03 bab3_hidrologi a
DESCRIPTION
sdsTRANSCRIPT
LAPORAN AKHIR
BAB III
HIDROLOGI
3.1. STASIUN HUJAN
Semua lokasi sumber air yang teridentifikasi pada pekerjaan ini diambil
dari Pos Hidrologi di hulu aliran Sungai Ciwulan dan di hilir aliran Sungai
Ciwulan yaitu Cikunten II, Padawaras dan Karangnunggal. Untuk lebih
jelasnya lokasi stasiun hujan atau Pos Hidrologi tersebut ditunjukkan pada
Gambar 3.1.
Gambar 3. 1. Lokasi Pos Hidrologi
3.2. CURAH HUJAN
Data hujan yang dipergunakan untuk analisa adalah data hujan rerata
bulanan selama 10 tahun terakhir yaitu dari tahun 2003 s/d 2013. Curah
KAJIAN POTENSI IRIGASI D.I. CIKALONG KABUPATEN TASIKMALAYA III - 1
Cikunten II
PadawarasKarangnunggal;
LAPORAN AKHIR
hujan rerata bulanan di lokasi pekerjaan bervariasi dari 26.16 mm sampai
dengan 236.06 mm.
3.3. KLIMATOLOGI
Kondisi iklim di lokasi pekerjaan secara umum beriklim tropis dan
dipengaruhi oleh angin muson dimana musim penghujan terjadi pada
bulan November hingga Mei, sedangkan musim kemarau terjadi pada
bulan Juni hingga Oktober. Perbedaan musim dalam setahun tersebut
menyebabkan terjadinya perubahan suhu dan kelembaban. Suhu udara
berkisar antara 23 o – 28 o C dengan kelembaban nisbi rata-rata berkisar
80%.
Berikut adalah data rata-rata bulanan klimatologi tahun 2013 dari Stasiun
Klimatologi Cikatomas.
Data Klimatologi Tahun 2013
KAJIAN POTENSI IRIGASI D.I. CIKALONG KABUPATEN TASIKMALAYA III - 2
DATA KLIMATOLOGI RATA-RATA BULANAN TH 2013STASIUN : Cikatomas
GARIS LINTANG : 06 O 55' LS
GARIS BUJUR : 107 O 36' BTTINGGI DPL : 791 m
(oC) (%) (%) (jam) (Knot) (m/dt)
Januari 23.1 85.0 47.0 5.6 6.0 3.1Februari 23.5 83.0 67.0 8.0 6.0 3.1
Maret 23.9 82.0 57.0 6.8 5.0 2.6April 23.5 83.0 60.0 7.2 5.0 2.6Mei 23.3 80.0 67.0 8.0 4.0 2.1Juni 22.7 77.0 76.0 9.1 5.0 2.6Juli 23.0 78.0 77.0 9.2 5.0 2.6
Agustus 22.6 76.0 89.0 10.7 5.0 2.6September 23.6 73.0 83.0 10.0 6.0 3.1
Oktober 24.4 72.0 77.0 9.2 6.0 3.1November 24.8 78.0 65.0 7.8 4.0 2.1Desember 23.2 88.0 42.0 5.0 2.0 1.0
Sumber : Stasiun Klimatologi Cikatomas
SUHU UDARA
LEMBAB NISBIBULAN
LAMA PENYINARAN KEC ANGIN RATA 2
LAPORAN AKHIR
3.4. DEBIT DAN KUALITAS AIR
Data sumber air merupakan suatu hal yang sangat diperlukan dalam
pengoperasian dan pemeliharaan sumber air. Dengan adanya data
sumber air ini, maka kita dapat menentukan langkah-langkah yang
diperlukan dalam mengoperasikan dan memelihara sumber air.
Di samping itu dengan adanya data sumber air (khususnya data debit
sumber air), maka kita dapat menentukan berapa sebenarnya debit
sumber air tersebut, sehingga dengan demikian kita dapat mengetahui
berapa debit air baku yang dapat diolah.
Demikian juga untuk mengetahui dosis pembubuhan kimia, perlu
diketahui kualitas air sumber. Hal ini perlu dilakukan, karena pada
umumnya debit dan kualitas air sumber tidak selalu tetap. Di samping itu
dengan mengetahui data sumber air ini, maka kita dapat memperkirakan
kecenderungan sumber air tersebut pada masa yang akan datang.
Dengan adanya data debit dan kualitas sumber air yang tercatat maka kita
dapat menganalisa kecenderungan debit dan kualitas sumber air pada
masa yang akan datang. Bilamana kita mempunyai data masa lalu yang
memperlihatkan kecenderungan debit/kualitas sumber air, maka kita akan
lebih mudah memperkirakan keadaaa sumber air pada masa yang akan
datang.
Sebagai contoh dapat dijelaskan sebagai berikut: Pada setiap pengukuran
debit suatu mata air memperlihatkan kecenderungan menurun. Dari data
ini dapat dibuat grafik debit sumber air. Dengan cara tertentu maka kita
dapat memperkirakan kecenderungan debit sumber air tersebut pada
masa yang akan datang.
KAJIAN POTENSI IRIGASI D.I. CIKALONG KABUPATEN TASIKMALAYA III - 3
LAPORAN AKHIR
Gambar 3. 2. Kecenderungan Data Debit Sumber Air
Sedangkan untuk penerimaan kualitas air yang nantinya akan
dipergunakan, disesuaikan dengan standar yang mengacu pada tabel
berikut ini :
KAJIAN POTENSI IRIGASI D.I. CIKALONG KABUPATEN TASIKMALAYA III - 4
LAPORAN AKHIR
3.5. ANALISA DEBIT ANDALAN
3.5.1.UMUM
Debit andalan adalah debit yang dipakai sebagai andalan persediaan air
sumber pada daerah studi, karena di lokasi studi tidak terdapat stasiun
duga air, maka debit andalan dihitung dengan menggunakan metode
simulasi hujan menjadi aliran (Rainfall - runoff model). Pada studi ini untuk
memperkirakan debit sumber air dengan memakai simulasi metode
“NRECA”.
Untuk perhitungan NRECA pada daerah studi dibutuhkan input data:
Curah hujan bulanan selama 10 tahun, dari 3 Stasiun Hujan dengan
periode pencatatan dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2013.
Evapotranspirasi dihitung dengan data temperatur, kelembaban relatif,
kecepatan angin dan lama penyinaran matahari dari Stasiun Badan
Meteorologi dan Geofisika Bandung.
Nilai evapotranspirasi dihitung dengan menggunakan rumus Penman.
Nilai tampungan kelengasan awal, nilainya didapat dengan trial and
error.
Tampungan air tanah awal, nilainya didapat dengan trial and error.
3.6. EVAPOTRANSPIRASI
Evaporasi dan transpirasi merupakan faktor penting dalam studi
pengembangan sumbar daya air. Evaporasi adalah proses fisik yang
mengubah suatu cairan atau bahan padat menjadi gas. Sedangkan
KAJIAN POTENSI IRIGASI D.I. CIKALONG KABUPATEN TASIKMALAYA III - 5
LAPORAN AKHIR
transpirasi adalah penguapan air yang terjadi melalui tumbuhan. Jika
kedua proses tersebut saling berkaitan disebut dengan evapotranspirasi.
Sehingga evapotranspirasi merupakan gabungan antara proses penguapan
dari permukaan tanah bebas (evaporasi) dan penguapan yang berasal dari
daun tanaman (transpirasi).
Besarnya nilai evaporasi dipengaruhi oleh iklim, sedangkan untuk
transpirasi dipengaruhi oleh iklim, varietas, jenis tanaman serta umur
tanaman.
Dalam studi ini untuk menghitung besarnya evapotranspirasi digunakan
metode Penman Modifikasi yang telah disesuaikan dengan keadaan
daerah Indonesia (Suhardjono, 1990: 54).
Eto = c x Eto*
Eto* = W (0.75.Rs – Rn1) + (1 – W). f(u). (ea – ed)
Rumus penyederhanaan Penman ini mempunyai ciri khusus sebagai
berikut:
W = faktor yang berhubungan dengan suhu (t) dan elevasi daerah
Rs = radiasi gelombang pendek (mm/hari)
= (0,25 + 0,54. n/N). Ra
Ra = radiasi gelombang pendek yang memenuhi batas luar
atmosfir (angka angot)
Rn1 = radiasi bersih gelombang panjang (mm/hari)
= f(t) . f(ed) . f(n/N)
f(T) = fungsi suhu = . Ta4
f(ed) = fungsi tekanan uap
= 0,34 – 0,044 . (ed)1/2
f(n/N) = fungsi kecerahan
= 0,1 + 0,9 . n/N
KAJIAN POTENSI IRIGASI D.I. CIKALONG KABUPATEN TASIKMALAYA III - 6
LAPORAN AKHIR
f(u) = fungsi kecepatan angin angin pada ketinggian 2 meter
(m/det)
= 0,27 (1 + 0,864 .u)
(ea–ed) = perbedaan tekanan uap jenuh dengan uap sebenarnya
ed = ea . RH
RH = kelembaban udara relatif (%)
C = angka koreksi Penman yang besarnya melihat kondisi siang
dan malam
Prosedur perhitungan ETo berdasarkan rumus Penman Modifikasi adalah
sebagai berikut :
1. Mencari data suhu rerata bulanan (t)
2. Berdasar nilai (t) cari nilai (ea), (W), (1–W) dan f(t) dengan tabel
3. Cari data kelembaban relatif (RH)
4. Berdasar nilai (ea) dan RH cari (ed)
5. Berdasar nilai (ed) cari nilai f(ed)
6. Cari letak lintang daerah yang ditinjau
7. Berdasar letak lintang cari nilai (Ra)
8. Cari data kecerahan matahari (n/N)
9. Berdasar nilai (Ra) dan (n/N) cari besaran (Rs)
10. Berdasar nilai (n/N) cari nilai f(n/N)
11. Cari data kecepatan angin rerata bulanan (u)
12. Berdasar nilai (u) cari besaran f(u)
13. Hitung besar Rn1 = f(t).f(ed).f(n/N)
14. Cari besarnya angka koreksi (c)
15. Hitung Eto*
16. Hitung Eto
KAJIAN POTENSI IRIGASI D.I. CIKALONG KABUPATEN TASIKMALAYA III - 7
KELEMBABAN (% )
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
100.00
Jan Peb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt Nop Des
SUHU UDARA (OC)
21.50
22.00
22.50
23.00
23.50
24.00
24.50
25.00
Jan Peb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt Nop Des
LAPORAN AKHIR
Berdasarkan rumus tersebut diatas, maka perhitungan evapotranspirasi
disajikan pada tabel-tabel berikut:
Tabel 3. 1. Data Klimatologi
Gambar 3. 3. Grafik Suhu Udara
KAJIAN POTENSI IRIGASI D.I. CIKALONG KABUPATEN TASIKMALAYA III - 8
LAMA PENYINARAN (jam)
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
Jan Peb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt Nop Des
KECEPATAN ANGIN (m/ dt)
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
Jan Peb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt Nop Des
LAPORAN AKHIR
Gambar 3. 4. Grafik Kelembaban
Gambar 3. 5. Grafik Penyinaran
KAJIAN POTENSI IRIGASI D.I. CIKALONG KABUPATEN TASIKMALAYA III - 9
EVAPOTRANSPIRASI
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
Jan Peb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt Nop Des
Bulan
mm
/hari
LAPORAN AKHIR
Gambar 3. 6. Grafik Kecepatan Angin
Tabel 3. 2. Perhitungan Evapotranspirasi Metode Penman
KAJIAN POTENSI IRIGASI D.I. CIKALONG KABUPATEN TASIKMALAYA III - 10
LAPORAN AKHIR
Gambar 3. 7. Grafik Modifikasi Penman
3.7. DEBIT ANDALAN
Langkah perhitungan mencakup 18 tahapan, untuk mempermudah hitungan dibuatlah kolom-perkolom dari kolom (1) hingga (18) seperti dibawah ini (Ibnu Kasiro dkk, 1994) :
(1) Nama bulan Januari sampai Desember (dipakai periode bulanan)
(2) Nilai hujan harian (Rb) dalam 1 periode
(3) Nilai evapotranspirasi (PET = Penguapan Peluh Pontensial)
(4) Nilai tampungan kelengasan awal (w0), nilainya didapat dengan cara try and error, dan pada percobaan pertama di bulan Januari diambil 600 (mm).
(5) Rasio tampungan tanah (soil storage ratio – wi) dihitung dengan rumus :
Wi =
Nominal = 100+0,2 Ra
Ra = hujan tahunan (mm)
(6) Rasio Rb / PET = kolom (2) : kolom (3)
(7) Rasio AET / PET
AET = Penguapan Peluh Aktual, nilainya tergantung dari rasio Rb / PET (kolom 6) dan Wi (kolom 5)
(8) AET =
= kolom(7) x kolom(3) x koefisien reduksi
KAJIAN POTENSI IRIGASI D.I. CIKALONG KABUPATEN TASIKMALAYA III - 11
LAPORAN AKHIR
Koefisien reduksi diperoleh dari menghitung beda elavasi hulu dengan elevasi lokasi sumber (dalam m) dibagi jarak (km). Adapun nilai koefisien reduksi berdasarkan kemiringannya adalah sebagai berikut :
Koefisien Reduksi
Kemiringan (m/ mk) Koef. Reduksi0 – 50 m /km 0,951 - 100 m/km 0,8101 – 200 m/km 0,6
> 200 m/km 0,4
(9) Neraca air =Rb – AET =kolom (2) – kolom (8)
(10) Rasio kelebihan kelegasan (excess moisture) yang dapat diperoleh sebagai berikut:
- Jika neraca air kolom (9) positif, maka rasio tersebut dapat diperoleh dengan memasukkan nilai tampungan kelengasan tanah (Wi) dikolom 5.
- Jika neraca negatif, rasio 0
(11) Kelebihan kelengasan
= rasio kelebihan kelengasan x neraca air
= kolom (10) x kolom (11)
(12) Perubahan tampungan
= neraca air – kelebihan kelengasan
= kolom (9) x kolom(11)
(13) Tampungan air tanah
= P1 x kelebihan kelengasan
KAJIAN POTENSI IRIGASI D.I. CIKALONG KABUPATEN TASIKMALAYA III - 12
LAPORAN AKHIR
= P1 x kolom (11)
P1 = parameter yang menggambarkan karateristik tanah permukaan (kedalaman 0-2 m), nilainya 0,1 – 0,5 tergantung dari sifat lulus air lahan.
P1 = 0,1 bila bersifat kedap air
P1 = 0,5 bila bersifat lulus air
(14) Tampungan air tanah awal yang harus dicoba–coba dengan nilai awal = 2
(15) Tampungan air tanah akhir
= tampungan air tanah + tampungan air tanah awal
= kolom (13) x kolom (14)
(16) Aliran air tanah
= P2 x tampungan tanah akhir
= P2 x kolom (15)
P2 = parameter seperti P1 tetapi untuk lapisan tanah dalam (kedalamam 0 – 10 m)
P2 = 0,9 bila bersifat kedap air
P2 = 0,5 bila bersifat lulus air
(17) Larian langsung (direct runoff)
= kelebihan kelengasan
= kolom (11) – kolom (13)
(18) Aliran total
= aliran langsung + aliran air tanah
= kolom (17) + kolom (16) dalam mm/periode
= kolom (18) dalam mm x 10 x luas tadah hujan (ha), m3/ periode
Untuk perhitungan periode berikutnya diperlukan nilai tampungan dan kelengasan (kolom 4) untuk periode berikutnya dan tampungan air tanah
KAJIAN POTENSI IRIGASI D.I. CIKALONG KABUPATEN TASIKMALAYA III - 13
LAPORAN AKHIR
(kolom 14) periode berikutnya yang dapat dihitung dengan mengunakan rumus berikut :
a. Tampungan kelengasan = tampungan kelengasan periode sebelumnya + perubahan tampungan = kolom (4) + kolom (12), semuanya dari periode sebelumnya.
b. Tampungan air tanah = tampungan air tanah periode sebelumnya – aliran air tanah = kolom (15) – kolom (16), semuanya dari periode sebelumnya.
Sebagai kontrol diakhir perhitungan, nilai tampungan kelengasan awal (bulan Januari) harus mendekati tampungan kelengasan akhir (bulan Desember). Jika perbedaan keduanya cukup jauh (> 200 mm) perhitungan perlu diulang mulai awal bulan Januari lagi dengan mengambil nilai tampungan kelengasan awal (Januari) = tampungan kelengasan bulan Desember.
Gambar 3. 8. Rasio AET/PET
KAJIAN POTENSI IRIGASI D.I. CIKALONG KABUPATEN TASIKMALAYA III - 14
LAPORAN AKHIR
Gambar 3. 9 Rasio Tampungan Kelengasan Tanah
3.8. KETERSEDIAAN AIR
Dengan menggunakan masukan hujan dan evapotranspirasi pada DAS
Ciwulan, berdasarkan parameter model Sacramento yang diperoleh pada
tahap kalibrasi dan verifikasi, maka diperoleh ketersediaan air pada setiap
DAS Ciwulan sebagai berikut.
Diperoleh hasil bahwa pada DAS Ciwulan, jumlah air tersedia adalah 1.7
milyar m3 /tahun atau setara dengan 56.46 m3/s. Sedangkan debit andalan
Q80% adalah sebesar 1.1 milyar m3 /tahun atau setara dengan 35.92 m3/s.
KAJIAN POTENSI IRIGASI D.I. CIKALONG KABUPATEN TASIKMALAYA III - 15
LAPORAN AKHIR
Gambar 3. 1. Neraca Air Untuk DAS Ciwulan ( D.I. Cikalong)
KAJIAN POTENSI IRIGASI D.I. CIKALONG KABUPATEN TASIKMALAYA III - 16