah
tangkapan air. (Suripin, 2002).
Salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan tanah meresapkan air hujan
salah satunya ialah dengan pemanenan air hujan atau rainwater harvesting. Pembuatan
dan pemasangan rainwater harvesting akan membantu masyarakat perkotaan untuk
menggunakan alternatif air yang lebih bersih daripada menggunakan air tanah dan air
permukaan yang telah tercemar oleh limbah domestik dan industri, serta bakteri E-coli.
Manfaat yang dapat diharapkan akan diperoleh melalui rainwaterharvesting yaitu
pemenuhan kebutuhan air sekunder dan memperkecil beban drainase mikro maupun
makro.
Rainwater harvesting adalah akumulasi dan pengendapan air hujan yang digunakan
kembali sebelum mencapai akuifer. Penggunaan digunakan termasuk pada air untuk
taman, air untuk ternak, air untuk irigasi, dan lainlain. Di banyak tempat air yang
dikumpulkan hanya diarahkan ke lubang yang dalam dengan sistem saringan. Air dari
rainwater harvesting dapat digunakan untuk air minum jika penyimpanan yang
digunakan adalah tangki yang dapat diakses dan dibersihkan.
Bentuk tempat penyimpanan/penampung air dibagi menjadi 3 kategori yaitu :
Tank penampung air di atas permukaan, biasanya dipergunakan untuk menampung
air dari atap bangunan;
Tank penampung di bawah permukaan;
Penampung air (reservoir).
Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan bangunan
penampung air yaitu: jumlah penampung yang diperlukan, jenis dan ukuran daerah
tangkapan (catchment); jumlah dan distribusi curah hujan; jenis tanah; ketersediaan
dana; kemampuan teknis dan pengalaman; serta ketersediaan sumberdaya air.
Sistem ini sangat juga umum dilakukan di negara-negara yang sangat rentan
terhadap kekeringan seperti di Afrika, India, Srilangka, Iran, Cina, dan di beberapa
negara Asia Tenggara. Di Indonesia, sistem panen hujan yang diaplikasikan di beberapa
negara tersebut dapat dijadikan pembelajaran untuk mengantisipasi kelangkaan air
terutama di wilayah beriklim kering. Upaya yang dilakukan yaitu dengan menampung
-
27
air hujan dari atap rumah, terutama untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Sistem
panen hujan untuk keperluan rumah tangga dengan menampung aliran air dari atap
rumah dapat mempergunakan berbagai jenis bak penampung yang sudah dilakukan
sejak ribuan tahun yang lalu. Biasanya air yang ditampung dapat dipergunakan untuk
minum, memasak, dan untuk irigasi dalam skala rumah tangga. (Heryani, 2009)
Tiga bentuk alat pengumpul air hujan, yaitu :
1. Area drain; yang berfungsi seperti corong, menangkap air dari suatu daerah
berukuran tertentu dan sekedar mengarahkan air dari permukaan langsung
kedalam pipa. Kelemahannya, adalah dalam jangka waktu yang panjang sering kali
pipa tersumbat oleh kotoran atau tanah yang terbawa oleh aliran air hujan.
Kelemahan lainnya adalah bahwa elevasi dari area drain tidak fleksibel, harus
merupakan titik terendah dari semua bidang miring aliran.
2. Bak pengumpul; fungsinya serupa dengan area drain, menangkap air permukaan
suatu daerah tertentu. Namun dikembangkan lebih lanjut dengan fungsi tambahan,
yaitu fungsi penangkap tanah dan kotoran. Karena adanya fungsi ganda inilah, maka
bak pengumpul ini menjadi sangat disukai dan digunakan.
3. Pipa pengumpul ; atau pengumpul berbentuk linier. Bentuk ini mempunyai
kelebihan, yaitu elevasinya yang fleksibel sehingga mudah mengikuti berbagai
ketinggian tanah, jalan, atau tempat parkir.
Rainwater harvesting menyediakan pasokan air sendiri. Di negara maju rainwater
harvesting sering digunakan untuk melengkapi pasokan listrik. Rainwater harvesting
menyediakan air ketika ada kekeringan atau musim panas. Sistem rainwater harvesting
ini sangant menarik karena mereka mudah dipahami, dipasang dan dioperasikan.
Sistem ini sangat efektif digunakan pada saat kekeringan karena air yang dihasilkan
dari limpasan hujan mengalir ke penyimpanan bendungan. Kualitas air hujan yang
ditangkap biasanya cukup untuk kebutuhan rumah tangga. Keuntungan finansial bagi
penggunanya yaitu bahwa hujan merupakan suatu hal yang dapat diperbaharui. Sistem
rainwater harvesting umumnya memiliki biaya operasional yang rendah dalam
penyediaan konsumsi air.
Konsentrasi kontaminasi berkurang secara signifikan dengan mengalihkan aliran air
limpasan awal untuk limbah. Peningkatan kualitas air juga dapat diperoleh dengan
menggunakan mekanisme penarikan dan pengembangan dan dengan menggunakan
beberapa tangi. Air hujan yang disimpan mungkin perlu dianalisa dengan baik sebelum
digunakan.
Sistem rainwater harvesting dapat dipasang dengan sederhana. Sistem ini harus
memiliki tangki dengan ukuran yang besar untuk dapat memenuhi kebutuhan
-
28
konsumsi air sehari-hari sepanjang musim kemarau. Atap bangunan harus cukup besar
untuk mempertahankan aliran yang memadai, karena curah hujan diambil dari
limpasan air yang jatuh dari atap. Demikian juga, tangki penyimpanan air harus cukup
besar untuk menampung air yang ditangkap.
h. Lesson Learned
Dari beberapa literatur yang telah dijelaskan sebelumnya, maka konsep yang akan
diterapkan pada lokasi perencanaan tapak adalah sebagai berikut :
Perumahan berkonsep neighbourhood unit berupa suatu unit perumahan yang
mempunyai batas yang jelas, besarannya diukur atas dasar keefektifan jarak jangkau
pejalan kaki, terjadinya kontak langsung individual serta adanya ketersediaan
fasilitas pendukung kebutuhan harian dari penghuni.
Perumahan dengan pengelompokkan/cluster yang berwawasan lingkungan seperti
konsep neighbourhood unit .
Tersedianya fasilitas penunjang, seperti sekolah, balai pengobatan, pertokoan,
sarana rekreasi dan olahraga.
Perumahan berkonsep mixed use berhubungan dengan kedekatan jarak, maka
kesuksesan dan kelangsungannya dipengaruhi oleh jarak orang untuk berjalan ke
fasilitasfasilitas yang tersedia.
Perumahan yang berkonsep sustainable neighbourhood dengan menghemat
penggunaan energi, tersedianya ruang terbuka hijau, menimimalkan limbah,
menyediakan jalur sepeda dan pembatasan penggunaan kendaraan pribadi.
Prinsip TOD dengan menciptakan jaringan jalan yang ramah untuk pejalan kaki yang
menghubungkan berbagai tujuan bepergian lokal, menyediakan pemukiman dengan
tipe, kepadatan dan biaya yang bervaraisi, melestarikan habitat dan ruang terbuka
dengan kualitas tinggi, membuat ruang publik sebagai fokus dari orientasi bangunan
dan kegiatan masyarakat.
Prinsip green living dengan menekankan konsep hijau pada infrastruktur,
transportasi, dan bangunan,
2.2.3 Benchmarking/Best Practice Penerapan Konsep
a. Horizon East Exclusive Town House
Horizon East Exclusive Town House, yang terletak di Jl. Bungur Raya No. 09,
Harjamukti, Cimanggis Depok. Hunian ini berdiri di lahan 320 m2 dan berada di hook.
Konsep simple tropical pada rumah ini terlihat langsung dari bagian fasad hunian
yang memiliki teras dan sealsar. Bukaan-bukaan yang lebar diseimbangkan dengan
aplikasi kisi-kisi kayu yang disusun secara vertikal untuk meredam terik cahaya
-
29
matahari di siang hari agar tidak sepenuhnya masuk ke dalam ruangan. Pada bagian
taman di depan rumah ditanam beberapa pohon palem untuk menguatkan kesan
hunian tropis. Adapun pada bagian samping hunian, yang terdapat kolam renang,
menjadi pusat orientasi visual bagi ruang keluarga dan kamar tidur utama. Untuk
menyiasati lahan yang cukup terbatas, hunian ini meminimalkan penggunaan sekat.
Keberadaan void dari lantai dua pada ruang keluarga dan bukaan-bukaan kaca yang
lebar ke arah taman atau ke arah kolah renang menambahkan kesan lapang pada
hunian.
Memiliki sebuah hunian dengan halaman besar dan ditumbuhi aneka tanaman
adalah impian banyak orang, hunian yang exclusive yang tak sekedar sebagai tempat
berteduh juga bercengkerama bersama keluarga menghabiskan akhir pekan, tapi
melainkan juga sebagai kebanggaan atas kemewahan hunian yang bernilai investasi
tinggi di kawasan elit cibubur. Dengan ide itulah Horizon East Exclusive Town House
di kembangkan, berada dilahan seluas 6000 m2 dengan building coverage ratio 40%,
luas kavling minimal 221 m2 menjadikannya hanya merangkum 12 unit rumah saja.
Horizon East dirancang sebagai hunian berkonsep resort, bangunanbangunan
rumah horizon east didesain dengan gaya tropical modern eropa, dengan penyusunan
tata ruang rumah yang teratur, lebar jalan yang luas, serta fasilitas lingkungan dalam
yang lengkap menjadikan Horizon East Exclusive Town House sebagai hunian idaman
bagi Anda yang berjiwa mewah. Horizon East dibangun dengan standar kualitas untuk
memenuhi gaya hidup masyarakat di masa depan, ditambah dengan pengelolaan
rumah dalam town house secara mandiri, menjadikan Horizon East Exclusive Town
House memberikan nilai lebih kepada masyarakat yang tinggal, bekerja, belajar dan
berkunjung.
Horizon East adalah rumah mewah Cibubur, tidak sekedar pembagian hirarki yang
diperhatikan, tetapi juga kualitas jalan lingkungan, nilai keindahan dan keamanan bagi
pemakainya. Ditiap fasilitas umum, pintu gerbang & rumah selalu ada landscape agar
hijau dan teduh, Horizon East dibuat bukan hanya memperhatikan segi fungsi tapi juga
keindahan.
Perumahan modern dan penuh dengan sentuhan teknologi sedang dikembangkan
oleh pengembang PT. Bumi Serpong Damai (BSD) Tbk dan kali ini BSD tidak hanya
mengandalkan sentuhan modern dan keunggulan teknologi tersebut, namun juga
mengembangkan kawasan permukiman yang berorientasi pada ruang terbuka hijau.
Sedangkan diatas tanah sarana dan prasarana akan dibangun :
-
30
Galeri Lukisan dan Gamelan
Galeri sudah terbangun dengan meletakan puluhan lukisan dari beberapa pelukis
ternama serta alat musik yang memiliki sisi historical tinggi peninggalan dari beberapa
kerajaan di Indonesia, galeri lukisan dan gamelan ini adalah fasilitas umum yang sangat
extraordinary yang dapat dinikmati oleh penghuni Horizon East.
Jalan Masuk Town House
Membangun jalan yang lebar dengan penyesuaian tata letak rumah adalah
kommitmen kami, jalan yang mengandung unsur seni dalam pembuatannya membuat
Horizon East semakin unik dan beda.
Gerbang Masuk Town House
Menggunakan sistem single gate merupakan ciri dari sebuah town house, gerbang
yang bukan hanya difungsikan sebagai sarana penjagaan keluar masuk kendaraan tapi
juga symbol dari sebuah kejayaan bagi setiap penghuni di Horizon East ini.
Jogging Track
Fasilitas umum untuk penghuni Horizon East berolahraga santai sambil menghirup
udara segar dan diiringi dengan kicauan burung bebas adalah sebuah implementasi
dari moto Horizon East.
Green Lush Garden
Hamparan tanaman yang menyegarkan akan kami suguhkan untuk melengkapi
kesempurnaan perumahan kami, tanaman yang bervariasi yang mengelilingi setiap
unit rumah anda membuat konsep resort yang sejuk dari horizon east lebih sempurna.
Sport Area
Kami mengerti bahwa kesehatan adalah modal utama manusia untuk hidup lebih
optimal, oleh karena itu kami merencanakan untuk membuat sebuah area olah raga
luar maupun dalam ruangan untuk menjaga kebugaran setiap penghuni horizon east.
Pos Keamanan
Sembilan security sudah kami kerahkan untuk menjaga 12 unit rumah di Horizon
East ini, dilengkapi dengan CCTV Monitoring, Security Card System dan Pemeriksaan
Ketat bagi selain penghuni yang ingin memasuki kawasan Horizon East menjadikan
perumahan kami super aman dan terkendali.
Kolam dan Gazebo
Santai bersama keluarga menikmati dinginnya udara malam dengan suguhan kopi
hangat diatas hamparan gazebo adalah karunia keindahan yang harus disyukuri,
fasilitas umum yang berada diatas permukaan air yang tenang dengan pemandangan
ikan dibawahnya menjadikan fasilitas umum ini pelepas lelah dan kepenatan bagi siapa
saja yang duduk diatasnya.
-
31
Kantor Manajemen Town House
Hambar rasanya jika perumahan semewah Horizon East memaksa penghuninya
membereskan lingkungannya sendiri, kami mengerti jiwa hebat seperti anda sangat
sibuk dengan berbagai jadwal rutinitas kerja yang harus dijalankan secara maksimal,
untuk itu kami membentuk sebuah Manajemen Town House yang akan memanjakan
rumah anda dengan berbagai macam maintenance service dari mulai perawatan
fasilitas umum sampai dengan penanggulangan kerusakan pada setiap rumah di
Horizon East.
b. Citraland Celebes, The Art of Green Living
Konsep Green Living yang diterapkan pada Citraland Celebes bukan hanya sebatas
penghijauan, namun juga dalam hal penghematan dan efisiensi energi, baik dalam
desain maupun aplikasi di lapangan. Oleh karena itu, Citraland Celebes barada di
bawah naungan developer terkemuka di Indonesia, Ciputra, yang mengusung konsep
perumahan berwawasan lingkungan melalui The Art of Green Living, berusaha
memadukan antara konsep green dalam lingkungan dan desain rumah.
Pada segi lingkungan, pihak developer menyiapkan taman-taman yang luas dengan
konsep hijau agar penghuni merasa nyaman. Selain itu, untuk mendukung konsep
Green Living tersebut, akan disediakan fasilitas-fasilitas umum seperti jalur bersepeda,
kawasan terbuka khusus pejalan kaki, jaringan jalan yang didukung taman penadah
hujan sebagai sistem pengelolaan air serta penerangan jalan dengan menggunakan
solar cell dan lampu LED hemat energi.
Sedangkan dari segi keamanan hunian, pihak developer menerapkan desain rumah
yang tidak lagi bersudut siku, namun berupa round. Desain tersebut bertujuan untuk
menghindari faktor kecelakaan pada anak-anak sedang bermain. Untuk ketenangan
penghuni, Citraland Celebes juga menerapkan Advance Security Management, yaitu
kamera pengawas yang beroperasi selama 24 jam, tombol tanda darurat dan kartu
akses elektronik.
c. Konsep Perumahan Pantai Indah Kapuk
Pantai Indah kapuk yang berada di Jakarta Utara memiliki kerentanan akan banjir,
namun sejak tahun 1989 Pantai Indah Kapuk dinyatakan bebas banjir. Budi Nurwono,
Direktur Bukit Golf Mediterania (BGM), Pantai Indah Kapuk, mengungkapkan ancaman
banjir bisa dieliminasi berkat pembelajaran mereka hingga ke Negeri Keju, Belanda.
Dengan mengusung konsep polder system, lonjakan air tak pernah tembus dan
merendam kawasan tersebut.
Polder System adalah rahasia mengapa kawasan BGM-PIK tak akan pernah
kebanjiran. Polder System adalah sistem tata air yang dikembangkan di banyak Negara
-
32
Eropa sejak abad ke-10, bagaiman sistem ini bekerja menahan air dari segala arah.
Bukit Golf Mediterania seluas 200 hektar di Pantai Indah Kapuk adalah salah satu mega
proyek terbesar di Indonesia dewasa ini. Nama tiga pengembang kakap dipertaruhkan
akan keberhasilah proyek ini di masa depan. Ketiganya adalah Agung Sedayu Group,
Salim Group dan Agung Podomoro Group.
Dalam manajemen banjir, Polder System juga dipakai sebagai wadah penampung
air. Sistem tata air ini digunakan untuk melindungi daerah rendah sehingga aman dari
genangan air atau banjir yang disebabkan tingginya air laut serta luapan sungai dari
bagian hulu.
Polder System berjalan dengan baik setelah wilayah yang menjadi bagian dari lokasi
inin ditanggul sekelilingnya. Tanggul ini berfungsi sebagai penahan air laut ketika
pasang datang atau saat air laut meningkat dengan ekstrim. Tanggul pulalah yang
mengolah seluruh air masuk dengan baik.
Selain tanggul, Polder System juga didukung adanya danau buatan sebagai
penampung air. Sektor lainnya adalah keberadaan pompa air. Seluruh air yang masuk
kawasan ini baik dari laut, hujan, rumah tangga maupun sungai dihulu ditampung
terlebih dahulu di danau dengan luas mencapai sekitar 10 hektar. Jangan berpikir
tampunga tersebut adalah kotor, melainkan air bersih. Karena sebelum masuk danau
penampungan, air diolah terlebih dahulu. Dengan pengolahan ini, air di danau
penampungan akan selalu dalam kondisi bersih. Fungsi danau bisa untuk
pemandangan air nan elok, memancing, rekreasi atau berolah raga air seperti kano.
Bisa juga sebagai sarana tranportasi, Dari sini, bisa menuju sejumlah lokasi, seperti
Club House dengan menggunakan kano atau gondola.
Debit air biasanya akan mengalami perubahan ketika hujan deras. Saat itulah
permukaan air danau naik. Nah, di sinilah Polder System mulai memakaikan peran
strategisnya. Air yang mulaii naik tersebut selanjutnya dibuat normal dengan mesin
pompa yang menyalurkan air ke laut. Seluruh sistem ini berjalan dan dipantau dengan
mudah hingga tinggi permukaan air di danau selalu terkendali di batas normal.
Di Bukit Golf Mediterania-PIK, terdapat 5 mesin pompa modern yang mampu
mengendalikan banjir di kawasan ini hingga ratusan tahun lamanya. Bukan sekedar
bicara. Buktinya, sejak dikembangkan awal tahun 1980-an, kawasan Pantai Indah
Kapuk tak pernah tersentuh banjir. Kondisi ini mampu membuat Pantai Indah Kapuk
memiliki posisi kuat sebagai kawasan pengembangan properti di Jakarta. Daerah yang
semula rendah ini menjadi menarik dan aman, baik dari segi bisnis maupun
permukiman. Polder System adalah pertarungan BGM-PIK membangun Mega Proyek
terbaik di Pantura Jakarta.
-
33
Lesson learned dari konsep Pantai Indah Kapuk adalah:
Adanya danau seluas 10 hektar yang berfungsi sebagai penyelesaian masalah banjir,
karena adanya pompa air.
danau yang berfungsi sebagai sumber air bersih, sebagai pemandangan yang indah,
memancing atau sebagai sarana rekreasi
d. Citra Raya : It's Our Green Community
Proyek Citra Raya terletak di barat Jakarta, tepatnya di Tangerang, memiliki
perencanaan yang terpadu di atas lahan seluas 2.760 ha dengan konsep perkotaan yang
berkelanjutan. Hingga saat ini, di Citra Raya telah terbangun sebanyak 18.125 unit
rumah, 1500 unit komersial dengan total lahan yang dipergunakan sekitar 1000 ha.
Jumlah penghuni sekitar 85.000 jiwa.
Memasuki tahun ke 17 Citra Raya boleh dikatakan menjadi pelopor perumahan kota
mandiri dengan konsep hunian terpadu dan terintegrasi, serta dilengkapi township
facilities. Citra Raya berusaha mempertahankan bahkan meningkatkan lingkungan
hunian dan tempat investasi yang semakin baik dengan progress pembangunan
township facilities mulai dari fasilitas pendidikan, fasilitas sosial, rekreasi, area
komersial, serta penambahan cluster-cluster baru yang semakin berkualitas, trendi dan
ekslusif. Selain pengembangan kawasan hunian, Citra Raya juga mengembangkan
fasilitas komersial dalam berbagai macam ragam bentuk usaha. Mulai dari ruang usaha
kecil, menengah, hingga atas. Di dukung oleh infrastruktur, fasilitas umum serta
fasilitas sosial yang baik, menjadikan kawasan komersial Citra Raya salah satu pilihan
favorit untuk usaha di Tangerang dan Barat Jakarta.
Fasilitas komersial yang telah dibangun dan beroperasi di antaranya pusat
perbelanjaan Citra Raya Square, Citra Raya Plaza, Pasar Modern City Market,
Restaurant dan ruko-ruko yang tersebar di sepanjang commercial belt (main boulevard
Citra Raya). Di samping itu telah tersedia fasilitas pendidikan formal serperti Sekolah
Tarakanita, Sekolah Islamic Village, Sekolah Citra Berkat, Sekolah Mutiara Indonesia
dan fasilitas pendidikan non formal lainnya. Fasilitas kesehatan dan ibadah juga telah
tersedia, begitu pula fasilitas kebugaran Citra Raya Sport Club dengan kolam renang
standar olympic dan fasilitas rekreasi wahana permainan air Citra Raya WaterWorld
yang tiap bulannya dikunjungi lebih dari 40.000 pengunjung. Guna menunjang
kemudahan transportasi warga, telah tersedia Shuttle Bus Trans Citra Raya yang
melayani rute-rute strategis di Jakarta, Tangerang hingga Bandung dengan ukuran
shelter 10m2. Beberapa fasilitas SPBU pun turut hadir menambah semaraknya kota
mandiri ini.
-
34
Pentingnya menyelamatkan dan melestarikan alam di tengah-tengah ancaman
dampak pemanasan bumi (global warming) dan bencana alam, sekaligus untuk
meningkatkan kualitas hidup masyarakat di proyek perumahan Citra Raya berskala
kota ini. Untuk mendukung gerakan ramah lingkungan, Citra Raya meluncurkan
program jangka panjang EcoCulture. Program EcoCulture menitik-beratkan kepada
jalinan kerjasama dengan warga Citra Raya untuk membangun budaya peduli
lingkungan. Misi dan Misi Eco Culture : Pelestarian lingkungan melalui pembudayaan
gaya hidup masyarakat (green community) di Citra Raya. Menjadikan program
EcoCulture sebagai wadah untuk gerakan bersama menuju gaya hidup yang peduli
lingkungan.
Lesson learned untuk perumahan Citra Raya adalah :
adanya shuttle bus di perumahan
adanya konsep menyelamatkan alam dari dampak pemanasan global
Adanya fasilitas pendidikan, fasilitas sosial, rekreasi, dan area komersial
2.3 Penerapan Konsep Perancangan Pada Lokasi Tapak
Konsep yang akan diterapkan pada lokasi perencanaan tapak adalah Easy Living with
Intergrated Neighborhood. Berdasarkan beberapa best practice, dapat diambil beberapa konsep
seperti:
Perumahan yang dibagi menjadi beberapa cluster. Hal tersebut untuk menyesuaikan
perumahan dengan berbagai tingkat pendapatan penduduk.
Jalur pejalan kaki yang aman dan nyaman, yaitu dilengkapi dengan peneduh berupa
pohon-pohon, penerangan jalan, dan CCTV.
Tingkat keamanan yang tinggi dengan adanya pos penjagaan di main entrance, side
entrance dan pintu masuk di setiap cluster. Selain itu, terdapat juga ruang CCTV di
pos penjagaan pada pintu masuk utama.
Terdapat waterpark dan sport center sebagai sarana olahraga dan hiburan bagi
penduduk.
Ruang terbuka hijau yang dilengkapi dengan taman bermain dan jogging track.
Penggunaan shuttle bus dan penyediaan halte atau pemberhentian bus yang memiliki
letak strategis dan mudah dijangkau oleh penduduk.
Terdapat beberapa penerapan yang diadaptasi dari literatur best practice perumahan
skala besar tersebut. Berikut adalah beberapa penerapan yang akan diterapkan pada
perancangan lokasi perencanaan tapak:
Cluster Housing
Perumahan akan dibagi menjadi tiga cluster, yaitu:
-
35
a. Bronze Cluster
Cluster ini diperuntukkan bagi penduduk yang memiliki pendapatan rendah.
Cluster ini terletak paling dekat dengan kawasan industri untuk lebih
mengefisienkan mobilisasi penduduk yang menghuni cluster ini.
b. Silver Cluster
Cluster ini diperuntukkan bagi penduduk yang memiliki pendapatan menengah.
Clsuter ini terletak tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat dengan kawasan
industri. Hal tersebut bertujuan untuk mempermudah penghuni dalam
bermobilisasi ke tempat-tempat di sekitar perumahan.
c. Golden Cluster
Cluster ini diperuntukkan bagi penduduk yang memiliki pendapatan tinggi.
Cluster ini terletak paling jauh dengan kawasan industri. Hal ini bertujuan untuk
mengutamakan kenyamanan penghuni cluster ini.
Sumber: NewportNews, Tanpa Angka Tahun
Gambar 2.16 Perumahan di Newport News City
Walkable Neighborhood (Pedestrian Friendly)
Sebuah perumahan yang mendukung aktifitas berjalan kaki sebagai bagian penting
dari perjalanan sehari-hari yang dapat dihubungkan dengan transportasi,
penggunaan lahan, dan karakter peurmahan. Jalur pejalan kaki dilengkapi dengan
pohon sebagai peneduh, lampu penerangan jalan, dan CCTV. Selain itu, terdapat pula
jalur sepeda di samping jalur pejalan kaki.
-
36
Sumber: Columbia Pike, 2012
Gambar 2.17 Walkable Neighborhood Plan Columbia Pike, US
Jalan pada kawasan TOD harus dibuat pedestrian-friendly, yaitu kawasan TOD
harus memperhatikan area bagi pejalan kaki sehingga pejalan kaki dapat berjalan tanpa
merasakan gangguan dari kendaraan yang melintas. Jalur pejalan kaki sendiri terbagi
atas 3 macam, yaitu:
a. zona tepi
berbatasan langsung dengan jalur mobil dengan lebar minimal 1,2 meter yang
berfungsi sebagai area menunggu.
b. zona furnishing
area pejalan kaki yang didesain dengan adanya peletakan objek tambahan, seperti
pohon, tanpa mengganggu pejalan kaki yang melintas.
c. zona frontage
jarak antara bangunan dan area pejalan kaki yang difungsikan sebagai window
shopping.
Ukuran lebar minimum untuk area pejalan kaki adalah 1,5 meter, dimana lebar
tersebut sudah dapat dilalui oleh dua orang secara bersamaan. Ukuran tersebut menjadi
lebih lebar di area komersial (1,8 2,5 meter) yang diharapkan dapat berfungsi sebagai
area aktivitas lainnya dan tempat duduk.
Integrated Security System
Perumahan dilengkapi dengan sistem keamanan yang terintegrasi, yaitu adanya pos
penjagaan di main entrance, side entrance dan pintu masuk di setiap cluster. Terdapat
-
37
penempatan CCTV di titik-titik tertentu dan ruang pengawasan CCTV di pos penjagaan
utama. Setiap pos penjagaan memiliki daftar nomor kendaraan penghuni sehingga setiap
kendaraan yang masuk akan diawasi oleh petugas keamanan. Pengunjung (bukan
penghuni perumahan) harus menitipkan kartu identitas ke pos penjagaan. Hal tersebut
bertujuan agar penduduk yang keluar dan masuk perumahan dapat dikontrol oleh pos
penjagaan sehingga perumahan memiliki sistem keamanan yang terjamin.
Integrated Transportation System (TOD)
Kawasan memiliki TOD dapat dikatakan sebagai sebuah kawasan yang memiliki
berbagai fungsi penunjang di dalamnya, seperti fungsi hunian, ruang terbuka, area
komersial serta kantor atau tempat bekerja. Kawasan TOD juga terkoneksi dengan area
transit dari transportasi massal. Selain itu, keseluruhan fungsi lahan tersebut berada
dalam jarak dengan radius 2.000 kaki dari pusat transit.
Sumber: Transforum, Tanpa Angka Tahun
Gambar 2.18 Penerapan TOD di Curitiba, Brazil
Sarana transit berupa halte yang dilengkapi peneduh, layar informasi jadwal bus,
tempat duduk, dan penerangan jalan. Hal-hal tersebut dimaksudkan agar penduduk
dapat dengan mudah dan nyaman dalam bermobilisasi.
-
38
Sumber: Columbia Pike, 2014
Gambar 2.19 Columbia Pike, US, Transit Station Concept
Green Space
Di masing-masing cluster, terdapat ruang terbuka hijau yang memiliki taman bermain
dan jogging track. Penyediaan green space di setiap cluster dimaksudkan agar penghuni
dapat lebih nyaman karena suasana yang lebih private.
Sumber: Columbia Pike, 2012
Gambar 2.20 Columbia Pike, US, Green Space
-
39
Terdapat jogging track yang hijau di setiap cluster sehingga penghuni dapat
dengan mudah berolahraga dan menghirup udara yang bersih setiap harinya.
Sumber: Citra Garden, Tanpa Angka Tahun
Gambar 2.21 Konsep Jogging Track di Citra Garden
Taman bermain bagi anak-anak diperuntukkan bagi penghuni yang telah
berkeluarga dan memiliki anak. Penghuni yang telah memiliki anak dapat dengan
nyaman dan mudah berekreasi dengan memanfaatkan green space di setiap cluster.
Sumber: GilmanCity, Tanpa Angka Tahun
Gambar 2.22 Playground Park di Gilman City, Missouri, US
Sport Center
Di dalam perumahan, disediakan sport center yang terdiri dari lapangan futsal, lapangan
tennis, lapangan badminton, lapangan basket, dan gym. Sport center dilengkapi dengan
ruang ganti pakaian, kamar mandi, dan musholla. Sport center dapat digunakan oleh
penduduk selain penghuni perumahan dengan pembatasan jumlah pada setiap harinya.
-
40
Sumber: PTWP Kalsel, 2012
Gambar 2.23 Lapangan Internasional Brawijaya
Sumber: Facebook, 2013
Gambar 2.24 Pembangunan Sport Center di Bantaeng, Sulawesi Selatan
Danau
Danau tersdia sebagai sarana rekreasi bagi penduduk. Fasilitas yang terdapat di sekitar
danau adalah taman bermain.
-
41
Sumber: Citra Land Pekanbaru, 2014
Gambar 2.25 Contoh Desain Danau
Separate Sewer System
Perumahan di lokasi perencanaan tapak memiliki sistem pembuangan limbah yang
terpisah dengan sistem air hujan. Hal ini dimaksudkan agar beban pengolahan air limbah
tidak terlalu besar. Saluran diletakkan di kiri dan kanan jalan dan bersifat tertutup untuk
mengefisienkan lahan dan agar tidak menganggu aktivitas di atasnya. Air hujan akan
disalurkan ke saluran rain water harvesting.
Sumber: WaterTraetmentsss, Tanpa Angka Tahun
Gambar 2.26 Separate Sewer System
Pemisahan Sampah
Sampah padat hasil dari aktivitas di perumahan dipisahkan berdasarkan jenisnya di
masing-masing bangunan atau rumah. Lalu, sampah dikumpulkan oleh petugas,
kemudian dipindahkan ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) di masing-masing
-
42
cluster. Dari TPS, sampah diangkut oleh truk pengangkut sampah dengan jalur truk yang
berbeda dengan jalur aktivitas penduduk. Hal tersebut dimaksudkan agar penduduk
tidak terganggu dengan aktivitas pengangkutan sampah.
Sumber: Trimasrstuti, Tanpa Angka Tahun
Gambar 2.27 Pemisahan Sampah di Korea
Rain Water Harvesting
Air hujan ditampung dalam tangki penyimpanan. Air pada tangki tersebut nantinya akan
digunakan saat PDAM tidak bisa memenuhi kebutuhan air di perumahan dan di saat
musim kemarau sedang berlangsung.
Sumber: Water Rhapsody, Tanpa Angka Tahun
Gambar 2.28 Rain Water Harvesting