03_volume_xiv_no._20_mei_2015

Upload: kholis87

Post on 27-Feb-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 03_volume_xiv_no._20_mei_2015

    1/10

    MINI REVIEW

    METODE DAN APLIKASI HIGH TROUGHPUT SCREENING PADA EKSPLORASISENYAWA BIOPROSPEKTIF BIOTA LAUT SPONS DAN KARANG LUNAK

    Hedi Indra Januar1,2,)

    , Dafit Ariyanto1,3)

    , Mohammad Muhaemin1,4)

    , Rr. Puji Hastuti

    Kusumawati1,5)

    , dan Sugeng Putranto1,6)

    1)Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Jl.

    Rasamala, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680.2)

    Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan danPerikanan, Jl. KS Tubun Petamburan VI Slipi Jakarta Pusat 10260.

    3)Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Asahan, Jl. A Yani Kisaran, Sumatera

    Utara 21224.4)

    Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Jl. S. Brojonegoro No 1,Bandar Lampung 35145.

    5)

    Fakultas Politeknik Negeri Pontianak, Jl. A Yani, Pontianak 781246)PT. Donggi-Senoro LNG, Sentra Senayan II Lantai 8, Jl. Asia Afrika Senayan Jakarta 10270.

    E-mail:[email protected]

    ABSTRACT

    The marine sessile organisms, i.e. sponge and soft coral, are resources which potential toproduce new bioprospecting chemicals. Within the exploration strategy trough these species,an application of high troughput screening (HTS), is one of the most important step to direct theresearch for gaining new chemicals with pharmacological prospective. The phylosophy of HTSmethods is scaling the analysis start from the sample which has the most probable to containnew compounds and efficiency of sample used as the raw material from marine resourcesconsiderably smaller than terestrial resources. This mini review presents the HTS technique for

    marine organims, expecially for sponge and soft coral, which includes dereplication, NMRphytochemistry, HPLC, and spectroscopic and bioassay techniques. Application of thesetechniques to sponges and soft corals collected from Seribu Islands waters gained 18 knownbioactive chemicals and 1 new compound from soft coral Nephtheasp.

    Keywords: Bioprospecting, High Troughput Screening,antitumor, antibacterial, sponge,soft coral.

    PENDAHULUAN

    Sebagai wilayah yang memilikiterumbu karang tropis yang luas, Indonesia

    merupakan area yang mempunyai potensikelautan tinggi dalam eksplorasi untukmenemukan senyawa bahan alam baruyang memiliki bioaktivitas farmakologis. Lealet al. (2012) menerangkan bahwa selamaselang waktu dua dekade, penemuansenyawa baru dari areal geografis Indonesiaadalah nomor lima di bawah Jepang,Taiwan, China, dan Korea Selatan, denganpeningkatan sebesar 300% dari era 1990anhingga 2000an. Penelusuran senyawa baruini mempunyai nilai bioprospeksi tinggi,terutama untuk menemukan konfigurasi

    senyawa antitumor baru untuk keperluan

    farmaseutikal (Harvey 2008). Ditinjau darisisi luasan wilayah terumbu karangnya danjuga sarana yang dimiliki oleh institusi risetdan perguruan tinggi Indonesia saat ini,

    dapat diperkirakan bahwa di masamendatang persentase penemuan senyawabaru dari biota laut Indonesia akan semakintinggi.

    Sebagai tahapan awal dalam strategipenelitian untuk mendapatkan senyawabaru, pemilihan biota target penelitianmenjadi hal yang sangat penting. FilumPorifera (spons) dan karang lunak dapatmenjadi target yang tepat, oleh karenakedua jenis biota laut ini memiliki diversitassenyawa bioaktif tinggi (Faulkner 2001;Bhakuni & Rawat 2005; Pawlink 1993).

    mailto:[email protected]:[email protected]
  • 7/25/2019 03_volume_xiv_no._20_mei_2015

    2/10

    Keterbaruan ini, bisa dari sisiinformasi rantai struktur, gugus fungsi, danjuga rotasi atom kiral dari suatu senyawayang ditemukan.

    Selain pemilihan dari jenis sampel,penapisan sampel dalam jumlah yang besar

    dari suatu hasil eksplorasi lapangan hinggake indetifikasi senyawa bioaktifnya harusdiarahkan agar secara cepat sehingga dapatmenapis biota-biota yang potensial memilikisenyawa baru. Li & Vederas (2009)menerangkan bahwa teknik pengarahan inidisebut dengan High Troughput Screening(HTS). Aplikasi dari HTS akanmengoptimalkan bahan baku spons dankarang lunak, karena relatif jumlahnya lebihterbatas jika dibandingkan dengan bahanbaku untuk eksporasi dari biota darat.

    Hal inilah yang mendasari penulisan

    makalah ini. Berdasarkan telaahkepustakaan, makalah ini akan menjelaskanteknik HTS yang dapat diterapkan padasuatu penelitian yang memiliki targetmenemukan senyawa baru dari biota sponsdan karang lunak. Penelaahan akan dimulaidari karakteristik senyawa-senyawa yangberasal dari spons dan karang lunak,kemudian dilanjutkan dengan secara umumteknik HTS untuk isolasi dan identifikasisenyawa bioaktif dari kedua jenis biota iniyang berbeda dengan penelusuran senyawaaktif biota darat umumnya. Selanjutnya,

    akan dipaparkan aplikasi dari teknik HTS iniuntuk mengidentifikasi beberapa senyawabioaktif baru dari spons dan karang lunakasal Kepuluan Seribu.

    KARAKTERISTIK SENYAWA BIOAKTIFDARI SPONS DAN KARANG LUNAK

    Walaupun merupakan dua biota yangmemiliki diversitas senyawa bioaktif tertinggidari biota laut, namun karakteristik senyawabioaktif dari kedua biota ini memilikiperbedaan yang mendasar. Senyawa aktifkarang lunak dihasilkan karang lunak itusendiri (Michalek-Wagner et al. 2000).Sementara, penelitian mengenaimikroorganisme simbion dari spons, sepertibakteri dan fungi, telah menemukan bahwabiota simbion inilah yang menghasilkansenyawa bioaktif (Uria & Piel 2009).

    Oleh karena senyawa bioaktif yangterdapat pada spons sangat dipengaruhioleh mikroba simbionnya, maka variasi darisenyawa bioaktif spons sangat tinggi(Pawlink 1993). Ekstrak dari spons dapatmengandung senyawa bioaktif jenis alkaloid,

    plavonoid, fenolik, terpenoid, steroid, danlainnya (Bhakuni & Rawat 2005). Variasijuga terlihat dalam ukuran berat molekulmaupun tingkat polaritasnya (Faulkner2001). Hal inilah yang menyebabkan sponsdan juga simbionnya kerap menjadi targetutama dalam eksplorasi untuk menemukansenyawa baru, baik pada tingkatankonfigurasi struktur, variasi gugus fungsi,maupun rotasi atom kiral yang baru.

    Sementara pada karang lunak, tingkatvariasi konfigurasi stuktur relatif lebih sedikit.Walaupun telah dilaporkan bahwa

    ekstraknya dapat mengandung berbagaisenyawaan metabolit sekunder, yaituterpenoid, steroid, eicosanoid, alkaloid, danlain-lainnya, namun golongan utamasenyawa bioaktif dari biota ini adalah kelasterpenoid (Rocha et al. 2011; Sammarcol &Col 1992; Lages et al. 2006). Secaramayoritas senyawa bioaktif (antitumor)terpenoid dari karang lunak merupakankelas diterpenoid cembranoid yang berciriutama memiliki cincin utama 20 atom karbon(Januar et al. 2012; Januar et al. 2010).Oleh karena itu, secara umum, eksplorasi

    senyawa bioaktif dari karang lunak memilikipotensi menemukan konfigurasi rangka baruyang lebih rendah. Senyawa baru umumnyaakan ditemukan dari perbedaan gugusfungsi pada cincin utama dan juga rotasiatom kiral yang terdapat didalamnya.Kepolaran dari senyawa ini umumnyaterletak di area semipolar dan berbobotmolekul antara 200-600 dalton.

    TAHAP AWAL EKSPLORASI:PENAPISAN DEREPLIKASI DANFITOKIMIA NMR

    Pada tahapan dari eksplorasi HTS,sampel-sampel diurutkan berdasarkan skalaprioritasnya, tentang kemungkinannyamendapatkan senyawa jenis baru atau tidak.Diagram dari tahapan awal ini seperti yangterlihat dalam Gambar 1.

    Januaret al., 2015, Metode dan Aplikasi High Troughput Screening 24

  • 7/25/2019 03_volume_xiv_no._20_mei_2015

    3/10

    Gambar 1.Diagram alir tahapan awal eksplorasi HTS

    Pembuatan urutan prioritas sampel-sampel yang berpotensi memiliki senyawabaru ini dinamakan teknik dereplikasi(Januar et al. 2007). Teknik ini, seperti yangterlihat dalam diagram pada Gambar 1,dilakukan dengan mencuplik sedikit sampel,lalu difraksinasi dengan menggunakankolom analitis/semi-preparatif HPLC, danselanjutnya data spektroskopis fitokimiaNMR dan massa dari fraksi yangmenunjukan bioaktivitas tinggi dikomparasipada database senyawa yang telah ada(Januar et al. 2009). Hal yang sangatpenting adalah keterbaruan dari databaseyang dipergunakan. Database lama dapatmembuat kesalahan interpretasi, senyawayang telah terpublikasi belum masuk dalamdatabase tersebut (Corley and Durley 1994).

    Data spektroskopi yang dimasukkansebagai parameter pencarian dalamdereplikasi umumnya meliputi databioaktivitas secara kualitatif (sitotoksik,antibakteri, antioksidan, dan lainnya), sertaparameter massa dan juga geser kimia darigugus fungsi fraksi aktif di spectrometerNMR. Selain berguna untuk pengenalan

    cara cepat pada dereplikasi, golongansenyawa-senyawa aktif yang tidak terdapatpada database, dapat ditentukan melaluigeser kimia pada grafik

    1H-NMR, seperti

    pengujian fitokimia. Hasil dari FitokimiaNMR ini selaras dengan fitokimia klasik.Perbedaan utama adalah sampel yang diujidi spectrometer NMR dapat dipergunakankembali/tidak merusak, berbeda denganfitokimia klasik yang mereaksikan bahanekstrak sehingga tidak dapat dipakai untukpengujian lainnya. Oleh karena itu, teknik initepat pada eksplorasi biota laut yang secaraumum memiliki bahan baku terbatas. Selainitu, teknik ini akurat dalam pengenalan suatugolongan senyawa.Contohnya antara asamamino dan alkaloid. Pada fitokimia klasik,kedua jenis ini dapat kesalahan interpretasi,sementara pada spectra NMR, hal ini tidakakan terjadi. Olah ulang dari gugusanchemical shift dari Edwards (2008)menunjukan secara umum kelompoksenyawa yang umum dianalisis padafitokimia, seperti yang terlihat pada Gambar2.

    Ekstrak kasar / fraksi awal

    BioassayF1 F2 F3 F4 .. .. F60

    Anal is is Derepl ikasi : bertujuan untuk mengeliminasi senyawa-senyawa

    Yang telah diketahui pada riset yang berusaha menemukan senyawa baru.

    HPLC analitis dengan detektor DAD/MS/FTMS/NMR

    Fraksi teraktif

    Penelusuran pada

    database senyawa terpublikasi

    Berbayar : MarinLit + AntiMarine

    Gratis : Chemspider, NCBI, DNP.

    Data Spektroskopi

    Data spektroskopis dari fraksi aktif

    Sampel Prioritas Tinggi

    (probabilitas tinggi terdapat

    senyawa baru)

    Sampel Prioritas Rendah

    (probabilitas rendah terdapat

    senyawa baru)

    ditemukan

    Tidak ditemukan

    25 Omni-Akuatika Vol. XIV No. 20 Mei 2015 : 2332

  • 7/25/2019 03_volume_xiv_no._20_mei_2015

    4/10

    Gambar 2.Gugus senyawa kimia pada spektroskopi1H-NMR (Modified from Edwards 2008)

    Aplikasi teknik dereplikasi danfitokimia NMR dalam identifikasi cepatsuatu senyawa bioaktif misalnya yangdilakukan oleh Januar et al. (2007) dalampengenalan senyawa regulator osmosis,

    yang memiliki sifat antitumor yaitutrigoneline dan aminozooanemonin, darispons Petrosia sp. dari Kepulauan Pari(Gambar 3). Teknik yang dilakukannya iniberbasis kepada data spektroskopi

    1H-NMR.

    Pada tahapan awal dilakukan fraksinasipada kromatografi kinerja tinggi di skalasemi-preparatif (10 mg/mL sebanyak 5 mL).

    Tiap fraksi ditampung dalam vial padaselang tiap 30 detik. Selanjutnya,keseluruhan fraksi di uji aktivitasnya,sehingga didapatkan satu puncak aktif. Hasiluji fitokimia NMR menemukan bahwa

    senyawa yang terkandung dalam fraksi aktifadalah senyawa yang memiliki gugus cincinterkonjugasi, dan juga memiliki atomnitrogen dalam cincin, sehingga termasukpada golongan senyawa alkaloid.Penelusuran pada database MarinLitmenemukan bahwa kedua senyawa adalahtrigoneline dan aminozooanemonin.

    alkaloidOksigenasi/fenolik/tannin

    Terpenoid

    Asam Lemak

    Susilo., 2015, Metode dan Aplikasi High Troughput Screening 26

  • 7/25/2019 03_volume_xiv_no._20_mei_2015

    5/10

    Gambar 3.Teknik dereplikasi dan fitokimia1H-NMR pada pengenalan cara cepat dari senyawa

    bioaktif yang telah ditemukan (Januar et al. 2007)

    ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIF

    Setelah diperoleh susunan prioritassampel yang memiliki potensi tinggimengandung senyawa aktif baru, prosesisolasi dan identifikasi dilakukan denganpanduan bioassay atau yang sering disebutdengan bioassay guided fractionation(Lpez-Prez et al. 2007). Secara umum,ekstrak etanol/methanol dari biota laut,seperti spons dan karang lunak, memilikikadar garam yang cukup tinggi. Oleh karenaitu, tahapan awal dari isolasi harusdilakukan dengan eliminiasi kandungananorganik ini terlebih dahulu. Cara

    melakukan hal ini adalah denganmelewatkan ekstrak pada kolom SPE flashchromatography C18, dengan fasa gerakmethanol dan diklorometana (Noyer et al.2011). Setelah itu, ekstrak bebas garam inibaru difraksinasi dan isolasi secaraberurutan pada kolom HPLC preparatif(skala sampel 2-150 g), semipreparatif (0,1-2 g), dan analitis (100-200 mg), hinggadidapatkan isolat senyawa bioaktif daritarget.

    Setelah senyawa terisolasi, yangdibuktikan dengan keselarasan integrasi

    pada grafik geser kimia

    1

    H-NMR, proseskarakterisasi secara kimiawi dilakukan

    sebelum karakterisasi secara biologis. Halini disebabkan elusidasi struktur kimiawidengan NMR, isolat harus terdapat jumlah

    yang cukup tinggi, berkisar antara 5-10 mg.Setelah karakterisasi kimiawi dilakukan,sampel dapat dipergunakan lebih lanjutpada karakterisasi biologis, seperti tingkatselektivitas sitotoksik isolat pada beberapasel tumor, mekanisme kerjanya, dan lainnya.Data utama yang dibutuhkan pada elusidasikimiawi meliputi data geser kimia proton,karbon, korelasi antara karbon-proton, sertarotasi aktif dari tiap atom kiral untukmengetahui pola stukturnya secara dua dantiga dimensi (Januar et al. 2010).

    APLIKASI HTS PADA ISOLASI SENYAWABIOAKTIF DARI SPONS DAN KARANGLUNAK

    Aplikasi dari teknik HTS ini dengancepat dapat mengidentifikasi senyawa yangtelah terpublikasi dan juga beberapasenyawa baru. Aplikasi ini, pada penapisanyang dilakukan terhadap beberapa jenissampel spons dan karang lunak asalKepulauan Seribu mendapatkan senyawa-senyawa menarik sebagai berikut.

    Senyawa Osmo-regulator dari SponsPetrosiasp.

    Conjugated

    Ring

    Alkaloid

    N Ring

    Fraksinasi HPLC Semi-analitis

    Fraksi aktif

    antitumor

    1H-NMR dari fraksi aktif

    Perbesaran areal cincin and nitrogen

    Interpretasi 1H-NMR

    MarineLIt: Trigonelline + Aminozooanemonin

    27 Omni-Akuatika Vol. XIV No. 20 Mei 2015 : 23 - 32

  • 7/25/2019 03_volume_xiv_no._20_mei_2015

    6/10

    Penelitian dengan cara HTS yangdilakukan oleh (Januar et al. 2007) telahmenemukan tiga senyawa osmo-regulatoryang terdapat pada Petrosia sp. asalPerairan Pulau Pari, Kepulauan Seribu.Ketiga senyawa yang sudah diketahui pada

    golongan alkaloid betaines ini adalahhomarine, aninozooanemonin, dantrigoneline (Gambar 4). Hal yang menarik

    secara ekologis adalah tingginya kosentrasidari senyawa alkaloid betaines di dalamPetrosia sp. asal Kepulauan Pari. Sebagaisenyawa osmo-regulator, keberadaanbetaines merupakan upaya dari spons untukmenyeimbangkan kerusakan sel dengan

    peluruhan asam amino akibat stressor dariluar sel (Viant et al. 2003). Hal ini menjadiindikator secara ekologis bahwa biota

    yang dianalisis pada penelitian sedangberada pada kondisi tidak sehat (Januar etal. 2007).

    Gambar 4.Senyawa antitumor Petrosiasp. Kepulauan Pari (Januar et al. 2007)

    Senyawa Sitotoksik Aaptos sp. danStyl issasp.

    Pada tahapan dereplikatif, jugaditemukan bahwa Spons Aaptos sp. danStylissasp. yang memiliki bioaktivitas tinggisebagai antitumor dan antibakteri.

    Penelusuran data spektroskopisnya didatabase menemukan bahwa Aaptos sp.mengandung senyawa aktif alkaloidaaptamine dan isoaaptamine sementaraserta Stylissa sp. mengandung senyawaalkaloid terhalogenasi, yaitu hymeniasidine,stevensine, dan dibromocantharelline(Gambar 5). Secara ekologis hal yangmenarik ditemukan adalah konsentrasi dari

    senyawa sitotoksikAaptossp. sangat tinggi.Jika umumnya biota ini hanya mengandungsebesar 5% aaptamine dalam ekstraknya,maka Aaptossp. yang diambil dari perairanPulau Karya ini mengandung senyawa aktiftersebut sebesar 55% (Dewi et al. 2010).Tingginya kandungan pencemaran nitrogendalam perairannya memiliki keterkaitanterhadap tingginya produksi dari senyawa iniolehAaptossp (Dewi et al. 2010). Hal yangselaras juga ditemukan pada ekstrak dariStylissasp. yang ditemukan meningkat padazona penduduk. Diperkirakan run-off bakteriterrestrial memicu tingginya produksisenyawa antibakteri pada biota ini(Marraskuranto et al. 2013).

    Susilo., 2015, Metode dan Aplikasi High Troughput Screening 28

  • 7/25/2019 03_volume_xiv_no._20_mei_2015

    7/10

    Gambar 5. Senyawa bioaktif antitumor dan antibakteri dariAaptossp.dan Stylissasp.(Januar et al. 2009; Dewi et al. 2010)

    Senyawa Antitumor Nephthea sp. danSarcophytonsp.

    Penelitian bioprospeksi terhadap biotakarang lunak akan mendapatkan golongansenyawa diterpenoid-cembranoid. Pada duajenis karang lunak, yaitu Nephthea sp. danSarcophyton sp. asal Kepulauan Seribu

    menggunakan teknik HTS telah ditemukan10 jenis senyawa diterpenoid dan satu asamlemak. Pada analisis yang dilakukan oleh(Januar et al. 2010) terhadap Nephtheasp.,teridentifikasi 8 jenis senyawa sitotoksik

    (Gambar 6) dengan 6 jenis senyawacembranoid yang telah diketahui (2-7), satujenis senyawa asam lemak yang telahdiketahui (8), dan satu jenis senyawacembranoid baru (1). Terdapat hal yangmenarik pada wilayah perairan KepulauanSeribu ini, senyawa 15-hidroksi cembranoid

    (3) ditemukan pada jumlah yang besar diwilayah tereutrofikasi tinggi, sementarasenyawa baru 3,4 epoksi nephthenol asetat(1), hanya ditemukan di wilayah yangberkadar nutrient rendah (Januar et al.2011).

    29 Omni-Akuatika Vol. XIV No. 20 Mei 2015 : 23 - 32

  • 7/25/2019 03_volume_xiv_no._20_mei_2015

    8/10

    Gambar 6.Senyawa bioaktif sitotoksik dari Nephtheasp.asal kepulauan Seribu

    (Januar et al. 2010)

    Sementara penapisan yang dilakukanterhadap senyawa sitotoksik dari

    Sarcophyton sp. asal Kepulauan Seribu

    menemukan senyawa cembranoid yangmemiliki tingkat sitotoksititas tinggi (Gambar

    7).

    Gambar 7.Senyawa bioaktif sitotoksik dari Sarcophytonsp.asal kepulauan Seribu (Iswani et al.2014)

    KESIMPULAN

    Terumbu karang tropis Indonesiamerupakan areal yang potensial untuk risetbioprospeksi yang bertujuan menemukansenyawa farmakologis baru. Namunberbeda dengan sumberdaya bahan alamdari wilayah teresterial, bahan baku untukpenelitian kimia bahan alam dari biota laut,seperti spons dan karang lunak, jauh lebih

    terbatas. Oleh karena itu, penggunaan

    teknik High Troughput Screening, denganimplementasi peralatan kimiawi dan biologiyang baik, diperlukan untuk mengidentifikasisenyawa-senyawa baru dari spons dankarang lunak.

    DAFTAR PUSTAKABhakuni, D.S., Rawat, D.S. 2005. Bioactive

    Marine Natural Products,Berlin/Heidelberg: Springer-Verlag.

    Sarcophytoxida Sarcophytol Sarcophytolida

    Susilo., 2015, Metode dan Aplikasi High Troughput Screening 30

  • 7/25/2019 03_volume_xiv_no._20_mei_2015

    9/10

    Corley, D.G., Durley, R.C. 1994. Strategiesfor database dereplication of naturalproducts. Journal of Natural Products57, 14841490.

    Dewi, A.S., Hadi, T.A., Januar, H.I. Pratitis,A., Chasanah, E. 2010. Study on The

    Effects of Pollutants on The Productionof aaptamines and the cytotoxicity ofcrude extract fromAaptos suberitoides.Squalen 7, 97104.

    Edwards, J.C, 2008. Principles of NMR.Process NMR Associates LCC, pp.127. Available at: http://www.process-nmr.com/nmr1.thm.

    Faulkner, D.J. 2001. Marine naturalproducts. Natural Product Reports 18,149.

    Harvey, A.L., 2008. Natural products in drugdiscovery. Drug Discovery Today,

    13(October), pp.894901.Iswani, S., Tohir, D., Januar, H.I. 2014.

    Identification of Cytotoxic Compoundsin Soft Coral Sarcophyton sp. fromPanggang Island Water, Seribu IslandsNational Parks. Journal of IndonesianPharmacy, p. In Press.

    Januar, H.I., Chasanah, E., Motti, C.A.,Tapiolas, D.M., Liptrot, C.H., Wright,A.D. 2010. Cytotoxic Cembranes fromIndonesian Specimens of the Soft coralNephthea sp. Marine Drugs 8, 21422152.

    Januar, H.I., Hendrarto, B., Chasanah, E.,Wright, A.D. 2011. Nephthea sp .:Correlation Between Natural ProductsProduction and Pressure from LocalEnvironmental Stressors. Journal ofMarine Science: Research &Development, S8, 18.

    Januar, H.I., Marraskuranto, E., Patantis, G.& Chasanah, E. 2012. LC-MSmetabolomic analysis of environmentalstressor impacts on the metabolitediversity in Nephthea spp. Chroniclesof Young Scientists 3, 5762.

    Januar, H.I., Motti, C.A., Tapiolas, D.M.,Wright, A.D. 2009. Dereplicationanalysis of indetification of antibacterialcompounds in Axinella sponges fromKarimunjawa Islands waters.Indonesian Journal of Marine andFisheries Post-harvest andBiotechnology 4, 7986.

    Januar, H.I., Patmaesari, L., Wikanta, T.,Chasanah, E. 2007. Dereplicationanalysis of bioactive substances inpolar fraction of Petrosia sp.fromSeribu Islands waters. Indonesian

    Journal of Marine and Fisheries Post-harvest and Biotechnology 2, 129136.

    Lages, B.G., Fleury, B.G., Ferreira, C.E.L.,Pereira, R.C. 2006. Chemical defenseof an exotic coral as invasion strategy.Journal of Experimental Marine Biology

    and Ecology 328, 127135.Leal, M.C., Puga, J., Serdio, J., Gomes,

    N.C.M., Calado, R. 2012. Trends in thediscovery of new marine naturalproducts from invertebrates over thelast two decades--where and what arewe bioprospecting? PloS One 7,e30580.doi:10.1371/journal.pone.0030580

    Li, J.W.H., Vederas, J.C., 2009. DrugDiscovery and Natural Products: Endof an Era or an Endless Frontier?.Science 325, 161165.

    Lpez-Prez, J.L., Thern, R., del Olmo, E.,Daz, D. 2007. NAPROC-13: adatabase for the dereplication ofnatural product mixtures in bioassay-guided protocols. Bioinformatics 23,32563257.

    Marraskuranto, E., Chasanah, E., Januar,H.I., Soesilowati, R., Fajarningsih,N.D., Patantis, G. 2013. Efek StressorAntropogenik pada Senyawa Bioaktifdari Biota Terumbu Karang. LaporanTeknis Balai Besar Penelitian danPengembangan Pengolahan Produk

    dan bioteknologi Kelautan danPerikanan.

    Michalek-Wagner, K., Bowden, B.F., Effects,B.F. 2000. Effects of bleaching onsecondary metabolite chemistry ofalcyonacean soft corals. Journal ofChemical Ecology 26,15431562.

    Noyer, C., Thomas, O.P., Becerro, M.A.2011. Patterns of Chemical Diversity inthe Mediterranean Sponge Spongialamella. PloS One 6, p.e20844. DOI:10.1371/journal.pone.0020844.

    Pawlink, J.R., 1993. Marine Invetebrate

    Chemical Defenses. Chemical Reviews93, 19111922.

    Rocha, J., Peixe, L., Gomes, N.C.M.,Calado, R. 2011. Cnidarians as asource of new marine bioactivecompounds--an overview of the lastdecade and future steps forbioprospecting. Marine Drugs 9, 186086.

    Sammarcol, P.W., Col, J.C. 1992. Chemicaladaptations in the Octocorallia:evolutionary considerations. MarineEcology Progress Series 88, 93-104.

    31 Omni-Akuatika Vol. XIV No. 20 Mei 2015 : 23 - 32

  • 7/25/2019 03_volume_xiv_no._20_mei_2015

    10/10

    Uria, A., Piel, J. 2009. Cultivation-independent approaches to investigatethe chemistry of marine symbioticbacteria. Phytochemistry Reviews 8,401414.

    Viant, M.R., Rosenblum, E.S., Tjeerdema,

    R.S. 2003. NMR-Based Metabolomics:A Powerful Approach forCharacterizing the Effects ofEnvironmental Stressors on OrganismHealth. Environmental Science &Technology 37, 49824989.

    Susilo., 2015, Metode dan Aplikasi High Troughput Screening 32