03. tujuan-kebijakan-strategi-ksn hl-batabuh 02 des 12

25
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG Gedung Ditjen SDA & Ditjen Penataan Ruang Lt.3 Telepon/Fax : 021-7231611 Jl. Pattimura No. 20 Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12110 . BAB 3 TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG KSN BUKIT BATABUH DAN SEKITARNYA 3.1 PERUMUSAN TUJUAN Sesuai dengan Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional (KSN), Setiap kawasan strategis makro pada dasarnya sudah memiliki tujuan penataan ruang bawaan, yang sesuai dengan tema pembentukan kawasan strategis tersebut. Perumusan tujuan disini dimaksudkan untuk lebih mempertajam tujuan penataan ruang bawaan agar lebih spesifik terhadap persoalan dan potensi yang ada di dalam kawasan strategis tersebut. Tujuan penataan ruang kawasan strategis dapat diperkaya dengan memasukan nilai‐nilai setempat tetapi harus tetap fokus pada tema kawasan tersebut dan tidak menjadikan tujuan yang bersifat facet atau multi‐tema. Bila ada bidang‐bidang lain di kawasan strategis tersebut yang dianggap perlu diketengahkan, maka bidang tersebut dapat dijadikan sebagai constraint yang harus diperhatikan dalam mewujudkan tujuan penataan ruang. Tujuan penataan ruang kawasan strategis tidak dibenarkan bersifat multi‐tema oleh karena RTR kawasan strategis pada dasarnya merupakan operasionalisasi rencana umum (UU No. 26 Tahun 2007 pasal 14). Tujuan penataan ruang yang bersifat multi‐tema tempatnya ada pada rencana umum, bukan pada rencana rinci. Tujuan penataan ruang KSN dirumuskan berdasarkan: 1. Tujuan ditetapkannya kawasan strategis; 2. Karakteristik spesifik KSN; 3. Isu strategis; dan MATERI TEKNIS Penyusunan RTR KSN HL. Bukit Batabuh dan Sekitarnya, 2012 III- 1

Upload: ta-ma

Post on 25-Nov-2015

21 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

2

TRANSCRIPT

BAB 3TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG KSN BUKIT BATABUH DAN SEKITARNYA3.1PERUMUSAN TUJUAN

Sesuai dengan Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional (KSN), Setiap kawasan strategis makro pada dasarnya sudah memiliki tujuan penataan ruang bawaan, yang sesuai dengan tema pembentukan kawasan strategis tersebut. Perumusan tujuan disini dimaksudkan untuk lebih mempertajam tujuan penataan ruang bawaan agar lebih spesifik terhadap persoalan dan potensi yang ada di dalam kawasan strategis tersebut.

Tujuan penataan ruang kawasan strategis dapat diperkaya dengan memasukan nilainilai setempat tetapi harus tetap fokus pada tema kawasan tersebut dan tidak menjadikan tujuan yang bersifat facet atau multitema. Bila ada bidangbidang lain di kawasan strategis tersebut yang dianggap perlu diketengahkan, maka bidang tersebut dapat dijadikan sebagai constraint yang harus diperhatikan dalam mewujudkan tujuan penataan ruang. Tujuan penataan ruang kawasan strategis tidak dibenarkan bersifat multitema oleh karena RTR kawasan strategis pada dasarnya merupakan operasionalisasi rencana umum (UU No. 26 Tahun 2007 pasal 14). Tujuan penataan ruang yang bersifat multitema tempatnya ada pada rencana umum, bukan pada rencana rinci.

Tujuan penataan ruang KSN dirumuskan berdasarkan:

1. Tujuan ditetapkannya kawasan strategis;

2. Karakteristik spesifik KSN;

3. Isu strategis; dan 4. Kondisi objektif yang diinginkan.

Tujuan penataan ruang KSN dirumuskan dengan kriteria:

1. Tidak bertentangan dengan tujuan penataan ruang wilayah, kabupaten. provinsi dan Nasional serta tujuan penataan ruang pulau.2. Jelas dan dapat tercapai sesuai jangka waktu perencanaan; dan

3. Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

3.1.1 Dasar Perumusan Tujuan Penataan Ruang a. Dasar Tujuan ditetapkannya kawasan strategis

KSN Hutan Lindung Batabuh di Kabupaten Indragiri Hulu ditetapkan sebagai salah satu kawasan strategis nasional (KSN) dalam Peraturan Pemerintah nomor 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), yang diprioritaskan penataan ruangnya terutama dalam rangka rehabilitasi kawasan dengan sudut kepentingan lingkungan hidup. Tujuan dar ditetapkannya KSN Hutan Lindung Bukit Batabu yaitu menjaga dan melestarikan lingkungan hidup.

Mengacu pada tujuan ditetapkannya KSN Hutan Lindung Bukit Batabuh tersebut, jelas bahwa tujuannya yaitu untuk menjaga dan melesatrikan lingkungan hidup, sehingga tujuan yang lebih spesifik dari penataan ruang KSN Hutan Lindung Bukit Batabuh selanjutnya tetap mengacu pada upaya-upaya menjaga dan melestraikan lingkungan hidup.

b. Dasar Karakteristik spesifik KSNTerdapat dua hal utama yang menonjol terkait dengan karakteristik khas KSN Hutan Lindung Bukit Batabuh yaitu hutan lindung Bukit Batabuh memeliki fungsi dan peran sebagai kawasan lindung dan sekaligus berfungsi sebagai kawasan konservasi.

Sebagai kawasan fungsi lindung, berdasarkan UU No. 41 Tahun 1999 tentang kehutanan pengertian Hutan Lindung, yaitu kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah). Dengan demikian menjadi sangat jelas bahwa KSN Hutan Lindung Bukit Batabuh memiliki fungsi lindung.

Sedangkan fungsi konservasi, berdasarkan Perpres No. 13/2012, tentang RTR Pulau Sumatera), kawasan Hutan Lindung Bukit Batabuh yang terletak antara Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Balik dan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh, merupakan bagian dari Koridor Rimba (Riau-Jambi-Sumatera Barat) yang diarahkan pada perlindungan satwa kunci Sumatera yaitu Harimau dan Gajah Sumatera.c. Dasar Isu strategis

Terdapat 4 isu startegis dari keberadaan KSN Hutan Lindung Bukit Batabuh yaitu :

1. HL Bukit Batabuh bagian dari BIOREGION BUKIT TIGAPULUH (Satu Kesatuan Ekosistem Taman Nansional Bukit Tiga Puluh ) yang memiliki fungsi strategis dalam kelangsuangan kegiatan konservasi hutan tropis pulau sumatera yg memiliki keanekaragaman hayati tinggi.

2. HL Bukit Batabuh merupakan kawasan KORIDOR LANDSKAPE antara SM. Bukit Rimbang Bukit Baling dan TN. Bukit Tigapuluh, yang berperan sebagai koridor dan habitat spesies kunci (gajah, harimau, orang utan)

3. Kawasan SM. Bukit Rimbang Bukit Baling -HL. Bukit Batabuh-TN. Bukit Tigapuluh merupakan kawasan perlindungan dan pengatur tata air wilayah di bawahnya yang meliputi wilayah propinsi Riau, dan Jambi.

4. Ancaman multi sektor terkait dengan perubahan tutupan hutan oleh kegiatan kehutanan, perkebunan, pertambangan, ladang berpindah dan perambahan/illegal logging yang didorong salah satunya oleh peningkatan aksesibilitas jaringan transportasi.

Ke-empat isu strategis itulah yang selanjutnya digunakan sebagai dasar dalam penyusunun rumusan tujuan penataan ruang KSB Hutan Lindung Bukit Batabuh ini.

d. Dasar Kondisi objektif yang diinginkan.

1. Mengembalikan fungsi kawasan lindung dengan meningkatkan tutupan vegetasi hutan alam2. Meningkkan fungsi konservasi sebagai koridor satwa kunci dan pelindungan keanekaragaman hayati.3. Mengembangkan kegiatan ekonomi yang berbasis pada kegiatan perkebunan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan

4. Mengurangi ancaman perubahan tutupan hutan akibat aksesibulitas transportasi.

3.1.2Rumusan Tujuan

Tujuan penataan ruang KSN HL. Bukit Batabuh dan Sekitarnya merupakan arahan perwujudan ruang yang ingin dicapai pada masa yang akan datang (20 tahun). Tujuan penataan ruang KSN HL. Bukit Batabuh dan Sekitarnya memiliki fungsi :

1. Sebagai dasar untuk memformulasikan kebijakan dan strategi penataan ruang KSN;

2. Memberikan arahan bagi penyusunan indikasi program utama dalam RTR KSN; dan

3. Sebagai dasar dalam penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang KSN.

Tujuan penataan ruang HL. Bukit Batabuh dan Sekitarnya dirumuskan berdasakan :

a. Karakteristik KSN;

b. Isu strategis; dan

c. Kondisi objektif yang diinginkan.

Tujuan penataan ruang HL. Bukit Batabuh dan Sekitarnya dirumuskan dengan kriteria:

a. Tidak bertentangan dengan tujuan penataan ruang wilayah nasional dan provinsi;

b. Jelas dan dapat tercapai sesuai jangka waktu perencanaan; dan

c. Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan fungsi dan kriteria tersebut, maka tujuan Penataan ruang HL. Bukit Batabuh dan Sekitarnya bertujuan Mewujudkan fungsi KSN Bukit Batabuh sebagai jalur utama koridor satwa kunci dalam Ekosistem Rimba Terpadu Sumatera.3.2PERUMUSAN KEBIJAKAN

Tata ruang pada dasarnya merupakan perwujudan spasial dari berbagai kebijakan sektoral. Undangundang No. 26 Tahun 2007 menyatakan bahwa tata ruang adalah wujud struktur dan pola ruang. Struktur dan pola ruang pada dasarnya merupakan wujud akhir tata ruang yang lahir sebagai akibat berbagai kebijakan sektoral. Rencana struktur dan rencana pola ruang seharusnya mencerminkan kesepakatan berbagai sektor di dalam membentuk ruang spasial yang menjadi wadah bagi kegiatan bersama.

Sehubungan dengan itu perumusan kebijakan dan strategi untuk mewujudkan Tujuan Penataan Ruang harus dilihat dari atau melibatkan kebijakan berbagai sektor terkait yang berperan di kawasan tersebut.

Kebijakan penataan ruang KSN berfungsi sebagai:

1) Sebagai dasar untuk memformulasikan strategi penataan ruang KSN;

2) Sebagai dasar untuk merumuskan Struktur dan Pola Ruang KSN;

3) Memberikan arah bagi penyusunan Indikasi Program Utama dalam RTR KSN; dan

4) Sebagai dasar dalam penetapan ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang KSN.

Kebijakan Penataan Ruang KSN dirumuskan berdasarkan:

1) Tujuan penataan ruang KSN;

2) Karakteristik KSN;

3)Kapasitas Sumber Daya KSN dalam mewujudkan tujuan penataan ruangnya; dan

4) Ketentuan Peraturan Perundang-Undangan terkait.

Kebijakan penataan ruang KSN dirumuskan dengan kriteria:

1) Mengakomodasi kebijakan penataan ruang wilayah nasional, kebijakan penataan ruang pulau dan kebijakan penataan ruang wilayah provinsi yang berlaku pada KSN bersangkutan;

2) Jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan pada KSN bersangkutan;

3) Mampu menjawab isu-isu strategis baik yang ada sekarang maupun yang diperkirakan akan timbul di masa yang akan datang; dan

4) Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

3.2.1Dasar Perumusan Kebijakan

Dasar perumusan kebijakan penataan ruang KSN HL. Bukit Batabuh dan Sekitarnya adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Penataan Ruang KSN HL. Bukit Batabuh dan Sekitarnya

Sesuai yang sudah dibahas pada subbab sebelumnya, tujuan penataan KSN HL. Bukit Batabuh dan Sekitarnya adalah untuk Mewujudkan fungsi KSN Bukit Batabuh sebagai jalur utama koridor satwa kunci dalam Ekosistem Rimba Terpadu Sumatera. 2. Kebijakan Penataan Ruang Nasional, Pulau dan Provinsi

Kebijakan RTRW Nasional, RTR Pulau Sumatera dan RTRW Provinsi Riau untuk KSN HL. Bukit Batabuh dan Sekitarnya, antara lain adalah:

a. Hutan lindung Bukit Batabuh sebagai kawasan perlindungan di bawahnya yang memiliki fungsi perlindungan tata air

b. Hutan lindung Bukit Batabuh merupakan bagian dari kawasan koridor Rimba yang memiliki fungsi konservasi satwa kunci yaitu Harimau Sumatera dan Gajah Sumatera

c. Suaka margasatwa Bukit Rimbang Baling sebagai kawasan lindung dengan arahan pengembangan pengelolaan kawasan lindung nasional.d. Suaka margasatwa Bukit Rimbang Baling merupakan bagian dari kawasan koridor Rimba yang memiliki fungsi konservasi satwa kunci yaitu Harimau Sumatera dan Gajah Sumatera

Secara lebih rinci kebijakan penataan ruang nasional dan provinsi akan diakomodasi pada rencana struktur dan pola ruang serta rencana kawasan strategis.3.2.2Rumusan Kebijakan Penataan Ruang

Rumusan kebijakan penataan ruang KSN HL. Bukit Batabuh dan Sekitarnya ditetapkan sebagai berikut :

1. Peningkatan tutupan vegetasi hutan alam pada kawasan inti;2. Pelestarian dan pengembangan manfaat keanekaragaman hayati hutan tropis di kawasan inti;3. Pengembangan infrastruktur koridor perlintasan satwa kunci;4. Perlindungan dan pelestarian satwa kunci ;5. Pengendalian kegiatan dan alih fungsi lahan yang mengganggu fungsi kawasan inti;6. Peningkatan luas tutupan hutan pada kawasan fungsi lindung di kawasan penyangga;7. Pengoptimalan pengelolaan Sumber Daya Alam yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan di kawasan penyangga;8. Pengendalian infrastruktur wilayah dan permukiman di kawasan penyangga;9. Pengoptimalan keberadaan masyarakat dalam mendukung fungsi KSN;3.3. RUMUSAN STRATEGI Strategi penataan ruang KSN merupakan penjabaran yang disesuaikan dengan RTRW nasional, RTR Pulau dan provinsi sehingga kebijakan penataan ruang KSN ke dalam langkah-langkah operasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi penataan ruang KSN berfungsi:

1) Sebagai dasar untuk penyusunan rencana struktur ruang dan rencana pola ruang;

2)Memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam RTR KSN; dan

3) Sebagai dasar dalam penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang KSN.

Strategi penataan ruang KSN dirumuskan berdasarkan:

1) Kebijakan penataan ruang KSN;

2) Kapasitas sumber daya KSN dalam melaksanakan kebijakan penataan ruangnya; dan

3) Ketentuan peraturan perundang-undangan.

Strategi penataan ruang wilayah kabupaten dirumuskan dengan kriteria:

1) Sesuai dengan muatan kebijakan penataan ruang;

2) Tidak bertentangan dengan tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah nasional, RTR Pulau dan provinsi;

3) Jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan pada wilayah kabupaten bersangkutan secara efisien dan efektif;

4) Harus dapat dijabarkan secara spasial dalam rencana struktur ruang dan rencana pola ruang KSN; dan

5) Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang terkait.

Strategi penataan ruang KSN HL. Bukit Batabuh dan Sekitarnya adalah turunan dari kebijakan yang dijabarkan secara lebih operasional yang dapat dituangkan dalam bentuk ruang. Mengacu pada kebijakan yang telah dirumuskan, maka strategi penataan ruang adalah sebagai berikut :

1. Strategi untuk menerapkan kebijakan peningkatan tutupan vegetasi hutan alam pada kawasan inti, adalah:a. Mencegah ilegal logging; b. Mencegah kegiatan pembukaan hutan untuk perkebunan baru;c. Mencegah akses jalan baru;d. Menutup jalan eks logging pada kawasan inti;e. Mengendalikan pemanfataan kawasan bekas tebangan/eks ilegal logging pada kawasan inti;f. Meningkatkan luas tutupan vegetasi hutan alam pada kawasan inti (reboisasi vegetasi asli);g. Mengembangkan sistem perlindungan tutupan hutan alam pd kawasan inti KSN.2. Strategi yang digunakan dalam mewujudkan kebijakan pelestarian dan pengembangan manfaat keanekaragaman hayati hutan tropis di kawasan inti, adalah:a. Menginventarisasi keanekaragaman hayati; b. Mencegah perburuan dan perdagangan satwa liar;c. Mengendalikan pemungutan hasil hutan kayu bernilai ekonomi tinggi;d. Mengembangkan tumbuhan hutan alam bernilai ekonomi tinggi;e. Mengembangkan penangkaran satwa dilindungi;f. Mengembangkan kegiatan jasa lingkungan pada kawasa inti;g. Mengembangkan kawasan stasiun penelitian dan pengembangan keanekaragaman hayati.3. Strategi dalam rangka mewujudkan kebijakan pengembangan infrastruktur koridor perlintasan satwa kunci, adalah:a. Menginventarisasi jalur perlintasan alami satwa kunci;b. Mengendalikan kegiatan yang mengganggu jalur perlintasan alami satwa kunci;c. Mengembangkan infrastruktur jalur perlintasan satwa kunci;d. Mengembangkan sistem pemantauan pada jalur perlinatasan satwa kunci.4. Strategi dalam rangka mewujudkan kebijakan perlindungan dan pelestarian satwa kunci, adalah:

a. Menginventarisasi populasi dan sebaran satwa kunci;b. Menginventarisasi konflik satwa kunci dengan masyarakat;c. Mencegah perburuan dan perdagangan satwa kunci;d. Mengembangkan sistem pemantauan populasi dan sebaran satwa kunci.5. Strategi dalam rangka mewujudkan kebijakan pengendalian kegiatan dan alih fungsi lahan yang mengganggu fungsi kawasan inti, adalah :a. Menginventarisasi tingkat gangguan kegiatan permukiman terhadap fungsi kawasan inti;b. Mencegah perluasan permukiman dan perkebunan yang sudah ada;c. Melakukan relokasi permukiman ;d. Mencegah munculnya permukiman dan perkebunan baru;e. Mencegah akses jalan baru;f. Mengoptimalkan konservasi DAS.6. Strategi dalam rangka mewujudkan kebijakan peningkatan luas tutupan hutan pada kawasan fungsi lindung di kawasan penyangga, adalah :a. Menetapkan luas tutupan hutan Alam paling sedikit 60% dalam dalam kawasan Hutan produksi Terbatas pada lokasi tertentu yang berbatasan dengan kawasan inti;b. Menetapkan luas tutupam hutan alam paling sedikit 40% dalam kawasan Hutan produksi tetap pada lokasi tertentu yang berbatasan dengan kawasan inti;c. Menetapkan luas tutupan hutan paling sedikit 30% dalam kawasan HPK (hutan produksi yg bias dikonversi) pada lokasi tertentu yang berbatasan dengan kawasan inti;d. Menetapkan luas tutupan hutan paling sedikit 20% dalam kawasan Areal Pemanfaatan Lain pada lokasi tertentu yang berbatasan dengan kawasan inti;e. Mengoptimalkan perkebunan yg berkelanjutan di kawasan penyangga KSN pada lokasi tertentu yang berbatasan dengan kawasan inti.7. Strategi dalam rangka mewujudkan kebijakan pengoptimalan pengelolaan Sumber Daya Alam yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan di kawasan penyangga, adalah :a. Mendorong kegiatan-kegiatan pengelolaan sumberdaya alam seperti pertambangan, perkebunan dan pertanian yang menerapkan prinsip-prinsip yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan;b. Pemantauan implementasi dari kegiatan-kegiatan pengelolaan sumberdaya alam seperti pertambangan, perkebunan dan pertanian yang menerapkan prinsip-prinsip yang berwawasan.8. Strategi dalam rangka mewujudkan kebijakan pengendalian infrastruktur wilayah dan permukiman di kawasan penyangga, adalah :a. Mengendalikan akses jalan menuju kawasan inti;

b. Mengendalikan perkembangan permukiman sepanjang batas antara kawasan penyangga dengan kawasan inti;

c. Menata peran dan fungsi sistem perkotaan (PKLp Koto Baru, PKLp Muara Lembu, PKLp Lubuk Jambi), sebagai kota konservasi;

d. Mengendalikan pemanfaatan ruang di sepanjang jalan provinsi Lubuk Jambi Kabupaten Kuantan Singingi ke Batang Cenaku Kabupaten Indragiri Hulu.9. Strategi dalam rangka mewujudkan kebijakan Pengoptimalan keberadaan masyarakat dalam mendukung fungsi KSN, adalah :a. Mengembangkan potensi kearifan lokal dalam mendukung fungsi KSNb. Mengembangkan potensi wisata budayac. Meningkatkan dan mendorong peran masyarakatTabel 3.1. Tujuan Kebijakan dan Strategi RTR KSN HL. Bukit Batabuh dan SekitarnyaTUJUANKEBIJAKAN STRATEGI

Mewujudkan fungsi KSN Bukit Batabuh sebagai jalur utama koridor satwa kunci dalam Ekosistem Rimba Terpadu Sumatera1. Peningkatan tutupan vegetasi hutan alam pada kawasan inti KSN

1. Mencegah ilegal logging 2. Mencegah kegiatan pembukaan hutan untuk perkebunan baru3. Mencegah akses jalan baru4. Menutup jalan eks logging pada kawasan inti5. Mengendalikan pemanfataan kawasan bekas tebangan/eks ilegal logging pada kawasan inti

6. Meningkatkan luas tutupan vegetasi hutan alam pada kawasan inti (reboisasi vegetasi asli)7. Mngembangkan sistem perlindungan tutupan hutan alam pd kawasan inti KSN

2. Pelestarian dan pengembangan manfaat keanekaragaman hayati hutan tropis di kawasan inti1. Menginventarisasi keanekaragaman hayati 2. Mencegah perburuan dan perdagangan satwa liar3. Mengendalikan pemungutan hasil hutan kayu bernilai ekonomi tinggi4. Mengembangkan tumbuhan hutan alam bernilai ekonomi tinggi (gaharu)5. Mengembangkan penangkaran satwa dilindungi6. Mengembangkan kegiatan jasa lingkungan pada kawasa inti7. Mengembangkan kawasan stasiun penelitian dan pengembangan keanekaragaman hayati.

3. Pengembangan infrastruktur koridor perlintasan satwa kunci

1. Menginventarisasi jalur perlintasan alami satwa kunci

2. Mengendalikan kegiatan yang mengganggu jalur perlintasan alami satwa kunci

3. Mengembangkan infrastruktur jalur perlintasan satwa kunci

4. Mengembangkan sistem pemantauan pada jalur perlinatasan satwa kunci

4. Perlindungan dan pelestarian satwa kunci1. Menginventarisasi populasi dan sebaran satwa kunci

2. Menginventarisasi konflik satwa kunci dengan masyarakat

3. Mencegah perburuan dan perdagangan satwa kunci

4. Mengembangkan sistem pemantauan populasi dan sebaran satwa kunci

5. Pengendalian kegiatan dan alih fungsi lahan yang mengganggu fungsi kawasan inti 1. Menginventarisasi tingkat gangguan kegiatan permukiman terhadap fungsi kawasan inti

2. Mencegah perluasan permukiman dan perkebunan yang sudah ada

3. Melakukan relokasi permukiman

4. Mencegah munculnya permukiman dan perkebunan baru

5. Mencegah akses jalan baru

6. Mengoptimalkan konservasi DAS

6. Peningkatan luas tutupan hutan pada kawasan fungsi lindung di kawasan penyangga KSN

1. Menetapkan luas tutupan hutan Alam paling sedikit 60% dalam dalam kawasan Hutan produksi Terbatas pada lokasi tertentu yang berbatasan dengan kawasan inti

2. Menetapkan luas tutupam hutan alam paling sedikit 40% dalam kawasan Hutan produksi tetap pada lokasi tertentu yang berbatasan dengan kawasan inti

3. Menetapkan luas tutupan hutan paling sedikit 30% dalam kawasan HPK (hutan produksi yg bias dikonversi) pada lokasi tertentu yang berbatasan dengan kawasan inti

4. Menetapkan luas tutupan hutan paling sedikit 20% dalam kawasan Areal Pemanfaatan Lain pada lokasi tertentu yang berbatasan dengan kawasan inti5. Mengoptimalkan perkebunan yg berkelanjutan di kawasan penyangga KSN pada lokasi tertentu yang berbatasan dengan kawasan inti

7. Pengoptimalan pengelolaan Sumber Daya Alam yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan di kawasan penyangga1. Mendorong kegiatan-kegiatan pengelolaan sumberdaya alam seperti pertambangan, perkebunan dan pertanian yang menerapkan prinsip-prinsip yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan

2. Pemantauan implementasi dari kegiatan-kegiatan pengelolaan sumberdaya alam seperti pertambangan, perkebunan dan pertanian yang menerapkan prinsip-prinsip yang berwawasan

8. Pengendalian infrastruktur wilayah dan permukiman di kawasan penyangga KSN1. Mengendalikan akses jalan menuju kawasan inri

2. Mengendalikan perkembangan permukiman batas antara kawasan penyangga dengan kawasan inti (sesuai dengan deliniasi peruntukan kawasan permukiman)

3. Menata peran dan fungsi sistem perkotaan (yang dikendalikan PKLp Koto Baru, PKLp Muara Lembu, yang didorong PKLp Lubuk Jambi), sebagai kota konservasi

4. Mengendalikan pemanfaatan ruang di sepanjang jalan provinsi Lubuk Jambi (Kuansing) ke Batang Cenaku (Inhu)

9. Pengoptimalan keberadaan masyarakat dalam mendukung fungsi KSN1. Mengembangkan potensi kearifan lokal dalam mendukung fungsi KSN2. Mengembangkan potensi wisata budaya3. Meningkatkan dan mendorong peran masyarakat

3.4RUMUSAN KONSEP

Berdasarkan analisis holistik berbagi aspek, fungsi dan isu strategis yang ada serta peluang dan ancaman dalam 20 tahun kedepan, maka skenario penataan ruang KSN HL. Bukit Batabuh dan Sekitarnya akan diarahkan pada pengembangan konsep konservasi dan pengembangan pengelolaan sumberdaya alam berkelanjutan dan ramah lingkungan, sehingga kegiatan pelestarian keanekaragaman hayati, perlindungan satwa kunci dan peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat berjalan sinergis dan berkelanjutan.

Secara umum konsep penataan ruang akan dilihat dalam dua kelompok tipologi kawasan yaitu kawasan inti KSN dan kawasan penyangga KSN. Masing-masing tipologi kawasan tersebut memiliki konsepsi spesifik tetapi tetapi saling mendukung.

3.4.1. Konsep Penataan Ruang Kawasan Inti KSN

a. Konsep Struktur Ruang pada Kawasan Inti KSNPerumusan konsep struktur ruang dalam kawasan inti KSN didasarkan pada pertimbangan :a) Secara fisik kawasan hutan lindung bukit batabuh berpotensi untuk peningkatan akses jalan yang menghubungkan antara wilayah propinsi Riau dengan Sumatera Barat.

b) Secara pengelolaan kawasan hutan lindung yang tidak seoptimal kawasan konservasi berpeluang peningkatan akses jalan yang menghubungkan antara wilayah propinsi Riau dengan Sumatera Barat dan pembentukan permukiman baru.

c) Kondisi eksisting terdapat dua akses utama yaitu jalan Negara dan jalan kabupaten yang memotong kawasan hutan lindung berpotensi untuk peningkatan pembukaan jalan baru di sepanjang trase jalan tersebut.

d) Kondisi eksiting terdapat jalan kabupaten dalam kawasan SM Rimbang Baling dari Muara Lembu.

e) Kondisi tersebut dapat mengancam optimalisasi peran dan fungsi kawasan hutan lindung bukit batabuh dan SM. Bukit Rimbang Baling sebagai satu kesatuan koridor satwa kunci Harimau Sumatera.

f) Tantangan agar fungsi koridor tetap berjalan dalam kondisi prasarana utama berupa jalan yang sudah intensif sebagai akses antara propinsi Riau dan Sumatera Barat.

Dengan dasar pertimbangan tersebut di atas, maka konsep struktur ruang dalam kawasan inti KSN, yaitu :a) Membatasi pembukaan jalan baru

b) Mengembangkan fasilitas perlintasan satwa pada akses-akses jalan yang sudah ada.

c) Peningkatan infrastruktur wisata alamb. Konsep Pola Ruang pada Kawasan Inti KSNPerumusan konsep pola ruang dalam kawasan inti KSN didasarkan pada pertimbangan :

a) Kondisi eksisting sudah berjalan pemanfaatan ruang untuk kegiatan budidaya dalam kawasan hutan lindung Bukit Batabuh, yaitu kegiatan permukiman dan perkebunan rakyat.b) Tutupan hutan tersisa seluas 38.927 Ha atau 55,56% dari luas HL Bukit Batbuh (70.060 Ha).c) Tekanan perubahan penggunaan tanah hutan menjadi penggunaan tanah non hutan sangat tinggi terutama untuk kegiatan perkebunan pada kawasan-kawasan yang memiliki aksesibiltas yang cukup baik dan kondisi fisik yang landai.d) Perluasan permukiman pada desa definitive yaitu desa Perhentian Sungkai kab. Kuansing.e) Kawasan inti KSN diarahkan sebagai koridor perlintasan satwa kunci Harimau Sumatera

f) Potensi pengembangan pariwisata alam Dengan dasar pertimbangan tersebut di atas, maka konsep pola ruang dalam kawasan inti KSN, yaitu :a) Pemanfaatan kawasan hutan, Pemanfaatan jasa lingkungan, Pemungutan hasil hutan bukan kayu secara optimal dan adil untuk kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya; b) Pengendalian perluasan permukiman dan perkebunan yang dapat mengurangi fungsi dan peran kawasan hutan lindung.

c) Rehabilitasi hutan dan lahan sebagai upaya untuk memulihkan, mempertahankan, dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga.

d) Reklamasi hutan sebagai usaha untuk memperbaiki atau memulihkan kembali lahan dan vegetasi hutan yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan peruntukannya.

e) Perlindungan hutan sebagai usaha untuk mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan, yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit, serta mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan.3.4.2. Konsep Penataan Ruang Kawasan Penyangga KSN

a. Konsep Struktur Ruang pada Kawasan Penyangga KSN

Perumusan konsep struktur ruang dalam kawasan penyangga KSN didasarkan pada pertimbangan :

a) Mengakomodasi struktur ruang RTRW Nasional, RTR Pulau, RTRW Porvinsi dan RTRW kabupaten.b) Pertumbuhan penduduk yang cukup tingggi pada wilayah kecamatan yang berbatasan langsung dengan KSN HL. Bukit Batabuh dan Sekitarnya yang memerlukan dukungan saran dan prasarana wilayah.c) Aksesibilitas yang masih terbatas karena sarana dan moda tranportasi yang belum memadai yang menghubungkan antar desa di kawasan penyangga.d) Kondisi eksisting sedang dibuka jalan baru yang menghubungkan antara Kec. Kuantan Mudik dengan Kabupaten Indragiri Hulu.e) Pemekaran kecamatan baru yang merupakan pecahan dari kec. Kuantan Mudik berbatasan langsung dengan batas KSN dapat mendorong pertumbuhan pusat-pusat kegiatan dan membutuhkan jaringan infrasruktur yang memadai.f) Kawasan penyangga KSN diharapkan dapat menjadi pelindung keberadaan inti KSN dengan berbagai aktifitasnya dan kebutuhan sarana dan prasarananya. Dengan dasar pertimbangan tersebut di atas, maka konsep struktur ruang dalam kawasan penyangga KSN, yaitu :

a) Pengembangan jaringan transportasi jalan yang efektif dan efisien sesuai dengan tipologi kawasanb) Pusat-pusat permukiman berupa PPK (pusat pelayanan kawasan) dan PPL (pusat pelayanan lingkungan)c) Jaringan prasarana transportasi berupa jalan lokal primer dengan status jalan kabupaten, jalan lokal dan jalan perusahaan.d) Pengembangan infrastrtuktur yang mendukung konsep agroindustri dan agribisnis untuk memperkuat perekonomian masyarakat di kawasan penyangga KSN yang, hemat lahan, dikelola secara berhasil guna, bernilai ekonomi tinggi, terpadu dan ramah lingkungan.b. Konsep Pola Ruang pada Kawasan Penyangga KSNPerumusan konsep pola ruang dalam kawasan inti KSN didasarkan pada pertimbangan :a) Mengakomodasi pola ruang RTRW Nasional, RTR Pulau, RTRW Porvinsi dan RTRW kabupaten.b) Pertumbuhan penduduk yang cukup tingggi pada wilayah kecamatan yang berbatasan langsung dengan KSN HL. Bukit Batabuh dan Sekitarnya yang membutuhkan ruang yang tentu cukup tinggi untuk kegiatan ekonomi dan pengembangan sarana dan prasarana wilayah.c) Basis ekonomi masyarakat mengandalkan perkebunan dan pertanian lahan kering yang membutuhkan lahan yang luas.d) Keterbatasan ruang akibat dari perluasan pengembangan perkebunan swasta dan masyarakat.e) Perubahan tutupan hutan menjadi hutan produksi dan kawasan perkebunan akibat desakan kebutuhan ruang yang tinggi di wilayah penyangga.f) Mulai tumbuhnya kegiatan pertambangan batu bara di desa Ibul, kecamatan Kuantan Mudik, kab. Kuansing dan pengajuan izin-izin pertambangan baik di kab. Kuansing maupun kab. Inhu.g) Kawasan penyangga KSN juga merupakan lokasi perlintasan satwa kunci gajah sumatera, dimana berdasarkan literatur dikatakan bahwa 80% sebaran gajah berada di luar kawasan konservasi.h) Terjadi perebutan ruang yang tinggi untuk berbagai akrifitas termasuk untuk perlindungan tata air, habitat dan jalur perlintasan satwa liar Gajah Sumatera.Dengan dasar pertimbangan tersebut di atas, maka konsep pola ruang dalam kawasan penyangga KSN, yaitu :

a) Pengendalian perluasan permukiman dan perkebunan yang dapat mengurangi tekanan terhadap keberadaan kawasan inti KSN.

b) Optimalisasi kegiatan ekonomi perkebunan yang hemat lahan tapi bernilai ekonomi tinggi, dengan prinsip berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.c) Membatasi perluasan pengembangan perkebunan swasta.d) Pengembangan desa-desa wisata yang mendukung kegiatan wisata alame) Mengoptimalkan luas tutupan hutan pada kawasan hutan produksi terbatas, hutan produksi tetap, hutan produksi yang dapat dikonversi dan pada area pemanfaatan lain.f) Perlindungan tutupan hutan sebagai usaha untuk mencegah dan membatasi kerusakan hutan, untuk perlindungan tata air.g) Rehabilitasi hutan dan lahan sebagai upaya untuk memulihkan, mempertahankan, dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan pada kawasan HPT, HP, HPK dan APL sehingga daya dukung, produktivitas dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga.

h) Reklamasi hutan sebagai usaha untuk memperbaiki atau memulihkan kembali lahan dan vegetasi hutan yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan peruntukannya pada kawasan HPT, HP, HPK dan APL .

III- 7MATERI TEKNIS Penyusunan RTR KSN HL. Bukit Batabuh dan Sekitarnya, 2012