03210004
TRANSCRIPT
1
MITOS TIBA RAMPAS DALAM PERNIKAHAN JAWA
(Studi Kasus di Dusun Sembung, Desa Cengkok, Kecamatan Ngronggot, Kabupaten Nganjuk)
SKRIPSI
Oleh: Muzakki Zakaria
03210004
JURUSAN AL-AHWAL AL-SYAKHSYIYYAH FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALA NG 2009
2
MITOS TIBA RAMPAS DALAM PERNIKAHAN JAWA
(Studi Kasus di Dusun Sembung, Desa Cengkok, Kecamatan Ngronggot, Kabupaten Nganjuk)
Skripsi
Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (S.H.I.)
Oleh: Muzakki Zakaria
03210004
JURUSAN AL-AHWAL AL-SYAKHSYIYYAH FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALA NG 2009
3
MOTTO
ري يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله ولتنظر نفس ما قدمت لغد واتقوا الله إن الله خب بما تعملون
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.1
سيأ رأوا وما حسن اهللا عند فهو حسنا المسلمون رأى فما
وفه دء اهللا عنيس
Apa yang dipandang baik oleh kaum muslimin, maka dalam pandangan Allah akan baik, dan apa yang dipandang buruk oleh kaum muslimin,
maka dalam pandangan Allah pun buruk.2
1 Qs Al-Hasyr Ayat 18. 2 Ahmad Bin Hanbal, Al-Musnad Juz I, (Kairo: Dar el Hadis, 2005), 505.
4
PERSEMBAHAN
Kepada ibuku tercinta dan ayahku, kakaku Nurul lailiyah,Zulia fitriani yang telah
mendampingi aku dengan penuh kasih sayang, kesabaran, dan limpahan materimaupun spritual mulai dari kecil sampai sekarang ,dan semua keluargaku
yang memberi semangat untuk terus belajar.
Semua guru-guruku mulai dari kecil sampai sekarang yang tidak mungkin disebut satu persatu, yang telah memberikan ilmu yang tiada harganya dan sangat
bermanfaat, sehingga aku bisa seperti ini.
Sahabat-sahabatku dan teman-teman akrabku Lukman, Idham, Viki, Miftah, Agus, Eno, Ali, Bowo,Ery, As’ad, yang selalu menghibur diriku dan membantuku tentang banyak hal; Teman-teman PKLI Kepanjen, sahabat-sahabat di markas besar GAPES
yang telah memberikan banyak kesan,pesan padaku dan menemani aku dalam keadaan suka dan duka.
Teman-temanku base camp “Ad-Dahr” Ponorogo, Alumni Purwoasri 2003 dan
orang-orang yang berada di dalamnya yang telah memberi banyak tambahan ilmu, pengalaman dan warna dalam kehidupanku.
Semua teman-teman Syari’ah (CAESYAR) angkatan 2003 yang tidak mungkin
disebut satu persatu, yang telah memberikan banyak hal pada diriku.
5
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Demi Allah,
Dengan kesadaran dan rasa tanggung jawab terhadap pengembangan keilmuan,
penulis menyatakan bahwa skripsi dengan judul:
MITOS TIBA RAMPAS DALAM PERNIKAHAN JAWA (Studi kasus di Dusun Sembung, Desa Cengkok, Kecamatan Ngronggot,
Kabupaten Nganjuk) benar-benar merupakan karya ilmiah yang disusun sendiri, bukan duplikasi atau
memindah data milik orang lain. Jika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini ada
kesamaan, baik isi, logika maupun datanya, secara keseluruhan atau sebagian, maka
skripsi dan gelar sarjana yang diperoleh karenanya secara otomatis batal demi
hukum.
Malang, 20 April 2009
Penulis,
Muzakki Zakaria NIM 03210004
6
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Pembimbing penulisan skripsi saudara Muzakki Zakaria, NIM 03210004, mahasiswa
Jurusan al-Ahwal al-Syakhsyiyyah Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang. Setelah membaca, mengamati kembali berbagai
data yang ada di dalamnya dan mengoreksi, maka skripsi yang bersangkutan dengan
judul:
MITOS TIBA RAMPAS DALAM PERNIKAHAN JAWA (Studi kasus di Dusun Sembung, Desa Cengkok, Kecamatan Ngronggot,
Kabupaten Nganjuk) telah dianggap memenuhi syarat-syarat ilmiah untuk disetujui dan diajukan pada
majelis penguji skripsi.
Malang, 20 April 2009 Pembimbing,
Drs. M. Fauzan Zenrif, M. Ag. NIP 150303047
7
HALAMAN PERSETUJUAN
MITOS TIBA RAMPAS DALAM PERNIKAHAN JAWA (Studi kasus di Dusun Sembung, Desa Cengkok, Kecamatan Ngronggot,
Kabupaten Nganjuk)
SKRIPSI
oleh: Muzakki Zakaria
NIM 03210005
Telah diperiksa dan disetujui Oleh Dosen Pembimbing:
Drs. M. Fauzan Zenrif, M.Ag NIP 150303047
Mengetahui, Ketua jurusan Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah
Zaenul mahmudi, M.A NIP 150295155
8
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Dewan penguji skripsi saudara Muzakki Zakaria, NIM 03210004, mahasiswa
Jurusan al-Ahwal al-Syakhsyiyah Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang angkatan 2003, dengan judul:
MITOS TIBA RAMPAS DALAM PERNIKAHAN JAWA (Studi kasus di Dusun Sembung, Desa Cengkok, Kecamatan Ngronggot,
Kabupaten Nganjuk)
telah dinyatakan lulus dengan nilai B+ Dewan Penguji:
1. Erfaniyah Zuhriyah, M.H ( _____________________ ) NIP 150284095 (Ketua)
2. Drs. M. Fauzan Zenrif, M. Ag ( _____________________ ) NIP 150303047 (Sekretaris)
3. Dr. Saifullah, S.H, M. Hum ( _____________________ ) NIP 150303048 (Penguji Utama)
Malang, 20 April 2009 Dekan, Drs.Hj. Tutik Hamidah, M.Ag. NIP 150224886
9
KATA PENGANTAR Bismilla>hirrahma>nirrahi>m
Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya
ilmiah berupa skripsi ini. Shalawat serta salam tidak lupa penulis limpahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan para
pengikutnya sampai hari akhir.
Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dan mendukung pembuatan karya ilmiah berupa skripsi ini sehingga dapat
terselesaikan, terutama kepada:
1. Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang.
2. Drs. Hj.Tutik Hamidah, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Syari’ah Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang .
3. Drs.M. Fauzan Zenrif M. Ag., selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
4. Segenap dosen Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang.yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat dan berguna bagi
penulis untuk tugas dan tanggung jawab selanjutnya.
5. K.H Arif Yahya, K.H Abdurrohman Yahya, K.H Abdurrokhim Yahya,
K.H Baidowi Muslih, K.H Sohibul Kahfi yang telah memberikan bimbingan
spiritual.
10
6. Teman-temanku di Fakultas Syari’ah angkatan 2003, yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam proses penulisan skripsi ini.
Akhirnya dengan segala keterbatasan pengetahuan dan waktu penulis,
sekiranya dengan segala kelebihan dan kekurangan pada skripsi ini, diharapkan dapat
memberikan sumbangan bagi khazanah ilmu pengetahuan, khususnya bagi pribadi
penulis dan Fakultas Syari’ah Jurusan Al-Ahwal Al-Syakhsyiyyah, serta semua
pihak yang memerlukan. Untuk itu penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya dan
mengharapkan kritik serta saran dari para pembaca demi sempurnanya karya ilmiah
selanjutnya.
Malang, 20 April 2009 Penulis
11
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i HALAMAN MOTTO ......................................................................................... ii HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ iii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ....................... ............................... iv HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................... .......................... v HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................... vi HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI............................................................ vii KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii DAFTAR ISI ....................................................................................................... x DAFTAR TRANSLITERASI ........................................................................... xiii ABSTRAK .......................................................................................................... xv BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................ 6 C. Pembatasan Masalah ........................................................................ 7 D. Tujuan Penelitian ............................................................................. 7 E. Kegunaan Penelitian......................................................................... 7 F. Definisi Operasional ........................................................................ 7 G. Sistematika Pembahasan ................................................................. 8
BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Atas Penelitian Terdahulu ................................................... 10 B. Pengertian Mitos ............................................................................. 15 C. Pernikahan Menurut Hukum Islam .................................................. 20
1. Pengertian Nikah ......................................................................... 20 2. Tujuan dan Hikmah Pernikahan .................................................. 21 3. Syarat dan Rukun Pernikahan ..................................................... 23 4. Kriteria Dalam Memilih Jodoh ................................................... 25 5. Perkawinan Yang Dilarang ......................................................... 26 6. Nikah Yang Diharamkan ............................................................. 30
D. Perhitungan sebelum Pernikahan Jawa ............................................ 43 1. Sejarah Singkat Kelender Jawa ................................................... 43 2. Perhitungan Jawa ........................................................................ 44 3. Pengerrtian Neptu ........................................................................ 46 4. Perhitungan Hari dan Pasaran ..................................................... 47 5. Perhitungan Sebelum Pernikahan ............................................... 48
BAB III : METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian............................................................................... 54 B. Paradigma dan Pendekatan Penelitian.............................................. 58 C. Jenis Penelitian dan Pendekatan....................................................... 59
BAB IV : PAPARAN DATA DAN ANALISIS DATA A. Pengertian Tiba Rampas .................................................................. 65 B. Sejarah Tiba Rampas....................................................................... 68 C. Teknik Pelaksanaan Tiba Rampas ................................................... 72
12
D. Hal-Hal Yang Masih Bertyahan Dan Berubah Dari Tiba Rampas... 77 1. Hal-Hal yang Masih Bertahan dari Mitos Tiba Rampas ............ 77 2. Hal-Hal yang Sudah Berubah dari Tiba Rampas ....................... 80
E. Perhitungan Tiba Rampas Masyarakat Dusun Sembung Desa Cengkok Kecamatan Ngronggot Kabupaten Nganjuk Dalam Perspektif Hukum Islam................................................................................................. 84
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 95 B. Saran ................................................................................................ 96
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
13
TRANSLITERASI 3
A. Konsonan
dl = ض tidak dilambangkan = ا
th = ط b = ب
dh = ظ t = ت
(koma menghadap ke atas) ‘ = ع ts = ث
gh = غ j = ج
f = ف {h = ح
q = ق kh = خ
k = ك d = د
l = ل dz = ذ
m = م r = ر
n = ن z = ز
w = و s = س
sy � = h = ش
y = ي sh = ص
Hamzah (ء) yang sering dilambangkan dengan alif, apabila terletak di
awal kata maka mengikuti vokalnya, tidak dilambangkan. Namun apabila terletak
di tengah atau akhir maka dilambangkan dengan tanda koma di atas ( ‘ ).
B. Vokal, Panjang dan Diftong
Tulisan latin vokal fathah ditulis dengan "a", kasrah dengan "i",
dlommah dengan "u". Sedangkan bacaan panjang masing-masing ditulis dengan
cara vokal (a) panjang dengan a>, vokal (i) panjang dengan i> dan vokal (u) panjang
dengan u>.
3Fakultas Syari’ah UIN Malang, Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Malang: Fakultas Syari'ah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, t.th.), 42-43.
14
Khusus untuk ya' nisbat, maka tidak noleh digantikan dengan "i",
melainkan tetap dirulis dengan "iy" agar dapat menggambarkan ya' nisbat di
akhirnya. Begitu juga untuk suara diftong, wawu dan ya' setelah fathah ditulis
dengan "aw" da "ay".
C. Ta' Marbuthah
Ta' marbu>thah (ة) ditrasliterasikan dengan "t}" jika berada di tengah-
tengah kalimat, tetapi apabila di akhir kalimat maka ditrasliterasikan dengan
menggunakan "h" atau apabila berada di tengah-tengah kalimat yang terdiri dari
susunan mudlaf dan mudlaf ilayh, maka ditrasliterasikan dengan menggunakan
"t" yang disambungkan dengan kalimat berikutnya.
D. Kata Sandang dan Lafadh al-JalaJalaJalaJala>> >>lahlahlahlah
Kata sandang berupa "al" (ل) ditulis dengan huruf kecil, kecuali terletak
pada awal kalimat. Sedangkan "al" dalam lafadh jala>lah yang berada di tengah-
tengah kalimat disandarkan (idha>fah), maka dihilangkan.
E. Nama dan Kata Arab Ter-Indonesiakan
Pada prinsipnya kata yang berasal dari bahasa Arab harus ditulis dengan
menggunakan sistem transliterasi ini, akan tetapi apabila kata tersebut merupakan
nama Arab dari orang Indonesia atau bahasa Arab yang sudah ter-Indonesiakan,
maka tidak perlu menggunakan sistem transliterasi ini.
15
ABSTRAK
Muzakki Zakaria 2009. NIM 03210004. Mitos Tiba Rampas Dalam Penikahan Jawa (Studi Kasus di Dusun Sembung, Desa Cengkok, Kecamatan Ngronggot, Kabupaten Nganjuk) Skripsi Jurusan al-Ahwal al-Syakhsyiyah, Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. Pembimbing: Drs. M. Fauzan Zenrif M, Ag. Kata kunci :Perkawinan, Mitos, Neptu.
Perkawinan secara adat merupakan salah satu unsur kebudayaan yang sangat luhur dan mengandung nilai tinggi. Karena “Tinggi rendahnya kebudayaan dan adat istiadat menunjukkan tinggi rendahnya peradaban suatu bangsa”. Peradaban dan nilai kebudayaan dibentuk dari tata nilai yang luhur dan suci oleh lembaga masyarakat setempat. Nilai-nilai luhur ini diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi seterusnya. Sekalipun kemajuan tekhnologi sudah demikian pesatnya namun dalam memenuhi kebutuhannya, manusia masih harus menggunakan ilmu “perhitungan” yang merupakan (mitos) dan warisan para leluhur bangsanya. Metode digunakan dalam penelitian adalah deskriptif kualitatif, sumber data meliputi sumber data primer atau langsung dari sumber pertama dan data skunder yaitu data yang diperoleh dari kepustakaan untuk melengkapi data primer, Metode pengumpulan data adalah observasi, interview, sementara analisis datanya menggunakan kualitatif, yang lebih menekankan analisisnya pada penyimpulan induktif. Hasil penelitian ini adalah Pertama; Mitos Tiba Rampas adalah mitos petangan atau pitungan (Ind: Perhitungan) dari weton atau neptu (hari lahir) seseorang sebelum melakukan peminangan atau perkawinan, yang dalam kepercayaan Jawa mempunyai nilai masing-masing, ketika dijumlahkan dari neptu keduanya kemudian dikurangi 3 dan begitu seterusnya sampai menemukan hasil akhir nol atau kosong; Kedua, sebagian masyarakat Sembung termasuk di dalamnya, tokoh masyarakat dan tokoh agama masih mempergunakan atau mempertahankan. Keberadaan masyarakat yang masih meyakini kebenaran mitos inilah yang membuat mitos ini masih mempunyai ruang untuk hidup. Mereka mempercayai bahwa jika pasangan menikah mempunyai neptu tiba rampas maka keselamatan dan kesejahteraannya tidak terjamin, akan tetapi proses akulturasi budaya telah mulai melunturkan kepercayaan sebagian masyarakat sehingga keberadaan mitos ini terancam akan hilang di kemudian hari, kedatangan “orang luar” atau pendatang yang kurang mengenal mitos ini, merupakan tantangan bagi mitos ini untuk mempertahankan keberlangsungannya; Ketiga, dalam ajaran Islam, melaksanaskan sebuah adat adalah hal yang dibolehkan, selama praktek adat tersebut tidak bertentangan dengan syari’at. Dalam melaksanakan adat ada beberapa batasan; Pertama, perbuatan yang dilakukan logis dan relevan dengan akal sehat. Syarat ini menunjukkan bahwa adat tidak mungkin berkenaan dengan perbuatan maksiat.; Kedua, Tidak bertentangan dengan ketentuan nash, baik al-Qur’an maupun As-Sunnah; Ketiga, tidak mendatangkan kemadlorotan serta sejalan dengan jiwa dan akal yang sejahtera.
16
البحثملخص يف Tiba Rampasخرافة . ٠٣٢١٠٠٠٤رقم التسجيل . ٢٠٠٩مزكى زكري حبث علمـي ). دراسة احلالة يف قرية مسبونج، جعكوء، عنجوك (النكاج جاوا
.كومية مبـاالنج احل اإلسالمية امعةاجل. كلية الشريعة، شعبة األحوال الشخصية .املشرف الدكتورندوس حممد فوزا زنريف املاجستري
Neptuنكاح، خرافة، : اسيةكلمة أس
. النكاح بكيفية العادة هو احد من أناصري الثقافة العاىل وفيه قيمة عال. ألن علو وواطئ الثقافة والعادة املرعية تدل على علو وواطئ حضارة البالد
قيمة . احلضارة وقيمة الثقافة تبىن من علو املرتبة والطهارة عند مؤسسة اتمعىل تورث من جيل اىل أجيال بعدها، ولو ان تقدم تكنولوجي قد تسري سريعا العا
الىت (Jawa: Petungan)" احلساب"لكن يف امالء احتياجهم كلهم قد يستعملون .تشكل من خرافة وإرث من علو بالدهم
يف Tiba Rampasغرض من هذا البحث هو ملعرفة وليبين كيف النكاح ، عنجوك، ودراسة حتليليا كيف اراء وتفهم من جمتمع عن قرية مسبونج، جعكوء
سمي هذا البحث حبث اإلتنوغرافيا، هي لتبين . Tiba Rampasي النكاح غرض حبث . ولتفهم عن حياة وعالمة اإلجتماعي الىت تقع يف دور حياة اتمع
ملئ ونوعية اإلتنوغرافيا هو جلمع البيانات كيفي الىت تقوم من بيان و تفهم عن .عالمة اإلجتماعية تكون هذف هذا البجث
يستعمل هذا البحث تقريبا وصفيا كيفيا، وبيانات يف هذا البحث يشمل على بيانات األساسي من املخرب األوىل، وبيانات الثانوي من املكتبة ليتكمل
17
حتليلها مالحظة، مقابلة، ويف: وطريقة اجتماع البيانات هي. البيانات األساسي ا اليت يضغط حتليلها على استخالص حثيا كيفييستعمل حتليلي.
خرافة احلساب من Tiba Rampas، خرافة اوال: خالصة هذا البحثweton/neptu )عن شخص قبل اخلطبة، عند اعتقاد جاوا حينما ) يوم الوالدة
حىت حتصله صفر املرأة والرجل وتنقص ثالثة كذلك اىل اخره neptu جتمل قيمة ، من بعض اتمع قرية مسبونج، جعكوء، عنجوك الذى تقوم من ثانيا). ٠(
حالة . زعيم اتمع و زعيم الدين اليزال يستعمل ويتمسك ذلك احلسابهم . اتمع الذى يعتقد عن تصديق اخلرافة الذى جعل اجلرافة حجرة حلياا
فغري مضمون سالمتها neptu tiba rampasيعتقدون، اذا نكح ازواجا وعندها لكن عملية تثقيف الثقافة تنقص اعتقاد من بعض اتمع حىت يتوعد . وامنها
حالة اخلرافة يف يوم األت، وجميء خارجي الذى ال يريد ألن يفهم هذه اخلرافة ، يف التعاليم اإلسالمية تنفذ العادة جائز، ثالثا. هو احد من حتدي ألن يتمسكها
) ا: كان حدود يف عملية العاد. مادام عمل عملياا ال تعاكس بالشريعةعمليتهامنطقي ومتعلقة بعقل صحة، هذا الشرط تدل على العادة الىت ال متكن ان
التأت مضارة ) ث. ال ختالف بالنص القرأن واحلديث) ب. تناسب باملعصية .ويسري بنفوس وعقل صحة
18
ABSTRACT Zakaria, Muzaki. 2009. A Correlation study of the Rampas Myth on Sembung Cengkok Nronggot Nganjuk, An unpublished sarjana thesis, Syari’ah Department, Islamic UniversityMalang. Advisor : Drs. M. Fauzan Zenrif M, Ag. Key words : Marriage, myth, Neptu
The traditional marriage is one of our heritage culture. It has high value and strong influence in our society. Civilization and culture are performed from glorious and purity value. All kinds of heritage are given by our ancestor hereditary. Although modern technology has high influence but our heritage culture will never lose and decrease in the society.
In this research, the writer used descriptive qualitative. It contains of primer and secunder data. The steps of getting the data are : observation, interview, and collecting data from many kinds of sources.
The result of this research are first, tiba myth is “petangan” or “pitungan” (account) from someone’s weton or neptu (birthday) before the wedding party. Second, some Sembung societies still believe and defense that tradition. Third, in Islam religion doing that tradition especially use “neptu or weton” is allowed as long as that tradition never contradicts with the role of Islam religion.
There are some limitations since we use that tradition; (1) all things must be logic, relevant, and also reasonable, (2) it always obeys Al-Qur’an and As-sunnah, (3) it never brings “madlorot” or bed effects for us.
19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pedoman hidup orang Islam adalah al-Quran, di dalamnya berisi perintah,
larangan dan anjuran. Dalam kehidupan ini, salah satu yang berbentuk perintah
adalah pernikahan. Pernikahan adalah suatu ibadah yang diperintahkan oleh Allah
dan Rasulnya bagi seseorang yang sudah mampu dan berkeinginan untuk menikah.
Bagi yang melaksanakannya akan mendapat syafaat dari Nabi karena mengikuti
sunahnya dan mendapatkan pahala dengan niat mengembangkan Islam dan
menyebarkan ajarannya.
Pernikahan adalah tradisi yang sakral dan sah karena telah terjastifikasi oleh
nash-nash agama, adapun tujuan dari pernikahan adalah untuk menjaga kelestarian
umat manusia, dengan demikian regenerasi umat manusia tetap terjaga dan
berkesinambungan, selain itu pernikahan juga disyariatkan sebagai sarana pemenuh
hasrat biologis yang sah dan pelaksanaannya harus sesuai dengan tatacara dan
ketentuan yang sudah diatur dalam Islam.
20
Dari pendapat yang lain disebutkan, pernikahan ialah ritual pelaksanaan akad
perjanjiaan yang mengikat diri antara seorang laki-laki dan perempuan untuk
menghalalkan hubungan kelamin antara kedua belah pihak dengan dasar suka dan
saling rela antara keduanya, untuk mewujudkan kehidupan keluarga yang diliputi
kasih sayang dan ketentraman yang diridhoi Allah.4
Pernikahan merupakan sebuah fase peralihan kehidupan manusia dari masa
muda ke masa keluarga, peristiwa tersebut sangat penting dalam proses
pengintegrasian manusia di alam semesta ini, sehingga pernikahan disebut juga fase
kehidupan baru bagi manusia, perkawinan bagi masyarakat Jawa diyakini sebagai
suatu yang sakral, sehingga diharapkan dalam menjalaninya cukup sekali dalam
seumur hidup, kesakralan tersebut melatarbelakangi pelaksanaan pernikahan. Dalam
tradisi masyarakat Jawa prosesi yang sangat selektif adalah ketika pemilihan calon
menantu dan menentukan hari akad nikah calon kedua mempelai, dari sini di
harapkan agar dalam membentuk keluarga nanti dapat mencapai kedamaian dan
kemakmuran.5
Dalam hukum pernikahan Islam orang yang akan menikah harus meyeleksi
terlebih dahulu dengan siapa dia diperbolehkan menikah dan tidak diperbolehkan
menikah, oleh karena itu Islam memiliki sebuah aturan yang mengatur pihak-pihak
yang halal dan haram untuk dinikahi. Larangan pernikahan dalam hukum Islam ada
dua macam larangan, yaitu larangan yang bersifat selamanya (muabbad) dan
4Soemiyati, Hukum Pernikahan Islam Dan Undang-undang Pernikahan (Yogyakarta: Liberty, 1999), 8. 5Tim Fakultas Bahasa Seni Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah, Jurnal Kejawen Universitas Negeri Yogyakarta (Yogyakarta : Penerbit Narasi Yogyakarta, 2006),139.
21
larangan yang bersifat sementara atau temporer (muaqqad)6, larangan yang bersifat
selamanya adalah seperti hubungan darah, hubungan susuan dan hubungan semenda.
Sedangkan larangan yang sementara adalah seorang yang masih dalam masa iddah,
pernikahan yang dilakukan pada waktu ihram, masih terikat satu pernikahan dengan
pernikahan dengan pria lain, seorang wanita yang tidak beragama Islam.
Dalam adat Jawa juga mengenal adanya pelarangan pernikahan, namun
peraturan yang ada lebih spesifik, berhati-hati dan diyakini oleh masyarakat untuk
melaksanakannya, misalnya masyarakat Jawa yang akan melaksanakan hajat
pernikahan ada pertimbangan-pertimbangan khusus dalam pemilihan jodoh atau
disebut juga yakni pasatowan.
Menurut Koentjaraningrat perkawinan Jawa yang terlarang adalah sebagai
berikut: pertama, Perkawinan antara kerabat dimana calon suami berasal dari
generasi yang lebih muda dari calon istrinya (misalnya antara seorang pria dengan
bibinya). Kedua, Perkawinan antar pancer wali saudara sepupu sejajar dengan ayah,
perkawinan dengan adik istri yang meninggal. Ketiga, Perkawinan yang tidak cocok
weton-nya menurut sistem perhitungan nomerology (petangan) orang Jawa.7
Masyarakat Jawa sangat selektif dan hati-hati dalam pemilihan jodoh hal
tersebut dilakukan dengan harapan calon pasangan suami istri yang akan dinikahkan
dapat hidup bahagia harmonis selamanya. Agar harapan tersebut dapat terwujud
maka penentuan calon menantu dalam masyarakat Jawa ditentukan oleh beberapa
kreteria bibit, Bêbêt dan bobot8. Bibit ialah menentukan menantu dengan
memperhitungkan dari segi keturunan jejaka atau gadis yang akan dinikahkan,
6A Rahman Doi, Penjelasan Lengkap Hukum-Hukum Syariah (Jakarta: Rajawali Press, 2002),165;
Idem, Pernikahan Dalam Syariat Islam (Jakarta: Rineka Cipta, 1996),19. 7 Koentjaraningrat. Kebudayaan Jawa (Jakarta: Balai Pustaka, 1984), 126. 8 Suwardi Endraswara, Falsafah Hidup Jawa (Tangerang: Cakrawala, 2003), 114.
22
melihat menantu dari penampilan fisik. Bobot yaitu berat, penentuan menantu dilihat
dari kekayaan atau harta bendanya sedangkan Bêbêt merupakan kreteria bakal
menantu ditinjau dari kedudukan sosialnya, misalnya kedudukan orang tersebut
adalah berasal dari priyayi atau masyarakat biasa.
Hal penting lain dalam menentukan bakal menantu adalah pasatowan selaki
rabi yakni pedoman mencari jodoh berdasarkan nama, hari kelahiran dan neptu.
Pedoman itu diberlakukan bagi kedua calon baik pria ataupun wanita9 Dalam
pertimbangan itu ketika ada ketidakcocokan maka perjodohan tersebut bisa
digagalkan. Akan tetapi apabila kriteria-kreteria yang ada di atas sudah memenuhi
maka perjodohan dapat dilangsungkan dengan harapan perjodohan tersebut akan
membawa keselamatan dan keberkahan bagi kedua mempelai.
Dalam masyarakat Sembung Cengkok masih percaya mitos yang menjadi
larangan menikah seperti mitos larangan menikah ”kebo balek nang kandange” yaitu
larangan menikah yang dilakukan antara kedua belah pihak, yang salah satu calon
pengantin berasal dari desa orang tuanya. Larangan menikah ”ngalor ngulon”
larangan menikah ditentukan arah rumah calon manten laki-laki ke rumah
perempuan yaitu ke utara lalu ke barat. Larangan menikah “segoro-getih” larangan
menikah dikarenakan bersebrangan jalan antara calon suami dan istri.10 Serta
9 Kuswa Endah, Op Cit., 140. 10 Dalam penelitian mitos segoro-getih menghasilkan bahwa masyarakat Ringin Rejo lebih
mempertahankan mitos dari pada syariat dalam proses penentuan calon suami dan istri dengan alsan karena kepercayaan memiliki tiga makna 1 sebagai ketentuan adat desa 2. memberi arti penting dalam kehidupan manusia 3.sebagai warisan leluhur harus dilestarikan adapun sistem akulturasi mitos dan syariat dalam konsep pernikahan di desa Ringin Rejo berdasarkan fakta budaya dan fakta agama maka ada titik temu antara Islam dan budaya jawa lokal.
23
larangan menikah dengan nilai neptu yang tidak sesuai menurut perhitungan yang di
gunakan dalam mencari perjodohan yaitu larangan menikah ”tiba rampas”.11
Tiba rampas adalah mitos yang masih banyak dianut dan dipercayai oleh
masyarakat Sembung Cengkok Ngronggot Nganjuk untuk memilih jodoh dan
melihat nilai neptu dari kedua calon pengantin. Dan yang dinamakan tiba rampas ini
adalah neptu hari kedua belah pihak dijumlah dibagi tiga dan menghasilkan sisa
berapa, jika sisa satu (1) agak kurang baik, jika hasilnya dua (2) baik dalam
kehidupan rumah tangga, akan mudah dan mudah mencari rizki, karena diantara
kedua belah pihak ada jarak mempelai yaitu sisa dua tersebut satu untuk calon suami
dan yang satu untuk calon istri, dan apabila hasilnya habis atau nol (0) maka itu tidak
boleh dilakukan, ketika dilakukan maka akan berat mencari penghasilan dan ada
banyak rintangan baik dapat musibah yang bertubi-tubi dalam mengarungi
kehidupan.12
Berdasarkan pengalaman pada masyarakat Sembung Cengkok Ngronggot
Nganjuk, mitos tiba rampas adalah banyak yang menganut dan mempercayai mitos
tersebut sebagai larangan menikah di masyarakat oleh karena itu masyarakat banyak
yang tidak berani menikah dengan orang yang tidak sesuai dengan neptunya akan
tetapi ada masyarakat yang berani melanggarnya untuk melakukan perkawinan
meskipun sebelumnya udah tau diantara keduanya tiba rampas yaitu pasangan siyam
binti H. Abd Rokhim menikah dengan Parmen dari keduanya mempunyai jumlah
neptu 21, Parmen mempunyai neptu senen pon yang bernilai 11 dan siyam
mempunyai neptu selasa pon yang mempunyai nilai 10.13 Dari nilai neptu keduanya
yaitu 21 dibagi tiga maka hasilnya habis tidak ada jarak dari keduanya, sebelum 11 Imam Rofi’i, Wawancara (Sembung, 9 September 2008). 12 Sukari, Wawancara (Sembung, 10 September 2008). 13 Siyam, Wawancara (Sembung, 12 September 2008).
24
pernikahan sudah diingatkan oleh mbah Sukari bahwasannya pernikahan tersebut
tiba rampas dalam perhitungan neptu keduanya tidak ada jarak manten. akan tetapi
tetap melakukannya, dari hasil pernikahan tersebut keduanya sekarang sering cekcok,
kurang harmonis dan dalam kehidupannya sulit mencari rizki di karenakan tiba
rampas.
Pada dasarnya desa Cengkok merupakan masyarakat agamis yang
mayoritasnya beragama Islam yang dilatarbelakangi oleh adat Jawa. Dalam
memutuskan sesuatu perkara dalam soal pernikahan masih menggunakan pitungan
neptu yang dipercayai membawa keselamatan dan kehidupan yang akan datang
dalam mahligai rumah tangga, Jika neptu itu sesuai antara laki-laki dan perempuan
maka akan berjalan dengan lancar. Masyarakat cengkok masih mempercayai tentang
mitos tersebut yang mana jika dilakukan pernikahan yang tidak sesuai dengan neptu
yang ditentukan atau yang disepakati maka dalam keluarga tersebut ada ketidak
beresan, seperti contoh diatas. peneliti ini ingin memperdalam tentang mitos-mitos
tersebut perhitungan perjodohan, oleh karena itu peneliti tertarik meneliti dan
mengkaji lebih dalam untuk masalah mitos larangan menikah tiba rampas.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana munculnya mitos tiba rampas?
2. Apa yang masih bertahan dan yang sudah berubah dari mitos tiba rampas?
3. Bagaimana pandangan hukum Islam tentang praktek tiba rampas ?
25
C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya permasalahan ini maka peneliti memberi pembatasan agar
permasalahan hanya terfokus pada pemilihan calon pengantin melalui penghitungan
neptu dan mengenai larangan menikah bagi calon mempelai.
D. Tujuan penelitian
Adapun tujuan penelitin ini
Untuk memberi penjelasan tentang pernikahan tiba rampas di desa cengkok,
Untuk menganalisis berbagai pandangan dan pemahaman masayarakat tentang
larangan pernikahan tiba rampas.dan begitu pula pandangan Islam tentang itu.
E. Kegunaan Penelitian
a. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
wacana ilmiah bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya masalah
proses penentuan calon suami atau istri.
b. Secara praktis untuk memberikan pemahaman tentang penentuan calon
pengantin melalui perhitungan jawa dan pemilihan calon pengantin menurut
Islam.
F. Definisi Oprasional
Mitos: Berasal dari bahasa yunani mitos yang secara harfiyah diartikan sebagai
cerita atau suatu yang dikatakan seseorang dalam arti yang lebih luas bisa
26
berarti suatu pernyataan, sebuah cerita, ataupun alur suatu drama, dalam
bahas inggris di sebut myth.14
Tiba: Tiba berdasarkan arti bahasa. Tiba (bahasa Jawa) diartikan sebagai jatuh
yang konotasinya bisa juga diartikan “jatuh pada“ (berkenaan tentang
keterangan atau sifat)15
Rampas: Sedangkan kata rampas (bahasa Jawa) berasal dari bahasa Kawi rapus
yang artinya kekes, bermakna lunas, lunas diartikan sebagai kosong atau
nol.16
Neptu: Secara etimologi adalah nilai. Sedangkan neptu secara terminologi ialah
angka perhitungan pada hari, bulan dan tahun Jawa.17
G. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah dan memperjelas dalam penelitian ini maka sistematika
pembahasan akan di paparkan dalam 5 bab dengan perincian sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini menjelaskan latar belakang masalah, Rumusan masalah, batasan
masalah, Tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sitematika pembahasan.
14 Jonhn Echol dan hasan shaddily, Kamus Inggris Indonesia (Cet xxiv; Jakarta: PT. Gramedia,t,th),
389. 15 Mangunsuwito, Kamus Lengkap Bahasa Jawa, (Yrama Widya: Bandung, 2007), 256. 16 C.F. Winter Sr. dan R.Ng. Ranggawarsita, Kamus Kawi – Jawa: Menurut Kawi – Javaansch
Woordenboek, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2003), 226. 17Purwadi, Kamus Jawa Indonesia (Yogyakarta: Media Abadi, 2004), 330.
27
BAB II Kajian Pustaka
Pada bab ini menjelaskan kajian atau penelitian terdahulu, pengertian mitos,
macam-macam mitos, pelarangan pernikahan Islam, pengertian pernikahan
Jawa, perhitungan sebelum pernikahan Jawa.
BAB III Metode Penelitian
Metode ini meliputi jenis dan pendekatan penelitian lokasi dan gambaran
objek penelitian sumber data dan metode pengumpulan data dan metode
pengolahan data.
Bab IV Paparan Dan Analisi Data
Pada bab ini menjelaskan kapan mitos tiba rampas itu muncul dalam
pernikahan Jawa dimasyarakat Sembung Cengkok, Nganjuk dan perhitungan
sebelum pernikahan.
BAB V Penutup kesimpulan dan saran.
28
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Atas Penelitian Terdahulu
1. Anis Diyah Rahayu
Tinjauan Islam Tentang Proses perkawinan Adat Jawa (kasus di desa
Gogodeso Kecamatan Kanigoro Kab Blitar) Pada skripsi ini membahas serangkaian
prosesi pernikahan adat Jawa mulai dari nontoni, meminang, peningset,
pingitan.hasil penelitian menunjukkan bahwa praktek tatacara pernikahan adat Jawa
ada yang sesuai dengan Islam dan yang tidak sesuai dengan Islam.
Dalam penelitian ini bertujunan untuk mengetahui sejauh manakah prosesi
upacara perkawinan adat Jawa dan untuk mengetahui tinjauan Islam terhadap
upacara terhadap upacara perkawinan adat Jawa. Metode yang digunakan ialah
deskriptif kualitatif analisis data yang digunakan adalah induktif dan pengumpulan
29
data observasi wawancara, dokumentasi. Adapun yang menjadi objek penelitian
adalah bagaimana tatacara prosesi pernikahan adat Jawa di Desa Gogodeso Kec
Kanigoro Kab. Blitar.
Hasil penelitian yang diperoleh bahwasannya prosesi pernikahan Jawa ada
yang tidak sesuai dengan Islam, yang sesuai dengan Islam adalah nontoni, meminang
upacara midodaren ijab panggih yang tidak sesuai peningset sasrahan, asok tukon
upacara siraman pengantin resepsi.18
2. Wafirotudl Dlomiroh
Perkawinan mintelu (studi mitos perkawinan mintelu di Desa Wagen
Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan). Pada skripsi ini membahas tentang
pernikahan mintelu dalam pemilihan jodoh untuk anak-anaknya dan dilarang
perkawinan saudara mintelu yang jelas-jelas bukan haram dinikah dan bukan
termasuk kerabat dekat, Pada skripsi ini ingin mengetahui pandangan masyarakat
terhadap mitos perkawinan sudara mintelu dalam perspektif hukum Islam.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jenis penelitian sosiologis
empiris menggunakan pendekatan kualitatif untuk pengumpul datanya menggunakan
wawancara dan dokumentasi, dari data yang diperoleh menggunakan analisis data
deskriptif kualitatif melalui beberapa tahap identifikasi, klasifikasi kemudian di
deskripsikan sebagai kesimpulan dari perkawinan mintelu.
Hasil dari skripsi ini yang berjudul mitos perkawinan antar saudara mintelu
yaitu pertama masyarakat yang tidak percaya sama sekali beralasan hal itu
merupakan kepercayaan yang diwarisi oleh nenek moyang dan hal itu tidak di
18 Anis Dyah Rahayu “Tinjauan Islam Tentang Proses Perkawinan Adat Jawa" Skripsi (Malang:
Fakultas Syari’ah UIN Malang, 2004)
30
benarkan oleh agama. Kedua masyarakat yang sepenuhnya percaya pada pernikahan
mintelu beralasan bahwasannya berlaku secara turun temurun dan banyaknya
kejadian yang terjadi sehingga menimbulkan ke kawatiran dan was-was pada diri
mereka. Adapun mitos larangan perkawinan antara saudara mintelu dalam perspektif
hukum Islam masih terdapat perbedaan sikap di kalangan masyarakat lamongan
perkawinan dengan sudara mintelu bertentangan dengan surah an-Nisa’ 22-24 akan
tetapi masyarakat masih mempunyai kekawatiran untuk melakuknnya.19
3. Muhammad Subhan
Tradisi Pernikahan Masyarakat Jawa Ditinjau Dari Hukum Islam (Kasus Di
Kelurahan Kauman Kecamatan Mojosari Kab Mojokerto) Pembahasan dalam skripsi
ini mendiskripsikan dan mengkaji tentang pemilihan bulan-bulan tertentu yang
dilakukan oleh masyarakat Jawa dalam menentukan pernikahan ditinjau dari hukum
Islam. Prosesi sebelum pernikahan memilih bulan untuk menentukan sebagai bulan
yang baik untuk dilaksanakan pernikahan bagaimana tinjauan hukumnya tujuannya
deskripsi dan pemilihan bulan untuk melaksnakan pernikahan ditinjau hukum Islam.
Dalam penelitian tersebut bertujuan untuk mendiskripsikan dan mengkaji
tentang pemilihan bulan-bulan tertentu yang dilakukan oleh masyarakat Jawa dalam
menentukan perkawinan ditinjau dari hukum Islam. Metode yang digunakan adalah:
deskriptif kualitatif, sedangkan pendekatannya adalah fenomenologis. Analisis data
yang digunakan adalah induktif dan pengumpulan datanya memakai wawancara dan
dokumentasi. Adapun yang menjadi subjek penelitian disini adalah sebagian
19Wafirotudl Dlomiroh“ Perkawinan Mintelu Studi Mitos di Desa Wagen Kecamatan Glagah
Kabupaten Lamongan“ Skripsi (Malang: Fakultas Syari’ah UIN Malang, 2006)
31
masyarakat Kauman Kec. Mojosari Kab. Mojokerto yang mengetahui masalah
tersebut
Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah: bahwa pemilihan bulan
yang dilakukan oleh masyarakat Jawa, menurutnya tidak bertentangan dengan
Syari’at Islam karena sudah diatur dalam surat al-Taubat 36, tetapi tidak disebutkan
secara langsung dan juga terdapat dalam kaidah Ushul Fiqh “Adat kebiasaan itu
dapat ditetapkan sebagai hukum Islam”. Namun harus diakui pula bahwa ilmu
perhitungan itu hanyalah salah satu jalan (ikhtiar) manusia, tidak boleh
menggantungkan sepenuhnya karena Allah-lah yang Maha kuasa dan berkehendak
dalam menentukan segala sesuatunya.20
4. Ijmaliyah
Mitos Segoro-getih Sebagai Pelarang Penentu Calom suami Atau Istri Di
Masyarakat Ringin Rejo (Studi Akulturasi Mitos dan Syariat). Skripsi ini meneliti
dan membahas tentang bagaimana pendapat masyarakat Ringin Rejo tentang mitos
segoro getih dan bagaimana sistem akulturasi mitos dan syariat dalam konsep
pernikahan masyarakat Ringin Rejo. Dalam penelitian ini menjelaskan penentuan
calon suami istri dan faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam memilih
calon pasangannya di mana mereka lebih percaya pada mitos dari pada syariat Islam
serta bagaimana akulturasi budaya Islam lokal.
Metode dalam penelitian ini yaitu menggunakan paradigma antropologi
hukum jenis penelitian menggunakan penelitian sosiologis dan pendekatan kualitatif
Metode pengumpulan data diambil dari sumber data yaitu data primer melalui
20 Muhammad Subhan “Tradisi Pernikahan Masyarakat Jawa Ditinjau dari Hukum Islam” Skripsi
(Malang: Fakultas syari’ah UIN Malang, 2004)
32
wawancara melalui orang-orang yang percaya pada mitos dan sudah melanggarnya
kemudian data skunder wawancara pada orang yang percaya dan belum
melanggarnya sedangkan analisis datanya menggunakan deskriftif kualitatif.
Dalam penelitian ini menghasilakan kesimpulan bahwa ternyata masyarakat
Ringin Rejo lebih mempertahankan mitos dari pada syariat dalam proses penentuan
calon suami dan istri dengan alsan karena kepercayaan memiliki tiga makna pertama
sebagai ketentuan adat desa. kedua memberi arti penting dalam kehidupan manusia.
Ketiga sebagai warisan leluhur harus dilestarikan adapun sistem akulturasi mitos dan
syariat dalam konsep pernikahan di desa Ringin Rejo berdasrkan fakta budaya dan
fakta agama maka ada titik temu antara Islam dan budaya jawa lokal.21
Dari tinjauan terdahulu di atas Anis Dyah yang memfokuskan tentang
pelaksanan prosesi perkawinan Jawa, Subhan menentukan bulan baik dalam
melakukan pernikahan, Wafirotudl dlomiroh membahas pelarangan menikah dengan
saudara mintelu, Ijmaliyah pelarangan calon pengantin dikarenakan bersebrangan
jalan antara calon laki-laki dan perempuan. Untuk menindak lanjuti penelitian
terdahulu maka penelitian ini yang berjudul Mitos tiba rampas dalam Pernikahan
Jawa belum pernah diteliti dan tidak ada kesamaan objek maupun fokus pembahasan
yang akan diteliti. obyek yang kami teliti yaitu Dusun Sembung Cengkok Ngronggot
dan fokus yang saya teliti adalah perhitungan untuk pemilihan calon pengantin.
21 Ijmaliyah “Mitos segoro-getih Sebagia Pelarangan Penentu calon Suami atau istri di Masyarakat
Ringin Rejo” Skripsi (Malang: Fakultas Syari’ah UIN Malang, 2006)
33
B. Pengertian Mitos
Kata mitos berasal dari bahasa yunani mutos yang secara harfiyah diartikan
sebagai cerita atau suatu yang dikatakan seseorang dalam arti yang lebih luas bisa
berarti suatu pernyataan, sebuah cerita, ataupun alur suatu drama.22 Sedangkan kata
mythology dalam bahasa inggris menunjukkan pengertian tentang cerita mengenai
tuhan dan supra being. Dan dewa-dewa. Secara terminologi mitos di artikan sebagai
kiasan atau cerita sacral yang berhubungan dengan zaman primodial (zaman azali ),
yaitu waktu permulaan yang mengacu pada asal mula segala sesuatu dan dewa-dewa
sebagai objeknya, cerita atau kejadian suci yang berpangkal pada asal mula segala
sesuatu dan permulaan terjadinya dunia.23
Mitos adalah uraian naratif atau penuturan yang suci (sacred) atau kejadian-
kejadian luar biasa yang berada di luar pengalaman manusia sehari-hari. Penuturan
itu di wujudkan pada dongeng–dongeng atau legenda tentang dunia suprannatural.
oleh karena itu studi tentang mitos digali dari cerita-cerita rakyat (folklore)24. Mitos
adalah cerita sakral yang di tempatkan dizaman yang berbeda dengan zaman
pencerita, sambil mengungkapkan pemahaman realitas yang menjelaskan beberapa
adat kebiasaan dalam masyarakat sang pencerita, mitos ternyata juga lahir dari suatu
kebutuhan intelektual akan penjelasan yang memuaskan dan bukan hanya ekpresi
perasaan primitif.25
Dalam antropologi budaya mitos adalah cerita suci yang dalam bentuk
simbolis mengisahkan serangkaian peristiwa nyata dan imajiner tentang asal usul
22Jonhn Echol dan hasan shaddily, Kamus Inggris Indonesia (Cet xxiv; Jakarta: PT. Gramedia,t,th),
389. 23Wisnu Minsarwati, Mitos Merapi Dan Kearifan Ekologi (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2002), 22. 24Soenarto Timoer, Mitos Kurbaya Cerita Rakyat Sebagai Sumber Penelitian Surabaya (Jakarta: Balai
Pustaka, 1983), 11. 25 Sumadyo Hadi, Seni Dalam Ritual Agama (Yogyakata: Pustaka, 2006),46.
34
perubahan alam raya dan dunia, dewa-dewi, kekuatan adikodrati, manusia, pahlawan
dan masyarakat.26 Menurut levi-strauss mitos adalah merupakan bentuk cerita
tertentu tradisi lesan yang mengisahkan dewa-dewa manusia pertama, binatang-
binatang dan ciri khas dalam menjelaskan suatu problem yaitu memikirkan problem
itu sebgai homolog dengan problem-problem lain yang timbul pada tingkatan-
tingkatan lain, seperti tingkatan kosmologi fisis moral yuridis dan sosial.27
Menurut harun hadiwiyono mitos dikatakan sebagai kejadian-kejadian pada
zaman bahari yang mengungkapkan dan memberi arti kepada hidup dan yang
menentukan nasib dihari depan.28 Menurut para ilmuan sosial memandang mitos
sebagai sesuatu yang diperlukan manusia untuk menjelaskan alam lingkungan
manusia di sekitarnya dan sejarah lampaunya. Mitos juga sebagai semacam pelukisan
atas kenyataan-kenyataan yang tidak terjangkau baik relatif ataupun mutlak dalam
format yang disederhanakan sehingga terpahami dan ditangkap oleh orang banyak.29
Secara umum mitos selalu dihubungkan dengan masyarakat mistis, namun
demikian masyarakat modern tidak meniadakan mitos sama sekali, karena tidak
jarang sekali masyarakat modern masih percaya pada warisan kuno, warisan
spiritual. Menurut Jamhari mitos adalah model pengartikulasian intlektual primodial
dari kepercayaan, mitos berarti sikap keagamaan atau merupakan filsafat primitive,
pengungkapan pemikiran yang sederhana, serangkaian usaha memahami dunia untuk
menjelaskan kehidupan dan kematian, takdir dan hakekat, Tuhan dan pemujanya.
26 Claude levi-strauss, Mitos Dukun dan Sihir (Yogyakarta: Kanisius, 1997),149. 27 Ibid 150. 28 Wisnu Minsarwati Op.Cit.,22. 29 Ruslani, Tabir Mistik Ilmu Gaib dan Perdukunan (Yogyakarta: Tinta, 2006), 5.
35
Pemujaan merupakan perwujudan cinta manusia kepada tuhan, pemujaan terhadap
tuhan ini adalah inti dan nilai yang sebenarnya.30
Kepercayaan mereka dibarengi dengan ketakjuban ketakutan, dan dalam
reaksinya lalu timbul rasa hormat yang berlebih-lebihan, yang melahirkan sikap
pengkultusan. Sikap hormat dan kultus yang demikian kemudian ada yang di
manifestasikan berupa upacara-upacara keagamaan (ritus) yang di lakukan secara
periodik dalam waktu tertentu. Demikianlah yang terjadi di masa lampau, atau
daerah-daerah terbelakang, dengan pikiran manusia yang masih kuat dikuasai oleh
kekolotan.31
Mitos bagi masyarakat Jawa merupakan sebuah sistem ide yang di gunakan
sebagai cara untuk menjelaskan dunia, dan mereka tidak bisa memisahkan mitos
dalam kehidupannya, hal ini dapat dimengerti bahwa mitos sudah menjadi bagian
dari kebudayaan yang sudah di uri-uri secara turun temurun dari nenek moyang.
Menurut Mircea Eliade mitos berarti suatu cerita yang benar dan cerita ini menjadi
milik mereka yang paling berharga, karena mempunyai yang suci, bermakna,
menjadi contoh model bagi tindakan manusia, memberi makna dan nilai dalam
kehidupan ini.32
Dalam kaitanya pula bahwa mitos memiliki struktur sebagi berikut: Pertama,
memunculkan sejarah mengenai tindakan-tindakan yang anti kodrati, Kedua, Sejarah
itu dianggap mutlak karena ia berkaitan dengan realitas-realitas yang sakral karena ia
merupakan karya yang adikodrati. Ketiga, dengan mengetahui mitos dapat
mengetahi asal usul segala sesuatu dan karenanya manusia dapat mengontrol atau
30 Roibin Lorong Jurnalof Social Cultural Studies, Perilaku Mitos Di Klangan Islam Kejawen, (vol,
1, Malang: 2004), 13. 31 Soenarto Timoer Op.Cit.,11. 32 Argo Twikromo, Mitologi Kanjeng Ratu Kidul (Yogyakarta: Nidia Pustaka, 2006), 22.
36
mengasimilasinya sesuai dengan keinginannya, Keempat, bahwa dengan satu cara
manusia hidup dalam mitos artinya bahwa manusia dikuasai yang sakral, kekuatan
agung dari peristiwa-peristiwa yang diingat dan diperankan kembali.33
Mitos sama halnya dengan simbul, mampu mewakili suatu kenyataan yang
lebih komplek dan simbul itu disederhanakan sehingga mudah ditangkap apa maksud
dan tujuannya. Satu langkah lebih jauh lagi adalah dalam proses perkembangan
kepercayaan manusia dalam bentuk simbul simbul tersebut adalah kepercayaan
tentang adanya bermacam-macam roh, dewa-dewa yang seakan mempunyai
kepribadian identitas sendiri, tetapi yang mempunmyai wujud lebih nyata dan
mantap dalam pikiran manusia atau kenyataan, kemantapan wujud simbul itu sering
kali dan berulang kali dilakukan dalam mitologi serta himpunan dongeng suci dalam
budaya yang bersangkutan.34
Masayarakat Jawa terbentuk dari alam pikiran jawa traditional kepercayaan
hindu dan tasawuf Islam. Secara umum menekankan keharmonisan yakni
ketentraman, keseimbangan dan keselarasan batin. Hal ini sesuai dengan pendapat
Niel Mulder bahwa pada dasarnya pandangan hidup orang jawa menekankan
ketentraman batin, keselarasan dan keseimbangan perilaku masyarakat dan
masyarakat di alam semesta.35
Budaya kepercayaan orang jawa kususnya yang tinggal di daerah pedesaan
sangat percaya dengan dunia gaib dan mitos.36 Dengan adanya pandangan seperti itu
orang jawa memiliki ritus religius yang sangat sentral bagi jawa kejawen, hal ini di
lakukan oleh orang yang mempunyai hajat, biasanya melakukan upacaran selametan,
33Ruslani, Tabir Mistik ilmu Gaib Dan Perdukunan (Yogyakarata: Tinta, 2006), 13. 34 Koencoroningrat, Sejarah Antropologi (Jakarta: UI-Press, 1982), 70-79. 35 Minsarwati Op. Cit., 57. 36 Ibid., 58.
37
oleh karena itu suatu adat yang sudah ditaati. Ada pula yang sampai melakukan
ritual-ritual yang konon sebagai penghormatan kepada leluhurnya, hal ini dilakukan
secara berlebihan sehingga menimbulkan jauh dari sisi ritual keagamaan yang benar,
adat seperti ini lambat laun akan tetap dipatuhi masyarakat jawa khususnya di daerah
pedesaan. Mereka mengartikannya dengan mitos, keberadaan mitos sampai saat ini
masih terjadi dan di adakan, ini terbukti karena adanya kepercayaan terhadap
kekuatan-kekuatan gaib atau supranatural yang berhubungan dengan kehidupan
sehari-hari mereka.37
Orang Jawa tidak membeda bedakan antara sifat religius dan bukan religius,
pandangan terhadap orang adalah secara keseluruhan artinya tidak ada pemisahan
secara tegas antar individu dengan lingkungan, golongan jaman mauapun dengan
alam adikodrati. Oleh sebab itu dengan sendirinya orang jawa tidak mampu
memisahkan urusan dunia sini empirik dengan dunia sana meta empirik.38 Dibalik
peristiwa tersebut, manusia menyakini adanya pengaruh luar biasa penuh misteri
sedang manusia tidak mampu membuktikan dengan akal dan fikirannya, sehingga
orang melihat suatu obyek atau peristiwa yang di dalamnya, manusia cenderung
menghubungkan dengan apa yang pernah terjadi dan disaksikan dahulu. Salah satu
kekhasan manusia yaitu mencoba menghayati kembali pengalaman masyarkat
lampau serta menempatkan diri ke masa kini, akan datang merupakan suatu
jaringan.39
Orang Jawa dalam mengungkapkan kepercayaan juga memperhitungkan hari-
hari baik untuk mengetahui perputaran musim yaitu waktu selama lima hari yang di
37 Ibid., 24. 38 Ibid., 59. 39 Ibid., 18.
38
sebut pasaran yaitu legi, paing, pon ,wage, kliwon, kemudian perputaran waktu
selama tujuh hari yang di sebut saptawaca yaitu senin selasa rabo kamis jumat sabtu
dan minggu.40
C. Pernikahan Menurut Hukum Islam
1. Pengertian
Pernikahan merupakan sunnatullah yang umum dan berlaku pada semua
makhluknya, baik pada manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Ia adalah suatu
cara yang dipilih oleh Allah SWT sebagai jalan bagi makhluknya untuk berkembang
biak, dan melestarikan hidupnya. Allah SWT berfirman dalam Surat al-Nisâ’ ayat 1
yang berbunyi sebagai berikut:
ق منها زوجها وبث منهما يا أيها الناس اتقوا ربكم الذي خلقكم من نفس واحدة وخل رجاال كثريا ونساء واتقوا الله الذي تساءلون به واألرحام إن الله كان عليكم رقيبا
Artinya:Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama laindan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.(suratan-Nisa' ayat1)41
Dalam hukum Islam dijelaskan bahwa untuk menyatukan dua insan yang
berlain jenis maka ditempuh jalan berdasarkan atas ketentuan Allah SWT yang
terdapat dalam syari’at Islam. Dengan mengadakan akad perkawinan atas dasar
kecintaan dan saling rela antara keduanya yang dilakukan oleh pihak wali menurut
40 Djanudi, Penanggalan Jawa 1220 Tahun Asapon (Semarang: Dahara Prize, 2006) 41 Qs, An-Nisa' (4): 1
39
sifat dan syarat yang telah ditentukan agar menjadi halal percampuran antara
keduanya.
Kata nikâh berasal dari bahasa Arab nikâhun yang merupakan masdar atau
kata asal dari kata kerja nakaha.42 Sinonimnya tazawwaja kemudian diterjemahkan
dalam bahasa Indonesia sebagai perkawinan. Kata nikâh sering kita pergunakan
sebab telah masuk dalam bahasa Indonesia.
Istilah Nikah (kawin) menurut arti asal ialah hubungan seksual. Tetapi
menurut arti majazi (mathaporic) atau arti hukum ialah akad (perjanjian) yang
menjadikan halal hubungan seksual sebagai suami isteri antara seorang pria dengan
seorang wanita, dengan dasar sukarela dan keridloan kedua belah pihak untuk
mewujudkan suatu kebahagiaan hidup berkeluarga yang diliputi rasa kasih sayang
dan ketentraman dengan cara-cara yang diridloi oleh Allah.43
Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1 pun merumuskan
bahwa perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia
dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Jika rumusan menurut hukum
Islam diatas dengan rumusan pada Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan tersebut
dibandingkan maka pada dasarnya tidak ada perbedaan yang prinsipil.44
2. Tujuan dan Hikmah Pernikahan
Ada beberapa tujuan yang di syariatkan perkawinan atas umat Islam45
42Ahamad Warson Munawir, Kamus Arab Indonesia (Cet 14, Surabaya: Pustaka Progresif, 1997),
1461. 43 Karya Yuda, Perkawinan Beda Agama ( Yogyakarta: Total Media, 2006), 66. 44 Abbdurrahman, Kompilasi Hokum Islam (Jakarta: Akademika Presindo, 2004 ), 45 Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqih. (Jakarta: Kencana, 2003), 80.
40
a. Untuk mendapatkan anak keturunan untuk melanjutkan generasi yang akan
datang hal ini terlihat dalam surat an-Nisa’ ayat 1:
يا أيها الناس اتقوا ربكم الذي خلقكم من نفس واحدة وخلق منها زوجها وبث منهما ال كثريا ونساء واتقوا الله الذي تساءلون به واألرحام إن الله كان عليكم رقيبارجا
artinya: Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama laindan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.(surat an-Nisa’ ayat 1).46
b. Untuk mendapatkan keluarga bahagia yang penuh ketenangan hidup dan
rasa kasih sayang. Hal ini terlihat dalam firman Allah dalam surat ar-Rum
ayat 21:
آي منة إن ومحرة ودوكم منيل بعجا وهوا إليكنسا لتاجوأز أنفسكم نلكم م لقاته أن خ في ذلك لآيات لقوم يتفكرون
Artinya:Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.(surat ar-Rum ayat 21).47
c. Pernikahan dapat menentramkan individu dan masyarakat khususnya bagi
wanita surat an-Nur,ayat 32
وأنكحوا الأيامى منكم والصالحني من عبادكم وإمائكم إن يكونوا فقراء يغنهم الله من له وفضليمع اسعو الله
artinya: Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-
orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan
46 Qs, an-Nisa' (4): 1. 47 Qs, ar-Rum (30): 21.
41
hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha mengetahui.48
Adapun diantar hikmah yang dapat ditemukan dalam perkawinan itu adalah
menghalangi mata untuk melihat hal-hal yang tidak diizinkan syara’ dan menjaga
diri dari terjatuhnya pada kerusakan seksual, hal ini adalah yang dinyatakan Nabi
dalam hadisnya:
حدثين عمارة عن عبد : عمر بن حفص بن غياث حدثنا أيب حدثنا األعمش قالحدثناكنا مع : دخلت مع علقمة واألسود على عبد اهللا، فقال عبد اهللا«: الرمحن بن يزيد قال
: النيب صلى اهللا عليه وسلم شبابا الجند شيئا، فقال لنا رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلمشر الشباب، من استطاع الباءة فليتزوج، فإنه أغض للبصر وأحصن للفرج، ومن مل يامع
.يستطع فعليه بالصوم، فإنه له وجاء
artinya: wahai pemuda siapa diantra mu telah mempunyai kemampuan untuk kawin, maka kawinlah, maka perkawinan itu lebih menghalangi penglihatan (dari maksiat) dan lebih menjaga kehormatan (dari kerusakan seksual) siapa yang belu mampu hendaknya berpuasa karena puasa itu bagiannya akan mengekang sahwat.(hr: Bukhori)49
3. Syarat dan Rukun Nikah
Sahnya suatu perbuatan hukum menurut hukum agama Islam harus
memenuhi dua unsur, yaitu rukun dan syarat. Oleh karena itu perkawinan dianggap
sah jika memenuhi dua unsur tersebut, karena rukun dan syarat menentukan suatu
perbuatan hukum, yang menyangkut syah atau tidak dari segi hukum.50 Agama Islam
menentukan sahnya akad nikah kepada tiga macam syarat, yaitu; Pertama,
48 Qs, an-Nur (24):32 49 Al Hafid ibn Hajar al Qosim, Bulugul Marom (Surabya: Nurul Huda, tth ),208. 50 Amir Syarifudddin, Hukum Perkawinan Islam (Jakarta: Kencana, 2006 ) 59.
42
dipenuhinya semua rukun nikah; Kedua, dipenuhinya syarat-syarat nikah; KetiIga,
tidak melanggar larangan perkawinan sebagaimana yang ditentukan oleh syari’at.
Adapun yang dinamakan Rukun adalah sesuatu yang berada di dalam hakekat
dan merupakan bagian atau unsur yang mewujudkannya untuk kelangsungan
perkawinan. Tanpa adanya hakikat dari pernikahan maka suatu pernikahan tidak bisa
dilaksanakan.51 Adapun yang dinamakan syarat adalah sesuatu yang berada diluar
dan tidak termasuk unsur syarat yang berkaitan dengan rukun.52 Hal ini senada
dengan apa yang diungkapkan oleh Mahmud Yunus, ia mendefinisikan rukun nikah
sebagai bagian dari hakikat perkawinan yang wajib dipenuhi, Kalau tidak dipenuhi
pada saat akad berlangsung, maka perkawinan tersebut dianggap batal.
Menurut versi As-Safi’i yang kemudian diadopsi oleh KHI Pasal 14, rukun
nikah terdiri atas lima macam, yaitu:53 Pertama, adanya calon suami; Kedua, adanya
calon isteri; Ketiga, adanya wali; Keempat, adanya dua orang saksi; Kelima, ijab
qobul.
Syarat pernikahan adalah syarat yang bertalian dengan rukun-rukun
pernikahan, yaitu syarat bagi calon mempelai yaitu; Pertama, calon suami, yang
mempunyai syarat sebagai berikut; beragama islam, laki-laki, jelas orangnya, dapat
memberikan persetujuan artinya tidak terpaksa, atas kemaun sendiri. Kedua, calon
istri, yang mempunyai persyaratan sebagai berikut; Bukan perempuan yang dalam
masa ‘iddah, tidak dalam ikatan perkawinan dengan orang lain, antara laki-laki dan
perempuan tersebut bukan muhrim, tidak dalam keadaan ihram haji atau umrah,
Bukan perempuan musyrik, merdeka, artinya atas kemauan sendiri.
51 Amir Amiruddin, Op. Cit., 59. 52 Ibid 53 Abdurrahman Op. Cit., 116.
43
Ketiga, syarat-syarat wali meliputi; laki-laki, dewasa baligh, mempunyai hak
perwalian, tidak ada halangan perwalian, waras akalnya, adil, tidak diapaksa. Artinya
bebas, tidak sedang ihram haji atau umrah, memahami bahasa yang digunakan untuk
ijab qobul; Keempat, syarat-syarat saksi meliputi, minimal dua orang laki-laki, waras
akalnya, adil, tidak dipaksa, tidak sedang ihram haji atau umrah, islam, dewasa,
Hadir dalam ijab qobul dapat mengerti maksud akad; Kelima, syarat-syarat ijab
qobul meliputi sebagai berikut, adanya pernyataan mengawinkan dari wali, adanya
pernyataan penerimaan dari calon mempelai, memakai kata-kata nikah, tazwij, atau
terjemahan dari kedua kata tersebut, antara ijab dan qobul bersambung, antara ijab
dan qobul jelas maksudnya, orang yang terkait dengan ijab dan qobul tidak sedang
ihram haji atau umrah, majelis ijab dan qobul harus dihadiri minimal empat orang
yaitu calon mempelai atau wakilnya, wali dari mempelai wanita dan dua orang saksi.
4. Kreteria Dalam Memilih Jodoh
Dalam pandangan Islam perkawinan itu bukan hanya urusan perdata saja,
bukan pula sekedar urusan keluarga dan masalah budaya, tetapi masalah dan
peristiwa agama, oleh karena itu perkawinan itu dilakukan untuk memenuhi sunnah
Allah dan sunnah Nabi dan dilaksanakan sesuai dengan petunjuk Allah dan petunjuk
Nabi.
Ada beberapa motivasi yang mendorong seorang laki-laki memilih seorang
perempuan untuk pasangan hidupnya dalam perkawinan. Yang pokok diantarnya;
Pertama, karena kecantikan seorang wanita atau kegagahan seorang laki-laki, Kedua,
kekayaannya, Ketiga, karena kebangsaannya dan keberagamaannya.
44
Diantara alasan di atas maka yang paling utama dijadikan motifasi adalah
keberagamaannya.54 Hal ini di jelaskan nabi dalam haditsnya yang muttafaqun allaih
dari abu hurairoh:
حدثين سعيد بن أيب سعيد عن أبيه عن أيب : حيىي عن عبيد اهللا قالحدثنا مسدد حدثناملاهلا، : تنكح املرأة ألربع:هريرة رضي اهللا عنه عن النيب صلى اهللا عليه وسلم قال ولحسبها، وجمالها، ولدينها، فاظفر بذات الدين تربت يداك
artinya: Perempuan itu di kawini dengan empat motivasi karena hartanya,
kedudukannya, atau kebangsawanannya, karena kecantikannnya, dan karena keberagamaannya, pilihlah perempuan karena keberagamaannya. kamua akan mendapat keberuntungan.55
Keberagamaan yang dimaksud adalah komitmen keagamaannya atau
kesungguhannya dalam dalam menjalankan agama Islam itu dijadikan pilihan utama
karena itu akan langgeng. Kekayaan suatu saat ketika dapat lenyap dan kecantikan
suatu ketika dapat pudar demikian pula kedudukan suatu ketika akan hilang.
5. Perkawinan yang Dilarang
a. Nikah mut’ah
Kata Mut’ah berasal dari bahasa arab yang berasal dari kata ma-ta-’a. secara
etimlogi mengandung dari beberapa arti kesenangan, alat perlengkapan pemberian.56
زين للناس حب الشهوات من النساء والبنني والقناطري المقنطرة من الذهب والفضة والخيل المسومة واألنعام والحرث ذلك متاع الحياة الدنيا والله عنده حسن المآب
artinya:Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang
diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis
54 Amiruddin Op. Cit., 82. 55 Al Hafid ibn Hajar al Qosim, Op. Cit., 209. 56 Ahamad Warson Munawir, OP. Cit., 1307.
45
emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).57
أحل لكم صيد البحر وطعامه متاعا لكم وللسيارة وحرم عليكم صيد البر ما دمتم حرما
تحشرونواتقوا الله الذي إليه artinya:Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari
laut sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan; dan diharamkan atasmu (menangkap) binatang buruan darat, selama kamu dalam ihram. dan bertakwalah kepada Allah yang kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.58
ال جناح عليكم إن طلقتم النساء ما لم تمسوهن أو تفرضوا لهن فريضة ومتعوهن على المقتر قدره متاعا بالمعروف حقا على المحسننيالموسع قدره وعلى
artinya:Tidak ada kewajiban membayar (mahar) atas kamu, jika kamu menceraikan
isteri-isteri kamu sebelum kamu bercampur dengan mereka dan sebelum kamu menentukan maharnya. dan hendaklah kamu berikan suatu mut'ah (pemberian) kepada mereka. orang yang mampu menurut kemampuannya dan orang yang miskin menurut kemampuannya (pula), Yaitu pemberian menurut yang patut. yang demikian itu merupakan ketentuan bagi orang-orang yang berbuat kebajikan.59
Nikah mut’ah adalah istilah hukum adalah perkawinan untuk masa tertentu
dalam arti pada waktu akad dinyatakan, masa tertentu yang bila masa itu telah datang
perkawinan terputus dengan sendirinya tanpa melalui proses perceraian.60 Ibnu azm
menyebutkan nikah dengan batasan waktu tertentu dan dilarang agama. Nikah ini
pernah diperbolehkan pada masa Rasulullah Saw, namun kemudian Allah SWT
menghapus atau melarangnya 61
57 Qs Ali Imron (3): 14 58 QS al Maidah (2): 96. 59 Qs.al Baqoroh (2): 236. 60 Amir syarifuddin, Op. Cit., 100. 61 Syaik Hasan Ayub, Fikih Keluarga (Jakarta: Pustaaka al-Kausar, 2001), 114.
46
قرأت على مالك عن ابن شهاب عن عبد الله و الحسن : قال: حدثنا يحيى بن يحيىن أبي طالب؛ أن رب ليع نا عأبيهم نع لين عد بمحم ينة ابعتم نى، عهول الله نس
.النساء، يوم خيبر؛ وعن أكل لحوم الحمر اإلنسية
Artinya:”Dari Ali r.a ia berkata, Rasulullah Saw telah melarang nikah mut’ah dan makan daging khimar pada zaman khaibar(H. R ,Muslim)”. 62
b. Nikah tahlil atau muhallil
Nikah muhallil atau nikah tahlil adalah perkawinan yang dilakukan untuk
menghalalkan orang yang telah melakukan talak tiga untuk segera kembali kepada
istrinya.63 Bila seseorang menceraikan istrinya sampai tiga kali, baik dalam masa
ataupun berbeda masa, suami tidak boleh nikah lagi dengan istrinya kecuali bila
istrinya itu telah menikah dengan laki-laki lain dan sudah melakukan hubungan
kelamin, kemudian bercerai dan habis iddahnya.64 ini sesuai dengan surat al-
Baqoroh Ayat 230:
ت ىتح دعمن ب حل لها فال تا أن فإن طلقههمليع احنا فال جفإن طلقه هرا غيجوز نكح يتراجعا إن ظنا أن يقيما حدود الله وتلك حدود الله يبينها لقوم يعلمون
artinya:Kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah Talak yang kedua), Maka
perempuan itu tidak lagi halal baginya hingga Dia kawin dengan suami yang lain. kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, Maka tidak ada dosa bagi keduanya (bekas suami pertama dan isteri) untuk kawin kembali jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah hukum-hukum Allah, diterangkan-Nya kepada kaum yang (mau) mengetahui.65
Perkawinan tahlil ini tidak menyalahi rukun yang telah ditetapkan, namun
karena niat orang yang mengawini itu tidak ikhlas dan tidak untuk kebenaran
62 Al Hafid ibn Hajar al Qosim, Op. Cit., 214. 63 Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh (Jakarta: Kencana, 2003),104. 64 Idem, Hukum Perkawinan Islam (Jakarta: Kencana, 2006),104. 65 Qs al Baqoroh (2 ) 230.
47
perkawinan itu dilarang oleh Nabi dan pelakunya, baik laki-laki yang menyuruh
maupun perempuan menjadi penghalal itu dilaknat Rasullah.66 Hal ini dalam hadis
Nabi dari Ibnu Abbas yang di riwayatkan Ibnu Majjah
حدثنا أبو عامر، عن زمعة بن صالح، عن سلمة بن وهرام، عن . حدثنا محمد بن بشار المحلل والمحلل لهلعن رسول الله: عكرمة، عن ابن عباس، قال
Artinya: ”Dari Ibn Abbas r.a berkata Rasulullah Saw, melaknat muhallil dan
muhallil lahu.” (H.R Ibnu Majjah).67
Menurut hukum Islam seorang isteri yang telah ditalak tiga oleh suaminya,
tidak diperbolehkan kawin kembali dengan bekas suaminya kalau belum memenuhi
syarat-syarat tertentu, yaitu ; Pertama, harus kawin dengan laki-laki lain; Kedua,
sudah berhubungan suami istri; Ketiga, ditalak oleh suaminya yang baru tadi;
Keempat, habis masa iddahnya.68
c. Nikah Syighar
Nikah syighar adalah perbuatan dua laki-laki yang saling menikahi anak
perempuan dari laki-laki lain dan masing-masing pernikahan itu sebagai maharnya.69
Menurut imam al-Baglawi menyebutkan nikah syighar menurut bahasa kata syighar
berasal dari kata ash-shagr yang berarti mengangkat, nikah ini di sebut syighar
karena kedua belah pihak orang yang menikahan putrinya sama-sama mengangkat
mahar.70
Dalam bentuk nyatanya ialah sebagai berikut sebagai laki-laki berkata, sebagai
ijab laki-laki lain saya kawinkan anak saya yang bernama si A kepadamu dengan
66 Amir Syarifuddin Op. Cit., 105. 67Al Hafid ibn Hajar al Qosim, Op. Cit., 215. 68Soemiyati, Op. Cit., 82. 69 Amir Syarifuddin Op. Cit., 105. 70 Syaikh Hasan Ayubi, Op. Cit., 113.
48
mahar saya mengawini anak perempuanmu yang bernama si B laki-laki itu
menjawab dengan bentuk qobul saya terima mengawini anak perempuanmu si A
dengan maharnya kamu mengawini anak perempuan saya bernama si B. Dalam
Hadis Nabi dari Ibnu Umar:
أن « نافع عن ابن عمر رضي اهللا عنهما حدثنا عبد اهللا بن يوسف أخربنا مالك عنوالشغار أن يزوج الرجل ابنته على أن . رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم ى عن الشغار
.يزوجه اآلخر ابنته ليس بينهما صداق Artinya:”Dari Ibnu Umar r.a, Rasulullah melarang perbuatannya syighar (dan
kemudian dijelaskan dengan perkataannya), syighar ialah laki-laki mengawinkan dengan imbalan dia dikawinkan kepada anak perempuan dari laki-laki tadi keduanya tanpa memberikan maskawin (H. R. Bukhori).71
6. Nikah Yang Di Haramkan
Nikah yang diharamkan disini adalah orang-orang yang tidak boleh dikawini
oleh seseorang. Perempuan mana saja yang tidak boleh dikawini oleh seseorang laki-
laki atau sebaliknya laki-laki mana saja yang tidak boleh menhgawini seorang
perempuan. Keseluruhannya diatur dalam al-Quran, diantaranya haram selamanya
yang di sebut mahram muabbad dan haram untuk sementara waktu dalam arti suatu
ketika ia sudah tidak lagi menjadi haram yang di sebut harram goiru muabbad.72
A. Haram Selamanya.
Mahram muabbad yaitu haram untuk melakukan pernikahan ada tiga
kelompok:
71 CD Hadis Kutubusittah. 72 Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqih, (Jakarta: Kencana, 2003), 106.
49
a. Haram dinikahi karena nasab73
Perempuan perempuan yang haram dinikahi untuk selamanya dikarenakan
hubungan kekerabatan. Yaitu; Ibu, Anak perempuan, Saudara perempuan, Bibi dari
pihak ibu, Bibi dari pihak ayah, Anak perempuan saudar laki-laki, Anak perempuan
saudara perempuan.
Keharaman perempuan perempuan tersebut sesuai dengan bunyi surat an-
Nisa’ ayat 23
اتنباألخ و اتنبو كماالتخو كماتمعو كماتوأخو كماتنبو كماتهأم كمليع تمرح كمائببرو آئكمنس اتهأمة واعضالر نكم ماتوأخو كمنعضالالتي أر كماتهأمت واألخ
لالتي في حجوركم من نسآئكم الالتي دخلتم بهن فإن لم تكونوا دخلتم بهن فال جناح ا عليكم وحالئل أبنائكم الذين من أصالبكم وأن تجمعوا بين األختين إال ما قد سلف إن
الله كان غفورا رحيما Artinya:Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang
perempuan saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), Maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(Surat an-Nisa’ ayat 23)74
b. Haram Dinikahi Karena Akibat Perkawinan
Bila seseorang laki-laki melakukan perkawinan dengan seseorang perempuan
maka terjadilah hubungan antara laki-laki dan perempuan demikian pula sebaliknya,
73 Abdurrahman Op. Cit., 122. 74 Qs, an-Nisa' (4): 23.
50
hubungan-hubungan itu dinamakan mushaarah dengan terjadinya hubungan
mushaarah timbul pula larangan perkawinan. Perempuan-perempuan yang tidak
boleh dinikahi karena hubungan musharah adalah75 Pertama, Perempuan yang telah
dikawini oleh ayah baik perempuan itu telah di gauli oleh ayah atau belum; Kedua,
Perempuan yang dikawini oleh anak laki-laki baik perempuan itu telah di gauli oleh
anak atau belum; Ketiga, ibu atau ibunya ibu dari istri, baik istri itu telah digauli atu
belum; Keempat, Anak anak perempuan dari istri dengan ketentuan istri telah digauli.
Empat perempuan yang haram dinikahi sebagimana tersebut di atas sesuai
dengan firman Allah.surat an-Nisa’ ayat 22
قتمة وكان فاحش هإن لفس ا قداء إال مسالن نكم ماؤآب كحا نوا منكحال تاء وسا و سبيال
Artinya:Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu, terkecuali pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya perbuatan itu Amat keji dan dibenci Allah dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh).76
Sebaliknya seorang perempuan tidak boleh dikawini laki-laki untuk
selamanya disebabkan hubungan musharah sebagai berikut; Pertama, Laki-laki yang
telah mengawini ibunya; Kedua, Ayah-ayah dari suami;Ketiga, Anak-anak dari
suami; Keempat, Laki-laki telah mengawini anak perempuannya.
c. Karena Hubungan Persusuhan
Bila seorang laki-laki menyusui kepada seorang perempuan maka air susu
perempuan itu menjadi darah dan pertumbhan bagi si anak, sehingga perempuan
75 Amir Sarifuddin, Op. Cit., 108.. 76 Qs, an-Nisa’ (4): 22.
51
yang menyusukan itu telah menjadi ibunya, ibu tersebut menghasilkan susu di
karenakan kehamilannya yang di sebabkan hubungan suaminya.77
Anak yang menyusu diharamkan menikah dengan anak dan cucu perempuan
yang menyusuinya dan seterusnya ke bawah dan juga diharamkan menikah dengan
perempuan yang menyusui itu baik yang hakiki maupun yang majazi, serta saudar
perempuan sepersusuan, bibi dari pihak bapak sepersusuhan baik yang hakiki
maupun ynag majazi, dan demikian adalah wanita yang haram dinikahi karena
persusuhan.78 Sebagai berikut:
Pertama, Ibu yang menyusui karena menjadi ibu dari anak yang di susui;
Kedua, ibu dari ibu yang menyusui (nenek) karena dia telah menjadi neneknya;
Ketiga, Ibu dari suami wanita yang menyusui karena ia juga menjadi neneknya;
Keempat, Saudara perempuan dari wanita yang menyusui karena ia menjadi bibi bagi
yang disusui; Kelima, saudara perempuan dari suami wanita yang menyusui karena
dia juga sebagia bibi dari pihak bapak; Keenam, Cucu perempuan dari wanita yang
disusui karena ini adalah keponakan dari anak yang disusui tersebut; Ketujuh,
Saudara perempuan dari bapak dan ibu.
Di riwayatkan oleh Aisyah:
ى عن مالك عن عبد الله بن أبي بكر عن عمرة حدثنا يحي: أخبرنا محمد بن بشار قال يحرم من الرضاع ما يحرم من النسب«: عن عائشة عن النبي صلى اهللا عليه وسلم ، قال
Artinya : Dari aisyah dari nabi muahmmad saw berkata haram sebab persusuhan
seperti haranm sebab keturunan (Hr. Nasa'i)79
77 Amir Sarifuddin, Op. Cit., 109. 78 Syaik Hasan, Ayyubi, Fikih Keluarga. (Jakarta: al-Kausar, 2001), 124. 79 Cd kutubussittah.
52
Beberapa syarat yang menjadikan ibu susu dan keturunannya menjadi mahram
bagi anak yang menyusuinya sebagai berikut; Pertama, Usia anak yang menyusu
jumhur ulama’ ber pendapat bahwa usia anak ynag menyusui berumur 2 tahun
karena pada masa itu air susu ibu menjadi pertumbuhannya.80 batasan masa dua
tahun itu berdasrkan kepada sabda rasul dari ibnu Abbas
Artinya: Tidak ada persusuhan kecuali dalam usia dua tahun.
Dalam al-Quran juga di jelaskan dalm surat al-Baqoroh ayat 233
اعضالر تمأن ي ادأر نن لمن كامليليوح نهالدأو نضعري اتالدالوو لود لهوعلى المة ورزقهن وكسوتهن بالمعروف ال تكلف نفس إال وسعها ال تضآر والدة بولدها وال
مهناض مرن تاال عا فصادفإن أر ارث مثل ذلكلى الوعلده وبو له لودور فال ماوشتا وجناح عليهما وإن أردتم أن تسترضعوا أوالدكم فال جناح عليكم إذا سلمتم مآ آتيتم
صريلون بمعا تبم وا أن اللهلماعو قوا اللهاتوف ورعبالم
Artinya:Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.81
Kedua, Kadar susuhan yang mengharamkan sebanyak tiga kali menyusu atau
lebih.
80 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2006),116. 81 Qs, al Baqoroh (2): 233.
53
Sebagaimana sabda Rasul saw:
أخربين أيب ، : حدثنا حييـى بن سعيد ، عن هشام قال: حدثنا عبد اهللا حدثين أيب ، قالن الرضاع املصة ال حيرم م عن عبد اهللا بن الزبري أن النيب صلى اهللا عليه وسلم قال
واملصتان Artinya: Tidaklah mengharamkan karena sekali atau dua kali susuhan (Hr
Muslim).82
Keterangan ini dengan tegas menyebutkan susuhan yang kurang dari tiga kali
tidak mengharamkan jadi yang mengharamkan adalah jika jumlah susuhan lebih
darai tiga kali.83 Ada keterangan lain bahwasannya si anak menyusui lima kali
susuhan karena bila kurang dari itu belum menyebabkan pertumbuhan.84
B. Mahram goiru muabbad ( Haram sementara)
Mahram goiru muabbad adalah larangan kawin yang berlaku untuk
sementara berarti tidak boleh kawin dalam waktu tertentu karena sesuatu hal, bila hal
itu sudah tidak ada maka larangan tidak berlaku lagi.85 Laranagan kawin sementara
berlaku dalam hal-hal tersebut di bawah ini :
a. Memadu dua orang yang bersaudara
Bila seseorang laki-laki telah mengawini seorang perempuan dalam waktu
yang sama dia tidak boleh mengawini saudara dari perempuan itu dengan demikian
bila dua orang perempuan tersebut itu dikawininya sekaligus maka perkawinan
dengan kedua perempuan tersebut batal.86 Diharamkan pula bagi seseorang
82 Al Hafid ibn Hajar al Qosim, Op. Cit., 246. 83 Sayid Sabiq Fiqih Sunnah (Terjamah., Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2004), 564. 84 Amir Syarifuddin Garis-Garis Besar Fiqh (Jakarta: Kencana, 2003), 110. 85 Amir Syarifuddin Op. Cit., 112. 86 Fikih Keluarga, Op. Cit., 134.
54
mengumpulkan seorang wanita dengan bibinya dari pihak ayah maupun pihak ayah
ataupun ibunya dalam suatu perkawianan.
Pendapat imam Syafi’i mengumpulkan seorang wanita dengan para bibinya
dari pijak bapak atau ibu meski telah jauh dari ikatan pernikahan sama juga
hukumnya dengan mengawini perempuan yang bersaudara dalam satu masa. Sama
saja satu orang dinikahi terlebih dahulu atau bersama-sama. Kalau dinikahi satu dulu
kemudian yang kedua maka yang kedua batal dan yang pertama syah, jika dinikahi
bersama-sama maka keduanya dibatalkan.87
Hadis Bukhori muslim diriwayatkan oleh Abu huroiroh
حدثنا عبد اهللا بن يوسف أخربنا مالك عن أيب الزناد عن األعرج عن أيب هريرة رضي اهللا ال جيمع بني املرأة وعمتها وال بني املرأة : عنه أن رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم قال
وخالتهاartiya: Dari abu huroiroh berkata sesungguhnya nabi muhammad melarang
memadu seorang perempuan dengan bibi dari ayah nya atau bibi dari ibunya (Hr Muslim)88
b. Istri orang lain atau bekas istri orang lain pada masa iddah
Diharamkan bagi seorang muslim menikahi istri orang lain atau bekas istri
orang lain yag masih dalam massa iddah karena memperhatikan hak suaminya89
Seorang perempuan yang sedang terikat dalam tali perkawinan haram dinikahi oleh
siapapun bahkan perempuan dalam perkawinan itu dilarang untuk dilamar baik
dalam ucapan terus terang maupun sendirian, keharaman itu berlaku selama
87 Imam Syafi’i, Ringkasan Kitab al-Umm ( terjmah, Jakarta: Pustaka Azzam. 2004), 349. 88 Al Hafid ibn Hajar al Qosim, Op. Cit., 213. 89 Sayid Sabiq, Op. Cit., 578.
55
suaminya masih hidup atau belum dicerai oleh suaminya dan ketika selesai menjalani
iddahnya maka boleh dinikah oleh siapa saja.90
Keharaman dalam mengawini perempuan bersuami itu terdapat dalam surat
an-Nisa' ayat 24 yang bunyinya
ملكت أيمانكم كتاب الله عليكم وأحل لكم ما وراء والمحصنات من النساء إال ما نهورأج نوهفآت نهم به منتعتمتا اسفم افحنيسم رغي صننيحالكم مووا بأمغتبأن ت ذلكم
ا تفيم كمليع احنال جة وافريضكيما حليمكان ع ة إن اللهد الفريضعم به من بتياضر.
artinya: Dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali
budak-budak yang kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas kamu. dan Dihalalkan bagi kamu selain yang demikian (yaitu) mencari isteri-isteri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka isteri-isteri yang telah kamu nikmati (campuri) di antara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu kewajiban; dan Tiadalah mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu telah saling merelakannya, sesudah menentukan mahar itu Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Muhsanah adalah perempuan-perempuan yang bersuami kecuali menjadi
budak sebagai tawanan perang sebab budak perempuan dan tawanan perang halal
bagi laki-laki yang menguasainya setelah selesai iddahnya. Sekalipun masih
mempunyai suami.91
c. Pernikahan Orang yang Sedang Ihram
Perempuan yang haram dinikahi yaitu pada waktu ihram haji maupun ihram
umroh oleh laki-laki manapun kecuali sudah lepas masa ihramnya.92Hal ini sesuai
dengan hadis Nabi
90 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2006), 128. 91 Sayid Sabiq, Fikkih Sunnah (terjemah, Jakarta : Pena pundi aksara, 2004) 92 Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh (Jakarta: Kencana, 2003), 115.
56
: حدثنا احلسن بن حممد بن الصباح ، قال: أخربنا حممد بن إسحاق بن خزيمة ، قال، حدثين عبد األعلى : حدثنا فليح بن سليمان ، قال: حدثنا أبو عباد حيىي بن عباد ، قال
و عبد اجلبار ابنا نبيه بن وهب، عن أبيهما نبيه بن وهب ، عن أبان بن عثمان عن عثمان .ال ينكح املحرم، وال ينكح، وال يخطب: بن عفان ، عن النيب قال
artinya: janganlah menikahi seseorang pada waktu ihrom dan jangan
meminangnya.(HR Muslim).93
Haramnya mengawini perempuan yang ihram itu adalah pendapat yang
dipegang oleh Jumhur ulama' termasuk imam Malik, Syafi'i imam Ahmad. Untuk
ulama' Hanfiyah berpendapat bahwa perkawinan perempuan yang sedang ihraml
sah,94 karena pada saat ihram tidak menggugurkan hak perempuan untuk dinikahi
yang terlarang ketika itu adalah jima'nya bukan hak untuk mengadakan
akad.95Dengan dalil hadis di bawah ini
Ada suatu riwayat lain bahwasannya nabi menikah dengan maimunah ketika
beliau ihram.
قلت : من هي ؟ قال : قال أبو الشعثاء : قال عمرو حدثنا عبد اهللا حدثين أيب ثنا سفيان أن النيب صلى اهللا عليه وسلم نكح ميمونة : أخربين ابن عباس : ميمونة ، قال : يقولون :
.وهو حمرمArtinya: Bahwasannya nabi Muhammad saw telah mengawini maimunah yang waktu
itu ia sedang melakukan ihram.(HR Ahmad).96
93 Al Hafid ibn Hajar al Qosim, Op. Cit., 213. 94 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2006, 129. 95 Sayid Sabiq, Op.Cit., 580. 96 Al Hafid ibn Hajar al Qosim, Op. Cit., 213.
57
d. Perempuan yang telah Ditalaq Tiga
Seorang suami yang telah mentalak istrinya dengan ditalak tiga kali, Baik
sekaligus atau bertahap, tidak halal bagi suaminya yang pertama sebelum dinikahi
oleh laki-laki lain dengan pernikahan yang sah.97 Hal ini dinyatakan dalam surat al-
Baqoroh ayat 230
فإن طلقها فال تحل له من بعد حتى تنكح زوجا غيره فإن طلقها فال جناح عليهما أن ا لقوهنيبالله ي وددح تلكالله و وددا حقيما أن يا إن ظنعاجرتونيلمعم ي
Artinya: Kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah Talak yang kedua), Maka
perempuan itu tidak lagi halal baginya hingga Dia kawin dengan suami yang lain. kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, Maka tidak ada dosa bagi keduanya (bekas suami pertama dan isteri) untuk kawin kembali jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah hukum-hukum Allah, diterangkan-Nya kepada kaum yang (mau) mengetahui. 98
e. Di Haramkan Menikah Lebih dari Empat
Para Jumhur ulama' sepakat mengharamkan menikah lebih dari empat sebagai
mana firman Allah dalam surat an-Nisa'ayat 3:
اعبرثالث وى وثناء مسالن نلكم م ا طابوا مى فانكحامتقسطوا في اليأال ت مإن خفتو فواحدة أو ما ملكت أيمانكم ذلك أدنى أال تعولوافإن خفتم أال تعدلوا
Artinya: Dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil Maka (kawinilah) seorang saja atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.
Dari ayat diatas dimaksudkan untuk memberikan pilihan jika berkehendak
seseorang boleh menikahi dua orang wanita atau tiga atau empat dan juga dalam ayat 97 Amir Syarifuddin, Op; Cit., 128. 98 Qs, a baqoroh (2): 230.
58
diatas membolehkan adanya poligami yaitu mempunyai seorang istri lebih dari satu
orang, namun kebolehan tidak secara mutlak, yaitu berlaku syarat kemampuan
berlaku adil diantara istri-istri itu. Adil itu bukan suatu yang mudah.hal ini dijelaskan
dalam surat an-Nisa' Ayat 129
يميلوا كل المفال ت متصرح لواء وسالن نيدلوا بعوا أن تطيعتسلن تلقة وعا كالموهذرل فت وإن تصلحوا وتتقوا فإن الله كان غفورا رحيما
artinya: Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat Berlaku adil di antara isteri-
isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. dan jika kamu Mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.99
f. Perempuan Beda Agama
Pernikahan beda agama di sini ialah perempuan muslimah dengan laki-laki
non muslim dan sebaliknya laki-laki muslim menikah dengan perempuan non
muslim. Istilah fiqih kawin dengan orang kafir yaitu orang yang tidak beragama
Islam. Dalam pandangan Islam dikelompokkan pada kafir kitabi disebut juga ahli
kitab, dan kafir bukan kitabi di sebut juga musryik100
Perempun musryik yaitu yang percaya dengan banyak tuhan atau tidak
percaya sama sekali pada Allah, kelompok ini haram melangsungkan pernikahan,
begitu pula seorang laki-laki musryik haram menikahi perempuan muslim.
Keharaman laki-laki muslim menikah dengan perempuan musyrik atau sebaliknya
dinyatakan Allah dalam surat al-Baqoroh ayat 221
99 Qs, an nisa’ (4): 129. 100 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawian di Indonesia (Jakarata: Kencana, 2006), 133.
59
خير من مشركة ولو أعجبتكم وال وال تنكحوا المشركات حتى يؤمن وألمة مؤمنةتنكحوا المشركني حتى يؤمنوا ولعبد مؤمن خير من مشرك ولو أعجبكم أولئك يدعون
ه ويبين آياته للناس لعلهم يتذكرونإلى النار والله يدعو إلى الجنة والمغفرة بإذن
artinya: Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.101
Surat al-Mumtahanah ayat 10
فامتحنوهن الله أعلم بإميانهن فإن يا أيها الذين آمنوا إذا جاءكم المؤمنات مهاجرات علمتموهن مؤمنات فلا ترجعوهن إلى الكفار لا هن حل لهم ولا هم يحلون لهن وآتوهم
إذا آت نوهنكحأن ت كمليع احنلا جا أنفقوا وم مسكوا بعصملا تو نهورأج نوهمتي ليمع اللهو كمنيب كمحالله ي كمح ا أنفقوا ذلكمألوا مسليو ما أنفقتألوا ماسافر والكو
كيمح artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu
perempuan-perempuan yang beriman, Maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka; maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman Maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. mereka tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka. dan berikanlah kepada (suami suami) mereka, mahar yang telah mereka bayar. dan tiada dosa atasmu mengawini mereka apabila kamu bayar kepada mereka maharnya. dan janganlah kamu tetap berpegang pada tali (perkawinan) dengan perempuan-perempuan kafir; dan hendaklah kamu minta mahar yang telah kamu bayar; dan hendaklah mereka meminta mahar yang telah mereka bayar. Demikianlah hukum Allah yang ditetapkanNya di antara kamu. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.102
101 Qs, al Baqoroh (2 ): 221 102 Qs, al Mumtahanah (60): 10.
60
Mengawini ahli kitab bagi laki-laki muslim sebenarnya dibolehkan oleh
karena itu diperbolehkannya terdapat dalam surat al-Maidah ayat 5
محل له كمامطعو حل لكم ابوا الكتأوت الذين امطعو اتبالطي أحل لكم مواليلكتاب من قبلكم إذا آتيتموهن والمحصنات من المؤمنات والمحصنات من الذين أوتوا ا
لهمبط عح ان فقدباإلمي كفرن يمان ودخذي أختال مو افحنيسم رغي صننيحم نهورأجاسرينالخ ة منفي اآلخر وهو
artinya: Pada hari ini Dihalalkan bagimu yang baik-baik. makanan (sembelihan)
orang-orang yang diberi Al kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal (pula) bagi mereka. (dan Dihalalkan mangawini) wanita yang menjaga kehormatan diantara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik. Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) Maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat Termasuk orang-orang merugi.103
Jumhur ulama' mengatakan yang dimaksud ahli kitab dalam ayat ini adalah
orang yahudi dan Nasrani selain orang dua tersebut bukan dikatakan nasrani,
menurut jumhur juga membolehkan kaum muslim menikahi wanita yahudi dan
Nasrani serta mencampuri budak wanita dari kalangan mereka dalam kedudukan
sebagai miliknya.104
Dalam hal ini hukum megawini perempuan ahli kitab dalam ayat tersebut
juga untuk orang yahudi dan Kristen (sekarang katholik dan protestan dan sektenya)
terdapat perbedaan diantara ulama' fiqh. Mayoritas ulama' mengatakan mereka sudah
tidak termasuk pada pengertian ahli kitab yang boleh dinikahi mereka di
kelompokkan kedalam pengertian musryik yang terdapat ayat tersebut, adapun
103 Qs, al Maidah (5) 5. 104 Fikih Keluaraga Op:Cit, 144.
61
perkawinan perempuan muslimah dengan laki-laki ahli kitab disepakati oleh ulama'
sedang keharamannya karena tidak ada petunjuk sama sekali yang membolehkannya.
D. Perhitunagan sebelum Pernikahan Jawa
1. Sejarah Singkat Kalender Jawa
Kalender saka merupakan warisan jaman hindu buda yang kemudian diganti
dengan kalender jawa atau kalender Sultan Agung yang berlaku sampai sekarang.
Banyak orang dan kalender yang beredar membuat kesalahan dengan keterangannya
bahwa kalender jawa sama dengan kalender saka, padahal berbeda.105
Kalender saka dimulai pada tahun 78 masehi. permulaan itu konon dimulai
pada mendaratnya Ajisaka di pulau jawa. Ada pula yang mengabarkan, permulaan
adalah saat raja sari wahana ajisaka naik tahta di india. Ajisaka adalah tokoh mitologi
yang konon menciptakan abjad huruf Jawa: ha na ca ra ka. Kalender yang tahunnya
disebut saka dimulai pada tanggal 15 maret tahun masehi 78. tahun masehi dan tahun
saka keduanya menganut sistem solair yaitu mengikuti perjalanan bumi dan matahari
dalam bahasa arab disebut syamsiyah106.
Kalender yang perpaduannya antara jawa asli dan Hindu, Budha nama tahunnya
saka dipakai oleh orang jawa sampai 1633 m. Pada saat Sultan Agung Hanyakra
Kusuma bertahta Raja Mataram yang terkenal patuh agama Islam itu mengubah
kalender di Jawa secara revolusioner. Pada waktu itu kalender saka sudah berjalan
105 Purwadi, Petungan Jawa (Yogyakarta: Pinus, 2006), 9. 106 Purwadi, Upacara Penegntin Jawa (Yogyakarta: Shaida,2007), 138.
62
sampai akhir tahun 1554. Angka 1554 diteruskan oleh kalender Sultan Agung
dengan angka tahun1955.107
Kalender saka mengikuti sistem solaiar dan kalender sultan agung mengikuti
sistem lunair, perubahan kalender di jawa mulai pada 1 sura tahun alip 1555, tepat
pada tanggal 1 Muharram tahun 1034 Hijriyah tepat pula dengan tanggal 8 juli 1633
harinya jumat legi kebijakan ini terpuji sebagai tindakan sebagai seorang muslim
dengan kemahiran yang tinggi dalam ilmu falak.108
Sri Agung merasa perlu mengubah kalender dan menyesuaikannya dengan
kalender hijriyah deangan tujuan agar hari raya Islam yang dirayakan di keraton
Mataram dengan sebutan grebeg dapat dilaksanakan tepat sesuai pada hari dan
tanggal yang tepat dengan ketentuan kalender Hijriyah. Kalender Sultan Agung
dimulai pada tanggal 1 suro 1555 tahun jawa atau tahun Sultan Agung memiliki ciri-
ciri109 sebagai berikut; Pertama, Dasar perhitungannya lunair atau komariyah;
Kedua, angka tahunnya meneruskan angka tahun saka dan di mulai dengan tanggal 1
sura tahun Alip 1555; Ketiga,Perhitungan jawa yang dipakai dalam kalender saka
seperti pranata mangsa wuku dan lain-lain tetap dilesatarikan dalam kalender jawa
atau kalender sultan agung seperti diketahui petangan jawi adalah jawa asli dan
sebagai Hindu dan Budha.
2. Perhitungan Jawa
Kalender adalah penanggalan yang memuat nama-nama bulan hari tanggal
dan hari-hari keagamaan seperti terdapat dalam kalender masehi. Kalender jawa
memiliki arti dan fungsi, tidak hanya sebgai petunjuk hari, tanggal dan hari libur atau
107 Ibid 149 108 Purwadi, Horoskop Jawa (Yogyakarta: Media abadi, 2006) 9. 109 1bid 13.
63
hari keagamaan akan tetapi menjadi dasar dengan apa yang disebut petangan jawi,
yaitu perhitungan baik buruk yang dilukiskan dan dilambangkan suatu hari, tanggal,
bulan, tahun, dan lain-lain.110
Petungan jawi sudah ada sejak dahulu merupakan catatan dari leluhur
berdasarkan pengalaman berdasarkan baik buruk yang dicatat baik buruk pada
primbon. Kata primbon berasal dari kata rimbun simpan atau simpanan maka
primbon memuat bermacam-macam perhitungan oleh suatu genersi diturunkan di
genersi berikutnya.111 Orang jawa mempunyai kepercayaan untuk melakukan sesuatu
kebanyakan menggunakan pitungan, pernikahan, panen, membangun rumah dan lain-
lain. di dalam petungan ada yang namanya neptu di setiap neptu ada nilainya sendiri-
sendiri.112
Nilai nilai hari, pasaran, dan bulan sebagai berikut:113
Minggu 5 Pon 7
Senin 4 Wage 4
Selasa 3 Kliwon 8
Rabu 7 Legi 5
Kamis 8 Paing 9
jumat 6
Sabtu 9
110 Hariwijaya, Islam Kejawen (Yogyakarta: Glombang Pasang, 2006,), 245. 111 Horoskop Op Cit 14. 112 Kuswah indah.Jurnal kejawen (Yogyakarta: Narasi, 2006) 142. 113 Harya Tjakraningrat, Kitab Primbon Bentaljemur Adammakna (Yogyakarta: CV. Buana Raya,
2001), 7
64
Suro 7 Alip 1
Sapar 2 Ehe 5
Rabiul awal 3 Jimawal 3
Rabiul akhir 5 Je 7
Jumadiawal 6 Dal 4
Jumadilakir 1 Be 2
Rejeb 2 Wawu 6
Ruwah 4 Jimakir 3
Pasa 5
Sawal 7
Dulkidah 1
Besar 3
3. Pengertian Neptu
Neptu secara etimologi adalah nilai. Sedangkan neptu secara terminologi
ialah angka perhitungan pada hari, bulan dan tahun Jawa.114 KH. Mustofa Bisri
dalam Fikih Keseharian Gus Mus mengatakan, neptu merupakan angka hitungan hari
dan pasaran.115 Neptu ialah eksistensi dari hari-hari atau pasaran tersebut. Neptu
digunakan sebagai dasar semua perhitungan Jawa, misalnya: digunakan dalam
perhitungan hari baik pernikahan, membangun rumah, pindah rumah (boyongan:
Jawa), mencari hari baik pada awal kerja, mau melaksanakan panen dan memberi
barang yang mahal, dan lain sebagainya. Dalam setiap hari dan pasaran tersebut
mempunyai neptu yang berbeda-beda dan juga mempunyai watak yang berbeda
beda.
114Purwadi, Kamus Jawa Indonesia (Yogyakarta: Media Abadi, 2004), 330. 115Mustofa Bisri, Fikih Keseharian Gus Mus (Surabaya: Khalista, 2005), 302.
65
4. Perhitungan Hari dan Pasaran.
1. Sifat hari116
a. Ahad, wataknya: samudana (pura-pura) artinya: suka kepada lahir, yang
kelihatan.
b. Senin, wataknya: samuwa (meriah), artinya: harus baik segala pakaryan.
c. Selasa, wataknya: sujana (curiga), artinya: serba tidak percaya.
d. Rabu, wataknya: sembada (serba sanggup, kuat), artinya : mantab
dalam segala pakaryan.
e. Kemis, wataknya: surasa (perasa), artinya: suka berpikir (merasakan
sesuatu) dalam-dalam.
f. Jumat, wataknya: suci, artinya bersih tingkah lakunya.
g. Sabtu, wataknya: kasumbung (tersohor), artinya suka pamer.
2. Sifat pasaran117
a. Pahing, wataknya: melikan, artinya suka kepada barang yang kelihatan.
b. Pon, wataknya, pamer artinya suka memamerkan harta miliknya.
c. Wage, wataknya kedher artinya kaku hati.
d. Kliwon, wataknya micara artinya dapat mengubah bahasa.
e. Legi, wataknya komat artinya sanggup menerima segala macam
keadaan.
116 Purwadi, Op. Cit., 24. 117Purwadi, Horoskop Jawa (Yogyakarta: Media Abadi, 2006), 15.
66
Dalam kebudayaan jawa pada umumnya menggunakan hitungan untuk
menentukan baik buruknya sesuatu ynag akan dilakukan. Dalam kosmologi Jawa,
manusia selalu berhubungan dengan pelbagai peristiwa melalui perhitungan angka-
angka tertentu yang didasarkan pada hari, jam, tanggal, pasaran, bulan bahkan tahun
yang di sebut petungan. Contoh yang jelas ketika orang jawa mau mengadakan
slametan maka waktunya harus ditetapkan berdasarkan petungan atau sistem
nomerologi orang jawa.118
Slametan kelahiran misalnya waktunya ditetapkan menurut peristiwa
kelahiran dan selametan kematian ditetapkan pada perisatiwa kematian namun orang
jawa tidak mengganggap suatu peristiwa sebagai suatu kebetulan, peristiwa itu
dianggap sebagai ketentuan Tuhan yang menetapkan secara pasti perjalanan hidup
setiap orang. Dalam upacara khitan dan perkawinan seperti juga, pergantian tempat
tinggal dan semacamnya tampaknya perlu ditetapkan dengan kehendak manusia
tetapi di sini penetapan secara sembarangan harus dihindari dan tatanan ontologis
yang lebih luas dengan sistem numerologi yang disebut pitungan.119
5. Perhitungan Sebelum Pernikahan
Dalam kebudayaan jawa dalam melakukan segala sesuatu yang penting maka
orang jawa mempunyai kepercayaan untuk menghitung terlebih seperti khitan,
bangun rumah, pindah tempat yang baru, dalam pernikahan dan lain-lain.
Perhitungan tersebut agar selamat dan tidak terjadi malapetaka, agar tidak terjadi
sesuatu yang tidak disangka-sangka. Perhitungan ini dilakukan Sebelum pernikahan
118 Ruslani, Op: Cit, 110. 119 Ibid
67
lebih tepatnya ketika pemilihan calon pengantin dilihat dulu hari, tanggal dan
pasaran dari keduanya dan dihitung, untuk hitungannya sebgai berikut:
1. Perhitungan melalui nilai hari lahir dan pasaran dari kedua calon
pengantin120
Dalam perhitungan pasatowan selaki rabi yang melalui neptu hari dan
pasaran ada beberapa cara yaitu:
a. Adapun pasatowan selaki rabi berdasarkan neptu, nilai hari, pasaran dari kedua
pasangan digabungkan dan dibagi 4 dan sisanya di lambangkan sebagai
lambang perjodohan
Minggu 5 Legi 5
Senin 4 Pahing 9
Selasa 3 Pon 7
Rabu 7 Wage 4
Kamis 8 Kliwon 8
Jumat 6
Sabtu 9
Makna dari sisa tersebut: Pertama,Di lambangkan gentho artinya
tidak mempunyai anak; Kedua, Di lambangkan gembili di artikan banyak
anak; Ketiga, Di lambangkan sri artinya banyak rizki; Keempat,Di
lambangkan punggel artinya mati
b. Hari dan pasaran dari kelahiran dua calon pengantin yaitu calon pengantin
laki laki dan calon pengantin perempuan masing-masing dijumlahkan dahulu,
kemudian masing masing dikurangi 9-9-9-dan seterusnya sampai habis tidak 120 Kuswah Indah, Jurnal kejawen (Yogyakarta: Narasi, 2006) 142
68
bisa dikurangi.121
Misalnya :
a. Sedangkan kelahiran anak laki-laki Selasa (neptu 3), Pon (neptu 7),
jumlah 10 dikurangi 9 sisa 1.
b. Kelahiran anak perempuan adalah hari Rabu (neptu 7), wage (neptu
4), jumlah 11, dibuang 9 sisa 2.
Menurut perhitungan dan berdasarkan sisa diatas maka perhitungannya
seperti dibawah ini:
No. Sisa Dampak
1. 1 dan 1 Baik, disayangi
2. 1 dan 2 Baik
3. 1 dan 3 Kuat, jauh rejekinya
4. 1 dan 4 Banyak celakanya
5. 1 dan 5 Akan cerai
6. 1 dan 6 Jauh sandang pangannya
7. 1 dan 7 Banyak musuh
8. 1 dan 8 Sengsara
9. 1 dan 9 Menjadi perlindungan
10. 2 dan 2 Selamat, banyak rejekinya
11. 2 dan 3 Salah seorang cepat mati
12. 2 dan 4 Banyak godanya
13. 2 dan 5 Banyak celakanya
14. 2 dan 6 Cepat kaya
121 Harya Tjakraningrat, Kitab Primbon Bentaljemur Adammakna (Yogyakarta: CV. Buana Raya,
2001), 12.
69
15. 2 dan 7 Anaknya banyak yang mati
16. 2 dan 8 Dekat rejekinya
17. 2 dan 9 Banyak rejekinya
18. 3 dan 3 Miskin
19. 3 dan 4 Banyak celakanya
20. 3 dan 5 Cepat berpisah (cerai)
21. 3 dan 6 Mandapat kebahagiaan
22. 3 dan 7 Banyak celakanya
23. 3 dan 8 Salah seorang cepat mati
24. 3 dan 9 Banyak rejeki
25. 4 dan 4 Sering sakit
26. 4 dan 5 Banyak godanya
27. 4 dan 6 Banyak rejekinya
28. 4 dan 7 Miskin
29. 4 dan 8 Banyak halangannya
30. 4 dan 9 Salah seorang kalah
31. 5 dan 5 Tulus kebahagiaannya
32. 5 dan 6 Dekat rejekinya
33. 5 dan 7 Tulus sandang pangannya
34. 5 dan 8 Banyak bahayanya
35. 5 dan 9 Dekat sandang pangannya
36. 6 dan 6 Besar celakanya
37. 6 dan 7 Rukun
38. 6 dan 8 Banyak musuh
39. 6 dan 9 Sengsara
40. 7 dan 7 Dihukum oleh istrinya
41. 7 dan 8 Celaka karena diri sendiri
70
42. 7 dan 9 Tulus perkawinannya
43. 8 dan 8 Dikasihi orang
44. 8 dan 9 Banyak celakanya
45. 9 dan 9 Liar rejekinya
Dari sisa hasil pengurangan dari nilai laki-laki yaitu 1 dan sisa dari
perempuan adalah 2 maka dari sisa tersebut dalam perjodohan yaitu perjodohan yang
baik.
2. Perhitungan antara nama kedua calon pengantin.
Dalam menentukan calon pengantin yaitu menggabungkan nilai aksara
pertama pada nama calon pengantin pria dan wanita kemudian dibagi 5 dan sisanya
diperhitungkan sebgai lambang baik buruknya lambang perjodohan.122
HA=1 NA=2 CA=3 RA=4 KA=5
DA=6 TA=7 SA=8 WA=9 LA=10
PA=11 DHA=12 JA=13 YA=14 NYA=15
MA=16 GA=17 BA=18 THA=19 NGA=20
Sebuah contoh: seorang laki-laki bernama Bagas akan di jodohkan
dengan seorang gadis yang bernama Niken:
Ba (dari bagas) + Na (dari Niken) =18 +2 = 20
Untuk menentukan makna lambang perjodohan kemudian hasil penjumlahan
tersebut di bagi lima 5 hasilnya 4 habis. Hal ini sama dengan sisa 5 yang lambangnya
pati artinya hidupnya akan sengsara dan akan dan sering mendapat kan bencana
kematian. Berdasarkan perhitungan tersebut maka perjodohan antar bagas dan niken
tidak baik atau keduanya tidak berjodoh.
122 Kuswah Indah, Op.Cit.,141.
71
Sisanya dilambangkan sebagai berikut; Pertama, Sri selamat dan mempunyai
rejeki ynag lebih; Kedua, Lungguh mempunyai pangkat dan kedudukan yang tinggi;
Ketiga, Gedhong hidupnya akan kaya; Keempat, Loro sering mendapat kesulitan;
Kelima, Pathi sering mendapat kesusahan dan kematian.
3. Perhitungan Berdasarkan Hari123
Hari Makna Hari Makna
Akad & Akad Sering sakit Selasa & Selasa Buruk
Akad & Senin Sering sakit Selasa & Rabu Kaya
Akad & Selasa Miskin Selasa & Kamis Kaya
Akad & Rabu Selamat Selasa & Jumat Cerai
Akad & Kamis Bertengkar Selasa & Sabtu Sering bertengkar
Akad & Jumat Selamat Rabu & Rabu Buruk
Akad & Sabtu Miskin Rabu & Kamis Selamat
Senin & Senin Buruk Rabu &Jumat Selamat
Senin & Selasa Selamt Rabu & Sabtu Baik
Senin & Rabu Anaknya perempuan Kamis & Kamis Selamat
Senin & Kamis Di kasihi orang Kamis & Jumat Selamt
Senin & Jumat Selamat Kamis & Sabtu Cerai
Senin & Sabtu Rahmat Sabtu& Sabtu Buruk
Dalam perhitungan perjodohan ini menggunakan hari dari kedua calon
mempelai dari situ bisa dilambangkan baik jeleknya perjodohan suatu contoh
seorang perempuan menikah dengan laki-laki seorang perempuan mempunyai hari
lahir senin dan laki-laki jumat maka menurut tabel diatas maka pernikahan tersebut
akan selamat.
123Harya Tjakraningrat, Op. Cit., 13.
72
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan peneliti dalam
mengumpulkan data penelitiannya dan dibandingkan dengan standar atau ukuran
yang telah ditentukan.124 Dalam penulisan skripsi ini guna memperoleh data dan
informasi yang objektif dibutuhkan data-data dan informasi yang aktual dan relevan.
Metode yang digunakan penulis sebagai sarana dan pedoman dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
A. Objek Penelitian
1. Keadaan geografis
Dalam penelitian ini berada di Dusun Sembung Desa Cengkok kenapa memilih
tempat ini karena tempatnya jauh dari kota dan masih kental dengan adat yang
124Suharsimi Arikunto, ProsedurPenelitian Suatu Pendekatan Praktis (Jakarta: Bina Aksara, 2002),
127.
73
dilakukan oleh masyarakat khususnya dalam perkawinan, batasan-batasan desa
antara lain; Pertama, sebelah utara berbatasan dengan Desa Tempel Ngronggot
(Kabupaten Nganjuk); Kedua, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tanjung Tani
Prambon (Kabupaten Nagnjuk); Ketiga, sebelah barat berbatasan dengan Desa
watudandang Prambon (Kabupaten Nganjuk); Keempat, sebelah timur berbatasan
dengan Desa Kelutan Ngronggot (Kabupaten Nganjuk)
Dalam Desa Cengkok ini menaungi 5 dukuhan yaitu Dusun Cengkok,
Sembung, Kedonglo, Pagak, Panjen akan tetapi focus penelitian ini di dusun
Sembung yang dinaungi oleh desa Cengkok adalah; Pertama, dusun Cengkok terdiri
dari 7 rukun warga, 14 Rukun tetangga 2 masjid 7 Musholla dan sarana Pendidikan
(TK, MIN, MTS, MA); Kedua, dusun Sembung terdiri dari 4 rukun warga, 8 Rukun
tetangga 1 masjid 6 Musholla dan sarana Pendidikan (TK, SD); Ketiga, dusun
Kedonglo terdiri dari 6 rukun warga, 12 Rukun tetangga 2 masjid 6 Musolla dan
sarana Pendidikan (TK, SD); Keempat, dusun Pagak terdiri 5 rukun warga, 10 Rukun
tetangga, 2 masjid 6 Musholla, sarana Pendidikan MI; Kelima, Dusun Panjen terdiri
4 rukun warga , 8 Rukun tetangga, 1 masjid 5 Musholla.sarana Pendidikan (TK,),
adapun luas tanah desa cengkok yaitu 501,140 ha2.
2. Keadaan Penduduk
Penduduk Dusun Sembung Desa Cengkok seluruhnya berjumlah 9090 Jiwa
yang terdiri dari laki-laki 4625 Jiwa dan perempuan 4661 sedangkan jumlah kepala
rumah tangga keseluruhan berjumlah kepala. 2516 jiwa
3. Keadaan Pendidikan
Keadaan Penduduk Desa Cengkok dalam masyarakat pendidikan bisa dianggap
seimbang. Mereka mayoritas tamatan SMP/MTs, ada juga yang lulusan SMA dan
74
D-3, S1 akan tetapi masih sedikit sekali jumlahnya. Adapun sarana pendidikan yang
terdapat di desa Cengkok terdiri dari 2 sarana pendidikan yaitu formal dan
nonformal, pendidikan formal terdiri dari 4 TK, 4 SD, 3 MIN, 1 MTs dan 1 MA
sedangkan untuk non formal, pendidikan dilaksanakan ditempat ibadah yaitu di
Masjid dan Musolla dengan sistem diniyah dan TPQ yang dibimbing oleh para
tokoh masyarakat seperti Kyai, Ustadz. Untuk pelaksanaannya TPQ biasanya
dilaksanakan disore hari untuk mengaji biasa dilaksanakan di malam dan habis subuh
dengan sistem sorogan..
4. Keadaan keagamaan
Penduduk Desa Cengkok mayoritas menganut agama Islam dan ada juga
sedikit yang beragama non muslim yaitu Kristen dan hindu. Untuk sarana
peribadatan terdiri dari 8 Masjid dan 33 Mushollah seperti yang terinci diatas.
Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat cengkok lumayan padat
yaitu dengan adanya kegiatan Yasinan, Tahlilan di lakukan malem rabu, manaqiban
dan diba’iyah yang di lakukan setiap malem jumat.
5. Keadaan ekonomi
Penghasilan masyarakat cengkok bermacam–macam akan tetapi Mayoritas
penduduk desa ini berpenghasilan dari ladang yaitu polowijo dan banyak yang
menjadi petani dan buruh tani ada juga yang penghasilannya dari pedagang hasil
dari pertanian dan pedagang di pasar.
6. Sistem kebudayaan
a. Adat perkawinan
Perkawinan merupakan hal yang sakral, oleh karena itu dalam
melangsungkan pernikahan harus dengan keatiatian agar selamat dari gangguan
75
gangguan dari roh halus, dan tidak boleh melakukan perkawinan pada bulan-bulan
yang tidak di perbolehkan yaitu bulan suro dan geblake mbahe125 dan hari yang
bagus untuk melakukan pernikahan hal-hal ini disebut galenge tahun126 ini masih
kental dipercayai oleh masyarakat 127.
b.Adat bersih desa
Adat bersih desa adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang desa
untuk bebersih desa atau sedekah desa, karena di dalam acara tersebut diadakan
sedekah, ada pula yang menyebut rasulan karena dalam kendurian ada selametan
rasulan (sega gurih dan ingkung ayam.) ini dilakukan oleh masyarakat setiap tahun
sekali dan dilakukan setiap bulan suro muharam didekat pohon Asem, begitu juga
nyadranan dan dilakaukan pada hari jumat legi bulan suro, yaitu berupa slametan
dan tarian jawa yaitu kledek.128 Ini dilakukan setiap tahun dengan meriah.
Bersih desa ini bertujuan tidak hanya skedar formalitas tahunan akan tetapi
memiliki spiritual yang luar biasa yang menpunyai tujuan sebagi berikut; Pertama, .
menyatakan syukur kehadirat Allah SWT atas ketentraman penduduk dan desa hasil
panennya yang memuaskan; Kedua, Memberi penghormatan kepada leluhur dan
cikal bakal desa yang berjasa merintis pembukaan desa; Ketiga, Mengharap
pengayoman (nyuwun wilujeng) dari tuhan Yang Maha Esa dan Rasul agar panen
akan mendatang lebih meningkat dan masyarkat sejahtera.129
125 Geblake orang tuane artine hari ketika meninggal orang tuane atau kakeknya. Pada hari itu tidak
boleh di lakukan untuk melakukan sesuatu kegiatan yang penting yaitu pernikahan. 126 Galenge tahun artine di dalam satu tahun ada bebrapa bulan yang banyak bencana. 127 Mbah sabil, Wawancara (Sembung 13 September 2008) 128 Mbah Sukari, Wawancara (11 Januari 2008) 129Tim Fakultas Bahasa Seni Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah, Jurnal Kejawen Universitas Negeri
Yogyakarta (Yogyakarta : Penerbit Narasi yogyakarta, 2006), 40.
76
A. Paradigma dan Pendekatan Penelitian
Dalam suatu penelitian, seorang peneliti mempunyai cara pandang sendiri
sendiri untuk melakukan penelitian, Kunh mendefinisikan paradigma sebagai
pandangan hidup (world view atau weltanschuung) yang dimiliki oleh ilmuwan
dalam suatu disiplin ilmu.130 Penelitian pada hakekatnya wahana untuk menemukan
kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran, usaha untuk mengejar
kebenaran dilakukan oleh para filsuf, peneliti, maupun oleh praktisi melalui model-
model tertentu, model tersebut di kenal dengan paradigma. Harmon mendefinisakan
di dalam bukunya Moleong paradigma sebagai cara mendasar untuk mempersepsi,
berfikir, menilai dan melakukan yang berkaitan dengan sesuatu secara khusus
tentang visi realitas.
Paradigma merupakan pola atau model tentang bagaimana sesuatu distruktur
(bagian dan hubungannya) atau bagaimana bagian-bagian berfungsi (perilakuk yang
di dalamnya ada kontek khusus atau dimensi waktu), Paradigma menurut Capra
adalah sebagai kontelasi konsep, nilai-nilai persepsi dan praktek yang dialami
bersama masyarakat, yang membentuk khusus tentang realitas sebagai dasar tentang
cara mengorganisasikannya.131
Dalam penelitian ini menggunakan paradigma antropologi untuk mempelajari
tentang aspek manusia yaitu tentang kebudayaan manusia dalam kehidupan
masyarakat dan suku bangsa diseluruh muka bumi sekarang ini. Antropologi dimulai
sebagai ilmu tentang evolusi manusia, masyarakatnya serta kebudayaannya dan
130Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial Agama (Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 2001), 91. 131 Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), 49.
77
kemudian ilmu tentang sejarah perubahan kebudayaan-kebudayaan manusia dimuka
bumi.132
Antropologi yang menonjol ialah pendekatan secara menyeluruh yang
dilakukan terhadap manusia. Kaum ahli antropologi mempelajari tidak hanya
bermacam jenis manusia, mereka juga mempelajari semua aspek dari pada
pengalaman-pengalaman manusia. Misalnya, dalam menulis tentang kelompok
manusia, seorang ahli antropologi juga menggambarkan suatu sejarah daerah
manusia itu, lingkungan hidup, cara kehidupan keluarga, pola pemukiman, sistem
politik dan ekonomi, agama, gaya kesenian dan berpakaian, segi umum bahasa dan
sebagainya.133 Dalam penelitian ini menggunakan paradigma antropologi karena
antropologi dapat digunakan untuk memahami tradisi dan mata rantai intelektual
yang tumbuh dan berkembang dalam lingkaran kebudayaan atau peradaban. Dalam
penelitian ini adalah larangan menikah karena satuan rampas di antara kedua belah
pihak calon mempelai.
C. Jenis Penelitian dan Pendekatan
Penelitian ini termasuk dalam penelitian etnografi yaitu untuk menjelaskan,
memahami kehidupan dan gejala sosial yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat,
Menurut Taylor dan Bogdan peneliti etnografi melihat obyek atau sasaran yang di
teliti yaitu perilaku dan tindakan manusia dengan cara melihat memahami dan
menjelaskan yang dikatakan dan dilakukan obyek dan sasaran penelitian. Etnografi
bertujuan untuk mengumpulkan data yang bersifat kualitatif yaitu data yang
132 Nur syam, Madzhab-Madzab Antropologi (Yogyakarta: PT. Lkis, 2007), 3. 133 Helman Hadikusuma, Antropologi Hukum (Bandung: PT. Alumni, 2006), 2.
78
berisikan sejumlah penjelasan dan pemahaman mengenai isi dan kualitas isi dari
gejala-gejala sosial yang menjadi sasaran dan obyek penelitian134
Dalam penelitian etnografi ada langkah-langkah di lapangan yaitu pertama
usahakan mempersempit fokus studi yakni peneliti dapat lebih mempersempit skopa
data yang dikumpulkan. Kedua menetapkan tipe studi. Ketiga mengembangkan
secara terus menerus pertanyaan secara analitik, selama di lapangan peneliti bertanya
dan mencari jawabannya. Keempat tuliskan komentar peneliti. Kelima upaya
penjajagan idee dan tema penelitian pada subyek responden sebagai analisis
penjajagan. Keenam membaca kembali kepustakaan yang relevan selama di
lapangan. Ketujuh gunakan metaphora, analogi dan konsep-konsep. Langkah seteleh
meninggalkan lapangan, Pertama membuat kategorisasi masalah dan menyusun
kodenya. Kedua menata urutan penelaahannya.135
Jenis pendekatan yang digunakan adalah kualitatif yaitu penelitian yang tidak
menggunakan hitungan angka-angka.136 Jadi penelitian ini tidak menggunakan
statistika atau hipotesis akan tetapi langsunag terjun ke masyarakat untuk melihat dan
mengamati kejadian yang berada di masyarakat dan menggambarkan data hasil dari
penelitian dengan kalimat yang terpisah-pisah menurut kategori dan dianalisis untuk
memperoleh kesimpulan dengan cara dideskripsikan terlebih dahulu yaitu tentang
mitos tiba rampas dalam pernikahan Jawa. di desa Cengkok Ngronggot Nganjuk.
134 Burhan Asofa , Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Rineka Cipta, 2004),69. 135 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Cet.VII; Yogyakarta: Rakesarasin, 1996), 102. 136 Soejono, Abdurrahman, Metode Penelitian Suatu Pemikiran Dan Penerapan (Jakarta: Rineka
Cipta, 1999), 26.
79
1. Sumber Data
Sumber data menurut lofland sumber data utama dalam penelitian kualitatif
ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah tambahan dan lain-lain137. Dalam
penelitian ini menggunakan sumber data primer dan skunder .
a. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat
yang diamati baik yang dilakukan melalalui observasi, wawancara dan alat
lainnya138 oleh karena itu pada penelitian ini untuk mendapatkan data
primer yaitu melakukan wawancara pada masyarakat atau kepada objek
penelitian. yaitu, orang yang percaya pada mitos tetapi melakukan
pernikahan yaitu tokoh masyarakat yaitu Imam Rofi’I, Darmuji, dan
sesepuh desa.yaitu Mabah Sukari, Mbah Sabil.
b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari kepustakaan data ini untuk
melengkapi data primer yang merupakan data murni.139 untuk melihat
konsepsi penerapannya perlu merefleksikan kembali ke dalam teori-teori
yang terkait dengan mitos tiba rampas dalam pernikahan Jawa. untuk pisau
analisis oleh karena itu membutuhkan literature dari kepustakaan yang
berkenaan tentang masalah ini.
2. Teknik Pengumpulan Data.
Untuk memperoleh data yang baik pada penelitian ini menggunakan
pengumpulan data dengan beberapa teknik sebagi berikut; Pertama, observasi
merupakan termasuk dalam penelitian sosial yang berupa kualitatif, observasi adalah
mengamati dan mendengar dalam rangka memahami dan mencari sesuatu yang
137 Lexy Moleong Op, Cit.,157 138 Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), 87. 139 Cholid Nurbuko, Metodologi Penelitian (Bandung: Bumi Aksara, 2005), 70.
80
terjadi di lokasi, menurut Sutopo menggunakan tehnik observasi digunakan untuk
menggali data dari sumber data yag berupa peristiwa, tempat lokasi, observasi dalam
penelitian ini dilalakukan secara langsung, observasi secara langsung dapat
dilakaukan dengan mengambil peran atau tak berperan.140
Untuk teknik yang kedua, interview yaitu percakapan yang dilakukan oleh
dua pihak dengan maksud tertentu.141 Wawancara ini dilakukan kepada Sesepuh
desa, tokoh masyarakat, pemuda, orang tua. tentang mitos tiba rampas dalam
pernikahan Jawa. di masyarakat Sembung Cengkok Ngronggot, Nganjuk.
Pedoman yang dipakai dalam wawancara ini adalah bebas terpimpin
merupakan kombinasi antara bebas dan terpimpin jadi pewawancara hanya membuat
pokok–pokok masalah yang akan diteliti dan dalam proses pewawancaraannya ketika
ada penyimpanagan maka pedoman wawancara sebagi pengendali wawancara jangan
sampai kehilangan arah.142 Sedang sumber data dalam pengumpulan data adalah
informan yaitu orang yang merespon dan menjawab pertanyaan penulis baik
pertanyaan lesan maupun tulisan yang dilakukan pada objek penelitian.143
3. Teknik Pengolahan Data dan Analisis
Dalam penelitian ini agar lebih mudah dan dapat dicerna dengan baik maka
penelitian ini menggunakan pengelolaan data, kegiatan ini meliputi editing,
clasifying, verifying, analysing ,concluding.144
140 Imam Suprayogo. Metodologi penelitian sosial agama (Bandung: Rosda Karya, 2003), 167 141 Lexy Moleong Op, Cit,186. 142Cholid Nurbuko Op,Cit, 85. 143Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2002),
107. 144Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta: Raja grafindo persada, 2005), 125.
81
a. Editing
Proses pertama dalam pengolahan data yaitu editing meneliti kembali catatan
data yang diperoleh dari obsevasi dan wawancara apakah data ini cukup baik
dan dapat segera disiapkan untuk proses selanjutnya.145 Dari itulah peneliti
mengedit kejelasan jawaban atau relevansi jawaban dari objek untuk meneliti
kembali catatan-catatan yang diperoleh dari pengumplan data.
b. Claifying
Proses kedua setelah editing selesai tahap berikutnya adalah clasifying adalah
usaha mengklasifikasikan jawaban-jawaban kepada responden baik yang
berasal dari interview maupun yang berasal dari obsevasi.146 Clasifikasi ini
digunakan untuk menandai jawaban-jawaban dari informan Karena setiap
jawaban pasti ada yang tidak sama atau berbeda oleh karena itu klasifikasi
berfungsi memilih data-data yang diperlukan. Pada dasarnya menetapkan
yang sebenarnya tepat bagi jawaban tertentu.
c. Verifying
Proses yang ketiga dalam pengolahan data yaitu hasil klasifikasi tersebut di
cocokkan ulang kepada informan untuk mengecek ulang jawaban yang
dihasilakan dari informan agar sesuai dengan yang diharapkan atau ada yang
kurang dari informan baik lupa belum dicatat agar semua data menjadi
lengkap.
145 Koentjoro Ningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: Gramedia Pustaka, 1997),
270. 146 Koentjoro Ningrat Op.Cit., 272.
82
d. Analying
Proses keempat selanjutnya adalah analsis yaitu proses menyusunan
mengategorikan data mencari pola atau memahami maknanya147. Dalam
referensi lain analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam
bentuk yang lebih mudah dibaca dan di interpretasikan148 ketika ketiga proses
dilakukan maka prosesi ini peneliti menganalisa dan memahami mitos tiba
rampas dalam pernikahan Jawa. Secara mendalam menggunakan teori-teori
dan setelah itu menggabungkan data primer dan skunder ke dalam suatu
penelitian agar dapat kejelasan dalam penelitian ini.
e. Concluding
Proses terakhir dalam pengolahan data di mana peneliti membuat kesimpulan
kesimpulan yang sudah ditemukan jawabannya dan menghasilkan gambaran
secara ringkas tentang mitos tiba rampas dalam pernikahan jawa
147 M. Amin Abdullah, dkk. Metodologi Penelitian Agama; Pendekatan Multidisipliner (Yogyakarta:
Lembaga Penelitian UIN Sunan Kali Jaga, 2006), 218. 148 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei (Jakarta: Ghalia Indonesia,
1984), 263.
83
BAB IV
PAPARAN DATA DAN ANALISIS DATA
A. Pengertian Tiba Rampas
Terkait dengan pengertian tiba rampas terdapat beberapa pandangan sebagai
mana yang telah peneliti klasifikasi dalam bentuk data emik berikut: Sukari adalah
seorang tokoh adat di Dusun Sembung Desa Cengkok, biasanya seseorang yang
ingin melaksanakan hajatan, Sukari-lah orang yang akan menentukan hari dalam
jejodohan149 biasa disebut engkik,150 untuk menjadi engkik tidak mudah dalam
perjalanan Sukari untuk mendapatkan ilmu jawa, dia mencari ilmu ke seorang
sesepuh di Tulung Agung selama 6 tahun dan melakukan ritual seperti puasa
149 Bahasa Jawa maksudnya adalah perjodohan 150 Orang yang dianggap mampu dan kompeten dalam masalah perhitungan (dukun)
84
nglowong151, puasa mutih152, pati geni153i, dan ngebleng154. Beliau juga pemimpin
bagi masyarakat Dusun Sembung. Sukari adalah orang yang berkompeten dalam
masalah hitungan Jawa, berikut petikan hasil wawancara dengan Sukari tentang tiba
rampas:
”Tiba rampas yoiku ora onok jarak antarane calon lanang lan wadon, maksute jarak yoiku ora onok turae antarane satoane pengantin wadon lan lanang nalikone dikurangi telu”. Tiba rampas itu adalah ketika tidak ada jarak hitungan antara calon laki-laki dan perempuan maksudnya jarak disini tidak ada sisa nilai hari dan pasaran antara calon mempelai laki-laki dan perempuan ketika dikurangi tiga.155
Sabil adalah merupakan seseorang yang dipandang “tua” atau sesepuh di
Dusun Sembung dia juga sebagai orang yang menghitungkan jejodohan antara laki-
laki atau perempuan yang akan melaksanakan perkawinan atau engkik. Beliau juga
orang yang berkompeten dalam permasalahan tiba rampas. Berikut petikan hasil
wawancara dengan Pak Sabil:
“Tiba rampas itu satuan dino lan pasaran seng dilongi telu entek ora onok siso antarane calon manten lanang lan wadon, gawene neptu wong loro mau menurut itungan jowo”.
“Tiba rampas yaitu nilai hari dan pasaran yang dikurangi tiga (sampai) habis tak ada sisa antara calon pengantin laki-laki dan perempuan, menghitung neptu kedua orang tadi didasarkan hitungan Jawa”.156
Imam Rofi’i adalah seorang laki-laki berusia 49 tahun yang bekerja sebagai
petani di pagi hari, dan sebagai guru ngaji di mushollah pada waktu sore hari. Beliau
juga aktif sebagai Pengurus Nahdhotul Ulama (NU) Ranting Kecamatan. Masyarakat
151 Puasa yang dilakuakan di dalam lubang dalam tanah. 152 Puasa yang dilakuakan seseorang untuk mencapai sesuatu dengan cara buka dan sahur memakan
nasi putih dan air putih. 153 Tidak tidur baik malam maupun siang. 154 Tidak keluar kamar dan jauh dari keramaian dunia. 155 Sukari, Wawancara (Desa Cengkok, 11September 2008). 156 Sabil, Wawancara (Desa Cengkok, 13 September 2008).
85
menganggap bahwa beliau adalah tokoh masyarakat setempat yang sering membantu
sebagai penerima pengantin dalam acara walimatul ursy. Berikut ini petikan hasil
wawancara dengan informan tersebut:
Tiba rampas jejodohan antarane arek lanang lan wadon iku nganggo itungan sing asile kosong lan ora ono jarak manten lamuno dikurangi telu
Tiba rampas perjodohan antara laki-laki dan perempuan itu menggunakan perhitungan yang hasilnya kosong dan tidak ada jarak pengantin jika dikurangi tiga.157
Darmuji adalah seorang guru SD dan juga sebagai petani yang berumur 58
tahun. Beliau adalah salah satu tokoh masyarakat yang masih memegang adat
Kejawen sehingga sosok beliau disegani dalam masyarakat. Selain itu, beliau juga
pemimpin dalam Jam’iyah Yasin di Dusun Sembung Desa Cengkok. Berikut ini
petikan hasil wawancara dengan beliau, mengenai apa itu tiba rampas beliau
menjelaskan:
Tiba rampas iku pitungan kanggo wong sing arep dadi manten antar wong lanang lan wadon gawe satuane wong loro mau dikurangi telu lan ora onok turae antarane wong iku mau.
Tiba rampas adalah perhitungan bagi orang yang akan melakukan pernikahan antara laki-laki dan perempuan menggunakan nilai (neptu) kedua orang tadi dikurangi tiga dan hasilnya kosong.158
Dalam referensi yang lain perhitungan sebelum pernikahan ada tiga; Pertama,
melalui nilai hari lahir dan pasaran dari kedua calon pengantin159 Kedua, perhitungan
berdasarkan nama dari calon pengantin; Ketiga, perhitungan berdasarkan hari dari
kedua calon pengantin..
Dari pengertian di atas bahwasannya tiba rampas merupakan perhitungan yang
dilakuakan sebelum melaksanakan pernikahan dengan menggunakan nilai hari dan 157 Imam Rofi’i, Wawwancara (Desa Cengkok, 9 September 2008). 158 Darmuji, Wawancara (Desa Cengkok, 14 September 2008). 159 Kuswah Indah, Jurnal kejawen (Yogyakarta: Narasi, 2006) 142
86
pasaran dari kedua mempelai yang dijumlah menjadi satu dan dikurangi tiga
sehingga menghasilkan nilai kosong dan tidak dapat dibagi tiga lagi.jadi
persamaannya semuanya menggunakan nilai pasaran dan nilai hari dalam
menghitungnya
Perhitungan dalam perhitungan jawa bukan hanya nilai hari dan pasaran saja
bisa juga perhitungannya melalui nama dan hari dari calon pengantin.akan tetapi
yang dikatakan tiba rampas ini perhitungan melalui nilai hari dan pasaran dari kedua
calon pengantin, sebelum melaksanakan pernikahan.
B. Sejarah Tiba Rampas.
Sebelum membahas tentang mitos, penulis akan menjabarkan makna "tiba
rampas" berdasarkan arti bahasa. Tiba (bahasa Jawa) diartikan sebagai jatuh yang
konotasinya bisa juga diartikan “jatuh pada“ (berkenaan tentang keterangan atau
sifat).160 Sedangkan kata rampas (bahasa Jawa) berasal dari bahasa Kawi rapus yang
artinya kekes, bermakna lunas, lunas diartikan sebagai kosong atau nol.161
Etnis Jawa, sebagaimana terekam dalam Serat Centhini dan Kitab Primbon
Bataljemur Adammakna, memiliki tradisi perhitungan hari baik yang pada dasarnya
merupakan sistem kepercayaan (religi) yang menyediakan seperangkat pengetahuan
tentang cara manusia berkomunikasi dengan kekuatan-kekuatan supra natural atau
pun supra human (Dahnyang, Dewa, Tuhan). Atas dasar keyakinan akan watak
kodrati dari hari, tanggal, bulan dan posisi matahari secara tradisional “orang jawa“
memperhitungkan aktivitas hidupnya sesuai dengan aturan tertentu dengan harapan
160 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), (t.t.: Balai
Pustaka, t.th.), 815. 161 C.F. Winter Sr. dan R.Ng. Ranggawarsita, Kamus Kawi – Jawa: Menurut Kawi – Javaansch
Woordenboek, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2003), 226.
87
agar hidupnya selamat atau lancar dalam mencari rejeki. Dengan sistem kepercayaan
ini “orang Jawa“ memiliki seperangkat jawaban terhadap berbagai keberuntungan
atau pun malapetaka yang menimpanya. Setiap komunitas atau kebudayaan tentu
memiliki “magis“-nya masing-masing, yang pada dasarnya merupakan suatu usaha
manusia untuk memanipulasikan rangkaian sebab-akibat antara berbagai peristiwa
yang bagi rasionalitas barat tidak saling berhubungan dengan cara-cara yang bagi
rasional barat pula, tidak rasional.162
Menurut Bagus Y Prayitno, Orang-orang dahulu mengamati dan mencatat
perubahan bumi, planet, matahari atau bintang yang mempunyai daya magnetis
sendiri-sendiri. Masing-masing mempunyai kekuatan dan jenis energi yang berbeda
dan bisa saling mempengaruhi, termasuk apa saja yang di dalamnya. Hal ini
dilakukan terhadap ribuan bahkan jutaan responden, selama ribuan tahun, sehingga
berupa data statistik setelah diamati ada suatu pola tertentu, yang akhirnya
disusunlah suatu konsep. Di Yunani ada astrologi barat, yang membagi manusia
menjadi 12 bulan menjadi 12 karakter (sesuai revolusi bumi terhadap matahari) yang
akhirnya disebut sebagai zodiak atau bintang (Pisces, Leo, Virgo dsb). Di China ada
kalender Xia telah disusun 3.000 thn SM, di mana mendasari perhitungan Ba Zi (8
karakter/huruf kelahiran manusia: 2 huruf Tahun, 2 huruf bulan, 2 huruf hari dan 2
huruf jam kelahiran). Pada tanggal dan jam kelahiran tertentu dapat dilihat karakter
atau sifat dasar manusia, dan keberuntungan atau bioritmik manusia selama kurun
162 R.M. Keesing, Antropologi Budaya, Suatu Perspektif Kontemporer, (Jakarta: Penerbit Erlangga,
1992), 96.
88
waktu tertentu. Di China ada istilah keberuntungan langit, keberuntungan bumi,
keberuntungan manusia.163
Hal demikianlah yang pada tahap selanjutnya menjadi mitos yang kemudian
dipercaya oleh generasi atau masyarakat setempat demi melanjutkan adat istiadat
atau kebudayaan “warisan leluhur” yang dianggap sakral. Mitos disini dimaknai
sebagai uraian naratif atau penuturan yang suci (sacred) atau kejadian-kejadian luar
biasa yang berada di luar pengalaman manusia sehari-hari. Penuturan itu diwujudkan
pada dongeng–dongeng atau legenda tentang dunia supranatural. Oleh karena itu
studi tentang mitos di gali dari cerita-cerita rakyat (folklore)164. Mitos adalah cerita
sakral yang di tempatkan di zaman yang berbeda dengan zaman pencerita, sambil
mengungkapkan pemahaman realitas yang menjelaskan beberapa adat kebiasaan
dalam masyarakat sang pencerita, mitos ternyata juga lahir dari suatu kebutuhan
intelektual akan penjelasan yang memuaskan dan bukan hanya ekpresi perasaan
primitif.165
Pada kasus petangan tiba rampas, munculnya mitos ini dipercaya sebagai
warisan nenek moyang yang telah mengalami hal tersebut. Sebagaimana dikatakan
oleh Sukari166:
“Ya munculnya dari kakek–kakek terdahulu yang sudah memberi nama tiba rampas dan juga dari pengalaman orang-orang yang sudah mengalami tiba rampas”.
Dalam masyarakat desa perhitungan (petangan) tiba rampas, selain dipercaya
merupakan warisan nenek moyang juga masih dipergunakan sebagai referensi atau
163 Bagus Yudo Prayitno, “ Logika Perhitungan Waktu Terhadap Bioritmik Manusia”,
http://www.lifefeature.com (diakses pada 22 Desember 2008) 164 Soenarto Timoer, Mitos Kurbaya Cerita Rakyat Sebagai Sumber Penelitian Surabaya (Jakarta:
Balai Pustaka, 1983), 11. 165 Sumadyo Hadi, Seni Dalam Ritual Agama (Yogyakata: Pustaka, 2006),46. 166 Sukari, Wawancara (Desa Cengkok, 11 September 2008)
89
dasar masyarakat Dusun Sembung Desa Cengkok untuk menghitung kecocokan
(bahkan nasib) calon dua mempelai. Sebagaimana penuturan mbah Sabil, Darmuji,
dan informan yang lainya.
Berbagai paparan tokoh adat dan tokoh masyarakat menggambarkan bahwa
nenek moyang dan para leluhur telah melakukan pencatatan berbagai peristiwa
penting dalam perjalanan hidupnya. Sebagai satu contoh mengenai perjodohan
manusia, Keserasian, kecocokan, keharmonisan disamping ketidakserasian,
ketidakcocokan dan ketidakharmonisan dicatat dalam kitab-kitab kuno dengan
merujuk kepada kriteria-kriteria tertentu. Kriteria tersebut bisa berupa hari dan weton
lahir, asal usul, suku bangsa, trah dan banyak hal yang lain. Keserasian, kecocokan,
dan keharmonisan perjodohan tentunya menjadi idaman atau harapan, sedangkan
ketidakserasian, ketidakcocokan dan ketidakharmonisan merupakan risiko yang
harus dihindari.
Prosesi rampas pemilihan calon pengantin yang melibatkan dua keluarga
yaitu kelurga dari pihak laki-laki dan pihak perempuan yaitu orang tua, paklek,
bulek, pakde, dan juga sesepuh yang bertugas untuk menghitungkan antara calon
mempelai, dari pihak laki-laki datang dahulu ke pihak perempuan kedatangannya itu
untuk musyawaroh dan menhitung antar kedua mempelai setelah itu rombngan laki-
laki pulang dan menunggu jawaban dari pihak perempuan jika hasil perhitungkan itu
rampas maka kebanyakan dibatalkan untuk tidak diteruskan dalam jenjang
pernikahan dan apabila sesuai maka diteruskan ke jenjang pernikahan.
Suatu kasus ketidakcocokan kemudian dirunut ke belakang dengan mengacu
kepada data-data atau pengalaman manusia, sehingga kemudian dengan rasionya
para sesepuh membuat suatu teori yang dibukukan dalam suatu kitab primbon.
90
Dalam primbon misalkan diyakini bahwa seseorang weton A dan weton B secara
karakter tidak akan cocok untuk menjalani suatu perjodohan, sehingga niat
perjodohan tersebut harus dibatalkan. Demikian halnya seseorang dengan weton
tertentu sebaiknya mencari seseorang dengan weton yang sesuai untuk menjadi
jodohnya. Hal ini sebenarnya sebagai suatu usaha untuk meminimalisir risiko
berdasarkan pengalaman-pengalaman yang sudah pernah ada dan “tercatat” sebagai
primbon tadi.
C. Teknik Pelaksanaan Tiba Rampas.
Dalam adat jawa ketika melakukan segala sesuatu yang krusial atau penting
maka orang jawa mempunyai kepercayaan untuk menghitung terlebih dahulu seperti
khitan, bangun rumah, pindah tempat yang baru dan pernikahan, perhitungan itu
bertujuan agar tidak terjadi malapetaka dan agar tidak terjadi sesuatu yang tidak
diinginkan, kusunya dalam perhitungan dalam pernikahan yaitu; dalam perhitungan
pernikahan terdapat teknik penghitungan yang dinamakan tiba rampas yaitu sebagai
mana berikut, dalam wawancara dengan Sukari
Tiba rampas iku neptu antarane lanang lan wadon di gunggung dadi siji dikirangi telu dene turahe antarane wong loro entek lan kosong iku diarani tiba rampas. Umpomone sing lanang lahire dino Jumat Paing iku itungane Jumat enem Paing songo dijumlah dadi limolas neptune. Trus sing wedok lahire Minggu Pon nilene Minggu limo Pon pitu dadi neptune rolas. Mari ngono karo-karone dijumlah dadi pitulikur. Yen ngitung tiba rampase nile pitulikur mau dikurangi telu dadi patlikur, sakteruse dikurangi telu dadi selikur, wolulas, limolas, rolas, songo, enem, telu, trahir dadi nol utowo entek. Dadi, mergo hasile nol iki sing diarani tiba rampas Tiba rampas yaitu neptu antara laki-laki dan perempuan dijumlah menjadi satu dan dikurangi tiga ketika hasil dari pembagian antara dua calon mempelai adalah habis atau kosong. Misalnya yang laki-laki lahir hari Jumat Paing itu hitungannya Jumat 6 Paing 9 ditotal jadi 15 neptunya. Terus yang perempuan lahirnya Minggu Pon maka Minggu 5 Pon 7 jadi neptunya 12. Kemudian
91
keduanya ditotal (15+12) menjadi 27. Untuk menghitung tiba rampas-nya maka 27 dikurangi 3 jadi 24, selanjutnya dikurangi 3 terus-menerus jadi 21, 18, 15, 12, 9, 6, 3, terakhir jadi 0 atau habis. Jadi karena hasilnya nol maka ini disebut dengan tiba rampas.167 Sing diarani tiba rampas yo iku jumlah soko neptu lan pasaran koyoto akad 5 pon 7 jumlah dadi 12 karo kamis 8 wage 4 jumlah dadi 12, antarane wong loro lanang lan wadon jumlahe 24 dikirangi 3, iku ora ono turae utowo kosong. Yang dibilang tiba rampas yaitu jumlah dari neptu dan pasaran akad 5 pon 7 jumlahnya 12 dan kamis 8 wage 4 antara keduanya (si laki-laki dan perempuan) dikurangi 3, itu tidak ada sisanya atau kosong.168
Dalam pelaksanaan perhitungan dilakukan ketika kedua keluarga berkumpul
dan bertemu di rumah calon perempuan untuk pertama kali dilakukan, pertemuan itu
untuk musyawaroh mufakat perhitungan calon pengantin yang mana jejodohan akan
dilakukan dari pertemuan tersebut.
Musyawaroh mufakat itu, melibatkan dua keluarga besar dari pihak calon
pengantin laki-laki dan pihak calon pengantin perempuan, dua keluarga besar
tersebut meliputi bapak, ibu dari kedua calon pengantin, paman dari kedua calon
pengantin, semua keluarga pengantin adik, kakak dari calon pengantin, bibik dari
calon pengantin beserta kakek dan nenek dari keduanya dan tidak lupa sesepuh yang
menghitung nilai hari dari keduanya.
Musyawaroh yang dilakukan pihak laki-laki dan pihak perempuan ketika sudah
berkumpul dan berdampingan untuk bercengkrama anatara dua keluarga agar lebih
akrap ketika perbincangan untuk mengakrapkan antara kedua keluarga. Maka
pasogatan169 yang dihidangkan dikeluarkan dari pihak keluarga perempuan, ketika
cengkrama dan menikmati hidangan yang ada udah selesai, maka seorang sesepuh
membuka acara itu untuk memulainya, dari acara tersebut berisikan untuk menjalin
167 Sukari, Wawancara (Desa Cengkok, 12 September 2008). 168 Sabil, Wawancara (Desa Cengkok, 13 September 2008). 169 Makanan yang di hidangkan.
92
silaturohmi dari kedua belah pihak dari keluarga, setelah itu pihak laki-laki
meyodorkan nilai hari dan pasaran kepada pihak perempuan untuk dihitung akan
tetapi perhitungan tersebut tidak langsung diberikan hasilnya pada waktu itu akan
tetapi perhitungan tersebut diberikan ketika pihak kelurga perempuan ketika datang
ke pihak laki-laki.
Dalam musyawroh yang kedua memberikan jawaban dari pihak laki-laki yang
memberikan sodoran pertama kali dari situ keputusan dari kedua belah pihak
dilakukan seandainya tidak cocok nilai pasaran dan harinya maka jejodohan tersebut
tidak dilanjutkan dan perhitungannya seperti ini yang dinamakan tiba rampas
wawancara dari sukari;
Tiba rampas iku neptu antarane lanang lan wadon di gunggung dadi siji dikirangi telu dene turahe antarane wong loro entek lan kosong iku diarani tiba rampas. Umpomone sing lanang lahire dino Jumat Paing iku itungane Jumat enem Paing songo dijumlah dadi limolas neptune. Trus sing wedok lahire Minggu Pon nilene Minggu limo Pon pitu dadi neptune rolas. Mari ngono karo-karone dijumlah dadi pitulikur. Yen ngitung tiba rampase nile pitulikur mau dikurangi telu dadi patlikur, sakteruse dikurangi telu dadi selikur, wolulas, limolas, rolas, songo, enem, telu, trahir dadi nol utowo entek. Dadi, mergo hasile nol iki sing diarani tiba rampas Tiba rampas yaitu neptu antara laki-laki dan perempuan dijumlah menjadi satu dan dikurangi tiga ketika hasil dari pembagian antara dua calon mempelai adalah habis atau kosong. Misalnya yang laki-laki lahir hari Jumat Paing itu hitungannya Jumat 6 Paing 9 ditotal jadi 15 neptunya. Terus yang perempuan lahirnya Minggu Pon maka Minggu 5 Pon 7 jadi neptunya 12. Kemudian keduanya ditotal (15+12) menjadi 27. Untuk menghitung tiba rampas-nya maka 27 dikurangi 3 jadi 24, selanjutnya dikurangi 3 terus-menerus jadi 21, 18, 15, 12, 9, 6, 3, terakhir jadi 0 atau habis. Jadi karena hasilnya nol maka ini disebut dengan tiba rampas.170
Perhitungan dalam adat Jawa mempunyai beberapa teknik perhitungan dalam
perhitungan sebelum pernikahan, tidak hanya nilai hari dan pasaran saja dalam
170 Sukari, Wawancara (Desa Cengkok, 12 September 2008).
93
perhitungan melalui nama calon pengantin seperti berikut; dalam menentukan calon
pengantin yaitu menggabungkan nilai aksara pertama pada nama calon pengantin
pria dan wanita kemudian dibagi 5 dan sisanya diperhitungkan sebgai lambang baik
buruknya lambang perjodohan.171
HA=1 NA=2 CA=3 RA=4 KA=5
DA=6 TA=7 SA=8 WA=9 LA=10
PA=11 DHA=12 JA=13 YA=14 NYA=15
MA=16 GA=17 BA=18 THA=19 NGA=20
Sebuah contoh: seorang laki-laki bernama Mardi akan dijodohkan dengan
seorang gadis yang bernama Ratih: Ma (dari Mardi) + Ra (dari Ratih) =16 +4= 20.
Untuk menentukan makna lambang perjodohan kemudian hasil penjumlahan tersebut
dibagi lima 5 hasilnya 4 habis. Hal ini sama dengan sisa 5 yang lambangnya pati
artinya hidupnya akan sengsara dan akan dan sering mendapat kan bencana
kematian. Berdasarkan perhitungan tersebut maka perjodohan antar Mardi dan Ratih
tidak baik atau keduanya tidak berjodoh.
Sisanya dilambangkan sebagai berikut; Pertama, Sri selamat dan mempunyai
rejeki ynag lebih; Kedua, Lungguh mempunyai pangkat dan kedudukan yang tinggi;
Ketiga, Gedhong hidupnya akan kaya; Keempat, Loro sering mendapat kesulitan;
Kelima, Pathi sering mendapat kesusahan dan kematian.
Dalam referensi lain perhitungan menggunakan nilai hari dan pasaran di
tambah juga neptu sasi tahun dan tanggal semuanya dijumlah dan dibagi 9 ketika
hasil pembagian itu hasilnya 1, 4, 7, maka tiba kurang baik, jika hasil sisanya 2,5,8
171 Kuswah Indah, Op.Cit.,141.
94
maka tiba baik, jika hasilnya 3,6,9 maka tiba beruntung, perhitungannya sebgai
berikut;
Pengantin laki-laki;
Hari Rabu Neptu 7
Pasaran Kliwon Neptu 8
Bulan Sawal Neptu 7
Tanggal ……… 20
Tahun Alip Neptu 1
Jumlah 43
Pengantin perempuan;
Hari Jumat Neptu 6
Pasaran Pon Neptu 7
Bulan Safar Neptu 2
Tanggal …… ….. 14
Tahun Wawu Neptu 6
Jumlah 35
Dari kedua nilai tersebut antar calon pengantin laki-laki dan calon pengantin
perempuan dibagi sembilan yaitu calon laki-laki dan perempuan 43+35 =78, hasil
95
dari keduanya 78:9 = 6 hasil 6 tersebut menunjukkan calon pengantin beruntung atau
sangat baik.172
D. Hal-Hal Yang Masih Bertahan Dan Sudah Berubah Dari Mitos Tiba
Rampas
1. Hal-Hal yang Masih Bertahan dari Mitos Tiba Rampas.
Salah satu sifat dari masyarakat Jawa adalah bahwa mereka religius dan
bertuhan. Sebelum agama-agama besar datang ke Indonesia, khususnya Jawa,
mereka sudah mempunyai kepercayaan adanya Tuhan yang melindungi dan
mengayomi mereka. Dan, keberagamaan ini semakin berkualitas dengan masuknya
agama-agama besar seperti Hindu, Budha, Islam, Katholik, dan Protestan ke Jawa.
Namun, dengan pengamatan selintas dapat diketahui bahwa dalam keberagamaan
rata-rata masyarakat Jawa adalah nominalis, dalam arti bahwa mereka tidak
bersungguh-sungguh dalam melaksanakan ajaran-ajaran agamanya.173
Ada di antara mereka yang benar-benar serius dalam menjalankan ajaran-ajaran
agamanya. Ada juga yang berusaha untuk serius, tetapi karena hambatan-hambatan
khusus, seperti ewuh dengan lingkungan yang tidak mendukung, takut dikatakan sok
semuci (Ind: sok suci) dan sebagainya, membuat mereka kikuk dalam
mengekspresikan keagamaannya secara utuh.
Karena kurangnya keseriusan dalam memahami dan mengamalkan agamanya,
berakibat kepada beberapa hal, yang antara lain mudahnya mereka untuk tergiur
dalam mengadopsi kepercayaan, ritual, dan tradisi dari agama lain, termasuk tradisi
asli pra Hindu-Budha yang dianggap sesuai dengan alur pemikiran mereka. Hal ini
172 Harya Tjakraningrat, Kitab Primbon Bentaljemur Adammakna (Yogyakarta: CV. Buana Raya,
2001), 18. 173 Marbangun Hardjowiraga, Manusia Jawa, (Jakarta: Intidayu Press, 1984), 17, dan lihat pula
Koentjaraningrat, Kebudayaan Jawa, (Jakarta: Balai Pustaka, 1984), 310-312.
96
mereka lakukan dalam rangka mencari kedamaian dan ketenangan dalam
menghadapi ketegangan akibat munculnya seribu satu problematika kehidupan yang
menumpuk. Dengan demikian, secara sadar atau tidak, mereka telah melakukan
sinkretisasi antara ajaran Islam dengan ajaran-ajaran dari luar Islam (Budha, Hindu,
dan kepercayaan asli).174
Di antara unsur-unsur sistem religi Jawa, petangan (Ind: perhitungan) – sampai
sekarang pun masih digunakan oleh orang Jawa untuk menentukan saat, hari-hari,
tanggal, dan bulan baik untuk melakukan pekerjaan penting dalam kehidupan175 -
memiliki kedudukan penting. “Perhitungan hari baik” (Jawa: petangan) merupakan
sistem magi yang rumit namun diyakini menjamin keselamatan dan kesejahteraan.
Namun terkait dengan gelombang globalisasi dan masalah internal kebudayaan
Indonesia, timbul pula kekhawatiran terjadinya proses retifikasi, sebagaimana terlihat
pada unsur-unsur material saja yang mampu bertahan terhadap perubahan jaman.176
Dalam penelitian tiba rampas ini, faktor-faktor yang membuat mitos tersebut
masih bertahan adalah upaya masyarakat melestarikan warisan leluhur atau nenek
moyang dan dalam rangka mencari kedamaian atau rasa aman dan tenang dalam
hidup. Sebagaimana dijelaskan oleh beberapa informan seperti penyataan Sukari177:
“Ya masih, karena ini warisan leluhur yang harus dilestarikan jadi patokan untuk menentukan apabila akan ada hajatan khususnya perjodohan dan perkawinan ini jadi adat yang sudah dilakukan orang-orang terdahulu biar selamat dari halangan-halangannya”.
174 H. Abdul Jamil, dkk., Editor: H.M. Darori Amin, Islam & Kebudayaan Jawa, (Yogyakarta: Gama
Media, 2000), 85-86. 175 Koentjaraningrat, Op, Cit, 421-422. 176 M. Hardjowirogo, Adat Istiadat Jawa, (Bandung: Patma, 1979), 110-117) 177 Sukari, Wawancara (Desa Cengkok, 11September 2008)
97
Bahkan, Imam Rofi’i yang nota bene merupakan representasi dari tokoh
masyarakat yang religius atau santri juga memberikan komentar yang serupa.
Sebagaimana dikatakan:
“Perhitungan (tiba rampas) itu sudah menjadi adat yang telah dilaksanakan oleh orang-orang tua terdahulu dan oleh orang sini dipercaya jika dihitung dapat mendatangkan keselamatan dalam menjalankan suatu acara khususnya perjodohan (pernikahan)”178.
Berbagai paparan data hasil wawancara di atas menunjukkan betapa petangan
tiba rampas telah sedemikian mengakar dalam masyarakat Dusun Sembung Desa
Cengkok, terinternalisasi menjadi sebuah sistem kepercayaan yang menjelma
menjadi nilai religi yang diyakini. Hal inilah yang membuat mitos ini bertahan di
desa tersebut. Manifestasi dari adat istiadat yang dijaga, dilestarikan, dan
dilaksanakan secara turun temurun.
Demikianlah mitos tiba rampas dipahami, dilakukan, dan dipertahankan oleh
masyarakat dusun Sembung Desa Cengkok Ngronggot, Nganjuk. Dari paparan di
atas nampak jelas bahwa petangan sebagai komponen “religio-magi” Jawa secara
intrinsik mengandung unsur yang rumit, baik berkaitan dengan dasar perhitungannya,
cara menghitungnya, dan “magi” yang menunjang terwujudnya harapan-harapan.
Religiusitas yang demikian adalah religiusitas yang memperhitungkan
ketidakterjaminan yang fundamental dan ditempuh berbagai cara untuk menaklukkan
“waktu” dan dayanya yang merusak.179
178 Imam rofi’i, Wawancara (Desa Cengkok 9 September 2008). 179 M. Dhavamony, The Phenomenology of Religion, alih bahasa Kelompok Studi Agama Driyakarya
“Fenomenologi Agama”, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), 114.
98
2. Hal-Hal yang Sudah Berubah dari Mitos Tiba Rampas.
Tradisi penyebaran religi Jawa yang dominan adalah secara lesan, sedang
tradisi tulis sangat terbatas.180 Hal ini menjadi salah satu faktor surut atau berubahnya
suatu nilai, pemahaman, tradisi, bahkan mitos yang sudah diyakini dan menjadi nilai
religi dalam suatu masyarakat.
Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap menurunnya kredibilitas
religiusitas banyak dikaitkan dengan pluralitas modern, yakni suatu situasi yang
menempatkan setiap anggota masyarakat di antara lebih dari satu pandangan dunia.
Sebuah situasi yang memungkinkan adanya persaingan antara berbagai pandangan
dunia tersebut. Kondisi ini diperberat oleh berkurangnya jaminan sosial bagi individu
untuk secara kukuh tetap berpegang pada kepastian subjektif masing-masing.181
Faktor-faktor di atas bisa dilihat turut pula mempengaruhi berubahnya mitos
tiba rampas. Pewarisan turun temurun tentang pemahaman dan metode perhitungan
tiba rampas secara lesan, terpaan modernisasi, serta tidak adanya jaminan sosial bagi
individu untuk kukuh berpegang pada mitos itu, menyebabkan nilai mitos tersebut
tereduksi dan meskipun masih diterapkan akan tetapi tak lagi “sangat” mengakar
dalam pribadi masyarakat secara utuh.
Sebagaimana dikatakan oleh Sukari dan Sabil:
”Saiki wis jarang sing belajar pitungan niki masio ngono pitungan niki ijek digawe karo masyarakat kanggo nentokne yen arep tandang gawe kususe mantenan kados adat sing wes kelakon”.182 “Sekarang sudah jarang yang belajar perhitungan (tiba rampas) ini, meski begitu perhitungan ini masih digunakan oleh masyarakat untuk menentukan
180 Koentjaraningrat, Op, Cit, 319. 181 P.L. Berger, A Rumor of Angels: Modern Society and The Rediscovery of The Supernatural, alih
bahasa J.B. Sudarmanto “Kabar Angin Dari Langit, Makna Teologi dalam Masyarakat Modern”, (Jakarta: LP3ES, 1991), 54-55.
182 Sukari, Wawancara (Desa Cengkok, 12 September 2008)
99
apabila akan melakukan hajatan khususnya perkawinan adat yang sudah berlangsung”. ”Sak niki katah wong sing wes keno pengaruh jaman, pikirane wes bedo karo jamane mbah-mbah biyen. Pitungan niki wes dilalekake lan ora didamel patokan jejodohan maneh”.183 “Sekarang banyak orang yang sudah terkena pengaruh jaman, pikirannya sudah berbeda dengan jamannya orang-orang tua dahulu. Perhitungan (tiba rampas) ini sudah dilupakan dan tidak lagi dijadikan patokan dalam perjodohan”.
Keterangan dari Sabil cukup kontra produktif dengan keterangan
sebelumnya.184 Mungkin yang dimaksudkan oleh Sabil adalah bahwa perhitungan
(tiba rampas) ini tidak lagi menjadi patokan “wajib” atau utama dalam perjodohan,
meskipun secara umum masih dipakai di lingkungan masyarakat Desa Cengkok. Hal
ini sesuai dengan paparan Imam Rofi’i:
”Perubahan niku jelas wonten amergo sak niki wes jaman kemajuan, sak niki yo wes enten jejodohan sing ora ngganggo itungan niku. Alasane, sing penting mboten ngelanggar aturane agami”.185 Artinya: “Perubahan itu jelas ada karena sekarang ini sudah jaman kemajuan, saat ini ya sudah ada perjodohan yang tidak menggunakan perhitungan (tiba rampas) itu. Alasannya, yang penting tidak melanggar aturan dalam agama”.
Penjelasan Imam Rofi’i di atas menunjukkan bahwa terdapat sekelompok
masyarakat tertentu di desanya yang tidak menggunakan tradisi perhitungan tersebut,
bisa diartikan juga bahwa ada sekelompok masyarakat yang sudah tidak percaya lagi
dengan mitos atau nilai religi turun temurun tersebut disebabkan pergeseran nilai
religi (yang dimaksud dalam hal ini adalah masuknya nilai-nilai Islam).
Begitu juga para pemuda sudah jarang mempelajari dan tidak ada pengajaran
secara formal untuk mempelajari perhitungan neptu dan pasaran yang dilakukan 183 Sabil, Wawancara (Desa Cengkok, 13 September 2008) 184 Lihat keterangan Sabil dalam sub bab Hal-Hal yang Masih Bertahan dari Mitos Tiba Rampas 185 Imam Rofi’i, Wawancara (Desa Cengkok, 9 September 2008)
100
sebelum pernikahan, sesuai apa yang peneliti tanyakan kepada samsul arifin dia
adalah pemuda yang berda di dusun sembung, dia tidak tau tentang perhitungan itu
dikarenakan hitugannya orang tua, tanya aja kepada orang yang lebih tau seperti
Sukari. Biasanya perhitungan itu langsung diserahkan kepada orang yang lebh tau
tentang perhitungan yaitu engkik.
Darmuji menambahkan tentang penyebab pergeseran nilai mitos tersebut
dalam keterangannya:
”Lha niku, sak niki ten mriki yo katah pendatang sing mboten ngertos masalah pitungan tiba rampas. Umume ngganggo pitungan neptu lan pasaran sing wes umum mawon”. Artinya: “Nah itu, sekarang di sini sudah banyak pendatang yang tidak mengetahui masalah perhitungan tiba rampas. (Mereka) umumnya hanya menggunakan perhitungan neptu dan pasaran yang sudah umum”186.
Terlihat bahwa telah terjadi proses akulturasi yang dipengaruhi oleh datangnya
pendatang dari luar. Di sisi lain, jawaban Darmuji di atas menunjukkan bahwa
petangan tiba rampas merupakan suatu mitos yang tidak umum. Artinya, mitos ini
(tiba rampas) berbeda dengan kepercayaan petangan pada umumnya. Mitos ini pun
sangat jarang dikenal dan diterapkan oleh masyarakat Jawa pada umumnya. Karena
ketidakumumannya inilah yang menyebabkan mitos ini sulit untuk bertahan. Atau
juga – dimungkinkan – karena terlalu banyaknya cakupan perhitungan yang sangat
mungkin menemui tiba rampas, sehingga logika imanen dari sistem nilai ini sampai
pada ruang habisnya kemungkinan untuk tumbuh.
Kita bisa mengetahui hal ini dari rumus atau metode perhitungan tiba rampas,
sebagaimana dituturkan Sukari bahwa, “Tiba rampas yaitu neptu antara laki-laki dan
186 Darmuji, Wawancara (Desa Cengkok, 14 September 2008).
101
perempuan dijumlah menjadi satu dan dikurangi tiga ketika hasil dari pembagian
antara dua calon mempelai adalah habis atau kosong. Misalnya yang laki-laki lahir
hari Jumat Paing itu hitungannya Jumat 6 Paing 9 ditotal jadi 15 neptunya. Terus
yang perempuan lahirnya Minggu Pon maka Minggu 5 Pon 7 jadi neptunya 12.
Kemudian keduanya ditotal (15+12) menjadi 27. Untuk menghitung tiba rampas-nya
maka 27 dikurangi 3 jadi 24, selanjutnya dikurangi 3 terus-menerus jadi 21, 18, 15,
12, 9, 6, 3, terakhir jadi 0 atau habis. Jadi karena hasilnya nol maka ini disebut
dengan tiba rampas”
Nilai nilai hari, pasaran, dan bulan sebagai berikut:
Minggu 5 Pon 7
Senin 4 Wage 4
Selasa 3 Kliwon 8
Rabu 7 Legi 5
Kamis 8 Paing 9
jumat 6
Sabtu 9
Jika kita lihat nilai-nilai hari dan pasaran di atas, maka kita bisa ketahui bahwa
jumlah terkecil dari perhitungan yang dikumpulkan dari 1 pasangan (2 orang) adalah
14, yaitu jika pihak lelaki mempunyai neptu Selasa (3) Wage (4) = 7, begitupun
pihak wanitanya, jadi 7 + 7 = 14. Sedangkan perhitungan terbesarnya ditemukan
pada pasangan yang mempunyai neptu sama-sama Sabtu (9) Pahing (9) = 18, jadi 18
+ 18 = 36. Dari sini dan dengan menggunakan rumus tiba rampas di atas, maka yang
tercakup atau masuk hitungan tiba rampas adalah mereka yang jika dijumlah nilai
102
neptunya (berlaku kelipatan surut 3) berjumlah 36, 33, 30, 27, 24, 21, 18, dan 15.
Berarti ada 8 kemungkinan yang muncul dari penjumlahan terkecil sampai terbesar
pada neptu calon pasangan atau pengantin. Kemungkinan yang cukup banyak dan
“mengancam” kesinambungan “niatan” pasangan untuk maju ke jenjang pernikahan.
Cepat atau lambat dalam budi manusia berlaku penyusunan kembali sistem
nilai, yaitu dalam aspek atau segi subyektif kebudayaan. Kita harus ingat bahwa
dalam pribadi, masyarakat dan kebudayaan manusia sebagai kesatuan yang
berkonflik, integrasi dan homestatis, yaitu keseimbangan, tidak statis tetapi dinamis.
Disebabkan oleh konflik dari berbagai macam nilai, suatu kebudayaan itu berubah
dan berkembang, dapat menembus jalan buntu yang disebabkan oleh telah habisnya
kemungkinan-kemungkinan nilai untuk tumbuh terus. Dalam perubahan dari sistem
nilai yang satu ke sistem nilai yang lain, dua sistem nilai dapat hidup bersama, yang
satu di sisi yang lain untuk beberapa lamanya.187
E. Perhitungan Tiba Rampas Masyarakat Dusun Sembung Desa Cengkok
Kecamatan Ngronggot Kabupaten Nganjuk dalam Perspektif Hukum Islam .
Kesusastraan “Primbon” yang memuat “petangan” diduga muncul mulai abad
16 dan bersama dengan sastra “Suluk” maupun “Serat”188 telah melahirkan tradisi
penyalinan naskah yang masih lestari hingga sekarang di kraton Yogyakarta. Sisa-
sisa tradisi penulisan primbon (huruf jawa) ditunjukkan dengan seratus lebih naskah
primbon tulisan tangan sebagaimana terdapat di Museum Sono Budoyo Yogyakarta.
Hingga saat ini studi sistematis tentang jenis dan corak kosmologis dari naskah-
naskah Primbon tersebut belum dilakukan. 187 S. Takdir Alisjahbana, Antropologi Baru: Nilai-Nilai Sebagai Tenaga Integrasi Dalam Pribadi,
Masyarakat dan Kebudayaan, (Jakarta: Penerbit P.T. Dian Rakyat, 1986), 309-310. 188 Koentjaraningrat, Op, Cit, 323.
103
Namun di samping “tradisi kraton” tersebut, sejak bulan september 1939,
diterbitkan suatu Kitab Primbon yang bersifat populis, karena ditulis dengan huruf
latin dan dengan bahasa Jawa Madya (Ngoko halus), dan bisa diperoleh di tempat
keramaian tradisional (pasar malam), pedagang kaki lima, maupun di toko buku.
Kitab Primbon tersebut adalah Kitab Primbon Betaljemur Adammakna (KPBA).
Dari sejak diterbitkan pertama kali sampai tahun 1991, buku tersebut sudah dicetak
ulang sebanyak 51 kali. Sebuah “prestasi” yang “luar biasa”, mengingat banyak
buku-buku “tradisional” lain, seperti “Almanak Dewi Sri” misalnya, sudah sangat
sulit dijumpai lagi dewasa ini.
Dasar pembagian “waktu” dalam “petangan”, selain atas dasar siang dan
malam juga didasarkan pada lima hari “pasar” (pancawara: kliwon, legi, pahing, pon,
dan wage), yang diduga merupakan kesatuan waktu Austronesia kuno: sadwara, dan
saptawara (tujuh hari). Orang Jawa masih menggunakan penanggalan Hindu-Jawa
yang kuno yang berselisih 78 tahun dengan penanggalan Masehi, untuk tujuan-tujuan
yang berkaitan dengan “petangan”. Selain itu juga digunakan penanggalan Islam-
Jawa yang jumlah harinya lebih sedikit dibanding dengan penanggalan Masehi.
Selain pembagian waktu di atas, sampai saat ini masih dikenal satuan waktu
“selapan” (35 hari) dan “wuku” (210 hari).189
Secara sistematis, kosmologi Jawa termasuk dalam kosmologi Realisme
ekstrem. Waktu bagi religio-magi Jawa merupakan suatu tatanan di luar hal,
manusia, dan peristiwa. Dengan demikian peristiwa alami dikuasai oleh takdir atau
hukum kodrat, dan semua peristiwa manusiawi harus menyesuaikan diri dengan
189 Koentjaraningrat, Op, Cit, 422.
104
keteraturan atau “hukum” yang telah ditetapkan.190 Nasib seorang calon manusia
dewasa (bayi) ditentukan oleh “weton” (hari pasaran) dari bayi tersebut, berikut
ritual dan perangkat religio-magi tertentu yang mesti dipenuhi untuk “keselamatan”
bayi, sekalipun saptawara dikuasai oleh nabi-nabi Islam, sedangkan pancawara
dibawah pengaruh dewa-dewa Hindu.191
Perhitungan (Jawa: Petangan) tiba rampas yang oleh masyarakat Dusun
Sembung Desa Cengkok, dipercaya sebagai satu tahap yang harus dilakukan sebelum
seseorang melangkah dalam perjodohan atau perkawinan, adalah berangkat dari
rumusan neptu atau “weton” sebagaimana dipaparkan di atas. Hal ini menjadi adat
istiadat yang mengakar secara turun temurun. Kepercayaan tersebut sebagaimana
hasil wawancara yang sudah dipaparkan di atas, bahwa pasangan jodoh agar
menemukan keselamatan dan ketentraman dalam rumah tangganya maka jangan
sampai mempunyai jumlah neptu tiba rampas.
Dalam kajian hukum islam, permasalahn adat sebagaimana yang terjadi dalam
tradisi tiba rampas ini terdapat beberapa teori ushul. Seperti yang terdapat dalam
kitab Faraidul Bahiyyah yang mengungkapkan kaidah:
ةمكحم ةداعال“Adat kebiasaan dapat ditetapkan sebagai hukum192”
Kaidah ini bersumber dari sabda Nabi SAW:
190 A. Bakker, Kosmologi Dan Ekologi, Filsafat Tentang Kosmos Sebagai Rumah Tangga Manusia,
(Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1995), 113. 191 R. Soemodidjojo, (ed), Kitab Primbon Bataljemur Adammakna, Cetakan ke-51, (Solo: CV. Buana
Raya, 1991), 6. 192 Moh. Adib Bisri, Tarjamah Al Faraidul Bahiyyah (Risalah Qawa-id Fiqh), (Kudus: Penerbit
Menara Kudus, 1977), 24-25.
105
مسند (سيء اهللا عند فهو سيأ رأوا وما حسن اهللا عند فهو ناحس المسلمون رأى فما )مسعود بن اهللا عبد مسند باب ,الصحابة من املكثرين مسند كتاب :حنبل بن امحد
Artinya: Apa yang dipandang baik oleh kaum muslimin, maka dalam pandangan
Allah akan baik, dan apa yang dipandang buruk oleh kaum muslimin, maka dalam pandangan Allah pun buruk. (Musnad Ahmad bin Hanbal)
Dengan kaidah dan hadits ini kemudian disimpulkan bahwa adat bisa atau
boleh dijalankan dengan beberapa syarat atau kriteria yang harus dipenuhi
sebagaimana berikut: Pertama: Perbuatan yang dilakukan logis dan relevan dengan
akal sehat. Syarat ini menunjukkan bahwa adat tidak mungkin berkenaan dengan
perbuatan maksiat. Kedua: Tidak bertentangan dengan ketentuan nash, baik al-
Qur’an maupun As-Sunnah. Ketiga: Tidak mendatangkan kemadlorotan serta sejalan
dengan jiwa dan akal yang sejahtera.
Berdasarkan kaidah fiqih tersebut perlu kita menganalisis apakah mitos-mitos
yang sudah diyakini oleh sebagian masyarakat Sembung tersebut dapat dikategorikan
sebagai suatu adat atau kebiasaan yang dapat dijadikan acuan hukum atau tidak? Dari
syarat-syarat tersebut mitos petangan tiba rampas yang dipercaya akan membawa
keselamatan dan ketentraman dalam perjodohan sangat bertentangan dengan al-
Qur’an dan Sunnah, sebab di dalam al-Qur’an tidak ada anjuran untuk melakukan
perhitungan (neptu) sebelum melakukan pernikahan. Dan pula tidak diperbolehkan
dalam Islam menggantungkan sesuatu (terkait dengan nasib dan takdir) pada sesuatu
selain Allah.
Perkawinan bagi masyarakat diyakini sebagai sesuatu yang sakral, sehingga
diharapkan dalam menjalaninya cukup sekali seumur hidup. Kesakralan tersebut
melatarbelakangi pelaksanaan perkawinan dalam masyarakat Jawa yang sangat
106
selektif dan hati-hati baik saat pemilihan bakal menantu ataupun penentuan hari
pelaksanaan perkawinan.193
Akan tetapi dalam Islam, baik dalam Al Qur’an maupun Sunnah tidak
menganjurkan (meski berupa isyarat) – apalagi memerintahkan – untuk melakukan
methode perhitungan sebagaimana yang ada dalam mitos petangan (termasuk tiba
rampas) sebelum melaksanakan ibadah (nikah) untuk mengetahui kelanjutan nasib
pasangan di masa yang akan datang. Di dalam Al Qur’an, ayat-ayat yang berkaitan
tentang perhitungan adalah berkaitan dengan waktu dan perhitungan amal.
Perhitungan yang mengarah pada penentuan nasib, dalam Al Qur’an adalah berkaitan
dengan perhitungan Allah terhadap amal ibadah hamba-Nya (hisab).
Ayat-ayat yang terkait dengan hitungan waktu, misalnya:
ت ا ذلكانبسح رالقمو سمالشا وكنل سل الليعجاح وباإلص ليفالقزيز العالع قدير
Artinya: Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. (Al An’am ayat 96)194
Dalam Surat Al Israa’ ayat 12 juga difirmankan:
وجعلنا الليل والنهار آيتين فمحونا آية الليل وجعلنا آية النهار مبصرة لتبتغوا فضال من الحسو ننيالس ددوا علمعلتو كمبفصيالرت اهلنء فصيكل شو اب
Artinya: Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami
hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang, agar kamu mencari kurnia dari Tuhanmu, dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan. dan segala sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas.195
193 Tim Fakultas Bahasa Seni Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah, Jurnal Kejawen Universitas Negeri
Yogyakarta (Yogyakarta : Penerbit Narasi Yogyakarta, 2006),139. 194 Qs, Al An’am (6): 96. 195 Qs, Al Israa’ (17): 12.
107
Sedangkan ayat yang menjelaskan tentang perhitungan Allah (hisab) terhadap
hamba-Nya, di antaranya sebagaimana terdapat pada Surat Al Anbiyaa’ ayat 47 dan
Surat Maryam ayat 84:
ونضع الموازين القسط ليوم القيامة فلا تظلم نفس شيئا وإن كان مثقال حبة من خردل اسبنيا حكفى بنا وا بهنيأت
Artinya: Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, Maka
tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan.196
نما نعد لهم عدافلا تعجل عليهم إ
Artinya: Maka janganlah kamu tergesa-gesa memintakan siksa terhadap mereka, Karena sesungguhnya Kami hanya menghitung datangnya (hari siksaan) untuk mereka dengan perhitungan yang teliti.197
Dari ayat-ayat di atas, cukuplah bisa diketahui bahwasannya perhitungan yang
bisa dilakukan oleh manusia adalah yang berkaitan dengan waktu (siang, malam,
penentuan awal bulan, tahun, dst) yang berdasar pada perputaran matahari atau
bulan. Akan tetapi perhitungan yang dikaitkan dengan amal perbuatan dan nasib
(beruntung atau celaka), adalah mutlak hak Allah.
Surat Al Anbiyaa’ ayat 83-84 juga mempertegas dan memperingatkan kepada
semua yang menyembah Allah bahwa kekuasaan yang mampu membuat dan
menghilangkan petaka adalah Allah SWT. Sebagaimana diceritakan tatkala Nabi
Ayyub tertimpa kesusahan segera beliau lari menuju Allah subhanahu wa ta’ala
memohon bantuan kepada-Nya:
196 Qs, Al Anbiyaa’ (21): 47. 197 Qs, Maryam (19): 84.
108
احمنيالر محأر أنتو رالض نيسي مأن هبى رادإذ ن وبأيا به وا مفنفكش ا لهنبجتفاس ابدينى للعذكرا وعندن نة ممحر مهعم ممثلهو لهأه اهنيآتو رمن ض
Artinya: Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya Tuhanku),
Sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang di antara semua penyayang". Maka Kamipun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah.198
Letak persoalan yang paling mendasar pada kasus mitos tiba rampas ini
adalah, yang pertama: dipercayainya mitos ini sebagai pembawa keselamatan dan
ketentraman pada manusia. Hal ini tentunya tidak sesuai pula dengan sabda
Rasulullah:
حدثنا مسدد قال حدثنا محاد عن عبيد اهللا بن أيب بكر عن أنس بن مالك عن النيب صلى فة يا رب اهللا عليه وسلم قال مث إن اهللا عز وجل وكل بالرحم ملكا يقول يا رب نط
علقة يا رب مضغة فإذا أراد أن يقضي خلقه قال أذكر أم أنثى شقي أم سعيد فما الرزق واألجل فيكتب يف بطن أمه
Artinya:Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya seseorang diantara kamu
terhimpun kejadiannya dalam perut ibumu empat puluh hari sebagai air mani, kemudian segumpal darah seperti itu, kemudian segumpal daging seperti itu, kemudian ditiupkan roh kepadanya dan ditentukan empat kalimat yaitu rezeki, ajalnya, amalnya, baik dan buruknya.199
Berdasarkan hadits tersebut dapat diketahui bahwa nasib manusia ditentukan
oleh Allah SWT, bukan oleh norma-norma adat yang hidup pada suatu masyarakat
tertentu, apalagi jika norma-norma tersebut sudah bertentangan dengan ajaran agama
198 Qs, Al Anbiyaa’ (21): 83-84. 199 Abdurrohman Al-bukhori Al-jukfi, Shohih Bukhori juz 1 (Bairut dar Ibnu kasir al-yamamah,
1987), 121.
109
Islam yang dalam hal ini seperti yang terjadi dan diyakini oleh masyarakat Dusun
Sembung.
Di Jawa ada KALAMANGSA, dipercaya sebagai produk asli orang Jawa, yang
keakuratannya teruji. Satu tahun dibagi 12 waktu, disitu dapat dilihat kapan waktu
tanam, kapan musim hujan, kapan musim kemarau, kapan hewan-hewan ber-
reproduksi, dll. Ada pola 5 thn, 10 thn, 100 thn dan seterusnya. Sehingga dapat
diprediksi adanya pergerakan alam misal: bencana alam.
Pada masa kerajaan Islam, ada penyelarasan antara perhitungan Kalamangsa,
Tahun Saka (Hindu) dan Tahun Hijriah, sehingga oleh Sultan Agung Raja Mataram
yg besar, jenius dan hebat menyusunnya menjadi kalender Jawa (tahun Jawa) yang
dipakai untuk perhitungan waktu wilayah kerajaan Mataram untuk menentukan
waktu tanam, acara-acara ritual keraton, dll. Di pedesaan-pedesaan yang masih
menggunakan “Petungan” untuk menanam padi atau berkebun, mereka bisa tahu
kapan siklus hama datang, kapan masa tanam bagus. Hasilnya mereka selalu bisa
menghindari gagal panen akibat hama, cuaca dsb. Mereka patuh untuk tidak
memaksakan target panen lebih dari sekali setahun. Tuhan menciptakan siklus
ekosistem, ada hama, ada predator dan seterusnya, kalau dikelola secara alami, alam
terkendali dan selaras.200
Akan tetapi semua hal ini bersifat prediktif (perkiraan) saja. Jika kemudian
dalam proses kelanjutannya mengakar menjadi sebuah keyakinan atau kepercayaan,
maka hal ini tidak bisa ditolerir lagi. Dan yang perlu dipertegas adalah, perhitungan
(Kalamangsa) di atas adalah untuk memprediksi musim, bukan untuk memastikan
200 Bagus Yudo Prayitno, Op, Cit.
110
nasib atau hidup seseorang sebagaimana petangan tiba rampas yang dipercaya oleh
sebagian masyarakat Dusun Sembung.
Persoalan yang kedua yaitu: dijadikannya petangan tiba rampas ini sebagai
prasyarat seseorang sebelum melakukan perjodohan. Dimana telah dipercaya bahwa
mereka yang melaksanakan pernikahan dengan jumlah neptu pasangan jatuh pada
tiba rampas maka akan menemui ketidakselamatan, ketidaktentraman, dan
ketidaktenangan. Islam tidak menganjurkan demikian, Rasulullah SAW bersabda
tentang pilihan jodoh sebagai berikut:
حدثين سعيد بن أيب سعيد عن أبيه عن أيب : حدثنا مسدد حدثنا حيىي عن عبيد اهللا قالملاهلا، : تنكح املرأة ألربع:هريرة رضي اهللا عنه عن النيب صلى اهللا عليه وسلم قال
دينها، فاظفر بذات الدين تربت يداكولحسبها، وجمالها، ول
Dari Abi Huroiroh ra. dari Nabi SAW: “Nikahilah perempuan karena empat perkara, yaitu karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan karena agamanya, maka pilihlah perempuan karena keberagamaannya. kamu akan mendapat keberuntungan”. (H.R. Bukhari dan Muslim).201
Selain itu, Rasulullah juga sangat melarang umatnya hidup membujang (tidak
menikah sama sekali dalam hidupnya). Oleh karena itu, jikalau mitos tiba rampas ini
sampai menjadikan seseorang “trauma” untuk menikah, tentunya sangat berlawanan
dengan keinginan Rasulullah. Kriteria lainnya yang disebutkan oleh Rasulullah,
bukanlah tentang jumlah neptu hari pasarannya, akan tetapi wanita yang subur, yang
bertubuh sehat dan kuat, yang siap untuk mengandung dan melahirkan anak-
anaknya, yang memiliki bekal jasmani dan rohani untuk menyandang misi seorang
ibu yang baik. Rasulullah SAW bersabda:
201 Al Hafid ibn Hajar al Qosim, Bulughul Marom (Surabaya: Nurul Huda, tth ), 209.
111
حدثنا أمحد بن إبراهيم ثنا يزيد بن هارون أخربنا مستلم بن سعيد بن أخت منصور بن معقل بن يسار قال مث جاء رجل زاذان عن منصور يعين بن زاذان عن معاوية بن قرة عن
إىل النيب صلى اهللا عليه وسلم فقال إين أصبت امرأة ذات حسب ومجال وإا ال تلد أفأتزوجها قال ال مث أتاه الثانية فنهاه مث أتاه الثالثة فقال تزوجوا الودود الولود فإين
.مكاثر بكم األممDari anas ra berkata: Rasul SAW menyuruh kawin dan melarang dengan sangat hidup membujang dan sabdanya: Kawinilah olehmu wanita-wanita pencinta dan peranak, maka aku kan bersenang-senang dengan banyaknya kamu dengan Nabi-Nabi yang lain di hari kiamat.202
Adapun Rasulullah memberikan pesan untuk tidak melakukan pernikahan
(meskipun tidak mengharamkan), adalah dengan kerabat dekat. Sebagaimana sabda
beliau:
ويا أي حنيفا ال تنكحوا القرابة القريبة فإن الولد أصحهما ضاقال صلى اهللا عليه وسلم
Artinya: Janganlah kalian menikahi wanita kerabat, karena seorang anak akan
tercipta dalam keadaan kurus.203
Dari berbagai penjelasan di atas dapat diketahui bahwa petangan (Ind:
perhitungan) neptu tiba rampas tidak dianjurkan sama sekali. Jika petangan ini
dipahami sebagai suatu ikhtiar, maka tentunya terbatas pada tataran kehati-hatian,
tidak sampai pada tataran justifikasi nasib di kemudian hari. Hal inipun seharusnya
didasarkan pada aturan hukum Islam yang ada. Sedangkan hukum Islam yang
berlaku di Indonesia juga tidak menyebutkan pelarangan pada konteks kasus
petangan tiba rampas. Pada BAB IV Bagian Kedua tentang Calon Mempelai Pasal
202 Abu Daud Al-Isgisani, Sunan Abu Daud juz 2 (Darul fikr tth ),220. 203 Muhammad Al- Ghozali Abdul Hamid, Al-Wasid juz 5 (Kairo, Darussalam,1417h )27.
112
16 Butir (1) misalnya, dikatakan bahwa: “Perkawinan didasarkan atas persetujuan
calon mempelai”.204 Bukan didasarkan pada persetujuan “dukun” atau ahli petangan.
Di dalam Al Qur’an juga tidak dijumpai larangan menikahi seseorang yang
jumlah neptunya tiba rampas. Perkawinan yang dilarang adalah, (1) Nikah Mut’ah,
(2) Nikah Tahlil atau Muhallil, dan (3) Nikah Syighar. Serta haramnya menikah
sebagaimana yang sudah kami jelaskan pada BAB II penelitian ini.
204 H. Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia, (Jakarta: Akademika Pressindo, 2004),
117. Lihat pula Team Media, Amandemen UU Peradilan Agama UU RI No. 3 Tahun 2006, Undang-Undang Peradilan Agama Nomor 7 Tahun 1989 dan Kompilasi Hukum Islam, (tt: Media Centre, tth), 124.
113
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian tentang Mitos "Tiba Rampas" pada
Masyarakat Sembung Cengkok Ngronggot Nganjuk, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. “Tiba Rampas” adalah mitos petangan atau pitungan (Ind: Perhitungan) dari
weton atau neptu (hari lahir) seseorang sebelum melakukan peminangan atau
perkawinan, yang dalam kepercayaan Jawa mempunyai nilai masing-masing,
ketika dijumlahkan dari neptu keduanya kemudian dikurangi 3 – dan begitu
seterusnya – sampai menemukan hasil akhir nol atau kosong. Mitos ini
merupakan adat turun temurun yang oleh beberapa kalangan masyarakat Jawa
dipertahankan sebagai warisan leluhur yang berharga.
114
2. Sebagian masyarakat Sembung – termasuk di dalamnya, tokoh masyarakat dan
atau tokoh agama – masih dipergunakan atau dipertahankan. Keberadaan
masyarakat yang masih meyakini kebenaran mitos inilah yang membuat mitos ini
masih mempunyai ruang untuk hidup. Mereka mempercayai bahwa jika pasangan
menikah mempunyai neptu tiba rampas maka keselamatan dan kesejahteraannya
tidak terjamin. Akan tetapi proses akulturasi budaya telah mulai melunturkan
kepercayaan sebagian masyarakat sehingga keberadaan mitos ini terancam akan
hilang di kemudian hari, kedatangan “orang luar” atau pendatang yang kurang
mengenal mitos ini, merupakan tantangan bagi mitos ini untuk mempertahankan
keberlangsungannya.
3. Dalam ajaran Islam, melaksanaskan sebuah adat adalah hal yang dibolehkan,
selama praktek adat tersbut tidak bertentangan dengan syari’at. Dalam
melaksanakan adat ada beberapa batasan. Pertama, Perbuatan yang dilakukan
logis dan relevan dengan akal sehat. Syarat ini menunjukkan bahwa adat tidak
mungkin berkenaan dengan perbuatan maksiat. Kedua, Tidak bertentangan
dengan ketentuan nash, baik al-Qur’an maupun As-Sunnah. Ketiga, Tidak
mendatangkan kemadlorotan serta sejalan dengan jiwa dan akal yang sejahtera.
B. Saran-Saran
1. Mitos sebaiknya dipahami sebagai suatu “literatur” adat/budaya suatu kelompok
masyarakat yang mewakili “sejarah” pemikiran, pemahaman, dan keyakinan,
yang pada gilirannya akan mengalami perubahan seiring dengan berubahnya
paham dan keyakinan masyarakat. Jika masyarakat memiliki pemahaman yang
demikian, maka kemungkinan suatu mitos dipercaya sedemikian rupa – sampai
pada wilayah keyakinan – akan berkurang. Disisi lain, keberadaan mitos ini akan
115
tetap hidup sebagai “referensi” sejarah tentang tahapan kebudayaan suatu
masyarakat pada masanya.
2. Keberadaan tokoh masyarakat / tokoh agama seyogyanya bisa membangun suatu
paradigma yang menyelaraskan atau mengawinkan adat istiadat dengan
keyakinan yang dianutnya (dalam hal ini adalah Islam), sehingga masyarakat
akan menemukan pemahaman yang semestinya sesuai dengan kaidah berfikir dan
kaidah hukum dalam Islam.
3. Sesuatu yang bertentangan dengan syari’at Islam, termasuk juga adat atau mitos,
memang tidak serta merta kemudian ditentang atau dihapuskan begitu saja. Akan
tetapi memahamkan masyarakat sehingga menemukan rasionalitas dari berbagai
fenomena (budaya) yang ada merupakan upaya yang tepat agar masyarakat
mampu menempatkan berbagai persoalan kehidupan (seperti pernikahan) dalam
porsi yang seharusnya, sesuai dengan nilai ketauhidan serta aturan yang ada
dalam Islam.
116
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah M. Amin, dkk (2006) Metodologi Penelitian Agama Pendekatan Multidisipliner. Yogyakarta: Lembaga Penelitian UIN Sunan Kalijaga.
Abbdurrahman (2004 ) Kompilasi Hokum Islam. Jakarta: Akademika Presindo.
Al-bukhari, Abdurrahman Al-Jukfi (1987) Shohih Bukhori Juz 1. Bairut: Dar Ibnu Kasir al-Yamamah
Al-Isgisani, Daud Abu (tth ) Sunan Abu Daud Juz 2. Darul fikr:libanon
Al Qosim, Al Hafid ibn Hajar (tth) Bulugul Marom. Surabya: Nurul Huda.
Alisjahbana, S. Takdir (1986) Antropologi Baru: Nilai-Nilai Sebagai Tenaga Integrasi Dalam Pribadi, Masyarakat dan Kebudayaan. Jakarta: P.T. Dian Rakyat.
Arikunto, Suharsimi (2002), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prktek, Jakarta:
Rineka Cipta. Asofa, Burhan (2004) Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: Rineka Cipta.
Bakker (1995) Kosmologi Dan Ekologi, Filsafat Tentang Kosmos Sebagai Rumah Tangga Manusia. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Claude, Levi-stIrauss (1997) Mitos Dukun dan Sihir. Yogyakarta: Kanisius.
Dhavamony (1995)’The Phenomenology of Religion. Alih Bahasa Kelompok Studi Agama Driyakarya “Fenomenologi Agama”. Yogyakarta: Kanisius
Echol, Jonhn dan Hasan Shaddily (2000) Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT.
Gramedia. Endah, Kuswa (2006) Kejawen Jurnal Kebudayaan Jawa. Yogyakarta: Narasi
Yogya.
Endraswara, Suwardi (2003), Falsafah Hidup Jawa. Tangerang: Cakrawala.
Hadi, Sumadyo (2006) Seni Dalam Ritual Agama. Yogyakata: Pustaka.
Hardjowiraga, Marbangun (1984) Manusia Jawa. Jakarta: Intidayu Press.
Hasan, Ayub Syaik (2001) Fikih Keluarga. Jakarta: Pustaaka al-Kausar.
117
Hariwijaya, (2006) Islam Kejawen. Yogyakarta: Glombang Pasang.
Hardjowirogo, ( 1979) Adat Istiadat Jawa, Bandung: Patma.
Jamil, Abdul dkk., Editor: H.M. Darori Amin (2000) Islam & Kebudayaan Jawa. Yogyakarta: Gama Media
Keesin R.M.(1992) Antropologi Budaya, Suatu Perspektif Kontemporer, Jakarta:
Erlangga Koentjaraningrat (1984) Kebudayaan Jawa, Jakarta: Balai Pustaka.
______________ (1997) Metode-Metode Penelitian Masyarakat.Jakarta: Gramedia pustaka.
Mangunsuwito, (2007) Kamus Lengkap Bahasa Jawa. Bandung: Yrama Widya. Minsarwati, Wisnu ( 2002) Mitos Merapi Dan Kearifan Ekologi. Yogyakarta: Kreasi
Wacana. Muhammad Al- Ghozali, Abdul Hamid (1417h ) Al-Wasid Juz 5. Kairo: Darussalam
Munawir, Ahamad Warson (1997) Kamus Arab Indonesia. Surabaya: Pustaka Progresif.
Mustofa, Bisri (2005) Fikih Keseharian Gus Mus. Surabaya: Khalista.
Moleong, Lexy, (2006) Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
P.L. Berger, (1991), A Rumor of Angels: Modern Society and The Rediscovery of
The Supernatural. Alih Bahasa J.B. Sudarmanto Kabar Angin Dari Langit, Makna Teologi dalam Masyarakat Modern. Jakarta: LP3ES.
Prayitno, Bagus Yudo (2008) “ Logika Perhitungan Waktu Terhadap Bioritmik
Manusia”, http://www.lifefeature.com. Purwadi, (2004) Kamus Jawa Indonesia. Yogyakarta: Media Abadi.
_______, (2006) Petungan Jawa. Yogyakarta: Pinus.
_______, (2007) Upacara Pengantin Jawa. Yogyakarta: Shaida.
_______, (2006) Horoskop Jawa. Yogyakarta: Media Abadi.
Raharjo, Sajipto (1996) Ilmu Hukum. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
118
Rahman, Doi. A (1996) Penjelasan Lengkap Hukum-Hukum Syariah. Jakarta: Rajawali Press
________(2002) Pernikahan Dalam Syariat Islam. Jakarta: Rineka Cipta.
Roibin (2004) Lorong Jurnalof Social Cultural Studies, Perilaku Mitos Di Klangan Islam Kejawen, vol, 1, Malang.
Ruslani (2006) Tabir Mistik Ilmu Gaib dan Perdukunan. Yogyakarta: Tinta.
Sabiq, Sayid (2004) Fiqih Sunnah. Jakarta: Pena Pundi Aksara.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, (1984). Metode Penelitian Survei. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Soejono, H Abdurrahman (1999) Metode Penelitian Suatu Pemikiran Dan
Penerapan. Jakarta: Rineka Cipta. Soemiyati (1999) Hukum Pernikahan Islam Dan Undang-Undang Pernikahan.
Yogyakarta: Liberty. Sunggono, Bambang (2005) Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: Raja Grafindo
Persada. Suprayogo, Imam dan Tobroni (2001) Metodologi Penelitian Sosial Agama.
Bandung : PT. Remaja Rosda Karya. Syafi’i, Imam (2004) Ringkasan Kitab al-Umm. Jakarta: Pustaka Azzam.
Syarifuddin, Amir (2003) Garis-Garis Besar Fiqih. Jakarta: Kencan.
______________, (2006) Hukum Perkawinan Islam. Jakarta: Kencana.
Timoer, Soenarto (1983) Mitos Kurbaya Cerita Rakyat Sebagai Sumber Penelitian Surabaya. Jakarta: Balai Pustaka.
Tjakraningrat, Harya (2001) Kitab Primbon Bentaljemur Adammakna. Yogyakarta:
CV. Buana Raya. Winter Sr C.F.. dan R.Ng. Ranggawarsita, (2003) Kamus Kawi – Jawa: Menurut
Kawi – Javaansch Woordenboek, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Yuda Karya (2006) Perkawinan Beda Agama. Yogyakarta: Total Media.
119
DEPARTEMEN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG FAKULTAS SYARI’AH
Terakreditasi “A” SK BAN_PT Depdiknas Nomor: 013/BAN-PT/Ak-X/S!/VI/2007 Jalan Gajayana 50 Malang 65144 telepon 559399, faksimil 559399
BUKTI KONSULTASI
Nama : Muzakki Zakaria NIM : 03210004 Fakultas : Syari’ah Jurusan : al-Ahwal al-Syakhshiyyah Judul Skripsi : MITOS TIBA RAMPAS DALAM PERNIKAHAN JAWA
(Studi kasus di Dusun Sembung, Desa Cengkok, Kecamatan Ngronggot, Kabupaten Nganjuk)
Dosen Pembimbing : Drs. M. Fauzan Zenrif M.Ag No. Tanggal Materi Konsultasi Tanda Tangan
01. 10 Desember 2007 Seminar Proposal
02. 12 Januari 2008 Konsultasi hasil seminar proposal
dan BAB I dan BAB III
03. 20 Agustus 2008 Pengajuan BAB I sampai BAB III
dan konsultasi penelitian
04. 18 September 2008 Revisi BAB I sampai BAB III dan
konsultasi hasil penelitian
05 20 -12- 2008 ACC BAB I sampai BAB III
06. 01 April 2009 Pengajuan BAB I sampai BAB V
07. 06 April 2009 Pengajuan BAB I sampai BAB V
dan ACC keseluruhan
Malang, 10 April 2009 a.n Dekan, Ketua Jurusan Al-ahwa Al Syakhshiyyah Zaenul Mahmudi MA. NIP 150295155