library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2doc/2012-2... · web viewperpindahan...

55
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dinding Penahan Tanah Dinding penahan tanah merupakan jenis struktur di bidang geoteknik yang berfungsi untuk menahan massa tanah dimana terdapat perbedaan kontur ataupun elevasi yang berbeda. Jenis struktur semacam ini biasa terbuat dari material kayu, batu, beton, ataupun baja. Adapun yang menggabungkan struktur penahan tanah dengan material geosyntetic untuk menaikan stabilitas ataupun kekuatan tanah. Berdasarkan klasifikasinya struktur penahan tanah pada umumnya dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu : a. Gravity wall Gravity wall adalah jenis struktur penahan tanah yang memanfaatkan berat sendiri struktur untuk menahan beban tanah dari kegagalan bearing capacity, overturning, maupun sliding b. Cantilever wall

Upload: vuongthuy

Post on 19-Mar-2019

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewPerpindahan dan regangan dalam arah tegak lurus terhadap bidang penampang diasumsikan tidak terjadi

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dinding Penahan Tanah

Dinding penahan tanah merupakan jenis struktur di bidang geoteknik yang

berfungsi untuk menahan massa tanah dimana terdapat perbedaan kontur ataupun

elevasi yang berbeda. Jenis struktur semacam ini biasa terbuat dari material kayu,

batu, beton, ataupun baja. Adapun yang menggabungkan struktur penahan tanah

dengan material geosyntetic untuk menaikan stabilitas ataupun kekuatan tanah.

Berdasarkan klasifikasinya struktur penahan tanah pada umumnya dapat

dibagi menjadi beberapa jenis yaitu :

a. Gravity wall

Gravity wall adalah jenis struktur penahan tanah yang memanfaatkan berat

sendiri struktur untuk menahan beban tanah dari kegagalan bearing capacity,

overturning, maupun sliding

b. Cantilever wall

Cantilever wall adalah jenis struktur penahan tanah yang biasa terbuat dari

material beton bertulang dan memiliki plat pada dasar struktur (key base slab)

c. Counterford wall

Counterford wall adalah jenis struktur penahan tanah yang memiliki siar

penyangga pada bagian belakang struktur tersebut yang berfungsi untuk

menyeimbangkan struktur akibat beban tanah

Page 2: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewPerpindahan dan regangan dalam arah tegak lurus terhadap bidang penampang diasumsikan tidak terjadi

6

d. Butressed Wall

Butressed wall adalah jenis struktur penahan tanah yang memiliki prinsip

kerja yang sama dengan counterford wall dimana terdapat siar penyangga

namun di bagian depan struktur

(Sumber : Earth Retaining Wall Structures Manual, 2010)

Gambar 2.1. Struktur Penahan Tanah

Dinding penahan tanah pada dasarnya berfungsi untuk menahan tekanan tanah

lateral yang dapat disebabkan oleh tanah urug atau tanah asli yang labil. Jenis

struktur ini biasa banyak diaplikasikan pada dunia teknik sipil terutama untuk

proyek-proyek seperti irigasi, pelabuhan, jalan raya, bendungan, dinding basement,

pangkal jembatan, dan lain-lainnya. Berikut adalah detail aplikasi yang umum

digunakan dengan struktur dinding penahan tanah :

a. Jalan raya atau jalan kereta api yang ditinggikan atau direndahkan sesuai

dengan elevasi rencana

b. Jalan raya atau jalan kereta api yang dibangun di daerah lereng

c. Dinding penahan tanah sebagai batas pinggiran kanal

Page 3: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewPerpindahan dan regangan dalam arah tegak lurus terhadap bidang penampang diasumsikan tidak terjadi

7

d. Dinding penahan yang digunakan untuk menahan atau mengurai banjir akibat

sungai yang disebut flood walls

e. Dinding penahan tanah yang biasa digunakan pada struktur jembatan yang

disebut abutment

f. Dinding penahan sebagai tempat untuk menyimpan material-material tertentu

(Sumber : Hungtington, 1961)

Gambar 2.2. Aplikasi Struktur Penahan Tanah

2.2 Tegangan Tanah Lateral

Tekanan tanah lateral merupakan gaya yang dikarenakan ada gerakan

dorongan tanah terhadap struktur penahan tanah dalam arah horizontal atau lateral.

Oleh sebab itu jenis struktur yang menerima gaya lateral harus didesign sesuai

dengan ketentuan-ketentuan yang ada sehingga struktur tidak mengalami kegagalan.

Page 4: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewPerpindahan dan regangan dalam arah tegak lurus terhadap bidang penampang diasumsikan tidak terjadi

8

Faktor-faktor yang mepengaruhi tegangan tanah lateral antara lain :

a. Besarnya nilai koefisien tegangan lateral dalam keadaan diam (Ko), aktif (Ka),

dan pasif (Kp)

b. Besarnya nilai kohesi pada tanah

c. Besarnya pembebanan yang mempengaruhi struktur.

Sedangkan untuk koefisien tegangan tanah lateral dapat dibagi menjadi 3

jenis yaitu sebagai berikut :

2.2.1. Koefisien Tanah Lateral dalam Keadaan Diam (Ko)

Koefisien tanah lateral dimana tanah dalam keadaan diam (at rest) sehingga

tidak terjadi pergerakan pada struktur penahan tanah. Massa tanah berada dalam

kondisi elastic equilibrium

(Sumber : Principles of Geotechnical Engineering, Braja M.Das, 5th , 2002)

Gambar 2.3. Tekanan Tanah Lateral At Rest

Page 5: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewPerpindahan dan regangan dalam arah tegak lurus terhadap bidang penampang diasumsikan tidak terjadi

9

Pada Gambar 2.3. terlihat suatu massa tanah yang ditahan oleh struktur penahan

tanah AB dengan tinggi H. Dinding penahan AB berada dalam keadaan diam,

sedangkan untuk massa tanah dalam keadaan keseimbangan elastic (elastic

equilibrium). Koefisien tekanan tanah lateral dalam keadaan diam dapat dituliskan

berdasarkan hubungan empiris yang dikenalkan oleh Jaky (1944) ebagai berikut :

2.2.2. Koefisien Tanah Lateral Aktif (Ka)

Koefisien tanah lateral dimana tanah bergerak mendorong searah dengan

pergerakan tanah. Massa tanah telah berada dalam kondisi plastic equilibrium.

(Sumber : Principles of Geotechnical Engineering, Braja M.Das, 5th , 2002)

Gambar 2.4. Tekanan Tanah Lateral Aktif

2.2.3. Koefisien Tanah Lateral Pasif (Kp)

Koefisien tanah lateral dimana tanah bergerak mendorong berlawanan arah

dengan pergerakan tanah. Massa tanah telah berada dalam kondisi plastic

equilibrium

Page 6: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewPerpindahan dan regangan dalam arah tegak lurus terhadap bidang penampang diasumsikan tidak terjadi

10

Terdapat beberapa teori yang biasa digunakan untuk menganalisa besarnya

tegangan lateral tanah diantaranya teori Rankine (1857) dan teori Coulomb (1776).

Perbedaan dari kedua teori ini berada pada prinsip-prinsip yang digunakan dalam

analisa.

(Sumber : Principles of Geotechnical Engineering, Braja M.Das, 5th , 2002)

Gambar 2.5. Tekanan Tanah Lateral Pasif

Berikut adalah beberapa teori yang telah dikembangkan dan digunakan dalam

menentukan besarnya nilai tegangan tanah lateral :

2.2.4. Teori Rankine (1857)

Menurut teori Rankine, beberapa anggapan yang digunakan dalam analisis

tekanan tanah adalah sebagai berikut :

1. Tanah adalah bahan yang isotropis, homogen, dan tak berkohesi sehingga

friksi antara struktur dengan tanah diabaikan.

2. Tegangan lateral tanah hanya dibatasi pada dinding vertical 900 (rigid body).

Page 7: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewPerpindahan dan regangan dalam arah tegak lurus terhadap bidang penampang diasumsikan tidak terjadi

11

3. Kegagalan yang terjadi merupakan sliding wedge yang diasumsikan sebagai

kegagalan planar

4. Tekanan tanah lateral bervariasi secara linear dengan kedalaman dan tekanan

pada ketinggian dari dasar dinding

5. Resultan gaya yang dihasilkan sejajar dengan permukaan backfill

Teori dari Rankine tentang koefisien tekanan tanah aktif dan pasif pada

permukaan tanah datar dapat ditulis dengan persamaan sebagai berikut:

dimana :

Page 8: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewPerpindahan dan regangan dalam arah tegak lurus terhadap bidang penampang diasumsikan tidak terjadi

12

Ka : Koefisien tekanan tanah aktif

Kp : Koefisien tekanan tanah pasif

c’ : Kohesi

φ’ : Sudut geser dalam tanah

: Tegangan tanah lateral aktif

: Tegangan tanah lateral pasif

: Tegangan vertical efektif

Sedangkan nilai koefisien tanah aktif (Ka) dan pasif (Kp) untuk permukaan

backfill yang miring mengunakan rumus berikut :

dimana :

Ka : Koefisien tekanan tanah aktif

Kp : Koefisien tekanan tanah pasif

φ’ : Sudut geser dalam tanah

: Sudut kemiringan backfill

Page 9: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewPerpindahan dan regangan dalam arah tegak lurus terhadap bidang penampang diasumsikan tidak terjadi

13

2.2.5. Teori Coulomb (1776)

Menurut teori Coulomb, beberapa anggapan yang digunakan dalam analisis

tekanan tanah adalah sebagai berikut :

1. Terjadi friksi antara struktur dengan tanah.

2. Tegangan lateral tanah tidakdibatasi pada dinding vertical

3. Kegagalan yang terjadi merupakan sliding wedge yang diasumsikan sebagai

kegagalan planar

4. Tekanan tanah lateral bervariasi secara linear dengan kedalaman dan tekanan

pada ketinggian dari dasar dinding

5. Resultan gaya yang dihasilkan sejajar dengan permukaan backfill

Teori dari Coulomb mengenai koefisien tekanan tanah aktif (Ka) dan tekanan

tanah pasif (Kp) dapat ditulis dengan persamaan sebagai berikut :

dimana :

Ka : Koefisien tekanan tanah aktif

Page 10: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewPerpindahan dan regangan dalam arah tegak lurus terhadap bidang penampang diasumsikan tidak terjadi

14

Kp : Koefisien tekanan tanah pasif

φ’ : Sudut geser dalam tanah

c’ : Kohesi

: Sudut kemiringan backfill

: Sudut kemiringan dinding penahan

: Sudut kemiringan tegak lurus tegangan

: Tegangan tanah lateral aktif

: Tegangan tanah lateral pasif

Gambar 2.6. Model Tegangan Coulomb dengan Backfill

2.2.6. Hubungan Pergerakan Dinding dengan Koefisien Tanah Lateral

Hubungan antara pergerakan dinding penahan tanah dengan koefisien

tekanan tanah lateral dapat dlihat sebagai berikut :

Page 11: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewPerpindahan dan regangan dalam arah tegak lurus terhadap bidang penampang diasumsikan tidak terjadi

15

(Sumber : Principles of Foundation Engineering, Braja M.Das, Fourth Edition)

Gambar 2.7. Variasi Pergerakan Tekanan Lateral dengan Pergerakan Dinding

Dari Gambar 2.7. menunjukan dinding penahan tanah dalam kondisi tekanan

tanah pasif dapat bergerak lebih jauh sebelum mencapai mengalami kegagalan.

Sedangkan dalam kondisi aktif, apabila tanah menerima gaya lateral yang sama maka

akan lebih cepat mengalami kegagalan dibanding pada kondisi pasif. Hal ini

disebabkan pergerakan dinding penahan tanah dalam kondisi aktif tidak dapat

bergerak sejauh saat pada kondisi pasif. Berikut adalah jarak pergerakan dinding

penahan tanah sebagai fungsi dari ketinggian yang diperlukan untuk mencapai

kondisi keruntuhan minimal aktif maupun pasif :

Page 12: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewPerpindahan dan regangan dalam arah tegak lurus terhadap bidang penampang diasumsikan tidak terjadi

16

Tabel 2.1. Hubungan ketinggian dengan pergeseran horizontal pada kondisi aktif

Tipe Tanah Pergerakan arah horizontal untuk mencapai kondisi aktif

Pasir Padat 0.001 H – 0.002 HPasir Lepas 0.002 H – 0.004 HTanah Lempung Kaku 0.010 H – 0.020 HTanah Lempung Lunak 0.020 H – 0.050 H

Tabel 2.2. Hubungan ketinggian dengan pergeseran horizontal pada kondisi pasif

dimana :

H : Ketinggian dinding penahan

2.3 Jenis-Jenis Beban Eksternal pada Struktur

Dalam melakukan suatu analisis, desain ataupun pemodelan pada struktur

perlu diketahui besarnya beban dan pengaruh pembebanan tersebut pada struktur.

Berdasarkan jenisnya, maka beban dapat dibedakan menjadi 2 garis besar yaitu :

a. Beban statis merupakan beban yang bekerja pada struktur secara tetap dan

memilki sifat steady-states.

b. Beban dinamis merupakan beban yang bekerja pada struktur secara tiba-tiba dan

pada umumnya tidak memiliki sifat steady-states dengan lokasi yang berbeda-

beda pada struktur.

Beban-beban yang bekerja pada struktur dapat diklasifikasikan berdasarkan

beberapa kategori, antara lain :

Tipe Tanah Pergerakan arah horizontal untuk mencapai kondisi pasif

Pasir Padat 0.005 H Pasir Lepas 0.010 HTanah Lempung Kaku 0.001 HTanah Lempung Lunak 0.050 H

Page 13: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewPerpindahan dan regangan dalam arah tegak lurus terhadap bidang penampang diasumsikan tidak terjadi

17

a. Beban mati (dead loads)

Semua beban yang bersifat tetap terhadap struktur dimana didalamnya

termasuk berat struktur itu sendiri.

b. Beban hidup (live loads)

Beban yang sifatnya dapat berpindah-pindah (beban berjalan) ataupun segala

beban yang sifatnya sementara.

c. Beban gempa (earthquake loads)

Beban pada struktur yang disebabkan adanya pergerakan tanah, dimana dapat

dikarenakan gempa bumi (tektonik ataupun vulkanik) sehingga

mempengaruhi struktur. Beban gempa ini merupakan jenis pembebanan

terhadap fungsi waktu, sehingga respons yang terjadi pada struktur sangat

tergantung pada lamanya beban gempa tersebut terjadi.

d. Beban angin (wind loads)

Beban pada struktur yang disebabkan adanya hambatan aliran angin oleh

struktur, sehingga energi kinetik angin berubah menjadi tekanan energy

potensial yang dapat mempengaruhi struktur.

e. Lain-lain (others loads)

Page 14: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewPerpindahan dan regangan dalam arah tegak lurus terhadap bidang penampang diasumsikan tidak terjadi

18

Beban-beban lain yang dapat terjadi karena faktor-faktor tertentu seperti letak

geografis, iklim, dll. Beberapa contoh dari beban ini adalah beban salju

ataupun beban hujan pada beberapa negara.

2.4 Tegangan Tanah Lateral saat Gempa

Beban gempa merupakan salah satu jenis pembebanan yang dapat

mempengaruhi struktur penahan tanah terutama untuk struktur galian dalam. Hal ini

disebabkan adanya penambahan nilai tegangan lateral pada saat terjadinnya gempa

sehingga disebut tegangan lateral total. Tegangan total ini terdiri dari tegangan lateral

tanah mula-mula (sebelum terjadi gempa) dan tegangan lateral tanah yang

disebabkan oleh gempa

Beberapa pendekatan telah dikembangkan untuk memecahkan permasalahan-

permasalahan yang disebabkan saat terjadi gempa. Beberapa pendekatan itu di

antaranya :

1. Metode analisis kondisi batas (Limit state analyses) merupakan metode

dimana gerakan relatif dinding penahan tanah dan tanah timbunan cukup besar

hingga dapat mempengaruhi batas kuat geser tanah (batas keruntuhan)

2. Metode pendekatan elastic merupakan metode dimana pergerakan tanah

dengan dinding penahan dibatasi dengan asumsi bahwa deformasi yang

diizinkan hanya dalam batasan elastic linier. Pada metode ini tanah

dimodelkan sebagai material elastic linier

3. Metode Intermediate merupakan metode dimana tanah tidak dimodelkan

sebagai material elastic ataupun batas runtuh, tetapi dimodelkan dalam kondisi

aktual non-linier hysteretic

Page 15: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewPerpindahan dan regangan dalam arah tegak lurus terhadap bidang penampang diasumsikan tidak terjadi

19

2.4.1. Metode Mononobe-Okabe (1924)

Metode yang dikembangkan berdasarkan metode limit state analyses adalah

metode Mononobe-Okabe (Mononobe dan Matsuo, 1929), (Okabe,1924). Studi

pengaruh gempa terhadap tegangan lateral pada struktur penahan tanah pertama-tama

dilakukan di Jepang oleh Okabe (1924) dan Mononobe-Matsuo (1929) .Pada metode

ini diasumsikan dimana sebuah bidang segitiga tanah (soil wedge) dibatasi dengan

sebuah dinding penahan yang kaku. Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan

pada metode ini, antara lain :

- Metode Mononobe-Okabe mengacu pada teori tegangan lateral tanah yang

dikembangkan oleh Coulomb (1776)

- Merupakan metode pseudo-static

- Berlaku untuk struktur penahan tanah yang dapat mengalami pergerakan yang

cukup besar hingga batas keruntuhan (yielding wall)

Berikut adalah analisa perhitungan tegangan lateral tanah pada saat gempa

menurut metode Mononobe-Okabe:

Page 16: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewPerpindahan dan regangan dalam arah tegak lurus terhadap bidang penampang diasumsikan tidak terjadi

20

dimana :

: Total tegangan lateral aktif

: Tegangan lateral aktif Coulomb

: Tegangan lateral aktif gempa

H : Tinggi struktur penahan tanah

Kh : Koefisien gempa horizontal

Kv : Koefisien gempa vertical

: Berat jenis tanah

g : gravitasi

: Percepatan gempa horizontal

: Percepatan gempa vertical

Page 17: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewPerpindahan dan regangan dalam arah tegak lurus terhadap bidang penampang diasumsikan tidak terjadi

21

2.4.2. Metode Seed and Whitman (1970)

Metode yang juga dikembangkan berdasarkan metode limit state analyses,

dimana pada metode ini analisa perhitungan tegangan lateral saat gempa adalah

sebagai berikut :

dimana :

: Total tegangan lateral aktif

: Tegangan lateral aktif Coulomb

: Tegangan lateral aktif saat gempa

H : Tinggi struktur penahan tanah

Page 18: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewPerpindahan dan regangan dalam arah tegak lurus terhadap bidang penampang diasumsikan tidak terjadi

22

: Berat jenis tanah

g : gravitasi

: Percepatan gempa pada tanah arah horizontal

2.4.3. Metode Wood (1973)

Metode yang dikembangkan berdasarkan metode pendekatan elastic adalah metode

yang diusulkan oleh Wood dengan menyajikan analisis solusi tepat (exact solution)

respon dinamis tanah pada dinding kaku. Pada metode ini tanah dimodelkan sebagai

material homogen elastic linier yang berada diantara dua dinding kaku, dan dasar

kaku. Besarnnya nilai Fp didapatkan dari Gambar 2.8. dengan mengunakan nilai

poisson ratio (υ) terhadap perbandingan panjang basement dan tinggi basement (L/H)

Page 19: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewPerpindahan dan regangan dalam arah tegak lurus terhadap bidang penampang diasumsikan tidak terjadi

23

(Sumber : Lateral Earth Pressure Static & Seismic Pseudo Static Analysis, Gouw, 2010)

Gambar 2.8. Faktor Resultan Gaya pada Dinding Kaku

Berikut adalah analisa perhitungan tegangan tanah lateral pada saat gempa

menurut metode Wood :

dimana :

: Faktor tekanan dinamis

Page 20: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewPerpindahan dan regangan dalam arah tegak lurus terhadap bidang penampang diasumsikan tidak terjadi

24

L : Panjang struktur basement

H : Tinggi struktur basement

: Berat jenis tanah

g : gravitasi

: Percepatan gempa horizontal

υ : Poisson ratio tanah

2.5 Beban Gempa Rencana

Menurut RSNI-03-1726-201X, beban gempa rencana adalah peluang

dilampauinya beban rencana dalam waktu umur bangunan 50 tahun adalah 2%, dan

gempa yang menyebabkannya dengan periode ulang 2475 tahun.

2.5.1. Peraturan Gempa RSNI-03-1726-201X

RSNI-03-1726-201X – Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk

Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung, merupakan hasil revisi dari SNI 03-

1726-2002 oleh Tim Revisi Peta Gepa Indonesia 2010. Pada Peta Gempa Indonesia

2010 pembagian wilayah gempa mengalami perubahan yang signifikan jika

dibandingkan dengan Peta Gempa Indonesia 2002.

Page 21: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewPerpindahan dan regangan dalam arah tegak lurus terhadap bidang penampang diasumsikan tidak terjadi

25

Berikut adalah cara mendesain respons spektra berdasarkan RSNI-03-1726-201X :

1. Menentukan nilai Ss dan S1

Nilai Ss dan S1 didapat dari Peta Gempa Indonesia 2010, dimana

Ss adalah parameter percepatan respons spektral MCE (Maximum Credible

Earthquake) dari Peta Gempa Indonesia 2010 pada perioda pendek (0,2 detik)

dengan redaman 5%

S1 adalah parameter percepatan respons spektral MCE (Maximum Credible

Earthquake) dari Peta Gempa Indonesia 2010 pada perioda pendek (1 detik)

dengan redaman 5%

2. Menentukan kategori resiko bangunan dan faktor keutamaan (Ie)

Untuk menentukan kategori resiko bangunan dan faktor keutamaan dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 2.3. Kategori Resiko Bangunan Gedung untuk Beban Gempa

Jenis Pemanfaatan Kategori Resiko

Gedung dan struktur lainnya yang memiliki resiko rendah terhadap jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan I

Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk dalam katerogi resiko I,III,IV II

Gedung dan struktur lainnya yang memiliki resiko tinggi terhadap jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan Gedung dan struktur lainnya, tidak termasuk kedalam kategori resiko IV, yang memiliki potensi untuk menyebabkan dampak ekonomi yang besar dan/atau gangguan massal terhadap kehidupan masyarakat sehari-hari bila terjadi kegagalanGedung dan struktur lainnya yang tidak termasuk dalam kategori resiko IV, (termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk fasilitas manufaktur, proses, penanganan, penyimpanan, penggunaan atau tempat pembuangan bahan bakar berbahaya, bahan kimia berbahaya, limbah berbahaya , atau bahan yang mudah meledak) yang mengandung bahan beracun atau peledak di mana jumlah kandungan bahannya melebihi nilai batas yang disyaratkan oleh instansi yang berwenang dan cukup menimbulkan bahaya bagi masyarakat jika terjadi kebocoran.

III

Page 22: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewPerpindahan dan regangan dalam arah tegak lurus terhadap bidang penampang diasumsikan tidak terjadi

26

Gedung dan struktur lainnya yang ditunjukkan sebagai fasilitas yang penting, termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk :

Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki fasilitas

bedah dan unit gawat darurat Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, dan kantor polisi serta garasi

kendaraan darurat Tempat perlindungan terhadap gempa bumi, angin badai, dan tempat

perlindungan darurat lainnya Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi dan fasilitas

lainnya untuk tanggap darurat Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik lainnya yang dibutuhkan

pada saat keadaan darurat Struktur tambahan (termasuk, tidak dibatasi untuk, menara

telekomunikasi, tangki penyimpanan bahan bakar, menara pendingin, struktur stasiun listrik , tangki air pemadam kebakaran atau struktur rumah atau struktur pendukung air atau material atau peralatan pemadam kebakaran ) disyaratkan dalam kategori resiko IV untuk beroperasi pada saat keadaan darurat

Menara Fasilitas penampungan air dan struktur pompa yang dibutuhkan untuk

meningkatkan tekanan air pada saat memadamkan kebakaran Gedung dan struktur lainnya yang memiliki fungsi yang penting

terhadap sistem pertahanan nasional. Gedung dan struktur lain, yang kegagalannya dapat menimbulkan bahaya bagi masyarakatGedung dan struktur lainnya (termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk fasilitas manufaktur, proses, penanganan, penyimpanan, penggunaan atau tempat penyimpanan bahan bakar berbahaya, bahan kimia berbahaya, limbah berbahaya) yang mengandung bahan yang sangat beracun di mana jumlah kandungan bahannya melebihi nilai batas yang disyaratkan oleh instansi yang berwenang dan cukup menimbulkan bahaya bagi masyarakat bila terjadi kebocoran. Gedung dan struktur lainnya yang mengandung bahan yang beracun, sangat beracun atau mudah meledak dapat dimasukkan dalam kategori resiko yang lebih rendah jika dapat dibuktikan dengan memuaskan dan berkuatan hukum melalui kajian bahaya bahwa kebocoran bahan beracun dan mudah meledak tersebut tidak akan mengancam kehidupan masyarakat. Penurunan kategori resiko ini tidak diijinkan jika gedung atau struktur lainnya tersebut juga merupakan fasilitas yang penting. Gedung dan struktur lainnya yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi struktur bangunan lain yang masuk kedalam kategori resiko IV.

IV

Sumber : RSNI-03-1726-201X - Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur

Bangunan Gedung dan Non Gedung, 2011

Tabel 2.4. Faktor Keutamaan Gempa dan Angin

Kategori Resiko

Faktor Keutamaan Gempa, Ie

Faktor Keutamaan Angin, IW

I atau II 1,00 1,00III 1,25 1,00IV 1,50 1,00

3. Menentukan koefisien situs Fa dan Fv

Page 23: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewPerpindahan dan regangan dalam arah tegak lurus terhadap bidang penampang diasumsikan tidak terjadi

27

Untuk menentukan koefisien situs Fa dan Fv dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.5. Klasifikasi Situs

Kelas Situs  (m/detik) atau (kPa)SA (Batuan Keras) > 1500 N/A N/ASB (Batuan) 750 sampai 1500 N/A N/ASC (Tanah Keras, Sangat Padat, dan Batuan Lunak)

350 sampai 750 > 50 ≥ 100

SD (Tanah Sedang) 175 sampai 350 15 sampai 50 50 sampai 100SE (Tanah Lunak) < 175 < 15 < 50

Atau setiap profil tanah yang mengandung lebih dari 3 m tanah dengan karateristik sebagaiberikut :

1. Indeks plastisitas, PI > 20,2. Kadar air, w > 40 persen, dan3. Kuat geser niralir < 25 kPa

SF (Tanah Khusus, yang membutuhkan investigasi geoteknik spesifik dan analisis respons spesifik situ yang mengikuti Pasal 6.9.1)

Setiap profil lapisan tanah yang memiliki salah satu atau lebih dari karakteristik berikut:

Rawan dan berpotensi gagal atau runtuh akibat beban gempa seperti mudah likuifaksi, lempung sangat sensitif, tanah tersementasi lemah

Lempung sangat organik dan/atau gambut (ketebalan H > 3 m) Lempung berplastisitas sangat tinggi (ketebalan H > 7,5 m

dengan Indeks Plasitisitas PI > 75) Lapisan lempung lunak/medium kaku dengan ketebalan H >

35 m dengan < 50 kPa

Sumber : RSNI-03-1726-201X - Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur

Bangunan Gedung dan Non Gedung, 2011

dimana :

= tahanan penetrasi standar rata-rata dalam lapisan 30 m paling atas.

= tahanan penetrasi standar rata-rata tanah non kohesif dalam lapisan

30 m paling atas.

= kuat geser niralir.

= kuat geser niralir rata-rata di dalam lapisan 30 m paling atas.

= kecepatan rambat gelombang geser rata-rata pada regangan geser

Page 24: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewPerpindahan dan regangan dalam arah tegak lurus terhadap bidang penampang diasumsikan tidak terjadi

28

yang kecil, di dalam lapisan 30 m paling atas.

Tabel 2.6. Koefisien Situs, Fa

Kelas Situs

Parameter Respons Spektral Percepatan Gempa MCER

Terpetakan Pada Perioda Pendek, T = 0,2 detik, SSSS ≤ 0,25 SS = 0,5 SS = 0,75 SS = 1 SS ≥ 1,25

SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8SB 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0SC 1,2 1,2 1,1 1,0 1,0SD 1,6 1,4 1,2 1,1 1,0SE 2,5 1,7 1,2 0,9 0,9SF SS

b

Sumber : RSNI-03-1726-201X - Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur

Bangunan Gedung dan Non Gedung, 2011

catatan :

a. Untuk nilai-nilai antara Ss dapat mengunakan interpolasi linier

b. Ss = Situs yang memerlukan investigasi geoteknik secara spesifik dan

analisis respon situs spesifik

Tabel 2.7. Koefisien Situs, Fv

Kelas Situs

Parameter Respons Spektral Percepatan Gempa MCER

Terpetakan Pada Perioda Pendek, T = 1 detik, S1S1 ≤ 0,1 S1 = 0,2 S1 = 0,3 S1 = 0,4 S1 ≥ 0,5

SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8SB 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0SC 1,7 1,6 1,5 1,4 1,3SD 2,4 2,0 1,8 1,6 1,5SE 3,5 3,2 2,8 2,4 2,4SF SS

b

Sumber : RSNI-03-1726-201X - Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur

Bangunan Gedung dan Non Gedung, 2011

catatan :

a. Untuk nilai-nilai antara S1 dapat mengunakan interpolasi linier

b. Ss = Situs yang memerlukan investigasi geoteknik secara spesifik dan

analisis respon situs spesifik

Page 25: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewPerpindahan dan regangan dalam arah tegak lurus terhadap bidang penampang diasumsikan tidak terjadi

29

4. Menghitung parameter pecepatan spektral desain

dimana:

SDS = parameter percepatan respons spektral pada perioda pendek (0,2

detik) dengan redaman 5%

SD1 = parameter percepatan respons spektral pada perioda 1 detik dengan

redaman 5%

Ss = parameter percepatan respons spektral MCE (Maximum Credible

Earthquake) dari Peta Gempa Indonesia 2010 pada perioda pendek

(0,2 detik) dengan redaman 5%

S1 = parameter percepatan respons spektral MCE (Maximum Credible

Earthquake) dari Peta Gempa Indonesia 2010 pada perioda 1 detik

dengan redaman 5%

Fa = koefisien situs untuk perioda pendek (0,2 detik)

Fv = koefisien situs untuk perioda 1 detik

5. Menentukan Kategori Desain Seismik (KDS)

Untuk menentukan Kaegori Desain Seismik (KDS) dapat dilihat pada tabel

parameter respon percepatan berikut :

Page 26: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewPerpindahan dan regangan dalam arah tegak lurus terhadap bidang penampang diasumsikan tidak terjadi

30

Tabel 2.8. Kategori Desain Seismik Berdasarkan Parameter Respon Percepatan

pada Periode Pendek (SDS)

Kategori Resiko

SDSSDS < 0,167

0,167 ≤ SDS < 0,33 0,33 ≤ SDS < 0,50 0,50 ≤ SDS

I A B C DII A B C DIII A B C DIV A C D D

Sumber : RSNI-03-1726-201X - Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur

Bangunan Gedung dan Non Gedung, 2011

Tabel 2.9. Kategori Desain Seismik Berdasarkan Parameter Respons Perepatan

pada Periode 1 detik (Ss)

Kategori Resiko

SD1

SD1 < 0,067

0,067 ≤ SD1 < 0,133

0,133 ≤ SD1 < 0,20 0,20 ≤ SD1

I A B C DII A B C DIII A B C DIV A C D D

Sumber : RSNI-03-1726-201X - Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur

Bangunan Gedung dan Non Gedung, 2011

6. Spektrum Respons Desain

a. Untuk periode yang lebih kecil dari To, spectrum respons percepatan desain

Sa, diambil berdasarkan persamaan berikut :

Page 27: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewPerpindahan dan regangan dalam arah tegak lurus terhadap bidang penampang diasumsikan tidak terjadi

31

dimana :

Sa = spektrum respons percepatan desain.

SDS = parameter percepatan respons spektral pada perioda pendek

(0,2 detik) dengan redaman 5%.

SD1 = parameter percepatan respons spektral pada perioda pendek

1 detik redaman 5%.

T = perioda fundamental bangunanuntuk

b. Untuk periode lebih besar dari ata sama dengan nilai To dan lebih kecil dari

atau sama dengan Ts, spectrum respons percepatan desain Sa = SDS

c. Untuk periode lebih besar dari Ts, spectrum respons percepatan desain Sa,

diambil berdasarkan persamaan berikut :

Page 28: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewPerpindahan dan regangan dalam arah tegak lurus terhadap bidang penampang diasumsikan tidak terjadi

32

Gambar 2.9. Spektrum Respons Desain RSNI-03-1726-201X

2.6 Metode Elemen Hingga

Metode elemen hingga (finite element method) adalah suatu metode

perhitungan berdasarkan konsep diskretisasi, yaitu membagi sebuah elemen kontinu

menjadi elemen-elemen yang lebih kecil. Dengan cara seperti ini, sebuah sistem yang

mempunyai derajat kebebasan yang tidak terhingga dapat didekatkan dengan

sejumlah elemen yang mempunyai derajat kebebasan tertentu. Jadi dapat dikatakan

metode elemen hingga ini adalah suatu analisa pendekatan. Untuk mendapatkan hasil

yang cukup akurat, maka elemen kontinu harus dibagi menjadi elemen-elemen

hingga yang kecil sehingga setiap elemen bias bekerja secara simultan. Metode ini

dapat digunakan untuk mengetahui deformasi ataupun tegangan yang terjadi pada

suatu elemen yang disebabkan oleh distribusi beban atau gaya.

2.6.1. Program PLAXIS

Plaxis adalah sebuah paket program dalam dunia teknik sipil yang dibuat

berdasarkan metode elemen hingga dan telah dikembangkan sedemikian rupa,

sehingga dapat digunakan untuk melakukan analisa deformasi, penurunan, ataupun

stabilitas dalam bidang Geoteknik. Tahap pemodelan dalam program PLAXIS

sendiri dapat dilakukan secara grafis, sehingga memungkinkan pembuatan suatu

model elemen hingga yang cukup kompleks menjadi lebih cepat dan mudah.

Sedangkan untuk semua tools dan komponen di dalam program PLAXIS juga sudah

dibuat sedemikian rupa sehingga dapat mendukung hasil komputasi yang mendetail.

Untuk tahap perhitungan dalam program PLAXIS sendiri, dilakukan secara otomatis

dengan berdasarkan kepada prosedur numerik. Pada bagian output program PLAXIS,

users dapat menampilkan data-data yang diperlukan bilamana diperlukan untuk

Page 29: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewPerpindahan dan regangan dalam arah tegak lurus terhadap bidang penampang diasumsikan tidak terjadi

33

mendesain suatu proyek. Terdapat pula menu curve yang dapat digunakan untuk

membuat kurva dengan meninjau pada poin tertentu yang dikenal dengan nodal.

Perkembangan program PLAXIS dimulai pada tahun 1987 di Universitas

Delft (Technical University of Delft) atas inisiatif dari Departemen Tenaga Kerja dan

Pengelolaan Sumber Daya Air Belanda (Dutch Department of Public Works and

Water Management). Tujuan awal dari program PLAXIS adalah untuk menganalisa

tanggul-tanggul yang dibangun pada tanah lunak di dataran rendah wilayah Holland.

Kemudian program PLAXIS dikembangkan lebih lanjut sehingga dapat menganalisa

dan menyelesaikan masalah-masalah yang lebih kompleks dalam seluruh aspek

perencanaan Geoteknik lainnya.

Pada program PLAXIS, model struktur Geoteknik dapat dimodelkan dengan

2 cara yaitu regangan bidang (plane strain) dan axi-simetri. Model rengangan bidang

(plane strain) biasa digunakan untuk model geometri dengan penampang melintang

yang cukup seragam, dengan kondisi tegangan dan kondisi pembebanan yang terjadi

cukup panjang dalam arah tegak lurus terhadap penampang. Perpindahan dan

regangan dalam arah tegak lurus terhadap bidang penampang diasumsikan tidak

terjadi atau bernilai nol. Walaupun diasumsikan tidak terjadi,tegangan normal pada

arah tegak lurus terhadap bidang penampang tetap diperhitungkan sepenuhnya dalam

analisa.

Sedangkan untuk model axi-simetri biasa digunakan untuk struktur Geoteknik yang

berbentuk lingkaran dengan bidang penampang radial yang cukup seragam dan

kondisi pembebanan mengelilingi sumbu aksial. Untuk deformasi dan kondisi

tegangan diasumsikan tersebar rata mengelilingi arah radial. Dalam model axi-

Page 30: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewPerpindahan dan regangan dalam arah tegak lurus terhadap bidang penampang diasumsikan tidak terjadi

34

simetri koordinat (x) menyatakan radius, sedangkan untuk koordinat (y) menyatakan

sumbu simetris dalam arah aksial.

(Sumber : Manual PLAXIS)

Gambar 2.10. Model Plane strain dan Axi-simetri dalam Plaxis

Elemen tanah dalam program PLAXIS dimodelkan sebagai elemen segitiga,

dimana elemen segitiga ini dibagi menjadi dua jenis yaitu elemen segitiga dengan 6

titik nodal dan elemen segitiga dengan 15 titik nodal. Metode yang digunakan dalam

elemen segitiga dengan 6 titik nodal adalah metode interpolasi ordo dua untuk

menghitung perpindahan dan integrasi numerik dengan mengunakan tiga titik Gauss

(titik tegangan). Sedangkan untuk elemen segitiga dengan 15 titik nodal adalah

metode interpolasi dengan ordo empat dan integrasi numerik dengan mengunakan 12

titik Gauss. Oleh sebab itu analisa elemen hingga dalam program PLAXIS akan

memberikan hasil yang lebih akurat dengan mengunakan segitiga dengan 15 titik

nodal dibandingkan dengan analisa dengan hanya 6 titik nodal. Akan tetapi proses

Page 31: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewPerpindahan dan regangan dalam arah tegak lurus terhadap bidang penampang diasumsikan tidak terjadi

35

perhitungan dengan 15 titik nodal ini akan lebih lambat karena banyaknya jumlah

perhitungan yang dilakukan dibandingkan hanya dengan mengunakan 6 titik nodal.

(Sumber : Manual Plaxis)

Gambar 2.11. Letak Titik Nodal dan Titik Tegangan pada Elemen Tanah

Dalam model analisa regangan bidang (plane-strain), gaya yang disebabkan

adanya perpindahan dinyatakan dalam gaya persatuan lebar dalam arah tegak urus

penampang. Sedangkan dalam model analisa axi-simetri, gaya yang dihasilkan

merupakan gaya yang bekerja pada bidang batas yang membentuk busur lingkaran

sebesar 1 radian yang saling berhadapan.

2.6.2. Analisa Undrained

Dalam memodelkan elemen tanah di program elemen hingga terutama

PLAXIS, biasa dapat dilakukan dalam kondisi drained dan kondisi undrained. Hal

ini dipengaruhi oleh kecepatan air untuk masuk/keluar dari tanah pada waktu tertentu

saat tanah tersebut diberikan beban. Sehingga kondisi drained dan undrained dalam

program elemen hingga tergantung pada pemodelan yang dilakukan pada saat tanah

diberikan beban.

Kondisi undrained adalah kondisi dimana tidak ada pergerakan atau aliran air

pori dari tanah dan tidak ada perubahan volume tanah. Pada keadaan ini, beban luar

Page 32: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewPerpindahan dan regangan dalam arah tegak lurus terhadap bidang penampang diasumsikan tidak terjadi

36

yang bekerja akan menimbulkan tegangan air pori berlebih di dalam tanah karena

pembebanan dilakukan dalam waktu yang relatif cepat. Sedangkan yang

dimaksudkan untuk kondisi drained adalah kondisi dimana air terdapat

pergerakan/aliran air pori dari tanah. Pada keadaan ini beban luar yang bekerja tidak

menimbulkan tegangan air pori berlebih karena pembebanan yang dilakukan dalam

waktu yang relatif lambat. Oleh sebab itu air masih tetap dapat bergerak masuk atau

keluar dari tanah. Secara sederhana kondisi drained dan undrained dapat dijelaskan

sebagai berikut :

1. Kondisi drained

- Tanah ber-permeabilitas tinggi

- Beban luar bekerja dalam waktu relatif lambat

- Perilaku jangka pendek tanah tidak kritis

- Perilaku jangka panjang kritis

2. Kondisi undrained

- Tanah ber-permeabilitas rendah

- Beban luar bekerja dalam waktu relatif cepat

- Perilaku jangka pendek tanah kritis

- Perilaku jangka panjang tidak kritis

Untuk mengetahui kapan kondisi drained dan undrained harus dianalisa,

dapat dilakukan sebagai berikut (Vermeer & Meir, 1998):

T < 0.1 (U = 35%), maka kondisi undrained

Page 33: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewPerpindahan dan regangan dalam arah tegak lurus terhadap bidang penampang diasumsikan tidak terjadi

37

T > 0.4 (U = 70%), maka kondisi drained

dimana :

k = Permeabilitas tanah

Eoed = Modulus oedometer

γw = Berat isi tanah

D = Panjang jarak aliran air pori

t = Waktu konstruksi

Tv = Time factor

Secara umum analisa undrained dilakukan dalam parameter tegangan total,

sehingga parameter kuat geser yang digunakan adalah sebagai berikut :

- Kuat geser undrained ( C = Cu = Su, φ = 0 )

- Kekakuan Undrained ( E = Eu, υu = 0.5 )

Namun dalam analisa pada program elemen hingga terutama PLAXIS, pemodelan

kondisi undrained tidak sesederhana pemodelan dalam kondisi drained. Dalam

PLAXIS, kondisi undrained dapat dimodelkan dalam 3 parameter input dengan hasil

yang berbeda-beda yang dikenal dengan istilah analisa Undrained A, Undrained B,

Undrained C. Berikut adalah detail dan perbedaan dari tiap analisa :

1. Undrained A (Method A)

Perhitungan dengan analisa Undrained A dilakukan dalam analisa tegangan

efektif, dimana digunakan parameter kuat geser efektif dan parameter kekakuan

efektif. Pada analisa ini dapat dihasilkan nilai tegangan air pori yang terjadi.

Page 34: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewPerpindahan dan regangan dalam arah tegak lurus terhadap bidang penampang diasumsikan tidak terjadi

38

Namun tepat atau tidaknya perhitungan tergantung pada model dan parameter

tanah. Sedangkan untuk kuat geser undrained (Su), bukan merupakan parameter

input melainkan merupakan hasil dari model konstitutif yang akan digunakan.

Kuat geser undrained ini harus diperiksa dengan data hasil sesungguhnya.

Berikut adalah detail parameter yang digunakan dalam Undrained A :

- Jenis Analisa : Effective Stresses Analysis

- Tipe material : Undrained (Undrained A)

- Kuat geser tanah efektif : c’ , φ’ , ψ’

- Kekakuan tanah efektif : E50’ , v’

2. Undrained B (Method B)

Perhitungan dengan analisa Undrained B dilakukan dalam analisa tegangan

efektif, dimana digunakan parameter kekakuan efektif dan parameter kuat geser

undrained. Pada analisa ini dapat dihasilkan nilai tegangan air pori yang terjadi.

Namun hasil yang diberikan sangat tidak akurat sehingga pada umumnya tidakd

apat digunakan. Sedangkan untuk kuat geser undrained (Cu = Su) merupakan

parameter input. Sehingga analisa ini tidak akan memberikan kesalahan

perhitungan dalam kestabilan undrained. Berikut adalah detail parameter yang

digunakan dalam Undrained B :

- Jenis Analisa : Effective Stresses Analysis

- Tipe material : Undrained (Undrained B)

- Kuat geser tanah efektif : c = cu , φ = 0 , ψ = 0

- Kekakuan tanah efektif : E50’ , v’

Page 35: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewPerpindahan dan regangan dalam arah tegak lurus terhadap bidang penampang diasumsikan tidak terjadi

39

3. Undrained C (Method C)

Perhitungan dengan analisa Undrained C dilakukan dalam analisa tegangan

total, dimana digunakan parameter kekakuan undrained dan parameter kuat geser

undrained. Pada analisa ini tidak dapat dihasilkan nilai tegangan air pori,

sehingga hasil analisa tegangan efektif harus diinterpretasikan sebagai tegangan

total. Sedangkan untuk kuat geser undrained (Cu = Su) merupakan parameter

input. Sehingga analisa ini tidak akan memberikan kesalahan perhitungan dalam

kestabilan undrained. Berikut adalah detail parameter yang digunakan dalam

Undrained C :

- Jenis Analisa : Total Stresses Analysis

- Tipe material : Drained / non-porous (Undrained C)

- Kuat geser tanah efektif : c = cu , φ = 0 , ψ = 0

- Kekakuan tanah efektif : Eu , v = 0.495

Page 36: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewPerpindahan dan regangan dalam arah tegak lurus terhadap bidang penampang diasumsikan tidak terjadi

40

2.7 Korelasi Empiris Antar Parameter

Untuk mendapatkan data parameter tanah yang diperlukan dalam desain suatu

struktur Geoteknik, ada beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu : pengujian

langsung di lapangan, pengujian di laboratorium, ataupun dengan mengunakan

korelasi empiris antar parameter yang telah direkomendasikan oleh para tenaga ahli.

Pada umumnya, parameter tanah diperoleh dari hasil pengujian di lapangan dan

laboratorium. Sedangkan untuk korelasi empiris antar parameter biasanya digunakan

apabila data yang diperlukan untuk desain tidak tersedia dari hasil pengujian

langsung dilapangan ataupun laboratorium. Selain itu dapat juga digunakan untuk

verifikasi hasil data dengan data lainnya. Berikut adalah beberapa korelasi empiris

yang telah direkomendasikan oleh para ahli :

1. Korelasi antara modulus Young (Eu) dengan Kohesi (Cu)

Ducan dan Buchignani (1976) memberikan hubungan antara modulus

Young dengan nilai kohesi tanah pada kondisi undrained dalam sebuah grafik

fungsi dari indeks platisitas (PI) terhadap overconsolidation ratio (OCR).

Gambar 2.12. Korelasi Antara Modulus Young (Eu) dan Kohesi Tanah Undrained

Page 37: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewPerpindahan dan regangan dalam arah tegak lurus terhadap bidang penampang diasumsikan tidak terjadi

41

Korelasi antara modulus elastisitas dengan nilai kohesi tanah dalam kondisi

undrained juga diberikan oleh Termaat, Vermeer, dan Vergeer (1985) dalam

bentuk grafik korelasi pada Gambar 2.13. Adapun persamaan garis dari

korelasi ini sebagai berikut :

dimana :

= Modulus young undrained

Cu = Kohesi undrained

PI = Indeks plastisitas

Gambar 2.13. Korelasi Antara Modulus Young dan Kohesi Tanah Undrained

berdasarkan Nilai Indeks Platisitas (PI)

Page 38: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewPerpindahan dan regangan dalam arah tegak lurus terhadap bidang penampang diasumsikan tidak terjadi

42

Pada tanah lempung dengan indeks plastisitas yang tinggi (PI > 30 atau tanah

organic), maka berlaku :

Eu = 100 ~ 500 Su

Sedangkan untuk tanah lempung dengan indeks platisitas rendah ( PI < 30

atau lempung kaku), maka berlaku :

Eu = 500 ~ 1500 Su

2. Hubungan antara konsistensi tanah dengan kohesi tanah undrained (Cu)

Hamilton (1987) memberikan hubungan interval nilai kohesi tanah undrained

berdasarkan konsistensi tanah. Adapun hubungan nilai kohesi tanah

undrained (Cu) sebagai berikut :

(Sumb

er : Stabilenka Design Guide)

Gambar 2.14. Interval Nilai Kohesi Tanah Lempung dalam Kondisi Undrained

Berdasarkan Konsistensi Tanah (Hamilton; 1987)

Page 39: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewPerpindahan dan regangan dalam arah tegak lurus terhadap bidang penampang diasumsikan tidak terjadi

43

3. Nilai kisaran parameter tanah lempung dalam kondisi undrained

Berikut adalah nilai kisaran parameter tanah lempung terutama untuk nilai

kohesi (Cu) dalam kondisi undrained :

Tabel 2.10. Interval Nilai Kohesi Tanah Lempung dalam kondisi undrained

Cohesive SoilN-SPT < 4 4 - 6 6 - 15 16 – 30 31 - 50State Very Soft Soft Medium Stiff HardCohesion (Cu) 0 – 10 10 - 25 25 - 45 45 – 95 > 100Unit Weight (γ) 14 – 18 16 - 18 16 - 18 16 – 20 20 - 23 

(Sumber : Soil Mechanics, William T, Whitman, Robert V, 1962)

4. Nilai kisaran parameter pasir berdasarkan konsistensi tanah

Berikut adalah nilai kisaran parameter tanah pasir terutama untuk nilai sudut

geser dalam (φ) :

Tabel 2.11. Interval Nilai Sudut Geser Dalam (φ) Tanah Pasir

Cohesionless SoilN-SPT 0 - 10 11 - 30 31-50 > 50State Loose Medium Dense Very DenseAngle of Friction (φ) 25 - 32 28 - 36 30 - 40 > 35Unit Weight (γ) 12 - 16 14 - 18 16 - 20 18 - 23

(Sumber : Soil Mechanics, William T, Whitman, Robert V, 1962)

5. Korelasi nilai Cu dengan c’

Hubungan antara nilai kohesi tanah lempung dalam kondisi undrained (Cu)

dan dalam kondisi efektif dapat dijelaskan sebagai berikut :

dimana :

Page 40: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewPerpindahan dan regangan dalam arah tegak lurus terhadap bidang penampang diasumsikan tidak terjadi

44

Cu = Kohesi tanah dalam kondisi undrained

= Sudut geser dalam

Ko = Koefisien tanah at rest

= Tegangan vertical efektif

c’ = Kohesi tanah dalam kondisi efektif

6. Korelasi beberapa jenis tanah dengan modulus elastisitas

Berikut adalah korelasi nilai kekakuan tanah dalam kondisi undrained dan

drained berdasarkan konsistensi tanah :

Gambar 2.15. Interval Nilai Kekakuan Tanah Berdasarkan Konsistensi Tanah