028 akbid skripsi pengetahuan ibu tentang pemberian vitamin a pada balita di puskesmas tinggede
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan yang dilaksanakan selama ini telah berhasil
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara cukup bermakna walaupun
masih dijumpai berbagai masalah dan hambatan informasi di bidang kesehatan
(Depkes RI, 2006).
AKB (Angka Kematian Bayi) sebagai salah satu indikator kesehatan
bayi yang dewasa ini masih tinggi di Indonesia dibanding AKB di negara
lainnya. Menurut data SDKI (Survey Demografi Kesehatan Indonesia) 2009,
AKB di Indonesia adalah 29,97 kematian per 1.000 kelahiran hidup
(SDKI, 2009).
Sekitar 10 juta balita di Indonesia berisiko kekurangan Vitamin A
(KVA) dari jumlah target sebesar 20 juta balita. Prevalensia KVA berdasarkan
survey vitamin A tahun 1992, menunjukkan xeraphtalmia sebesar 0,33%,
namun secara subklinis prevalensi KVA (kadar serun retinol dalam darah)
pada balita sebesar 50%. Di kalangan anak balita, akibat kekurangan Vitamin
A (KVA) akan meningkatkan mortalitas dan morbiditas, anak mudah terkena
penyakit infeksi seperti diare, radang paru-paru, pneumonia dan akhirnya
kematian. Akibat lain yang berdampak serius dari KVA adalah buta senja dan
tanda-tanda lain dari xeropthalmia termasuk kerusakan kornea (keratomalasia)
dan kebutaan. Perbaikan status Vitamin A pada anak-anak yang KVA, disertai
1
upaya pengobatan pada semua kasus campak dengan pemberian kapsul
Vitamin A dapat mengurangi tingkat kegawatan dari penyakit-penyakit infeksi
dan morbiditas di masa anak-anak, sehingga dapat meningkatkan kesempatan
bagi kelangsungan hidup mereka (Depkes RI, 2009).
Penanggulangan KVA di Indonesia, khususnya pada Balita 6-59 bulan,
Departemen Kesehatan RI bekerjasama dengan Helen Keller Indonesia (HKI).
Strategi penanggulangan hingga saat ini dilaksanakan melalui pemberian
kapsul Vitamin A dosis tinggi pada bayi, balita dan ibu nifas. Pada Balita
diberikan dua kali setahun dengan dosis 100.000 IU untuk bayi 6-11 bulan dan
200.000 IU untuk anak 12-59 bulan dan ibu nifas. Saat ini Depkes bekerja
sama dengan HKI melaksanakan kegiatan capacity Buliding untuk Program
Vitamin A di 20 Kabupaten di 9 provinsi. Disamping itu Depkes juga
melakukan kerjasama dengan Unicef untuk uji coba pemberian 2 kapsul
Vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas di 5 provinsi binaan Unicef. Alasan
pemilihan daerah fokus ini dilihat dari rendahnya asupan vitamin A yang
dilihat dari sampel darah (Depkes RI, 2009).
Berdasarkan kajian berbagai studi ditemukan bahwa Vitamin A
merupakan zat gizi yang sangat diperlukan bagi manusia, karena zat gizi ini
sangat penting agar proses-proses fisiologis dalam tubuh berlangsung secara
normal, termasuk pertumbuhan sel, meningkatkan fungsi penglihatan,
meningkatkan imunologis dan pertumbuhan badan. Vitamin A juga membantu
mencegah perkembangan sel-sel kanker. Pemberian vitamin A dosis tinggi
pada bayi, balita dan ibu nifas dapat menurunkan angka kematian bayi dan
2
balita bukan hanya di Indonesia maupun negara-negara berkembang lainnya
(Azwar, 2009)..
Selain factor pengetahuan hal yang menyebabkan balita tidak di
berikan Vitamin A menurut hasil wawancara penulis pada salah satu ibu yang
memiliki balita yaitu karna factor kurangnya informasi megenai jadwal
pemberian vitamin A sehingga hal ini sudah membudaya.
Berdasarkan data cakupan distribusi Vitamin A di Propinsi Sulawesi
Tengah tahun 2009, untuk bayi (6 – 11 ) pada bulan Februari berjumlah
35.449 kapsul dan bulan Agustus berjumlah 35.614 kapsul. Sedangkan untuk
balita (1-5 tahun) pada bulan Februari berjumlah 180.604 kapsul dan bulan
Agustus berjumlah 203.853 kapsul. Berdasarkan laporan distribusi vitamin A
pada bayi dan balita di Puskesmas Tinggede pada bulan Agustus 2010 jumlah
cakupan untuk bayi sebanyak 208 dari jumlah sasaran, sedangkan untuk
cakupan balita sebanyak 888 dari jumlah cakupan. Dari hasil sweeping kapsul
Vitamin A di Puskesmas Tinggede untuk bayi sebesar 49 atau 20% untuk
sasaran pendataan dan 7% untuk sasaran proyeksi. Sedangkan untuk balita
sebesar 156 dengan 12% untuk cakupan pendataan dan 11% untuk cakupan
proyeksi. Dengan pentingnya manfaat pemberian vitamin A bayi dan balita,
maka peneliti tertarik memilih judul “Pengetahuan Ibu tentang Pemberian
Vitamin A pada Balita di Puskesmas Tinggede Kecamatan Marawola.
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
masalah: Bagaimana Pengetahuan Ibu tentang Pemberian Vitamin A pada
Balita di Puskesmas Tinggede Kecamatan Marawola?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang pemberian
vitamin A pada balita di Puskesmas Tinggede Kecamatan Marawola.
2. Tujuan khusus
a. Diketahuinya tujuan pemberian vitamin A
b. Diketahuinya manfaat pemberian vitamin A
c. Diketahuinya carapemberian vitamin A
d. Diketahuinya dampak bila balita tidak diberikan vitamin A
D. Manfaat Penelitian
1. Untuk pengelola Puskesmas Tinggede
Sebagai bahan informasi dan masukan dalam upaya meningkatkan
pelayanan kesehatan khususnya pelayanan pemberian Vitamin A pada
balita.
2. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan, pengalaman
dan wawasan peneliti dalam melaksanakan suatu penelitian serta dapat
menerapkan ilmu yang didapat selama di bangku kuliah.
4
3. Bagi peneliti lain
Dapat menjadi salah satu bahan bacaan dan perbandingan bagi peneliti
lain dalam mengembangkan penelitian selanjutnya.
4. Bagi Institusi
Dapat digunakan oleh institusi pendidikan sebagai bahan pustaka
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Tentang Vitamin A
1. Pengertian
Vitamin A merupakan salah satu zat gizi penting yang larut dalam
lemak dan disimpan dalam hati, tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga
harus dipenuhi dari luar (esensial), berfungsi untuk penglihatan,
pertumbuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit
(Depkes RI, 2009).
Vitamin A atau berdasarkan struktur kimianya disebut Retinol atau
Retinal atau juga Asam Retinoat, dikenal dan dipromosikan sebagai faktor
pencegahan xeropthalmia, berfungsi untuk pertumbuhan sel epitel dan
pengatur kepekaan rangsang sinar pada saraf retina mata, makanya disebut
Retinol/Retinal. Jumlah yang dianjurkan berdasarkan Angka Kecukupan
Gizi yang dianjurkan (KGA-2004) per hari 400 ug retinol untuk anak-
anak dan dewasa 500 ug retinol. Sumbernya ada yang hewani sebagai
retinol dan ada juga dari nabati sebagai pro vitamin A sebagai karotin,
nanti dalam usus dengan bantuan tirosin baru dikonversi menjadi retinol.
Larut dalam lemak, ingat vitamin yang larut dalam lemak yaitu A D E K
tidak larut dalam air (Mansjoer, 2008).
6
Gambar 1. Jenis Kapsul Vitamin A
2. Manfaat Suplemen Vitamin A
Pemberian kapsul vitamin A bagi ibu nifas dapat menaikkan
jumlah kandungan vitamin A dalam ASI, sehingga akan meningkatkan
status vitamin A pada bayi yang disusuinya. ASI merupakan sumber
vitamin A bagi bayi pada enam bulan pertama kehidupannya dan
merupakan sumber yang penting hingga bayi berusia dua tahun. Beberapa
studi menunjukkan bahwa suplemen vitamin A pada ibu nifas dapat
meningkatkan status vitamin A pada ibu nifas meningkatkan cadangan
vitamin A pada bayi baru lahir hingga enam bulan pertama kehidupan,
yang merupakan masa rawan. 400.000 SI sebagai dua dosis @ 200.000 SI,
pemberian sedikitnya dengan selang waktu satu hari dan/atau 10.000 SI
setiap hari atau 25.000 SI setiap minggunya ((Depkes RI, 2009).
3. Penyebab Kekurangan Vitamin A
Kekurangan vitamin A merupakan salah satu masalah yang paling
penting yang menimpa anak-anak Indonesia (Depkes RI, 2009).
Kurang vitamin A atau disebut juga dengan Xeroftalmia adalah
kelainan pada mata akibat Kurang Vitamin A. Kata Xeroftalmia ini
7
diartikan sebagai “mata kering” karena serapan vitamin A pada mata
mengalami pengurangan, kalau diperhatikan dengan teliti bisa dilakukan
oleh seorang ibu balita terlihat terjadi kekeringan pada selaput lendir
(konjungtiva) dan selaput bening (kornea) mata.
Untuk mengenal mata yang kering (xeroftalmia), akan lebih jelas
bila terlebih dahulu dikenal mata yang sehat, dapat dilihat dari bagian-
bagian organ mata sebagai berikut:
a. Kornea (selaput bening) benar-benar jernih
b. Bagian putih mata benar-benar putih
c. Pupil (orang-orangan mata) benar-benar hitam
d. Kelopak mata dapat membuka dan menutup dengan baik
e. Bulu mata teratur dan mengarah keluar
Vitamin A tidak hanya bermanfaat untuk kesehatan anak saja,
vitamin A berperan penting untuk kesehatan ibu yang baru melahirkan.
Dapat terjadi xeroflatmia (bahasa latin) berarti mata kering karena terjadi
kekeringan pada selaput lendir (konjungtiva) dan selaput bening (kornea)
dan bila ditinjau dari komsumsi makanan sehari-hari kekurangan vitamin
A disebabkan oleh (Mansjoer, 2008):
a. Konsumsi makanan yang tidak mengandung vitamin A atau pro
vitamin A untuk jangka waktu yang lama.
b. Menu tidak seimbang (kurang mengandung lemak, protein, seng/zen
atau zat gizi lainnya) yang diperlukan untuk penyerapan vitamin A dan
penggunaan vitamin A dalam tubuh.
8
c. Bayi tidak diberikan ASI eksklusif.
d. Adanya gangguan penyerapan vitamin A atau provitamin A seperti
pada penyakit-penyakit antara lain penyakit pankreas, diare kroni, KEP
(Kurang Energi Protein) dan lain-lain sehingga kebutuhan vitamin A
meningkat.
e. Adanya kerusakan hati, seperti kwashiorkor dan hepatitis kronik,
menyebabkan gangguan pembentukan RBP (Retinol Binding Protein)
dan pre albumen yang penting untuk penyerapan vitamin A.
4. Kekurangan Vitamin A
Kurang vitamin A adalah kelainan sintenik yang mempengaruhi
jaringan epitel dan organ-organ seluruh tubuh termasuk paru-paru, usus,
mata dan organ lainnya. Akan tetapi gambaran yang karakteristik langsung
terlihat pada mata.
Gejala klinis KVA (Kekurangan Vitamin A) pada mata akan
timbul bila tubuh mengalami KVA yang telah berlangsung lama. Gejala
tersebut akan lebih cepat timbul bila anak menderita penyakit campak,
diare, ispa dan penyakit infeksi lainnya (DepKes RI, 2006).
Di kalangan anak balita, akibat kekurangan Vitamin A (KVA) akan
meningkatkan mortalitas dan morbiditas, anak mudah terkena penyakit
infeksi seperti diare, radang paru-paru, pneumonia dan akhirnya kematian.
Akibat lain yang berdampak serius dari KVA adalah buta senja dan tanda-
tanda lain dari xeropthalmia termasuk kerusakan kornea (keratomalasia)
dan kebutaan.
9
Akibat kekurangan vitamin A dapat dimulai atau diklasifikasikan
XN, X1A, X1B, X2, X3A, X3B dan XS dapat dijabarkan sebagai berikut :
Pertama: Dimulai dari gangguan pada sel batang retina, yang sulit
beradaptasi diruang yang remang setelah terang, ini sangat jelas terlihat
ketika sore hari, dimana penglihatan menurun pada sore hari, anak-anak
biasa masuk rumah menabrak barang yang ada dihadapannya. Istilah ini
dikenal dengan istilah buta senja. Ironisnya cakupan pemberian vitamin A
diwilayah pedesaan terutama wilayah pegunungan terlapor cakupan tinggi,
namun kejadian-kejadiaan buta senja masih sering terungkap pada
masyarakat. Buta Senja secara internasional diistilakan dengan XN
(singkatan dari Xeropthalmia Nigth).
Kedua, bila buta senja terus terjadi dan konsumsi vitamin A sangat
rendah bahkan tidak ada dalam makanan sehari-hari atau pada bulan
Februari dan Agustus tidak mendapatkan vitamin A (200.000 IU), maka
tahap selanjutnya akan terjadi bagian putih mata akan kering, kusam, tak
bersinar (ini diistilahkan dengan Xerosis Konjungtiva-X1A). Ibu balita bisa
memeriksa dan melihat dengan jelas ketika mencoba membuka sedikit
mata anaknya dan melihat bagian putihnya, akan terlihat dengan jelas
bagian putihnya kering, kusam dan tak bersinar serta sedikit kotor
(DepKes RI, 2006)..
10
Gambar 2. Xerosis Conjungtiva (X-1A)
Ketiga: Setelah bagian putih mata telah terjadi kering, kusam dan
tak bersinar, bila konsumsi vitamin A dari makanan rendah dan tidak
mendapatkan kapsul vitamin A rutin lagi, selanjutnya akan terjadi
penimbunan sel epitelnya dan adanya timbunan keratin (Bercak Bitot=
X1B) maka petugas yang menemukannya harus merujuk ke klinik mata,
kalau tidak ditangani segera dan dirujuk ke klinik mata atau dokter mata
akan merambat pada bagian hitam mata terlihat kering, kusam dan tak
bersinar (Xerosis Kornea-X2). Dan ini merupakan tahapan pertama terjadi
kebutaan bila tidak ditemukan atau tidak tercakup dalam pemberian
vitamin A, kalau tidak ada penyakit lain yang menyertai mungkin masih
bisa tertolong secara medik. Secara keseluruhan Anak dengan gejala Buta
senja (XN), Xerosis Konjungtiva hingga Xerosis Kornea(X2) seperti
terlihat pada gambar disamping, masih dapat disembuhkan dengan
pemberian kapsul vitamin A yang tersedia secara gratis di Puskesmas.
11
Gambar 3. Bercak Biot (X-1B)
Gambar 3. Xerosis Korne (X2)
5. Pentingnya/keuntungan Vitamin A Bagi Ibu dan Bayi
Dalam menanggulangi KVA (kekurangan vitamin A) di Indonesia,
khususnya pada Balita 12-59 bulan, Departemen Kesehatan RI
bekerjasama dengan Helen Keller Indonesia (HKI). Strategi
penanggulangan hingga saat ini dilaksanakan melalui pemberian kapsul
Vitamin A dosis tinggi pada bayi, balita dan ibu nifas.
Pada Balita diberikan dua kali setahun dengan dosis 100.000 IU
untuk bayi 6-11 bulan dan 200.000 IU untuk anak 12-59 bulan dan ibu
nifas. Saat ini Depkes bekerja sama dengan HKI melaksanakan kegiatan
capacity Buliding untuk Program Vitamin A di 20 Kabupaten di 9
provinsi. Disamping itu Depkes juga melakukan kerjasama dengan Unicef
12
untuk uji coba pemberian 2 kapsul Vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
di 5 provinsi binaan Unicef. Alasan pemilihan daerah fokus ini dilihat dari
rendahnya asupan vitamin A yang dilihat dari sampel darah.
a. Meningkatkan kandungan vitamin A dalam ASI (Air Susu Ibu).
b. Bayi lebih kebal dan jarang kena penyakit infeksi.
c. Kesehatan ibu cepat pulih setelah melahirkan.
6. Faktor-faktor Resiko
a. Faktor sosial ekonomi, budaya dan pelayanan kesehatan yang tidak
mendukung seperti :
1) Kurang ketersediaan pangan sumber vitamin A.
2) Kemampuan daya beli yang rendah.
3) Adanya tabu atau pantangan terhadap makanan sumber vitamin A.
4) Kurangnya air bersih dan sanitasi lingkungan yang kurang sehat.
b. Faktor Individu (biologis)
1) Anak yang tidak mendapat ASI ekslusif dan tidak diberi ASI
sampai usia 2 tahun.
2) Anak dengan BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah).
3) Anak kurang gizi dan garis merah.
c. Faktor Geografis
1) Sulitnya ASKES ke sarana pelayanan kesehatan.
2) Daerah tandus sering rawan pangan.
3) Keadaan darurat karena bencana alam, perang dan kerusuhan.
(DepKes RI, 2006)
13
B. Konsep Tentang Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera
penglihatan, penciuman, pendengaran, rasa, dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,
2007).
2. Tingkat Pengetahuan Yang Mencakup Dalam Domain Kognitif
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) pengetahuan yang
dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu :
a. Know (tahu)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termaksud kedalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) suatu yang spesifik bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini
merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja
untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara
lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan
sebagainya.
14
b. Comprehension (memahami)
Memahami dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
c. Application (aplikasi)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
atau telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan
hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konsteks
atau situasi yang lain.
d. Analysis (analisa)
Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek terdalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu dengan sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja :
dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan dan sebagainya.
15
e. Synthesis (sintesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluation (evaluasi)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian-penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-
penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria-kriteria yang telah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui
atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan tersebut di
atas (Notoatmodjo, 2007).
16
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan model konseptual tentang bagaimana
teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai
masalah yang penting (Business Research, (1992), dalam Sugiyono, 2004).
Nutrisi merupakan pembangun tubuh yang mempunyai pengaruh
terhadap pertumbuhan dan perkembangan, terutama pada tahun-tahun pertama
kehidupan dimana anak sedang mengalami pertumbuhan otak. Keberhasilan
perkembangan anak ditentukan oleh keberhasilan pertumbuhan dan
perkembangan otak. Jadi dapat dikatakan nutrisi juga selain mempengaruhi
pertumbuhan, juga mempengaruhi perkembangan otak (Narendra, 2002).
Salah satu nutrisi yang sangat dibutuh kan pada masa balita adalah
Vitamin A. Di kalangan anak balita, akibat kekurangan Vitamin A (KVA)
akan meningkatkan mortalitas dan morbiditas, anak mudah terkena penyakit
infeksi seperti diare, radang paru-paru, pneumonia dan akhirnya kematian.
Akibat lain yang berdampak serius dari KVA adalah buta senja dan tanda-
tanda lain dari xeropthalmia termasuk kerusakan kornea (keratomalasia) dan
kebutaan.
Pada umumnya gangguan gizi sering terjadi pada masa ini oleh karena
keluarga / ibu:
17
1. Kurang pengetahuan mengenai kebutuhan bayi dan makanan tambahan
yang bergizi.
2. Ketidaktahuan menyiapkan makanan tambahan dari bahan-bahan lokal
yang bergizi.
3. Kemiskinan sehingga kurang mampu menyediakan makanan yang bergizi.
4. Ketidaktahuan mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada dalam
keluarga dan ketidakmampuan menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
Dari uraian diatas maka dapat dibuatkan dalam sebuah kerangka
pemikiran seperti dibawah ini:
B. Definisi Operasional
1. Pengetahuan
Segala sesuatu yang diketahui oleh ibu tentang pemberian Vitamin A pada
balita
Alat ukur : kuesioner
Cara ukur : pengisian kuesioner
Skala ukur : ordinal
Hasil ukur : - Baik, bila jawaban ≥ median
- Kurang baik, bila jawaban < median
18
Pengetahuan IbuPemberian Vitamin A
2. Pemberian Vitamin A
Pemberian vitamin A yaitu asupan atau pemberian Vitamin A pada
balita yang dilakukan pada bulan Februari dan Agustus, di Layanan
Kesehatan seperti Puskesmas atau Posyandu.
19
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan tujuan
untuk memberikan gambaran tentang sesuatu keadaan secara objektif dari
variabel yang diteliti (Notoatmodjo, 2010) yaitu untuk mendapatkan gambaran
pengetahuan ibu tentang pemberian Vitamin A pada balita di Puskesmas
Tinggede Kecamatan Marawola.
B. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Puskesmas Tinggede Kecamatan
Marawola Pada bulan Agustus 2011
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Machfoedz, 2008).
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki anak balita
yang datang berkunjung ke Puskesmas Tinnggede Kecamatan Marawola
sebanyak 888 orang.
20
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang merupakan wakil dari
populasi itu (Machfoedz, 2008). Jumlah / besar sampel dalam penelitian ini
diambil berdasarkan rumus slovin yakni:
.n =N
1+N ¿¿
n =888
1+888¿¿
n = 888
1+888(0,0225)
n =888
1+19,98
= 888
20,98
= 42 orang
Keterangan :
N = Besar Populasi
n = Besar Sampel
d = Tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan (0,15)
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik accidental
sampling dimana didalam pengambilan sampel ini dilakukan dengan
mengambil kasus / responden yang kebetulan ada atau tersedia (Notoatmodjo,
2002).
21
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer yaitu data yang didapat langsung dari responden
melalui pengisian kuesioner oleh peneliti. Responden pada penelitian ini
adalah ibu-ibu yang memiliki balita yang ada di wilayah kerja Puskesmas
Tinggede.
Kuesioner diisi langsung oleh responden untuk mengetahui
pengetahuan ibu. Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan skala
guttman dengan alternatif responden ”Benar” dan ”Salah”. Kuesioner ini
terdiri dari 10 pernyataan. Skor tertinggi adalah 10 dan terendah adalah 0
dengan teknik penentuan skor dalam pernyataan positif.
Jawaban benar : mendapat nilai 1
Jawaban salah : mendapat nilai 0
2. Data Sekunder
Alat perolehan data sekunder adalah diperoleh melalui catatan atau
laporan data yang ada di Puskesmas Tinggede Kecamatan Marawola.
E. Analisa Data
Analisa data dilakukan dengan cara analisis univariat yaitu untuk
mengetahui distribusi frekwensi dan proporsi masing–masing variabel yang
diteliti. Setelah data di kumpulkan, data tersebut dilakukan pengolahan dengan
cara manual dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
a. Median
22
Median merupakan nilai observasi yang terletak di tengah-tengah setelah
seri pengamatan diurutkan terlebih dahulu menurut besar kecilnya (Array
data) untuk menentukan nilai median harus terlebih dahulu ditentukan
posisi dengan cara :
Menentukan posisi median dengan rumus:
n+12
b. Distribusi frekuensi
P = f
n x 100%
Keterangan :
P : Presentase
f : Frekuensi jawaban responden
n : Jumlah responden
(Sabarguna, 2008)
F. Penyajian Data
Untuk penyajian data hasil penelitian, peneliti menggunakan cara
penyajian data dalam bentuk tabel dan narasi.
23
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Tinggede Kecamatan Marawola,
Pada Bulan September 2011. Jumlah responden dalam penelitian adalah 42
orang yang dipilih dengan menggunakan teknik accidental sampling yaitu ibu-
ibu yang kebetulan ada. Analisa yang digunakan pada penelitian ini adalah
analisis Univariat.
1. Gambaran Lokasi Penelitian
a. Pemerintahan
Puskesmas Tinggede merupakan salah satu puskesmas yang
ada di kecamatan Marawola kabupaten Sigi yang memiliki wilayah
kurang lebih 824 M2. Dengan batas wilayah sebagai berikut:
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan palu utara.
2) Sebelah Selatan berbatasan dengan kecamatan marawola.
3) Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Banawa.
4) Sebelah Timur berbatasan dengan kecamata Dolo.
b. Kependudukan
Jumlah penduduk diwilaya kerja Puskesmas tinggede
berjumlah kurang lebih 13.457 jiwa.
.
24
2. Pengetahuan Responden
Hasil data diperoleh hasil tentang distribusi pengetahuan responden
tentang Pemberian Vitamin A Pada Balita pada remaja dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 5.1Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Pemberian Vitamin A
Pada Balita Di Puskesmas Tinggede.
No. Pengetahuan Frekuensi (f) Persentase (%)
1. Baik 28 67
2. Kurang Baik 14 33
Jumlah 42 100 %
Sumber : Data Primer Hasil Penelitian, 2011
Berdasarkan tabel 5.1 di atas menunjukkan bahwa dari 42 responden
memiliki pengetahuan baik sebanyak 28 orang (67%) dan responden yang
memiliki pengetahuan kurang baik sebanyak 14 orang (33%).
B. Pembahasan
Dari hasil analisa univariat pada tabel 5.1 menunjukkan bahwa
responden yang memiliki pengetahuan baik lebih banyak yaitu 28 (67 %)
responden.
Menurut asumsi peneliti Hal ini disebabkan karena responden
sering menerima informasi mengenai Vitamin A, dan mendapatkan
penyuluhan dari petugas kesehatan, seperti Posyandu, dan Liflet serta
Responden melihat dari media elektronik. Hal ini juga disebabkan karena
mereka lebih poraktif dalam mengikuti penyuluhan dan memperhatikan
25
informasi yang diterima, baik dari petugas kesehatan maupun melalui
media massa, baik pengertian, keuntungan maupun dampak bila anak tidak
diberikan Vitamin A. Selain itu karena faktor pendidikan mereka lebih
banyak yang SMA dan ada yang perguruan Tinggi, sehingga mereka lebih
mudah menerima informasi baik yang diberikan melalui penyuluhan
maupun dari media massa
Hal ini sejalan dengan pendapat Notoatmodjo (2011), yang
menyatakan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu..
Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia yakni indera
pendengaran, penglihatan, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga.
Responden yang mempunyai pengetahuan yang kurang baik
sebanyak 14 orang (33%) dari 42 responden yang di teliti.
Menurut asumsi peneliti hal ini disebabkan karena faktor
kurangnya kesadaran dari respondent untuk melakukan imunisasi dan
Faktor ketidaktahuan tentang manfaat dari Vitamin A selain itu Kurangnya
informasi mengenai jadwal pemberian Vitamin A. Hal ini juga disebabkan
oleh kurangnya pemahaman dan pengertian mereka tentang pemberian
Vitamin A dan kurang aktif dalam mengikuti penyuluhan oleh petugas
kesehatan. Selain itu juga karena faktor pendidikan mereka yang rendah
yaitu SD dan SMP, mereka tidak mengetahui keuntungan dan dampak bila
anak tidak diberikan Vitamin A
26
Hal ini sejalan dengan pendapat Aswar 2009 bahwa Vitamin A
merupakan zat gizi yang sangat diperlukan bagi manusia, karena zat gizi
ini sangat penting agar proses-proses fisiologis dalam tubuh berlangsung
secara normal, termasuk pertumbuhan sel, meningkatkan fungsi
penglihatan, meningkatkan imunologis dan pertumbuhan badan. Vitamin
A juga membantu mencegah perkembangan sel-sel kanker. Pemberian
vitamin A dosis tinggi pada bayi, balita dan ibu nifas dapat menurunkan
angka kematian bayi.
27
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab V, dapat
disimpulkan sebagai berikut :
Responden yang memiliki pengetahuan baik tentang Pemberian Vitamin A
pada balita lebih banyak, dibanding yang memiliki pengetahuan kurang baik
B. Saran
1. Bagi petugas kesehatan di Puskesmas Tinggede, diharapkan selalu proaktif
untuk memberikan penyuluhan dan informasi khususnya kepada ibu-ibu
yang memiliki pengetahuan kurang baik mengenai tujuan dan manfaat
pemberian Vitamin A pada balita sehingga ibu-ibu memiliki pengetahuan
yang lebih baik dan termotivasi untuk membawa anaknya ke Puskesmas
2. Bagi Akademi Kebidanan Graha Ananda Palu, diharapkan dapat
meningkatkan/ menambah jumlah referensi khususnya tentang pemberian
vitamin A sehingga memudahkan mahasiswa untuk mencari informasi
mengenai Vitamin A
3. Bagi Peneliti lain diharapkan dapat melanjutkan penelitian ini dan
mengembangkan dengan variabel yang lebih luas dan dapat menambah
jumlah sampelnya.
28
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, 2009. Pedoman Pemberian Vitamin A. Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Jakarta.
Dahlan, MS, 2006. Besar Sampel Penelitian. Medika Salemba, Jakarta.Departemen Kesehatan RI, 2006, Deteksi dan Tatalaksana Kasus Xeroftalmia,
Departement Kesehatan. Jakarta.
----------, 2009. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak. Direktorat Gizi Masyarakat Bekerja Sama dengan UNICEF, Jakarta.
DinKes Prop Sul-Teng, 2009. Laporan Kegiatan Kesehatan Keluarga, Palu
Machfoedz, 2008. Metodologi Penelitian Bidan Kesehatan, Keperawatan, Kebidanan, Kedokteran. Fitramaya, Yogyakarta.
Mansjoer, 2001. Kapita Selekta. EGC, Jakarta.
Notoatmodjo S, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta Jakarta.Puskesmas Tinggede, 2011, Laporan Kegiatan KIA, Sigi.
Sabarguna, 2008, Karya Tulis Ilmiah Untuk Mahasiswa D3 Kesehatan, CV.Sagung Seto, Jakarta
SDKI, 2009, Angka Kematian Ibu dan Bayi Di Indonesia, http://id.shvoong.com/medicine-and-health/1799371. Diunduh tanggal 20 Mei 2011
.
29
30
KUESIONER
PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA DI PUSKESMAS TINGGEDE KECAMATAN MARAWOLA
A. Identitas Responden 1. No. Responden :2. Nama Responden :3. Umur :4. Pendidikan :5. Pekerjaan :
B. Petunjuk Pengisian1. Bacalah dengan teliti setiap pertanyaan dan alternative jawaban yang ada
tersedia.2. Isilah daftar pernyataan di bawah ini dengan memberi tanda ( √ ) pada
salah satu kolom alternatif jawaban.
No Pernyataan Ya Tidak
1 Apakah ibu pernah mendengar tentang pemberian vitamin A pada balita
2 Manfaat vitamin A pada balita adalah balita lebih kebal dan jarang terkena penyakit infeksi mata.
3 Salah satu gejala utama kekurangan vitamin A adalah rabun senja.
4 Balita memperoleh kapsul vitamin A pada kelompok Kekurangan vitamin A.
5 Yang memberikan kapsul vitamin A pada balita yaitu Bidan.
6 Vitamin A tidak hanya bermanfaat untuk kesehatan anak balita saja.
7 Pemberian vitamin A adalah berfungsi untuk penglihatan,
pertumbuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh anak terhadap penyakit
8 Kapsul vitamin A merupakan salah satu zat gizi penting yang larut dalam lemak dan disimpan dalam hati.
9 Konsumsi makanan yang tidak mengandung vitamin A atau pro vitamin untuk jangka waktu yang lama merupakan salah satu penyebab kekurangan vitamin A.
10 Anak kurang gizi dan di bawah garis merah merupakan salah satu faktor resiko kekurangan vitamin A.
31