01.raperda rtrw kab nunukan dan penjelasan raperda_hasil revisi-tanggal 15-10-2012

176
RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR …. TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NUNUKAN TAHUN 2012 - 2032 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NUNUKAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan keterpaduan pembangunan antar-sektor, antar wilayah, dan antar pelaku dalam pemanfaatan ruang di Kabupaten Nunukan, diperlukan pengaturan penataan ruang secara serasi, selaras, seimbang, berdayaguna, berhasilguna, berbudaya dan berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan; b. bahwa keberadaan ruang yang terbatas dan pemahaman masyarakat yang berkembang terhadap pentingnya penataan ruang, memerlukan penyelenggaraan penataan ruang yang transparan, efektif dan partisipatif, agar terwujud ruang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan; c. bahwa untuk mengakomodasi dinamika perkembangan pembangunan yang tumbuh pesat di Kabupaten Nunukan dan untuk menjamin keterpaduan dan keserasian antara Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nunukan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dan Nasional, diperlukan sinkronisasi terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nunukan; d. bahwa dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, yang dijabarkan ke dalam Peraturan [1]

Upload: putu-ernawati

Post on 28-Dec-2015

208 views

Category:

Documents


22 download

DESCRIPTION

rshtgserthers xdfxhfd gtsr txhsxfhxtfhsxtd sexrysecr gserxdsdxfhxfchdr fcgvj dcfg x d srd fhx dcfh fc vgj kdcgyv yse rdfh dsfxtc hdfx gch xdf hdx

TRANSCRIPT

Page 1: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN

NOMOR …. TAHUN 2012

TENTANG

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NUNUKANTAHUN 2012 - 2032

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI NUNUKAN,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan keterpaduan pembangunan antar-sektor, antar wilayah, dan antar pelaku dalam pemanfaatan ruang di Kabupaten Nunukan, diperlukan pengaturan penataan ruang secara serasi, selaras, seimbang, berdayaguna, berhasilguna, berbudaya dan berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan;

b. bahwa keberadaan ruang yang terbatas dan pemahaman masyarakat yang berkembang terhadap pentingnya penataan ruang, memerlukan penyelenggaraan penataan ruang yang transparan, efektif dan partisipatif, agar terwujud ruang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan;

c. bahwa untuk mengakomodasi dinamika perkembangan pembangunan yang tumbuh pesat di Kabupaten Nunukan dan untuk menjamin keterpaduan dan keserasian antara Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nunukan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dan Nasional, diperlukan sinkronisasi terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nunukan;

d. bahwa dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, yang dijabarkan ke dalam Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Timur, maka Rencana Tata Ruang Wilayah tersebut perlu dijabarkan ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota; dan

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, c, dan d perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nunukan Tahun 2012 - 2032.

[1]

Page 2: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Mengingat : a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Perubahan Kedua Pasal 18 ayat (6);

b. Undang-Undang Nomor 47 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Nunukan, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur dan Kota Bontang (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 175, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3896), sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 47 Tahun 1999 (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3962);

c. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

d. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

e. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

f. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);

g. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103); dan

h. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5160).

[2]

Page 3: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN NUNUKAN

dan

BUPATI NUNUKAN

M E M U T U S K A N :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NUNUKAN TAHUN 2012 - 2032

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia.

2. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur.

3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan Daerah.

4. Bupati adalah Bupati Nunukan.

5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Nunukan.

6. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.

7. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.

8. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

9. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional.

10. Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.

11. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.

12. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten yang selanjutnya disingkat RTRW Kabupaten adalah rencana tata ruang wilayah yang mengatur rencana struktur ruang dan pola ruang wilayah Kabupaten.

13. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional.

14. Pusat Kegiatan Nasional yang selanjutnya disebut PKN adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi.

[3]

Page 4: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

15. Pusat Kegiatan Wilayah yang selanjutnya disebut PKW adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota.

16. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disebut PKL adalah kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai pusat koleksi dan distribusi lokal yang menghubungkan kawasan perkotaan dan perdesaan skala kabupaten atau kecamatan.

17. Pusat Kegiatan Lokal Promosi yang selanjutnya disebut PKLP adalah kawasan perkotaan yang dipromosikan karena memiliki keunggulan yang berfungsi sebagai pusat koleksi dan distribusi lokal yang menghubungkan kawasan perkotaan dan perdesaan skala kabupaten atau kecamatan.

18. Pusat Kegiatan Strategis Nasional yang selanjutnya disebut PKSN adalah kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan Negara.

19. Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disebut PPK adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa, atau berpotensi untuk melayani kegiatan kecamatan-kecamatan wilayah belakangnya atau melayani antar kecamatan, khususnya kecamatan yang berdekatan.

20. Pusat Pelayanan Lingkungan yang selanjutnya disebut PPL adalah pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa. atau berpotensi sebagai pusat kegiatan yang melayani desa/ kelurahan yang ada di kecamatan tersebut.

21. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.

22. Sistem jaringan jalan adalah satu kesatuan ruas jalan yang saling menghubungkan dan mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya dalam satu hubungan hierarkis.

23. Jalan arteri adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.

24. Jalan kolektor adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.

25. Jalan lokal adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

26. Sempadan jalan adalah garis batas tertentu sebelah kanan kiri sumbu jalan yang merupakan batas luar dari bidang tanah yang dibatasi oleh penguasa jalan.

27. Wilayah Sungai yang selanjutnya disebut WS adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumberdaya air dalam satu atau lebih daerah aliran sungai dan/atau pulau kecil yang luasnya kurang dari atau sama dengan 2.000 km2.

28. Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disebut DAS adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.

29. Daerah Irigasi yang selanjutnya disebut DI adalah kesatuan lahan yang mendapat air dari satu jaringan irigasi.

[4]

Page 5: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

30. Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan, dan pembuangan air irigasi.

31. Irigasi perdesaan adalah jaringan irigasi desa yaitu jaringan irigasi yang dibangun dan dikelola oleh masyarakat desa atau pemerintah desa.

32. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.

33. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budi daya.

34. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan.

35. Kawasan Resapan Air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan, sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akuifer) yang berguna sebagai sumber air.

36. Sempadan adalah kawasan tertentu di sekeliling, sepanjang atau di kiri kanan serta atas dan bawah sumber air yang mempunyai manfaat penting untuk melestarikan sumber air.

37. Sempadan Pantai adalah daratan sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal 100 (seratus) meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

38. Garis sempadan pantai yang selanjutnya disebut GSP adalah kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai. Perlindungan terhadap sempadan pantai dilakukan untuk melindungi wilayah pantai dari kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai.

39. Sungai adalah tempat atau wadah air berupa jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kiri di sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan.

40. Waduk adalah air buatan yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan dan pelebaran alur/ badan/ palung sungai, atau dataran yang diperdalam.

41. Danau adalah wadah air yang terbentuk secara alamiah, dapat berupa bagian dari sungai yang lebar dan kedalamannya jauh melebihi ruas-ruas lain dari sungai yang bersangkutan.

42. Kawasan suaka alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di daratan maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan.

43. Kawasan cagar alam adalah kawasan suaka alam yang karena kondisi alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami.

44. Kawasan suaka margasatwa adalah kawasan suaka alam yang mempunyai ciri khas berupa keanekaragaman dan atau keunikan jenis satwa yang untuk kelangsungan hidupnya dapat dilakukan pembinaan dan perlindungan terhadap habitatnya.

45. Kawasan hutan konservasi adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli dan atau bukan asli yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi.

[5]

Page 6: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

46. Kawasan taman wisata alam adalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam.

47. Kawasan rawan bencana adalah kawasan dengan kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis dan geografis pada satu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu.

48. Kawasan rawan gerakan tanah adalah kawasan yang berdasarkan kondisi geologi dan geografi dinyatakan rawan longsor atau kawasan yang mengalami kejadian longsor dengan frekuensi cukup tinggi.

49. Kawasan rawan banjir adalah daratan yang berbentuk flat, cekungan yang sering atau berpotensi menerima aliran air permukaan yang relatif tinggi dan tidak dapat ditampung oleh drainase atau sungai, sehingga melimpah ke kanan dan ke kiri serta menimbulkan masalah yang merugikan manusia.

50. Kawasan kars adalah kawasan batuan karbonat berupa batugamping dan dolomite yang memperlihatkan morfologi kars, atau daerah yang mempunyai karakteristik bentang alam dan hidrologi unik yang terjadi akibat adanya kombinasi antara batuan yang mudah larut, porositas sekunder, dan pengaruh air alami sebagai agen pelarutan mengandung aspek batuan (geologi) dan bentang alam (geomorfologi) meliputi aspek hidrologi-hidrogeologi serta keseluruhan aspek lingkungannya.

51. Prinsip-prinsip mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.

52. Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.

53. Kawasan peruntukan hutan produksi adalah kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan.

54. Kawasan peruntukan pertanian adalah kawasan yang diperuntukan bagi kegiatan pertanian yang meliputi kawasan pertanian lahan basah, kawasan pertanian lahan kering, kawasan pertanian tanaman tahunan/perkebunan, dan peternakan.

55. Lahan pertanian pangan berkelanjutan adalah bidang lahan pertanian yang ditetapkan untuk dilindungi dan dikembangkan secara konsisten guna menghasilkan pangan pokok bagi kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional.

56. Kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumberdaya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis.

57. Kawasan minapolitan adalah suatu kawasan pengembangan ekonomi berbasis sektor kelautan dan perikanan yang dikembangkan secara terintegrasi oleh pemerintah, swasta, dan masyarakat.

58. Kawasan industri merupakan kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri yang telah memiliki izin usaha kawasan industri.

59. Kawasan peruntukan industri adalah bentangan lahan yang diperuntukkan bagi kegiatan Industri berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

60. Kawasan peruntukan pertambangan adalah kawasan yang memiliki potensi sumber daya bahan tambang yang berwujud mineral logam, mineral non logam, dan panas

[6]

Page 7: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

bumi berdasarkan peta/data geologi dan merupakan tempat dilakukannya seluruh tahapan kegiatan pertambangan yang meliputi penelitian, penyelidikan umum, eksplorasi, operasi produksi/eksploitasi dan pasca tambang, baik di wilayah daratan maupun perairan, serta tidak dibatasi oleh penggunaan lahan, baik kawasan budi daya maupun kawasan lindung.

61. Kawasan peruntukan pariwisata adalah kawasan yang diperuntukan bagi kegiatan pariwisata atau segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusa-haan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang kepariwisataan.

62. Kawasan peruntukan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

63. Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

64. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

65. Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa adalah kawasan yang diperuntukan untuk kegiatan perdagangan dan jasa, termasuk pergudangan, yang diharapkan mampu mendatangkan keuntungan bagi pemiliknya dan memberikan nilai tambah pada kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan.

66. Kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk kepentingan kegiatan pertahanan dan keamanan.

67. Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disebut RTH adalah area memanjang/jalurdan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.

68. Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan yang selanjutnya disingkat RTHKP adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika.

69. Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.

70. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.

71. Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.

72. Daya tampung lingkungan hidup kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi dan atau komponen lain yang masuk atau dimasukan kedalamnya.

73. Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh, menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas dan produktivitas lingkungan hidup.

[7]

Page 8: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

74. Fasilitas sosial adalah fasilitas yang dibutuhkan masyarakat dalam lingkungan permukiman.

75. Fasilitas umum adalah fasilitas lain yang tidak termasuk kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus dan fasilitas sosial.

76. Kawasan Strategis Nasional yang selanjutnya disebut KSN adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan Negara, ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkkungan, termasuk wilayah yang ditetapkan sebagai warisan dunia.

77. Kawasan Strategis Kabupaten yang selanjutnya disebut KSK adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya, lingkungan, dan/atau pendayagunaan sumberdaya alam dan teknologi.

78. Kabupaten daratan Kalimantan (mainland) adalah wilayah Kabupaten Nunukan yang terletak di daratan Pulau Kalimantan.

79. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya.

80. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang.

81. Peraturan zonasi adalah ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang.

82. Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

83. Orang adalah orang perseorangan dan/atau korporasi.

84. Badan hukum adalah perkumpulan orang yang mengadakan kerja sama atau membentuk badan usaha bertujuan profit maupun non profit dan merupakan satu kesatuan yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh hukum.

85. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah, yang selanjutnya disebut BKPRD adalah badan bersifat ad-hoc yang dibentuk untuk mendukung pelaksanaan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang di Kabupaten Nunukan dan mempunyai fungsi membantu pelaksanaan tugas Bupati dalam koordinasi penataan ruang di Kabupaten.

86. Masyarakat adalah orang perorangan, kelompok orang termasuk masyarakat hukum adat atau badan hukum.

87. Peran serta masyarakat adalah berbagai kegiatan masyarakat, yang timbul atas kehendak dan prakarsa masyarakat untuk berminat dan bergerak dalam penyelenggaraan penataan ruang.

88. Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang.

89. Pengaturan penataan ruang adalah upaya pembentukan landasan hukum bagi Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam penataan ruang.

90. Pembinaan penataan ruang adalah upaya untuk meningkatkan kinerja penataan ruang yang diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.

91. Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian tujuan penataan ruang melalui pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

[8]

Page 9: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

92. Pengawasan penataan ruang adalah upaya agar penyelenggaraan penataan ruang dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

93. Klaster ekonomi adalah kawasan yang memiliki potensi perkembangan ekonomi dari berbagai aspek yang didukung oleh sarana prasarana pendukung dan diprioritaskan pembangunannya.

BAB IITUJUAN, KEBIJAKAN DAN

STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KABUPATEN

Bagian KesatuTujuan Penataan Ruang

Pasal 1

Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten adalah terwujudnya penataan ruang wilayah yang pro rakyat berbasis agroindustri dan berwawasan lingkungan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Bagian KeduaKebijakan dan Strategi Penataan Ruang

Paragraf 1Kebijakan Penataan Ruang

Pasal 2

(1) Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ditetapkan kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten Nunukan.

(2) Kebijakan penataan ruang Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a. pengembangan sentra-sentra pertanian, perkebunan, kehutanan, dan perikanan terkait pengembangan agroindustri;

b. pengembangan sistem pusat kegiatan dan sistem pelayanan sarana dan prasarana wilayah secara berjenjang dan sinergis;

c. pemantapan fungsi kawasan lindung sebagai penyeimbang ekosistem wilayah;

d. pemanfaatan potensi sumberdaya alam dengan memperhatikan daya dukung lingkungan; dan

e. peningkatan fungsi kawasan kepentingan pertahanan dan keamanan.

Paragraf 2Strategi Penataan Ruang

Pasal 3

(1) Untuk melaksanakan kebijakan penataan ruang wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) ditetapkan strategi penataan ruang wilayah kabupaten.

(2) Pengembangan sentra-sentra pertanian, perkebunan, kehutanan, dan perikanan terkait pengembangan agroindustri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf a dengan strategi meliputi:

[9]

Page 10: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

a. menetapkan pengembangan klaster ekonomi;

b. memantapkan ekonomi utama yang telah ada dan diversifikasi;

c. mengoptimalkan distribusi spasial kegiatan ekonomi; dan

d. memperkuat keterkaitan internasional dalam pemasaran produk lokal;

(3) Pengembangan sistem pusat kegiatan dan sistem pelayanan prasarana wilayah secara berjenjang dan sinergis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf b dengan strategi meliputi:

a. memantapkan pengembangan PKW didukung oleh pusat kegiatan PKL, PPK dan PPL yang saling berhirarki dan saling interdependen;

b. memantapkan dan meningkatkan peranan PKSN di kabupaten sebagai pintu gerbang internasional, pos lintas batas, simpul utama transportasi, dan pusat pertumbuhan ekonomi;

c. meningkatkan keterkaitan antara PKW, PKL, PPK, dan PPL melalui keterpaduan sistem transportasi dan sistem prasarana lainnya;

d. meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan transportasi wilayah yang seimbang dan terpadu;

e. meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan energi listrik, dan telekomunikasi dalam memenuhi kebutuhan semua lapisan masyarakat;

f. meningkatkan keterpaduan pendayagunaan sumberdaya air melalui peningkatan kapasitas pelayanan jaringan irigasi dan sumber-sumber air untuk pengairan; dan

g. meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan air minum, air limbah, drainase, dan persampahan secara terpadu melalui kemitraan pemerintah, swasta, dan masyarakat.

(4) Pemantapan fungsi kawasan lindung sebagai penyeimbang ekosistem wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf c dengan strategi meliputi :

a. meningkatan fungsi kawasan lindung di dalam dan di luar kawasan hutan;

b. memulihkan secara bertahap kawasan lindung yang telah berubah fungsi;

c. membatasi pengembangan prasarana wilayah di sekitar kawasan lindung untuk menghindari tumbuhnya kegiatan perkotaan yang mendorong alih fungsi lahan lindung;

d. mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya buatan pada kawasan lindung; dan

e. menetapkan kawasan pertanian lahan basah beririgasi teknis sebagai kawasan lahan sawah berkelanjutan yang tidak dapat dialihfungsikan untuk kegiatan budidaya lainnya.

(5) Pemanfaatan potensi sumberdaya alam dengan memperhatikan daya dukung lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf d dengan strategi meliputi :

a. meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian, perkebunan dan perikanan yang berorientasi pada keunggulan kompetitif; dan

b. membatasi kegiatan budidaya yang berpotensi tidak sesuai dengan daya dukung lingkungan;

(6) Peningkatan fungsi kawasan untuk kepentingan pertahanan dan keamanan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf e dengan strategi meliputi:

[10]

Page 11: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

a. mendukung penetapan Kawasan Strategis Nasional dengan fungsi khusus Pertahanan dan Keamanan;

b. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun di sekitar kawasan khusus pertahanan dan keamanan;

c. mengembangkan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan khusus pertahanan untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan; dan

d. turut serta menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan dan keamanan.

BAB IIIRENCANA STRUKTUR RUANG

Bagian KesatuUmum

Pasal 4

(1) Rencana struktur ruang wilayah kabupaten meliputi :

a. sistem pusat kegiatan; dan

b. sistem jaringan prasarana wilayah.

(2) Sistem pusat kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:

a. sistem perkotaan; dan

b. sistem perdesaan.

(3) Sistem jaringan prasarana wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:

a. sistem jaringan prasarana utama; dan

b. sistem jaringan prasarana lainnya.

(4) Rencana struktur ruang wilayah kabupaten digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1:50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian KeduaSistem Pusat Kegiatan

Paragraf 1Sistem Perkotaan

Pasal 5

(1) Sistem perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf a terdiri atas :

a. PKSN

b. PKW;

c. PKWp;

d. PKL; dan

e. PPK.

[11]

Page 12: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

(2) PKSN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:

a. Nunukan di Kecamatan Nunukan;

b. Simanggaris di Kecamatan Nunukan; dan

c. Long Midang di Kecamatan Krayan.

(3) PKW sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas:

a. kawasan perkotaan Nunukan di Kecamatan Nunukan; dan

b. wilayah Tau Lumbis di Kecamatan Lumbis Ogong.

(4) PKWp sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri atas:

a. Sungainyamuk di Kecamatan Sebatik Timur;

b. Long Bawan di Kecamatan Krayan; dan

c. Long Layu di Kecamatan Krayan.

(5) PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d terdiri atas:

a. Perkotaan Mensalong di Kecamatan Lumbis;

b. Perkotaan Pembeliangan di Kecamatan Sebuku;

c. Perkotaan Atap di Kecamatan Sembakung; dan

d. Srinanti di Kecamatan Seimanggaris.

(6) PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e terdiri atas:

a. Binalawan di Kecamatan Sebatik Barat;

b. Aji Kuning di Kecamatan Sebatik Tengah;

c. Binuang di Kecamatan Krayan Selatan;

d. Lembudud di Kecamatan Krayan;

e. Seipancang di Kecamatan Sebatik Utara; dan

f. Tanjung Karang di Kecamatan Sebatik.

Paragraf 2Sistem Perdesaan

Pasal 6

(1) Sistem perdesaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf b berupa PPL.

(2) PPL terdiri atas pusat permukiman yang tidak termasuk PKSN, PKW, PKWp, PKL, atau PPK.

(3) PPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a. Sekikilan di Kecamatan Tulin Onsoi;

b. Bambangan di Kecamatan Sebatik Barat;

c. Saduman di Kecamatan Sembakung Atulai;

d. Tanjung Aru di Kecamatan Sebatik Timur; dan

e. Makmur di Kecamatan Tulin Onsoi.

[12]

Page 13: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Bagian KetigaSistem Jaringan Prasarana Utama

Pasal 7

Sistem jaringan prasarana utama Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf a terdiri atas :

a. sistem jaringan transportasi darat;

b. sistem jaringan perkeretaapian;

c. sistem jaringan transportasi laut; dan

d. sistem jaringan transportasi udara.

Paragraf 1 Sistem Jaringan Transportasi Darat

Pasal 8

(1) Sistem jaringan transportasi darat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf a terdiri atas:

a. jaringan jalan dan jembatan;

b. jaringan prasarana lalu lintas angkutan jalan;

c. jaringan pelayanan lalu lintas angkutan jalan; dan

d. jaringan transportasi sungai dan penyeberangan.

(2) Jaringan jalan dan jembatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:

a. jaringan jalan nasional pada wilayah Kabupaten;

b. jaringan jalan provinsi pada wilayah Kabupaten;

c. jaringan jalan kabupaten; dan

d. jembatan.

(3) Jaringan jalan nasional pada wilayah Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a terdiri atas:

a. jaringan jalan kolektor primer 1 (K-1) meliputi:

1. ruas jalan Mensalong – Simpang Tiga Apas; 2. ruas jalan Simpang Tiga Apas – Simanggaris; 3. ruas jalan Simanggaris – Sei Ular;4. ruas jalan Simanggaris – Batas Negara; dan5. ruas jalan lingkar Pulau Sebatik.

b. jaringan jalan strategis nasional meliputi :

1. ruas jalan Mensalong – Tau Lumbis – Batas Negara Malaysia;2. ruas jalan Long Midang (Batas Negara) – Long Semamu di Kabupaten Malinau;3. ruas jalan Lingkar Sebatik di Pulau Sebatik;

c. pengembangan jaringan jalan kolektor primer 1 (K-1), yaitu jalan lingkar Pulau Nunukan.

(4) Jaringan jalan provinsi pada wilayah Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b terdiri atas:

[13]

Page 14: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

a. ruas jalan Simanggaris – Mansalong; dan

b. jalan strategis provinsi berupa ruas jalan Simanggaris – Tau Lumbis.

(5) Jaringan jalan Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c berupa pembangunan, peningkatan dan pemeliharaan ruas jalan kabupaten tercantum dalam Lampiran II dan merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

(6) Jembatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d berupa pembangunan, dan pemeliharaan jembatan kabupaten tercantum dalam Lampiran II dan merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

(7) Jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas:

a. rencana pembangunan terminal penumpang Tipe A berada di Simanggaris;

b. rencana pembangunan terminal penumpang Tipe B berada di Long Midang Kecamatan Krayan dan Mansalong Kecamatan Lumbis;

c. rencana pembangunan terminal penumpang Tipe C berada di Kecamatan Nunukan Selatan, Sebuku, Sembakung, dan Kecamatan Sebatik;

d. optimalisasi terminal penumpang Tipe C berada di Kecamatan Nunukan dan di Bambangan Kecamatan Sebatik Barat;

e. pengembangan penerangan jalan umum (PJU) di seluruh kecamatan menggunakan skala prioritas meliputi:

1. peningkatan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan pengawasan keberadaan PJU liar dan meminimalisir pencurian komponen dan kabel PJU;

2. pengembangan teknologi penggunaan energi dari listrik ke tenaga surya dan tenaga bayu/angin;

3. pemeliharaan penerangan jalan umum;

f. pengembangan perlengkapan jalan berupa pengadaan dan pemasangan perlengkapan jalan pada jaringan jalan di perkotaan dan jaringan jalan strategis kabupaten;

g. optimalisasi unit pengujian kendaraan bermotor berada di Kecamatan Nunukan; dan

h. pengembangan unit pengujian kendaraan bermotor di Pulau Sebatik dan di wilayah daratan Pulau Kalimantan.

(8) Jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c berupa penataan jaringan trayek angkutan penumpang meliputi:

a. angkutan penumpang Pulau Nunukan, terdiri dari :

1. dalam Kota Nunukan;

2. Sedadap – Mamolo; dan

3. Sei Fatimah – Binusan.

b. angkutan penumpang dalam Pulau Sebatik;

c. angkutan penumpang di wilayah daratan Pulau Kalimantan, terdiri dari :

1. Sungai Ular – Simenggaris - Sebuku – Sembakung – Lumbis;

2. Mensalong – Malinau.

d. angkutan umum perdesaan yang melayani pergerakan penduduk antar ibukota kecamatan di wilayah kabupaten daratan Kalimantan meliputi :

[14]

Page 15: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

1. Pembeliangan – Atap;

2. Pembeliangan – Sanur – Makmur – Sekikilan; dan

3. Pembeliangan – Mansalong.

(9) Jaringan transportasi sungai dan penyeberangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d terdiri atas:

a. penataan jaringan trayek angkutan penumpang dan barang meliputi:

1. Nunukan – Sebatik (Nunukan – Bambangan, Sedadap – Mantikas, Nunukan – Sungainyamuk)

2. Nunukan – Simanggaris;

3. Nunukan – Sungai Ular;

4. Mensalong – Binter – Tau Lumbis;

5. Mensalong – Tarakan;

6. Nunukan – Pembeliangan; dan

7. Nunukan – Atap;

b. peningkatan dermaga-dermaga di Nunukan, Sebuku, Sei Ular, Simenggaris, Sembakung, Mensalong, Binter, dan Tau Lumbis.

c. penyediaan dan pemasangan rambu-rambu lalu lintas sungai dan sarana pengawasan keselamatan lainnya.

d. pengembangan sarana-prasarana angkutan penyeberangan, meliputi :

1. optimalisasi pelabuhan dan pelayaran lintas penyeberangan Nunukan – Tarakan; dan

2. pembangunan angkutan penyeberangan lintas penyeberangan Nunukan - Sebatik, Nunukan – Simenggaris dan Sebatik – Simenggaris.

Paragraf 2 Sistem Jaringan Perkeretaapian

Pasal 9

(1) Sistem jaringan perkeretaapian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf b terdiri atas:

a. rencana pengembangan jaringan jalur kereta api; dan

b. stasiun kereta api.

(2) Rencana pengembangan jaringan jalur kereta api sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah jaringan jalur kereta api umum antarkota.

(3) Jaringan jalur kereta api umum antarkota sebagaimana dimaksud pada ayat (2), berupa pembangunan jaringan jalur kereta api nasional, meliputi : Provinsi Kalimantan Selatan – Kuaro – Long kali – Penajam – Balikpapan – Sanga-sanga - Samarinda – Bontang – Sanggata – Muara Wahau – Muara Lesan – Tanjung Redeb – Tanjung Batu – Tanah Kuning – Tanjung Selor – Kerang Agung – Sesayap – Tidung Pale – Nunukan Kota – Mensalong – Pembeliangan – Salang – Simanggaris – Batas Negara; dan

[15]

Page 16: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

(4) Stasiun kereta api sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b adalah stasiun kelas kecil yang direncanakan di Mensalong dan Simanggaris.

Paragraf 3Sistem Jaringan Transportasi Laut

Pasal 10

(1) Sistem jaringan transportasi laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf c terdiri atas :

a. pengembangan pelabuhan laut; dan

b. alur pelayaran lalu lintas laut.

(2) Pengembangan pelabuhan laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas :

a. pengembangan Pelabuhan Pengumpul Skala Tersier Tunon Taka berada di Kecamatan Nunukan;

b. pengembangan pelabuhan Pengumpul Skala Tersier Sungainyamuk berada di Kecamatan Sebatik Timur; dan

c. pengembangan dan operasionalisasi Pos Lintas Batas Laut (PLBL) Liem Hie Jung dan Sungaipancang;

(3) Alur pelayaran lalu lintas laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas :

a. optimalisasi alur pelayaran terdiri atas;

1. Nunukan – Sebatik;

2. Nunukan – Tarakan;

3. Nunukan – Balikpapan;

4. Nunukan – Makassar;

5. Nunukan – Pantoloan;

6. Nunukan – Pare-Pare;

7. Nunukan – Toli-Toli;

8. Nunukan – Surabaya;

9. Nunukan – NTT; dan

10. Nunukan – Tawau (Malaysia).

b. Rencana pengembangan alur pelayaran nasional dan internasional meliputi :

1. Nunukan – Bitung;

2. Nunukan – Sandakan (Malaysia); dan

3. Nunukan – Filipina Selatan.

Paragraf 4Sistem Jaringan Transportasi Udara

Pasal 11

(1) Sistem jaringan transportasi udara sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf d berupa hirarki bandar udara.

[16]

Page 17: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

(2) Hirarki bandar udara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a. bandar udara pengumpul skala tersier;

b. bandar udara pengumpan;

c. bandar udara khusus perbatasan darat; dan

d. bandar udara penanganan bencana.

(3) Bandar udara pengumpul skala tersier sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a berupa bandar udara Nunukan di Kecamatan Nunukan;

(4) Bandar udara pengumpan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b terdiri atas:

a. bandar udara Yuvai Semaring di Kecamatan Krayan; dan

b. Bandar udara Long Layu di Kecamatan Krayan Selatan.

(5) Bandar udara khusus perbatasan darat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c terdiri atas:

a. Bandar udara khusus Tau Lumbis di Kecamatan Lumbis;

b. bandar udara khusus Binuang di Kecamatan Krayan Selatan;

c. bandar udara khusus Kampung Baru di Kecamatan Krayan;

d. bandar udara khusus Kurid di Kecamatan Krayan;

e. bandar udara khusus Lembudud di Kecamatan Krayan;

f. bandar udara khusus Berian Baru di Kecamatan Krayan;

g. bandar udara khusus Pa’Upan di Kecamatan Krayan;

h. bandar udara khusus Buduk Kubul di Kecamatan Krayan;

i. bandar udara khusus Long Rungan di Kecamatan Krayan Selatan; dan

j. bandar udara khusus mansalong di Kecamatan Lumbis.

(6) Bandar udara penanganan bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d yaitu Bandar Udara Nunukan.

Bagian KeempatSistem Jaringan Prasarana Lainnya

Pasal 12

Sistem jaringan prasarana lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf b terdiri atas:

a. sistem jaringan energi;

b. sistem jaringan telekomunikasi;

c. sistem jaringan sumber daya air;

d. sistem jaringan prasarana lingkungan; dan

e. sistem jalur dan ruang evakuasi.

[17]

Page 18: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Paragraf 1Rencana Sistem Jaringan Energi

Pasal 13

(1) Rencana sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf a meliputi:

a. pembangkit tenaga listrik;

b. transmisi kabel listrik bawah laut; dan

c. pengembangan energi alternatif (Energi baru dan terbarukan)

(2) Pembangkit tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berupa :

a. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) terdapat di Sungai Bilal Kapasitas Terpasang 18,6 MW dengan Daya Mampu 8,47 MW di Kecamatan Nunukan, Sungainyamuk Kecamatan Sebatik Timur Kapasitas Terpasang 3,98 MW dengan Daya Mampu 2,21 MW, Desa Atap Kecamatan Sembakung Kapasitas Terpasang 350 Kva dengan Daya Mampu 300 KVa;

b. pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) di Pembeliangan Kecamatan Sebuku sebesar 420 kVA.

c. pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Sei.banjar Binusan Kecamatan Nunukan sebesar 2 x 7 MW.

d. operasionalisasi Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) di Desa Tepian Kecamatan Sembakung sebesar 8 MW.

e. Perluasan jaringan listrik untuk Desa Mansalong Kecamatan Lumbis (Interkoneksi jaringan dari PT. PLN Ranting Malinau);

(3) Transmisi kabel bawah laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b yaitu dari PLTG di Desa Tepian (Sebaung) ke Pulau Nunukan (Sei. Lancang), dan dari Pulau Nunukan (Sedadap) ke Pulau Sebatik.(Liang Bunyu).

(4) Pengembangan wilayah usaha PT. PLN (Persero) Area Berau Ranting Nunukan di wilayah perbatasan Kecamatan Krayan dan sekitarnya dengan pembukaan Unit layanan Listrik PLN di Krayan dan rencana pengembangan unit layanan PLN di Kecamatan Sebuku sebagai langkah awal dan tolok ukur peningkatan Ratio Elektrifikasi

(5) Pengembangan energi alternatif (Energi baru dan terbarukan) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c berupa Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), baik berupa PLTS komunal maupun PLTS SHS (unit rumah tangga) yang tersebar di seluruh kecamatan dengan memaksimalkan potensi yang ada pada daerah setempat dengan memperhatiakn karateristik Desa

Paragraf 2Sistem Jaringan Telekomunikasi

Pasal 14

(1) Sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf b meliputi:

a. pengembangan jaringan kabel teresterial;

b. pengembangan jaringan nirkabel (seluler); dan

c. pengembangan jaringan satelit.

[18]

Page 19: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

(2) Pengembangan jaringan kabel teresterial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berupa peningkatan jaringan kabel telepon di seluruh kecamatan;

(3) Pengembangan jaringan nirkabel (seluler) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berupa pengelolaan menara/Base Transceiver Station (BTS) dan pemancar radio di seluruh kecamatan;

(4) Pengembangan menara BTS diarahkan sebagai menara bersama antar penyedia jasa seluler;

(5) Pengembangan jaringan satelit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c berupa peningkatan dan pengembangan layanan internet sebagai fasilitas umum di seluruh kecamatan.

Paragraf 3Sistem Jaringan Sumber Daya Air

Pasal 15

(1) Rencana sistem jaringan sumberdaya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf c terdiri atas :

a. pengelolaan wilayah sungai;

b. pengelolaan waduk dan embung;

c. sistem jaringan irigasi;

d. sistem jaringan air baku untuk air minum, pertanian dan industri;

e. jaringan air bersih ke kelompok pengguna; dan

f. sistem pengendalian banjir.

(2) Pengelolaan wilayah sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berupa wilayah sungai (WS) lintas negara Sesayap meliputi :

a. DAS Sesayap;

b. DAS Sembakung;

c. DAS Sebakis;

d. DAS Sebuku;

e. DAS Simenggaris; dan

f. DAS Linuang Kayan.

(3) Pengelolaan waduk dan embung sebagaimana dimaksud pada (1) huruf b terdiri atas :

a. waduk berupa waduk Bilal berada di Kecamatan Nunukan; dan

b. embung meliputi:

1. embung Bolong berada di Kecamatan Nunukan; dan

2. embung Sebatik berada di Kecamatan Sebatik.

(4) Sistem jaringan irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri atas :

a. pengelolaan daerah irigasi (DI) kewenangan provinsi; dan

b. pengelolaan DI kewenangan kabupaten.

(5) Pengelolaan daerah irigasi (DI) kewenangan provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a terdiri atas :

[19]

Page 20: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

a. DI Terang Baru seluas kurang lebih 1.160 (seribu seratus enam puluh) hektar berada di Kecamatan Krayan;

b. DI Binalawan seluas kurang lebih 1.000 (seribu) hektar berada di Kecamatan Sebatik Barat;

c. DI Tanjung Aru seluas kurang lebih 1.000 (seribu ) hektar berada di Kecamatan Sebatik; dan

d. DI Sebatik seluas kurang lebih 1.100 (seribu seratus) hektar berada di kecamatan Sebatik.

(6) Pengelolaan DI kewenangan kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b terdiri atas :

a. DI Mensapa seluas kurang lebih 560 (lima ratus enam puluh) hektar berada di Kecamatan Nunukan Selatan;

b. DI Setabu seluas kurang lebih 550 (lima ratus lima puluh) hektar berada di Kecamatan Sebatik Barat;

c. DI Berian Baru seluas kurang lebih 550 (lima ratus lima puluh) hektar berada di Kecamatan Krayan; dan

d. DI Tanjung Karya seluas kurang lebih 525 (lima ratus dua puluh lima) hektar berada di Kecamatan Krayan.

(7) Sistem jaringan air baku untuk air minum, pertanian dan industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d berupa rencana pengembangan penyediaan air baku meliputi pemanfaatan sumber-sumber air baku melalui embung Bilal dan embung Bolong.

(8) Jaringan air bersih ke kelompok pengguna sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e terdiri atas:

a. jaringan perpipaan di Kecamatan Nunukan;

b. jaringan perpipaan di Kecamatan Nunukan Selatan;

c. jaringan perpipaan di kawasan perkotaan Sebatik;

d. jaringan perpipaan di kawasan perkotaan Sebatik Barat;

e. jaringan perpipaan di kawasan perkotaan Sebatik Timur;

f. jaringan perpipaan di kawasan perkotaan Sebatik Utara;

g. jaringan perpipaan di kawasan perkotaan Sebatik Tengah;

h. jaringan perpipaan di Kecamatan Sebuku;

i. jaringan perpipaan di Kecamatan Tulin Onsoi;

j. jaringan perpipaan di Kecamatan Sembakung;

k. jaringan perpipaan di Kecamatan Sembakung Atulai;

l. jaringan perpipaan di Kecamatan Lumbis;

m. jaringan perpipaan di Kecamatan Lumbis Ogong;

n. jaringan perpipaan di Kecamatan Krayan; dan

o. jaringan perpipaan di Kecamatan Krayan Selatan.

(9) Sistem pengendalian banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f berupa konstruksi pengendali banjir.

(10) Konstruksi pengendali banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (8) terdiri atas:

[20]

Page 21: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

a. perbaikan dan pengaturan sistem meliputi:

1. perbaikan infrastruktur pengendali banjir;

2. perbaikan sumur resapan pada kawasan hunian atau permukiman;

3. pengaturan gugus tugas penanganan dan pengendalian banjir;

4. pengendalian tata ruang;

5. pengaturan debit banjir;

6. pengaturan daerah rawan banjir;

7. peningkatan peran masyarakat;

8. pengaturan untuk mengurangi dampak banjir terhadap masyarakat;

9. pengelolaan daerah tangkapan air; dan

10. pengelolaan keuangan.

b. pembangunan pengendali banjir meliputi:

1. pembuatan sumur resapan pada kawasan hunian permukiman;

2. pembuatan tanggul baru atau mempertinggi tanggul yang sudah ada;

3. normalisasi sungai;

4. pembuatan bangunan-bangunan pelindung tebing pada tempat yang rawan longsor; dan

5. pemasangan pompa banjir pada kawasan terindikasi rawan banjir.

Paragraf 4Sistem Jaringan Prasarana Lingkungan

Pasal 16

(1) Sistem jaringan prasarana lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf d terdiri atas :

a. sistem jaringan drainase;

b. sistem jaringan persampahan;

c. sistem jaringan air minum; dan

d. sistem jaringan pengelolaan limbah.

(2) Sistem jaringan drainase sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas :

a. jaringan drainase primer meliputi:

1. Sungai Sebuku;

2. Sungai Seimanggaris;

3. Sungai Sembakung;

4. Sungai Bolong;

5. Sungai Bilal;

6. Sungai Mansapa; dan

7. Sungai Pancang.

[21]

Page 22: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

b. jaringan drainase sekunder meliputi:

1. anak-anak sungai; dan

2. saluran permanen yang dibuat secara khusus.

c. jaringan drainase tersier berupa jaringan drainase yang terdapat pada kawasan permukiman.

(3) Sistem jaringan persampahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas :

a. penyusunan rencana induk pengelolaan persampahan kabupaten;

b. pengembangan teknologi komposing sampah organik pada kawasan permukiman perdesaan dan perkotaan;

c. optimasi Tempat Penampungan Sementara (TPS) di setiap pusat kegiatan masyarakat, pasar, permukiman, perkantoran, dan fasilitas sosial lainnya;

d. rencana pembangunan TPA terpadu berada di Tanjung Harapan Kecamatan Nunukan; dan

e. penerapan 3R (reduce, reuse, dan recycle).

(4) Sistem jaringan air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri atas:

a. pengembangan dan peningkatan pelayanan sumber air minum perkotaan meliputi :

1. Sungai Bolong melayani area Kecamatan Nunukan dan Kecamatan Nunukan Selatan;

2. Sungai Bilal melayani area Kecamatan Nunukan dan Kecamatan Nunukan Selatan;

3. Sungai Pancang melayani area perkotaan Sebatik, Sebatik Tengah, Sebatik Utara, Sebatik Timur dan Sebatik Barat;

4. Sungai Sembakung melayani area perkotaan Atap Kecamatan Sembakung;

5. Pengolahan dan pipanisasi air bersih pada sungai-sungai Kecamatan Krayan;

6. Pengolahan dan pipanisasi air bersih pada sungai-sungai Kecamatan Krayan Selatan; dan

7. Pengolahan sumber air tanah dan pipanisasi di Pembeliangan Kecamatan Sebuku.

b. peningkatan pelayanan sambungan langsung; dan

c. peningkatan pelayanan kran umum.

(5) Sistem jaringan pengelolaan limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi:

a. rencana pengelolaan limbah domestik; dan

b. rencana pengelolaan limbah industri.

(6) Rencana pengelolaan limbah domestik sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf a meliputi :

a. pemenuhan prasarana jamban ber-septic tank pada setiap rumah di kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan;

b. pengembangan jamban komunal (WC umum); dan

[22]

Page 23: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

(7) Rencana pengelolaan limbah industri sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf b berupa pengembangan prasarana pengolahan limbah industri, limbah medis, limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) secara mandiri.

Paragraf 5Sistem Jalur dan Ruang Evakuasi

Pasal 17

(1) Sistem jalur dan ruang evakuasi bencana alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf e meliputi :

a. jalur evakuasi bencana tanah longsor tersebar di seluruh kecamatan wilayah Kabupaten Nunukan;

b. jalur evakuasi bencana abrasi berada di wilayah sepanjang pantai Pulau Sebatik dan Pulau Nunukan meliputi:

1. Kecamatan Sebatik Barat; dan

2. Kecamatan Nunukan;

c. jalur evakuasi bencana banjir Kecamatan Sembakung berada pada jalan darat Atap, Kunyit; dan

d. jalur evakuasi bencana tanah longsor berada di Kecamatan Seimanggaris, Sebuku, Tulin Onsoi, Sembakung Atulai.

(2) Pengembangan ruang evakuasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. lapangan terbuka di seluruh kecamatan;

b. gedung pemerintah di seluruh kecamatan;

c. gedung olahraga di seluruh kecamatan; dan

d. gedung pertemuan di seluruh kecamatan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai jalur dan ruang evakuasi bencana diatur dalam peraturan bupati.

BAB IVRENCANA POLA RUANG

Bagian KesatuUmum

Pasal 18

(1) Rencana pola ruang wilayah Kabupaten terdiri atas :

a. kawasan lindung; dan

b. kawasan budidaya.

(2) Rencana pola ruang wilayah kabupaten digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1 : 50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

[23]

Page 24: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Bagian KeduaKawasan Lindung

Pasal 19

Kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) huruf a terdiri atas :

a. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya;

b. kawasan perlindungan setempat; dan

c. kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya;

Paragraf 1Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap

Kawasan Bawahannya

Pasal 20

Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf a berupa hutan lindung seluas kurang lebih 157.379,7 (seratus lima puluh tujuh ribu tigaratus tujuh puluh sembilan koma tujuh) hektar dan berstatus Holding Zone seluas kurang lebih 12.139,5 (duabelas ribu seratus tiga puluh sembilan koma lima) hektar meliputi :

a. kawasan hutan lindung di Pulau Nunukan seluas kurang lebih 2.631,2 (dua ribu enam ratus tiga puluh satu koma dua) hektar dan berstatus holding zone seluas kurang lebih 2.155,3 (dua ribu seratus lima puluh lima koma tiga) hektare;

b. kawasan hutan lindung di Pulau Sebatik seluas kurang lebih 2.300 (dua ribu tiga ratus) hektar dan berstatusholding zone seluas kurang lebih 974,4 (sembilan ratus tujuh puluh empat koma empat) hektare;

c. kawasan hutan lindung di di Kecamatan Tulin Onsoi seluas kurang lebih 16.776,2 (enambelas ribu tujuh ratus tujuh puluh enam koma dua) hektar dan berstatus holding zone seluas kurang lebih 5.993,8 (lima ribu sembilan ratus sembilan puluh tiga koma delapan) hektare;

d. kawasan hutan lindung di Kecamatan Sebuku seluas kurang lebih 346,1 (tigaratus empat puluh enam koma satu) hektardan berstatus holding zone seluas kurang lebih 346,1 (tigaratus empat puluh enam koma satu) hektare;

e. kawasan hutan lindung di Kecamatan LumbisOgong seluas kurang lebih 94.300,6 (sembilan puluh empat ribu tiga ratus koma enam) hektardan berstatus holding zone seluas kurang lebih 2.669,9 (duaribu enam ratus enam puluh sembilan koma sembilan) hektare;

f. kawasan hutan lindung di Kecamatan Krayan seluas kurang lebih 6.450,2 (enam ribu empat ratus lima puluh koma dua) hektar; dan

g. kawasan hutan lindung di Kecamatan KrayanSelatan seluas kurang lebih 34.575,4 (tiga puluh empat ribu lima ratus tujuh puluh lima koam empat) hektar.

[24]

Page 25: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Paragraf 2Kawasan Perlindungan Setempat

Pasal 21

(1) Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf b meliputi:

a. sempadan pantai;

b. sempadan sungai; dan

c. kawasan ruang terbuka hijau perkotaan.

(2) Sempadan pantai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a seluas kurang lebih 3.903 (tiga ribu sembilan ratus tiga) hektar meliputi:

a. Kecamatan Nunukan;

b. Kecamatan Nunukan Selatan;

c. Kecamatan Sei Menggaris;

d. Kecamatan Sebatik;

e. Kecamatan Sebatik Utara;

f. Kecamatan Sebatik Timur;

g. Kecamatan Sebatik Barat; dan

h. Kecamatan Sembakung.

(3) Sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b tersebar di sepanjang kanan kiri sungai seluas kurang lebih 30.100 (tiga puluh ribu seratus) hektar meliputi:

a. Kecamatan Nunukan;

b. Kecamatan Sei Menggaris;

c. Kecamatan Sebuku;

d. Kecamatan Tulin Onsoi;

e. Kecamatan Sembakung;

f. Kecamatan Sembakung Atulai;

g. Kecamatan Lumbis; dan

h. Kecamatan Lumbis Ogong.

(4) Kawasan ruang terbuka hijau perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c seluas kurang lebih 845 (delapan ratus empat puluh lima) hektar, ruang terbuka hijau sebagaimana dimaksud terdiri atas:

a. ruang terbuka hijau publik; danb. ruang terbuka hijau privat.

(5) Ruang terbuka hijau publik sebagaimana dimaksud dalam ayat (4)huruf a seluas kurang lebih 173 (seratus tujuh puluh tiga) hektar atau 30 % dari luas kawasan budidaya perkotaan, terdiri atas:

a. ruang terbuka hijau taman;b. ruang terbuka hijau tempat pemakaman Umum;c. ruang terbuka hijau sempadan jalan;d. ruang terbuka hijau sempadan sungai;

[25]

Page 26: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

e. ruang terbuka hijau hutan kota; danf. ruang terbuka hijau lapangan olah raga.

(6) Ruang terbuka hijau taman sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf a, terdapat di setiap kecamatan dengan alokasi terpadu dengan area pusat pelayanan kecamatan seluas kurang lebih 2 hektar.

(7) Ruang terbuka hijau tempat pemakaman umum (TPU) sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf b, meliputi TPU yang sudah ada dan TPU yang akan dikembangkan di setiap Kecamatan seluas 10 ha.

(8) Ruang terbuka hijau sempadan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, terdiri dari sempadan jalan kolektor dan lokal, serta jalan lingkar luar seluas kurang lebih 53 (lima puluh tiga) hektar.

(9) Ruang terbuka hijau sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d terdiri dari sempadan Sungai Bolong, Sungai Sembilang, Sungai Sedadap, Sungai Pancang, Sungai Nyamuk, Sungai Bajau seluas kurang lebih 15 ( l i m a b e l a s ) hektar.

(10) Ruang terbuka hijau hutan kota dimaksud pada ayat (1) huruf e berupa Hutan Kota di Nunukan selatan Kecamatan Nunukan selatan seluas kurang lebih 9,3 (sempilan koma tiga) hektar.

(11) Ruang terbuka hijau lapangan olah raga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f berupa lapangan olah raga yang terdapat di dalam kecamatan Nunukan kecamatan Nunukan selatan kecamatan Sebatik utara kecamatan Sebatik timur kecamatan Sebatik seluas kurang lebih 70 ( tu juh pu luh)hektar.

(12) Ruang terbuka hijau privat kota di wilayah pulau Nunukan dan Pulau Sebatik sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) huruf b seluas kurang lebih 682 (enam ratus delapan puluh dua) hektar atau 30 % dari luas kawasan budidaya perkotaan meliputi :

a. ruang terbuka hijau pekarangan rumah;b. ruang terbuka hijau perdagangan dan jasa;

Paragraf 3Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya

Pasal 22

(1) Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf c meliputi:

a. kawasan suaka margasatwa (SM);

b. kawasan konservasi perairan daerah;

c. kawasan pantai berhutan bakau atau mangrove;

d. taman nasional (TN); dan

e. kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.

(2) Kawasan Konservasi Perairan Daerah kurang lebih seluas 227 (dua ratus dua puluh delapan) hectare meliputi:

a. Desa Setabu Kecamatan Sebatik Barat; dan

b. Tanjung Cantik Nunukan Barat Kecamatan Nunukan.

[26]

Page 27: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

(3) Kawasan pantai berhutan bakau atau mangrove sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c seluas kurang lebih 39.091,2 (tiga puluh Sembilan ribu Sembilan puluh dua koma dua)hektar meliputi:

a. Kecamatan Sei Menggaris;

b. Kecamatan Nunukan;

c. Kecamatan Nunukan Selatan;

d. Kecamatan Sebuku; dan

e. Kecamatan Sembakung;

(4) Taman nasional (TN) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d seluas kurang lebih 303.637(tiga ratus tiga ribu enam ratus tiga puluh tujuh) hektar berupa TN Kayan Mentarang berada di Kecamatan Lumbis Ogong, Kecamatan Krayan dan Kecamatan Krayan Selatan.

(5) Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf eberupa kampung adat dansitus unggulan berskala kabupaten meliputi:

a. rumah adat Tanjung Karya berada di Kecamatan Krayan;

b. rumah adat Tang Laan berada di Kecamatan Krayan Selatan;

c. rumah adat Pa’ Upan berada di Kecamatan Krayan Selatan;

d. rumah adat Binuang berada di Kecamatan Krayan Selatan; dan

e. Batu Sicien berada di Pa’ Upan di Kecamatan Krayan Selatan.

Paragraf 4Kawasan Rawan Bencana Alam

Pasal 23

(1) Kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf d meliputi:

a. kawasan rawan tanah longsor;

b. kawasan rawan abrasi; dan

c. kawasan rawan banjir.

(2) Kawasan rawan tanah longsor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a seluas kurang lebih 20.398(dua puluh ribu tiga ratus Sembilan puluh delapan) hektar meliputi :

a. Kecamatan Sei Menggaris;

b. Kecamatan Sebuku;

c. Kecamatan Tulin Onsoi;

d. Kecamatan Sembakung;dan

e. Kecamatan Sembakung Atulai.

(3) Kawasan rawan abrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b seluas kurang lebih 1.163 (seribu seratus enam puluh tiga ribu) hektar tersebar meliputi:

a. Pulau Nunukan; dan

[27]

Page 28: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

b. Pulau Sebatik.

(4) Kawasan rawan banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c seluas kurang lebih 22.471 (dua puluh dua ribu empat ratus tujuh puluh satu) hektar meliputi :

a. Kecamatan Sebatik Utara;

b. Kecamatan Sebatik Timur;

c. Kecamatan Sebatik;

d. Kecamatan Sebatik Tengah;

e. Kecamatan Sebatik Barat;

f. Kecamatan Nunukan;

g. Kecamatan Nunukan Selatan;

h. Kecamatan Sei Menggaris;

i. Kecamatan Sebuku;

j. Kecamatan Sembakung;

k. Kecamatan Sembakung Atulai;

l. Kecamatan Lumbis; dan

m. Kecamatan Lumbis Ogong.

Bagian KetigaRencana Kawasan Budidaya

Pasal 24

Kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) huruf b terdiri atas :

a. kawasan peruntukan hutan produksi;

b. kawasan peruntukan pertanian;

c. kawasan peruntukan perikanan;

d. kawasan peruntukan pertambangan;

e. kawasan peruntukan industri;

f. kawasan peruntukan pariwisata;

g. kawasan peruntukan permukiman;

h. kawasan pertahanan dan keamanan; dan

i. kawasan peruntukan lainnya.

Paragraf 1Kawasan Peruntukan Hutan Produksi

Pasal 25

(1) Kawasan peruntukan hutan produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf a meliputi:

a. kawasan peruntukan hutan produksi tetap;

[28]

Page 29: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

b. kawasan peruntukan hutan produksi terbatas; dan

c. kawasan peruntukan hutan produksi yang dapat dikonversi.

(2) Kawasan peruntukan hutan produksi tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a ditetapkan seluas kurang lebih 218.658,3 (dua ratus delapan belas ribuenam puluh lima delapan koma tiga) hektar meliputi:

a. Kecamatan Nunukan;

b. Kecamatan Nunukan Selatan;

c. Kecamatan Sebuku;

d. Kecamatan Tulin Onsoi;

e. Kecamatan Sembakung;

f. Kecamatan Sembakung Atulai;

g. Kecamatan Lumbis;dan

h. Kecamatan Lumbis Ogong.

(3) Kawasan peruntukan hutan produksi terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b ditetapkan seluas kurang lebih 131.482,2 (seratus tiga puluh satu ribuempat ratus delapan puluh dua koma dua) hektar meliputi:

a. Kecamatan Sebuku;

b. Kecamatan Tulin Onsoi;

c. Kecamatan Lumbis; dan

d. Kecamatan Lumbis.

(4) Kawasan peruntukan hutan produksi konversi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c ditetapkan seluas kurang lebih 20.662,1 (dua puluh ribu enam ratus enam puluh dua koma satu) hektar dan berstatus holding zone seluas kurang lebih 20.662,1 berada di Kecamatan Sebuku dan Kecamatan Tulin Onsoi.

Paragraf 2Kawasan Peruntukan Pertanian

Pasal 26

(1) Kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf b terdiri atas :

a. kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan;

b. kawasan peruntukan hortikultura;

c. kawasan peruntukan perkebunan; dan

d. kawasan peruntukan peternakan.

(2) Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi :

a. pertanian lahan basah; dan

b. pertanian lahan kering.

[29]

Page 30: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

(3) Pertanian lahan basah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a seluas kurang lebih 125.982 (seratus dua puluh lima ribu sembilan seratus delapan puluh dua) hektar berupa Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) berada di seluruh kecamatan.

(4) Pertanian lahan kering sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b seluas kurang lebih 144.305 (seratus empat puluh empat ribu tiga ratus lima) hektar berada di seluruh kecamatan.

(5) Pencadangan lahan untuk lokasi Food Estate di Kecamatan Nunukan seluas 13.058 Ha , Kecamatan Sebuku seluas 3.652 Ha, dan Kecamatan Sembakung seluas 1.153 Ha;

(6) Kawasan peruntukan perkebunan dengan komoditas unggulan berupa kelapa sawit, kakao, kopi, karet dan vanili sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c seluas kurang lebih 309.601 (tiga ratus sembilan ribu enam ratus satu) hektar tersebar di seluruh kecamatan, dengan rincian :

a. kelapa sawit di Kecamatan Nunukan, Kecamatan Sebatik Barat, Kecamatan Sebatik, Sebatik Tengah, Kecamatan Seimanggaris, Kecamatan Sebuku, Kecamatan Tulin Onsoi, Kecamatan Sembakung, Kecamatan Sembakung Atulai, Kecamatan Lumbis, Kecamatan Lumbis Ogong;

b. kakao di Kecamatan Sebatik Tengah, Kecamatan Sebatik Timur, Kecamatan Sebatik, Kecamatan Barat;

c. kopi di Kecamatan Lumbis, Kecamatan Sebatik Barat, Kecamatan Sebatik Tengah, Kecamatan Krayan, Kecamatan Krayan Selatan;

d. karet di Kecamatan Lumbis, Kecamatan Sembakung; dan

e. Vanili di Kecamatan Krayan, Kecamatan Krayan Selatan;

c. Kawasan peruntukan peternakan dengan komoditas unggulan ternak sapi/kerbau, ayam, itik tersebar di seluruh wilayah kecamatan; ternak babi pada Kecamatan Nunukan, Krayan dan Krayan Selatan; serta Rumah Pemotongan Hewan (RPH) dan penggemukan sapi seluas 5 Ha di Kecamatan Nunukan Selatan.

Paragraf 3Kawasan Peruntukan Perikanan

Pasal 27

(1) Kawasan peruntukan perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf c terdiri atas :

a. perikanan tangkap;

b. perikanan budidaya;

c. pengembangan prasarana perikanan.

(2) Perikanan tangkap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:

a. lokasi penyebaran perikanan tangkap; dan

b. jalur penangkapan perikanan laut.

(3) Lokasi penyebaran perikanan tangkap sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a berada pada wilayah laut kabupaten serta sungai – sungai di kecamatan Sebuku, Kecamatan Sembakung, Kecamatan Lumbis dan Kecamatan Seimanggaris.

[30]

Page 31: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

(4) Jalur penangkapan perikanan laut sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b merupakan Jalur penangkapan I, terdiri dari :

a. Jalur penangkapan ikan I A berada pada perairan pantai sampai dengan 2 (dua) mil laut yang diukur dari permukaan air laut pada surut terendah;dan

b. Jalur penangkapan ikan I B berada pada perairan pantai di luar 2 (dua) mil laut sampai dengan 4 (empat) mil laut.

(5) Perikanan budidaya sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b meliputi komoditas perikanan udang, bandeng, kakap tambak, nila, mas, lele dengan lokasi tersebar di seluruh kecamatan, dan budidaya rumput laut pada wilayah pesisir pantai Kecamatan Simenggaris, Kecamatan Nunukan, Kecamatan Nunukan Selatan dan Kecamatan Sebatik Barat.

(6) Pengembangan prasarana perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c yaitu Kawasan Industri Perikanan Terpadu di Mansapa Kecamatan Nunukan Selatan yang meliputi Pelabuhan Perikanan, Tempat Pelelangan ikan, pabrik pengolahan hasil perikanan, pabrik es dan cold storage, Gudang Rumput Laut dan lainnya; serta Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) di Kecamatan Sebatik meliputi TPI, pabrik es dan cold storage.

Paragraf 4Kawasan Peruntukan Pertambangan

Pasal 28

(1) Kawasan peruntukan pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf d terdiri atas :

a. wilayah pertambangan mineral dan batubara; dan

b. wilayah pertambangan minyak dan gas bumi.

(2) Wilayah pertambangan mineral dan batubara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berupa wilayah usaha pertambangan (WUP) terdiri atas :

a. mineral logam;

b. mineral bukan logam dan batuan; dan

c. batubara.

(3) Wilayah pertambangan minyak dan gas bumi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi :

a. Star Energy di daratan dan pantai Pulau Nunukan dan Sebatik

b. Pertamina – Medco JoB Simenggaris di Sembakung

c. ENI Oil di lepas pantai Sebatik (Karang Unarang – Ambalat)

d. PT. Medco EP Sembakung di Sebaung

e. PT. Medco EP Nunukan di lepas pantai selatan Pulau Nunukan

(4) Mineral logam sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi emas, bouksit, besi dan nickel dengan sebaran lokasi meliputi :

a. Kecamatan Nunukan;

b. Kecamatan Nunukan Selatan;

[31]

Page 32: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

c. Kecamatan Sebuku;

d. Kecamatan Tulin Onsoi;

e. Kecamatan Sembakung;

f. Kecamatan Sembakung Atulai;

g. Kecamatan Lumbis;

h. Kecamatan Lumbis Ogong;

i. Kecamatan Krayan; dan

j. Kecamatan Krayan Selatan.

(5) Mineral bukan logam dan batuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi batu gunung, pasir, sirtu, batu gamping, pasir kuarsa dan batubara muda dengan sebaran lokasi meliputi :

a. Kecamatan Sebatik;

b. Kecamatan Sebatik Barat;

c. Kecamatan Sebatik Timur;

d. Kecamatan Nunukan;

e. Kecamatan Nunukan Selatan;

f. Kecamatan Seimanggaris;

g. Kecamatan Sebuku;

h. Kecamatan Tulin Onsoi;

i. Kecamatan Sembakung;

j. Kecamatan Sembakung Atulai;

k. Kecamatan Lumbis;

l. Kecamatan Krayan; dan

m. Kecamatan Krayan Selatan.

(6) Batubara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c tersebar di Kecamatan :

a. Kecamatan Nunukan;

b. Kecamatan Seimanggaris;

c. Kecamatan Sebuku;

d. Kecamatan Tulin Onsoi;

e. Kecamatan Sembakung;

f. Kecamatan Sembakung Atulai;

g. Kecamatan Krayan; dan

h. Kecamatan Krayan Selatan.

Paragraf 5Kawasan Peruntukan Industri

Pasal 29

[32]

Page 33: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

(1) Kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf f terdiri atas :

a. industri menengah; dan

b. industri kecil dan rumah tangga.

(2) Kawasan peruntukan industri menengah beserta jasa pendukungnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi jasa pergudangan, pengolahan kelapa sawit, perikanan dan lain-lain yang bersifat agroindusti dengan uraian :

a. Kawasan pergudangan di Kecamatan Nunukan;

b. industri pengolahan kelapa sawit di Kecamatan Lumbis, Sebuku, Sembakung Simenggaris dan;

c. Industri perikanan di Kecamatan Sebatik dan dan di Mensapa Kecamatan Nunukan Selatan

d. Industri lain yang bersifat agroindustri di wilayah perkotaan Pulau Nunukan dan Pulau Sebatik

(3) Kawasan peruntukan industri kecil dan rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b tersebar pada pusat-pusat pemukiman / kota kecamatan.

Paragraf 6Kawasan Peruntukan Pariwisata

Pasal 30

(1) Kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf f terdiri atas :

a. pariwisata budaya; dan

b. pariwisata alam.

(2) Pariwisata budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas :

a. kawasan wisata suku dayak Murud (Tegalen); dan

b. kawasan pembuatan garam gunung di Long Layu, Long Umung, Long Medang

(3) Pariwisata alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas :

a. kawasan wisata bahari meliputi :

1. Pantai Etcing berada di Kecamatan Nunukan Selatan;

2. Air Terjun Binusan berada di Kecamatan Nunukan; dan

3. Pantai Batu Lamampu berada di Kecamatan Sebatik.

b. kawasan ekowisata berupa Taman Nasional Kayan Mentarang (TNKM) berada di Kecamatan Krayan dan Krayan Selatan.

Paragraf 7Kawasan Peruntukan Permukiman

Pasal 31

(1) Kawasan peruntukan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf g terdiri atas :

[33]

Page 34: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

a. kawasan permukiman perkotaan; dan

b. kawasan permukiman perdesaan.

(2) Kawasan permukiman perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a tersebar di wilayah :

a. Kecamatan Sebatik;

b. Kecamatan Sebatik Barat;

c. Kecamatan Sebatik Tengah;

d. Kecamatan Sebatik Timur;

e. Kecamatan Sebatik Utara;

f. Kecamatan Nunukan;

g. Kecamatan Nunukan Selatan;

h. Kecamatan Seimanggaris;

i. Kecamatan Sebuku;

(3) Kawasan permukiman perdesaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berlokasi tersebar di :

a. Kecamatan Sebatik;

b. Kecamatan Sebatik Barat;

c. Kecamatan Sebatik Tengah;

d. Kecamatan Sebatik Utara;

e. Kecamatan Nunukan Selatan;

f. Kecamatan Seimanggaris;

g. Kecamatan Sebuku;

h. Kecamatan Tulin Onsoi;

i. Kecamatan Sembakung;

j. Kecamatan Sembakung Atulai;

k. Kecamatan Lumbis;

l. Kecamatan Lumbis Ogong;

m. Kecamatan Krayan; dan

n. Kecamatan Krayan Selatan.

(4) Luas Total Kawasan Permukiman di Kabupaten Nunukan seluas 14.981 Ha

Paragraf 8Kawasan Peruntukan Pertahanan Keamanan

Pasal 32

(1) Kawasan peruntukan pertahanan keamanan sebagaimana dimaksud pada Pasal (24) huruf h terdiri dari :

[34]

Page 35: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

a. kawasan strategis hankam dengan radius 5 (lima) kilometer di sepanjang perbatasan darat; dan

b. kawasan pemeriksaan dan pelayanan pertahanan keamanan.

(2) Kawasan peruntukan pertanahan dan keamanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal (32) huruf b terdiri atas :

c. kawasan kepolisian resor, distrik militer, pangkalan angkatan laut, komando taktis satuan tugas pengamanan perbatasan, kawasan polisi militer, satuan marinir, bea cukai, imigrasi dan karantina kesehatan di Nunukan;

d. kawasan kepolisian sektor, dan rayon militer di tiap-tiap kecamatan;

e. pos gabungan TNI dan pos-pos pengamanan perbatasan di Aji Kuning, Sei Pancang, Sei Nyamuk, Pos Kaca, Simenggaris, Tau Lumbis, Long Midang Long Layu dan Pa’ Pani; pos-pos pemeriksaan bea cukai, imigrasi dan karantina kesehatan pada titik-titik perbatasan, pelabuhan dan bandara

BAB VPENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN

Bagian KesatuUmum

Pasal 33

(1) Kawasan strategis yang ditetapkan di Kabupaten terdiri atas:

a. kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan; dan

b. kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi;

(2) Kawasan strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam peta dengan skala mengikuti ukuran kertas sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 34

Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) huruf a meliputi wilayah di sepanjang perbatasan darat dengan radius 5 (lima) Kilometer termasuk kawasan Pos Lintas Batas Darat; dan Kawasan Perbatasan Laut Republik Indonesia meliputi wilayah pengelolaan laut kabupaten, Kawasan Pos Lintas Batas Laut dan 2 (dua) pulau kecil terluar yang berbatasan dengan Negara Malaysia dan Filipina yaitu :

a. Pulau Sebatik; dan

b. Pulau Gosong Makasar.

Pasal 35

Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) huruf b berupa Kawasan Strategis Nasional dan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) meliputi:

a. KSN Kawasan Andalan Tarakan –Tanjung Palas – Nunukan – Pulau Bunyu – Nunukan (TATAPAN BUMA);

[35]

Page 36: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

b. KSK Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Mansapa;

c. KSK Coastal Road/Jalan lingkar Pulau Nunukan;

d. KSK Kota Terpadu Mandiri (KTM) Bahari Pulau Sebatik;

e. KSK Kota Terpadu Mandiri (KTM) Simanggaris;

f. kawasan Pertambangan batubara di Linuang Kayam Kecamatan Sembakung, wilayah Simenggaris di Kecamatan Simenggaris dan di Kecamatan Sebuku;

g. kawasan Pertambangan minyak dan gas bumi di Sebaung Kecamatan Nunukan dan Desa Tepian Kecamatan Sembakung;

h. kawasan industri Pabrik Kelapa Sawit di Kecamatan Sebuku, Simenggaris dan Lumbis;

i. kawasan Transmisi Kabel Bawah Laut dari wilayah Desa Tepian ke Pulau Nunukan, dan dari wilayah Sedadap Pulau Nunukan ke Liang Bunyu Pulau Sebatik;

j. kawasan strategis perlindungan dan pelestarian alam yaitu Taman Nasional Kayan Mentarang.

BAB VI

ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KABUPATEN

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 36

(1) Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten terdiri atas:

a. indikasi program utama;

b. indikasi lokasi;

c. indikasi sumber pendanaan;

d. indikasi pelaksana kegiatan; dan

e. indikasi waktu pelaksanaan.

(2) Indikasi program utama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:

a. perwujudan struktur ruang;

b. perwujudan pola ruang; dan

c. perwujudan kawasan strategis kabupaten.

(3) Indikasi lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berada di wilayah Kabupaten.

(4) Indikasi sumber pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, meliputi:

a. dana Pemerintah Pusat;

b. dana Pemerintah Provinsi;

c. dana Pemerintah Kabupaten;

d. dana BUMN;

[36]

Page 37: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

e. dana swasta; dan

f. dana masyarakat.

(5) Indikasi pelaksana kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, meliputi:

a. Pemerintah Pusat;

b. Pemerintah Provinsi;

c. Pemerintah Kabupaten;

d. BUMN;

e. Swasta; dan

f. Masyarakat.

(6) Indikasi waktu pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e sampai tahun 2032 dibagi kedalam 4 (empat) tahap meliputi :

a. tahap pertama tahun 2012 sampai dengan tahun 2016;

b. tahap kedua tahun 2017 sampai dengan tahun 2021;

c. tahap ketiga tahun 2022 sampai dengan tahun 2026; dan

d. tahap keempat tahun 2027 sampai dengan 2032.

(7) Rincian indikasi program sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedua

Indikasi Program Utama Perwujudan Struktur Ruang

Pasal 37

Indikasi program struktur ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (2) huruf a terdiri atas:

a. pengembangan sistem pusat kegiatan; dan

b. pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah.

Paragraf 1

Perwujudan Sistem Pusat Kegiatan

Pasal 38

(1) Pengembangan sistem pusat kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 huruf a terdiri atas :

a. pengembangan sistem perkotaan; dan

b. pengembangan sistem perdesaan.

(2) Pengembangan sistem perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diwujudkan dengan indikasi program meliputi :

a. pengembangan PKL meliputi :

[37]

Page 38: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

1. penyusunan RDTR perkotaan PKL;

2. peningkatan pelayanan kegiatan; dan

3. penyediaan sarana dan prasarana pendukung kewilayahan.

b. pengembangan PPK meliputi :

1. peningkatan pelayanan kegiatan; dan

2. penyediaan sarana dan prasarana pendukung pusat kegiatan lokal.

(3) Pengembangan sistem perdesaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diwujudkan dengan indikasi program meliputi :

a. peningkatan pelayanan kegiatan; dan

b. penyediaan sarana dan prasarana pendukung pusat kegiatan lokal.

Paragraf 2

Perwujudan Sistem Jaringan Prasarana Wilayah

Pasal 39

(1) Pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 huruf b terdiri atas:

a. pengembangan sistem jaringan prasarana utama; dan

b. pengembangan sistem jaringan prasarana lainnya.

(2) Pengembangan sistem jaringan prasarana utama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:

a. pengembangan sistem jaringan transportasi darat;

b. pengembangan sistem jaringan perkeretaapian;

c. pengembangan sistem jaringan transportasi laut; dan

d. pengembangan sistem jaringan transportasi udara.

(3) Pengembangan sistem jaringan transportasi darat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi:

a. pengembangan jaringan jalan dan jembatan;

b. pengembangan jaringan prasarana lalu lintas angkutan jalan;

c. pengembangan jaringan pelayanan lalu lintas angkutan jalan; dan

d. pengembangan jaringan transportasi sungai, danau, dan penyeberangan.

(4) Pengembangan jaringan jalan dan jembatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a diwujudkan dengan indikasi program meliputi:

a. pembangunan dan peningkatan ruas jalan kolektor primer 1 nasional;

b. pembangunan, peningkatan dan pemeliharaan jaringan jalan provinsi pada wilayah kabupaten;

c. pembangunan, peningkatan dan pemeliharaan jaringan jalan kabupaten;

d. pembangunan jembatan; dan

e. pemeliharaan jembatan.

[38]

Page 39: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

(5) Pengembangan jaringan prasarana lalu lintas angkutan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b diwujudkan dengan indikasi program meliputi:

a. pembangunan terminal penumpang Tipe A;

b. pembangunan terminal penumpang Tipe B; dan

c. pembangunan dan optimalisasi terminal penumpang Tipe C.

(6) Pengembangan jaringan pelayanan lalu lintas angkutan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c diwujudkan dengan indikasi program meliputi:

a. pengembangan perlengkapan jalan dan penerangan jalan umum (PJU);

b. optimalisasi unit pengujian kendaraan bermotor; dan

c. penataan jaringan trayek angkutan penumpang.

(7) Pengembangan jaringan transportasi sungai, danau dan penyeberangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf d diwujudkan dengan indikasi program meliputi:

a. pembangunan sarana dan prasarana lalu lintas angkutan sungai dan penyeberangan;

b. pengembangan angkutan perintis sungai dan penyeberangan.

(8) Pengembangan jaringan perkeretaapian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b diwujudkan dengan indikasi program meliputi:

a. peningkatan jalur kereta api; dan

b. pengembangan stasiun kereta api.

(9) Pengembangan jaringan transportasi laut sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c diwujudkan dengan indikasi program meliputi:

a. pengembangan pelabuhan, terminal khusus dan dermaga; dan

b. penataan alur pelayaran lalu lintas laut.

(10) Pengembangan jaringan transportasi udara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d diwujudkan dengan indikasi program meliputi:

a. delineasi kawasan bandara udara; dan

b. penentuan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP).

(11) Pengembangan sistem jaringan prasarana lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas:

a. pengembangan sistem jaringan energi;

b. pengembangan sistem jaringan telekomunikasi;

c. pengembangan sistem jaringan sumber daya air;

d. pengembangan sistem jaringan prasarana lingkungan; dan

e. pengembangan sistem jalur dan ruang evakuasi.

(12) Pengembangan sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud pada ayat (11) huruf a diwujudkan dengan indikasi program meliputi:

a. pembangunan gardu induk;

b. pengembangan jaringan energi listrik;

c. pengembangan pembangkit listrik eksisting;

d. pembangunan atau pengembangan PLTMH;

[39]

Page 40: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

e. pengembangan pembangkit listrik tenaga panas bumi;

f. pembangunan pembangkit listrik tenaga angin;

g. pemanfaatan PLTU;

h. pengembangan sumber energi bahan bakar nabati dan biogas;

i. pemanfaatan teknologi sel surya;

j. pengembangan SPPBE; dan

k. pengembangan SPBU.

(13) Pengembangan sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (11) huruf b diwujudkan dengan indikasi program meliputi:

a. perluasan jaringan telepon kabel atau teresterial;

b. perluasan jaringan telepon nirkabel; dan

c. pengembangan sistem jaringan satelit.

(14) Pengembangan sistem jaringan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (11) huruf c diwujudkan dengan indikasi program meliputi:

a. pengelolaan wilayah sungai (WS) berupa WS lintas negara;

b. pengelolaan waduk, dan embung;

c. pengelolaan jaringan irigasi;

d. pengembangan jaringan air baku untuk air minum meliputi:

1. pengembangan penyediaan air baku pertanian;

2. pengembangan penyediaan air baku industri; dan

3. pengembangan penyediaan air minum;

e. pengembangan jaringan air bersih ke kelompok pengguna meliputi:

1. peningkatan sistem jaringan pipa air bersih hingga ke wilayah perdesaan.

2. pengembangan kemitraan dalam rangka peningkatan jaringan air bersih ke wilayah yang belum terjangkau; dan

3. pengembangan sistem penyediaan air bersih oleh masyarakat berupa pembentukan kelembagaan pengelola air di perdesaan.

f. pengembangan sistem pengendalian banjir meliputi:

1. pembangunan perbaikan infrastruktur pengendali banjir meliputi :

a) check dam;

b) tanggul;

c) dam pengendali;

d) saluran pembuangan; dan

e) bendung.

2. perbaikan sumur resapan pada kawasan permukiman;

3. pengaturan gugus tugas penanganan dan pengendali banjir;

4. pengendalian tata ruang;

5. pengaturan debit banjir;

6. pengaturan tata guna lahan dataran banjir;

[40]

Page 41: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

7. penataan daerah lingkungan sungai;

8. peningkatan peran masyarakat;

9. pengaturan untuk mengurangi dampak banjir;

10. pengelolaan daerah tangkapan air; dan

11. pengelolaan keuangan penanganan bencana.

(15) Pengembangan sistem jaringan prasarana lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (11) huruf d meliputi:

a. pengembangan sistem jaringan drainase;

b. pengembangan sistem jaringan persampahan;

c. pengembangan sistem jaringan air minum; dan

d. pengembangan sistem jaringan pengelolaan limbah.

(16) Pengembangan sistem jaringan drainase sebagaimana dimaksud pada ayat (15) huruf a diwujudkan dengan indikasi program meliputi:

a. pengembangan jaringan drainase primer;

b. pengembangan jaringan drainase sekunder; dan

c. pengembangan jaringan drainase tersier.

(17) Pengembangan sistem jaringan persampahan sebagaimana dimaksud pada ayat (15) huruf b diwujudkan dengan indikasi program meliputi:

a. penyusunan rencana induk pengelolaan persampahan Kabupaten;

b. pengembangan teknologi komposing;

c. penyediaan TPS di setiap pusat kegiatan;

d. optimalisasi sistem pengelolaan sampah;

e. pengembangan TPPAS regional; dan

f. penerapan sistem 3R.

(18) Pengembangan sistem jaringan air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (15) huruf c diwujudkan dengan indikasi program meliputi:

a. pengembangan dan peningkatan pelayanan sumber air minum perkotaan;

b. peningkatan pelayanan sambungan langsung; dan

c. peningkatan pelayanan kran umum.

(19) Pengembangan sistem jaringan pengelolaan limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (15) huruf d diwujudkan dengan indikasi program meliputi:

a. pengelolaan limbah domestik; dan

b. pengelolaan limbah industri.

(20) Pengembangan sistem jalur dan ruang evakuasi sebagaimana dimaksud pada ayat (11) huruf e diwujudkan dengan indikasi program meliputi:

a. penetapan jalur evakuasi;

b. penyediaan ruang evakuasi; dan

c. penyediaan kelengkapan ruang evakuasi.

[41]

Page 42: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Bagian Ketiga

Indikasi Program Utama Perwujudan Pola Ruang

Pasal 40

Indikasi program utama perwujudan pola ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (2) huruf b terdiri atas:

a. pengembangan kawasan lindung; dan

b. pengembangan kawasan budidaya.

Paragraf 1

Perwujudan Kawasan Lindung

Pasal 41

(1) Pengembangan kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 huruf a terdiri atas:

a. pengembangan kawasan yang memberi perlindungan terhadap kawasan bawahannya;

b. pengembangan kawasan perlindungan setempat;

c. pengembangan kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan kawasan cagar budaya; dan

d. pengembangan kawasan rawan bencana alam;

(2) Pengembangan kawasan yang memberi perlindungan terhadap kawasan bawahannya berupa hutan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diwujudkan dengan indikasi program meliputi:

a. penetapan tata batas kawasan lindung di dalam kawasan hutan;

b. perlindungan kawasan serta peningkatan kualitasnya;

c. pengembalian fungsi lindung dengan rehabilitasi dan reboisasi;

d. pengembangan hutan dan tanaman tahunan;

e. perlindungan fungsi hidrologis bagi kegiatan pemanfaatan lahan; dan

f. pemeliharaan fungsi hidrologis bagi kegiatan pemanfaatan lahan.

(3) Pengembangan kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diwujudkan dengan indikasi program meliputi:

a. penetapan kawasan perlindungan setempat;

b. penataan ruang kawasan sempadan pantai;

c. penataan ruang kawasan sempadan sungai;

d. penataan ruang kawasan sekitar waduk atau danau;

e. penataan ruang kawasan sekitar situ;

[42]

Page 43: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

f. penataan daratan sekeliling mata air;

g. penetapan batas wilayah;

h. pengembangan RTH perkotaan; dan

i. optimalisasi RTH perkotaan.

(4) Pengembangan kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan kawasan cagar budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c diwujudkan dengan indikasi program meliputi:

a. penetapan kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan kawasan cagar budaya;

b. mempertahankan flora dan fauna;

c. mereboisasi kawasan;

d. pelestarian kawasan pantai berhutan bakau;

e. pelestarian wisata alam dan wisata alam laut;

f. mempertahankan taman nasional;

g. pengembangan taman wisata alam dan wisata alam laut; dan

h. pelestarian cagar budaya dan ilmu pengetahuan.

(5) Pengembangan kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d diwujudkan dengan indikasi program meliputi:

a. identifikasi dan inventarisasi kawasan rawan bencana;

b. penetapan zona evakuasi bencana alam;

c. pemasangan tanda (sign board) atau peringatan dini terhadap daerah rawan bencana;

d. program reboisasi dan menghutankan kawasan rawan bencana alam;

e. normalisasi sungai di kawasan rawan banjir;

f. pencegahan dan kesiapsiagaan penanggulangan bencana; dan

g. melakukan sosialisasi kepada masyarakat pada daerah rawan bencana.

Paragraf 2

Perwujudan Kawasan Budidaya

Pasal 42

(1) Pengembangan kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 huruf b meliputi:

a. pengembangan kawasan peruntukan hutan produksi;

b. pengembangan kawasan peruntukan pertanian;

c. pengembangan kawasan peruntukan perikanan;

d. pengembangan kawasan peruntukan pertambangan;

e. pengembangan kawasan peruntukan industri;

f. pengembangan kawasan peruntukan pariwisata;

[43]

Page 44: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

g. pengembangan kawasan peruntukan permukiman; dan

h. pengembangan kawasan peruntukan lainnya.

(2) Pengembangan kawasan peruntukan hutan produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diwujudkan dengan indikasi program meliputi:

a. penetapan tata batas kawasan hutan produksi;

b. pemanfaatan atau penguasaan hutan produksi terbatas secara lestari;

c. pemanfaatan komoditas hasil hutan;

d. pengelolaan hutan produksi berbasis masyarakat; dan

e. peningkatan pemasaran hasil produksi.

(3) Pengembangan kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:

a. pengembangan kawasan tanaman pangan;

b. pengembangan kawasan pertanian hortikultura;

c. pengembangan kawasan perkebunan; dan

d. pengembangan kawasan peternakan.

(4) Pengembangan kawasan tanaman pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a meliputi:

a. pengembangan pertanian lahan basah; dan

b. pengembangan pertanian lahan kering.

(5) Pengembangan pertanian lahan basah sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a diwujudkan dengan indikasi program meliputi:

a. penetapan kawasan lahan pertanian pangan berkelanjutan berupa sawah seluas kurang lebih 1.055 (Seribu Lima Puluh Lima) hektar;

b. peningkatan produktivitas pertanian tanaman pangan berupa intensifikasi, diversifikan dan pola tanam;

c. pengembangan pertanian lahan basah dengan dukungan irigasi;

d. peningkatan keterampilan pertanian;

e. pengembangan sarana dan prasarana pendukung; dan

f. pengembangan pertanian terpadu.

(6) Pengembangan pertanian lahan kering sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b diwujudkan dengan indikasi program meliputi:

a. penetapan kawasan peruntukan pertanian lahan kering;

b. intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian; dan

c. bimbingan dan penyuluhan.

(7) Pengembangan kawasan pertanian hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b diwujudkan dengan indikasi program meliputi:

a. penetapan kawasan peruntukan hortikultura;

b. intensifikasi dan ekstensifikasi budidaya hortikultura; dan

c. pengembangan manajemen pengelolaan.

[44]

Page 45: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

(8) Pengembangan kawasan perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c diwujudkan dengan indikasi program meliputi:

a. penetapan kawasan peruntukan perkebunan;

b. pengembangan perkebunan besar dengan pelibatan masyarakat dalam pola Perkebunan Inti Rakyat (PIR);

c. pengembangan perkebunan rakyat mandiri dan atau plasma dalam pola PIR;

d. intensifikasi dan ekstensifikasi perkebunan;

e. peremajaan tanaman yang sudah tua; dan

f. peningkatan pemasaran hasil produksi.

(9) Pengembangan kawasan peternakan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf d diwujudkan dengan indikasi program meliputi:

a. identifikasi dan inventarisasi kawasan pengembangan peternakan;

b. intensifikasi dan optimalisasi budidaya peternakan;

c. pembangunan pasar hewan;

d. pengembangan breeding center;

e. penyediaan insfrastruktur pendukung kegiatan peternakan; dan

f. pengembangan manajemen pengelolaan.

(10) Pengembangan kawasan peruntukan perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c diwujudkan dengan indikasi program meliputi:

a. penetapan kawasan pengembangan perikanan;

b. intensifikasi dan kemitraan dalam kegiatan perikanan;

c. pengembangan perikanan unggulan;

d. pengembangan tempat pembenihan ikan;

e. peningkatan produksi ikan; dan

f. peningkatan pengelolaan dan pelestarian sumber daya perikanan.

(11) Pengembangan kawasan peruntukan pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d diwujudkan dengan indikasi program meliputi :

a. penataan dan penelitian potensi zona pertambangan;

b. pengembangan kawasan pertambangan secara kewilayahan;

c. penetapan kawasan peruntukan pertambangan;

d. penyusunan peraturan perizinan kegiatan pertambangan;

e. penertiban kegiatan pertambangan liar;

f. pendataan ulang izin pertambangan;

g. reklamasi kawasan pasca tambang;

h. reboisasi tanaman di sekitar kawasan pertambangan; dan

i. pengembangan kegiatan pertambangan umum lainnya.

(12) Pengembangan kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e diwujudkan dengan indikasi program meliputi:

a. pengembangan kegiatan industri menengah;

[45]

Page 46: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

b. penataan dan pengembangan kegiaan industri kecil dan menengah sesuai potensi wilayah;

c. penyediaan infrastruktur pendukung kegiatan industri;

d. pengembangan aneka produk olahan;

e. peningkatan sistem pemasaran;

f. promosi kepada calon investor; dan

g. peningkatan kemitraan antar-industri.

(13) Pengembangan kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f diwujudkan dengan indikasi program meliputi :

a. penataan dan pengembangan kawasan peruntukan pariwisata;

b. penataan dan pengendalian pembangunan kawasan wisata;

c. penyediaan infrastruktur pendukung kegiatan wisata;

d. promosi ke daerah-daerah potensial wisatawan;

e. pengembangan manajemen pengelolaan; dan

f. optimalisasi pengelolaan wilayah pengembangan pariwisata.

(14) Pengembangan kawasan peruntukan permukiman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g diwujudkan dengan indikasi program meliputi :

a. penataan ruang dan pengembangan kawasan permukiman perkotaan;

b. penataan ruang dan pengembangan kawasan permukiman perdesaan;

c. pengendalian pertumbuhan pembangunan permukiman;

d. pengembangan perumahan harga terjangkau;

e. penataan dan rehabilitasi kawasan permukiman;

f. peningkatan sanitasi lingkungan permukiman;

g. peningkatan kualitas sarana dan prasarana permukiman; dan

h. penyiapan lahan kasiba dan lisiba.

(15) Pengembangan kawasan peruntukan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf h meliputi :

a. pengembangan kawasan perdagangan dan jasa;

b. pengembangan kawasan pesisir dan laut;

c. pengembangan kawasan pertahanan dan keamanan;

d. pengembangan kawasan pemerintahan; dan

e. pengembangan kawasan sosial dan fasilitas umum.

(16) Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (15) huruf a diwujudkan dengan indikasi program meliputi :

a. pengembangan sarana perdagangan dan jasa dalam rangka mendukung sistem perkotaan; dan

b. pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa dalam rangka mendukung PKW Nunukan;

(17) Pengembangan kawasan pesisir dan laut sebagaimana dimaksud pada ayat (15) huruf b diwujudkan dengan indikasi program meliputi :

[46]

Page 47: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

a. penataan dan pengembangan kawasan pesisir dan laut; dan

b. penyediaan infrastruktur pendukung kegiatan sekitar pesisir dan laut;

(18) Pengembangan kawasan pertahanan dan keamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (15) huruf c diwujudkan dengan indikasi program berupa pengembangan kawasan pertahanan dan keamanan.

(19) Pengembangan kawasan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (15) huruf d diwujudkan dengan indikasi program berupa pembangunan infrastruktur kawasan pemerintahan.

(20) Pengembangan kawasan sosial dan fasilitas umum sebagaimana dimaksud pada ayat (15) huruf e diwujudkan dengan indikasi program meliputi :

a. pengembangan fasilitas permukiman perkotaan;

b. pengembangan fasilitas permukiman perdesaan;

c. pengembangan fasilitas pendidikan;

d. pengembangan fasilitas kesehatan;

e. pengembangan fasilitas peribadatan;

f. pengembangan fasilitas kebudayaan, olah raga dan rekreasi;

g. pengembangan fasilitas pemerintahan dan pelayanan umum; dan

h. pengembangan fasilitas perekonomian/jasa.

BAB VIIKETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG

Bagian KesatuUmum

Pasal 43(1) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten terdiri atas:

a. ketentuan umum peraturan zonasi; b. ketentuan perizinan;c. ketentuan pemberian insentif dan disinsentif; dan d. sanksi administratif.

(2) Setiap kegiatan pemanfaatan ruang harus didasarkan dan diintegrasikan dengan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan untuk memastikan prinsip pembangunan berkelanjutan.

Bagian KeduaKetentuan Umum Peraturan Zonasi

Pasal 44(1) Ketentuan umum peraturan zonasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (1)

huruf a digunakan sebagai pedoman penyusunan peraturan zonasi.(2) Ketentuan umum peraturan zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a. ketentuan umum peraturan zonasi struktur ruang;b. ketentuan umum peraturan zonasi pola ruang; danc. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan strategis.

[47]

Page 48: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

(3) Ketentuan umum peraturan zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) digunakan sebagai pedoman bagi Kabupaten dalam menerbitkan perizinan.

Bagian KetigaKetentuan Umum Peraturan Zonasi Struktur Ruang

Pasal 45Ketentuan umum peraturan zonasi struktur ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (2) huruf a meliputi:

a. ketentuan umum peraturan zonasi sistem pusat kegiatan; danb. ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan prasarana wilayah.

Paragraf 1Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Sistem Pusat Kegiatan

Pasal 46(1) Ketentuan umum peraturan zonasi sistem pusat kegiatan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 47 huruf a meliputi:a. ketentuan umum peraturan zonasi pada sistem perkotaan; danb. ketentuan umum peraturan zonasi pada sistem perdesaan.

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi pada sistem perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a disusun dengan ketentuan:

a. Ketentuan umum peraturan zonasi PKW Nunukan disusun dengan ketentuan :1. boleh untuk kegiatan perkotaan berskala provinsi, didukung fasilitas dan

prasarana yang sesuai dengan skala pelayanan antar daerah;

2. intensitas pemanfaatan ruang tingkat menengah yang berkelanjutan melalui pengendalian pengembangan hunian horisontal, dapat dikembangkan bangunan bertingkat serta kasiba dan lisiba;

3. pelarangan terhadap kegiatan yang tidak sesuai dan/atau dapat menurunkan kualitas lingkungan permukiman perkotaan; dan

4. pembatasan terhadap kegiatan bukan perkotaan yang dapat mengurangi fungsi sebagai kawasan perkotaan.

b. Ketentuan umum peraturan zonasi PKL, disusun dengan ketentuan : 1. boleh untuk kegiatan perkotaan berskala kabupaten, didukung fasilitas dan

prasarana yang sesuai dengan skala pelayanan antar kecamatan;2. intensitas pemanfaatan ruang sedang hingga tinggi, dan dapat dikembangkan

bangunan bertingkat serta kasiba dan lisiba;3. pelarangan terhadap kegiatan yang tidak sesuai dan/atau dapat menurunkan

kualitas lingkungan permukiman perkotaan; dan4. pembatasan terhadap kegiatan bukan perkotaan yang dapat mengurangi fungsi

sebagai kawasan perkotaan.c. Ketentuan umum peraturan zonasi PPK, disusun dengan ketentuan :

1. boleh untuk kegiatan perkotaan berskala perkotaan, didukung fasilitas dan prasarana yang sesuai dengan skala pelayanan kecamatan dan beberapa desa;

2. intensitas pemanfaatan ruang rendah hingga sedang, dan mulai dikembangkan bangunan bertingkat serta kasiba dan lisiba;

3. pelarangan terhadap kegiatan yang tidak sesuai dan/atau dapat menurunkan kualitas lingkungan permukiman perkotaan; dan

4. pembatasan terhadap kegiatan bukan perkotaan yang dapat mengurangi fungsi sebagai kawasan perkotaan.

[48]

Page 49: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

(3) Ketentuan umum peraturan zonasi pada sistem perdesaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b disusun dengan ketentuan:a. diperbolehkan pemanfaatan ruang disekitar jaringan prasarana mendukung

berfungsinya sistem perdesaan dan jaringan prasarana;b. diperbolehkan penyediaan fasilitas dan infrastruktur untuk peningkatan kegiatan

perdesaan;c. pembatasan intensitas pemanfaatan ruang agar tidak mengganggu fungsi sistem

perdesaan dan jaringan prasarana; dand. pelarangan pemanfaatan ruang yang menyebabkan gangguan terhadap

berfungsinya sistem perdesaan dan jaringan prasarana.

Paragraf 2Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Sistem Jaringan Prasarana Wilayah

Pasal 47(1) Ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan prasarana wilayah sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 47 huruf b terdiri atas:a. ketentuan umum peraturan zonasi sistem prasarana utama; danb. ketentuan umum peraturan zonasi sistem prasarana lainnya.

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi sistem prasarana utama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:a. ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan transportasi darat;b. ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan perkeretaapian;c. ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan transportasi laut; dand. ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan transportasi udara.

(3) Ketentuan umum peraturan zonasi sistem prasarana lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar sistem jaringan energi;b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar sistem jaringan telekomunikasi;c. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar sistem jaringan sumberdaya air; d. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar sistem jaringan prasarana

lingkungan; dane. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar jalur dan ruang evakuasi.

Pasal 48(1) Ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan transportasi darat sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 49 ayat (2) huruf a terdiri atas :a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar jaringan jalan dan jembatan;b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar jaringan prasarana lalu lintas

angkutan jalan;c. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar jaringan pelayanan lalu lintas

angkutan jalan; dan d. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar jaringan transportasi sungai,

danau, dan penyeberangan.(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar jaringan jalan dan jembatan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar jalan tol;b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar jalan arteri primer;c. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar jalan kolektor primer; dan d. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar jalan lokal primer.

(3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar jalan tol sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a disusun dengan ketentuan:

[49]

Page 50: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

a. diperbolehkan untuk prasarana pergerakan yang menghubungkan antar pusat kegiatan yang mempunyai spesifikasi dan pelayanan lebih tinggi daripada jalan umum yang ada;

b. intensitas bangunan di sepanjang jalan tol adalah rendah;c. pelarangan alih fungsi lahan yang berfungsi lindung di sepanjang jalan tol;d. pembatasan terhadap bangunan dengan penetapan garis sempadan bangunan dan

penetapan batas lahan ruang pengawasan jalan serta jalan akses yang tidak mengganggu fungsi jalan tol;

e. ketinggian bangunan maksimum 2 lantai; danf. pembatasan alih fungsi lahan budidaya disepanjang jalan tol agar tidak mengganggu

fungsinya.(4) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar jalan arteri primer sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) huruf b disusun dengan ketentuan:a. diperbolehkan untuk prasarana pergerakan yang menghubungkan antar pusat-pusat

kegiatan utama pada skala pelayanan nasional dan provinsi;b. pembatasan terhadap bangunan dengan penetapan garis sempadan bangunan yang

terletak ditepi jalan arteri primer;c. pelarangan alih fungsi lahan yang berfungsi lindung di sepanjang jalan arteri primer;d. dapat juga dimanfaatkan bagi pergerakan lokal dengan tidak mengurangi fungsi per

gerakan antar pusat-pusat utama tersebut; dane. pembatasan alih fungsi lahan berfungsi budidaya di sepanjang jalan arteri primer

agar tidak mengurangi fungsi pergerakan antar pusat-pusat utama.(5) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar jalan kolektor primer sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) huruf c disusun dengan ketentuan:a. diperbolehkan untuk prasarana pergerakan yang menghubungkan antar pusat-pusat

kegiatan pada skala provinsi;b. dapat juga dimanfaatkan bagi pergerakan lokal dengan tidak mengurangi fungsi

pergerakan antar pusat-pusat kegiatan dalam wilayah tersebut;c. pelarangan alih fungsi lahan yang berfungsi lindung di sepanjang jalan kolektor

primer;d. pembatasan terhadap bangunan dengan penetapan garis sempadan bangunan yang

terletak ditepi jalan kolektor primer; dane. pembatasan alih fungsi lahan berfungsi budidaya di sepanjang jalan kolektor primer

agar tidak mengurangi fungsi pergerakan antar pusat-pusat kegiatan dalam wilayah.(6) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar jalan lokal primer sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) huruf d disusun dengan ketentuan:a. diperbolehkan untuk prasarana pergerakan yang menghubungkan antar pusat-pusat

kegiatan dalam wilayah pada skala kabupaten;b. dapat juga dimanfaatkan bagi pergerakan lokal dengan tidak mengurangi fungsi

pergerakan antar pusat-pusat kegiatan dalam wilayah tersebut;c. pelarangan alih fungsi lahan berfungsi lindung di sepanjang jalan lokal primer;d. pembatasan terhadap bangunan dengan penetapan garis sempadan bangunan yang

terletak ditepi jalan lokal Primer; dane. pembatasan alih fungsi lahan berfungsi budidaya di sepanjang jalan Lokal primer

agar tidak mengurangi fungsi pergerakan antar pusat-pusat dalam wilayah.(7) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar jaringan prasarana lalu lintas

angkutan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berupa pembangunan dan peningkatan terminal penumpang dan barang disusun dengan ketentuan:a. diperbolehkan untuk prasarana terminal, sub terminal bagi pergerakan orang, barang

dan kendaraan;b. pelarangan terhadap pemanfaatan ruang di dalam lingkungan kerja terminal dan sub

terminal yang dapat mengganggu kegiatan tersebut; danc. pembatasan terhadap pemanfaatan ruang di dalam lingkungan kerja terminal dan

sub terminal yang harus memperhatikan kebutuhan ruang.

[50]

Page 51: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

(8) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar jaringan pelayanan lalu lintas angkutan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c disusun dengan ketentuan:a. diperbolehkan melalui trayek sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan;b. pembatasan trayek dalam satu ruas jalan untuk mencegah kemacetan dan

pemerataan jalur;c. tidak diperbolehkan angkutan kota antar provinsi melalui jalan kota; dand. diperbolehkan penyediaan halte untuk penurunan penumpang.

(9) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar jaringan transportasi sungai, danau, dan penyeberangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d disusun dengan ketentuan:a. pelarangan kegiatan yang mengganggu keselamatan dan keamanan pelayaran;b. ketentuan pelarangan kegiatan di ruang udara bebas di atas perairan yang

berdampak pada keberadaan alur pelayaran sungai, danau dan penyeberangan;c. ketentuan pelarangan kegiatan di bawah perairan yang berdampak pada keberadaan

alur pelayaran sungai, danau dan penyeberangan; dand. pembatasan pemanfaatan perairan yang berdampak pada keberadaan alur

pelayaran sungai, danau dan penyeberangan, termasuk pemanfaatan ruang di pelabuhan sungai, danau dan penyeberangan.

Pasal 49(1) Ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan perkeretaapian sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 49 ayat (2) huruf b terdiri atas:a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar jaringan jalur kereta api; danb. ketentuan umum peraturan zonasi bagi peningkatan stasiun kereta api sesuai

standar.(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar jaringan jalur kereta api

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a disusun dengan ketentuan:a. pemanfaatan ruang di sepanjang sisi jaringan jalur kereta api disusun dengan

intensitas menengah hingga tinggi yang kecenderungan pengembangan ruangnya dibatasi;

b. ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang pengawasan jalur kereta api yang dapat mengganggu kepentingan operasi dan keselamatan transportasi perkeretaapian;

c. pembatasan pemanfaatan ruang yang peka terhadap dampak lingkungan akibat lalu lintas kereta api di sepanjang jalur kereta api;

d. pembatasan jumlah perlintasan sebidang antara jaringan jalur kereta api dan jalan; dan

e. penetapan garis sempadan bangunan di sisi jaringan jalur kereta api dengan memperhatikan dampak lingkungan dan kebutuhan pengembangan jaringan jalur kereta api.

(3) Ketentuan umum peraturan zonasi bagi peningkatan stasiun kereta api sesuai standar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b disusun dengan ketentuan:a. diperbolehkan untuk peningkatan sarana dan prasarana stasiun kereta api bagi

peningkatan pelayanan;b. pelarangan terhadap pemanfaatan ruang di dalam lingkungan kerja stasiun kereta

api yang dapat mengganggu kegiatan pelayanan; danc. pembatasan terhadap pemanfaatan ruang di dalam lingkungan kerja stasiun kereta

api yang harus memperhatikan kebutuhan ruang.

Pasal 50(1) Ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan transportasi laut sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 49 ayat (2) huruf c terdiri atas:

[51]

Page 52: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar pelabuhan; danb. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar alur pelayaran.

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar pelabuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a disusun dengan ketentuan:a. pengendalian pemanfaatan ruang untuk kebutuhan operasional dan pengembangan

kawasan pelabuhan;b. ketentuan pelarangan kegiatan di ruang udara bebas di atas badan air yang

berdampak pada keberadaan jalur transportasi laut; danc. pembatasan pemanfaatan ruang di lingkungan kerja dan kepentingan pelabuhan,

yang telah mendapatkan izin sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.(3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar alur pelayaran sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf b disusun dengan ketentuan:a. pengendalian pemanfaatan ruang pada badan air di sepanjang alur pelayaran sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan; danb. pemanfaatan ruang pada kawasan pesisir dan pulau kecil di sekitar badan air di

sepanjang alur pelayaran yang dilakukan dengan tidak mengganggu aktivitas pelayaran.

Pasal 51Ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan transportasi udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (2) huruf d disusun dengan ketentuan:a. pengendalian pemanfaatan ruang untuk kebutuhan operasional dan pengembangan

kawasan bandara;b. perlindungan terhadap fungsi kawasan lindung;c. perlindungan terhadap lahan pertanian pangan berkelanjutan;d. pemanfaatan ruang di sekitar bandara sesuai dengan kebutuhan pengembangan

bandara berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan; dane. penetapan batas-batas kawasan keselamatan operasi penerbangan dan kebisingan.

Pasal 52Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (3) huruf a disusun dengan ketentuan :

a. pemanfaatan ruang di sekitar pembangkit tenaga listrik yang memperhitungkan jarak aman dari kegiatan lain;

b. ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang bebas di sepanjang jalur transmisi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

c. pembatasan pemanfaatan ruang di sekitar pembangkit tenaga listrik, jaringan SUTT dan SUTET dengan memperhatikan keselamatan dan keamanan sekitarnya.

Pasal 53Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (3) huruf b disusun dengan ketentuan : a. kegiatan pertanian yang diperbolehkan, berupa lahan basah dan lahan kering maupun

ruang terbuka hijau sepanjang tidak menganggu batas yang ditetapkan;b. pelarangan pemanfaatan ruang bebas di sekitar menara pemancar sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan; danc. pembatasan pemanfaatan ruang untuk penempatan menara pemancar telekomunikasi

bersama yang memperhitungkan aspek keamanan dan keselamatan aktivitas kawasan di sekitarnya.

[52]

Page 53: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Pasal 54(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar sistem jaringan sumberdaya air

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (3) huruf c meliputi:a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar wilayah sungai;b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar waduk dan embung;c. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar prasarana daerah irigasi;d. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar prasarana air bersih; dane. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar prasarana pengendalian banjir.

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar wilayah sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a disusun dengan ketentuan:a. pemanfaatan ruang pada kawasan di sekitar wilayah sungai dengan tetap menjaga

kelestarian lingkungan dan fungsi lindung kawasan; danb. pemanfaatan ruang di sekitar wilayah sungai lintas daerah dilakukan secara selaras

dengan pemanfaatan ruang pada wilayah sungai di kabupaten/ kota yang berbatasan dengan Kabupaten Nunukan.

(3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar waduk dan embung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b disusun dengan ketentuan:a. kegiatan perikanan diperbolehkan sepanjang tidak merusak tatanan

lingkungan dan bentang alam yang akan menggagu kualitas maupun kuantitas air;b. pelarangan terhadap pemanfaatan ruang dan kegiatan di sekitar

waduk/bendungan yang dapat mengganggu kualitas sumberdaya air; danc. pembatasan terhadap pemanfaatan ruang di sekitar wilayah waduk

agar tetap dapat dijaga kelestariannya.(4) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar prasarana daerah irigasi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c disusun dengan ketentuan:a. kegiatan pertanian yang diperbolehkan sepanjang tidak merusak tatanan lingkungan

dan bentang alam yang akan menggagu kualitas maupun kuantitas air;

b. pelarangan terhadap pemanfaatan ruang dan kegiatan di sekitar daerah irigasi yang dapat mengganggu kualitas sumberdaya air; dan

c. pembatasan terhadap pemanfaatan ruang di sekitar daerah irigasi agar tetap dapat dijaga kelestariannya.

(5) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar prasarana air bersih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d disusun dengan ketentuan:

a. kegiatan pertanian yang diperbolehkan sepanjang tidak merusak tatanan lingkungan dan bentang alam yang akan mengganggu kualitas maupun kuantitas air;

b. pelarangan terhadap pemanfaatan ruang dan kegiatan di sekitar sumberdaya air yang dapat mengganggu kualitas sumberdaya air; dan

c. pembatasan terhadap pemanfaatan ruang di sekitar wilayah sungai dan waduk agar tetap dapat dijaga kelestarian lingkungan dan fungsi lindung kawasan.

(6) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar prasarana pengendalian banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e disusun dengan ketentuan:

a. kegiatan pertanian yang diperbolehkan sepanjang tidak merusak tatanan lingkungan dan bentang alam yang akan menggagu sistem pengendali banjir;

b. pelarangan terhadap pemanfaatan ruang dan kegiatan di sekitar sistem pengendali banjir; dan

c. pembatasan terhadap pemanfaatan ruang di sekitar sistem pengendali banjir agar tetap sesuai dengan fungsinya.

Pasal 55(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar sistem jaringan prasarana

lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (3) huruf d meliputi:a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar sistem jaringan drainase;b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar sistem jaringan persampahan;

[53]

Page 54: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

c. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar sistem jaringan air minum; dand. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar sistem jaringan pengelolaan

limbah.(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar sistem jaringan drainase

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a disusun dengan ketentuan:a. kegiatan pertanian dan RTH diperbolehkan, sepanjang tidak merusak tatanan

lingkungan dan bentang alam yang akan mengganggu sistem drainase;b. pelarangan terhadap pemanfaatan ruang dan kegiatan di sekitar sungai dan saluran

utama untuk kegiatan yang akan merusak sistem drainase; danc. pembatasan terhadap pemanfaatan ruang di sekitar sungai dan saluran utama agar

tetap dapat dijaga kelestariannya.(3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar sistem jaringan persampahan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b disusun dengan ketentuan:a. kegiatan daur ulang sampah diperbolehkan sepanjang tidak merusak lingkungan dan

bentang alam maupun perairan setempat;b. pelarangan terhadap pemanfaatan ruang dan kegiatan di sekitar persampahan yang

dapat mengganggu kualitas lingkungan; danc. pembatasan terhadap pemanfaatan ruang di sekitar persampahan agar dapat

dipantau kelestariannya.(4) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar sistem jaringan air minum

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c disusun dengan ketentuan:a. kegiatan pertanian yang diperbolehkan sepanjang tidak merusak tatanan lingkungan

dan bentang alam yang akan menggagu kualitas maupun kuantitas air;b. pelarangan terhadap pemanfaatan ruang dan kegiatan di sekitar mata air yang dapat

mengganggu kualitas air; danc. pembatasan terhadap pemanfaatan ruang di sekitar mata air agar tetap dapat dijaga

kelestarian lingkungan dan fungsi lindung kawasan.(5) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar sistem jaringan pengelolaan limbah

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi:a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar sistem air limbah domestik;b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar sistem air limbah industri; danc. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar sistem limbah B3.

(6) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar sistem air limbah domestik sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf a meliputi:a. kegiatan pertanian diperbolehkan sepanjang tidak merusak lingkungan dan bentang

alam yang akan menganggu unit pengolahan limbah domestik;b. pelarangan terhadap pemanfaatan ruang dan kegiatan di sekitar pengolahan limbah

domestik dengan radius kurang lebih 100,00 m2; danc. pembatasan terhadap pemanfaatan ruang di sekitar pengolahan limbah domestik

agar tetap dapat dijaga keberlanjutannya.(7) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar sistem air limbah industri

sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf b meliputi:a. kegiatan pertanian diperbolehkan sepanjang tidak merusak lingkungan dan bentang

alam yang akan menganggu unit pengolahan air limbah industri;b. pelarangan terhadap pemanfaatan ruang dan kegiatan di sekitar pengolahan air

limbah industri dengan radius kurang lebih 150,00 m; danc. pembatasan terhadap pemanfaatan ruang di sekitar pengolahan air limbah industri

agar tidak menimbulkan pencemaran dan dampak lingkungan.(8) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar sistem limbah B3 sebagaimana

dimaksud pada ayat (5) huruf c meliputi:a. kegiatan pertanian diperbolehkan sepanjang tidak merusak lingkungan dan bentang

alam yang akan menganggu unit pengolahan limbah B3;b. pelarangan terhadap pemanfaatan ruang dan kegiatan di sekitar pengolahan limbah

B3 dengan radius kurang lebih 100,00 m; dan

[54]

Page 55: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

c. pembatasan terhadap pemanfaatan ruang di sekitar pengolahan limbah B3 agar tetap dapat dijaga keberlanjutannya.

Pasal 56Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar jalur dan ruang evakuasi bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (3) huruf e disusun dengan ketentuan :

a. keberadaan ruang terbuka diperbolehkan sepanjang tidak merusak tatanan lingkungan dan bentang alam yang akan mengganggu kualitas lingkungan;

b. pelarangan terhadap pemanfaatan ruang dan kegiatan di ruang terbuka yang dapat mengganggu jalur dan ruang evakuasi bencana; dan

c. pembatasan terhadap penggunaan pemanfaatan ruang di sekitar ruang terbuka agar tetap dapat berfungsi sebagai jalur dan ruang evakuasi bencana.

Bagian KeempatKetentuan Umum Peraturan Zonasi Pola Ruang

Pasal 57Ketentuan umum peraturan zonasi pola ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (2) huruf b meliputi:

a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan lindung; danb. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan budidaya.

Paragraf 1Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Lindung

Pasal 58

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 huruf a terdiri atas:

a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan yang memberi perlidungan terhadap kawasan bawahannya;

b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perlindungan setempat;c. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar

budaya; dand. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan rawan bencana alam.

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan yang memberi perlindungan terhadap kawasan bawahannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a disusun dengan ketentuan:a. diperbolehkan pengembangan kegiatan pariwisata alam terbatas dengan syarat tidak

boleh merubah bentang alam;b. pelarangan seluruh kegiatan yang berpotensi mengurangi luas kawasan hutan dan

tutupan vegetasi; dan c. diperbolehkan kegiatan budidaya untuk penduduk asli dengan luasan tetap, tidak

mengurangi fungsi lindung kawasan dan dibawah pengawasan ketat.d. diperbolehkan dilakukan penyediaan sumur resapan atau waduk pada lahan

terbangun yang sudah ada;e. diizinkan untuk kegiatan hutan rakyat;f. diperbolehkan permukiman yang sudah terbangun di kawasan resapan air sebelum

ditetapkan sebagai kawasan lindung dengan syarat:1. tingkat kerapatan bangunan rendah dengan KDB maksimum 20 (dua puluh)

persen dan KLB maksimum 40 (empat puluh) persen;

[55]

Page 56: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

2. perkerasan permukiman menggunakan bahan yang memiliki daya serap tinggi; dan

3. dalam kawasan resapan air apabila diperlukan disarankan dibangun sumur-sumur resapan dan/atau waduk sesuai ketentuan yang berlaku.

g. diizinkan terbatas untuk kegiatan budidaya tidak terbangun yang memiliki kemampuan tinggi dalam menahan limpasan air hujan;

h. diperbolehkan wisata alam dengan syarat tidak mengubah bentang alam; i. dibolehkan kegiatan pendidikan dan penelitian dengan syarat tidak mengubah

bentang alam; danj. pelarangan untuk seluruh jenis kegiatan yang mengganggu fungsi resapan air.

(3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas:a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sempadan pantai;b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sempadan sungai;c. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar waduk atau situ;d. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar mata air; dane. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan ruang terbuka hijau perkotaan.

(4) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sempadan pantai sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a meliputi:a. pengoptimalan pemanfaatan ruang terbuka hijau;b. pelarangan pemanfaatan dan kegiatan pada kawasan yang mengurangi fungsi

kawasan;c. diperkenankan kegiatan fisik buatan untuk perlindungan kawasan; d. diperbolehkan dilakukan kegiatan budidaya pesisir, dan ekowisata pada kawasan

sempadan pantai yang termasuk zona pemanfaatan terbatas dalam wilayah pesisir;e. diperbolehkan di dalam kawasan sempadan pantai yang termasuk zona lain dalam

wilayah pesisir sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;f. pelarangan membuang limbah secara langsung; dang. lahan milik negara dan merupakan lahan bebas diperuntukkan bagi perluasan

kawasan lindung.(5) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sempadan sungai sebagaimana dimaksud

pada ayat (3) huruf b meliputi:a. ketentuan lebar sempadan sungai sesuai ketentuan berlaku meliputi:

1. sekurang-kurangnya 5 meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul di luar kawasan perkotaan dan 3 meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul di dalam kawasan perkotaan;

2. sekurang-kurangnya 100 meter di kanan kiri sungai besar dan 50 meter di kanan kiri sungai kecil yang tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan;

3. sekurang-kurangnya 10 meter dari tepi sungai untuk sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 meter;

4. sekurang-kurangnya 15 meter dari tepi sungai untuk sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 meter sampai dengan 20 meter;

5. sekurang-kurangnya 30 meter dari tepi sungai untuk sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 20 meter; dan

6. sekurang-kurangnya 100 meter dari tepi sungai untuk sungai yang terpengaruh pasang surut air laut, dan berfungsi sebagai jalur hijau.

b. pelarangan membuang limbah industri ke sungai;c. pengoptimalan pemanfaatan ruang terbuka hijau;d. pelarangan pendirian bangunan selain bangunan pengelolaan badan air dan/atau

pemanfaatan air; dane. diperbolehkan pengembangan kegiatan budidaya perikanan air tawar.

(6) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar waduk atau situ sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c meliputi:a. diperbolehkan pemanfaatan ruang terbuka hijau;

[56]

Page 57: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

b. tidak diperkenankan alih fungsi lindung yang menyebabkan kerusakan kualitas sumber air;

c. diperbolehkan membangun waduk yang digunakan untuk pariwisata selama tidak mengurangi kualitas tata air yang ada;

d. tidak boleh menggunakan lahan secara langsung untuk bangunan yang tidak berhubungan dengan konservasi waduk;

e. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang fungsi taman rekreasi; f. diperkenankan dilakukan kegiatan penunjang pariwisata alam sesuai ketentuan yang

berlaku; dang. ketentuan lebar sempadan sesuai dengan ketentuan meliputi:

1. kawasan sempadan waduk besar ditetapkan selebar 10 (seratus) meter diatas permukaan laut) di sekitar daerah genangan;

2. kawasan sempadan waduk kecil ditetapkan selebar 50 (lima puluh) meter di sekitar genangan dari air pasang tertinggi;

3. kriteria garis sempadan bangunan terhadap waduk paling sedikit 100 (seratus) meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat;

4. pembuatan sabuk hijau dengan lebar 100 (seratus) meter; dan5. penetapan kawasan penyangga di luar kawasan sempadan waduk dengan jarak

1.000 (seribu) meter.(7) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar mata air sebagaimana dimaksud

pada ayat (3) huruf d meliputi:a. diizinkan kegiatan preservasi dan konservasi seperti reboisasi lahan;b. tidak diperkenankan alih fungsi lindung yang menyebabkan kerusakan kualitas

sumber air;c. diperkenankan pemanfaatan sempadan mata air untuk air minum atau irigasi;d. diizinkan digunakan untuk pariwisata selama tidak mengurangi kualitas tata air yang

ada;e. tidak boleh menggunakan lahan secara langsung untuk bangunan yang tidak

berhubungan dengan konservasi mata air;f. diperbolehkan pemanfaatan ruang terbuka hijau; g. pelarangan kegiatan yang dapat menimbulkan pencemaran terhadap mata air; danh. ketentuan kawasan perlindungan pada sekitar sumber mata air meliputi:

1. perlindungan setempat difokuskan pada badan air dari mata air;2. perlindungan setempat kawasan sekitar sumber mata air di luar kawasan

permukiman ditetapkan minimal radius 200 (dua ratus) meter;3. perlindungan setempat kawasan sekitar sumber mata air di kawasan permukiman

ditetapkan minimal radius 100 (seratus) meter; dan4. kawasan dengan radius 15 (lima belas) meter dari sumber mata air harus bebas

dari bangunan kecuali bangunan penyaluran air.

(8) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan ruang terbuka hijau perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf e meliputi:a. diperbolehkan pemanfaatan ruang terbuka hijau sebagai konservasi lingkungan,

peningkatan keindahan kota, rekreasi, dan sebagai penyeimbang guna lahan industri dan permukiman;

b. diperbolehkan pendirian bangunan yang menunjang kegiatan rekreasi dan fasilitas umum lainnya;

c. diwajibkan penyediaan tanah pemakaman minimal seluas 1 (satu) hektar pada masing-masing kelurahan;

d. pelarangan seluruh kegiatan yang bersifat alih fungsi RTH; dane. pelarangan pendirian bangunan yang bersifat permanen.

(9) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c disusun dengan ketentuan:

a. tidak diperbolehkan adanya alih fungsi kawasan dan hanya dimanfaatkan untuk kegiatan penelitian, pendidikan, dan pariwisata;

[57]

Page 58: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

b. dilarang melakukan kegiatan dan pendirian bangunan yang tidak sesuai dengan fungsi kawasan; dan

c. diperbolehkan pengembangan sarana dan prasarana pada kawasan situs-situs yang dijadikan objek wisata dengan syarat berada di luar situs.

(10) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d terdiri atas:

a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan rawan tanah longsor;b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan rawan gelombang pasang atau tsunami;c. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan rawan banjir;d. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan rawan angin puting beliung; dane. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan rawan kekeringan.

(11) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan rawan tanah longsor sebagaimana dimaksud pada ayat (11) huruf a disusun dengan ketentuan:

a. pengoptimalan konservasi pada kawasan rawan longsor;b. tidak diizinkan kegiatan yang mengganggu fungsi lindung kawasan rawan bencana

longsor; danc. pembatasan pendirian bangunan kecuali untuk kepentingan pemantauan ancaman

bencana dan kepentingan umum.

(12) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan rawan gelombang pasang atau tsunami sebagaimana dimaksud pada ayat (11) huruf b disusun dengan ketentuan :

a. pengoptimalan konservasi pada kawasan rawan longsor;b. tidak diizinkan kegiatan yang mengganggu fungsi lindung kawasan rawan

gelombang pasang atau tsunami; danc. pembatasan pendirian bangunan kecuali untuk kepentingan pemantauan ancaman

bencana dan kepentingan umum.

(13) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan rawan banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (11) huruf c disusun dengan ketentuan:

a. diwajibkan pembuatan sumur resapan; b. diwajibkan penetapan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman penduduk; c. pembatasan pendirian bangunan selain untuk kepentingan pemantauan ancaman

bencana dan kepentingan umum;d. diperkenankan pemanfaatan dataran banjir bagi ruang terbuka hijau dan

pembangunan fasilitas umum dengan kepadatan rendah; dane. pelarangan pemanfaatan ruang bagi kegiatan permukiman dan fasilitas umum

penting lainnya.

(14) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan rawan angin puting beliung sebagaimana dimaksud pada ayat (11) huruf d disusun dengan ketentuan:

a. diperbolehkan bagi kegiatan budidaya secara terbatas; b. diperbolehkan pendirian bangunan untuk kepentingan pemantauan ancaman

bencana dan kepentingan umum; danc. tidak diperbolehkan kegiatan strategis.

(15) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan rawan kekeringan sebagaimana dimaksud pada ayat (11) huruf e disusun dengan ketentuan:

a. diijinkan untuk kegiatan budidaya guna meningkatkan daya resap air; danb. pembatasan alih fungsi lahan menjadi kawasan terbangun.

Paragraf 2Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Budidaya

Pasal 59

[58]

Page 59: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 huruf b terdiri atas:a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan hutan produksi;b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan pertanian;c. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan perikanan;d. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan pertambangan;e. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan industri;f. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan pariwisata;g. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan permukiman; danh. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan lainnya.

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan hutan produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a disusun dengan ketentuan:a. pembatasan pemanfaatan hasil hutan untuk menjaga kestabilan neraca sumber daya

kehutanan;b. pembatasan pendirian bangunan untuk menunjang kegiatan pemanfaatan hasil

hutan;c. tidak diperbolehkan kegiatan kehutanan dalam kawasan hutan produksi yang

menimbulkan gangguan lingkungan;d. diperbolehkan adalah kegiatan wisata; e. tidak diperbolehkan alih fungsi kawasan hutan produksi untuk kegiatan lain di luar

kehutanan; danf. diperbolehkan alih fungsi hutan produksi dengan syarat berpedoman pada peraturan

perundang-undangan berlaku.(3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan pertanian sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas:a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pertanian tanaman pangan;b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pertanian hortikultura;c. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perkebunan; dand. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peternakan.

(4) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pertanian tanaman pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a meliputi :a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pertanian lahan basah; danb. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pertanian lahan kering.

(5) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pertanian lahan basah sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a disusun dengan ketentuan:a. pelarangan alih fungsi LP2B selain untuk kepentingan umum dengan berpedoman

peraturan perundang-undangan; b. pelarangan tumbuhnya kegiatan perkotaan di sepanjang jalur transportasi yang

menggunakan lahan sawah dikonversi;c. diperbolehkan permukiman perdesaan di kawasan pertanian lahan basah non irigasi

teknis khususnya bagi penduduk yang bekerja disektor pertanian; d. tidak diperbolehkan menggunakan lahan yang dikelola dengan mengabaikan

kelestarian lingkungan;e. tidak diperbolehkan pemborosan penggunaan sumber air;f. diperbolehkan bangunan prasarana wilayah dan bangunan pendukung kegiatan

pertanian; dang. diperbolehkan kegiatan wisata alam secara terbatas, penelitian, dan pendidikan.

(6) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pertanian lahan kering sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b disusun dengan ketentuan:a. diperbolehkan alih fungsi lahan pertanian lahan kering tidak produktif menjadi

peruntukan lain secara selektif;b. diwajibkan pelaksanaan konservasi lahan;c. tidak diperbolehkan menggunakan lahan mengabaikan kelestarian lingkungan;d. diperbolehkan dialihfungsikan sesuai engan ketentuan peraturan perundang-

undangan;

[59]

Page 60: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

e. diperbolehkannya permukiman perdesaan bagi penduduk yang bekerja disektor pertanian;

f. diperbolehkan bangunan prasarana wilayah dan bangunan pendukung kegiatan pertanian; dan

g. diperbolehkan kegiatan wisata alam secara terbatas, penelitian, dan pendidikan.(7) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pertanian hortikultura sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) huruf b disusun dengan ketentuan:a. tidak diperbolehkan menggunakan lahan mengabaikan kelestarian lingkungan;b. diperbolehkan dialihfungsikan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;c. diperbolehkan permukiman perdesaan khususnya bagi penduduk yang bekerja

disektor pertanian; d. diperbolehkan bangunan prasarana wilayah dan bangunan pendukung kegiatan

pertanian; dane. diperbolehkan kegiatan wisata alam secara terbatas, penelitian, dan pendidikan.

(8) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c disusun dengan ketentuan:a. diwajibkan pelaksanaan konservasi lahan;b. diperbolehkan alih fungsi lahan perkebunan besar swasta terlantar untuk kegiatan

non perkebunan;c. diperbolehkannya permukiman perdesaan bagi penduduk yang bekerja disektor

perkebunan; d. tidak diperbolehkan penanaman jenis tanaman perkebunan bersifat menyerap air;e. tidak diperbolehkan merubah jenis tanaman perkebunan bagi kawasan perkebunan

besar yang tidak sesuai dengan perizinan;f. diperbolehkan bangunan pendukung kegiatan perkebunan dan jaringan prasarana

wilayah; dang. diperbolehkan alih fungsi kawasan perkebunan menjadi fungsi lainnya dengan syarat

sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.(9) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peternakan sebagaimana dimaksud pada

ayat (3) huruf d disusun dengan ketentuan:a. diperbolehkan bangunan prasarana wilayah dan bangunan pendukung kegiatan

peternakan; b. diperkenankan pengembangan sarana dan prasarana peternakan;c. tidak boleh mengembangkan kawasan peternakan yang dibebani fungsi pariwisata

merusak fungsi pariwisata; dand. tidak boleh mengakibatkan pencemaran dan kerusakan lingkungan lainnya.

(10) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c disusun dengan ketentuan:a. diperbolehkan bangunan prasarana wilayah dan bangunan pendukung kegiatan

perikanan;b. diperbolehkan pengembangan sarana dan prasarana perikanan;c. pembatasan pemanfaatan sumber daya perikanan tidak melebihi potensi lestari;d. tidak diperbolehkan pengembangan kawasan perikanan yang dibebani fungsi wisata

merusak fungsi pariwisata; dane. tidak boleh mengakibatkan pencemaran dan kerusakan lingkungan lainnya.

(11) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d disusun dengan ketentuan:a. kegiatan pertambangan baru dapat dilakukan dalam setiap kawasan zonasi lain

sesuai dengan ketentuan perijinan yang berlaku;b. diperbolehkan pembangunan sarana prasarana penunjang kegiatan pertambangan;c. tidak diperbolehkan pemanfaatan ruang yang mengganggu fungsi kawasan lindung

atau fungsi budidaya lainnya di sekitar kawasan pertambangan; d. pelarangan kegiatan penambangan di kawasan rawan bencana dengan tingkat

kerentanan tinggi; e. pelarangan kegiatan penambangan yang menimbulkan kerusakan lingkungan;

[60]

Page 61: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

f. wajib melaksanakan reklamasi pada lahan-lahan bekas galian/penambangan;g. pengembangan kawasan pertambangan dilakukan dengan mempertimbangkan

potensi bahan tambang, kondisi geologi dan geohidrologi dalam kaitannya dengan kelestarian lingkungan;

h. pengelolaan kawasan bekas penambangan harus direhabilitasi sesuai dengan zona peruntukan yang ditetapkan, sehingga menjadi lahan yang dapat digunakan kembali sebagai kawasan hijau, ataupun kegiatan budi daya lainnya dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian lingkungan hidup;

i. pada kawasan yang teridentifikasi keterdapatan minyak dan gas bumi serta panas bumi yang bersifat strategis nasional dan bernilai ekonomi tinggi, sementara lahan pada bagian atas kawasan tersebut meliputi kawasan lindung atau kawasan budi daya sawah yang tidak boleh alih fungsi, maka pengeboran eksplorasi dan/atau eksploitasi minyak dan gas bumi serta panas bumi dapat dilaksanakan, namun harus disertai AMDAL;

j. Kewajiban melakukan pengelolaan lingkungan selama dan setelah berakhirnya kegiatan penambangan;

k. Tidak diperbolehkan menambang batuan di perbukitan yang di bawahnya terdapat mata air penting atau pemukiman;

l. Tidak diperbolehkan menambang bongkah-bongkah batu dari dalam sungai yang terletak di bagian hulu dan di dekat jembatan;

m.Percampuran kegiatan penambangan dengan fungsi kawasan lain diperbolehkan sejauh mendukung atau tidak merubah fungsi utama kawasan;

n. Penambangan pasir atau sirtu di dalam badan sungai hanya diperbolehkan pada ruas-ruas tertentu yang dianggap tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan;

o. melengkapi perizinan sesuai ketentuan yang berlaku; danp. pelaksanaan kegiatan penambangan harus sesuai dengan ketentuan peraturan

perundangan.(12) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan industri sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf e disusun dengan ketentuan:a. diwajibkan penyediaan zona penyangga; b. diperbolehkan pemanfaatan ruang kegiatan industri baik sesuai dengan kemampuan

penggunaan teknologi, potensi sumberdaya alam dan SDM di sekitarnya;c. diperbolehkan kegiatan industri yang hemat dalam penggunaan air dan non-polutif;d. diperbolehkan kegiatan industri yang tidak mengakibatkan kerusakan atau alih fungsi

kawasan lindung;e. pelarangan bentuk kegiatan yang memberikan dampak merusak dan menurunkan

kualitas lingkungan; f. diwajibkan memiliki sistem pengolahan limbah yang tidak mengganggu kelestarian

lingkungan;g. diwajibkan menyediakan dan mengelola limbah B3; h. diwajibkan pengelolaan limbah terpadu sesuai standar keselamatan internasional

bagi industri yang lokasinya berdekatan;i. diperbolehkan kegiatan industri yang memiliki sumber air baku memadai dan

menjaga kelestariannya;j. diperbolehkan kegiatan industri yang memiliki sarana prasarana pengelolaan

sampah; k. diperbolekan kegiatan industri yang memiliki sistem drainase memadai;l. diperbolehkan kegiatan industri yang memiliki sumber energi untuk memenuhi

kebutuhan industri;m. diperbolehkan pengembangan zona industri pada sepanjang jalan arteri atau kolektor

dengan syarat dilengkapi frontage road; n. pembatasan pembangunan perumahan baru sekitar kawasan peruntukan industri; o. Industri baru diwajibkan berlokasi di kawasan peruntukan industri; dan

[61]

Page 62: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

p. Industri baru diwajibkan memanfaatkan sumber daya lokal.(13) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf f disusun dengan ketentuan:a. diperbolehkan kegiatan wisata, sarana dan prasarana dengan syarat tidak

mengganggu fungsi kawasan lindung;b. diperbolehkan pemanfaatan kawasan fungsi lindung untuk kegiatan wisata sesuai

azas konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, perlindungan terhadap situs peninggalan kebudayaan masa lampau;

c. diwajibkan penerapan ciri khas arsitektur daerah setempat pada setiap bangunan hotel dan fasilitas penunjang pariwisata;

d. diwajibkan penyediaan fasilitas parkir;e. diwajibkan penggunaan tata busana adat daerah pada petugas jasa pariwisata

sesuai dengan jenis jasa yang disediakan;f. diperbolehkan dilakukan penelitian dan pendidikan; dang. diperbolehkan optimalisasi pemanfaatan lahan-lahan tidur yang sementara tidak

diusahakan.(14) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan permukiman sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf g disusun dengan ketentuan:a. diwajibkan penyediaan kelengkapan, keselamatan bangunan, dan lingkungan;b. diwajibkan penetapan jenis dan syarat penggunaan bangunan;c. diwajibkan penyediaan drainase, sumur resapan, dan tendon air hujan yang

memadai;d. diwajibkan penyediaan fasilitas parkir;e. diperbolehkan peruntukan kawasan permukiman dialihfungsikan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan;f. diperbolehkan dibangun prasarana wilayah sesuai dengan ketentuan peraturan yang

berlaku;g. diperbolehkan adanya kegiatan industri skala rumah tangga dan fasilitas sosial

ekonomi lainnya dengan skala pelayanan lingkungan; danh. tidak diperbolehkan kegiatan yang menganggu fungsi permukiman dan

kelangsungan kehidupan sosial masyarakat.(15) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan lainnya sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf h terdiri atas:a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perdagangan dan jasa;b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pesisir dan laut;c. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan

negara; d. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pemerintahan; e. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan fasilitas umum dan fasilitas

sosial; danf. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan enclave.

(16) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perdagangan dan jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (16) huruf a disusun dengan ketentuan :a. pengendalian pertumbuhan dan penyebaran sarana dan prasarana perdagangan

dan jasa yang mengganggu fungsi kawasan lindung; b. pelarangan pengembangan kawasan perdagangan dan jasa yang menyebabkan

kerusakan kawasan resapan air dan pelarangan pengambilan air tanah di daerah yang telah ditetapkan sebagai zona pemanfaatan air tanah kritis dan rusak;

c. lokasi pasar penunjang yang berfungsi menampung produk pertanian dan didirikan berdekatan dengan sumber pasokan, serta tidak mengganggu fungsi kawasan lindung;

d. perdagangan perkulakan hanya boleh berlokasi pada akses sistem jaringan jalan arteri atau kolektor primer atau arteri sekunder;

[62]

Page 63: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

e. hypermarket dan pusat perbelanjaan hanya boleh berlokasi pada akses sistem jaringan jalan arteri atau kolektor dan tidak boleh berada pada lahan pelayanan lokal atau lingkungan di dalam kota/perkotaan;

f. supermarket dan departement store tidak boleh berlokasi pada sistem jaringan jalan lingkungan dan tidak boleh berada pada kawasan pelayanan lingkungan di dalam kota/perkotaan;

g. pelarangan penyelenggaraan perdagangan supermarket dan departement store pada lokasi sistem jaringan jalan lingkungan dan berlokasi di kawasan pelayanan lingkungan permukiman;

h. penyediaan areal parkir yang memadai dan fasilitas sarana umum lainnya di pusat perbelanjaan serta toko modern; dan

i. jarak lokasi pendirian pasar modern atau toko modern terhadap pasar tradisional paling sedikit 2 km.

(17) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pesisir dan laut sebagaimana dimaksud pada ayat (16) huruf b disusun dengan ketentuan :a. pemanfaatan ruang untuk permukiman petani/ nelayan dengan kepadatan rendah;b. pemanfaatan ruang untuk kawasan pemijahan dan/atau kawasan sabuk hijau;c. pengendalian pemanfaatan sumberdaya perikanan tidak melebihi potensi lestari; d. pembatasan kawasan budidaya tambak atau tanpa unit pengolahannya sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan;e. pemanfaatan pesisir dan laut untuk tujuan observasi, penelitian dan kompilasi data

dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan wajib melibatkan lembaga dan/atau instansi terkait dan/atau pakar setempat;

f. ketentuan memenuhi syarat pengelolaan lingkungan, memperhatikan kemampuan sistem tata air setempat serta menggunakan teknologi yang ramah lingkungan untuk kegiatan selain kegiatan konservasi, pendidikan, dan pelatihan;

g. pengendalian pemanfaatan bangunan sepanjang pesisir atau sempadan pantai;h. ketentuan peningkatan kualitas lingkungan permukiman serta prasarana dan sarana

dasar lingkungan permukiman di kawasan pesisir, serta penurunan luasan kawasan kumuh;

i. ketentuan penyediaan infrastruktur pendukung bagi bisnis kelautan dan wisata bahari; dan

j. ketentuan pengaturan dan penataan kawasan bisnis kelautan dan wisata bahari. (18) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan

negara sebagaimana dimaksud pada ayat (16) huruf c disusun dengan ketentuan:a. diwajibkan penetapan kawasan pertahanan dan keamanan negara sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan;b. pembatasan kegiatan budidaya di sekitar kawasan pertahanan dan keamanan

negara; danc. diperkenankan penyediaan infrastruktur pendukung kawasan pertahanan dan

keamanan negara ditetapkan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. (19) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pemerintahan sebagaimana dimaksud

pada ayat (16) huruf d disusun dengan ketentuan :a. diizinkan mengembangkan aktivitas budidaya produktif lainnya sebagai pendukung

aktivitas pemerintahan;b. dibolehkan pengembangan aktivitas budidaya lainnya dengan tidak mengganggu

aktivitas pemerintahan; danc. dilarang segala aktivitas budidaya yang akan mengganggu aktivitas pemerintahan.

(20) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan fasilitas umum dan fasilitas sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (16) huruf e disusun dengan ketentuan:a. diperbolehkan mengembangkan aktivitas budidaya produktif lainnya; danb. dilarang segala aktivitas budidaya yang akan mengganggu aktivitas.

(21) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan enclave sebagaimana dimaksud pada ayat (16) huruf f disusun dengan ketentuan:

[63]

Page 64: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

a. diperbolehkan mengembangkan aktivitas budidaya produktif yang mendukung fungsi kawasan lindung hutan dengan luasan tetap; dan

b. dilarang segala aktivitas budidaya yang akan mengganggu kawasan lindung hutan.

Bagian KelimaKetentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Strategis Kabupaten

Pasal 60(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan strategis sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 46 ayat (2) huruf c terdiri atas:a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan strategis dari sudut kepentingan

pertumbuhan ekonomi;b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi

dan daya dukung lingkungan hidup; dan(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan strategis kabupaten dari sudut kepentingan

pertumbuhan ekonomi, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a disusun dengan ketentuan:a. diperbolehkan pengembangan sarana dan prasarana penunjang guna menimbulkan

minat investasi;b. diperbolehkan perubahan fungsi ruang minimal melalui arahan bangunan vertikal

sesuai kondisi kawasan;c. diperbolekan penyediaan ruang terbuka hijau;d. diperbolehkan secara terbatas perubahan atau penambahan fungsi ruang tertentu

pada ruang terbuka di kawasan ini; dane. tidak diperbolehkan perubahan fungsi dasar.

(3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan strategis kabupaten lainnya sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b disusun dengan ketentuan:a. diwajibkan kawasan memiliki kerusakan fungsi lingkungan dikembalikan ke rona

awal;b. diperbolehkan kegiatan rehabilitasi lahan pada kerusakan lingkungan; c. diperbolehkan pembuatan sumur resapan pada kawasan dengan kemampuan tanah

meresapkan air; dand. diperbolehkan penambahan bangunan penunjang kepentingan pariwisata.

Bagian KeenamKetentuan Perizinan

Paragraf 1Umum

Pasal 61(1) Ketentuan perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (1) huruf b adalah

ketentuan perizinan yang terkait dengan izin pemanfaatan ruang yang menurut ketentuan perundang-undangan harus ditempuh dan dimiliki sebelum pelaksanaan pemanfaatan ruang.

(2) Ketentuan perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :a. bentuk izin pemanfaatan ruang; danb. mekanisme pemberian izin pemanfaatan ruang.

(3) Ketentuan perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan acuan bagi pejabat yang berwenang dalam pemberian izin pemanfaatan ruang berdasarkan rencana struktur dan pola ruang yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini.

(4) Izin pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah : a. Izin lokasi dan/atau fungsi ruang;b. Amplop ruang; dan

[64]

Page 65: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

c. Kualitas ruang.(5) Izin pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diberikan untuk :

a. menjamin pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang, peraturan zonasi, dan standar pelayanan minimal bidang penataan ruang;

b. mencegah dampak negatif pemanfaatan ruang; danc. melindungi kepentingan umum dan masyarakat luas.

(6) Izin pemanfaatan ruang diberikan kepada calon pengguna ruang yang akan melakukan kegiatan pemanfaatan ruang pada suatu kawasan atau zona berdasarkan rencana tata ruang.

(7) Dalam proses perolehan izin pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dapat dikenakan retribusi.

(8) Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (6) merupakan biaya untuk administrasi perizinan.

Paragraf 2Bentuk Izin Pemanfaatan Ruang

Pasal 62(1) Izin pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (2) huruf a

meliputi :a. izin prinsip;b. izin lokasi;c. izin penggunaan pemanfaatan tanah; d. izin mendirikan bangunan; dane. izin lain berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Izin prinsip sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah persetujuan pendahuluan yang diberikan kepada orang atau badan hukum untuk menanamkan modal atau mengembangkan kegiatan atau pembangunan di wilayah kabupaten, dengan ketentuan :a. izin prinsip yang diberikan harus sesuai dengan arahan kebijakan dan alokasi

penataan ruang wilayah; danb. izin prinsip dipakai sebagai kelengkapan persyaratan teknis permohonan izin lainnya,

yaitu izin lokasi, izin penggunaan pemanfaatan tanah, izin mendirikan bangunan, dan izin lainnya.

(3) Izin lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah izin yang diberikan kepada pemohon untuk memperoleh ruang yang diperlukan dalam rangka melakukan aktivitasnya, dengan ketentuan : a. izin lokasi merupakan dasar untuk melakukan pembebasan lahan dalam rangka

pemanfaatan ruang. b. izin lokasi diberikan berdasarkan izin prinsip apabila berdasarkan peraturan daerah

yang berlaku diperlukan izin prinsip. c. izin lokasi diberikan berdasarkan rencana tata ruang wilayah kabupaten.

(4) Izin penggunaan pemanfaatan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c adalah izin pemanfaatan lahan untuk suatu kegiatan.

(5) Izin mendirikan bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d adalah izin untuk melakukan kegiatan pembangunan fisik bangunan yang diberikan kepada orang atau badan yang akan melakukan mendirikan bangunan.

(6) Izin lain sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) huruf e adalah izin usaha pengembangan sektoral yang disyaratkan sesuai peraturan perundang-undangan.

(7) Ketentuan lebih Ianjut mengenai izin pemanfaatan ruang sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (6) ditetapkan dengan peraturan bupati.

[65]

Page 66: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Paragraf 3Mekanisme Pemberian Izin Pemanfaatan Ruang

Pasal 63(1) Mekanisme pemberian izin pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63

ayat (2) huruf b meliputi :a. pemberian izin pemanfaatan ruang dilakukan menurut prosedur sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan;b. pemberian izin diberikan oleh pejabat yang berwenang dengan mengacu pada

rencana tata ruang dan peraturan zonasi;c. pemberian izin dilakukan secara terkoordinasi melalui Organisasi Perangkat Daerah

sesuai kewenangannya dengan mempertimbangkan rekomendasi hasil forum BKPRD berdasarkan rangkuman berbagai pertimbangan kajian dan rekomendasi dari dinas teknis dan instansi terkait yang berwenang;

d. izin pemanfaatan ruang yang diperoleh melalui prosedur yang benar tetapi kemudian terbukti tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah kabupaten, dibatalkan oleh pemerintah kabupaten sesuai dengan kewenangannya;

e. izin pemanfaatan ruang yang dikeluarkan dan/atau diperoleh dengan tidak melalui prosedur yang benar, batal demi hukum;

f. terhadap kerugian yang ditimbulkan akibat pembatalan izin sebagaimana dimaksud pada huruf e dapat dimintakan penggantian yang layak kepada pemerintah kabupaten melalui organisasi perangkat daerah pemberi izin;

g. izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai lagi akibat adanya perubahan rencana tata ruang wilayah dapat dibatalkan oleh pemerintah kabupaten dengan memberikan ganti kerugian yang layak.

h. Setiap pejabat pemerintah kabupaten yang berwenang menerbitkan izin pemanfaatan ruang dilarang menerbitkan rekomendasi dan/ atau izin yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.

i. Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur perolehan izin dan tata cara penggantian yang layak sebagaimana dimaksud pada huruf f dan ayat (7) dan ayat (9) diatur dengan peraturan bupati.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian izin pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan peraturan bupati.

Bagian KetujuhKetentuan Pemberian Insentif dan Disinsentif

Paragraf 1Umum

Pasal 64Ketentuan pemberian insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (1) huruf c meliputi:

a. Insentif merupakan imbalan yang diberikan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang; dan

b. Disinsentif merupakan imbalan yang diberikan untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang.

[66]

Page 67: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Paragraf 2Ketentuan Pemberian Insentif

Pasal 65

(1) Insentif yang diberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 huruf a meliputi:

a. insentif yang diberikan kepada masyarakat yang lahannya dijadikan lahan pertanian berkelanjutan;

b. insentif yang diberikan kepada pengusaha dan swasta dalam pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang; dan

c. insentif yang diberikan kepada pemerintahan kecamatan atau desa apabila dalam pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang.

(2) Insentif yang diberikan kepada masyarakat yang mau lahannya dijadikan lahan pertanian berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:

a. kemudahan memperoleh pinjaman dengan bunga rendah, pupuk dan pemasaran;b. pembangunan dan peningkatan infrastruktur;c. kemudahan prosedur perizinan; dand. pemberian penghargaan kepada masyarakat.

(3) Insentif yang diberikan kepada pengusaha dan swasta dalam pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:

a. kemudahan prosedur perizinan; b. pemberian penghargaan; danc. pembangunan serta pengadaan infrastruktur.

(4) Insentif yang diberikan kepada pemerintahan kecamatan atau desa apabila dalam pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi :

a. kemudahan prosedur perizinan; b. kemudahan dalam mendapatkan kegiatan pembangunan serta pengadaan

infrastruktur; danc. pemberian penghargaan dan kenaikan pangkat.

(5) Ketentuan mengenai tata cara tentang pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Peraturan Bupati.

Paragraf 3Ketentuan Pemberian Disinsentif

Pasal 66(1) Pemberian disinsentif untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi

kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 huruf b meliputi:a. disinsentif yang diberikan kepada masyarakat, pengusaha dan swasta dalam

pelaksanaan kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang; danb. disinsentif yang diberikan kepada pemerintahan kecamatan dan pemerintahan desa

dalam pelaksanaan kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang.(2) Disinsentif yang diberikan kepada masyarakat, pengusaha dan swasta dalam

pelaksanaan kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:

[67]

Page 68: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

a. pengenaan pajak yang tinggi, disesuaikan dengan besarnya biaya yang dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat tidak sejalan dengan pemanfaatan ruang;

b. pembatasan penyediaan infrastruktur; c. pengenaan kompensasi; d. izin tidak diperpanjang; dan e. penalti.

(3) Disinsentif yang diberikan kepada pemerintahan kecamatan dan pemerintahan desa dalam pelaksanaan kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b meliputi:a. diberhentikan dari urusan kepemerintahan; b. di non aktifkan dari jabatan; danc. pemecatan.

(4) Ketentuan mengenai tata cara tentang pemberian disinsentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Peraturan Bupati.

Bagian KedelapanArahan Sanksi

Pasal 67

(1) Sanksi dikenakan atas pelanggaran rencana tata ruang yang berakibat pada terhambatnya pelaksanaan program pemanfaatan ruang, baik yang dilakukan oleh penerima izin maupun pemberi izin.

(2) Pengenaan sanksi administratif berfungsi sebagai:a. perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan atau mengurangi kegiatan

yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang; danb. penertiban pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.

(3) Jenis pelanggaran rencana tata ruang terdiri atas : c. pelanggaran fungsi ruang; d. pelanggaran intensitas pemanfaatan ruang; e. pelanggaran tata massa bangunan; danf. pelanggaran kelengkapan prasarana bangunan.

(4) Pengenaan sanksi administratif ditetapkan berdasarkan:a. hasil pengawasan penataan ruang;b. tingkat simpangan implementasi rencana tata ruang;c. kesepakatan antar instansi yang berwenang; dand. peraturan perundang-undangan sektor terkait lainnya.

(5) Pengenaan sanksi administratif dilakukan secara berjenjang dalam bentuk:a. peringatan tertulis; b. penghentian sementara kegiatan;c. penghentian sementara pelayanan umum;d. penutupan lokasi;e. pencabutan izin;f. pembatalan izin;g. pembongkaran bangunan;h. pemulihan fungsi ruang; dan/ataui. denda administratif.

Pasal 68

[68]

Page 69: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

(1) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (5) huruf a diberikan oleh pejabat yang berwenang dalam penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang melalui penertiban surat peringatan tertulis sebanyak-banyaknya 3 (tiga) kali dengan tenggang waktu maksimal 7 (tujuh) hari.

(2) Penghentian sementara kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (5) huruf b dilakukan melalui langkah-langkah:a. penertiban surat pindah penghentian kegiatan sementara dari pejabat yang

berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;b. apabila pelanggar mengabaikan perintah penghentian kegiatan sementara,

pejabatan yang berwenang melakukan penertiban dengan menertibakan surat keputusan pengenaan sanksi penghentian semmentara secara paksa terhadap kegiatan pemanfaatan ruang;

c. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dengan memberitahukan kepad pelangar mengenai pengenaan sanksi pemberhentian kegiatan pemanfaatan ruang dan akan segera dilakukan tiandakan penertiban oleh aparat penertiban;

d. berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi, pejabat yang berwenang melakukan penertiban dengan bantuan aparat penertiban melakukan penghentian kegiatan pemanfaatan ruang secara paksa; dan

e. setelah kegiatan pemanfaatan ruang dihentikan, pejabat yang berwenang melakukan pengawasan agar kegiatan pemanfaatan ruang yang dihentikan tidak beroperasi kembali sampai dengan terpenuhinya kewajiban pelanggar untuk menesuaikan pemanfaatan ruangnya dengan rencana tata ruang dan/atau ketentuan teknis pemanfaatan ruang yang berlaku.

(3) Penghentian sementara pelayanan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (5) huruf c dilakukan melalui langkah-langkah:a. penertiban surat pemberitahuan penghentian sementara pelayanan umum dari

pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang (membuat surat pemberitahuan penghentian sementara pelayanan umum);

b. apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang disampaikan, pejabat yang berwenang melakukan penertiban surat keputusan pengenaan sanksi penghentian sementara pelayanan umum kepada pelanggar dengan memuat rincian jenis-jenis pelayanan umum yang akan diputuskan;

c. pejabat yang berweang melakukan tindakan penertiban memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi pemberhentian sementara pelayanan umum yang akan segera dilaksanakan, disertai penjelasan umum yang akan diputus;

d. pejabat yang berwenang menyampaikan perintah kepada penyedia pelayanan umum untuk menghentikan pelayanan kepada pelanggar, disertai penjelasan secukupnya;

e. penyedia jasa pelayanan umum menghentikan pelayanan kepada pelanggar; danf. pengawasan terhadap penerapan sanksi penghentian sementara pelayanan umum

dilakukan untuk memastikan tidak terdapat pelayanan umum kepada pelanggar sampai dengan pelanggar memenuhi kewajibannya untuk menyesuaikan pemanfaatan ruangnya dengan rencana tata ruang dan ketentuan teknis pemanfaatan ruang yang berlaku.

(4) Penutupan lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (5) huruf d dilakukan melalui langkah-langkah:a. penertiban surat perintah penutupan lokasi dari pejabat yang berwenang melakukan

penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;b. apabila pelanggar mengabaikan surat perintah yang disampaikan, pejabat yang

berwenang menerbitkan surat keputusan pengenaan sanksi penutupan lokasi kepada pelanggar;

c. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dengan memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi penutupan lokasi yang akan segera dilaksanakan;

d. berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi, pejabat yang berwenang denga bantun aparat penertiban melakukan penutupan lokasi secara paksa; dan

[69]

Page 70: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

e. pengawasan terhadap penerapan sanksi penutupan lokasi, untuk memastikan lokasi yang ditutup tidak dibuka kembali sampai dengan pelanggar memenuhi kewajibannya untuk menyesuaikan pemanfaatan ruangnya dengan rencanatata ruang dan ketentuan teknis pemanfaatan ruang yang berlaku.

(5) Pencabutan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (5) huruf e dilakukan melalui langkah-langkah:a. menerbitkan surat pemberitahuan sekaligus pencabutan izin oleh pejabat yang

berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;b. apabila pelanggar mengaaikan surat pemberitahuan yang disampaikan, pejabat yang

berwenang menertbitkan surat keputusan pengenaan sanksi pencabutan izin pemanfaatan ruang;

c. pejabat yang berwenang memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi pencabutan izin;

d. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban mengajukan permohonan pencabutan ijin kepada pejabat yang memiliki kewenangan untuk melakukan pencabutan izin;

e. pejabat yang memiliki kewenangan untuk melakukan pencabutan izin menerbitkan keputusan pencabutan izin;

f. memberitahukan kepada pemanfaatan ruang mengenai status izin yang telah dicabut, sekaligus perintah untuk menghentikan kegiatan pemanfaatan ruang secara permanen yang telah dicabut izinnya; dan

g. apabila pelanggar mengabaikan perintah untuk menghentikan kegiatan yang telah dicabut izinnya, pejabat yang berwenang melakukan penertiban kegiatan tanpa izin sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(6) Pembatalan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (5) huruf f dilakukan melalui langkah-langkah:a. membuat lembar evaluasi yang berisikan perbedaan antara pemanfaatan ruang

menurut dokumen perijinan dengan arahan pola pemanfaatan ruang dalam rencana tata ruang yang berlaku;

b. memberitahukan kepada pihak yang memanfaatkan ruang perihal rencana pembatalan izin, agar yang bersangkutan dapat mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menagntisipasi hal-hal akiat pembatalan izin;

c. menerbitkan surat keputusan pembatalan izin oleh ejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;

d. memberitahukan kepada pemegang izin tentang keputusan pembatalan izin;e. menertibkan surat keputusan pembatalan izin dari pejabat yang memiliki

kewenangan untuk melakukan pembatalan izin; danf. memberitahukan kepada pemanfaat ruang mengenai status izin yang dibatalkan.

(7) Pembongkaran bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (5) huruf g dilakukan melalui langkah-langkah:a. menertibakan surat pemberitahuan pembongkaran bangunan dari pejabat yang

berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;b. apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang disampaikan, pejabat

yang berwenang melakukan penertiban mengeluarkan surat keputusan pengenaan sanksi pembongkaran bangunan;

c. pejabat yang berwenang melakukan penertiban memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi pembongkaran bangunan bangunan yang akan segera dilaksanakan; dan

d. berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi pembongkaran bangunan secara paksa.

(8) Pemulihan fungsi uang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (5) huruf h dilakukan melalui langkah-langkah:a. menetapkan ketentuan pemulihan fungsi ruang yang berisi bagian-bagian yang harus

dipulihkan fungsinya dan cara pemulihannya;b. pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemnfaatan ruang

[70]

Page 71: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

menerbikan surat pemberitahuan pperintah pemulihan fungsi ruang;c. apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang disampaikan, pejabat

yang berwenang melakukan penertiban mengeluarkan surat keputusan pengenaan sanksi pemulihan fungsi ruang;

d. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban, memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi pemulihan fungsi ruang yang harus dilaksanakan pelanggar dalam jangka waktu tertentu;

e. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dan melakukan pengawasan pelaksanaan kegiatan pemulihan fungsi ruang;

f. apabila sampai jangka waktu yang ditentukan pelanggar belum melaksanakan pemulihan fungsi ruang, pejabat yang bertanggung jawab melakukan tindakan penertiban dapat melakukan tindakan paksa untuk melakukan pemulihan fungsi ruang; dan

g. apabila pelanggar pada saat itu dinilai tidak mampu membiayai kegiatan pemulihan fungsi ruang, pemerintah dapat mengajukan penetapan pengadilan agar pemulihan dilakukan oleh pemerintah atas beban pelanggar dikemudian hari.

(9) Batas waktu pengenaan sanksi administratif secara berjenjang maksimal 90 (sembilan puluh) hari.

(10) Denda administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf i dapat dikenakan secara tersendiri atau bersama-sama dengan pengenaan sanksi administratif sebesar 10 kali nilai Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP).

BAB VIII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 69

Apabila pemanfaatan ruang yang sudah ada sebelum Peraturan Daerah ini diundangkan tidak sesuai dengan rencana pemanfaatan ruang, maka :

1) Bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang sudah memiliki izin dan dalam pelaksanaan tidak mengubah perwujudan sektor/pola pemanfaatan ruang, maka kegiatan tersebut dapat diteruskan;

2) Bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang sudah memiliki izin dan dalam pelaksanaan mengubah perwujudan struktur/pola pemanfaatan ruang, maka kegiatan tersebut diatur sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

3) Bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak memiliki izin, namun dalam pelaksanaannya tidak mengubah perwujudan struktur/pola pemanfaatan ruang, maka kegiatan tersebut dapat dizinkan dengan mengikuti prosedur tertentu melalui pembayaran retribusi dan denda sesuai dengan peraturan perUndang-Undangan;

4) Bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak memiliki izin, namun dalam pelaksanaannya mengubah perwujudan struktur/pola pemanfaatan ruang, maka kegiatan tersebut harus dibongkar atau dihentikan.

BAB IX

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 70

Dalam hal terdapat penetapan kawasan hutan oleh Menteri Kehutanan terhadap bagian wilayah Kabupaten yang kawasan hutannya belum disepakati pada saat Peraturan Daerah

[71]

Page 72: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

ini ditetapkan, rencana dan album peta disesuaikan dengan peruntukan kawasan hutan berdasarkan hasil kesepakatan dan/atau Keputusan Menteri Kehutanan.

BAB X

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 71

Dengan diberlakukannya Peraturan Daerah ini, maka hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya diatur lebih lanjut oleh Bupati.

Pasal 71

Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Nunukan.

Ditetapkan di Nunukan pada tanggal ..................... 2012

BUPATI NUNUKAN ttd

Diundangkan di Nunukanpada tanggal ............................. 2012SEKRETARIS DAERAHKABUPATEN NUNUKAN ttd

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR : .....TAHUN : 2012

[72]

Page 73: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

PENJELASAN

ATASPERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN

NOMOR …. TAHUN 2012

TENTANGRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NUNUKAN

TAHUN 2012 - 2032

I. UMUM1. Ruang Wilayah Kabupaten Nunukan sebagai bagian dari

wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, pada hakikatnya merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang harus dikembangkan dan dilestarikan pemanfaatannya secara optimal agar dapat menjadi wadah bagi kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya secara berkelanjutan demi kelangsungan hidup yang berkualitas. Pancasila merupakan dasar negara dan falsafah negara, yang memberikan keyakinan bahwa kebahagiaan hidup akan tercapai jika didasarkan atas keselarasan, keserasian dan keseimbangan, baik dalam hubungannya dengan kehidupan pribadi, hubungan manusia dengan manusia lain, hubungan manusia dengan alam sekitarnya maupun hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan konstitusional mewajibkan agar sumberdaya alam dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Kemakmuran tersebut haruslah dapat dinikmati oleh generasi sekarang maupun generasi yang akan datang.

2. Ruang sebagai sumberdaya alam tidaklah mengenal batas wilayah, karena ruang pada dasarnya merupakan wadah atau tempat bagi manusia dan makhluk hidup lainnya untuk hidup dan melakukan kegiatannya, akan tetapi jika ruang dikaitkan dengan pengaturannya, haruslah mengenal batas dan sistemnya. Dalam kaitan tersebut, ruang wilayah Kabupaten Nunukan meliputi tiga matra, yakni ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara.Ruang wilayah Kabupaten Nunukan sebagai unsur lingkungan hidup, terdiri atas berbagai ruang wilayah yang masing-masing sebagai sub sistem yang meliputi aspek alamiah (fisik), ekonomi, sosial budaya dengan corak ragam dan daya dukung yang berbeda satu dengan lainnya. Pengaturan pemanfaatan ruang wilayah yang didasarkan pada corak dan daya dukungnya akan meningkatkan keselarasan, keseimbangan sub sistem, yang berarti juga meningkatkan daya tampungnya. Pengelolaan sub-sistem yang satu akan berpengaruh kepada kepada sub-sistem yang lain, yang pada akhirnya akan mempengaruhi sistem ruang secara keseluruhan. Oleh karena itu, pengaturan ruang menuntut dikembangkan suatu sistem dengan keterpaduan sebagai ciri utamanya.Ada pengaruh timbal balik antara ruang dan kegiatan manusia. Karakteristik ruang menentukan macam dan tingkat kegiatan manusia, sebaliknya kegiatan manusia dapat merubah, membentuk dan mewujudkan ruang dengan segala unsurnya. Kecepatan perkembangan manusia seringkali tidak segera tertampung dalam wujud pemanfaatan ruang, hal ini disebabkan karena hubungan fungsional antar ruang tidak segera terwujud secepat perkembangan manusia. Oleh karena itu, rencana tata ruang wilayah yang disusun, haruslah dapat menampung segala kemungkian perkembangan selama kurun waktu tertentu.

3. Ruang wilayah Kabupaten Nunukan, mencakup wilayah kecamatan yang merupakan satu kesatuan ruang wilayah yang terdiri atas satuan-

[73]

Page 74: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

satuan ruang yang disebut dengan kawasan. Dalam berbagai kawasan terdapat macam dan budaya manusia yang berbeda, sehingga diantara berbagai kawasan tersebut seringkali terjadi tingkat pemanfaatan dan perkembangan yang berbeda-beda. Perbedaan ini apabila tidak ditata, dapat mendorong terjadinya ketidakseimbangan pembangunan wilayah. Oleh karena itu, rencana tata ruang wilayah, secara teknis harus mempertimbangkan : (i) keseimbangan antara kemampuan ruang dan kegiatan manusia dalam memanfaatkan serta meningkatkan kemampuan ruang ; (ii) keseimbangan, keserasian dan keselarasan dalam pemanfaatan antar kawasan dalam rangka meningkatkan kapasitas produktivitas masyarakat dalam arti luas.

4. Meningkatnya kegiatan pembangunan yang memerlukan lahan, baik tempat untuk memperoleh sumber daya alam mineral atau lahan pertanian maupun lokasi kegiatan ekonomi lainnya, seperti industri, pariwisata, pemukiman dan administrasi pemerintahan, potensial meningkatkan terjadinya kasus-kasus konflik pemanfaatan ruang dan pengaruh buruk dari suatu kegiatan terhadap kegiatan lainnya. Berkenaan dengan hal tersebut, diperlukan perencanaan tata ruang yang baik dan akurat, agar perkembangan tuntutan berbagai kegiatan pemanfaatan ruang dan sumberdaya yang terdapat di dalamnya dapat berfungsi secara optimal, terkendali, selaras dengan arah pembangunan Daerah Kabupaten Nunukan

5. Kendatipun perencanaan tata ruang sepenuhnya merupakan tindak pemerintahan atau sikap tindak administrasi negara, dalam proses penyusunan sampai pada penetapannya perlu melibatkan peran serta masyarakat. Peran serta masyarakat dalam perencanaan tata ruang menjadi penting dalam kerangka menjadikan sebuah tata ruang sebagai hal yang responsif (responsive planning), artinya sebuah perencanaan yang tanggap terhadap preferensi serta kebutuhan dari masyarakat yang potensial terkena dampak apabila perencanaan tersebut diimplementasikan. Tegasnya, dalam konteks perencanaan tata ruang, sebenarnya ada dua hal yang harus diperhatikan. Pertama, kewajiban Pemerintah untuk memberikan informasi, Kedua, hak masyarakat untuk di dengar (the right to be heard). Dalam praktek, pada dasarnya dua aspek ini saling berkaitan karena penerapannya menunjukkan adanya jalur komunikasi dua arah. Dengan kewajiban pemerintah untuk memberi informasi yang menyangkut rencana kegiatan/perbuatan administrasi, dan adanya hak bagi yang terkena (langsung maupun tidak langsung) oleh kegiatan/perbuatan pemerintah, mengandung makna bahwa mekanisme itu telah melibatkan masyarakat dalam prosedur administrasi negara, di pihak lain dapat menunjang pemerintahan yang baik dan efektif, karena dengan mekanisme seperti itu pemerintah dapat memperoleh informasi yang layak sebelum mengambil keputusan. Mekanisme seperti itu dapat menumbuhkan suasana saling percaya antara pemerintah dan rakyat sehingga dapat mencegah sengketa yang mungkin terjadi serta memungkinkan terjadinya penyelesaian melalui jalur musyawarah.

6. Secara normatif, perencanaan tata ruang dimaksud perlu diberi status dan bentuk hukum agar dapat ditegakkan, dipertahankan dan ditaati oleh pihak-pihak yang bersangkutan. Hanya rencana yang memenuhi syarat-syarat hukumlah yang dapat melindungi hak warga masyarakat dan memberi kepastian hukum, baik bagi warga maupun bagi aparatur pemerintah termasuk didalamnya administrasi negara yang bertugas melaksanakan dan mempertahankan rencana, yang sejak perencanaannya sampai penetapannya memenuhi ketentuan hukum yang berlaku. Apabila suatu rencana telah diberi bentuk dan status hukum, maka rencana itu terdiri atas atas susunan peraturan-peraturan yang pragmatis, artinya segala tindakan yang didasarkan kepada rencana itu akan mempunyai akibat hukum.

7. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang pada Pasal 78 mengamanatkan bahwa Peraturan Daerah Kabupaten tentang

[74]

Page 75: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

rencana tata ruang wilayah kabupaten disusun atau disesuaikan paling lambat dalam waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diberlakukan. Dengan demikian maka Peraturan Daerah Kabupaten Nunukan Nomor 12 tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nunukan harus segera diganti dengan Peraturan Daerah baru untuk disesuaikan dengan Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

8. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu disusun Peraturan Daerah baru yang akan menjadi acuan dalam pelaksanaan program-program pembangunan di daerah serta mendorong percepatan perkembangan masyarakat secara tertib, teratur dan berencana. Peraturan Daerah sendiri merupakan bagian tak terpisahkan dari kesatuan sistem perundang-undangan secara nasional, oleh karena itu peraturan daerah tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau bertentangan dengan kepentingan umum. Kepentingan umum yang harus diperhatikan bukan saja kepentingan rakyat banyak Daerah yang bersangkutan, melainkan kepentingan Daerah lain dan kepentingan seluruh rakyat Indonesia. Ini berarti, pembuatan peraturan peraturan perundang-undangan tingkat daerah, bukan sekedar melihat batas kompetensi formal atau kepentingan Daerah yang bersangkutan, tetapi harus dilihat pula kemungkinan dampaknya terhadap daerah lain atau kepentingan nasional secara keseluruhan.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1Cukup jelas

Pasal 2Cukup jelas

Pasal 3Ayat (1)

Cukup jelas Ayat (2)

Huruf aCukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Pasal 4Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Huruf aCukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Ayat (3)Huruf a

Cukup jelas

[75]

Page 76: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Huruf fCukup jelas

Huruf gCukup jelas

Ayat (4)Huruf a

Cukup jelasHuruf b

Cukup jelasHuruf c

Cukup jelasHuruf d

Cukup jelasHuruf e

Cukup jelas

Ayat (5)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Ayat (6)Huruf a

Cukup jelasHuruf b

Cukup jelasHuruf c

Cukup jelasHuruf d

Cukup jelasPasal 5

Ayat (1) Huruf a

Cukup jelasHuruf b

Cukup jelasAyat (2)

Huruf aCukup jelas

Huruf bCukup jelas

Ayat (3) Huruf a

Cukup jelas

[76]

Page 77: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Huruf bCukup jelas

Ayat (4)Cukup jelas

Pasal 6Ayat (1)

Huruf aCukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Ayat (2) Cukup jelas

Ayat (3) Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Ayat (4) Huruf a

Cukup jelasHuruf b

Cukup jelasHuruf c

Cukup jelasAyat (5)

Cukup jelas

Ayat (6) Huruf a

Cukup jelasHuruf b

Cukup jelasHuruf c

Cukup jelasPasal 7

Ayat (1) Cukup jelas

Ayat (2) Cukup jelas

Ayat (3) Huruf a

Cukup jelasHuruf b

Cukup jelas

[77]

Page 78: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Pasal 8Ayat (1)

Huruf aCukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Ayat (2)Cukup jelas

Pasal 9Ayat (1)

Huruf aCukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Ayat (2)Huruf a

Cukup jelasHuruf b

Cukup jelasHuruf c

Cukup jelasHuruf d

Cukup jelas

Ayat (3)Huruf a

Penetapan jaringan kolektor primer 1 (K-1) mengacu pada Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 630/KPTS/M/2009 tentang Penetapan Ruas-Ruas Jalan Dalam Jaringan Jalan Primer Menurut Fungsinya Sebagai Jalan Arteri Dan Jalan Kolektor 1.

Huruf bPenetapan jaringan strategis nasional mengacu pada Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 631/KPTS/M/2009 tentang Penetapan Ruas-Ruas Jalan Menurut Statusnya Sebagai Jalan Nasional.

Ayat (4)Huruf a

[78]

Page 79: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Cukup jelasHuruf b

Cukup jelas

Ayat (5)Cukup Jelas

Ayat (6)Cukup Jelas

Ayat (7)Huruf a

Cukup jelasHuruf b

Cukup jelasHuruf c

Cukup jelasHuruf d

Cukup jelasHuruf e

Cukup jelasHuruf f

Cukup jelasHuruf g

Cukup jelas

Ayat (8)Huruf a

Cukup jelasHuruf b

Cukup jelasHuruf c

Cukup jelasHuruf d

Cukup jelas

Ayat (9)Huruf a

Cukup jelasHuruf b

Cukup jelasHuruf c

Cukup jelas

Pasal 10Ayat (1)

Huruf aCukup jelas

Huruf bCukup jelas

Ayat (2) Cukup Jelas

[79]

Page 80: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Ayat (3)Penetapan jaringan jalur kereta api nasional berdasarkan UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian.

Ayat (4) Cukup Jelas

Pasal 11Ayat (1)

Huruf aCukup jelas

Huruf bCukup jelas

Ayat (2)Huruf a

Cukup jelasHuruf b

Cukup jelasHuruf c

Cukup jelasHuruf d

Cukup jelas

Ayat (3)Huruf a

Cukup jelasHuruf b

Cukup jelasPasal 12

Ayat (1) Cukup Jelas

Ayat (2)Huruf a

Cukup jelasHuruf b

Cukup jelasHuruf c

Cukup jelasAyat (3)

Cukup Jelas Ayat (4)

Huruf aCukup jelas

Huruf bCukup jelas

Ayat (5)Huruf a

Cukup jelasHuruf b

Cukup jelasHuruf c

Cukup jelasHuruf d

Cukup jelas

[80]

Page 81: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Huruf eCukup jelas

Huruf fCukup jelas

Huruf gCukup jelas

Pasal 13Cukup jelas

Pasal 14Ayat (1)

Huruf aCukup jelas

Huruf bCukup jelas

Ayat (2) Cukup jelas

Ayat (3)Huruf a

Cukup jelasHuruf b

Cukup jelasHuruf c

Cukup jelasHuruf d

Cukup jelasHuruf e

Cukup jelasHuruf f

Cukup jelas

Pasal 15Ayat (3)

Huruf aCukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Ayat (2) Cukup jelas

Ayat (3) Cukup jelas

Ayat (4) Cukup jelas

[81]

Page 82: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Ayat (5) Cukup jelas

Pasal 16Ayat (1)

Huruf aCukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Huruf fCukup Jelas

Ayat (2)

Penetapan wilayah sungai (WS) lintas negara Sesayap berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan umum Nomor 11 A/PRT/M/2006.

Huruf aCukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Huruf Cukup Jelas

Ayat (3)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

[82]

Page 83: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Ayat (4)

Penetapan daerah irigasi (DI) provinsi dan kabupaten berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 390 Tahun 2007.

Huruf aCukup jelas

Huruf bCukup jelas

Ayat (5)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Ayat (6)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Ayat (7) Cukup Jelas

Ayat (8)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Huruf fCukup Jelas

[83]

Page 84: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Huruf gCukup jelas

Huruf hCukup jelas

Huruf iCukup Jelas

Ayat (9) Cukup Jelas

Ayat (10)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Pasal 17Ayat (1)

Huruf aCukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Ayat (2)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Ayat (3)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

[84]

Page 85: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Ayat (4)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Ayat (5)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Ayat (6)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Ayat (7) Cukup Jelas

Pasal 18Ayat (1)

Huruf aCukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Ayat (2)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

[85]

Page 86: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Ayat (3) Cukup Jelas

Pasal 19Ayat (1)

Huruf aCukup jelas

Huruf bCukup jelas

Ayat (2) Cukup Jelas

Pasal 20Cukup jelas

Pasal 21Cukup jelas

Pasal 22Ayat (1)

Huruf aCukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Ayat (2)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

[86]

Page 87: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Huruf eCukup jelas

Ayat (3)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Ayat (4)

Penetapan luas RTH adalah 30% dari luas 9 kawasan perkotaan yang ada di Kabupaten Nunukan

Huruf aCukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Pasal 23Ayat (1)

Huruf aCukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Ayat (2) Cukup Jelas

Ayat (3) Cukup Jelas

[87]

Page 88: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Ayat (4)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Ayat (5) Cukup Jelas

Ayat (6)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Pasal 24Ayat (1)

Huruf aCukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Ayat (2) Cukup Jelas

Ayat (3)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

[88]

Page 89: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Ayat (4) Cukup Jelas

Pasal 25Cukup Jelas

Pasal 26Ayat (1)

Huruf aCukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Ayat (2)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Ayat (3)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Ayat (4) Cukup Jelas

Pasal 27Ayat (1)

Huruf aCukup jelas

Huruf bCukup jelas

[89]

Page 90: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Ayat (2)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Ayat (3) Cukup Jelas

Ayat (4) Cukup Jelas

Ayat (5) Cukup Jelas

Pasal 28Ayat (1)

Huruf aCukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Ayat (2)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Ayat (3)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

[90]

Page 91: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Huruf eCukup jelas

Ayat (4)Huruf a

Cukup jelasHuruf b

Cukup jelas

Huruf cCukup jelas

Ayat (4)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Pasal 29Ayat (1)

Huruf aCukup jelas

Huruf b Cukup jelas

Ayat (2)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Ayat (3)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Ayat (4)Huruf a

Cukup jelas

[91]

Page 92: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Huruf bCukup jelas

Ayat (5)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Pasal 30Ayat (1)

Huruf aCukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Ayat (2)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Huruf fCukup jelas

Pasal 31Ayat (1)

Huruf aCukup jelas

Huruf bCukup jelas

Ayat (2)

[92]

Page 93: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Huruf aCukup jelas

Huruf bCukup jelas

Ayat (3)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Pasal 32Ayat (1)

Huruf aCukup jelas

Huruf bCukup jelas

Ayat (2)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Huruf fCukup jelas

Ayat (3)Cukup jelas

Pasal 33Ayat (1)

Huruf aCukup jelas

Huruf bCukup jelas

Ayat (2)

[93]

Page 94: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Cukup jelas

Pasal 34

Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan di Kabupaten Nunukan adalah berupa Kawasan Strategis Nasional (KSN) Nunukan, Long Midang, Simanggaris sedangkan penetapan 2 pulau kecil terluar berdasarkan UU Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

Pasal 35Cukup Jelas

Pasal 36Ayat (1)

Huruf aCukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Ayat (2)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Ayat (3) Cukup Jelas

Ayat (4)Huruf a

Cukup jelas

[94]

Page 95: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Huruf fCukup jelas

Ayat (5)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Huruf fCukup jelas

Ayat (6)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Ayat (7) Cukup Jelas

Pasal 37 Cukup Jelas

[95]

Page 96: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

.

Pasal 38Ayat (1)

Huruf aCukup jelas

Huruf bCukup jelas

Ayat (2)Huruf a

Cukup jelas

Huruf b Cukup jelas

Ayat (3)Huruf a

Cukup jelas

Huruf b Cukup jelas

Pasal 39Ayat (1)

Huruf aCukup jelas

Huruf bCukup jelas

Ayat (2)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf d Cukup jelas

` Ayat (3)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf c

[96]

Page 97: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Cukup jelas

Huruf d Cukup jelas

Ayat (4)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Ayat (5)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Ayat (6)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Ayat (7)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Ayat (8)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

[97]

Page 98: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Ayat (9)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Ayat (10)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Ayat (11)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Ayat (12)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Huruf fCukup jelas

Huruf g

[98]

Page 99: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Cukup jelasHuruf h

Cukup jelas

Huruf iCukup jelas

Huruf jCukup jelas

Huruf kCukup jelas

Ayat (13)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf c Cukup jelas

Ayat (14)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Huruf f Cukup jelas

Ayat (15)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf d

[99]

Page 100: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Cukup jelas

Ayat (16)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Ayat (17)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Huruf f Cukup jelas

Ayat (18)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Ayat (19)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

[100]

Page 101: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Ayat (20)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Pasal 40Cukup Jelas

Pasal 41Ayat (1)

Huruf aCukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Ayat (2)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Huruf f Cukup jelas

Ayat (3)Huruf a

Cukup jelas

[101]

Page 102: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Huruf f Cukup jelas

Huruf gCukup jelas

Huruf hCukup jelas

Huruf i Cukup jelas

Ayat (4)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Huruf f Cukup jelas

Huruf gCukup jelas

Huruf hCukup jelas

Ayat (5)Huruf a

Cukup jelas

[102]

Page 103: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Huruf f Cukup jelas

Huruf gCukup jelas

Pasal 42Ayat (1)

Huruf aCukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Huruf f Cukup jelas

Huruf gCukup jelas

Huruf hCukup jelas

Ayat (2)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf c

[103]

Page 104: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Cukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Ayat (3)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Ayat (4)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Ayat (5)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Huruf f Cukup jelas

Ayat (6)Huruf a

Cukup jelas

[104]

Page 105: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Ayat (7)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Ayat (8)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Huruf f Cukup jelas

Ayat (9)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Huruf f Cukup jelas

[105]

Page 106: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Ayat (10)Huruf a

Cukup jelasHuruf b

Cukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Huruf f Cukup jelas

Ayat (11)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Huruf f Cukup jelas

Huruf gCukup jelas

Huruf hCukup jelas

Huruf i Cukup jelas

Ayat (12)Huruf a

Cukup jelas

[106]

Page 107: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Huruf f Cukup jelas

Huruf gCukup jelas

Ayat (13)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Huruf f Cukup jelas

Ayat (14)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

[107]

Page 108: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Huruf f Cukup jelas

Huruf gCukup jelas

Huruf hCukup jelas

Ayat (15)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Ayat (16)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Ayat (17)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Ayat (18)Cukup Jelas

Ayat (19)Cukup Jelas

Ayat (20)Huruf a

Cukup jelas

[108]

Page 109: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Huruf f Cukup jelas

Huruf gCukup jelas

Huruf hCukup jelas

Pasal 43 Ayat (1)

Huruf aCukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Ayat (2)Cukup Jelas

Pasal 44Ayat (1)

Cukup Jelas

Ayat (2)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Ayat (3)

[109]

Page 110: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Cukup Jelas

Pasal 45Cukup Jelas

Pasal 46Ayat (1)

Huruf aCukup jelas

Huruf bCukup jelas

Ayat (2)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Ayat (3)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Pasal 47Ayat (1)

Huruf aCukup jelas

Huruf bCukup jelas

Ayat (2)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

[110]

Page 111: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Huruf dCukup jelas

Ayat (3)Huruf a

Cukup jelasHuruf b

Cukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Pasal 48Ayat (1)

Huruf aCukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Ayat (2)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Ayat (3)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf c

[111]

Page 112: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Cukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Huruf fCukup jelas

Ayat (4)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Ayat (5)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Ayat (6)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf c

[112]

Page 113: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Cukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Ayat (7)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Ayat (8)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Ayat (9)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Pasal 49Ayat (1)

Cukup Jelas

Ayat (2)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

[113]

Page 114: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Ayat (3)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Pasal 50Ayat (1)

Huruf aCukup jelas

Huruf bCukup jelas

Ayat (2)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Ayat (3)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Pasal 51Cukup Jelas

Pasal 52Cukup Jelas

Pasal 53Cukup Jelas

[114]

Page 115: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Pasal 54Ayat (1)

Huruf aCukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Ayat (2)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Ayat (3)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Ayat (4)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Ayat (5)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

[115]

Page 116: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Ayat (6)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Pasal 55Ayat (1)

Huruf aCukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Ayat (2)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Ayat (3)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Ayat (4)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Ayat (5)

[116]

Page 117: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Huruf aCukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Ayat (6)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Ayat (7)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Ayat (8)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Pasal 56Cukup Jelas

Pasal 57Cukup Jelas

Pasal 58Ayat (1)

Huruf aCukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

[117]

Page 118: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Huruf dCukup jelas

Ayat (2)Huruf a

Cukup jelasHuruf b

Cukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Huruf fCukup jelas

Huruf gCukup jelas

Huruf hCukup jelas

Huruf iCukup jelas

Huruf jCukup jelas

Ayat (3)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Ayat (4)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

[118]

Page 119: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Huruf fCukup jelas

Huruf gCukup jelas

Ayat (5)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Ayat (6)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Huruf fCukup jelas

Huruf gCukup jelas

Ayat (7)Huruf a

Cukup jelas

[119]

Page 120: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Huruf fCukup jelas

Huruf gCukup jelas

Huruf hCukup jelas

Ayat (8)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Ayat (9)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Ayat (10)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

[120]

Page 121: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Ayat (11)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Ayat (12)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Ayat (13)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Ayat (14)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Ayat (15)

[121]

Page 122: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Huruf aCukup jelas

Huruf bCukup jelas

Pasal 59Ayat (1)

Huruf aCukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Huruf fCukup jelas

Huruf gCukup jelas

Huruf hCukup jelas

Ayat (2)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Huruf fCukup jelas

Ayat (3)Huruf a

Cukup jelas

[122]

Page 123: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Ayat (4)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Ayat (5)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Huruf fCukup jelas

Huruf gCukup jelas

Ayat (6)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf e

[123]

Page 124: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Cukup jelas

Huruf fCukup jelas

Huruf gCukup jelas

Ayat (7)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Ayat (8)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Huruf fCukup jelas

Huruf gCukup jelas

Ayat (9)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

[124]

Page 125: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Ayat (10)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Ayat (11)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Huruf fCukup jelas

Huruf gCukup jelas

Huruf hCukup jelas

Huruf iCukup jelas

Huruf jCukup jelas

Huruf kCukup jelas

[125]

Page 126: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Huruf lCukup jelas

Huruf mCukup jelas

Huruf nCukup jelas

Huruf oCukup jelas

Huruf pCukup jelas

Ayat (12)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Huruf fCukup jelas

Huruf gCukup jelas

Huruf hCukup jelas

Huruf iCukup jelas

Huruf jCukup jelas

Huruf kCukup jelas

Huruf lCukup jelas

Huruf mCukup jelas

[126]

Page 127: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Huruf nCukup jelas

Huruf oCukup jelas

Huruf pCukup jelas

Ayat (13)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Huruf fCukup jelas

Huruf gCukup jelas

Ayat (14)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Huruf fCukup jelas

Huruf gCukup jelas

[127]

Page 128: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Huruf hCukup jelas

Ayat (15)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Huruf fCukup jelas

Ayat (16)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Huruf fCukup jelas

Huruf gCukup jelas

Huruf hCukup jelas

Huruf iCukup jelas

[128]

Page 129: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Ayat (17)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Huruf fCukup jelas

Huruf gCukup jelas

Huruf hCukup jelas

Huruf iCukup jelas

Huruf j Cukup jelas

Ayat (18)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf c Cukup jelas

Ayat (19)Huruf a

Cukup jelasHuruf b

Cukup jelas

Huruf c Cukup jelas

Ayat (20)Huruf a

Cukup jelas

[129]

Page 130: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Huruf bCukup jelas

Ayat (21)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Pasal 60Ayat (1)

Huruf aCukup jelas

Huruf bCukup jelas

Ayat (2)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Ayat (3)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Pasal 61Ayat (1)

[130]

Page 131: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Cukup jelas

Ayat (2)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Ayat (3)Cukup jelas

Ayat (4)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Ayat (5)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Ayat (6)Cukup jelas

Ayat (7)Cukup jelas

Ayat (8)Cukup jelas

Pasal 62Ayat (1)

Huruf aCukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf c

[131]

Page 132: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Cukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Ayat (2)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Ayat (3)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Ayat (4)Cukup jelas

Ayat (5)Cukup jelas

Ayat (6)Cukup jelas

Ayat (7)Cukup jelas

Pasal 63Ayat (1)

Huruf aCukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf d

[132]

Page 133: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Cukup jelas

Huruf eCukup jelas

Huruf fCukup jelas

Huruf gCukup jelas

Huruf hCukup jelas

Huruf iCukup jelas

Ayat (2)Cukup jelas

Pasal 64Cukup Jelas

Pasal 65Ayat (1)

Huruf aCukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Ayat (2)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

[133]

Page 134: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Ayat (3)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Ayat (4)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Ayat (5) Cukup jelas

Pasal 66Ayat (1)

Huruf aCukup jelas

Huruf bCukup jelas

Ayat (2)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Ayat (3)Huruf a

[134]

Page 135: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Ayat (4) Cukup jelas

Pasal 67Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Ayat (3)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Ayat (4)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

[135]

Page 136: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Ayat (5)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Huruf fCukup jelas

Huruf gCukup jelas

Huruf hCukup jelas

Huruf iCukup jelas

Pasal 68Ayat (1)

Cukup Jelas

Ayat (2)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Ayat (3)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

[136]

Page 137: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Huruf fCukup jelas

Ayat (4)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Ayat (5)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Huruf fCukup jelas

Huruf gCukup jelas

Ayat (6)Huruf a

Cukup jelas

[137]

Page 138: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Huruf fCukup jelas

Ayat (7)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf d Cukup jelas

Ayat (8)Huruf a

Cukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Huruf fCukup jelas

Huruf gCukup jelas

Ayat (9)Cukup jelas

[138]

Page 139: 01.Raperda RTRW Kab Nunukan Dan Penjelasan Raperda_hasil Revisi-tanggal 15-10-2012

Ayat (10)Cukup jelas

Pasal 69Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)Cukup jelas

Ayat (3)Cukup jelas

Ayat (4)Cukup jelas

Pasal 70Cukup Jelas

Pasal 71Cukup Jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN TAHUN 2012 NOMOR...................

[139]