03brs_kebun
TRANSCRIPT
Berita Resmi Statistik No.85/12/12 Th. XVII, 23 Desember 2014 1
No. 85/12/12 Th. XVII, 23 Desember 2014
STRUKTUR ONGKOS USAHA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT, KARET, DAN
KAKAO TAHUN 2014
RATA-RATA JUMLAH BIAYA USAHA KELAPA SAWIT MENCAPAI 53,99 % DARI TOTAL NILAI PRODUKSI
1. PENDAHULUAN
Salah satu target dalam Nawa Cita ke 7 adalah mewujudkan kemandirian ekonomi dengan
menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik dengan membangun kedaulatan pangan,
mewujudkan kedaulatan energi, mewujudkan penguatan teknologi melalui kebijakan penciptaan dan
sistem inovasi nasional. Salah satu komoditas tanaman perkebunan yang diharapkan mampu swasembada
adalah tebu yang merupakan tanaman penghasil produk gula. Sesuai amanat Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 16 tahun 1997 tentang statistik, Badan Pusat Statistik (BPS) menyelenggarakan Sensus
Pertanian setiap 10 tahun sekali. Kegiatan Sensus Pertanian 2013(ST2013) merupakan kegiatan sensus
yang keenam yang diselenggarakan oleh BPS.
Pelaksanaan ST2013 dilakukan secara bertahap, dimulai dari Pemutakhiran Direktori Perusahaan
Pertanian tahun 2012, Pencacahan Lengkap Usaha Pertanian pada Mei 2013, dan dilanjutkan Survei
BADAN PUSAT STATISTIK
A. Kelapa Sawit
Rata-rata biaya produksi usaha perkebunan kelapa sawit setahun per hektar mencapai Rp 10,47 juta.
Biaya pengeluaran usaha perkebunan kelapa sawit yang paling besar yaitu untuk tenaga kerja sebesar
18,05 persen, dengan jenis kegiatan terbesar berada pada proses pemanenan yang mencapai 12,39
persen dari seluruh total biaya.
B. Karet
Rata-rata biaya produksi usaha perkebunan karet setahun per hektar mencapai Rp 8,74 juta.
Biaya pengeluaran usaha perkebunan karet yang paling besar yaitu biaya untuk tenaga kerja sebesar
42,33 persen, dengan jenis kegiatan terbesar berada pada proses pemanenan yang mencapai 35,98
persen dari seluruh total biaya.
C. Kakao
Rata-rata biaya produksi usaha perkebunan kakao setahun per hektar mencapai Rp 25,49 juta.
Biaya pengeluaran usaha perkebunan tebu yang paling besar yaitu biaya untuk tenaga kerja sebesar
47,79 persen, dengan jenis kegiatan terbesar berada pada proses pemanenan yang mencapai 22,99
persen dari seluruh total biaya.
BPS PROVINSI SUMATERA UTARA
Berita Resmi Statistik No. 85/12/12 Th. XVII, 23 Desember 2014 2
Pendapatan Rumah Tangga Usaha Pertanian (SPP2013) pada November 2013, serta Survei Rumah
Tangga Usaha Subsektor Pertanian tahun 2014 sebagai rangkaian terakhir dari kegiatan ST2013. Dalam
Berita Resmi Statistik (BRS) ini, disajikan data tentang sumber pembiayaan, distribusi hasil produksi dan
struktur ongkos kegiatan rumah tangga usaha perkebunan yang terdiri dari komoditas kelapa sawit, karet
dan tebu
2. SUMBER PEMBIAYAAN DAN DISTRIBUSI HASIL PRODUKSI
Hasil ST2013 subsektor perkebunan menunjukkan bahwa sumber pembiayaan kegiatan rumah
tangga usaha perkebunan sebagian besar berasal dari biaya sendiri baik untuk komoditas kelapa sawit,
karet maupun kakao. Pada komoditas kelapa sawit sebagian besar sumber pembiayaan berasal dari biaya
sendiri sebesar 96,44 %, pinjaman dengan bunga sebesar 1,69 %, pinjaman tanpa bunga sebesar 1,29%
dan sumber lainnya sebesar 0,58 %,. Kondisi yang sedikit berbeda terlihat pada sumber pembiayaan
usaha perkebunan karet dengan kontribusi dari sumber pembiayaan dari modal sendiri yang besar hingga
mencapai 97 % dari total pembiayaan, sedangkan sumber pembiayaan yang berasal dari sumber lainnya
sebesar 1,23 %.
Gambar 1. Sumber Pembiayaan Rumah Tangga Usaha Perkebunan
Hasil produksi komoditas kelapa sawit sebagian besar dijual ke pedagang pengumpul sebesar
94,51 % dari total produksi, kemudian untuk perusahaan perkebunan/industri (4,10 %), dan paling kecil
di distribusikan untuk stok (0,03 %). Sementara itu hasil produksi perkebunan komoditas karet paling
besar di distribusikan untuk pedagang pengumpul (90,19 %), kemudian yang di distribusikan untuk pasar
(8,84 %), perusahaan perkebunan/industri (0,38), KUD/Koperasi Perkebunan (0,25
Untuk komoditas kakao sebagian besar dijual ke pedagang pengumpul sebesar 86,40 persen dari
total produksi, pasar 12,51 persen, perusahaan perkebunan/industry (0,40 %), KUD/Koperasi Perkebunan
(0,28) dan sisanya untuk stok sebesar 0,02 persen.
Berita Resmi Statistik No.85/12/12 Th. XVII, 23 Desember 2014 3
Tabel 1. Distribusi Hasil Produksi Rumah Tangga Usaha Perkebunan
Distribusi Komoditas
Kelapa Sawit Karet Kakao
(1) (2) (3) (4)
Dikonsumsi Sendiri 0,31 0,21 0,39
KUD/Koperasi Perkebunan 0,09 0,25 0,28
Pasar 0,96 8,84 12,51
Pedagang pengumpul 94,51 90,19 86,40
Perusahaan perkebunan/industri 4,10 0,38 0,40
Stok 0,03 0,14 0,02
JUMLAH 100.00 100.00 100.00
3. STRUKTUR ONGKOS RUMAH TANGGA USAHA PERKEBUNAN
Hasil ST2013 sub sektor juga memberikan informasi tentang struktur ongkos rumah tangga usaha
perkebunan. Seperti tampak pada gambar 2 terlihat bahwa secara umum rata-rata jumlah biaya untuk
kegiatan usaha tanaman kakao paling besar dibandingkan dengan kelapa sawit dan karet. Rata-rata jumlah
total biaya usaha tanaman kakao selama setahun mencapai 73,73 % dari total nilai produksi. Sementara
untuk komoditas karet rata-rata jumlah biaya yang dikeluarkan selama setahun jika dibandingkan dengan
nilai produksi mencapai 72,04 % dan kelapa sawit sebesar 53,99 %. Dari hasil ini secara relatif kegiatan
usaha tanaman kelapa sawit lebih menguntungkan dibandingkan komoditas karet atau kakao.
Gambar 2. Perbandingan Rata-Rata Biaya Usaha Perkebunan
Terhadap Nilai Produksi
73,73
72,04
53,99
0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00 100,00
Kakao
Karet
Kelapa Sawit
Nilai Produksi Pengeluaran
Pada komoditas kelapa sawit sebagian besar biaya digunakan untuk membayar upah tenaga kerja
sebesar 33,42 % dengan jenis kegiatan terbesar berada pada proses pemanenan yang mencapai 22,96 %
dari seluruh total biaya. Jenis biaya lain yang juga cukup besar di struktur biaya komoditas kelapa sawit
adalah biaya pupuk yang mencapai 18,41 %. Sementara itu rata-rata jumlah biaya sewa lahan, pestisida
dan stimulan masing-masing mencapai 5,11 %, 1,69 % dan 0,02 %. Struktur biaya komoditas tanaman
karet secara relatif memiliki kesamaan dengan kegiatan tanaman kelapa sawit, namun dari sisi biaya
Berita Resmi Statistik No. 85/12/12 Th. XVII, 23 Desember 2014 4
tenaga kerja untuk pemanenan menghabiskan porsi paling besar diantara semua biaya yang dibayarkan
mencapai 49,94 % dari total biaya tenaga kerja.
Sementara pada jenis kegiatan usaha tanaman kakao memiliki pola struktur rata-rata biaya yang
sedikit berbeda dengan komoditas kelapa sawit dan karet. Pada komoditas kakao, rata-rata biaya untuk
jasa pertanian relatif cukup besar yang mencapai hingga 2,72 %.
Tabel 2. Nilai Produksi Dan Biaya Per Hektar Usaha
Uraian
Komoditas
Kelapa Sawit Karet Kakao
Nilai
(000 Rp) %
Nilai
(000 Rp) %
Nilai
(000
Rp)
%
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Nilai Produksi 19.398,64 - 12.135,67 - 34.558,45 -
Biaya 10.466,94 100,00 8.744,36 100,00 25.491,41 100,00
1. Benih/Penyisipan
2. Tanaman pelindung
38,59
7,84
0,37
0,08
65,73
0.17
0,75
0,00
186,49
8,23
0,73
0,03
3. Pupuk 1.927,05 18,41 235,13 2,69 2.296,78 9,02
4. Stimulan 1,45 0,02 1,46 0,02 72,34 0,29
5. Pestisida 176,69 1,69 51,68 0,59 442,40 1,74
6. Tenaga kerja 3.498,97 33,42 5.139,34 58,77 16.518,13 64,78
a. Pengolahan lahan 66,21 0,63 188,84 2,16 591,41 2,32
b. Penanaman pohon pelindung 1,04 0,01 0,26 0,00 26,64 0,10
c. Penanaman tanaman perkebunan 24,36 0,23 64,59 0,74 312,04 1,22
d. Pemeliharaan 626,29 5,98 400,80 4,58 2.495,87 9,79
e. Pemupukan 247,05 2,36 76,97 0,88 655,37 2,57
f. Pengendalian OPT 110,12 1,05 35,56 0,41 1.086,37 4,26
g. Pemanenan 2.403,34 22,96 4.366,90 49,94 7.946,49 31,17
h. Pengeringan/penjemuran 20,56 0,20 5,42 0,06 3.403,94 13,35
7. Sewa lahan 534,95 5,11 162,24 1,86 706,18 2,77
8. Sewa alat dan sarana 3,89 0,04 0,44 0,01 44,40 0,17
9. Jasa Pertanian 58,43 0,56 16,63 0,19 692,24 2,72
10. Pengeluaran lainnya 4.219,08 40,30 3.071,54 35,12 4.524,22 17,75
4. KONSEP DAN DEFINISI
Kegiatan pencacahan Sensus Pertanian 2003 sub sektor perkebunan dilakukan dengan pendekatan
rumah tangga dimana setiap rumah tangga usaha perkebunan dilakukan pencacahan di lokasi tempat
tinggal rumah tangga tersebut berada. Penentuan suatu rumah tangga sebagai rumah tangga usaha
perkebunan yang menjadi sampel rumah tangga mengacu pada syarat Batas Minimal Usaha (BMU)
Kelapa Sawit, Karet, dan Kakao.
Rumah Tangga Usaha Perkebunan adalah rumah tangga yang salah satu atau lebih anggota
rumah tangganya mengelola usaha perkebunan dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya untuk dijual,
baik usaha pertanian milik sendiri, secara bagi hasil, atau milik orang lain dengan menerima upah, dalam
hal ini termasuk jasa pertanian.
Ongkos/biaya yang dicatat adalah biaya yang benar-benar telah digunakan (bukan jumlah yang
dibeli/disimpan) selama setahun yang lalu. Benih, tanaman pelindung, pupuk, stimulan, dan pestisida
yang bukan pembelian diperkirakan nilainya sesuai harga setempat.
Penghitungan ongkos dan biaya pada tanaman tahunan adalah seluruh ongkos dan biaya yang
dikeluarkan selama setahun yang lalu untuk seluruh bidang tanaman. Sedangkan pada tanaman semusim,
Berita Resmi Statistik No.85/12/12 Th. XVII, 23 Desember 2014 5
penghitungan struktur ongkos berdasarkan pada seluruh pengeluaran tanaman perkebunan semusim
terpilih yang panen selama setahun yang lalu.