01 pengelolaan limbah perikanan
DESCRIPTION
mmmmTRANSCRIPT
1Pengelolaan Limbah Pada Budidaya Perikanan “ 2015
1.2 PENDAHULUAN
Pertumbuhan budidaya perikanan telah menyebabkan kepada sebuah
peningkatan dalam penggunaan pakan untuk meningkatkan produksi. Limbah yang
dihasilkan dari penggunaan pakan pada budidaya perikanan akan menjadi perhatian
utama pada makalah ini. Di wilayah Virginia barat, jumlah produksi tahunan ikan
tuna dan char pada usaha komersil mendekati 700,000 pon. Dibandingkan dengan
jumlah produksi sapi, angka ini tidak terlalu signifikan; Namun bagaimanapun, ketika
industri tumbuh, kita harus menyadari bahwa sumberdaya air yang kita miliki adalah
terbatas dan berbagai upaya harus dilakukan untuk mendukung atau meningkatkan
kualitas sumberdaya air di Negara tersebut.
Dengan meningkatnya perhatian terhadap pengelolaan tambak yang ramah
lingkungan , dan kemampuan untuk memenuhi peraturan dari EPA dan badan
hukum lainnya, maka industri budidaya perikanan telah memusatkan perhatian pada
bagaimana cara untuk mengurangi limbah (dampak lingkungan) dari fasilitas
budidaya. Dengan memilih pakan yang sesuai selama siklus produksi, dan
memberikan perhatian yang lebih teliti terhadap metoda pemberian pakan dan
jumlah padatan yang dihasilkan, dengan cara ini pengelola dapat mengurangi
limbah. Sebagai contoh penelitian menunjukkan bahwa kombinasi pakan berkualitas
dengan pengelolaan hati-hati pada sebuah sistem budidaya yang dirancang dengan
baik dan adanya wilayah pengumpulan bahan padat, dapat mengurangi penguraian
zat-zat nutrient sebanyak 50% (Hulbert, 2000). Jika fasilitas seperti ini akan
dibangun atau dimodifikasi, pengurangan yang lebih besar dapat dihasilkan.
Keputusan Dewan wilayah menghendaki seluruh pengolahan air industri
sesuai dengan standart yang diberlakukan. Penyelenggaraan peraturan ini di daerah
Virginia barat telah didelegasikan ke Departemen perlindungan lingkungan Negara
bagian Virginia barat. Hukum ini tidak sama penyelenggaraannya di seluruh Negara
bagian, karena klasifikasi budidaya perikanan berbeda dari satu Negara bagian ke
Negara bagian lainnya (Ewart, 1995). Limbah agrikultur memiliki sedikit pemisahan
keras dibandingkan dengan industri yang berbasiskan limbah. Beberapa Negara
bagian memiliki klasifikasi akuakultur sebagai sebuah kegiatan pertanian . saat ini, di
Virginia barat hukum mengkategorikan limbah budidaya perikanan (akuakultur)
sebagai sebuah limbah industri. Ijin pengolahan (NPDES) dibutuhkan jika sebuah
unit melakukan penguraian lebih dari 30 hari setahun atau memproduksi diatas
20,000 lbs per tahun1.
Saiful Sanifu S.Pi Penyuluh Perikanan “2015
2Pengelolaan Limbah Pada Budidaya Perikanan “ 2015
Banyak tambak ikan yang beroperasi di Virginia barat tidak menggunakan
penyaring atau kolam untuk mengurangi jumlah limbah yang meninggalkan tambak.
Hasil ini ditinjau dari sisi negatifnya sering membutuhkan banyak biaya dibandingkan
jika para pembudidaya mengelola limbah di tambaknya. Peraturan baru yang
dikeluarkan oleh EPA diharapkan, parameter didasarkan pada Total Maximum Daily
Load/ Jumlah maksimal masukan harian (TMDL’s) dibandingkan dengan batasan
konsentrasi (mg/l). Surat ijin MDL diberlakukan di Eropa dan Idaho dan telah terbukti
efektif. Divisi Kualitas Lingkungan Negara bagian Idaho telah mempublikasikan
informasi yang berguna tentang pengelolaan limbah budidaya perikanan (Panduan
Pengelolaan Limbag Negara Bagian Idaho Untuk Kegiatan Budidaya
Perikanan). Masing-masing batas air dapat memiliki perbedaan batas jumlah zat-zat
nutrient atau penggunaan air, oleh karena itu peraturan bersifat fleksibel, bergantung
pada batas yang diperkenankan oleh lingkungan terhadap kandungan zat-zat
nutrient pada batas-batas air. Penyediaan air untuk umum, air untuk budidaya ikan
tuna, keperluan rekreasi, dan untuk penggunaan industri akan terkena dampak
terhadap batasan penguraian yang diijinkan.
Perlakuan titik sumber yang juga dikenal sebagai “biaya yang dikeluarkan
secara internal” pada ekonomi. Jika industri terus berjalan, biaya pengelolaan limbah
harus disediakan secara internal. Praktek pengelolaan yang baik yang ditunjukkan
pada makalah ini dapat membantu mengurangi biaya pengeluaran untuk mengatasi
hal ini. Biaya akan ditujukan setelah membagi jenis-jenis berbeda dari limbah.
Limbah dari tambak ikan secara umum terbagi menjadi tiga bentuk : Limbah hasil
metabolisme, Limbah kimia dan zat-zat pathogen.
1.3 Pengelolaan Pakan.
Selama satu dekade yang lampau, penelitian tentang gizi dan pakan telah
menunjukkan betapa pentingnya kandungan dalam pakan tuna. Dengan memilih
phytate dengan konsentrasi rendah untuk formulasi pakan ikan tuna, maka posfor
yang dikeluarkan ikan hanya sedikit. Sebagian besar posfor yang dimasukkan
kedalam protein tidak diserap oleh ikan tuna karena posfor tidak dapat dicerna oleh
binatang yang memiliki satu perut (Hardy,1999). Pendekatan yang lain, untuk
meningkatkan kemampuan daya cerna dan pemanfaatan posfor pada pakan, adalah
dengan meningkatkan jumlah Phytase dalam pakan (Baker et al., 2001;
Saiful Sanifu S.Pi Penyuluh Perikanan “2015
3Pengelolaan Limbah Pada Budidaya Perikanan “ 2015
Papatryphon,1999; Jackson et al., 1996). Pendekatan ini akan lebih efektif pada
speseis ikan yang hidup di air hangat. Suhu air yang lebih rendah bila dikaitkan
dengan budidaya ikan tuna akan mengurangi dampak dari penambahan Phytase ini
(Rodehutscord dan Pfeffer, 1995). Hubungan pada ikan tuna antara peningkatan
kandungan posfor dan 3-Phytase pada pakan tuna menunjukkan hasil yang lebih
efektif dengan jumlah Phytase antara 500 hingga 2000 FTU/Kg (Baker et al., 2001).
Pemilihan cara lainnya, adalah pakan dengan Energi tinggi, merupakan
tekhnik pengelolaan lainnya yang dapat digunakan untuk mengurangi limbah. Saat
ini pakan pellet dengan energi-tinggi telah menunjukkan adanya pengurangan
konversi pakan pada ikan tuna tanpa mengurangi tingkat pertumbuhannya, dengan
demikian, hal ini dapat mengurangi limbah (Bender et al., 1999). Kandungan lemak
dapat ditingkatkan tanpa menggunakan tekhnik pelapisan, dimana lemak
dimasukkan kedalam sebelum pellet dibentuk. Dengan demikian akan memberikan
pencampuran yang lebih homogen. Pakan jenis ini dapat dibuat baik untuk kondisi
tenggelam atau mengapung. Pakan mengapung merupakan cara lain yang dapat
membantu pengelola mencegah terjadinya pemberian pakan berlebih. Pakan yang
tidak dimakan akan dapat terlihat sebagai bukti dari pemberian pakan berlebih.
Biaya tinggi dari pakan jenis ini merupakan alasan utama para pembudidaya untuk
tidak menggunakannya. Namun ketika disadari bahwa pakan ini dapat mengurangi
biaya untuk pengelolaan limbah, disertai dengan rasio konversi pakan, pakan
dengan jenis energi tinggi ini terbukti lebih ekonomis dibandingkan dengan pakan
pelet yang digunakan pada umumnya.
Dengan meminimalisasi penanganan pakan dan waktu penyimpanan, nilai
konversi pakan dapat ditingkatkan. Penanganan yang berlebihan pada sebagian
besar pakan secara umum akan menyebabkan pakan tersebut tidak dimakan oleh
ikan. Pemberian pakan secara teratur dan sistem inventarisasi yang baik akan
menjaga pakan tetap segar. Hal ini khususnya penting dilakukan pada bulan-bulan
musim panas ketika masa penyimpanan pakan berkurang.
1.4 Penghilangan Bahan Padatan dan Limbah Hasil Metabolisme
Limbah hasil metabolisme dapat terbentuk menjadi dua :Terlarut dan
tersuspensi. Ketika menentukan jumlah limbah yang akan dihasilkan oleh sebuah
sistem budidaya, Jumlah pakan yang digunakan pada sistem budidaya merupakan
sebuah sebuah faktor yang sangat penting. Pada sebuah tambak yang dikelola
Saiful Sanifu S.Pi Penyuluh Perikanan “2015
4Pengelolaan Limbah Pada Budidaya Perikanan “ 2015
dengan baik, Kira-kira sebanyak 30% dari jumlah pakan yang digunakan akan
menjadi limbah padat. Pemberian pakan cenderung akan meningkat seiring dengan
meningkatnya suhu. Jadi, jumlah limbah sering lebih besar pada musim panas ketika
rata-rata pemberian pakan lebih tinggi. Disamping memilih pakan yang berenergi
tinggi untuk proses asimilasi yang lebih besar, usaha pengelolaan limbah akan lebih
efektif jika difokuskan pada penghilangan limbah zat padat. Perlakuan yang utama,
atau penghilangan zat padat, harus dilakukan secepat mungkin untuk mengurangi
penguraian limbah tersebut. Penguraian akan menyebabkan larutnya nutrien
kedalam air. Akumulasi limbah yang berlebihan diketahui sebagai penyebab
penyakit pada operasional budidaya ikan.
Pola arus air pada sebuah unit produksi sangat penting untuk pengelolaan
limbah karna arus yang lebih baik akan meminimalisasi proses penguraian.
penguraian feces ikan dan membuat pengendapan lebih cepat dan memekatkan
padatan yang dapat mengendap. Keadaan ini akan menjadi kritis karena jumlah
yang tinggi dari feces ikan yang tidak terurai dapat dengan cepat ditangkap sehingga
akan dengan cepat mengurangi jumlah limbah organik terlarut (Mathhieu dan
Timmons, 1993). Sebuah pengurangan pada jumlah polusi ke arah muara
merupakan pencapaian terbaik dari pemindahan zat padat pada bentuk yang dapat
mengendap sebelum diuraikan untuk konsumsi air umum. Dengan penyelesaian ke
arah luar muara, limbah padatan melindungi hewan-hewan benthos dan mengurangi
jumlah oksigen dimana akan mengurangi biodiservitas dari sungai.
1.5 Limbah Terlarut
Limbah terlarut merupakan bagian lain dari limbah hasil metabolisme. Limbah
ini termasuk ke dalam bentuk dari Kebutuhan Oksigen secara Biologi (KOB) dan
Kebutuhan Oksigen secara Kimiawi (KOK). KOB dipertimbangkan sebagai
pengukuran jangka panjang dari tingkat konsumsi oksigen. Karena KOB ini tidak
dapat diketahui hingga jauh hari setelah air meninggalkan tambak. Di lain sisi, KOK
merupakan pengukuran jangka pendek karena kehilangan jumlah oksigen, untuk
sebagian besar terjadi didalam tambak.
Limbah terlarut terdapat dalam beberapa bentuk : ammonia, nitrit, nitrat
(termasuk:Nitrogen), posfor dan bahan organik lainnya. Ammonia, yang dikeluarkan
melalui insang, merupakan bentuk yang paling beracun dari Nitrogen, terutama
Saiful Sanifu S.Pi Penyuluh Perikanan “2015
5Pengelolaan Limbah Pada Budidaya Perikanan “ 2015
ketika berada dalam bentuk tidak-terionisasi. Secara umum terdapatnya bakteri akan
merubah ammonia manjadi bentuk Kurang-beracun dimana digunakan oleh
tumbuhan dan algae untuk pertumbuhan. Penyediaan wilayah permukaan yang lebih
besar untuk tumbuh kembangnya bakteri autotrof merupakan cara terbaik untuk
merubah ammonia menjadi bentuk sedikit-beracun.
Peningkatan pada bahan padatan tersuspensi akan menghasilkan
peningkatan pada BOD (Alabaster, 1982). Inilah mengapa bagian terbesar dari
bahan padatan mudah mengendap, dengan cepat dihilangkan, dapat mengurangi
bagian-bagian terlarut (BOD dan COD) dari limbah dari tambak. Secara umum,
semakin kecil partikel adalah semakin cepat proses pelarutan berlangsung.
Sebagian besar dari zat padat yang dihasilkan dalam operasional budidaya adalah
partikel yang memiliki ukuran 30 mikron atau kurang (Boardman et al., 1998; Chen
et al., 1993). Partikel dengan ukuran kecil juga membutuhkan waktu lama untuk
terjadinya pengendapan.
Posfor yang ditemukan pada pakan ikan dan terpecah menjadi bentuk yang
dapat lebih digunakan (Posfat) melalui proses dekomposisi. Pada air dengan
kandungan nutrisi terbatas, Posfor dapat digunakan untuk meningkatkan jumlah
benthos dan plankton pada aliran air. Pada air tawar, Posfor selalu berada dalam
jumlah terbatas untuk produktivitas. Dalam beberapa kasus, Posfor dan Nitrogen
memberikan kontribusi kepada terjadinya Eutrofikasi pada lapisan air dengan
mendukung pertumbuhan algae dan tumbuhan. Pengelola sumber air harus fokus
kepada pengurangan jumlah Posfor dan Nitrogen pada lapisan air ketika mencoba
untuk meningkatkan kualitas air.
Proses pemijahan ikan terjadi secara rutin pada sebuah tambak. selama
masa pemanenan telur dan pembersihan bak atau kolam akan meningkatkan jumlah
limbah yang dilepaskan. Pada bagian tertentu, sebanyak 25% air yang mengalir dari
kolam secara umum mengandung sebagian besar berupa limbah metabolisme dan
patogen. Pembersihan secara teratur akan mengurangi limbah terlarut pada saluran
keluar dari tambak.
1.6 Limbah Kimia
Penggunaan bahan-bahan kimia pada tambak ikan diatur oleh negara dan
hukum negara bagian setempat. Meskipun ada beberapa bahan kimia yang diijinkan
Saiful Sanifu S.Pi Penyuluh Perikanan “2015
6Pengelolaan Limbah Pada Budidaya Perikanan “ 2015
untuk digunakan pada pakan ikan, prosedur detoksifikasi sebaiknya diikuti.
Berpatokan kepada label pabrik yang berkaitan dengan teknik pengobatan dengan
bahan kimia. Garam merupakan zat pengurang stress yang umum digunakan ada
ikan dan telah dibuktikan penggunaannya pada pakan ikan.
1.7Limbah Patogen
Unit pengolahan air sering menggunakan beberapa bentuk bahan desinfektan
untuk mengurangi jumlah parasit, bakteri dan partikel virus yang mengalir dari keluar
dari Unit tersebut. Tambak ikan dapat berkontribusi terhadap peningkatan jumlah
mikroorganisme patogen. Ada tiga cara yang sering digunakan untuk mengurangi
mikroorganisme patogen dari air, yakni Klorinasi, radiasi ultraviolet, dan Ozonisasi.
Radiasi UV terdapat didalam sebuah bilik dan tidak berbahaya untuk hidup di muara
unit pengolahan. Namun baik Ozon maupun klorinasi keduanya merupakan
pengoksidasi kuat dan menjadi bertanggung jawab terhadap kematian ikan
dikarnakan jumlah yang berlebihan didalam air.
Peraturan Virginia barat tidak mengijinkan tambak ikan untuk melakukan
perlakuan terhadap mikroorganisme patogen. Berbagai pilihan untuk pengolahan
seperti yang disebut diatas tersedia namun secara umum disadari tidak perlu dan
terlalu banyak biaya untuk melakukan pengolahan yang efektif terhadap seluruh air
yang keluar dari banyak tambak, khususnya bila tambak tersebut dioperasikan
dengan sistem air mengalir. Mikroorganisme dapat dihilangkan di lahan basah
melalui proses sedimentasi dan penyaringan. Akar Makrophyta telah dilaporkan
memilikibahan antibakteri (National Small Flows Clearinghouse). Bakteri
menyebabkan sejumlah penyakit pada ikan. Pseudomonas dan Aeromonas sering
ditemukan dan dapat menyebabkan kematian yang signifikan pada kondisi stres.
2. Metoda Untuk Penghilangan Limbah
2,1Rancangan Bak dan Saluran
Keahlian teknik yang baik dapat menjadi alat ekonomi yang berarti untuk
mengendalikan limbah dari operasional budidaya. Dengan mengendalikan aliran air
melalui sebuah sistem. Kebanyakan bahan padat dapat dikumpulkan dan
Saiful Sanifu S.Pi Penyuluh Perikanan “2015
7Pengelolaan Limbah Pada Budidaya Perikanan “ 2015
dipadatkan sebelum fragmentasi terjadi. Bak bulat dapat dirancang dengan tempat
aliran keluar ganda. Air dengan volume tinggi-aliran bahan padatan rendah dapat
keluar bak dari lapisan atas, sementara air dengan jumlah rendah-aliran bahan
padatan tinggi, pada pusat bak, akan menghilangkan kebanyakan bahan yang
mudah mengendap (Summerfelt dan Timmons, 2000). Bak sirkulasi dengan
rancangan saluran masuk, pipa aliran air, dan penyaring yang baik dapat
menghilangkan sebagian besar bahan padatan dengan tenaga minimal. Gerak
sentrifugal akan memindahkan bahan padatan yang dapat mengendap ke saluran
pusat ketika percepatan air melebihi 20 cm/detik (Burrows, 1970).
Penghilangan dengan menggunakan ruang hampa dari bahan padatan dapat
dilakukan secara intensif. Dalam saluran, jika aliran air kurang dari 3 cm/detik, feces
ikan tuna yang tidak terfragmentasi akan mengendap keluar jika ikan tidak mampu
mengaduk dasar bak. Gambar 1 menunjukkan sebuah sistem saluran yang khusus
yang diperuntukkan untuk pengelolaan limbah, Saluran sebaiknya dirancang dengan
aliran yang optimal, dimana akan tersedia wilayah pada ujung masing-masing
saluran, yang disebut dengan Zona Tetap, untuk mengumpulkan padatan yang
dapat mengendap selama penghilangan secara periodik oleh pengelola.
Saluran yang terbuat dari beton sulit dimodifikasi dengan satu kali konstruksi.
Penelitian direncanakan untuk meningkatkan kemampuan pengumpulan limbah dari
saluran dengan memasukkan sebuah peralatan yang akan menghasilkan aliran
sirkular untuk mengumpulkan sebagian besar bahan padatan di bagian tengah.
Seperti bak bulat, limbah yang terkonsentrasi dapat dihilangkan dengan membiarkan
10-20% aliran untuk keluar dari bagian tengah ( Wong dan Piedrahita, 2001).
Penelitian saat ini sedang dilakukan pada WVU untuk mengembangkan saluran
yang terbuat dari bahan alternatif yang lebih bercahaya, dimana akan menghasilkan
fleksibilitas yang lebih dalam rancangan. Aliran seperti empat persegi panjang dapat
dirancang untuk menghubungkan air kedalam sebuah pola sirkulasi sebelum keluar
dari sistem. Model ini akan membuat sebagian besar dari bahan padatan yang dapat
mengendap untuk terkumpul dan dihilangkan. sementara sebagian air lainnya
mengalir keluar hingga ujung, masuk kedalam saluran empat persegi panjang
lainnya.
Saiful Sanifu S.Pi Penyuluh Perikanan “2015
8Pengelolaan Limbah Pada Budidaya Perikanan “ 2015
2.2 Transformasi.
Limbah organik terlarut (Posfor dan Nitrogen) merupakan sumber nutrisi bagi
tumbuhan. Biofilter akan mengubah bentuk toksik dari Nitrogen (ammonia) menjadi
bentuk yang tidak toksik (Nitrat), dimana ini merupakan sumber nutrisi bagi
kebanyakan alga. Lahan basah buatan juga telah digunakan untuk pengolahan
limbah pada produksi budidaya perikanan (Summerfelt et al., 1995). Pada lahan
basah, bahan-bahan sedimen akan terperangkap dan digunakan untuk pertumbuhan
rumput dan tumbuhan air. Berbagai jenis sayuran dan bahan herbal telah dihasilkan
menggunakan hidrofonik dengan menggunakan air resirkulasi dari operasional
budidaya perikanan. Kaitan antara bahan herbal dan sayuran untuk mengurangi
secara signifikan jumlah bahan nutrien dalam sebuah sistem resirkulasi pabrikan,
waktu yang dikeluarkan pada budidaya ikan dapat menjadi dampak sekunder pada
kultivasi tumbuhan dan pemasaran (Rakocy, 1999). Pada seluruh metoda yang
disebutkan diatas, bahan nutrien diubah dan dihilangkan dari tempat penguraian
dengan bantuan beberapa tumbuhan dan bakteri.
2.3 Penyaringan
Drum, cawan, butiran, dan penyaring pasir adalah bahan-bahan yang biasa
digunakan untuk menerangkap dan menghilangkan partikel dalam ukuran 60 mikron
dari air. Penyaring cartridge akan menghilangkan partikel dengan ukuran kurang dari
1 mikron tetapi level tersebut dari proses pemurnian biasanya tidak diperlukan, dan
lebih memakan biaya. Aliran volume tinggi membutuhkan unit penyaringan yang
lebih besar. Dengan aliran 1000 gpm dan diatasnya, perawatan dan biaya untuk
penyaring mekanik akan menjadi memberatkan. Ini mengapa rancangan saluran
ganda, yang disebutkan di awal, bekerja dengan baik. Dengan mengolah hanya
aliran kecil dari bahan padatan yang terkonsentrasi. Biaya untuk perawatan dapat
banyak berkurang dengan menggunakan penyaring yang lebih kecil. Jika lahan
tersedia, sebuah kolam untuk pengendapan dapat menjadi sebuah pilihan yang tidak
mahal.
2.4 Radiasi / Ozon
Saiful Sanifu S.Pi Penyuluh Perikanan “2015
9Pengelolaan Limbah Pada Budidaya Perikanan “ 2015
Radiasi ultraviolet digunakan untuk desinfeksi air. Banyak patogen, termasuk
virus dapat dibunuh dengan konsentrasi rendah relatif dari radiasi. Untuk perlakuan
UV agar dapat lebih efektif, maka bahan padatan harus dihilangkan sebelum diolah.
Sistem UV merupakan sistem dengan perawatan rendah, metoda dengan resiko
kecil dari desinfeksi.
Konsentrasi rendah dari ozon yang terlarut di dalam air dapat juga
menghilangkan sebagian besar patogen. Ozon akan meningkatkan sistem
penyaringan utama dan mengurangi limbah bahan organik dalam air. Konsentrasi
rendah dari ozon yang terdapat di udara akan mengganggu kesehatan manusia.
Dan residu ozon merupakan racun bagi ikan pada konsentrasi rendah dan harus
selalu dipantau.
3 Biaya
3.1 Sistem Melalui Air mengalir
Pada sebuah kajian yang dipublikasikan pada tahun 1997 biaya internal yang
dikeluarkan, atau biaya pencegahan polusi, melalui sistem ditentukan pada kisaran
$0,5/lb dari biaya produksi ikan. Hal ini akan lebih baik bila dibandingkan dengan
biaya yang dikeluarkan akibat dampak polusi, atau biaya eksternal, diperkirakan
sekitar $ 22/lb (Smearman et al., 1997). Jika industri melakukan pendekatan
terhadap masalah limbah melalui jalan jangka panjang dan berkelanjutan, sangat
efisien dan ekonomis bila memasukkan biaya untuk pemecahan masalah tersebut
kedalam biaya internal. Menurut kajian tersebut, pada sebuah sistem air mengalir,
biaya yang dikeluarkan untuk pengelola dari 20,000 lbs/tahun menjadi sekitar
$1,000/tahun. Jika hal ini dirancanakan secara internal, Jumlah biaya yang akan
dikeluarkan produsen untuk mengelola limbah dapat ditentukan. Di banyak negara,
hal ini direncanakan melalui jumlah produksi tahunan atau jumlah konsumsi pakan
pertahun untuk operasional. Di Virginia barat, seorang produsen dikenai aturan jika
produksi tahunannya melebihi 20,000 lbs/tahun. Ada beberapa produsen yang dapat
memproduksi lebih dari 20,000 lbs/tahun. Bagaimanapun negara harus mememriksa
tempat tersebut.
Saiful Sanifu S.Pi Penyuluh Perikanan “2015
10Pengelolaan Limbah Pada Budidaya Perikanan “ 2015
3.2 Kolam Pengendapan
Departemen industri WVU telah memulai penelitian menggunakan bahan
komposisi terbaru untuk saluran yang dapat bergerak dimana akan memeriksa
rancangan zona tetap, dan bagaimana efisiensi rancangan yang berbeda dalam
menghilangkan limbah bahan padat. Fase awal dari penelitian ini semestinya telah
selesai pada tahun 2003, Ketika data ini tersedia sebagai sebuah analisis ekonomi
yang dapat dilakukan untuk menentukan efektivitas biaya dari saluran zona tetap
yang sudah dimodifikasi bila dibandingkan dengan kolam pengendapan atau wadah.
Kolam dapat menjadi sebuah alat yang sangat efektif untuk mengendapkan
keluar limbah dari sistem operasional budidaya. Jika kolam yang tersedia berada
dibawah fasilitas produksi, dan memiliki waktu tinggal sedikitnya satu hari, biaya
untuk menghilangkan zat bahan padat dapat ditekan menjadi rendah. Sangat sulit
untuk memperkirakan biaya dari sebuah kolam karena setiap tempat memiliki
keunikan tersendiri dan infrastruktur yang tersedia sebaiknya digunakan untuk
mengurangi biaya.
3.3 Sistem Resirkulasi.
Dalam sistem resirkulasi, bahan organik terlarut dapat diakumulasikan dan
dihilangkan dengan menggunakan penyaring protein atau pemisah busa. Ozone,
dimana digunakan sebagai desinfektan, juga sangat efektif dalam menghilangkan
bahan organik terlarut. Bagaimanapun, dikarnakan biaya yang dikeluarkan, hal ini
secara umum lebih ekonomis pada sistem resirkulasi yang intensif dan memproduksi
produk yang bernilai tinggi (> $3/lb).
Biofilter dapat merubah ammonia dalam jumlah yang terbatas setiap hari.
Rata-rata perubahan ini biasanya merupakan faktor pembatas pertama untuk
produksi pada sistem resirkulasi. Pengelolaan bahan padatan hidup dapat
memperoleh dampak yang besar pada seluruh komponen dari sistem. Untuk sistem
resirkulasi yang dapat menghasilkan 20,000 lbs/tahun. Rata-rata pemberian pakan
harian diperkirakan 80 lbs/hari. Dalam sebuah sistem yang dirancang dengan baik,
bahan padatan dapat dihilangkan dengan cepat dan hanya pakan berkualitas tinggi
yang dapat digunakan.
Saiful Sanifu S.Pi Penyuluh Perikanan “2015
11Pengelolaan Limbah Pada Budidaya Perikanan “ 2015
Biaya tambahan untuk rancangan bak dan penyaring yang memungkinkan
untuk pengelolaan limbah yang lebih baik pada sistem 20,000 lbs/tahun diperkirakan
sekitar $ 8,000. Biaya yang dikeluarkan ini dapat dilunasi setelah 10-15 tahun.
Limbah yang dikumpulkan dapat digunakan kembali untuk aplikasi lapangan jika
hukum mengijinkan. Dengan pengelolaan yang baik, jumlah limbah bahan padat
untuk sebuah sistem operasional pada ukuran ini (dari 25,000 lbs. Pakan/tahun),
sebaiknya tidak melebihi 8,000 lbs/tahun. Diperkirakan terdapat sebuah lapangan
yang berdampingan untuk penempatan bahan padat yang dipekatkan, biaya tenaga
sebanyak $500/tahun untuk transportasi dan pengiriman ke lapangan, biaya tahunan
untuk pengelolaan limbah per pons produksi akan menjadi $0,65/lb. Hampir sama
dengan biaya yang dikeluarkan melalui sistem air mengalir. Jumlah rata-rata
penggunaan lahan ditentukan oleh lempengan, jenis tanah, penyerapan, suhu,
kandungan nutrien, dan jenis tanaman.
3.4 Konstruksi Lahan Basah
Konstruksi lahan basah merupakan sistem pengelolaan air limbah buatan
dengan volume dangkal (Kolam atau anak sungai) yang telah ditanami dengan
tumbuhan air laut, dan dibiarkan melalui proses secara alami untuk mengolah air
limbah. Konstruksi lahan basah memiliki keuntungan melebihi sistem pengelolaan
alternatif dimana lahan basah ini hanya membutuhkan sedikit bahkan tidak
membutuhkan energi sama sekali untuk operasionalnya. Jika tersedia lahan yang
tidak terlalu mahal dekat dengan fasilitas budidaya perikanan, lahan basah dapat
menjadi alternatif dengan biaya yang efektif. Lahan basah menyediakan tempat
hidup bagi hewan-hewan liar, dan lebih memiliki keindahan bagi mata. Kerugian
pada penggunaan lahan basah adalah membutuhkan lebih banyak lahan
dibandingkan dengan sistem alternatif lainnya. Lahan basah memiliki fungsi yang
baik sebagai pengelolaan sekunder untuk air (setelah sebagian besar bahan padat
dihilangkan). Lahan basah memiliki periode yang cukup lama untuk memulai
operasional hingga vegetasi telah disiapkan. Dan efisiensi musim dihasilkan dari
penurunan sinar matahari dan suhu. Sangat penting untuk mengendalikan aliran
hidrolika dan penambahan bahan padat sehingga tidak melebihi kapasitas sistem.
Penyumbatan substrat sering menjadi hambatan tersendiri pada konstruksi lahan
basah. Atas alasan ini, maka aliran keluar dari sistem budidaya harus diamati untuk
Saiful Sanifu S.Pi Penyuluh Perikanan “2015
12Pengelolaan Limbah Pada Budidaya Perikanan “ 2015
mengetahui ukuran bahan padat tersuspensi dan konsentrasi nutrien sebelum
masuk ke lahan basah. Metode standar dapat digunakan untuk analisis ini.
Konstruksi lahan basah telah dilaporkan efektif digunakan selama lima hingga
sepuluh tahun (Reed et al., 1995). Sebuah publikasi yang lebih baik tentang
rancangan lahan basah, perawatan dan hasil pengolahan tersedia di Environmental
Protection Agency (EPA Manual, 2000): Pada situs
http://www.epa.gov/ORD/NRMRL). Metoda sederhana dapat digunakan untuk
membuat lahan basah. Metoda ini telah menunjukkan dapat menghilangkan lebih
dari 95% bahan padat tersuspensi dan 80% - 90% unsur Nitrogen dan posfor ketika
rata-rata aplikasi sekitar 30 Kg bahan padat/sq. Meter/tahun (Summerfelt et al.,
1996).
Menggunakan lahan basah yang dibangun sebagai unit pengolahan utama
dari air limbah tidak direkomendasikan (EPA, 2000). Untuk produksi ikan lele di
Mississippi biaya tambahan untuk membangun lahan basah per 1 pon produksi
sekitar $0,075/lb (Posadas dan LaSalle, 1997). Bagaimanapun, lebih dari tiga
triwulan dari biaya pembangunan dikeluarkan dan menanam tumbuhan dewasa
diperlukan untuk melakukan sebuah percobaan. Kebanyakan dari pengeluaran ini
dapat dicegah dengan menanam semaian bibit dan membiarkan mereka dewasa
sebelum bahan-bahan berat dimasukkan kedalam lahan basah. Untuk rancangan
akuakultur yang baik dari 20,000 lbs/tahun dimana bahan padat yang dapat
mengendap bisa diterapkan di lapangan. Sebuah lahan basah yang dibangun diatas
lahan 150 meter persegi seharusnya cukup untuk menghilangkan sebagian besar
bahan padat tersuspensi, posfor dan nitrogen. Estimasi biaya yang dibutuhkan untuk
membangun lahan basah sebagai perlakuan sekunder adalah sekitar $5,500 atau
$37/m2 (Lihat lampiran 1), dan ini diperkirakan bertahan selama 5-10 tahun tanpa
perawatan skala besar. Faktor yang dapat mempengaruhi penghilangan rata-rata
nutrien pada lahan basah adalah : waktu tinggal hidrolik, jenis vegetasi tumbuhan,
radiasi sinar matahari, aktivitas mikrobiologi, dan suhu (Hammer, 1993; Hammer dan
Bastian, 1989; Reed et al., 1995) Rancangan lahan basah sebaiknya dilakukan
secara spesifik, dengan memilih tumbuhan lokal yang tahan/kuat (Rumput gajah dan
tanaman rawa berwarna coklat)
Ada dua jenis utama dari lahan basah yang dibangun untuk pengolahan air :
arus permukaan dan arus dibawah permukaan. Sistem arus permukaan dapat
mengolah air dalam volume besar, dan arus dibawah permukaan secara umum
Saiful Sanifu S.Pi Penyuluh Perikanan “2015
13Pengelolaan Limbah Pada Budidaya Perikanan “ 2015
digunakan untuk arus yang lebih kecil. Karna masing-masing tipe memiliki
kekhususan yang tinggi yang disebabkan oleh lempengan, lahan, keteduhan,
elevasi, suhu dan beberapa variabel lainnya, biaya pembangunan menjadi sesuatu
yang harus dipertimbangkan. Lokasi saluran akan menentukan apakah aliran
horizontal atau vertikal. Konsentrasi pemberian oksigen akan dapat dicapai dengan
sistem paralel yang menerima arus sesaat. Dengan kondisi yang selalu bertukar
antara basah dan kering di dalam substrat, pengurangan BOD, ammonia dan Posfor
merupakan hal yang baik (Negroni, 2000) .
Dengan mengumpamakan konstruksi lahan basah akan digunakan sebagai
pengelolaan sekunder semata-mata untuk fasilitas akuakultur skala menengah di
Virginia barat, rancangan di bawah arus permukaan mungkin dapat bekerja dengan
baik. Arus dibawah permukaan juga dapat menyingkirkan perkembangbiakan
nyamuk di dalam air. Pemilihan tumbuhan merupakan kriteria penting lainnya untuk
pengelolaan air yang efisien. Di negara bagian utara bagian timur Amerika serikat
beberapa tumbuhan umum yang digunakan untuk konstruksi lahan basah adalah
tanaman rawa berbunga coklat, rumput gajah, rushes dan sedges. Pemilihan bahan
material juga merupakan suatu hal yang krusial, pencapaian sistem bergantung
kepada ukuran media, keseragaman, perembesan, konduktivitas hidrolik dan
kapasitas menggumpalkan posfor. Bahan media yang tersedia secara lokal (kerikil
sungai) dapat mengurangi biaya.
Sebuah konstruksi lahan basah dengan arus dibawah permukaan di
Emmitsburg, MD menggunakan 0,07 hektar (700 meter2) dengan biaya untuk
pembangunan kurang dari $ 35,000 (National Small Flows Clearinghouse-
WWBKDM38). Hal yang sama diketahui terdapat pada kajian lain di Arcata, CA,
dimana memiliki anggaran daerah sebesar $41,000/ha. Untuk 12,6 hektar lahan
basah. Penambahan permukaan hidrolik, dam penambahan bahan nutrien yang
masuk akan menentukan kapasitas dari lahan basah. Waktu tinggal air limbah
tertentu didalah sebuah lahan basah berada antara dua hingga enam hari. Lahan
basah dapat dirancang untuk mengetahui kriteria arus keluar yang diinginkan jika
karakteristik bahan yang masuk termasuk jumlah maksimum TSS dan BOD telah
diketahui (Panduan EPA)
3.5 Pemanfaatan Limbah
Saiful Sanifu S.Pi Penyuluh Perikanan “2015
14Pengelolaan Limbah Pada Budidaya Perikanan “ 2015
Limbah akuakultur dapat dimanfaatkan pada banyak cara yang sama dimana
limbah pertanian digunakan untuk mengembangkan tanah untuk meningkatkan
produksi panen. Hukum negara tidak mengijinkan penggunaan dari limbah budidaya
perikanan hingga limbah budidaya perikanan tersebut dengan tegas diklasifikasikan
sebagai limbah pertanian dan bukan limbah industri. Pilihan lain untuk pemanfaatan
limbah termasuk dari produksi tanaman hidrofonik atau pembuatan pupuk kompos
untuk keperluan berkebun.
Kematian akut atau kronik dapat terjadi pada titik yang sama dan waktu yang
sama dan ikan yang mati harus di tempatkan dengan cara yang lebih baik.
Pembuatan pupuk kompos merupakan sebuah cara yang berguna dari pemanfaatan
ikan mati, sebagai sumber nitrogen untuk dicampur dengan serbuk gergaji atau
dengan sumber karbon lainnya, untuk produksi jerami. Proses ini membutuhkan
perhatian yang teratur dan aerasi jika ingin dilakukan secara lebih baik. Jumlah
kematian dapat dipertimbangkan sebagai limbah bahan padat dan dapat diolah
seperti yang disebutkan diatas.
Pembuatan kompos merupakan pilihan yang berkelanjutan, dan jika dilakukan
dengan baik akan menghasilkan sebuah pendapatan yang tetap untuk pengelolaan
tambak. Bangkai ikan, dimana memiliki nitrogen yang tinggi, sebaiknya dipadukan
dengan bahan yang mengandung karbon tinggi seperti potongan kayu dalam
sebuah percobaan untuk mencapai jumlah rasion C:N 30:1. beberapa bahan penting
lainnya diperlukan untuk pembuatan kompos yang baik diantaranya : sebuah embun
yang mengandung 50-60%, rembesan 35-50%, pH diusahakan berada pada 6,5-
8,0. suhu antara 130-1500 F, rasio C;N 25-35:1, dan ukuran partikel ¼ ” – ¾ ”.
Pembuatan pupuk kompos aerobik membutuhkan konsentrasi oksigen >5%. Secara
umum jika parameter dipertahankan, sebuah pupuk kompos yang berkualitas akan
diperoleh dalam waktu dua sampai empat bulan. Bahan pupuk kompos anaerobik
dapat mengkonversi limbah menjadi kompos lebih cepat dibandingkan dengan
bahan penyusun kompos aerobik. Bagaimanapun ada bau dan produksi methana
yang dapat menyebabkan masalah serius. Suhu adalah faktor pengendali kunci dan
sebaiknya dipantau lebih mendetail. Patogen dan parasit dapat dikendalikan dengan
mempertahankan suhu diatas 1310 F (550c). Apapun dari faktor-faktor ini dapat
menunda proses dan masing-masing sumber karbon dan nitrogen memiliki kualitas
yang berbeda dimana dapat berdampak pada proses pembuatan kompos. Tata
Saiful Sanifu S.Pi Penyuluh Perikanan “2015
15Pengelolaan Limbah Pada Budidaya Perikanan “ 2015
kearsipan yang baik disertai dengan percobaan dapat membantu mengembangkan
sebuah proses pembuatan kompos yang efisien di dalam tahun pertama.
Saiful Sanifu S.Pi Penyuluh Perikanan “2015
16Pengelolaan Limbah Pada Budidaya Perikanan “ 2015
4. Kesimpulan
Pertumbuhan yang berkelanjutan dari Industri budidaya perikanan
membutuhkan kemampuan memperoleh keuntungan, pengembangan ekonomi, dan
pengelolaan limbah. Keputusan pengelolaan limbah harus dibuat secara individu
dikarnakan karakteristik tempat pada tambak dan didalam lapisan air. Penelitian
menunjukkan bahwa bak bulat dapat lebih efisien dalam menghilangkan limbah
dibandingkan dengan bak persegi panjang atau empat persegi. Saluran ganda
dapat menghilangkan secara berkelanjutan limbah yang dipadatkan sementara
sebagian besar aliran air dapat digunakan kembali atau langsung dialirkan dengan
kandungan limbah yang kecil. Prinsip aliran sirkulasi telah digunakan untuk saluran
retrofit yang ada dengan melakukan modifikasi aliran pada zona tetap (Wong dan
Piedrahita, 2001).
Pengurangan yang signifikan pada limbah dapat dihasilkan dengan
keputusan pengelolaan yang memusatkan perhatian pada seluruh aspek.
Diantaranya : pakan, termasuk kemampuan mencerna makanan, kandungan pakan,
penanganan, penyimpanan dan penyajian. Tanpa adanya sebuah gangguan pada
produksi. Penghilangan bahan padat dengan cepat akan meminimalisasi
pemotongan bahan padat dimana akan menghasilkan peningkatan limbah terlarut
yang akan lebih susah untuk dipekatkan dan dihilangkan dari sistem.
Pemahaman tentang karakteristik limbah sangat penting didalam
perancangan sebuah sistem pengelolaan limbah. Aplikasi surat ijin NPDES
membutuhkan pengetahuan tentang hal ini. Langkah pertama dalam pengelolaan
limbah adalah penghilangan bahan padat yang lebih besar (dapat mengendap). Hal
ini biasanya dilakukan dengan sistem penyaringan dan menggunakan wadah atau
kolam pengendapan. Langkah kedua adalah menghilangkan bahan padatan yang
lebih kecil (tersuspensi), dimana partikel ini berukuran kurang dari 60 mikron, dan
bahan nutrien terlarut. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan kolam
penggosok, konstruksi lahan basah atau hidrofonik. Langkah ketiga dalam
pengelolaan limbah adalah Desinfeksi, ozonisasi, klorinisasi, dan radiasi ultraviolet
merupakan alat-alat yang efektif pada desinfeksi.
Meskipun biaya yang terkait dengan pengelolaan limbah kelihatannya tinggi,
biaya ini lebih kecil bila dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk
mengendalikan polusi setelah limbah keluar dari tambak dan masuk kedalam
Saiful Sanifu S.Pi Penyuluh Perikanan “2015
17Pengelolaan Limbah Pada Budidaya Perikanan “ 2015
lingkungan. Aplikasi yang lebih baik dari pengolahan bahan padat biologi
membutuhkan pengetahuan tentang tanah, lengkungan, perkembangan lahan,
musim penghujan dan faktor-faktor lainnya.
Tindakan regulasi dibutuhkan untuk meyakinkan pentingnya penggunaan air
dan karakteristik tiap lapisan air, sebelum hal ini diimplementasikan. Pilihan
kebijakan untuk mencapai hal ini termasuk diantaranya : pembagian biaya, insentif,
pajak yang berhubungan dengan pakan, pendidikan dan analisa kualitas air yang
dapat digunakan untuk menetapkan total beban maksimum harian (TMDL).
Saiful Sanifu S.Pi Penyuluh Perikanan “2015
18Pengelolaan Limbah Pada Budidaya Perikanan “ 2015
DAFTAR PUSTAKA
Alabaster, J.S. (1982) A survey of fish farm effluents in some EIFAC Countries.
Silkeborg, Denmark, 26-28 May 1981. European Island Fisheries Advisory
Commission, Technical paper No.41:5-20.
Baker, R.T., Smith-Lemmon, L.L., dan Cousins, B. (2001) Phytase Unlocks Plant
Potential in Aquafeeds. Global Aquaculture Advocate: Vol. 4, Issue 2, April
2001
Bender, T.R., Lukens,W.B., dan Ricker, D.C. (1999) Pennsylvania Fish and Boat
Commission, Benner Spring Fish Research Station, 1225 Shiloh Road,
State College, PA
Boardman, G. D., Maillard, V., Nyland, J., Flick, G., dan Libey, G. S. (1998) Final
Report: The Characterization,Treatment and Improvement of Aquacultural
Effluents. Departments of Civil and Environmental Engineering, Food
Science and Technology, and Fisheries and Wildlife Sciences. VPI and SU
Blacksburg, VA 24061
Burrows, R. dan Chenoweth, H. (1970) Evaluation of three types of rearing ponds.
Research Report 39, U.S. Dept. of Interior, Fish and Wildlife Service,
Washington, D.C.
Chen, S., Timmons, M. B., Aneshansley, D. J., dan Bisogni, Jr., J. J., 1993.
Suspended solids characteristics from recirculating aquacultural systems
and design implications. Aquaculture, 112, 143-155. Environmental
Protection Agency – Office of Research and Development –Manual:
Constructed Wetlands Treatment of Municipal Wastewaters, EPA/625/R-
99/010; September 2000
Ewart, J. W., Hankins, J.A., dan Bullock, D. (1995) State Policies for Aquaculture
Effluents and Solid Wastes in the Northeast Region. Bulletin No. 300
Northeast Regional Aquaculture Center, Univ. of Massachusetts, Dartmouth,
North Dartmouth, MA
Hammer, D. A. 1993. Designing Constructed Wetlands Systems to Treat Agricultural
Nonpoint Source Pollution. Pages 71-111 in Olson, R. K. (ed.). Created and
Natural Wetlands for Controlling Nonpoint Source Pollution. U. S.
Environmental Protection Agency, Washington, D.C.
Saiful Sanifu S.Pi Penyuluh Perikanan “2015
19Pengelolaan Limbah Pada Budidaya Perikanan “ 2015
Hammer, D.A., dan R. K. Bastian. 1989. Wetlands Ecosystems: Natural Water
Purifiers? Pages 5-19 in Hammer, D.A. (ed.). Constructed Wetlands for
Wastewater Treatment - Municipal, Industrial and Agricultural. Lewis
Publishers, Chelsea, Michigan.
Hardy, R.W. (1999) Aquaculture Magazine, Vol. 25, No. 2, pp. 80-83
Hulbert, P.J. (2000) Phosphorus Reduction at Adirondack Hatchery: Is the end in
sight? Proceedings: Third East Coast Trout Management and Culture
Workshop, June 6-8, Frostburg State University, Frostburg, MD
Jackson, L.S., Li, M.H., dan Robinson, E.H. (1996) Journal of the World Aquaculture
Society,Vol. 27, No. 3, pp. 309-313
Mathieu, F. dan Timmons, M. B. (1995) Techniques for Modern Aquaculture. J. K.
Wang (ed.), American Society of Agricultural Engineers, St. Joseph, MI
National Small Flows Clearinghouse Constructed Wetlands and Aquatic
Plant Systems for Municipal Wastewater Treatment. Design Module Number
38
Negroni, Gianluigi (2000) Management optimization and sustainable technologies for
the treatment and disposal /reuse of fish farm effluent with emphasis on
constructed wetlands. World Aquaculture Vol.31 No.3, pp. 16-19
Papatryphon, E.; Howell, R.A.; dan Soares, J.H. (1999) Journal of the World
Aquaculture Society,Vol. 30, No. 2, pp. 161-173
Posadas, B.C. dan LaSalle, M.W. (1997) Use of Constructed Wetlands to Improve
Water Quality in Finfish Pond Culture Coastal Research and Extension
Center Mississippi Agricultural and Forestry Experiment Station, Mississippi
State University 2710 Beach Boulevard, Suite 1-E, Biloxi, Mississippi 39531
Rakocy, J. (1999) The Status of Aquaponics, Part 2, Aquaculture Magazine, Vol. 25,
No. 5, pp. 64-70
Reed, S. C., Crites, R. W. dan Middlebrooks, E. J. (1995) Natural Systems for Waste
Management and Treatment, 2ed edition, McGraw-Hill, Inc., New York
Rodehutscord, M. dan Pfeffer, E. (1995) Effects of supplemental microbial phytase
on phosphorus digestibility and utilization in rainbow trout. Water Science
and Technology, 31 (10): 141-147
Saiful Sanifu S.Pi Penyuluh Perikanan “2015
20Pengelolaan Limbah Pada Budidaya Perikanan “ 2015
Smearman, S.C., D'Souza, G.E. dan Norton, V.J. (1997) Environmental and
Resource Economics 10: pp. 167-175
Summerfelt, S.T. and Timmons, M.B. (2000) Hydrodynamics in the "Cornell-Type"
Dual-Drain Tank, Third International Conference of Recirculating
Aquaculture, July 19-21, 2000 Roanoke, VA
Summerfelt, S.T., Alder, P.R., Glenn, D.M., dan Kretschmann, R.N. (1996) 5th
International Conference on Wetland Systems for Water Pollution Control,
Vienna
Wong, K.B. dan Piedrahita, R.H. (2001) Enhanced solids removal for aquacultural
raceways. Aquaculture 2001 Mtg. Jan. 21-25, 2001 Lake Buena Vista, FL
Saiful Sanifu S.Pi Penyuluh Perikanan “2015
21Pengelolaan Limbah Pada Budidaya Perikanan “ 2015
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………..………………………………......
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………....
I. PENDAHULUAN .................................................................................................
1.3. Pengelolaan Pakan.......................................................................................
1.4. Penghilangan Bahan Padat Dan Limbah Hasil Metabolisme.......................
1.5. Limbah Terlarut.............................................................................................
1.6. Limbah Kimia ...............................................................................................
2.7. Limbah Patogen...........................................................................................
II. METODA UNTUK PENGHILANGAN LIMBAH ......................................................
2.1. Rancangan Bak Dan Saluran........................................................................
2.2. Tranformasi ..................................................................................................
2.3. Penyaringan ................................................................................................
2.4. Radiasi Ozon ..............................................................................................
III. BIAYA......................................................................................................................
3.1. Sistim Melalui Air Megalir ............................................................................
3.2. Kolam Pengendapan ...................................................................................
3.3. Sistim Resirkulasi .........................................................................................
3.4. Kontruksi Lahan Basah.................................................................................
3.5. Pemanfaatan Limbah...................................................................................
IV. KESIMPULAN........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................
Saiful Sanifu S.Pi Penyuluh Perikanan “2015
ii
ii
1
2
3
4
5
6
6
6
7
8
8
9
9
10
10
11
13
16
22Pengelolaan Limbah Pada Budidaya Perikanan “ 2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya sehingga
penyasaduran makalah perikanan tentang “Rumpon sebagai daerah penangkapan ikan”
dapat di selesaikan pada waktunya
Penulis juga mengucapkan bayak terima kasih kepada Koordinator Penyuluh
Perikanan Kota Ternate atas masukan dan sarannya serta teman-teman Penyuluh yang telah
memberikan saran dan petunjuk dalam penyaduran makalah ini.dan tidak lupa pula penyadur
menghaturkan terimakasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyaduran
makalah ini
penyadur menyadari bahwa makalah ini masih di temui beberapa kekurangan, oleh
karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat di harapkan guna
perbaikan saduran ini di kemudian hari, semoga apa yang tersaji dalam saduran ini dapat
bermanfaat bagi kita semua amin.
TERNATE, MEI 2015
PENYULUH PERIKANAN
Saiful Sanifu,S.piNIP:197607232008011007
Saiful Sanifu S.Pi Penyuluh Perikanan “2015
23Pengelolaan Limbah Pada Budidaya Perikanan “ 2015
PENYULUH PERIKANAN
Saiful Sanifu S.Pi Penyuluh Perikanan “2015
DI SADUR OLEH :SAIFUL SANIFU S,PiNIP : 197607232008011 007
24Pengelolaan Limbah Pada Budidaya Perikanan “ 2015
PULAU TERNATE2015
Saiful Sanifu S.Pi Penyuluh Perikanan “2015