paperoncampus.files.wordpress.com  · web viewkata didong berasal dari bahasa gayo, yaitu dari...

28
KATA PENGANTAR Bismillahi-rahmanirrahim. Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat-Nya kami telah dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya yang berjudul “Seni Dan Pariwisata Aceh Tengah (Suku Gayo)”. Penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas Mata Kuliah “ Seni, budaya dan kepariwisataan”. Pada semester 6 program studi S1 Ilmu Perpustakaan dan Informasi-FIB. Penulisan karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan karena terjalinnya kerja sama yang baik dan juga atas bimbingan dari orang-orang terdekat. Dan dalam penulisan makalah ini tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi baik saat perencanaan, pelaksanaan, maupun pengolahan. Saya menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ilmiah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat positif dan membangun, untuk penulisan karya tulis ilmiah yang lebih baik lagi di kedepannya. Medan, 6 Mei 2015

Upload: dinhdung

Post on 09-Jun-2018

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: paperoncampus.files.wordpress.com  · Web viewKata didong berasal dari bahasa Gayo, yaitu dari akar kata dik dan dong. Dik artinya menghentakkan kaki ke tanah (lantai atau papan)

KATA PENGANTAR

Bismillahi-rahmanirrahim.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat-Nya kami telah dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya yang berjudul “Seni Dan Pariwisata Aceh Tengah (Suku Gayo)”.

Penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas Mata Kuliah “ Seni, budaya dan

kepariwisataan”. Pada semester 6 program studi S1 Ilmu Perpustakaan dan Informasi-FIB.

Penulisan karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan karena terjalinnya kerja sama yang

baik dan juga atas bimbingan dari orang-orang terdekat. Dan dalam penulisan makalah ini

tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi baik saat perencanaan, pelaksanaan, maupun

pengolahan. Saya menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ilmiah ini masih banyak

kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik

dan saran yang bersifat positif dan membangun, untuk penulisan karya tulis ilmiah yang lebih

baik lagi di kedepannya.

Medan, 6 Mei 2015

PENYUSUN

SENI DAN PARIWISATA ACEH TENGAH (SUKU GAYO)

Page 2: paperoncampus.files.wordpress.com  · Web viewKata didong berasal dari bahasa Gayo, yaitu dari akar kata dik dan dong. Dik artinya menghentakkan kaki ke tanah (lantai atau papan)

1. Kesenian Gayo

A. Didong

a. Sejarah Didong

Kata didong berasal dari bahasa Gayo, yaitu dari akar kata dik dan dong. Dik artinya

menghentakkan kaki ke tanah (lantai atau papan) yang berbunyi dik-dik-dik. Kemudian akar

kata dong berarti berhenti di tempat, tidak berpindah. Jadi, kata didong dapat diartikan

bergerak (menghentakkan kaki) di tempat untuk mengharapkan bunyi dik-dik-dik. Bunyi dik-

dik-dik selalu dibunyikan untuk menyelingi dalam pertandingan didong. Menurut kamus

Bahasa Gayo – Indonesia, didong ialah sejenis kesenian tradisional yang dipertandingkan

antara dua guru didong yang berasal dari dua desa yang berbeda, Disembahan dimulai setelah

selesai shalat Isa dan berakhir sebelum shalat subuh .

Kata didong menjadi nama kesenian tradisional di Gayo Lues berdasarkan cerita

rakyat (foklore), yaitu “Asal - Usul Gajah Putih” yang dikumpulkan oleh Sulaiman Hanafiah

dkk (1984 : 140 – 148). Gajah putih merupakan penjelmaan seorang sahabat yang sudah

meninggal dunia, ketika Gajah Putih ini akan dibawa ke istana raja Aceh oleh orang-orang

yang diperintahkan raja. Gajah Putih tidak mau berjalan dan melawan, Gajah Putih

menghentak-hentakkan kakinya ke tanah dan menimbulkan bunyi dik-dik-dik. Namun ketika

sahabatnya yang membawa, Gajah Putih pun berjalan dan sampai ke istana raja Aceh.

Gerakan Gajah Putih yang menghentak-hentakkan kakinya ke tanah dan

menimbulkan bunyi dik-dik-dik, selalu ditirukan oleh orang-orang yang melihat kejadian itu.

Akhirnya kebiasaan tersebut digunakan pada saat merasa gembira atau pada saat

menyampaikan pesan dan nasihat kepada anak-anak, teman, masyarakat atau kepada siapa

saja yang dianggap perlu untuk disampaikan. Oleh karena itu, kebiasaan tersebut berlangsung

sampai saat ini dan disebut dengan kesenian didong.

b. Pembagian Didong

Didong dapat dibagi dua, yaitu: didong Gayo Lues dan didong lut (laut). Didong

Gayo Lues dapat dibagi tiga macam, yaitu didong alo ; didong belang (didong penyambutan

tamu), didong jalu (didong laga), dan didong niet (didong niat). Didong Gayo Lues

berkembang di Kabupaten Gayo Lues dan Kabupaten Aceh Tenggara. Didong Lut

berkembang di Aceh Tengah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

1) Didong Alo

Page 3: paperoncampus.files.wordpress.com  · Web viewKata didong berasal dari bahasa Gayo, yaitu dari akar kata dik dan dong. Dik artinya menghentakkan kaki ke tanah (lantai atau papan)

Didong alo ; didong belang (didong penyambutan tamu) Persembahan dilakukan pada

saat penyambutan tamu yang diundang untuk pesta tari saman. Pemain didong alo berjumlah

antara 5 sampai 10 orang dari pihak tuan rumah dan begitu pula dari pihak tamu. Tamu selalu

dijemput, jarak tempat mengadakan persembahan didong alo biasanya satu atau dua kilo

meter atau sesuai dengan keadaan lapangan. Persembahan dilakukan berbaris sambil berlari

dan berbentuk melingkar arah ke kiri atau ke kanan, begitu juga dari pihak tamu untuk

mengikuti tuan rumah.

2) Didong Jalu

Didong jalu (didong laga) dilakukan dengan mempertemukan dua penutur (guru

didong ; pegawe) yang berasal dari dua kampung berbeda.Satu guru didong mewakili ralik

(pihak keluarga istri) dan satu guru didong mewakili juelen (pihak menantu pria).

Persembahan didong jalu dilakukan untuk merayakan pesta pernikahan dan sunat rasul.

Persembahan dimulai setelah shalat isya dan berakhir sebelum shalat shubuh ( lebih kurang 9

jam). Masing-masing guru didong didanpingi 10 sampai 15 orang untuk mengiringi cerita

pada bagian-bagian tertentu. Guru didong memakai topi (bulang teleng), kain ulos (upuh

kerawang) Gayo (warna menonjol merah, kuning, hijau dan warna dasar hitam), dan kain

sarung berwarna merah serta celana panjang berwarna hitam. Didong dimainkan di atas

papan sepanjang 3 meter dan di bawahnya digali lubang supaya dapat menimbulkan bunyi.

3) Didong Niet

Didong Niet (didong niat) dimainkan oleh dua orang guru didong. Kedua guru didong

berdiri berdampingan dan pakaian sama dengan didong jalu. Didong niet selalu

dipersembahkan berdasarkan niat seseorang. Misalnya niat seseorang yang ingin mempunyai

keturunan atau keinginan punya anak laki-laki atau anak perempuan. Jika keinginan ini

dikabulkan oleh Yang Maha Kuasa, maka didong niet pun dipersembahkan.

c. Hubungan Didong dan Masyarakat Gayo Lues

Budaya dan masyarakat tidak dapat dipisah-pisahkan. Budaya lahir dari masyarakat

dan masyarakat memiliki budaya. Budaya atau kebudayaan adalah segala daya upaya

manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup baik kebutuhan rohani maupun kebutuhan

jasmani. Kebudayaan yang diperoleh manusia melalui belajar dan budaya menjadi milik

masyarakat yang menganutnya

Page 4: paperoncampus.files.wordpress.com  · Web viewKata didong berasal dari bahasa Gayo, yaitu dari akar kata dik dan dong. Dik artinya menghentakkan kaki ke tanah (lantai atau papan)

Didong sebagai karya seni sastra merupakan hasil dan milik masyarakat Gayo Lues.

Didong merupakan gambaran dan pancaran jiwa masyarakat Gayo. Di dalam didong selalu

berisi tentang kebudayaan masyarakat Gayo. Gambaran budaya Gayo yang ada di dalam

didong seperti sistem kekerabatan, status sosial, sitem perkawinan, dan lain-lain. Masing-

masing daerah mempunyai kebudayaan sendiri-sendiri dan memiliki berbagai bentuk

kesenian yang khas

a. Didong Sebagai Hiburan

Menurut Sidi Gazsalba, tentang fungsi seni sebagai haiburan mendapat nilai yang tak

terkira peranannya dan menambah kenyamanan hidup. Nyanyian, musik, tarian, drama,

sastra, lukisan merupakan tempat pelarian dari jiwa dan semangat yang penat karena kerja

sehari-hari, karena tugas ekonomi, politik, dan lain-lain. Semangat yang sudah kendor

disegarkan kembali oleh nilai-nilai yang kita nikmati dalam karya seni.

Menurut Wadjiz Anwar ,keindahan itu terdapat di mana-mana, kita memandang alam

di sekeliling kita dan kita menjumpai keindahan dan kecantikan. Keindahan pemandangan

pohon bambu yang menjulang tinggi di atas desa-desa di negeri kita.

Walaupun nuansa agama Islam tetap terasa pada persembahan didong, namun didong

tidak pernah dipersembahkan untuk menyambut hari besar agama Islam. Bagi masyarakat

Gayo untuk perayaan agama Islam selalu disambut dalam bentuk ceramah (berhubungan

dengan hari perayaan), kunjungan antarkampung dalam rangka membacakan selawat nabi.

b. Didong Sebagai Sarana Pendidikan

Menurut Aning Retnaningsih (1982 : 21) karya seni diciptakan pengarang, karena

pengarang memiliki niat baiknya untuk mengemukakan beberapa persoalan, cita-cita, serta

paham-paham yang terkandung di dalam kalbunya berupa pesan atau tujuan yang tertentu

yang ingin disampaikan kepada masyarakat. Seorang pengarang menciptakan karya sastra

ada pesan atau amanat yang ingin disampaikan kepada pembaca. Pengarang ingin berbagi

pengalaman batin dengan pembaca. Pengalaman batin yang disampaikan ada yang berupa

pendidikan kepada masyarakatnya. Pendidikan yang disampaikan ada bersifat langsung dan

ada yang tidak langsung.

Didong jalu yang lahir dari masyarakat Gayo Lues merupakan gambaran kehidupan

masyarakat Gayo Lues. Oleh karena itu, didong jalu dapat berperan untuk membina

Page 5: paperoncampus.files.wordpress.com  · Web viewKata didong berasal dari bahasa Gayo, yaitu dari akar kata dik dan dong. Dik artinya menghentakkan kaki ke tanah (lantai atau papan)

pendidikan kepada masyarakat Gayo Lues, terutama pendidikan yang bersifat informal.

Dalam persembahan didong jalu Gayo Lues selalu mengulang-ulang persoalan yang sama

pada bahagian tertentu dan bersifat dinamis pada bagian yang lain. Oleh karena itu, didong

jalu dapat menjadi sarana pendidikan kepada masyarakat Gayo Lues.

c. Didong sebagai Nasihat

Melalui karya sastera pengarang berusaha memberikan nasihat kepada pembaca, agar

pembaca dapat berkembang dan mengusai segala seluk-beluk di dalam kehidupan

masyarakat. Karya sastra dapat menanamkan nilai-nilai kemanusiaan yang lebih tinggi dan

lebih bertanggung jawab, baik tanggung jawab kepada diri sendiri maupun tanggung jawab

bagi orang lain, bangsa, negara , dan agama (MJA Nashir, 2001 : 194).

Didong jalu salah satu karya sastra lisan dari suku Gayo Lues yang telah banyak

menyampaikan nasihat kepada penonton persembahan. Penonton seolah-olah menjadi objek

bagi penutur persembahan ini. Penonton memberikan nasihat-nasihat yang berharga di dalam

kehidupan, baik kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan kelompok.

d. Didong sebagai Alat Melestarikan Budaya

Menurut Korrie Layun Rampan,apa yang terjadi di dalam kehidupan masyrakat akan

mempengaruhi karya sastra, karena karya sastra merupakan cerminan masyarakat pada saat

diciptakan. Di sadari atau tidak, pengarang langsung terpengaruh dengan keadaan kehidupahn

masyarakat. Bahkan ada pendapat bahwa karya sastra itu dapat benar-benar menggambarkan

kehidupan masyarakat, maka karya sastra itu dapat dikatakan baik atau berhasil. Oleh karena

itu, karya sastra yang baik adalah karya sastra yang berhubungan dengan kehidupan.

B. Alat musik Gayo

a. Canang Gayo

Canang Gayo merupakan alat musik tradisional mirip gong yang dibunyikan dengan cara dipukul berirama. Canang Gayo dimainkan pada acara perkawinan (Mungerje) dan upacara adat lainnya. Sejumlah wanita Gayo sedang memukul Canang di Kampung Serule, Kecamatan Bintang, Kabupaten Aceh Tengah.

b. Musik Teganing

Alat Teganing merupakan alat musik pukul berasal dari Suku Gayo, Kabupaten Aceh Tengah. Alat musik tradisional ini terbuat dari bambu dimainkan dengan cara memukul pada

Page 6: paperoncampus.files.wordpress.com  · Web viewKata didong berasal dari bahasa Gayo, yaitu dari akar kata dik dan dong. Dik artinya menghentakkan kaki ke tanah (lantai atau papan)

tali senarnya secara berirama. Bunyi-bunyian alat musik perkusi ini biasanya diringi dengan alunan suara Didong (Seni Tutur Bahasa Gayo) dan Jangen Gayo.

2. Tari gayo

A. Tari Guel

Tari guel adalah salah satu khasanah budaya Gayo di Aceh. Guel berarti

membunyikan. Khususnya di daerah dataran tinggi gayo, tarian ini memiliki kisah panjang

dan unik. Para peneliti dan koreografer tari mengatakan tarian ini bukan hanya sekedar tari.

Dia merupakan gabungan dari seni sastra, seni musik dan seni tari itu sendiri.

Dalam perkembangannya, tari guel timbul tenggelam, namun Guel menjadi tari

tradisi terutama dalam upacara adat tertentu. Guel sepenuhnya apresiasi terhadap wujud alam,

lingkkungan kemudian dirangkai begitu rupa melalui gerak simbolis dan hentakan irama. Tari

ini adalah media informatif. Kekompakan dalam padu padan antara seni satra, musik/suara,

gerak memungkinkan untuk dikembangkan (kolaborasi) sesuai dengan semangat zaman, dan

perubahan pola pikir masyarakat setempat. Guel tentu punya filosofi berdasarkan sejarah

kelahirannya. Maka rentang 90-an tarian ini menjadi objek penelitian sejumlah surveyor

dalam dan luar negeri.

Pemda Daerah Istimewa Aceh ketika itu juga menerjunkan sejumlah tim dibawah

koodinasi Depdikbud (dinas pendidikan dan kebudayaan), dan tersebutlah nama Drs Asli

Kesuma, Mursalan Ardy, Drs Abdrrahman Moese, dan Ibrahim Kadir yang terjun melakukan

survey yang kemudian dirasa sangat berguna bagi generasi muda, seniman, budayawan untuk

menemukan suatu deskripsi yang hampir sempurna tentang tari guel. Sebagian hasil

penelitian ini yang saya coba kemukakan, apalagi memang dokumen/literatur tarian ini

sedikit bisa didapatkan.

a. Sejarah Tari Guel

Berdasarkan cerita rakyat yang berkembang di tanah Gayo. tari guel berawal dari

mimpi seorang pemuda bernama Sengeda anak Raja Linge ke XIII. Sengeda bermimpi

bertemu saudara kandungnya Bener Meria yang konon telah meninggal dunia karena

pengkhianatan. Mimpi itu menggambarkan Bener Meria memberi petunjuk kepada Sengeda

(adiknya), tentang kiat mendapatkan Gajah putih sekaligus cara meenggiring Gajah tersebut

untuk dibawa dan dipersembahakan kepada Sultan Aceh Darussalam. Adalah sang putri

Sultan sangat berhasrat memiliki Gajah Putih tersebut.

Page 7: paperoncampus.files.wordpress.com  · Web viewKata didong berasal dari bahasa Gayo, yaitu dari akar kata dik dan dong. Dik artinya menghentakkan kaki ke tanah (lantai atau papan)

Berbilang tahun kemudian, tersebutlah kisah tentang Cik Serule, perdana menteri Raja

Linge ke XIV berangkat ke Ibu Kota Aceh Darussalam (sekarang kota Banda Aceh).

Memenuhi hajatan sidang tahunan Kesutanan Kerajaan. Sengeda yang dikenal dekat dengan

Serule ikut dibawa serta. Pada saat-saat sidang sedang berlangsung, Sengeda rupanya

bermain-main di Balai Gading sambil menikmati keagungan Istana Sultan.

Pada waktu itulah ia teringat akan mimpinya waktu silam, lalu sesuai petunjuk

saudara kandungnya Bener Meria ia lukiskan seekor gajah berwarna putih pada sehelai daun

Neniyun (Pelepah rebung bambu), setelah usai, lukisan itu dihadapkan pada cahaya

matahari. Tak disangka, pantulan cahaya yang begitu indah itu mengundang kekaguman sang

Puteri Raja Sultan. Dari lukisan itu, sang Putri menjadi penasaran dan berhasrat ingin

memiliki Gajah Putih dalam wujud asli.

Permintaan itu dikatakan pada Sengeda. Sengeda menyanggupi menangkap Gajah

Putih yang ada dirimba raya Gayo untuk dihadapkan pada tuan puteri dengan syarat Sultan

memberi perintah kepada Cik Serule. Kemudian dalam prosesi pencarian itulah benih-benih

dan paduan tari guel berasal: Untuk menjinakkan sang Gajah Putih, diadakanlah kenduri

dengan meembakar kemenyan; diadakannya bunyi-bunyian dengan cara memukul-mukul

batang kayu serta apa saja yang menghasilkan bunyi-bunyian. Sejumlah kerabat Sengeda pun

melakukan gerak tari-tarian untuk memancing sang Gajah.

Setelah itu, sang Gajah yang bertubuh putih nampak keluar dari persembunyiaannya.

Ketika berpapasan dengan rombongan Sengeda, sang Gajah tidak mau beranjak dari

tempatnya. Bermacam cara ditempuh, sang Gajah masih juga tidak beranjak. Sengeda yang

menjadi pawang pada waktu itu menjadi kehilangan ide untuk menggiring sang Gajah.

Lagi-lagi Sengeda teringat akan mimpi waktu silam tentang beberapa petunjuk yang

harus dilakukan. Sengeda kemudian memerintahkan rombongan untuk kembali menari

dengan niat tulus dan ikhlas sampai menggerakkan tangan seperti gerakan belalai gajah:

indah dan santun. Disertai dengan gerakan salam sembahan kepada Gajah ternyata mampu

meluluhkan hati sang Gajah. Gajah pun dapat dijinakkan sambil diiringi rombongan.

Sepanjang perjalanan pawang dan rombongan, Gajah putih sesekali ditepung tawari dengan

mungkur (jeruk purut) dan bedak hingga berhari-hari perjalanan sampailah rombongan ke

hadapan Putri Sultan di Pusat Kerajaan Aceh Darussalam.

Page 8: paperoncampus.files.wordpress.com  · Web viewKata didong berasal dari bahasa Gayo, yaitu dari akar kata dik dan dong. Dik artinya menghentakkan kaki ke tanah (lantai atau papan)

Begitulah sejarah dari cerita rakyat di Gayo, walaupun kebenaran secara ilmiah tidak

bisa dibuktikan, namun kemudian Tari guel dalam perkembangannya tetap mereka ulang

cerita unik Sengeda, Gajah Putih dan sang Putri Sultan. Inilah yang kemudian dikenal temali

sejarah yang menghubungkan kerajaan Linge dengan Kerajaan Aceh Darussalam begitu

dekat dan bersahaja.

Begitu juga dalam pertunjukan atraksi Tari guel, yang sering kita temui pada saat

upacara perkawinan, khususnya di Tanah Gayo, tetap mengambil spirit pertalian sejarah

dengan bahasa dan tari yang indah: dalam Tari guel. Reingkarnasi kisah tersebut, dalam tari

guel, Sengeda kemudian diperankan oleh Guru Didong yakni penari yang mengajak Beyi

(Aman Manya ) atau Linto Baroe untuk bangun dari tempat persandingan (Pelaminan).

Sedangkan Gajah Putih diperankan oleh Linto Baroe (Pengantin Laki-laki). Pengulu

Mungkur, Pengulu Bedak diperankan oleh kaum ibu yang menaburkan breuh padee (beras

padi) atau dikenal dengan bertih.

b. Penari

Di tanah Gayo, dahulunya dikenal begitu banyak penari Guel. Seperti Syeh Ishak di

Kampung Kutelintang-Pegasing, Aman Rabu di kampung Jurumudi-Bebesan, Ceh Regom di

Toweren. Penari lain yang kurun waktun 1992 sampai 1993 yang waktu itu masih hidup

adalah Aman Jaya-Kampung Kutelintang, Umer-Bebesen, Syeh Midin-Silih Nara Angkup,

Safie-Gelu Gele Lungi-Pegasing, Item Majid-Bebesen. Mereka waktu itu rata-rata sudah

berusia 60-an. Saat ini sudah meninggal sehingga alih generasi penari menjadi hambatan

serius.

Walaupun ada penari yang lahir karena bakat sendiri, bukan langsung diajarkan secara

teori dan praktik oleh para penari pakar seperti disebutkan, keterampilan menari mereka tak

sepiawai para pendahulunya. Begitu juga pengiring penggiring musik tetabuhan seperti

Rebana semakin langka, apalagi ingin menyamakan dengan seorang dedengkot almarhum

Syeh Kilang di Kemili Bebesen.

Tari guel dibagi dalam empat babakan baku. Terdiri dari babak Mu natap, Babak II

Dep, Babak III Ketibung, Babak IV Cincang Nangka. Ragam Gerak atau gerak dasar adalah

Salam Semah (Munatap ), Kepur Nunguk, Sining Lintah, Semer Kaleng (Sengker Kalang),

Dah-Papan.

Page 9: paperoncampus.files.wordpress.com  · Web viewKata didong berasal dari bahasa Gayo, yaitu dari akar kata dik dan dong. Dik artinya menghentakkan kaki ke tanah (lantai atau papan)

Sementara jumlah para penari dalam perkembangannya terdiri dari kelompok pria dan

wanita berkisar antara 8-10 ( Wanita ), 2-4 ( Pria ). Penari Pria dalam setiap penampilan

selalu tampil sebagai simbol dan primadona, melambangkan aman manyak atau lintoe Baroe

dan Guru Didong. Jumlah penabuh biasanya minimal 4 orang yang menabuh canang, gong,

gegedem, dan memong.

Tari guel memang unik, pengalaman penulis merasakan mengandung unsur dan

karakter perpaduan unsur keras lembut dan bersahaja. Bila para pemain benar-benar

mengusai tarian ini, terutama peran Sengeda dan Gajah Putih maka bagi penonton akan

merasakan ketakjuban luar biasa.

Seolah-olah terjadinya pertarungaan dan upaya memengaruhi antara Sengeda dan

Gajah Putih. Upaya untuk menundukkan jelas terlihat, hingga kipasan kain kerawang Gayo di

Punggung Penari seakan mengandung kekuatan yang luar biasa sepanjang taarian. Guel dari

babakan ke babakan lainnya hingga usai selalu menawarkan uluran tangan seperti tarian

sepasang kekasih di tengah kegundahan orang tuanya. Tidak ada yang menang dan kalah

dalam tari ini, karena persembahan dan pertautan gerak dan tatapan mata adalah perlambang

Cinta. Tapi sayang, kini tari guel itu seperti kehilangan Induknya, karena pemerintah sangat

perhatian apalagi gempuran musik hingar modern seperti Keyboard pada setiap pesta

perkawinan di daerah itu.

B. Tari Saman

Tari Saman merupakan tarian yag berasal dari tanah Gayo, alam Gayo terletak

dipedalaman Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Tari Saman ditetapkan UNESCO sebagai

Daftar Representatif Budaya Tak benda Warisan Manusia dalam Sidang ke-6 Komite Antar-

Pemerintah untuk Pelindungan Warisan Budaya Tak benda UNESCO di Bali, 24 November

2011.

Tari ini adalah penari harus berlutut waktu latihan. Ada seorang penyanyi dan 2 baris

orang yang menyanyi sambil bertepuk tangan. Tari ini unik dan menarik dan penuh budaya

Indonesia.

Untuk menjaga kelestarian Saman di hati masyarakat, setiap saat diadakan pentas tarian

saman, baik antar kecamatan maupun antar sekolah. Pemerintah juga ikut ambil peranan

dalam penggalakan tradisi ini dengan pemberian insentif bagi setiap kelompok tarian dalam

setiap pentasnya.

Page 10: paperoncampus.files.wordpress.com  · Web viewKata didong berasal dari bahasa Gayo, yaitu dari akar kata dik dan dong. Dik artinya menghentakkan kaki ke tanah (lantai atau papan)

Di antara beraneka ragam tarian dari pelosok Indonesia, tari saman termasuk dalam

kategori seni tari yang sangat menarik. Keunikan tari saman ini terletak pada kekompakan

gerakannya yang sangat menakjubkan. Para penari saman dapat bergerak serentak mengikuti

irama musik yang harmonis. Gerakan-gerakan teratur itu seolah digerakkan satu tubuh, terus

menari dengan kompak, mengikuti dendang lagu yang dinamis. Tak salah jika tari saman

banyak memikat hati para penikmat seni tari. Bukan hanya dari Indonesia, tapi juga dari

mancanegara.

Tari Saman dimainkan oleh beberapa laki – laki yang menggunakan pakaian adat

masyarakat gayo. Biasanya jumlah penarinya lebih dari sepuluh orang, tetapi harus ganjil.

Pada umumnya, tari saman ditampilkan tidak menggunakan iringan alat music, namun

menggunakan suara dari para penari dan tepuk tangan mereka, yang biasanya dikombinasikan

dengan memukul dada dan pangkal paha mereka sebagai sinkronisasi dan menghempaskan

badan ke berbagai arah.

Tari Saman dapat digolongkan sebagai tari hiburan / pertunjukan, karena penampilan

tari tidak terikat dengan waktu, peristiwa atau upacara tertentu, yang dapat ditampilkan pada

setiap kesempatan yang bersifat keramaian dan kegembiraan. Tari saman sendiri adalah

kolaborasi antara seni dan suara yang dijuluki dengan tari Tangan Seribu.

Saman Gayo Lues berhasil membuktikan bahwa tarian asli yang tetap menjaga

ketentuan-ketentuan dalam menari lebih dihargai dibanding tarian saman yang agak

dimodern-kan. Tarian Saman di Gayo Lues hanya ditarikan oleh laki-laki.

a. Sejarah Tari Saman

Tarian ini di namakan Saman karena diciptakan oleh seorang Ulama Aceh bernama

Syekh Saman pada sekitar abad XIV Masehi, dari dataran tinggi Gayo. Awalnya, tarian ini

hanyalah berupa permainan rakyat yang dinamakan Pok Ane. Kemudian oleh Syekh Saman

kesenian Pok pok Ane tersebut dirubah dan diperindah dengan berbagai ragam variasi. Ada

gerakan tepuk tangan, tepuk dada, paha dengan tangan kanan dan kiri, berganti-gantian,

sehingga lahirlah saman Uman Sara, Saman Manjik dan lain-lain.

Dalam perjalanannya, syekh saman mulai menyisipkan pujian – pujian kepada Allah

SWT dalam syair-syair yang digunakan dalam tari saman tersebut. Serta diiringi pula oleh

kombinasi tepukan-tepukan para penari. Saat itu, tari saman menjadi salah satu media

dakwah.

Pada mulanya, tari saman hanya ditampilkan untuk even-even tertentu, khususnya

pada saat merayakan Hari Ulang Tahun Nabi Besar Muhammad SAW atau disebut

Page 11: paperoncampus.files.wordpress.com  · Web viewKata didong berasal dari bahasa Gayo, yaitu dari akar kata dik dan dong. Dik artinya menghentakkan kaki ke tanah (lantai atau papan)

peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Biasanya, tari saman ditampilkan di bawah

kolong Meunasah (sejenis surau panggung). Namun seiring perkembangan zaman, tari Saman

pun ikut berkembang hingga penggunaannya menjadi semakin sering dilakukan. Kini, tari

saman dapat digolongkan sebagai tari hiburan/pertunjukan, karena penampilan tari tidak

terikat dengan waktu, peristiwa atau upacara tertentu. Tari Saman biasanya ditampilkan

dipandu oleh seorang pemimpin yang lazimnya disebut Syekh. Penari Saman dan Syekh

harus bisa bekerja sama dengan baik agar tercipta gerakan yang kompak dan harmonis.

Sejalan kondisi Aceh dalam peperangan maka syekh menambahkan syair-syair yang

menambah semangat juang rakyat Aceh. Tari ini terus berkembang sesuai kebutuhannya.

Sampai sekarang tari ini lebih sering ditampilkan dalam perayaan- perayaan keagamaan dan

kenegaraan. Tarian ini pada awalnya kurang mendapat perhatian karena keterbatasan

komunikasi dan informasi dari dunia luar. Tari ini mulai mengguncang panggung saat

penampilannya pada Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) II dan peresmian pembukaanTaman

Mini Indonesia Indah (TMII). Gemuruh Saman di TMII menggemparkan tidak hanya

nusantara namun sampai ke manca negara.

Sekarang ini Tari Saman dapat ditampilkan pada setiap kesempatan yang bersifat

keramaian dan kegembiraan, seperti pesta ulang tahun, pesta pernikahan, atau perayaan-

perayaan lainnya. Untuk tempatnya, Tari Saman biasa dilakukan di rumah, lapangan, dan ada

juga yang menggunakan panggung.

Tari saman dapat digolongkan sebagai tari hiburan/pertunjukan, karena penampilan

tari tidak terikat dengan waktu, peristiwa atau upacara tertentu. Dapat ditampilkan pada setiap

kesempatan yang bersifat keramaian dan kegembiraan.

Selain itu, gerakan Tari Saman, didong, dan bines berasal dari satu peristiwa atau

sejarah yang sama, yang terkisah memalui cerita rakyat (folklore). Yaitu, Asal usul Gajah

Putih yang dikumpulkan oleh Sulaiman Hanafiah dkk (1984:140-149). Gajah putih

merupakan penjelmaan dari seorang sahabat yang sudah meninggal dunia. Pada saat Gajah

Putih dibawa ke Istana Raja Aceh, Gajah Putih tidak mau jalan dan melawan, Gajah Putih

menghentak – hentakkan kakinya ke tanah, sehingga mengeluarkan bunyi dik-dik-dik.

Orang – orang yang melihat hal tersebut ikut membantu mengusir supaya Gajah Putih itu

mau berjalan. Kaum lelaki berusaha mengusir sambil menggerakkan atau mengayunkan

tangan, kaum wanita juga ikut mengusir dengan cara mengipas – ngipaskan kain panjang,

tapi Gajah Putih tetap saja tidak mau berjalan, namun ketika sahabatnya yang membawa,

Gajah Putih pun berjalan dan sampailah di Istana Raja Aceh.

Page 12: paperoncampus.files.wordpress.com  · Web viewKata didong berasal dari bahasa Gayo, yaitu dari akar kata dik dan dong. Dik artinya menghentakkan kaki ke tanah (lantai atau papan)

Gerakan tangan para lelaki yang ikut mengusir Gajah Putih selalu diulang – ulang

sehingga menjadi kebiasaan (kesenian) para pemuda pada waktu itu gerakan Gajah Putih

yang menghentak – hentakkan kakinya ke tanah menimbulkan bunyi dik- dik-dik selalu

ditirukan orang – orang yang melihat kejadian itu. Begitu juga gerakan kaum wanita yang

mengipas – ngipaskan kain panjang sering diulangi sambil menceritakan kejadian itu kepada

orang lain. Akhirnya kebiasaan tersebut dilaksanakan dan digunakan pada saat merasa

gembira atau pada saat menyampaikan pesan dan nasehat kepada anak, teman, masyarakat,

atau kepada siapa saja yang dianggap perlu untuk disampaikan. Karena kebiasaan tersebut

berlangsung secara terus menerus, akhirnya gerakan itu disebut sebagai Tari Saman.

b. Makna dan Fungsi Tari Saman

Tari saman merupakan salah satu media untuk pencapaian pesan (dakwah). Tarian ini

mencerminkan pendidikan, keagamaan, sopan santun, kepahlawanan, kekompakan dan

kebersamaan.

Syair saman sendiri dipergunakan dalam bahasa Arab dan Aceh. Sebelum saman

dimulai yaitu sebagai mukaddimah atau pembukaan, tampil seorang tua cerdik pandai atau

pemuka adat untuk mewakili masyarakat setempat (keketar) atau nasehat-nasehat yang

berguna kepada para pemain dan penonton. Syair-syair yang di lantunkan dalam tari Saman

juga berisi petuah-petuah dan dakwah.

Lagu dan syair pengungkapannya secara bersama dan kontinu, pemainnya terdiri dari

pria-pria yang masih muda-muda dengan memakai pakaian adat. Penyajian tarian tersebut

dapat juga dipentaskan, dipertandingkan antara group tamu dengan group sepangkalan ( dua

group ). Penilaian ditititk beratkan pada kemampuan masing-masing group dalam mengikuti

gerak, tari dan lagu (syair) yang disajikan oleh pihak lawan.

Namun dewasa ini, fungsi tarian saman menjadi bergeser. Tarian ini jadi lebih sering

berfungsi sebagai media hiburan pada pesta-pesta, hajatan, dan acara-acara lain.

c. Nyanyian Tari Saman

Pada tari Saman, terdapat 5 macam nyanyian :

1) Rengum, yaitu sebagai pembukaan atau mukaddimah dari tari Saman (yaitu setelah

dilakukan sebelumnya keketar pidato pembukaan). Rengum ini adalah tiruan bunyi. Begitu

berakhir langsung disambung secara bersamaan dengan kalimat yang terdapat didalamnya,

antara lain berupa pujian kepada seseorang yang diumpamakan, bisa kepada benda, atau

kepada tumbuh-tumbuhan.

Page 13: paperoncampus.files.wordpress.com  · Web viewKata didong berasal dari bahasa Gayo, yaitu dari akar kata dik dan dong. Dik artinya menghentakkan kaki ke tanah (lantai atau papan)

2) Dering, yaitu rengum yang segera diikuti oleh semua penari.

3) Redet, yaitu lagu singkat dengan suara pendek yang dinyanyikan oleh seorang penari pada

bagian tengah tari.

4) Syek, yaitu lagu yang dinyanyikan oleh seorang penari dengan suara panjang tinggi

melengking, biasanya sebagai tanda perubahan gerak

5) Saur, yaitu lagu yang diulang bersama oleh seluruh penari setelah dinyanyikan oleh penari

solo.

d. Gerakan dan Penari Tari Saman

a) Gerakan

Tarian Saman menggunakan dua unsur gerak yang menjadi unsur dasar dalam tarian

saman: Tepuk tangan dan tepuk dada. Diduga, ketika menyebarkan agama islam,syeikh

saman mempelajari tarian melayu kuno, kemudian menghadirkan kembali lewat gerak yang

disertai dengan syair-syair dakwah islam demi memudakan dakwahnya.Dalam konteks

kekinian, tarian ritual yang bersifat religius ini masih digunakan sebagai media untuk

menyampaikan pesan-pesan dakwah melalui pertunjukan-pertunjukan.

Tarian Saman termasuk salah satu tarian yang cukup unik, kerena hanya menampilkan

gerak tepuk tangan gerakan-gerakan lainnya, seperti gerak guncang, kirep, lingang, surang -

saring (semua gerak ini adalah bahasa Gayo). Selain itu, ada 2 baris orang yang menyanyi

sambil bertepuk tangan dan semua penari Tari Saman harus menari dengan harmonis. Dalam

Tari Saman biasanya, temponya makin lama akan makin cepat supaya Tari Saman menarik.

b) Penari

Pada umumnya, Tarian Saman dimainkan oleh belasan atau puluhan laki-laki, tetapi

jumlahnya harus ganjil. Pendapat lain mengatakan Tarian ini ditarikan kurang lebih dari 10

orang, dengan rincian 8 penari dan 2 orang sebagai pemberi aba-aba sambil bernyanyi.

Namun, dalam perkembangan di era modern yang menghendaki bahwa suatu tarian itu akan

semakin semarak apabila ditarikan oleh penari dengan jumlah yang lebih banyak. Untuk

mengatur berbagai gerakannya ditunjuklah seorang pemimpin yang disebut syeikh. Selain

mengatur gerakan para penari, Syeikh juga bertugas menyanyikan syair-syair lagu saman

yaitu ganit.

Page 14: paperoncampus.files.wordpress.com  · Web viewKata didong berasal dari bahasa Gayo, yaitu dari akar kata dik dan dong. Dik artinya menghentakkan kaki ke tanah (lantai atau papan)

Karena keseragaman farmasi dan ketetapan waktu maka para penari dituntut untuk

memilki konsentrasi yang tinggi dan latihan yang serius agar dapat tampil dengan sempurna,

tarian ini khususnya dimainkan oleh para pria.

Kostum atau busana Saman terbagi dari tiga bagian yaitu:

o Pada kepala : bulung teleng atau tengkuluk dasar kain hitam empat persegi. Dua segi

disulam dengan benang seperti baju, sunting kepies.

o Pada badan : baju pokok/ baju kerawang (baju dasar warna hitam, disulam benang putih,

hijau dan merah, bahagian pinggang disulam dengan kedawek dan kekait, baju bertangan

pendek) celana dan kain sarung.

o Pada tangan : topeng gelang, sapu tangan. Begitu pula halnya dalam penggunaan warna,

menurut tradisi mengandung nilai-nilai tertentu, karena melalui warna menunjukkan identitas

para pemakainya. Warna-warna tersebut mencerminkan kekompakan, kebijaksanaan,

keperkasaan, keberanian dan keharmonisan.

e. Jenis – jenis Tari Saman

Jenis-jenis Saman diantaranya adalah:

1) Saman Jejunten, yaitu saman yang dilakukan malam hari dengan duduk di atas pohon

kelapa yang ditebang.

2) Saman Njik, yaitu saman yang dilakukan pada waktu istirahat pada kegiatan menggirik

padi.

3) Saman Ngerje (Umah Sara), saman yang dilakukan oleh pemuda pada acara pesta

perkawinan.

4) Saman Bejamu Besaman, yaitu saman yang dilakukan dengan mengundang grup saman

dari kampung lain. Bejamu Besaman dilakukan dengan dua cara, yaitu :

- Pertama Saman Sara Ingi (Saman satu malam) yaitu saman yang dilakukan semalam

suntuk. Saman ini dilakukan pada hari besan keagamaan (Aidul Fitri, Aidul Adha, dan

Maulid Nabi Muhammad SAW. Kedua, Saman Roa Lo Roa Ingi (Saman dua hari dua

malam), saman ini dilakukan secara terus menerus .

- Saman Bale Asam adalah saman yang dilaksanakan pada siang hari dalam rangka

peringatan hari besar. Saman ini dilaksanakan secara bersama-sama di sebuah lapangan dan

Page 15: paperoncampus.files.wordpress.com  · Web viewKata didong berasal dari bahasa Gayo, yaitu dari akar kata dik dan dong. Dik artinya menghentakkan kaki ke tanah (lantai atau papan)

setiap grup bebas memilih lawannya. Biasanya panitia acara akan mengaundang grup saman

dari berbagai kampung untuk bertemu dan bertanding.

Komposisi pemain saman sebagai berikut:

Penangkat yaitu: orang yang mengatur gerakan dan ritme saman, posisi berada di

tengah-tengah pemain.

Pengapit yaitu: tugasnya mengingatkan penangkat apabila lupa gerakan

berikutnya, umumnya 2 orang yang posisinya di kanan dan kiri

penangkat.

Penyepit yaitu : membantu pengapit untuk mengingatkan jika ada kesalah gerak,

umumnya dipilih orang yang bersuara merdu.

Penupan yaitu: menjaga keseimbangan kawan atau menopang temannya agar

keseimbangan terjaga.

Contoh :

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

• Nomor 9 disebut Pengangkat

Pengangkat adalah tokoh utama (sejenis syekh dalam seudati) titik sentral dalam Saman,

yang menentukan gerak tari, level tari, syair-syair yang dikumandangkan maupun syair-syair

sebagai balasan terhadap serangan lawan main (Saman Jalu / pertandingan)

• Nomor 8 dan 10 disebut Pengapit

Pengapit adalah tokoh pembantu pengangkat baik gerak tari maupun nyanyian/ vokal

• Nomor 2-7 dan 11-16 disebut Penyepit

Penyepit adalah penari biasa yang mendukung tari atau gerak tari yang diarahkan

pengangkat. Selain sebagai penari juga berperan menyepit (menghimpit). Sehingga kerapatan

antara penari terjaga, sehingga penari menyatu tanpa antara dalam posisi banjar/ bershaf

(horizontal) untuk keutuhan dan keserempakan gerak.

• Nomor 1 dan 17 disebut Penupang

Penupang adalah penari yang paling ujung kanan-kiri dari barisan penari yang duduk

berbanjar. Penupang selain berperan sebagai bagian dari pendukung tari juga berperan

menupang / menahan keutuhan posisi tari agar tetap rapat dan lurus. Sehingga penupang

disebut penamat kerpe jejerun (pemegang rumput jejerun). Seakan-akan bertahan

memperkokoh kedudukan dengan memgang rumput jejerun (jejerun sejenis rumput yang

akarnya kuat dan terhujam dalam, sukar di cabut)

Page 16: paperoncampus.files.wordpress.com  · Web viewKata didong berasal dari bahasa Gayo, yaitu dari akar kata dik dan dong. Dik artinya menghentakkan kaki ke tanah (lantai atau papan)

f. Peran Tari Saman dalam Masyarakat Gayo

Saman adalah salah satu tradisi yang tumbuh dan berkembang pada masyarakat Gayo

Lues, di Kabupaten Gayo Lues, masyarakat Gayo di Kecamatan Serbejadi (Kab. Aceh

Timur), dan masyarakat Gayo di Kecamatan Tamiang Hulu (Kabupaten Aceh Tamiang).

Saman adalah sebuah permaianan tradisi yang biasa dilakukan oleh anak-anak hingga dewasa

pada saat mengisi waktu luangnya. Baik pada saat di sawah, mersah, sepulang mengaji di

rumah pun mereka menyempatkan diri berlatih Saman.

Keberadaan saman pada masyarakat Gayo merupakan sebuah tradisi yang turun

temurun dan menjadi bagian dalam kehidupan mereka. Saman ada dan hidup pada

masyarakat Gayo Deret (Gayo Blang) dimanapun mereka berada. Selain dilaksanakan di

kampung halamannya, Saman juga dilakukan didaerah-daerah perantauan mereka, misalnya

di Banda Aceh, Medan, dan juga di Jakarta. Di kampung halamannya.

Dalam sebuah wawancara dengan masyarakat Gayo, penulis mendapatkan informasi,

beliau mengatakan “Tari Saman ini sudah menjadi tradisi mereka dalam bermasyarakat,

dimana Tari Saman ini memiki peran yang berfungsi sebagai sebuah atraksi seni pertunjukan

yang sering dipentaskan sebagai media silaturahmi, menjalin persahabatan, penyampaian

pesan-pesan moral, pantun muda-mudi, penggambaran dalam dan lingkungan sekitar”. (Zul

Helmi)

Di lain kesempatan penulis juga bertanya pada masyarakat lainnya, narasumber ini

menyebutkan bahwa “Tari Saman adalah sebuah seni, dimana media pengungkapannya

menggunakan gerakan tangan yang serentak, dari sini lah sebuah pertukaran komunikasi

terjadi yang menggambarkan komunikasi antara si penikmat dan si pelaku. Sebagai sarana

komunikasi Tari Saman ini banyak disuguhkan kepada masyarakat yang nantinya bisa

menjadi perwujudan dari sebuah rasa syukur / pernyataan terima kasih”. (Adi Gunawan).

3. Pariwisata Gayo

Potensi Danau Laut Tawar

Dua bukit yang mengepit Danau Laut Tawar, semakin memperlihatkan keindahan

danau. Penyatuan perairan dan dataran memberi banyak sumber penghidupan bagi

masyarakat, terutama disekitar dataran tinggi Gayo. Perbukitan hijau yang ditumbuhi pohon

Pinus awan bersih dan langit biru di pantulkan air danau yang tenang membuat permukaan

danau seperti kaca.

Keberadaan Danau Laut Tawar yang terletak tengah-tengah Kabupaten Aceh Tengah

menyimpan potensi pariwisata. Pemandangan alam danau yang dikelilingi oleh pegunungan

di sekitarnya memiliki pesona alam yang luar biasa. Belum lagi udara yang sejuk karena

Page 17: paperoncampus.files.wordpress.com  · Web viewKata didong berasal dari bahasa Gayo, yaitu dari akar kata dik dan dong. Dik artinya menghentakkan kaki ke tanah (lantai atau papan)

berada di dataran tinggi. Selain pemandangan yang indah Danau ini juga punya banyak

legenda rakyat. Danau ini terbentuk akibat letusan gunung berapi purba. Terletak di sebelah

timur kota takengon secara fisik dari hasil penelitian yang terangkum dalam buku ekosistim

Danau Laut Tawar 2007, Danau ini mempunyai luas 5,472 hektar, panjangnya 17 kilometer

sedangkan lebarnya 3,219 kilometer diperkirakan volume airnya berjumlah 2,5 triliun liter.

Di sekitar danau saat ini dilengkapi prasarana jalan, yang merupakan jalan provinsi panjang

jalan utara 18 kilometer, panjang jalan selatan 24 kilometer, jumlah aliran air yang masuk ke

danau ini sebanyak 25 sumber aliran, terdiri dari sungai, alur, aliran dengin debit total 10.043,

liter/detik. Sementara air yang keluar, hanya satu melalui sungai Krueng Peusangan dengan

debit 5.664 liter/detik. Danau ini punya kedalaman rata-rata untuk jarak 35 meter dan 8,9

meter untuk 1000 meter. Dari pinggir kedalamannya rata-rata 19,27 meter, untuk jarak dari

pinggir 1.620 meter danau ini memiliki kedalaman 51,13 meter. Untuk suhu danau, 21 hingga

770 derajat celsius, mulai tempat paling dangkal hingga tempat paling dalam.

Potensi lain dari Danau Laut Tawar adalah hadirnya ikan Depik, ikan khas Aceh

Tengah. Konon ikan ini hanya ada di Danau Laut Tawar. Ikan ini mirip ikan Teri. Ikan ini

punya musim biasanya ikan ini muncul antara bulan April sampai Agustus. Di sebut Depik

karena pada bulan tersebut terjadi angin kencang musim angin ini disebut musim angin

Depik. Sebelum musim tiba, gerombolan Depik bersembunyi di selatan danau di kaki gunung

Bur kelieten, gunung tertinggi di sekitar Danau Laut Tawar. Cara menangkap ini juga cukup

unik, di buat semacam bendungan dari batu dilengkapi dengan alat khas bernama bubu, ikan

ini di jual dalam takaran bambu bukan kilo.

Disekeliling danau terdapat sejumlah gua yang sudah ditemukan antaranya Loyang

Peteri Pukes atau dikenal dengan loyang Sekam, Loyang Koro, Loyang Peteri Ijo, Loyang

Perupi atau Gua Ular, Loyang Ujung Karang dan Loyang Mendale. Gua-gua tersebut

memiliki sejarah serta legenda dan karakteristik tersendiri.

Dibeberapa lokasi Danau Laut Tawar, seperti di desa Pedemun terdapat lokasi untuk

panjat tebing hiking, tracking dan dengan latar belakang pemandangan danau yang permai.

Seiring dengan semakin berkembangnya kepariwisataan di Negeri penghasil kopi ini dapat

juga mengunjungi beberapa resort/objek wisata baik yang dikelola oleh pemerintah daerah

maupun swasta diantaranya objek Wisata Pante Menye Air terjun Mengayak, Pante Mepar,

Ujung Paking, Ujung Minang, Ujung Sere, Pante Gemasi, Pante Ketibung dan sejumlah

objek wisata lainnya.

Selain itu, di lokasi ini pengunjung dapat melihat masyarakat yang bercocok tanam

dan memancing. Suatu aktivitas yang telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari

Page 18: paperoncampus.files.wordpress.com  · Web viewKata didong berasal dari bahasa Gayo, yaitu dari akar kata dik dan dong. Dik artinya menghentakkan kaki ke tanah (lantai atau papan)

masyarakat di sekitar danau. Komoditi unggulan yang di tanam di dataran tinggi Gayo antara

lain adalah kopi Gayo (kopi arabika) yang sangat terkenal di Jepang, kentang, markisa, tomat,

cabe, jagung dan sayur-sayuran. Hasil komoditi perkebunan yang cukup terkenal adalah jeruk

keprok Gayo dan alpukat.

Untuk akomodasi tersedia satu buah kapal motor yang digunakan untuk membawa

penumpang mengelilingi Danau Laut Tawar. Danau ini sangat alami dan tampak belum

banyak di sentuh tangan manusia, airnya yang jernih memperlihatkan terumbu karang dan

ikan yang berenang di dalamnya. Di sekitar danau terdapat tempat penginapan bagi para

wisatawan yang ingin bermalam di lokasi tersebut.