01 pengelolaan limbah perikanan

35
1 Pengelolaan Limbah Pada Budidaya Perikanan “ 2015 1.2 PENDAHULUAN Pertumbuhan budidaya perikanan telah menyebabkan kepada sebuah peningkatan dalam penggunaan pakan untuk meningkatkan produksi. Limbah yang dihasilkan dari penggunaan pakan pada budidaya perikanan akan menjadi perhatian utama pada makalah ini. Di wilayah Virginia barat, jumlah produksi tahunan ikan tuna dan char pada usaha komersil mendekati 700,000 pon. Dibandingkan dengan jumlah produksi sapi, angka ini tidak terlalu signifikan; Namun bagaimanapun, ketika industri tumbuh, kita harus menyadari bahwa sumberdaya air yang kita miliki adalah terbatas dan berbagai upaya harus dilakukan untuk mendukung atau meningkatkan kualitas sumberdaya air di Negara tersebut. Dengan meningkatnya perhatian terhadap pengelolaan tambak yang ramah lingkungan , dan kemampuan untuk memenuhi peraturan dari EPA dan badan hukum lainnya, maka industri budidaya perikanan telah memusatkan perhatian pada bagaimana cara untuk mengurangi limbah (dampak lingkungan) dari fasilitas budidaya. Dengan memilih pakan yang sesuai selama siklus produksi, dan memberikan perhatian yang lebih teliti terhadap metoda pemberian pakan dan jumlah padatan yang dihasilkan, dengan cara ini pengelola dapat mengurangi limbah. Sebagai contoh penelitian menunjukkan bahwa kombinasi pakan berkualitas dengan pengelolaan hati-hati pada sebuah sistem budidaya yang dirancang dengan baik dan adanya wilayah pengumpulan bahan padat, dapat mengurangi penguraian zat-zat nutrient sebanyak 50% (Hulbert, 2000). Jika fasilitas seperti ini akan dibangun Saiful Sanifu S.Pi Penyuluh Perikanan “2015

Upload: acha007

Post on 27-Jan-2016

41 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

mmmm

TRANSCRIPT

Page 1: 01 Pengelolaan Limbah Perikanan

1Pengelolaan Limbah Pada Budidaya Perikanan “ 2015

1.2 PENDAHULUAN

Pertumbuhan budidaya perikanan telah menyebabkan kepada sebuah

peningkatan dalam penggunaan pakan untuk meningkatkan produksi. Limbah yang

dihasilkan dari penggunaan pakan pada budidaya perikanan akan menjadi perhatian

utama pada makalah ini. Di wilayah Virginia barat, jumlah produksi tahunan ikan

tuna dan char pada usaha komersil mendekati 700,000 pon. Dibandingkan dengan

jumlah produksi sapi, angka ini tidak terlalu signifikan; Namun bagaimanapun, ketika

industri tumbuh, kita harus menyadari bahwa sumberdaya air yang kita miliki adalah

terbatas dan berbagai upaya harus dilakukan untuk mendukung atau meningkatkan

kualitas sumberdaya air di Negara tersebut.

Dengan meningkatnya perhatian terhadap pengelolaan tambak yang ramah

lingkungan , dan kemampuan untuk memenuhi peraturan dari EPA dan badan

hukum lainnya, maka industri budidaya perikanan telah memusatkan perhatian pada

bagaimana cara untuk mengurangi limbah (dampak lingkungan) dari fasilitas

budidaya. Dengan memilih pakan yang sesuai selama siklus produksi, dan

memberikan perhatian yang lebih teliti terhadap metoda pemberian pakan dan

jumlah padatan yang dihasilkan, dengan cara ini pengelola dapat mengurangi

limbah. Sebagai contoh penelitian menunjukkan bahwa kombinasi pakan berkualitas

dengan pengelolaan hati-hati pada sebuah sistem budidaya yang dirancang dengan

baik dan adanya wilayah pengumpulan bahan padat, dapat mengurangi penguraian

zat-zat nutrient sebanyak 50% (Hulbert, 2000). Jika fasilitas seperti ini akan

dibangun atau dimodifikasi, pengurangan yang lebih besar dapat dihasilkan.

Keputusan Dewan wilayah menghendaki seluruh pengolahan air industri

sesuai dengan standart yang diberlakukan. Penyelenggaraan peraturan ini di daerah

Virginia barat telah didelegasikan ke Departemen perlindungan lingkungan Negara

bagian Virginia barat. Hukum ini tidak sama penyelenggaraannya di seluruh Negara

bagian, karena klasifikasi budidaya perikanan berbeda dari satu Negara bagian ke

Negara bagian lainnya (Ewart, 1995). Limbah agrikultur memiliki sedikit pemisahan

keras dibandingkan dengan industri yang berbasiskan limbah. Beberapa Negara

bagian memiliki klasifikasi akuakultur sebagai sebuah kegiatan pertanian . saat ini, di

Virginia barat hukum mengkategorikan limbah budidaya perikanan (akuakultur)

sebagai sebuah limbah industri. Ijin pengolahan (NPDES) dibutuhkan jika sebuah

unit melakukan penguraian lebih dari 30 hari setahun atau memproduksi diatas

20,000 lbs per tahun1.

Saiful Sanifu S.Pi Penyuluh Perikanan “2015

Page 2: 01 Pengelolaan Limbah Perikanan

2Pengelolaan Limbah Pada Budidaya Perikanan “ 2015

Banyak tambak ikan yang beroperasi di Virginia barat tidak menggunakan

penyaring atau kolam untuk mengurangi jumlah limbah yang meninggalkan tambak.

Hasil ini ditinjau dari sisi negatifnya sering membutuhkan banyak biaya dibandingkan

jika para pembudidaya mengelola limbah di tambaknya. Peraturan baru yang

dikeluarkan oleh EPA diharapkan, parameter didasarkan pada Total Maximum Daily

Load/ Jumlah maksimal masukan harian (TMDL’s) dibandingkan dengan batasan

konsentrasi (mg/l). Surat ijin MDL diberlakukan di Eropa dan Idaho dan telah terbukti

efektif. Divisi Kualitas Lingkungan Negara bagian Idaho telah mempublikasikan

informasi yang berguna tentang pengelolaan limbah budidaya perikanan (Panduan

Pengelolaan Limbag Negara Bagian Idaho Untuk Kegiatan Budidaya

Perikanan). Masing-masing batas air dapat memiliki perbedaan batas jumlah zat-zat

nutrient atau penggunaan air, oleh karena itu peraturan bersifat fleksibel, bergantung

pada batas yang diperkenankan oleh lingkungan terhadap kandungan zat-zat

nutrient pada batas-batas air. Penyediaan air untuk umum, air untuk budidaya ikan

tuna, keperluan rekreasi, dan untuk penggunaan industri akan terkena dampak

terhadap batasan penguraian yang diijinkan.

Perlakuan titik sumber yang juga dikenal sebagai “biaya yang dikeluarkan

secara internal” pada ekonomi. Jika industri terus berjalan, biaya pengelolaan limbah

harus disediakan secara internal. Praktek pengelolaan yang baik yang ditunjukkan

pada makalah ini dapat membantu mengurangi biaya pengeluaran untuk mengatasi

hal ini. Biaya akan ditujukan setelah membagi jenis-jenis berbeda dari limbah.

Limbah dari tambak ikan secara umum terbagi menjadi tiga bentuk : Limbah hasil

metabolisme, Limbah kimia dan zat-zat pathogen.

1.3 Pengelolaan Pakan.

Selama satu dekade yang lampau, penelitian tentang gizi dan pakan telah

menunjukkan betapa pentingnya kandungan dalam pakan tuna. Dengan memilih

phytate dengan konsentrasi rendah untuk formulasi pakan ikan tuna, maka posfor

yang dikeluarkan ikan hanya sedikit. Sebagian besar posfor yang dimasukkan

kedalam protein tidak diserap oleh ikan tuna karena posfor tidak dapat dicerna oleh

binatang yang memiliki satu perut (Hardy,1999). Pendekatan yang lain, untuk

meningkatkan kemampuan daya cerna dan pemanfaatan posfor pada pakan, adalah

dengan meningkatkan jumlah Phytase dalam pakan (Baker et al., 2001;

Saiful Sanifu S.Pi Penyuluh Perikanan “2015

Page 3: 01 Pengelolaan Limbah Perikanan

3Pengelolaan Limbah Pada Budidaya Perikanan “ 2015

Papatryphon,1999; Jackson et al., 1996). Pendekatan ini akan lebih efektif pada

speseis ikan yang hidup di air hangat. Suhu air yang lebih rendah bila dikaitkan

dengan budidaya ikan tuna akan mengurangi dampak dari penambahan Phytase ini

(Rodehutscord dan Pfeffer, 1995). Hubungan pada ikan tuna antara peningkatan

kandungan posfor dan 3-Phytase pada pakan tuna menunjukkan hasil yang lebih

efektif dengan jumlah Phytase antara 500 hingga 2000 FTU/Kg (Baker et al., 2001).

Pemilihan cara lainnya, adalah pakan dengan Energi tinggi, merupakan

tekhnik pengelolaan lainnya yang dapat digunakan untuk mengurangi limbah. Saat

ini pakan pellet dengan energi-tinggi telah menunjukkan adanya pengurangan

konversi pakan pada ikan tuna tanpa mengurangi tingkat pertumbuhannya, dengan

demikian, hal ini dapat mengurangi limbah (Bender et al., 1999). Kandungan lemak

dapat ditingkatkan tanpa menggunakan tekhnik pelapisan, dimana lemak

dimasukkan kedalam sebelum pellet dibentuk. Dengan demikian akan memberikan

pencampuran yang lebih homogen. Pakan jenis ini dapat dibuat baik untuk kondisi

tenggelam atau mengapung. Pakan mengapung merupakan cara lain yang dapat

membantu pengelola mencegah terjadinya pemberian pakan berlebih. Pakan yang

tidak dimakan akan dapat terlihat sebagai bukti dari pemberian pakan berlebih.

Biaya tinggi dari pakan jenis ini merupakan alasan utama para pembudidaya untuk

tidak menggunakannya. Namun ketika disadari bahwa pakan ini dapat mengurangi

biaya untuk pengelolaan limbah, disertai dengan rasio konversi pakan, pakan

dengan jenis energi tinggi ini terbukti lebih ekonomis dibandingkan dengan pakan

pelet yang digunakan pada umumnya.

Dengan meminimalisasi penanganan pakan dan waktu penyimpanan, nilai

konversi pakan dapat ditingkatkan. Penanganan yang berlebihan pada sebagian

besar pakan secara umum akan menyebabkan pakan tersebut tidak dimakan oleh

ikan. Pemberian pakan secara teratur dan sistem inventarisasi yang baik akan

menjaga pakan tetap segar. Hal ini khususnya penting dilakukan pada bulan-bulan

musim panas ketika masa penyimpanan pakan berkurang.

1.4 Penghilangan Bahan Padatan dan Limbah Hasil Metabolisme

Limbah hasil metabolisme dapat terbentuk menjadi dua :Terlarut dan

tersuspensi. Ketika menentukan jumlah limbah yang akan dihasilkan oleh sebuah

sistem budidaya, Jumlah pakan yang digunakan pada sistem budidaya merupakan

sebuah sebuah faktor yang sangat penting. Pada sebuah tambak yang dikelola

Saiful Sanifu S.Pi Penyuluh Perikanan “2015

Page 4: 01 Pengelolaan Limbah Perikanan

4Pengelolaan Limbah Pada Budidaya Perikanan “ 2015

dengan baik, Kira-kira sebanyak 30% dari jumlah pakan yang digunakan akan

menjadi limbah padat. Pemberian pakan cenderung akan meningkat seiring dengan

meningkatnya suhu. Jadi, jumlah limbah sering lebih besar pada musim panas ketika

rata-rata pemberian pakan lebih tinggi. Disamping memilih pakan yang berenergi

tinggi untuk proses asimilasi yang lebih besar, usaha pengelolaan limbah akan lebih

efektif jika difokuskan pada penghilangan limbah zat padat. Perlakuan yang utama,

atau penghilangan zat padat, harus dilakukan secepat mungkin untuk mengurangi

penguraian limbah tersebut. Penguraian akan menyebabkan larutnya nutrien

kedalam air. Akumulasi limbah yang berlebihan diketahui sebagai penyebab

penyakit pada operasional budidaya ikan.

Pola arus air pada sebuah unit produksi sangat penting untuk pengelolaan

limbah karna arus yang lebih baik akan meminimalisasi proses penguraian.

penguraian feces ikan dan membuat pengendapan lebih cepat dan memekatkan

padatan yang dapat mengendap. Keadaan ini akan menjadi kritis karena jumlah

yang tinggi dari feces ikan yang tidak terurai dapat dengan cepat ditangkap sehingga

akan dengan cepat mengurangi jumlah limbah organik terlarut (Mathhieu dan

Timmons, 1993). Sebuah pengurangan pada jumlah polusi ke arah muara

merupakan pencapaian terbaik dari pemindahan zat padat pada bentuk yang dapat

mengendap sebelum diuraikan untuk konsumsi air umum. Dengan penyelesaian ke

arah luar muara, limbah padatan melindungi hewan-hewan benthos dan mengurangi

jumlah oksigen dimana akan mengurangi biodiservitas dari sungai.

1.5 Limbah Terlarut

Limbah terlarut merupakan bagian lain dari limbah hasil metabolisme. Limbah

ini termasuk ke dalam bentuk dari Kebutuhan Oksigen secara Biologi (KOB) dan

Kebutuhan Oksigen secara Kimiawi (KOK). KOB dipertimbangkan sebagai

pengukuran jangka panjang dari tingkat konsumsi oksigen. Karena KOB ini tidak

dapat diketahui hingga jauh hari setelah air meninggalkan tambak. Di lain sisi, KOK

merupakan pengukuran jangka pendek karena kehilangan jumlah oksigen, untuk

sebagian besar terjadi didalam tambak.

Limbah terlarut terdapat dalam beberapa bentuk : ammonia, nitrit, nitrat

(termasuk:Nitrogen), posfor dan bahan organik lainnya. Ammonia, yang dikeluarkan

melalui insang, merupakan bentuk yang paling beracun dari Nitrogen, terutama

Saiful Sanifu S.Pi Penyuluh Perikanan “2015

Page 5: 01 Pengelolaan Limbah Perikanan

5Pengelolaan Limbah Pada Budidaya Perikanan “ 2015

ketika berada dalam bentuk tidak-terionisasi. Secara umum terdapatnya bakteri akan

merubah ammonia manjadi bentuk Kurang-beracun dimana digunakan oleh

tumbuhan dan algae untuk pertumbuhan. Penyediaan wilayah permukaan yang lebih

besar untuk tumbuh kembangnya bakteri autotrof merupakan cara terbaik untuk

merubah ammonia menjadi bentuk sedikit-beracun.

Peningkatan pada bahan padatan tersuspensi akan menghasilkan

peningkatan pada BOD (Alabaster, 1982). Inilah mengapa bagian terbesar dari

bahan padatan mudah mengendap, dengan cepat dihilangkan, dapat mengurangi

bagian-bagian terlarut (BOD dan COD) dari limbah dari tambak. Secara umum,

semakin kecil partikel adalah semakin cepat proses pelarutan berlangsung.

Sebagian besar dari zat padat yang dihasilkan dalam operasional budidaya adalah

partikel yang memiliki ukuran 30 mikron atau kurang (Boardman et al., 1998; Chen

et al., 1993). Partikel dengan ukuran kecil juga membutuhkan waktu lama untuk

terjadinya pengendapan.

Posfor yang ditemukan pada pakan ikan dan terpecah menjadi bentuk yang

dapat lebih digunakan (Posfat) melalui proses dekomposisi. Pada air dengan

kandungan nutrisi terbatas, Posfor dapat digunakan untuk meningkatkan jumlah

benthos dan plankton pada aliran air. Pada air tawar, Posfor selalu berada dalam

jumlah terbatas untuk produktivitas. Dalam beberapa kasus, Posfor dan Nitrogen

memberikan kontribusi kepada terjadinya Eutrofikasi pada lapisan air dengan

mendukung pertumbuhan algae dan tumbuhan. Pengelola sumber air harus fokus

kepada pengurangan jumlah Posfor dan Nitrogen pada lapisan air ketika mencoba

untuk meningkatkan kualitas air.

Proses pemijahan ikan terjadi secara rutin pada sebuah tambak. selama

masa pemanenan telur dan pembersihan bak atau kolam akan meningkatkan jumlah

limbah yang dilepaskan. Pada bagian tertentu, sebanyak 25% air yang mengalir dari

kolam secara umum mengandung sebagian besar berupa limbah metabolisme dan

patogen. Pembersihan secara teratur akan mengurangi limbah terlarut pada saluran

keluar dari tambak.

1.6 Limbah Kimia

Penggunaan bahan-bahan kimia pada tambak ikan diatur oleh negara dan

hukum negara bagian setempat. Meskipun ada beberapa bahan kimia yang diijinkan

Saiful Sanifu S.Pi Penyuluh Perikanan “2015

Page 6: 01 Pengelolaan Limbah Perikanan

6Pengelolaan Limbah Pada Budidaya Perikanan “ 2015

untuk digunakan pada pakan ikan, prosedur detoksifikasi sebaiknya diikuti.

Berpatokan kepada label pabrik yang berkaitan dengan teknik pengobatan dengan

bahan kimia. Garam merupakan zat pengurang stress yang umum digunakan ada

ikan dan telah dibuktikan penggunaannya pada pakan ikan.

1.7Limbah Patogen

Unit pengolahan air sering menggunakan beberapa bentuk bahan desinfektan

untuk mengurangi jumlah parasit, bakteri dan partikel virus yang mengalir dari keluar

dari Unit tersebut. Tambak ikan dapat berkontribusi terhadap peningkatan jumlah

mikroorganisme patogen. Ada tiga cara yang sering digunakan untuk mengurangi

mikroorganisme patogen dari air, yakni Klorinasi, radiasi ultraviolet, dan Ozonisasi.

Radiasi UV terdapat didalam sebuah bilik dan tidak berbahaya untuk hidup di muara

unit pengolahan. Namun baik Ozon maupun klorinasi keduanya merupakan

pengoksidasi kuat dan menjadi bertanggung jawab terhadap kematian ikan

dikarnakan jumlah yang berlebihan didalam air.

Peraturan Virginia barat tidak mengijinkan tambak ikan untuk melakukan

perlakuan terhadap mikroorganisme patogen. Berbagai pilihan untuk pengolahan

seperti yang disebut diatas tersedia namun secara umum disadari tidak perlu dan

terlalu banyak biaya untuk melakukan pengolahan yang efektif terhadap seluruh air

yang keluar dari banyak tambak, khususnya bila tambak tersebut dioperasikan

dengan sistem air mengalir. Mikroorganisme dapat dihilangkan di lahan basah

melalui proses sedimentasi dan penyaringan. Akar Makrophyta telah dilaporkan

memilikibahan antibakteri (National Small Flows Clearinghouse). Bakteri

menyebabkan sejumlah penyakit pada ikan. Pseudomonas dan Aeromonas sering

ditemukan dan dapat menyebabkan kematian yang signifikan pada kondisi stres.

2. Metoda Untuk Penghilangan Limbah

2,1Rancangan Bak dan Saluran

Keahlian teknik yang baik dapat menjadi alat ekonomi yang berarti untuk

mengendalikan limbah dari operasional budidaya. Dengan mengendalikan aliran air

melalui sebuah sistem. Kebanyakan bahan padat dapat dikumpulkan dan

Saiful Sanifu S.Pi Penyuluh Perikanan “2015

Page 7: 01 Pengelolaan Limbah Perikanan

7Pengelolaan Limbah Pada Budidaya Perikanan “ 2015

dipadatkan sebelum fragmentasi terjadi. Bak bulat dapat dirancang dengan tempat

aliran keluar ganda. Air dengan volume tinggi-aliran bahan padatan rendah dapat

keluar bak dari lapisan atas, sementara air dengan jumlah rendah-aliran bahan

padatan tinggi, pada pusat bak, akan menghilangkan kebanyakan bahan yang

mudah mengendap (Summerfelt dan Timmons, 2000). Bak sirkulasi dengan

rancangan saluran masuk, pipa aliran air, dan penyaring yang baik dapat

menghilangkan sebagian besar bahan padatan dengan tenaga minimal. Gerak

sentrifugal akan memindahkan bahan padatan yang dapat mengendap ke saluran

pusat ketika percepatan air melebihi 20 cm/detik (Burrows, 1970).

Penghilangan dengan menggunakan ruang hampa dari bahan padatan dapat

dilakukan secara intensif. Dalam saluran, jika aliran air kurang dari 3 cm/detik, feces

ikan tuna yang tidak terfragmentasi akan mengendap keluar jika ikan tidak mampu

mengaduk dasar bak. Gambar 1 menunjukkan sebuah sistem saluran yang khusus

yang diperuntukkan untuk pengelolaan limbah, Saluran sebaiknya dirancang dengan

aliran yang optimal, dimana akan tersedia wilayah pada ujung masing-masing

saluran, yang disebut dengan Zona Tetap, untuk mengumpulkan padatan yang

dapat mengendap selama penghilangan secara periodik oleh pengelola.

Saluran yang terbuat dari beton sulit dimodifikasi dengan satu kali konstruksi.

Penelitian direncanakan untuk meningkatkan kemampuan pengumpulan limbah dari

saluran dengan memasukkan sebuah peralatan yang akan menghasilkan aliran

sirkular untuk mengumpulkan sebagian besar bahan padatan di bagian tengah.

Seperti bak bulat, limbah yang terkonsentrasi dapat dihilangkan dengan membiarkan

10-20% aliran untuk keluar dari bagian tengah ( Wong dan Piedrahita, 2001).

Penelitian saat ini sedang dilakukan pada WVU untuk mengembangkan saluran

yang terbuat dari bahan alternatif yang lebih bercahaya, dimana akan menghasilkan

fleksibilitas yang lebih dalam rancangan. Aliran seperti empat persegi panjang dapat

dirancang untuk menghubungkan air kedalam sebuah pola sirkulasi sebelum keluar

dari sistem. Model ini akan membuat sebagian besar dari bahan padatan yang dapat

mengendap untuk terkumpul dan dihilangkan. sementara sebagian air lainnya

mengalir keluar hingga ujung, masuk kedalam saluran empat persegi panjang

lainnya.

Saiful Sanifu S.Pi Penyuluh Perikanan “2015

Page 8: 01 Pengelolaan Limbah Perikanan

8Pengelolaan Limbah Pada Budidaya Perikanan “ 2015

2.2 Transformasi.

Limbah organik terlarut (Posfor dan Nitrogen) merupakan sumber nutrisi bagi

tumbuhan. Biofilter akan mengubah bentuk toksik dari Nitrogen (ammonia) menjadi

bentuk yang tidak toksik (Nitrat), dimana ini merupakan sumber nutrisi bagi

kebanyakan alga. Lahan basah buatan juga telah digunakan untuk pengolahan

limbah pada produksi budidaya perikanan (Summerfelt et al., 1995). Pada lahan

basah, bahan-bahan sedimen akan terperangkap dan digunakan untuk pertumbuhan

rumput dan tumbuhan air. Berbagai jenis sayuran dan bahan herbal telah dihasilkan

menggunakan hidrofonik dengan menggunakan air resirkulasi dari operasional

budidaya perikanan. Kaitan antara bahan herbal dan sayuran untuk mengurangi

secara signifikan jumlah bahan nutrien dalam sebuah sistem resirkulasi pabrikan,

waktu yang dikeluarkan pada budidaya ikan dapat menjadi dampak sekunder pada

kultivasi tumbuhan dan pemasaran (Rakocy, 1999). Pada seluruh metoda yang

disebutkan diatas, bahan nutrien diubah dan dihilangkan dari tempat penguraian

dengan bantuan beberapa tumbuhan dan bakteri.

2.3 Penyaringan

Drum, cawan, butiran, dan penyaring pasir adalah bahan-bahan yang biasa

digunakan untuk menerangkap dan menghilangkan partikel dalam ukuran 60 mikron

dari air. Penyaring cartridge akan menghilangkan partikel dengan ukuran kurang dari

1 mikron tetapi level tersebut dari proses pemurnian biasanya tidak diperlukan, dan

lebih memakan biaya. Aliran volume tinggi membutuhkan unit penyaringan yang

lebih besar. Dengan aliran 1000 gpm dan diatasnya, perawatan dan biaya untuk

penyaring mekanik akan menjadi memberatkan. Ini mengapa rancangan saluran

ganda, yang disebutkan di awal, bekerja dengan baik. Dengan mengolah hanya

aliran kecil dari bahan padatan yang terkonsentrasi. Biaya untuk perawatan dapat

banyak berkurang dengan menggunakan penyaring yang lebih kecil. Jika lahan

tersedia, sebuah kolam untuk pengendapan dapat menjadi sebuah pilihan yang tidak

mahal.

2.4 Radiasi / Ozon

Saiful Sanifu S.Pi Penyuluh Perikanan “2015

Page 9: 01 Pengelolaan Limbah Perikanan

9Pengelolaan Limbah Pada Budidaya Perikanan “ 2015

Radiasi ultraviolet digunakan untuk desinfeksi air. Banyak patogen, termasuk

virus dapat dibunuh dengan konsentrasi rendah relatif dari radiasi. Untuk perlakuan

UV agar dapat lebih efektif, maka bahan padatan harus dihilangkan sebelum diolah.

Sistem UV merupakan sistem dengan perawatan rendah, metoda dengan resiko

kecil dari desinfeksi.

Konsentrasi rendah dari ozon yang terlarut di dalam air dapat juga

menghilangkan sebagian besar patogen. Ozon akan meningkatkan sistem

penyaringan utama dan mengurangi limbah bahan organik dalam air. Konsentrasi

rendah dari ozon yang terdapat di udara akan mengganggu kesehatan manusia.

Dan residu ozon merupakan racun bagi ikan pada konsentrasi rendah dan harus

selalu dipantau.

3 Biaya

3.1 Sistem Melalui Air mengalir

Pada sebuah kajian yang dipublikasikan pada tahun 1997 biaya internal yang

dikeluarkan, atau biaya pencegahan polusi, melalui sistem ditentukan pada kisaran

$0,5/lb dari biaya produksi ikan. Hal ini akan lebih baik bila dibandingkan dengan

biaya yang dikeluarkan akibat dampak polusi, atau biaya eksternal, diperkirakan

sekitar $ 22/lb (Smearman et al., 1997). Jika industri melakukan pendekatan

terhadap masalah limbah melalui jalan jangka panjang dan berkelanjutan, sangat

efisien dan ekonomis bila memasukkan biaya untuk pemecahan masalah tersebut

kedalam biaya internal. Menurut kajian tersebut, pada sebuah sistem air mengalir,

biaya yang dikeluarkan untuk pengelola dari 20,000 lbs/tahun menjadi sekitar

$1,000/tahun. Jika hal ini dirancanakan secara internal, Jumlah biaya yang akan

dikeluarkan produsen untuk mengelola limbah dapat ditentukan. Di banyak negara,

hal ini direncanakan melalui jumlah produksi tahunan atau jumlah konsumsi pakan

pertahun untuk operasional. Di Virginia barat, seorang produsen dikenai aturan jika

produksi tahunannya melebihi 20,000 lbs/tahun. Ada beberapa produsen yang dapat

memproduksi lebih dari 20,000 lbs/tahun. Bagaimanapun negara harus mememriksa

tempat tersebut.

Saiful Sanifu S.Pi Penyuluh Perikanan “2015

Page 10: 01 Pengelolaan Limbah Perikanan

10Pengelolaan Limbah Pada Budidaya Perikanan “ 2015

3.2 Kolam Pengendapan

Departemen industri WVU telah memulai penelitian menggunakan bahan

komposisi terbaru untuk saluran yang dapat bergerak dimana akan memeriksa

rancangan zona tetap, dan bagaimana efisiensi rancangan yang berbeda dalam

menghilangkan limbah bahan padat. Fase awal dari penelitian ini semestinya telah

selesai pada tahun 2003, Ketika data ini tersedia sebagai sebuah analisis ekonomi

yang dapat dilakukan untuk menentukan efektivitas biaya dari saluran zona tetap

yang sudah dimodifikasi bila dibandingkan dengan kolam pengendapan atau wadah.

Kolam dapat menjadi sebuah alat yang sangat efektif untuk mengendapkan

keluar limbah dari sistem operasional budidaya. Jika kolam yang tersedia berada

dibawah fasilitas produksi, dan memiliki waktu tinggal sedikitnya satu hari, biaya

untuk menghilangkan zat bahan padat dapat ditekan menjadi rendah. Sangat sulit

untuk memperkirakan biaya dari sebuah kolam karena setiap tempat memiliki

keunikan tersendiri dan infrastruktur yang tersedia sebaiknya digunakan untuk

mengurangi biaya.

3.3 Sistem Resirkulasi.

Dalam sistem resirkulasi, bahan organik terlarut dapat diakumulasikan dan

dihilangkan dengan menggunakan penyaring protein atau pemisah busa. Ozone,

dimana digunakan sebagai desinfektan, juga sangat efektif dalam menghilangkan

bahan organik terlarut. Bagaimanapun, dikarnakan biaya yang dikeluarkan, hal ini

secara umum lebih ekonomis pada sistem resirkulasi yang intensif dan memproduksi

produk yang bernilai tinggi (> $3/lb).

Biofilter dapat merubah ammonia dalam jumlah yang terbatas setiap hari.

Rata-rata perubahan ini biasanya merupakan faktor pembatas pertama untuk

produksi pada sistem resirkulasi. Pengelolaan bahan padatan hidup dapat

memperoleh dampak yang besar pada seluruh komponen dari sistem. Untuk sistem

resirkulasi yang dapat menghasilkan 20,000 lbs/tahun. Rata-rata pemberian pakan

harian diperkirakan 80 lbs/hari. Dalam sebuah sistem yang dirancang dengan baik,

bahan padatan dapat dihilangkan dengan cepat dan hanya pakan berkualitas tinggi

yang dapat digunakan.

Saiful Sanifu S.Pi Penyuluh Perikanan “2015

Page 11: 01 Pengelolaan Limbah Perikanan

11Pengelolaan Limbah Pada Budidaya Perikanan “ 2015

Biaya tambahan untuk rancangan bak dan penyaring yang memungkinkan

untuk pengelolaan limbah yang lebih baik pada sistem 20,000 lbs/tahun diperkirakan

sekitar $ 8,000. Biaya yang dikeluarkan ini dapat dilunasi setelah 10-15 tahun.

Limbah yang dikumpulkan dapat digunakan kembali untuk aplikasi lapangan jika

hukum mengijinkan. Dengan pengelolaan yang baik, jumlah limbah bahan padat

untuk sebuah sistem operasional pada ukuran ini (dari 25,000 lbs. Pakan/tahun),

sebaiknya tidak melebihi 8,000 lbs/tahun. Diperkirakan terdapat sebuah lapangan

yang berdampingan untuk penempatan bahan padat yang dipekatkan, biaya tenaga

sebanyak $500/tahun untuk transportasi dan pengiriman ke lapangan, biaya tahunan

untuk pengelolaan limbah per pons produksi akan menjadi $0,65/lb. Hampir sama

dengan biaya yang dikeluarkan melalui sistem air mengalir. Jumlah rata-rata

penggunaan lahan ditentukan oleh lempengan, jenis tanah, penyerapan, suhu,

kandungan nutrien, dan jenis tanaman.

3.4 Konstruksi Lahan Basah

Konstruksi lahan basah merupakan sistem pengelolaan air limbah buatan

dengan volume dangkal (Kolam atau anak sungai) yang telah ditanami dengan

tumbuhan air laut, dan dibiarkan melalui proses secara alami untuk mengolah air

limbah. Konstruksi lahan basah memiliki keuntungan melebihi sistem pengelolaan

alternatif dimana lahan basah ini hanya membutuhkan sedikit bahkan tidak

membutuhkan energi sama sekali untuk operasionalnya. Jika tersedia lahan yang

tidak terlalu mahal dekat dengan fasilitas budidaya perikanan, lahan basah dapat

menjadi alternatif dengan biaya yang efektif. Lahan basah menyediakan tempat

hidup bagi hewan-hewan liar, dan lebih memiliki keindahan bagi mata. Kerugian

pada penggunaan lahan basah adalah membutuhkan lebih banyak lahan

dibandingkan dengan sistem alternatif lainnya. Lahan basah memiliki fungsi yang

baik sebagai pengelolaan sekunder untuk air (setelah sebagian besar bahan padat

dihilangkan). Lahan basah memiliki periode yang cukup lama untuk memulai

operasional hingga vegetasi telah disiapkan. Dan efisiensi musim dihasilkan dari

penurunan sinar matahari dan suhu. Sangat penting untuk mengendalikan aliran

hidrolika dan penambahan bahan padat sehingga tidak melebihi kapasitas sistem.

Penyumbatan substrat sering menjadi hambatan tersendiri pada konstruksi lahan

basah. Atas alasan ini, maka aliran keluar dari sistem budidaya harus diamati untuk

Saiful Sanifu S.Pi Penyuluh Perikanan “2015

Page 12: 01 Pengelolaan Limbah Perikanan

12Pengelolaan Limbah Pada Budidaya Perikanan “ 2015

mengetahui ukuran bahan padat tersuspensi dan konsentrasi nutrien sebelum

masuk ke lahan basah. Metode standar dapat digunakan untuk analisis ini.

Konstruksi lahan basah telah dilaporkan efektif digunakan selama lima hingga

sepuluh tahun (Reed et al., 1995). Sebuah publikasi yang lebih baik tentang

rancangan lahan basah, perawatan dan hasil pengolahan tersedia di Environmental

Protection Agency (EPA Manual, 2000): Pada situs

http://www.epa.gov/ORD/NRMRL). Metoda sederhana dapat digunakan untuk

membuat lahan basah. Metoda ini telah menunjukkan dapat menghilangkan lebih

dari 95% bahan padat tersuspensi dan 80% - 90% unsur Nitrogen dan posfor ketika

rata-rata aplikasi sekitar 30 Kg bahan padat/sq. Meter/tahun (Summerfelt et al.,

1996).

Menggunakan lahan basah yang dibangun sebagai unit pengolahan utama

dari air limbah tidak direkomendasikan (EPA, 2000). Untuk produksi ikan lele di

Mississippi biaya tambahan untuk membangun lahan basah per 1 pon produksi

sekitar $0,075/lb (Posadas dan LaSalle, 1997). Bagaimanapun, lebih dari tiga

triwulan dari biaya pembangunan dikeluarkan dan menanam tumbuhan dewasa

diperlukan untuk melakukan sebuah percobaan. Kebanyakan dari pengeluaran ini

dapat dicegah dengan menanam semaian bibit dan membiarkan mereka dewasa

sebelum bahan-bahan berat dimasukkan kedalam lahan basah. Untuk rancangan

akuakultur yang baik dari 20,000 lbs/tahun dimana bahan padat yang dapat

mengendap bisa diterapkan di lapangan. Sebuah lahan basah yang dibangun diatas

lahan 150 meter persegi seharusnya cukup untuk menghilangkan sebagian besar

bahan padat tersuspensi, posfor dan nitrogen. Estimasi biaya yang dibutuhkan untuk

membangun lahan basah sebagai perlakuan sekunder adalah sekitar $5,500 atau

$37/m2 (Lihat lampiran 1), dan ini diperkirakan bertahan selama 5-10 tahun tanpa

perawatan skala besar. Faktor yang dapat mempengaruhi penghilangan rata-rata

nutrien pada lahan basah adalah : waktu tinggal hidrolik, jenis vegetasi tumbuhan,

radiasi sinar matahari, aktivitas mikrobiologi, dan suhu (Hammer, 1993; Hammer dan

Bastian, 1989; Reed et al., 1995) Rancangan lahan basah sebaiknya dilakukan

secara spesifik, dengan memilih tumbuhan lokal yang tahan/kuat (Rumput gajah dan

tanaman rawa berwarna coklat)

Ada dua jenis utama dari lahan basah yang dibangun untuk pengolahan air :

arus permukaan dan arus dibawah permukaan. Sistem arus permukaan dapat

mengolah air dalam volume besar, dan arus dibawah permukaan secara umum

Saiful Sanifu S.Pi Penyuluh Perikanan “2015

Page 13: 01 Pengelolaan Limbah Perikanan

13Pengelolaan Limbah Pada Budidaya Perikanan “ 2015

digunakan untuk arus yang lebih kecil. Karna masing-masing tipe memiliki

kekhususan yang tinggi yang disebabkan oleh lempengan, lahan, keteduhan,

elevasi, suhu dan beberapa variabel lainnya, biaya pembangunan menjadi sesuatu

yang harus dipertimbangkan. Lokasi saluran akan menentukan apakah aliran

horizontal atau vertikal. Konsentrasi pemberian oksigen akan dapat dicapai dengan

sistem paralel yang menerima arus sesaat. Dengan kondisi yang selalu bertukar

antara basah dan kering di dalam substrat, pengurangan BOD, ammonia dan Posfor

merupakan hal yang baik (Negroni, 2000) .

Dengan mengumpamakan konstruksi lahan basah akan digunakan sebagai

pengelolaan sekunder semata-mata untuk fasilitas akuakultur skala menengah di

Virginia barat, rancangan di bawah arus permukaan mungkin dapat bekerja dengan

baik. Arus dibawah permukaan juga dapat menyingkirkan perkembangbiakan

nyamuk di dalam air. Pemilihan tumbuhan merupakan kriteria penting lainnya untuk

pengelolaan air yang efisien. Di negara bagian utara bagian timur Amerika serikat

beberapa tumbuhan umum yang digunakan untuk konstruksi lahan basah adalah

tanaman rawa berbunga coklat, rumput gajah, rushes dan sedges. Pemilihan bahan

material juga merupakan suatu hal yang krusial, pencapaian sistem bergantung

kepada ukuran media, keseragaman, perembesan, konduktivitas hidrolik dan

kapasitas menggumpalkan posfor. Bahan media yang tersedia secara lokal (kerikil

sungai) dapat mengurangi biaya.

Sebuah konstruksi lahan basah dengan arus dibawah permukaan di

Emmitsburg, MD menggunakan 0,07 hektar (700 meter2) dengan biaya untuk

pembangunan kurang dari $ 35,000 (National Small Flows Clearinghouse-

WWBKDM38). Hal yang sama diketahui terdapat pada kajian lain di Arcata, CA,

dimana memiliki anggaran daerah sebesar $41,000/ha. Untuk 12,6 hektar lahan

basah. Penambahan permukaan hidrolik, dam penambahan bahan nutrien yang

masuk akan menentukan kapasitas dari lahan basah. Waktu tinggal air limbah

tertentu didalah sebuah lahan basah berada antara dua hingga enam hari. Lahan

basah dapat dirancang untuk mengetahui kriteria arus keluar yang diinginkan jika

karakteristik bahan yang masuk termasuk jumlah maksimum TSS dan BOD telah

diketahui (Panduan EPA)

3.5 Pemanfaatan Limbah

Saiful Sanifu S.Pi Penyuluh Perikanan “2015

Page 14: 01 Pengelolaan Limbah Perikanan

14Pengelolaan Limbah Pada Budidaya Perikanan “ 2015

Limbah akuakultur dapat dimanfaatkan pada banyak cara yang sama dimana

limbah pertanian digunakan untuk mengembangkan tanah untuk meningkatkan

produksi panen. Hukum negara tidak mengijinkan penggunaan dari limbah budidaya

perikanan hingga limbah budidaya perikanan tersebut dengan tegas diklasifikasikan

sebagai limbah pertanian dan bukan limbah industri. Pilihan lain untuk pemanfaatan

limbah termasuk dari produksi tanaman hidrofonik atau pembuatan pupuk kompos

untuk keperluan berkebun.

Kematian akut atau kronik dapat terjadi pada titik yang sama dan waktu yang

sama dan ikan yang mati harus di tempatkan dengan cara yang lebih baik.

Pembuatan pupuk kompos merupakan sebuah cara yang berguna dari pemanfaatan

ikan mati, sebagai sumber nitrogen untuk dicampur dengan serbuk gergaji atau

dengan sumber karbon lainnya, untuk produksi jerami. Proses ini membutuhkan

perhatian yang teratur dan aerasi jika ingin dilakukan secara lebih baik. Jumlah

kematian dapat dipertimbangkan sebagai limbah bahan padat dan dapat diolah

seperti yang disebutkan diatas.

Pembuatan kompos merupakan pilihan yang berkelanjutan, dan jika dilakukan

dengan baik akan menghasilkan sebuah pendapatan yang tetap untuk pengelolaan

tambak. Bangkai ikan, dimana memiliki nitrogen yang tinggi, sebaiknya dipadukan

dengan bahan yang mengandung karbon tinggi seperti potongan kayu dalam

sebuah percobaan untuk mencapai jumlah rasion C:N 30:1. beberapa bahan penting

lainnya diperlukan untuk pembuatan kompos yang baik diantaranya : sebuah embun

yang mengandung 50-60%, rembesan 35-50%, pH diusahakan berada pada 6,5-

8,0. suhu antara 130-1500 F, rasio C;N 25-35:1, dan ukuran partikel ¼ ” – ¾ ”.

Pembuatan pupuk kompos aerobik membutuhkan konsentrasi oksigen >5%. Secara

umum jika parameter dipertahankan, sebuah pupuk kompos yang berkualitas akan

diperoleh dalam waktu dua sampai empat bulan. Bahan pupuk kompos anaerobik

dapat mengkonversi limbah menjadi kompos lebih cepat dibandingkan dengan

bahan penyusun kompos aerobik. Bagaimanapun ada bau dan produksi methana

yang dapat menyebabkan masalah serius. Suhu adalah faktor pengendali kunci dan

sebaiknya dipantau lebih mendetail. Patogen dan parasit dapat dikendalikan dengan

mempertahankan suhu diatas 1310 F (550c). Apapun dari faktor-faktor ini dapat

menunda proses dan masing-masing sumber karbon dan nitrogen memiliki kualitas

yang berbeda dimana dapat berdampak pada proses pembuatan kompos. Tata

Saiful Sanifu S.Pi Penyuluh Perikanan “2015

Page 15: 01 Pengelolaan Limbah Perikanan

15Pengelolaan Limbah Pada Budidaya Perikanan “ 2015

kearsipan yang baik disertai dengan percobaan dapat membantu mengembangkan

sebuah proses pembuatan kompos yang efisien di dalam tahun pertama.

Saiful Sanifu S.Pi Penyuluh Perikanan “2015

Page 16: 01 Pengelolaan Limbah Perikanan

16Pengelolaan Limbah Pada Budidaya Perikanan “ 2015

4. Kesimpulan

Pertumbuhan yang berkelanjutan dari Industri budidaya perikanan

membutuhkan kemampuan memperoleh keuntungan, pengembangan ekonomi, dan

pengelolaan limbah. Keputusan pengelolaan limbah harus dibuat secara individu

dikarnakan karakteristik tempat pada tambak dan didalam lapisan air. Penelitian

menunjukkan bahwa bak bulat dapat lebih efisien dalam menghilangkan limbah

dibandingkan dengan bak persegi panjang atau empat persegi. Saluran ganda

dapat menghilangkan secara berkelanjutan limbah yang dipadatkan sementara

sebagian besar aliran air dapat digunakan kembali atau langsung dialirkan dengan

kandungan limbah yang kecil. Prinsip aliran sirkulasi telah digunakan untuk saluran

retrofit yang ada dengan melakukan modifikasi aliran pada zona tetap (Wong dan

Piedrahita, 2001).

Pengurangan yang signifikan pada limbah dapat dihasilkan dengan

keputusan pengelolaan yang memusatkan perhatian pada seluruh aspek.

Diantaranya : pakan, termasuk kemampuan mencerna makanan, kandungan pakan,

penanganan, penyimpanan dan penyajian. Tanpa adanya sebuah gangguan pada

produksi. Penghilangan bahan padat dengan cepat akan meminimalisasi

pemotongan bahan padat dimana akan menghasilkan peningkatan limbah terlarut

yang akan lebih susah untuk dipekatkan dan dihilangkan dari sistem.

Pemahaman tentang karakteristik limbah sangat penting didalam

perancangan sebuah sistem pengelolaan limbah. Aplikasi surat ijin NPDES

membutuhkan pengetahuan tentang hal ini. Langkah pertama dalam pengelolaan

limbah adalah penghilangan bahan padat yang lebih besar (dapat mengendap). Hal

ini biasanya dilakukan dengan sistem penyaringan dan menggunakan wadah atau

kolam pengendapan. Langkah kedua adalah menghilangkan bahan padatan yang

lebih kecil (tersuspensi), dimana partikel ini berukuran kurang dari 60 mikron, dan

bahan nutrien terlarut. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan kolam

penggosok, konstruksi lahan basah atau hidrofonik. Langkah ketiga dalam

pengelolaan limbah adalah Desinfeksi, ozonisasi, klorinisasi, dan radiasi ultraviolet

merupakan alat-alat yang efektif pada desinfeksi.

Meskipun biaya yang terkait dengan pengelolaan limbah kelihatannya tinggi,

biaya ini lebih kecil bila dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk

mengendalikan polusi setelah limbah keluar dari tambak dan masuk kedalam

Saiful Sanifu S.Pi Penyuluh Perikanan “2015

Page 17: 01 Pengelolaan Limbah Perikanan

17Pengelolaan Limbah Pada Budidaya Perikanan “ 2015

lingkungan. Aplikasi yang lebih baik dari pengolahan bahan padat biologi

membutuhkan pengetahuan tentang tanah, lengkungan, perkembangan lahan,

musim penghujan dan faktor-faktor lainnya.

Tindakan regulasi dibutuhkan untuk meyakinkan pentingnya penggunaan air

dan karakteristik tiap lapisan air, sebelum hal ini diimplementasikan. Pilihan

kebijakan untuk mencapai hal ini termasuk diantaranya : pembagian biaya, insentif,

pajak yang berhubungan dengan pakan, pendidikan dan analisa kualitas air yang

dapat digunakan untuk menetapkan total beban maksimum harian (TMDL).

Saiful Sanifu S.Pi Penyuluh Perikanan “2015

Page 18: 01 Pengelolaan Limbah Perikanan

18Pengelolaan Limbah Pada Budidaya Perikanan “ 2015

DAFTAR PUSTAKA

Alabaster, J.S. (1982) A survey of fish farm effluents in some EIFAC Countries.

Silkeborg, Denmark, 26-28 May 1981. European Island Fisheries Advisory

Commission, Technical paper No.41:5-20.

Baker, R.T., Smith-Lemmon, L.L., dan Cousins, B. (2001) Phytase Unlocks Plant

Potential in Aquafeeds. Global Aquaculture Advocate: Vol. 4, Issue 2, April

2001

Bender, T.R., Lukens,W.B., dan Ricker, D.C. (1999) Pennsylvania Fish and Boat

Commission, Benner Spring Fish Research Station, 1225 Shiloh Road,

State College, PA

Boardman, G. D., Maillard, V., Nyland, J., Flick, G., dan Libey, G. S. (1998) Final

Report: The Characterization,Treatment and Improvement of Aquacultural

Effluents. Departments of Civil and Environmental Engineering, Food

Science and Technology, and Fisheries and Wildlife Sciences. VPI and SU

Blacksburg, VA 24061

Burrows, R. dan Chenoweth, H. (1970) Evaluation of three types of rearing ponds.

Research Report 39, U.S. Dept. of Interior, Fish and Wildlife Service,

Washington, D.C.

Chen, S., Timmons, M. B., Aneshansley, D. J., dan Bisogni, Jr., J. J., 1993.

Suspended solids characteristics from recirculating aquacultural systems

and design implications. Aquaculture, 112, 143-155. Environmental

Protection Agency – Office of Research and Development –Manual:

Constructed Wetlands Treatment of Municipal Wastewaters, EPA/625/R-

99/010; September 2000

Ewart, J. W., Hankins, J.A., dan Bullock, D. (1995) State Policies for Aquaculture

Effluents and Solid Wastes in the Northeast Region. Bulletin No. 300

Northeast Regional Aquaculture Center, Univ. of Massachusetts, Dartmouth,

North Dartmouth, MA

Hammer, D. A. 1993. Designing Constructed Wetlands Systems to Treat Agricultural

Nonpoint Source Pollution. Pages 71-111 in Olson, R. K. (ed.). Created and

Natural Wetlands for Controlling Nonpoint Source Pollution. U. S.

Environmental Protection Agency, Washington, D.C.

Saiful Sanifu S.Pi Penyuluh Perikanan “2015

Page 19: 01 Pengelolaan Limbah Perikanan

19Pengelolaan Limbah Pada Budidaya Perikanan “ 2015

Hammer, D.A., dan R. K. Bastian. 1989. Wetlands Ecosystems: Natural Water

Purifiers? Pages 5-19 in Hammer, D.A. (ed.). Constructed Wetlands for

Wastewater Treatment - Municipal, Industrial and Agricultural. Lewis

Publishers, Chelsea, Michigan.

Hardy, R.W. (1999) Aquaculture Magazine, Vol. 25, No. 2, pp. 80-83

Hulbert, P.J. (2000) Phosphorus Reduction at Adirondack Hatchery: Is the end in

sight? Proceedings: Third East Coast Trout Management and Culture

Workshop, June 6-8, Frostburg State University, Frostburg, MD

Jackson, L.S., Li, M.H., dan Robinson, E.H. (1996) Journal of the World Aquaculture

Society,Vol. 27, No. 3, pp. 309-313

Mathieu, F. dan Timmons, M. B. (1995) Techniques for Modern Aquaculture. J. K.

Wang (ed.), American Society of Agricultural Engineers, St. Joseph, MI

National Small Flows Clearinghouse Constructed Wetlands and Aquatic

Plant Systems for Municipal Wastewater Treatment. Design Module Number

38

Negroni, Gianluigi (2000) Management optimization and sustainable technologies for

the treatment and disposal /reuse of fish farm effluent with emphasis on

constructed wetlands. World Aquaculture Vol.31 No.3, pp. 16-19

Papatryphon, E.; Howell, R.A.; dan Soares, J.H. (1999) Journal of the World

Aquaculture Society,Vol. 30, No. 2, pp. 161-173

Posadas, B.C. dan LaSalle, M.W. (1997) Use of Constructed Wetlands to Improve

Water Quality in Finfish Pond Culture Coastal Research and Extension

Center Mississippi Agricultural and Forestry Experiment Station, Mississippi

State University 2710 Beach Boulevard, Suite 1-E, Biloxi, Mississippi 39531

Rakocy, J. (1999) The Status of Aquaponics, Part 2, Aquaculture Magazine, Vol. 25,

No. 5, pp. 64-70

Reed, S. C., Crites, R. W. dan Middlebrooks, E. J. (1995) Natural Systems for Waste

Management and Treatment, 2ed edition, McGraw-Hill, Inc., New York

Rodehutscord, M. dan Pfeffer, E. (1995) Effects of supplemental microbial phytase

on phosphorus digestibility and utilization in rainbow trout. Water Science

and Technology, 31 (10): 141-147

Saiful Sanifu S.Pi Penyuluh Perikanan “2015

Page 20: 01 Pengelolaan Limbah Perikanan

20Pengelolaan Limbah Pada Budidaya Perikanan “ 2015

Smearman, S.C., D'Souza, G.E. dan Norton, V.J. (1997) Environmental and

Resource Economics 10: pp. 167-175

Summerfelt, S.T. and Timmons, M.B. (2000) Hydrodynamics in the "Cornell-Type"

Dual-Drain Tank, Third International Conference of Recirculating

Aquaculture, July 19-21, 2000 Roanoke, VA

Summerfelt, S.T., Alder, P.R., Glenn, D.M., dan Kretschmann, R.N. (1996) 5th

International Conference on Wetland Systems for Water Pollution Control,

Vienna

Wong, K.B. dan Piedrahita, R.H. (2001) Enhanced solids removal for aquacultural

raceways. Aquaculture 2001 Mtg. Jan. 21-25, 2001 Lake Buena Vista, FL

Saiful Sanifu S.Pi Penyuluh Perikanan “2015

Page 21: 01 Pengelolaan Limbah Perikanan

21Pengelolaan Limbah Pada Budidaya Perikanan “ 2015

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………..………………………………......

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………....

I. PENDAHULUAN .................................................................................................

1.3. Pengelolaan Pakan.......................................................................................

1.4. Penghilangan Bahan Padat Dan Limbah Hasil Metabolisme.......................

1.5. Limbah Terlarut.............................................................................................

1.6. Limbah Kimia ...............................................................................................

2.7. Limbah Patogen...........................................................................................

II. METODA UNTUK PENGHILANGAN LIMBAH ......................................................

2.1. Rancangan Bak Dan Saluran........................................................................

2.2. Tranformasi ..................................................................................................

2.3. Penyaringan ................................................................................................

2.4. Radiasi Ozon ..............................................................................................

III. BIAYA......................................................................................................................

3.1. Sistim Melalui Air Megalir ............................................................................

3.2. Kolam Pengendapan ...................................................................................

3.3. Sistim Resirkulasi .........................................................................................

3.4. Kontruksi Lahan Basah.................................................................................

3.5. Pemanfaatan Limbah...................................................................................

IV. KESIMPULAN........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................

Saiful Sanifu S.Pi Penyuluh Perikanan “2015

ii

ii

1

2

3

4

5

6

6

6

7

8

8

9

9

10

10

11

13

16

Page 22: 01 Pengelolaan Limbah Perikanan

22Pengelolaan Limbah Pada Budidaya Perikanan “ 2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya sehingga

penyasaduran makalah perikanan tentang “Rumpon sebagai daerah penangkapan ikan”

dapat di selesaikan pada waktunya

Penulis juga mengucapkan bayak terima kasih kepada Koordinator Penyuluh

Perikanan Kota Ternate atas masukan dan sarannya serta teman-teman Penyuluh yang telah

memberikan saran dan petunjuk dalam penyaduran makalah ini.dan tidak lupa pula penyadur

menghaturkan terimakasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyaduran

makalah ini

penyadur menyadari bahwa makalah ini masih di temui beberapa kekurangan, oleh

karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat di harapkan guna

perbaikan saduran ini di kemudian hari, semoga apa yang tersaji dalam saduran ini dapat

bermanfaat bagi kita semua amin.

TERNATE, MEI 2015

PENYULUH PERIKANAN

Saiful Sanifu,S.piNIP:197607232008011007

Saiful Sanifu S.Pi Penyuluh Perikanan “2015

Page 23: 01 Pengelolaan Limbah Perikanan

23Pengelolaan Limbah Pada Budidaya Perikanan “ 2015

PENYULUH PERIKANAN

Saiful Sanifu S.Pi Penyuluh Perikanan “2015

DI SADUR OLEH :SAIFUL SANIFU S,PiNIP : 197607232008011 007

Page 24: 01 Pengelolaan Limbah Perikanan

24Pengelolaan Limbah Pada Budidaya Perikanan “ 2015

PULAU TERNATE2015

Saiful Sanifu S.Pi Penyuluh Perikanan “2015