· web viewjalan palembang - jambi dari rencana 162 km telah selesai 102 km. jalan jakarta -...

112
PERHUBUNGAN DAN PARIWISATA

Upload: dangnhi

Post on 08-Jul-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PERHUBUNGAN DAN PARIWISATA

X/1

BAB X

PERHUBUNGAN DAN PARIWISATA

A. UMUM

Berdasarkan pokok-pokok kebijaksanaan yang ditetapkan dalam GBHN, telah dilakukan usaha pembangunan sektor perhubungan dan pariwisata yang hasilnya telah dapat dirasakan dan dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Hasil-hasil yang telah dicapai dari beberapa program pembangunan sektor perhubungan dan pariwisata dari tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 pada umumnya telah memenuhi bahkan melebihi sasaran fisik yang direncanakan, walaupun masih ada program-program yang belum mencapai sasaran yang direncanakan. Keseluruhan program pembangunan tersebut meliputi usaha peningkatan sarana, prasarana, mutu pelayanan yang semakin baik di bidang-bidang perhubungan darat, perhubungan laut, perhubungan udara, pos dan telekomunikasi, meteorologi dan geofisika serta pariwisata.

Beberapa program dibidang jalan dan jembatan yang telah memenuhi sasaran Repelita III pada akhir tahun anggaran 1982/83 adalah program penunjangan jalan dan jembatan, dan program pembangunan jalan baru. Di samping itu, telah dapat pula dipenuhi sasaran program rehabilitasi jalan kereta api, peningkatan jalan kereta api, rehabilitasi dan penambahan lokomotip serta kereta penumpang.

Di bidang angkutan sungai, danau dan penyeberangan telah dicapai sasaran Repelita III dalam angkutan penyeberangan sehingga menghasilkan satu satuan rangkaian hubungan darat an-tar propinsi yang terpadu dengan angkutan jalan raya. Selain itu di bidang perhubungan laut telah dilaksanakan peningkatan fasilitas pelabuhan berupa dermaga, gudang dan lapangan penumpukan, serta penambahan dan peremajaan armada pelayaran.

Tambahan pula di bidang perhubungan udara sasaran peningkatan kemampuan landasan yang disesuaikan dengan kebutuhan jenis pesawat udara pada umumnya telah dapat dilaksanakan.

Di bidang jasa pos dan giro telah dapat dicapai hubungan pos ke hampir seluruh kecamatan sedangkan di bidang telekomunikasi telah dilakukan peningkatan jasa telpon, telex dan perluasan jaringan transmisi. Di samping itu produksi data

X/3

meteorologi dan geofisika yang sangat dirasakan manfaatnya dalam memberikan informasi mengenai cuaca, iklim dan keadaan curah hujan bagi kegiatan pembangunan pada umumnya juga sudah meningkat.

Hasil-hasil pembangunan sektor perhubungan tersebut telah dapat memenuhi kebutuhan yang seimbang dan serasi di berbagai bidang dan sektor pembangunan lainnya, terutama dalam kehi-dupan masyarakat sehingga menunjang kelancaran arus barang, mobilitas penumpang dan penyampaian berita. Semua ini menye-babkan terjadinya hubungan yang semakin dekat antara daerah yang satu dengan yang lain di Indonesia.

Sementara itu pembangunan di bidang pariwisata telah ber-hasil mengembangkan dan meningkatkan kelestarian kebudayaan bangsa serta meningkatkan kreasi dan pendapatan sebagian ma-syarakat.

Perkembangan pelaksanaan pembangunan di sektor perhubung-an dan pariwisata selama periode 1977/78 sampai dengan akhir tahun 1982 adalah sebagai berikut.

B. PERHUBUNGAN

1. PERHUBUNGAN DARAT

a. Jalan dan Jembatan

Pada saat ini jumlah jaringan jalan di seluruh Indonesia adalah sepanjang 132.173 Km yang terdiri atas 11.815 Km jalan negara, 33.422 Km jalan propinsi, 78.749 Km jalan kabupaten dan 8.187 Km jalan kotamadya. Ditilik dari peranan pelayanan-nya jaringan jalan tersebut terdiri atas jalan arteri sepan-jang 10.015 Km, jalan kolektor sepanjang 27.684 Km, dan jalan lokal sepanjang 86.287 Km.

Kebijaksanaan yang ditempuh dalam Repelita III di bidang jalan dan jembatan adalah meneruskan pemantapan sasaran fung-sional jaringan jalan di seluruh propinsi agar dapat menam-pung pertumbuhan arus lalu lintas dengan memperluas jangkauan pelayanan jaringan jalan tersebut.

Pemeliharaan dan rehabilitasi jalan dilakukan bagi jalan-jalan yang sudah mantap agar tetap dalam kondisi baik, sesuai dengan rencana umur jalan. Sedangkan program-program penun-jangan jalan dan jembatan, peningkatan dan penggantian jemba-tan, serta pembangunan jalan baru dilaksanakan sesuai dengan

X/4

tingkat kebutuhan masyarakat dan daerah setempat. Program-program tersebut mengutamakan ruas-ruas jalan yang selain me-miliki nilai ekonomi dan sosial yang tinggi, juga dapat membuka daerah-daerah yang mempunyai potensi sosial ekonomi yang dapat berkembang, serta daerah-daerah yang masih terpencil. Terbukanya daerah-daerah potensial tersebut dapat memberikan kemudahan bagi peningkatan hasil produksinya, sehingga peme-rataan pembangunan dan keseimbangan antar daerah dapat dicapai.

Dalam kurun waktu 1978/79-1982/83 tingkat kemudahan ang-kutan melalui prasarana jalan bertambah baik, karena jaringan jalan arteri, kolektor dan lokal semakin dapat berfungsi se-cara terpadu. Sampai dengan tahun 1982/83 telah dilakukan re-habilitasi dan pemeliharaan jalan sepanjang 19.795 Km. Pro-gram penunjangan yang terbatas pada jalan tanah, jalan kerikil dan sebagian jalan aspal yang belum mantap, dilaksanakan untuk melayani jumlah lalu lintas lebih luas dengan menerapkan standar konstruksi yang wajar dan murah. Sampai akhir tahun 1982/83 program penunjangan jalan arteri dan kolektor telah mencapai hasil sepanjang 70.564 Km. Di samping itu hasil program peningkatan jalan yang bertujuan meningkatkan kapasitas dan mutu jalan, sesuai dengan arah dan pertambahan lalu lintas, pada tahun 1982/83 ditambah dengan hasil pelaksanaan peningkatan jalan tahun 1983/84, diharapkan akan dapat mencapai sasaran Repelita III program tersebut. Sedangkan usaha penggantian jembatan telah mencapai 26.271 m. Adapun ruas-ruas jalan yang telah dan akan selesai peningkatannya antara lain :

1. Jalan Banda Aceh - Lhok Seumawe dari rencana 401 km telah selesai 352 km.

2. Jalan Tebing Tinggi - Rantau Prapat dari rencana 136 km telah selesai seluruhnya.

3. Jalan Medan - Tebing Tinggi - Aek Nauli dari rencana 131 km telah selesai seluruhnya.

4. Jalan Muara Bungo - Lubuk Linggau dari rencana 158 km telah selesai 98 km.

5. Jalan Jambi - Muara Bungo dari rencana 150 km telah selesai 90 km.

6. Jalan Bengkulu - Lais - Aurgading dari rencana 55 km telah selesai seluruhnya.

7. Jalan Palembang - Jambi dari rencana 162 km telah selesai 102 km.

8. Jalan Jakarta - Tangerang - Merak dari rencana 118 km telah selesai 111 km.

9. Jalan Cileunyi - Nagreg - Cilacap dari rencana 206 km telah selesai seluruhnya.

X/5

10. Jalan Sidas - Sangau - Sintang dari rencana 209 km telah selesai 149 km.

Pembangunan jalan baru dilakukan untuk mendorong perkem-bangan dan pertumbuhan wilayah, termasuk daerah-daerah pemu-kiman baru. Di samping itu pembangunan jalan baru juga membu-ka hubungan antar propinsi yang belum ada sebelumnya. Sampai tahun 1982/83 telah selesai dibangun 1.171 Km jalan baru, termasuk pembangunan jalan dan jembatan dengan sistem tol yang dilaksanakan di daerah yang telah menunjukkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Beberapa jalan dan jembatan tol telah dapat diselesaikan antara lain Wonokromo Fly Over di Surabaya, Jembatan Kapuas di Pontianak dan Jembatan Tello Lama di Ujung Pandang. Pembangunan jalan tol yang sudah dimu-lai tetapi belum selesai antara lain jalan Surabaya - Gempol, Arteri Semarang, Belawan - Medan - Tanjung Morawa, Jakarta - Tangerang, Akses Cengkareng, Cawang Inter Change, dan Tebet Fly Over.

Pelaksanaan program pembangunan jalan ini telah dapat mencapai sasaran Repelita III. Panjang jalan yang mempunyai kondisi baik terus bertambah dan jalan yang masih dalam kon-disi kritis semakin berkurang. Pelaksanaan program pembangun-an jalan ini dilakukan dengan pengerahan sumber daya dan da-na, dengan memilih teknik konstruksi yang tepat sesuai per-tumbuhan lalu lintas yang terjadi. Untuk menunjang keberha-silan rencana tersebut telah dilakukan peningkatan ketrampil-an sehingga dapat dihasilkan standar-standar konstruksi baru yang dikembangkan oleh tenaga tehnisi Indonesia yang sesuai dengan tuntutan pemerataan dan pembangunan jalan seluas-luasnya.

Hasil-hasil yang dicapai selama kurun waktu 1977/78 sam-pai akhir tahun 1982/83 dapat dilihat dalam Tabel X - 1. Ha-sil-hasil tersebut menunjukkan keadaan makin berkurangnya ja-lan kritis di seluruh propinsi sehingga tidak lagi ada perbe-daan yang menyolok dalam jumlah persentase jalan kritis, ja-lan tidak mantap dan jalan mantap. Selama kurun waktu 1977/78 sampai akhir tahun 1982 telah mampu diselesaikan pekerjaan program-program pembangunan di bidang jalan arteri dan kolek-tor sepanjang 38.500 Km. Hal ini dapat dilihat perkembangan-nya dalam Tabel X - 2 dan Grafik X - 1, dimana jalan mantap yang pada awal tahun 1977/78 baru mencapai 3.710 Km telah da-pat ditingkatkan menjadi 12.392 Km pada tahun 1982/83. Se-dangkan ruas-ruas jalan kritis yang pada awal tahun 1977/78 panjangnya 11.647 Km kini berkurang menjadi sekitar 900 Km

X/6

TABEL X - 1REALISASI PROGRAM-PROGRAM

DI BIDANG JALAN DAN JEMBATAN,1977/78 - 1982/83

1) Angka diperbaiki2) Angka sampai dengan Desember 1982

X/7

TABEL X - 2

PERKEMBANGAN PANJANG DAN KONDISI JALAN ARTERIDAN JALAN KOLEKTOR,1977/78 - 1982/83

(dalam Km)

No. Kondisi 1977/78 1978/79 1979/80 1980/81 1981/82 1982/83

1. Mantap 3.710 4.800 5.759 6.004 8.725 12.392

2. Tidak Mantap 21.080 24.480 25.144 25.028 27.475 25.208

3. Kritis 11.647 8.066 6.625 6.535 1.800 900

Jumlah 36.437 37.346 37.528 37.567 38.000 38.500

X/8

GRAFIK X – 1PERKEMBANGAN PANJANG DAN KONDISI JALAN ARTERI

DAN JALAN KOLEKTOR,1977/78 – 1982/83

X/9

pada tahun 1982/83 yang merupakan ruas-ruas jalan di daerah dengan kondisi yang amat sulit.

Gambaran mengenai pencapaian sasaran fungsional secara nasional yang menunjukkan membaiknya waktu tempuh rata-rata dari beberapa rugs jalan di beberapa lokasi dapat dilihat dalam Tabel X - 3.

Dalam menunjang usaha pemerataan dan mendorong kegiatan ekonomi daerah sampai tingkat kabupaten, sejak awal Repelita III telah pula dilakukan bantuan penunjangan jalan dan jem-batan kabupaten. Hal ini dilakukan untuk memperlancar arus pengangkutan serta distribusi barang dan jasa sampai tingkat kabupaten, sekaligus menunjang peningkatan kegiatan ekonomi daerah di bidang produksi pangan, perkebunan rakyat, kerajin-an rakyat, serta membuka daerah-daerah baru bagi kegiatan pembangunan. Untuk menunjang program ini dilakukan pembinaan ketrampilan petugas lapangan melalui usaha-usaha pendidikan dan latihan di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten masing-masing. Selama empat tahun terakhir ini telah berhasil dilakukan pe-nunjangan jalan kabupaten sepanjang 25.784 Km dan jembatan kabupaten sepanjang 17.154 m, serta penggantian gorong-gorong sepanjang 87.248 m.

Usaha-usaha yang telah dilakukan dibidang jalan dan jem-batan ini menunjukkan hasil maksimum yang dapat dicapai se-suai dengan sumber daya yang ada dalam rangka peningkatan prasarana perhubungan.

b. Angkutan Jalan Raya

Armada angkutan jalan raya dari tahun ke tahun terus me-nunjukkan perkembangan yang meningkat disebabkan bertambah baiknya kondisi jalan dan bertambah majunya pertumbuhan eko-nomi masyarakat. Antara tahun 1977 sampai dengan tahun 1981, persentase kenaikan rata-rata per tahun armada angkutan bis adalah 28%, truk sebesar 24%, mobil penumpang sebesar 11% dan sepeda motor sebesar 17%. Kenaikan jumlah kendaraan menunjuk-kan bertambah baiknya pelayanan akan jasa angkutan. Jika jum-lah kendaraan bis pada tahun 1977 adalah 46.644 buah maka pa-da September tahun 1982 telah mencapai 130.761 buah, demikian juga mobil barang/truk pada tahun 1977 sebesar 268.098 buah sedangkan pada September tahun 1982 telah mencapai 718.685 buah. Di samping itu jika mobil penumpang pada tahun 1977 adalah 471.099 buah maka pada September tahun 1982 mencapai

X/10

TABEL 1 – 3PERKEMBANGAN WAKTU TEMPUH RATA-RATA RUAS JALAN PADA JALAN LINTAS

1978, 1981 DAN 1982(jam)

X/11

798.584 buah, demikian juga sepeda motor pada tahun 1977 se-besar 1.719.489 buah sedangkan pada September tahun 1982 te-lah mencapai 3.772.819 buah. Perkembangan jumlah armada ang-kutan jalan raya antara tahun 1977 - 1982 dapat dilihat dalam Tabel X - 4 dan Grafik X - 2.

Sejalan dengan pertambahan armada angkutan jalan yang te-rus meningkat dengan pesat, maka pada tiap tahun terus dila-kukan usaha-usaha untuk menjamin kelancaran lalu-lintas, men-cegah bahaya kecelakaan, menjamin keamanan perjalanan serta ketertiban lalu lintas. Usaha-usaha tersebut meliputi pemba-ngunan dan penambahan fasilitas lalu lintas, baik yang ber-fungsi pengawasan maupun sebagai fasilitas pengaturan.

Hasil-hasil pembangunan dan penambahan fasilitas lalu lintas yang dicapai sejak tahun 1978/79 sampai dengan akhir 1982 antara lain meliputi alat pengujian kendaraan 21 buah, rambu jalan lebih dari 53.000 buah, pemasangan jembatan tim-bang 57 buah, pemasangan lampu pengatur lalu lintas 234 per-simpangan, brake efficiency recorder 36 buah, kantor wilayah 24 buah, kantor inspeksi 4 buah, rumah pengawas 16 buah, tan-da permukaan jalan 389.180 buah, mobil unit penolong hambatan 7 buah, noise tester 22 buah, smoke tester 16 buah dan load simulator 16 buah. Di samping itu di Bekasi, Jawa Barat, se-jak tahun 1977/78 mulai dibangun Pusat Pengujian Kendaraan Bermotor yang bertujuan untuk menguji mutu kendaraan, terma-suk jumlah suku cadangnya agar memenuhi persyaratan yang la-yak untuk digunakan serta pengujian untuk mencegah gangguan pengotoran udara dan gangguan suara terhadap lingkungan.

Untuk memenuhi kebutuhan angkutan kota penambahan bis-bis kota terus ditingkatkan. Apabila pada tahun 1977 jumlah bis-bis kota adalah 2.795 buah dan beroperasi di kota-kota Jakar-ta 2.645 buah, Surabaya 70 buah, Semarang 25 buah, Tanjung Karang 20 buah dan Medan 35 buah, maka pada akhir 1982 jumlah tersebut meningkat menjadi 4.122 buah yang beroperasi masing-masing di Jakarta 3.539 buah, Surabaya 208 buah, Semarang 129 buah, Bandung 128 buah, Tanjung Karang 24 buah dan Medan 94 buah. Bis-bis tersebut adalah yang dilola oleh perusahaan mi-lik negara.

Pelayanan bis antar kota juga terus meningkat dan diper-luas, antara lain telah dibuka angkutan bis jarak jauh yang menghubungkan Banda Aceh - Denpasar. Selanjutnya guna menun-jang arus distribusi barang juga sedang dan telah diselesai-kan rencana pembangunan beberapa terminal di kota-kota Jakar-ta, Semarang, Surabaya, Ujung Pandang dan Bukittinggi.

X/12

TABEL X - 4

PERKEMBANGAN JUMLAH ARMADA ANGKUTAN JALAN,X1977 - 1982

(buah)

Tahun B i s Mobil trek/barang Mobil penumpang Sepeda motor

1977 46.644 268.098 471.099 1.719.489

1978 57.855 328.022 531.206 1.939.974

1979 69.545 383.648 577.345 2.266.183

1980 86.166 478.066 729.3171) 2.677.799

1981 112.078 590.338 722.441 3.197.305

19822) 130.761 718.685 798.584 3.772.819

1) Angka diperbaiki2) Angka sampai dengan bulan September 1982

X/13

GRAFIK X – 2PERKEMBANGAN JUMLAH ARMADA ANGKUTAN JALAN DI INDONESIA

1977 - 1982

X/14

Dalam rangka menunjang angkutan pedesaan dan daerah ter-pencil juga telah ditingkatkan jasa angkutan perintis. Apabi-la pada tahun 1977 jumlah bis-bis perintis hanya 78 buah dan beroperasi di 8 daerah pelayanan yaitu sekitar Ujung Pandang 15 buah, sekitar Pangkal Pinang 4 buah, sekitar Kupang 20 buah, sekitar Ambon 4 buah, sekitar Tanjungkarang 8 buah, di daerah Bengkulu 4 buah, sekitar Mataram 7 buah dan sekitar Jayapura 16 buah, maka pada akhir tahun 1982 jumlah bis-bis perintis meningkat menjadi 164 buah dengan 19 daerah operasi yaitu Banda Aceh 10 buah, sekitar Padang 10 buah, sekitar Pa-lembang 6 buah, sekitar Bengkulu 20 buah, sekitar Lubukling-gau 5 buah, sekitar Pangkal Pinang 7 buah, sekitar Lombok 7 buah, sekitar Sumbawa 5 buah, sekitar Kupang 6 buah, sekitar Dilli 20 buah, sekitar Ambon 7 buah, sekitar Merauke 5 buah, sekitar Jayapura 11 buah, sekitar Sorong 7 buah, sekitar Ma-nokwari 8 buah, sekitar Palu 6 buah, sekitar Ujung Pandang 10 buah dan sekitar Balikpapan 5 buah.

Sementara itu telah disiapkan rencana bagi usaha untuk lebih meningkatkan pelayanan angkutan jalan raya dimasa yang akan datang, yang meliputi rencana peningkatan kelas jalan dan jembatan, peningkatan efisiensi pengaturan lalu lintas di jalan raya, peninjauan kembali batas muat gandar kendaraan, dimensi kendaraan, biaya operasi kendaraan dan efisiensi sis-tem angkutan komersial termasuk penyesuaian fungsi jembatan timbang.

c. Angkutan Kereta Api

Untuk meningkatkan kemampuan daya angkut dan mutu pela-yanannya, program pembangunan di bidang perkereta-apian tetap dititik beratkan pada rehabilitasi, perbaikan dan penambahan fasilitas sarana maupun prasarananya. Hal ini sejalan dengan peranan kereta api yang semakin penting dalam menunjang kemu-dahan angkutan produksi dan distribusi, seperti angkutan hasil pertanian, perkebunan, industri pupuk, industri semen, industri pertambangan batu bara, industri konstruksi, angkut-an minyak, angkutan transmigrasi serta angkutan barang umum dan penumpang umum.

Untuk pelayanan angkutan di kota-kota besar, sedang di bangun angkutan kereta api kota JABOTABEK (Jakarta, Bogor, Tanggerang dan Bekasi), yang persiapan teknis dan langkah pe-laksanaannya telah diselesaikan. Pengembangan angkutan kereta api kota ini akan dilaksanakan pula di kota-kota besar lain seperti Surabaya dan Medan.

X/15

Perkembangan produksi jasa angkutan kereta api dalam ta-hun 1977 sampai dengan 1982 dapat dilihat pada Tabel X - 5 dan Grafik X - 3. Tabel tersebut menunjukkan bahwa angkutan penumpang pada tahun 1977 berjumlah 20.357.000 orang atau 3,809 juta penumpang-kilometer, sedangkan dalam tahun 1982 naik menjadi 41.264.000 orang atau 6,303 juta penumpang-kilo-meter. Demikian juga angkutan barang yang pada tahun 1977 berjumlah 3.609.000 ton atau 853.498.000 ton kilometer, naik menjadi sebesar 4.326.000 ton atau 888.318.000 ton kilometer dalam tahun 1982. Produksi angkutan penumpang ini telah mele-bihi perkiraan Repelita III, sedang produksi angkutan barang telah mencapai sekitar 55% dalam ton dan 64,8% dalam ton ki-lometer dari produksi yang diharapkan pada akhir Repelita III.

Sampai dengan tahun 1982/83, pembangunan pisik yang telah diselesaikan antara lain adalah rehabilitasi jalan kereta api sepanjang 1.646 km dan perbaikan jembatan baton dan baja se-banyak 543 buah. Juga telah dilakukan rehabilitasi lok uap 101 buah, rehabilitasi lok diesel dan lok listrik 570 buah rehabilitasi kereta penumpang 1.438 buah dan gerbong barang 15.463 buah sebagaimana dapat dilihat pada Tabel X - 6.

Di dalam rangka mempercepat pelaksanaan program pemba-ngunan bidang perkereta apian ini telah pula diadakan penam-bahan sarana kereta api antara lain pengadaan lokomotip seba-nyak 119 buah, repowering lokomotip 76 buah, kereta penumpang 356 buah, repowering kereta penumpang 51 buah, rehabilitasi dan pengadaan gerbong barang 2.054 buah, kereta rel diesel 85 buah, serta pengadaan rel dan suku cadang. Sebagian peralatan tersebut telah datang, sedangkan sisanya diharapkan akan tiba tahun depan. Dengan hasil pelaksanaan dalam tahun 1983/84 yang akan datang diharapkan seluruh sasaran Repelita III di- bidang perkereta apian akan tercapai, kecuali pengadaan ger-bong dan bantalan.

Peningkatan sarana dan prasarana kereta api diatas selain akan memperbaiki kemampuan umum pelayanan PJKA, juga akan da-pat memenuhi keperluan angkutan di sektor lain, seperti pe-ngangkutan batubara Bukit Asam dan pengangkutan pupuk Meneng - Banyuwangi.

Sejalan dengan usaha peningkatan mutu jasa angkutannya juga dilakukan usaha penyehatan di bidang administrasi, ke-uangan dan personil PJKA melalui berbagai program penyehatan dan pendidikan/latihan.

X/16

TABEL X – 5PERKEMBANGAN PRODUKSI JASA ANGKUTAN KERETA API,

1977 -1982(dalam ribuan)

X/17

GRAFIK X – 3PERKEMBANGAN PRODUKSI JASA ANGKUTAN KERETA API,

1977 -1982

IX/18

(Lanjutan Grafik X – 3)

X/19

TABEL X – 6PERKEMBANGAN PELAKSANAAN REHABILITASI DAN

PENGADAAN FASILITAS PERKERETA-APIAN,1)1977/78 – 1982/83

X/20

d. Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan

Melalui program peningkatan dan perluasan fasilitas pra-sarana dan saran angkutannya seperti kapal, dermaga, dan peralatan keselamatan pelayaran, diharapkan jasa angkutan su-ngai, danau dan penyeberangan telah dapat membantu tercipta-nya suatu rangkaian hubungan darat yang teratur yang dapat mempersingkat jarak antar propinsi dan pulau-pulau yang ber-dekatan.

Di bidang angkutan sungai dan danau sampai akhir tahun 1982 telah berhasil dibangun 7 buah dermaga, 592 buah rambu keselamatan pelayaran, dan juga telah dilakukan pembersihan alur sungai sepanjang 935 km, dan pengerukan lumpur sebanyak 753.000 m3. Sedangkan dalam hal pembangunan saran kapal te-lah berhasil dibuat 7 buah kapal sungai, 4 buah kapal kerja, 25 buah kapal inspeksi dan 12 buah kapal penyeberangan. Jika pada akhir Repelita II armada angkutan sungai berjumlah 51 buah dan melayani 41 trayek, maka pada akhir tahun 1981 jum-lah kapal sungai telah bertambah menjadi 67 buah yang berope-rasi di 50 trayek pelayaran sungai. Di samping itu terdapat pula usaha masyarakat yang bergerak di bidang angkutan sungai tersebut.

Di bidang angkutan penyeberangan sampai akhir tahun 1982 ini telah dapat dilaksanakan penyelesaian pembangunan fasili-tas penyeberangan di beberapa lokasi baru. Bile sampai akhir tahun 1977/78 baru berhasil dibuka lintasan-lintasan penyebe-rangan antara Merak-Panjang, Ujung-Kamal, Ketapang-Gilimanuk, Buitan-Lembar, Bajoe-Kolaka dan Poka-Galala, maka sampai de-ngan akhir tahun 1982 telah berhasil dibuka dan dikembangkan lintasan-lintasan penyeberangan lainnya antara Meulaboh - Si-nabang, Palembang - Kayuarang/Bangka, Merak - Bakahuni, Ujung - Kamal, Penarukan - Kalianget, Ketapang - Gilimanuk, PadangBai - Lembar, Bajoe - Kolaka, Bira - Pamatata, Jefman - So-rong Daratan, Torobulu - Tampa, Wainuru - Waipirit dan Pena-jam - Balikpapan.

Untuk dapat memenuhi kebutuhan pelayanan penyeberangan yang terus meningkat, pada lintasan-lintasan tertentu selain dilakukan peningkatan frekwensi penyeberangan juga direncana-kan peningkatan fasilitas, penyederhanaan prosedur pengiriman barang melalui kapal penyeberangan dan peningkatan keselamat-an pelayaran.

Perkembangan angkutan penyeberangan dari tahun 1977 sam-pai dengan tahun 1982 dapat dilihat dalam Tabel X - 7 dan Grafik X - 4. Jika dalam tahun 1977 angkutan penumpang

X/21

TABEL X – 7PERKEMBANGAN ANGKUTAN PENYEBERANGAN,

1977/78 – 1982/83

*) Angka sampai dengan bulan Nopember 1982

X/22

GRAFIK X – 4PERKEMBANGAN ANGKUTAN PENYEBERANGAN,

1977/78 – 1982/83

X/23

(lanjutan grafik X -4)

X/24

berjumlah 6.341 ribu maka pada tahun 1982 telah meningkat menjadi 11.685 ribu orang, sedangkan angkutan barang meningkat dari 615 ribu ton menjadi 1.559 ribu ton dan angkutan kendaraan naik dari 402 ribu buah menjadi 1.563 ribu buah.

2. PERHUBUNGAN LAUT

Program-program pembangunan perhubungan laut mencakup usaha-usaha pengembangan pelayanan di bidang-bidang pelayaran, pelabuhan, pengerukan, keselamatan pelayaran dan jasa maritim. Masing-masing program merupakan kegiatan yang saling berkaitan dalam mewujudkan sistem angkutan laut yang terpadu dalam wilayah nusantara. Hasil-hasil yang dicapai dalam bidang-bidang tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Bidang Pelayaran

(1) Pelayaran Nusantara

Usaha mengembangkan Pelayaran Nusantara ditekankan pada pelayaran dengan sistem regular liner service (RLS), tanpa mengabaikan jenis pelayaran dalam negeri lainnya seperti pe-layaran lokal, pelayaran rakyat dan pelayaran perintis. Pe-ngembangan Pelayaran Nusantara, kecuali pelayaran perintis, disesuaikan dengan penyebaran muatan dan peningkatan kebutuhan angkutan laut dalam negeri. Sedangkan pengembangan pelayaran perintis baik dalam jumlah armada maupun jumlah pelabuhan yang disinggahi didasarkan pada pertimbangan pemerataan pelayanan jasa perhubungan laut secara keseluruhan.

Pelayaran Nusantara RLS pada tahun 1977/78 mengoperasikan 365 buah kapal dengan kapasitas 297.000 Dwt serta muatan yang diangkut sebesar 3.855.000 ton. Jumlah kapal yang beroperasi tahun 1982/83 adalah sebanyak 361 buah dengan kapasitas 425.556 Dwt serta jumlah muatan yang diangkut 6.920.160 ton. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas kapal dan jumlah muatan yang diangkut selama 5 tahun telah meningkat dengan masingmasing 43% dan 79,5%. Jumlah armada berkurang disebabkan dioperasikannya kapal-kapal berukuran lebih besar dan lebih efisien. Penambahan kapasitas armada Pelayaran Nusantara sebesar 128.556 dwt ini telah melebihi perkiraan perkembangan armada dalam Repelita III yang direncanakan sebesar 116.300 dwt.

Kecuali untuk angkutan muatan dan penumpang umum, peranan Pelayaran Nusantara juga cukup penting dalam pengangkutan

X/25

transmigran dari pelabuhan asal ke pelabuhan tujuan seperti dari Tanjung Priok, Surabaya, Semarang, Benoa dan Lembar ke daerah Sumatera Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sula- wesi Utara, Maluku, Kalimantan Barat, Riau, Jambi dan Irian Jaya. Perkembangan Pelayaran Nusantara dari tahun 1978/79 sampai tahun 1982/83 dapat dilihat dalam Tabel X - 8 dan Grafik X - 5.

(2) Pelayaran Samudera

Dalam tahun 1977/78 pada Pelayaran Samudera dioperasikan 54 kapal dengan kapasitas 490.810 Dwt dan muatan yang diang-kut 2.234.300 ton. Pada tahun 1982/83 armada yang dioperasi-kan telah mencapai 61 kapal dengan kapasitas 796.625 Dwt de-ngan jumlah muatan yang diangkut 11.870.105 ton. Perkembangan jumlah dan kapasitas kapal yang dioperasikan serta muatan yang diangkut dalam kurun waktu 5 tahun mencapai pertumbuhan sebesar 62,3% dan 431,3%. Penambahan kapasitas armada Pelaya-ran Samudra sebesar 305.815.000 dwt sampai tahun 1982/83 ini telah melampaui perkiraan penambahan armada dalam Repelita III, yaitu sebesar 275.290 dwt. Perkembangan armada Pelayaran Samudera telah diikuti dengan penggunaan sistem peti kemas. Hal ini dimungkinkan oleh adanya penambahan 3 kapal semi con-tainer dan 2 kapal container penuh, yang sudah mulai diopera-sikan oleh perusahaan pelayaran milik negara sejak tahun 1981 yang lalu. Route utama Pelayaran Samudera sampai saat ini adalah Indonesia - Jepang, Indonesia - Hongkong, Indone-sia - Taiwan, Indonesia - Canada/USA dan Indonesia - Eropa. Perkembangan angkutan pelayaran Samudera mulai dari tahun 1977/78 sampai dengan tahun 1982/83 dapat dilihat dalam Tabel X - 9.

Sesuai dengan kebijaksanaan Pemerintah untuk menunjang ekspor barang non minyak dan gas bumi, sejak akhir tahun 1982 telah ditetapkan pelabuhan-pelabuhan Tanjung Priok, Be-lawan, Tanjung Perak dan Ujung Pandang sebagai pelabuhan utama ekspor barang-barang non minyak dan gas bumi. Sejalan dengan itu telah lebih dikembangkan Pelayaran Samudera sehingga dapat lebih berperan dalam memajukan perdagangan luar negeri di samping memberikan tambahan penerimaan devise negara.

(3) Pelayaran Khusus

Pelayaran Khusus digunakan untuk mengangkut barang-barang berupa cairan dan curah antara lain minyak bumi, minyak kelapa sawit, kayu, dan barang tambang seperti nikel, bauksit,

X/26

TABEL X - 8

PERKEMBANGAN ANGKUTAN ARMADA NASIONAL,1977/78 - 1982/83

Uraian Satuan 1977/78 1978/79 1979/80 1980/81 1981/822) 1982/833)

Kapa1 buah 365 322 335 374 361 361

Kapasitas DWT 297.000 312.000 341.157 406.378 425.428 425.556

Muatanl) ton 3.855.000 3.529.000 3.573.260 5.815.623 5.951.842 6.920.160

1) xKeadaan tidak pada akhir tahun f i s c a l2) Tidak termasuk muatan pe t i kemas 2.200 u n i t3) Angka sampai dengan bulan Nopember 1982

TABEL X - 9

PERKEMBANGAN ANGKUTAN PELAYARAN SAMUDERA,1977/78 - 1982/83

Uraian Satuan 1977/78 1978/79 1979/80 1980/81 1981/82 1982/83*)

Kapa1 buah 54 52 50 58 61 61

Kapasitas DWT 490.810 502.064 513.203 668.351 801.625 796.625

Muatan ton 2.234.300 5.625.044 5.819.950 7.353.049 9.402.322 11.870.105

* ) Angka sampai dengan bulan Nopember 1982

X/27

GRAFIK X 5PERKEMBANGAN ANGKUTAN ARMADA NASIONAL

1977/78 – 1982/83

X/28

(Lanjutan Grafik X – 5 )

( ribuan ton )

X/29

pasir besi, pupuk, aspal dan semen. Dalam usaha pengembangan armada Pelayaran Khusus ini selain telah dilakukan pembelian kapal untuk angkutan kayu gelondongan, juga telah dilakukan penambahan beberapa kapal untuk angkutan aspal, batubara dan angkutan khusus barang guna menunjang penyediaan angkutan di sektor lainnya. Jumlah kapal dan kapasitas armada Pelayaran Khusus sejak tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 pada umumnya terus meningkat. Penurunan kapasitas dalam ukuran BRT dan HP dalam armada Pelayaran Khusus adalah karena adanya peremajaan kapal-kapal dan peningkatan kapasitas kapal dalam ukuran Dwt dan ton. Perkembangan pelayaran khusus mulai dari tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 dapat dilihat dalam Tabel X - 10 dan Grafik X - 6.

(4) Pelayaran Rakyat

Peranan Pelayaran Rakyat sangat menunjang kegiatan ekono-mi dan sosial daerah, terutama daerah-daerah terpencil. Usaha pelayaran rakyat sebagian besar masih dikelola oleh pengusaha ekonomi lemah yang perlu terus dibina guna dapat meningkatkan mutu pelayanannya dan mengurangi kecelakaan yang sering ter-jadi di laut.

Sampai dengan tahun 1982/83 telah dilakukan motorisasi sekitar 588 buah perahu rakyat. Di vamping itu guna menunjang keberhasilan pengoperasian armadanya telah dibangun fasili-tas-fasilitas pelabuhan perahu layar di beberapa lokasi anta-ra lain di pelabuhan-pelabuhan Sunda Kelapa, Palembang, Si-bolga, Cirebon, Tegal, Semarang, Gresik, Paotere (Ujung Pan-dang), Kendari, Bitung, Ambon, Ternate dan Donggala.

Jumlah armada Pelayaran Rakyat pada tahun 1977/78 adalah 1.195 kapal dengan kapasitas 42.972 BRT dan muatan yang di-angkut 721.594 ton. Dalam tahun 1982/83 jumlah kapal telah bertambah menjadi 3.346 buah dengan kapasitas 216.273 BRT dan muatan yang diangkut 2.164.580 ton. Hal ini menunjukkan per-tumbuhan jumlah dan kapasitas kapal serta muatan yang diang-kut dalam 5 tahun masing-masing 53,3%, 403,2% dan 228%. Pe-nambahan armada Pelayaran Rakyat ini dalam kurun waktu5 ta-hun adalah sebesar 173.301 BRT yang berarti telah melebihi rencana pengembangan armada Pelayaran Rakyat dalam Repelita III. Perkembangan Pelayaran Rakyat mulai dari tahun 1978/79 sampai dengan tahun 1982/83 dapat dilihat dalam Tabel X - 11 dan Grafik X - 7.

X/30

TABEL X - 10PERKEMBANGAN ARMADA PELAYARAN KHUSUS,

1977/78 - 1982/83

Uraian Satuan 1977/78 1978/79 1979/80 1980/81 1981/82*)

1982/83

Kapal buah 1.960 1.960 2.162 2.212 2.238 2.389

Kapasitas DWT 1.862.492 2.032.536 2.537.184 2.615.906 2.623.741 2.284.375

BRT 195.624 215.578 226.995 242.194 256.034 209.962

HP 137.896 156.639; 279.243 227.613 278.447 148.840

Muatan ton 14.752.630 16.655.256 18:082.69718.258.022 18.434.455 21.087.250

*) Angka sampai dengan bulan Nopember 1982

X/31

GRAFIK X – 6PERKEMBANGAN ARMADA PELAYARAN KHUSUS,

1977/78 – 1982/83

X/32

( lanjutan Grafik X – 6)

X/33

(Lanjutan Grafik X – 6)

X/34

TABEL X – 11

PERKEMBANGAN ARMADA PELAYARAN RAKYAT,1977/78 – 1982/83

Uraian Satuan 1977/78 1978/79 1979/80 1980/81 1981/82 1982/832)

Kapal buah 1.195 2.182 2.282 2.563 3.346 3.346

Kapasitas BRT 42.972 96.019 102.931 121.561 179.032 216.273

Muatanl) ton 721.594 925.779 1.246.008 1.460.887 1.959.480 2.365.172

1) Keadaan tidak pada akhir tahun fiskal2) Angka sampai dengan bulan Nopember 1982

X/35

GRAFIK X – 7PERKEMBANGAN ARMADA PELAYARAN RAKYAT,

1977/78 – 1982/83

X/36

( lanjutan Grafik X – 7)

X/37

(5) Pelayaran Lokal

Pelayaran lokal adalah satu jenis pelayaran yang bertugas menunjang kegiatan Pelayaran Nusantara dan Pelayaran Samudera. Fungsinya adalah mengumpulkan muatan untuk diangkut Pelayaran Nusantara melalui pelabuhan kolektor, kemudian diteruskan ke pelabuhan utama untuk diangkut oleh Pelayaran Samudera.

Pada tahun 1977/78 armada Pelayaran Lokal berjumlah 1.348 buah kapal dengan kapasitas 147.689 BRT dan muatan yang di-angkut sekitar 1.822.876 ton. Dalam tahun 1982/83 jumlah kapal bertambah menjadi 1.090 buah dengan kapasitas 173.876 BRT dan muatan yang diangkut 2.410.125 ton. Hal ini menunjukkan pertumbuhan kapasitas armada Pelayaran Lokal serta muatan yang diangkut selama 5 tahun.

Dibandingkan dengan rencana pengembangan armada Pelayaran Lokal dalam Repelita III, peningkatan kapasitas armada sampai tahun 1982/83 ini mencapai 42%. Hal ini disebabkan terjadinya peralihan status sejumlah kapal yang semula digolongkan dalam pelayaran lokal kejenis pelayaran lain.

Perkembangan angkutan Pelayaran Lokal mulai dari 1977/78 sampai dengan tahun 1982/83 dapat dilihat dalam, Tabel X - 12 dan Grafik X - 8.

(6) Pelayaran Perintis

Peranan Pelayaran Perintis dititik beratkan kepada pembu-kaan hubungan angkutan laut daerah-daerah terpencil dan ter-isolir. Kegiatan ini akan menjadi pendorong dan perangsang pengembangan daerah-daerah serta pendukung pertumbuhan kegiatan ekonomi dan akan memperlancar distribusi ke daerahdaerah terpencil. Sifat pelayanannya berupa pelayaran laut yang teratur, aman dan murah agar terjangkau oleh masyarakat, sehingga aspek pemerataan angkutan laut dapat dicapai.

Kegiatan pelayaran perintis pada tahun 1977/78 dilayani sebanyak 20 kapal dengan 22 trayek, menyinggahi175 pelabuhan dengan frekwensi penyinggahan 12 kali/tahun. Penumpang yang diangkut adalah 104.029 orang dan barang yang diangkut ber-jumlah 50.139 ton. Pada tahun 1982/83 jumlah kapal yang di-operasikan meningkat menjadi 36 buah dengan 35 trayek dan me-nyinggahi 212 pelabuhan dengan frekwensi penyinggahan 16 kali per tahun. Perkembangan jumlah armada dan kegiatan pelayaran perintis mulai dari tahun 1977/78 sampai dengan 1982/83 dapat

X/38

TABEL X – 12PERKEMBANGAN ANGKUTAN PELAYARAN LOKAL,

1977/78 – 1982/83

*) Angka sampai dengan bulan Nopember 1982

X/39

GRAFIK X – 8PERKEMBANGAN ANGKUTAN PELAYARAN LOKAL,

1977/78 – 1982/83

X/40

II

(Lanjutan grafik X – 8)

X/41

TABEL X - 13PERKEMBANGAN JUMLAH ARMADA DAN KEGIATAN ARMADA PERINTIS,

1977/78 – 1982/83

X/42

GRAFIK X – 9PERKEMBANGAN JUMLAH ARMADA DAN KEGIATAN ARMADA PERINTIS,

1977/78 – 1982/83

X/43

(Lanjutan grafik X – 9)

X/44

dilihat dalam Tabel X - 13 dan Grafik X - 9.

b. Pelabuhan dan Pengerukan

(1) Fasilitas Pelabuhan

Fasilitas pelabuhan sangat penting artinya dalam kegiatan pelayaran baik untuk pelayaran samudera, pelayaran nusantara, pelayaran lokal, pelayaran rakyat, pelayaran perintis maupun pelayaran khusus. Kapasitasnya terus ditingkatkan dengan me-lakukan rehabilitasi, penggantian, penambahan, serta pemba-ngunan fasilitas baru yang dibutuhkan, sesuai dengan kemajuan teknologi yang terus berkembang dan efisiensi sistem angkutan laut.

Pada waktu ini telah selesai disiapkan rencana pengembangan pelabuhan yang terpadu dan sudah dimulai persiapan rencana induk bagi perluasan dan peningkatan fasilitas dari beberapa pelabuhan. Sesuai rencana pengembangan pelabuhan tersebut telah ditetapkan 4 pelabuhan sebagai pelabuhan utama penunjang kegiatan perdagangan luar negeri; 14 pelabuhan ko- lektor yang berfungsi sebagai pelabuhan pengumpul/akumulasi barang ekspor ke luar negeri dan 25 pelabuhan utama dalam negeri (domestic trunk ports) yang berfungsi sebagai pelabuhan distribusi dalam negeri.

Pelabuhan utama penunjang ekspor (gateway) tersebut adalah Tanjung Priok, Tanjung Perak, Belawan dan Ujung Pandang. Pelabuhan kolektor yang berjumlah 14 buah tersebut adalah: Teluk Bayur, Panjang, Cirebon, Pontianak, Lhokseumawe, Dumai, Palembang, Ambon, Bitung, Kendari, Sarong, Semarang, Lembar dan Balikpapan. Pelabuhan utama dalam negeri adalah: Sibolga, Batam, Cilacap, Banjarmasin, Meneng, Tarakan, Samarinda, Go-rontao, Donggala, Pare-Pare, Ternate, Tenau, Jayapura, Merauke, Krueng Raya, Bengkulu, Kualangsa, Pekanbaru, Jambi, Kalianget, Sintete, Sampit, Toli-Toli, Biak dan Benoa.

Realisasi perkembangan fasilitas pelabuhan mulai dari tahun 1977/78 sampai dengan tahun 1982/83 dapat dilihat dalam Tabel I - 14. Selama lima tahun penambahan dan rehabilitasi dermaga mencapai 83.760 m2 dan 54.113 m2, penambahan gudang 44.273 m2, penambahan lapangan penumpukan 229.545 m2 yang terdiri dari pembangunan dan rehabilitasi dan jalan-jalan pelabuhan yang dicapai selama 4 tahun Repelita III adalah 442.865 m2. Selama kurun waktu 4 tahun penambahan luas/panjang dermaga telah mencapai lebih 80% perkiraan Repelita III dan telah melampaui perkiraan tersebut jika diperhitungkan

X/45

TABEL X - 14PENAMBAHAN FASILITAS PELABUHAN,

1977/78 - 1982/83

Uraian Satuan 1977/78 1978/79 1979/80 1980/81 1981/82 1982/83*)

1. Dermaga:Rehabi l i tas i m2 - 14.473 11.690 - - 27.950Pembangunan m2 32.468 14.455 15.942 14.908 29.705 8.750

2. Penahan ge-lombang:Rehabi l i tas i m2 2.596 515 2.700 - - 571Pembangunan m2 - - 3.253 - - -

3 . Gudang:Rehabi l i tas i m2 18.732 2.175 12.425 - - 8.750Pembangunan m2 2.242 3.804 22.500 9.852 5.875

4. Lapangan Pe-numpukan:Pembangunan m2 117.850 39.617 31.218 59.218 41.242 58.250

5 . Ja l an :Pembangunan m2 - - 80.440 104.105 161.070 97.250

6 . F a s i l i t a sl i s t r i k :Rehabi l i tas i KVA 20 800 - - - -Pembangunan KVA - 320 300 100 - -

7. Fasilitas a i r :Pembangunan m3 - - 155 850 - 800

*) Angka sampai dengan bulan Nopember 1982

X/46

hasil pelaksanaan rehabilitasi dermaga. Penambahan luas gudang sebagai unsur penting lainnya dari pelabuhan dan fasilitas lain-lain dalam tahun 1982/83 diharapkan akan dapat mendekati sasaran Repelita III.

(2) Pengerukan

Pengerukan pelabuhan dan alur-alur pelayaran perlu dila-kukan tiap-tiap tahun untuk menunjang kegiatan pelayaran, se-hingga lalu-lintas kapal dapat keluar masuk pelabuhan dengan lancar dan aman. Dengan terawatnya alur-alur pelayaran dan kolam pelabuhan, maka pelabuhan dan pelayaran telah berfungsi secara optimal dan efisien.

Kegiatan pengerukan rutin (maintenance dredging) pada ko-lam pelabuhan dan alur-alur pelayaran dilakukan di pelabuhan Belawan, Tg. Priok, Sunda Kelapa, Cirebon, Palembang, Sema-rang/Tegal, Surabaya, Gresik, Panarukan, Banjarmasin, Sei Ka-hayan, Sei Mahakam, Menado, dan Bitung. Kegiatan pengerukan pokok (capital dredging) telah dilakukan pada kolam pelabuhan dan alur pelayaran di pelabuhan Jambi, Palembang, K. Langsa, Pontianak, S. Kahayan dan S. Mahakam. Dalam tahun 1977/78 jumlah lumpur yang dikeruk secara rutin sekitar 12.536.000 m3, sedangkan pengerukan pokok sekitar 6.625.000 m3. Pada tahun 1982/83 pengerukan rutin diperkirakan akan mencapai 16.894.425 m3 dan pengerukan pokok sekitar 5.000.000 m3. Menurunnya hasil pengerukan pokok ini disebabkan telah banyak kolam pelabuhan dan alur pelayaran yang tidak lagi menghadapi kedangkalan, sehingga tidak memerlukan pengerukan pokok.

Meningkatnya hasil pengerukan dalam waktu 5 tahun ini di-mungkinkan oleh terus bertambahnya kapasitas pengerukan mela-lui penambahan kapal-kapal keruk baru. Penambahan armada kapal keruk dalam kurun waktu tersebut adalah 2 kapal keruk ember, 2 kapal keruk cakram dan 9 kapal keruk hisap.

c. Keselamatan Pelayaran

Peranan keselamatan pelayaran adalah sangat penting dalam menjamin keselamatan dan keamanan angkutan Taut. Pengawasan tugas keselamatan pelayaran terus menerus ditingkatkan agar ketentuan-ketentuan keselamatan kapal laut terus ditaati. Un-tuk tugas ini kemampuan aparat pemerintah juga terus diting-katkan.

Peningkatan kemampuan dan modernisasi fasilitas-fasilitas keselamatan pelayaran meliputi sarana bantu navigasi, armada

X/47

navigasi, stasiun radio dan telekomunikasi pelayaran pem-buatan dan pembaharuan peta laut, kesyahbandaran, Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai serta Biro Klasifikasi Indonesia. Semua ini dilaksanakan untuk mengimbangi perkembangan pro-gram-program perhubungan laut lainnya.

Selama kurun waktu 5 tahun 1978/79 - 1982/83 telah diba-ngun menara suar 50 buah, rambu suar 114 buah, 2 kapal peram-buan serta telah dibangun 4 bengkel sarana bantu navigasi.

Dalam memenuhi ketentuan internasional di Selat Malaka telah selesai dipasang sarana bantu navigasi di selat terse-but. Di samping itu sedang dilakukan penyesuaian sarana bantu navigasi guna memenuhi ketentuan terakhir International Asso-ciation of Light House Authorities.

d. Jasa Maritim

Jasa maritim mempunyai tugas pembinaan galangan kapal un-tuk perawatan, perbaikan, pembangunan armada pelayaran serta pembersih alur-alur pelayaran dan kolam pelabuhan dari ke-rangka-kerangka kapal yang tenggelam untuk menjamin kelancar-an kapal-kapal keluar masuk pelabuhan.

Dalam meningkatkan kapasitas galangan kapal dilakukan re-habilitasi, penggantian serta pembangunan baru fasilitas ga-langan agar dapat ditingkatkan kemampuan pembangunan kapal baru serta diturunkannya hari docking rata-rata. Hasil docking untuk pemeliharaan dan pembangunan kapal baru pada tahun 1977/78 mencapai 1.047.000 Dwt dan pada tahun 1982/83 produksi docking meningkat menjadi 1.165.000 Dwt. Penambahan kapasitas dock ini telah melampaui rencana penambahan kapasi-tas dock selama Repelita III. Hasil docking rata-rata pada tahun 1977/78 adalah 17 hari dan pada tahun 1982/83 menurun menjadi 15 hari.

3. PERHUBUNGAN UDARA

Kebijaksanaan yang ditempuh di bidang perhubungan udara tetap disesuaikan dengan tingkat kenaikan permintaan akan jasa angkutan di seluruh wilayah tanah air. Tingkat kenaikan permintaan akan jasa angkutan tersebut dipenuhi dengan me-ningkatkan frekuensi penerbangan, menambah jumlah dan kompo-sisi armada, serta meningkatkan kemampuan prasarana landasan dan alat-alat keselamatan penerbangan. Perkembangan angkutan udara antara tahun 1977/78 - April 1982/83 dapat dilihat da-lam Tabel X - 15 dan Grafik X - 10.

X/48

TABEL X - 15

PERKEMBANGAN ANGKUTAN UDARA DALAM NEGERI,1977 - 1982

Uraian Satuan 1977 1978 1979 1980 1981 19821)

Km pesawat ribuan 59.192 65.958 69.324 78.439 87.546 27.969

Penumpang diangkut orang 3.372.560 3.979.557 4.192.560 4.664.308 5.588.295 1.659.726

Barang ton 32.908 35.822 38.532 45.268 50.459 18.524

Jam terbang jam 151.281 166.031 179.179 190.643 212.753 72.471

Ton-km tersedia ribuan 489.816 422.400 456.247 521.483 616.433 248.228

Ton-km produksi ribuan 293.591 263.716 275.513 321.233 373.166 119.274

Faktor muatan2) persen 60,0 62,4 60,4 61,5 62,5 48,1

1) Angka sampai dengan bulan April 1982

2) Faktor muatan = Ton-km produksi Ton-km tersedia

X/49

GRAFIK X – 10PERKEMBANGAN ANGKUTAN UDARA DALAM NEGERI,

1977 - 1982

X/50

(lanjutan Grafik x - 10

X/51

( Lanjutan Grafik X – 10)

X/52

Produksi perhubungan udara yang dicapai dalam tahun 1977 dibandingkan dengan tahun 1981 dalam jumlah km pesawat me-ningkat dari 59.192 ribu menjadi 87.546 ribu km atau pening-katan sebesar 48%, penumpang yang diangkut bertambah dari 3.372.560 orang menjadi 5.588.295 orang atau pertambahan se-besar 66, barang yang diangkut naik dari 32.908 menjadi 50.459 ton atau kenaikan sebesar 55%, jam terbang meningkat dari 151.281 menjadi 212.753 jam atau peningkatan sebesar 41%, ton km tersedia bertambah dari 489.816 ribu menjadi 616.433 ribu atau pertambahan sebesar 26% dan ton km produk-si naik dari 293.591 ribu menjadi 373.166 ribu ton km produk-si atau kenaikan sebesar 27%.

Perkembangan armada perusahaan penerbangan teratur terus meningkat dengan menggunakan pesawat bermesin turbojet, baik yang berukuran kecil seperti F-28, berukuran sedang seperti DC-9 maupun berukuran besar, seperti DC-10 dan B-747. Perkem-bangan jumlah dan komposisi armada udara yang dioperasikan oleh perusahaan penerbangan teratur antara tahun 1977 sampai dengan tahun 1982 dapat dilihat dari Tabel X - 16.

Dalam tahun 1977 telah dioperasikan 114 buah pesawat be-rukuran besar oleh perusahaan penerbangan teratur, terdiri dari 8 pesawat bermesin piston, 50 buah bermesin turboprop dan 56 buah bermesin turbojet. Sedangkan dalam tahun 1982 te- lah digunakan 166 buah pesawat berukuran besar, terdiri dari 85 buah pesawat bermesin turboprop serta 81 buah bermesin turbojet.

Armada penerbangan tersebut telah mengisi jalur pener-bangan yang menghubungkan 58 pelabuhan udara diseluruh wila-yah tanah air dengan frekuensi penerbangan yang terus mening-kat. Untuk beberapa kota yang padat penumpangnya telah dibuka penerbangan ulak-alik seperti Jakarta - Surabaya, Jakarta - Semarang dan Jakarta - Tanjung Karang. Umumnya ibukota pro-pinsi telah dapat dilayani oleh pesawat sejenis F-28, dan DC-9. Bahkan beberapa pelabuhan udara telah dilayani pesawat jenis jumbo seperti DC-10 dan B-747, yang dalam tahun 1977 belum dapat dilakukan.

Sejalan dengan perkembangan armada udara tersebut, fasi-litas pelabuhan udara juga telah ditingkatkan dengan mem-prioritaskan fasilitas landasan dan fasilitas keselamatan penerbangan. Pada tahun 1977 terdapat 56 pelabuhan udara yang dapat didarati sejenis pesawat yang lebih kecil dari F-27; 43 pelabuhan udara mampu didarati pesawat F-27; 31 pelabuhan

X/53

udara bisa melayani pesawat sejenis F-28; 13 pelabuhan udara, untuk operasi pesawat sejenis DC-9; 6 pelabuhan udara dapat menampung pesawat sejenis DC-8; 2 pelabuhan udara sanggup didarati pesawat sejenis DC-10 dan 1 pelabuhan udara untuk pesawat jenis B-747. Dalam tahun 1982 terdapat 36 pelabuhan udara yang dapat didarati pesawat yang lebih kecil dari jenis F-27; 51 pelabuhan mampu didarati pesawat sejenis F- 7; 35 pelabuhan udara bisa melayani pesawat sejenis F-28; 13 pela- buhan udara untuk operasi pesawat sejenis DC-9; 7 pelabuhan udara sanggup menampung pesawat sejenis DC-10; dan 5 pelabuh- an udara bisa didarati pesawat sejenis B-747. Juga telah se-lesai dibangun 2 landasan udara yang menunjang kegiatan transmigrasi; yaitu di Pasir Pangarayan/Riau dan di Sintang/ Kalimantan Barat. Pelabuhan udara untuk transmigrasi di Sebamban/Kalimantan Tengah kini masih dalam tahap pelaksanaan pembangunannya. Dengan rencana pelaksanaan tahun 1983/ sasaran Repelita III diharapkan kemampuan landasan pelabuhan udara pada umumnya akan dapat dicapai.

Untuk peningkatan keselamatan penerbangan telah dilakukan pemasangan/penambahan fasilitas radar, antara lain di Pakanbaru, Surabaya, Balikpapan, Yogyakarta dan Ujung Pandang, fasilitas pembantu pendaratan (ILS) pada lokasi Halim, Denpasar dan Ujung Pandang; penggantian peralatan navigasi (DVOR) di lokasi Medan, Pakanbaru, Banjarmasin dan Kendari; pemasangan baru peralatan navigasi (DVOR) di lokasi Ujung Pandang, Den- pasar, Halim, Merauke, Cirebon, Cilacap dan Karimun Jawa; Ke- mudian telah dilakukan pula pemasangan peralatan navigasi lainnya seperti NDB, DME/ATIS pada beberapa lokasi serta peningkatan fasilitas telekomunikasi, fasilitas pengangkat pesawat (salvage equipment) dan fasilitas pemadam kebakaran.

Pelaksanaan pembangunan pelabuhan udara baru di Cengka-reng/Jakarta telah mencapai pekerjaan fisik dilapangan dan diperkirakan dapat selesai pada akhir tahun 1984 sehingga akan dapat mulai beroperasi dalam tahun 1985.

Selain itu telah pula diselesaikan pembuatan rencana in-duk untuk 9 pelabuhan udara lainnya yaitu Padang, Surabaya, Manado, Ambon, Sorong, Biak, Jayapura, Banjarmasin, dan Ba-tam. Sementara itu 5 pelabuhan udara yaitu Medan, Palembang, Pontianak, Balikpapan, Jayapura telah selesai dengan rancang-an tehnik. Pelabuhan udara Pakanbaru, Banjarmasin, Ujung Pan- dang, Manado, Ambon, Biak, Semarang, Surabaya, Sorong sedang dalam tahap pembuatan rancangan tehnik terperinci. Untuk pe-

X/54

labuhan udara Padang, Yogyakarta dan Bali penyusunan rancangan tehnik terperincinya telah disiapkan diharapkan dapat di-laksanakan pada tahun 1983.

Kegiatan penerbangan perintis yang bertujuan-untuk membuka hubungan dengan daerah terpencil telah ditingkatkan meliputi 82 lokasi yang tersebar di 27 propinsi. Jika pada tahun 1977 jumlah yang diangkut adalah 210.730 penumpang dan 2.257 ton muatan barang pos maka dalam tahun 1982 jumlah yang diangkut 425.952 penumpang dan 2.308 ton muatan barang/pos, sehingga jumlah penumpang yang diangkut telah meningkat 2 kali lipat. Armada udara untuk penerbangan perintis telah meningkat dari 21 buah pesawat dalam tahun 1977 menjadi 35 buah pesawat dalam tahun 1982. Sebagian dari armada tersebut adalah pesawat hasil rakitan dalam negeri.

Di bidang penerbangan internasional tampak pula perkem-bangan dengan tingkat pertumbuhan angkutan penumpang rata-rata sebesar 24% dalam setahun. Dalam hubungan dengan penerbangan internasional telah berhasil ditingkatkan perjanjian udara dengan luar negeri. Perkembangan angkutan udara internasional dapat dilihat pada Tabel X - 17 dan Grafik X - 11 berikut.

Produksi perhubungan udara yang dicapai dalam tahun 1977 dibandingkan dengan tahun 1982 dalam jumlah penumpang yang diangkut meningkat dari 245.217 orang menjadi 660.954 orang atau peningkatan sebesar 170%, barang diangkut naik dari 3.953 menjadi 12.664 ton atau kenaikan sebesar 220%, jam ter-bang pesawat bertambah dari 17.016 menjadi 25.800 jam atau pertambahan sebesar 52%, ton km tersedia meningkat dari 396.607 ribu menjadi 1.053.560 ribu ton km atau peningkatan sebesar 166% dan ton km produksi naik dari 146.353 ribu men-jadi 407.727 ribu atau kenaikan sebesar 179%.

Dalam pelaksanaan pengangkutan jemaah haji melalui udara terus diusahakan peningkatan frekuensi, keamanan dan kenyama-nan dalam penyelenggaraannya, antara lain dengan menambah pe-labuhan udara pemberangkatan dan menggunakan pesawat udara berbadan lebar. Jumlah angkutan haji dalam tahun 1977 adalah sebanyak 27.660 orang, sedang pada tahun 1981 menjadi 67.131 orang, atau suatu peningkatan sekitar 243%.

Untuk menunjang program pariwisata, baik dalam negeri maupun luar negeri telah diambil beberapa kebijaksanaan, an-tara lain menambah jumlah paket wisata (package tour), mem-berikan keringanan tarip untuk wisata remaja serta meningkat-

X/55

TABEL X - 16PERKEMBANGAN ARMADA ANGKUTAN UDARA DALAM NEGERI,

1977 - 1982

Jenis Mesin Pesawat 1977 1978 1979 1980 1981 1982

Pesawat udarabermesin piston 8 8 15 13 - -

Pesawat udarabermesin turboprop 50 53 65 75 84 85

Pesawat udarabermesin turbojet 56 58 62 69 70 81

TABEL X - 17PERKEMBANGAN ANGKUTAN UDARA INTERNASIONAL,

1977 – 1982

1) Angka sampai dengan bulan Mei 19822) Faktor muatan = Ton-km

produksi Ton-km tersedia

X/56

GRAFIK X – 11PERKEMBANGAN ANGKUTAN UDARA INTERNASIONAL

1977 - 1982

X/57

(Lanjutan Grafik X – 11)

X/58

kan penerbangan borongan dari luar negeri ketempat-tempat obyek pariwisata secara langsung tanpa mengganggu penerbangan berjadwal.

Untuk mempercepat program transmigrasi, angkutan udara transmigrasi juga semakin ditingkatkan. Apabila dalam tahun 1978 baru diangkut sebanyak 1.167 KK maka dalam tahun 1981 telah diangkut sebanyak 41.794 KK dan sampai dengan April 1982 telah diangkut sebanyak 64.338 KK. Armada udara untuk angkutan transmigrasi ini juga terus ditingkatkan dari buah pesawat menjadi 9 buah pesawat pada akhir tahun 1982.

Usaha peningkatan yang dilakukan dalam bidang penerbangan tersebut telah diimbangi pula dengan peningkatan, penambahan dan pendidikan tenaga-tenaga trampil yang diharapkan semakin memajukan pertumbuhan perhubungan udara dimasa-masa yang akan datang.

4. POS DAN GIRO

Sampai dengan saat ini pembangunan di bidang pos da giro menunjukkan hasil yang lebih baik, karena semakin banyak fa- silitasnya yang telah selesai dibangun. Kantor pos pembantu di ibukota-ibukota kecamatan, kantor pos/tambahan, kantor pos besar/kelas I di ibukota-ibukota propinsi atau di kota-kota besar lainnya, kantor kepala daerah pos dan sentral giro yang baru, semuanya telah dapat beroperasi penuh. Selain itu mutu jasa pos dan giro secara bertahap berhasil ditingkatkan, se- hingga daerah-daerah pedesaan terpencil pada umumnya dan ham- pir semua daerah transmigrasi telah dapat dicapai melalui jasa pos dan giro.

Peningkatan pelayanannya pos dan giro tidak lagi berpedo- man kepada azas perhitungan volume lalu lintas pos dan perhi- tungan biaya pendapatan, melainkan berdasarkan kepada kepen- tingan pemerataan jasa pos dan giro diseluruh Indonesia.

Selama kurun waktu 5 tahun telah dapat selesai dibangun 514 buah kantor pos/pembantu/tambahan. Sementara itu 1 buah kantor pos besar/kelas I telah dibangun di Manado dan 5 buah kantor pos besar kelas I yang lain akan dapat diselesaikan pembangunannya pada akhir tahun ini, masing-masing di Padang (Sumatera Barat), Semarang (Jawa Tengah), Surabaya Selatan (Jawa Timur), Jakarta Barat dan Jakarta Timur (DKI). Persiap- an modernisasi Kantor Pos Besar Ibukota telah dimulai pelak- sanaannya sejak tahun 1980/81. Usaha peningkatan pengadaan sarana penunjang berupa kendaraan bermotor rode empat dan se-

X/60

peda motor untuk angkutan lokal dan dinas pos keliling kota/ pedesaan masing-masing telah mencapai 49 buah dan 798 buah, dan pembangunan bis surat telah mencapai 1.058 buah. Hasil pengadaan ketiga jenis sarana penunjang pos ini sampai tahun 1982/83 telah melampaui sasaran Repelita III masing-masing.

Angka-angka pembangunan kantor pos dan saran penunjang serta perkembangan jumlah kantor pos dan sarana penunjang dapat dilihat masing-masing dalam Tabel X-18 dan Tabel X-19 dan Grafik X - 12.

Di samping itu jumlah trayek pelayanan pos keliling telah pula ditingkatkan. Pos keliling kota yang berjumlah 61 trayek pada tahun 1977/78 telah ditingkatkan menjadi 98 trayek pada tahun 1982/83. Sebagai hasil usaha peningkatan gedung-gedung pos dan sarana penunjangnya maka produksi pos dan giro selama 5 tahun terakhir semakin meningkat. Produksi Pos dan Giro antara tahun 1977 dan 1981 pada umumnya mengalami kenaikan 15% untuk surat pos, 48% untuk wessel pos, 196% untuk giro cekpos dan 293% untuk Tabanas. Perkembangan angka produksi pos tersebut dapat dilihat dalam Tabel X - 20.

5. TELEKOMUNIKASI

Program pembangunan bidang telekomunikasi tetap diarahkan pada perluasan jaringan dan peningkatan mutu jasa telepon, transmisi, telegrap dan telex. Kebijaksanaan tersebut terutama ditujukan bagi menunjang terwujudnya Wawasan Nusantara melalui terciptanya satu sistem telekomunikasi nasional. Untuk itu penekanan diberikan pada perluasan jangkauan pelayanan telekomunikasi nusantara melalui sistem komunikasi satelit domestik (SKSD) PALAPA, yang ditunjang dengan sistem-sistem lainnya seperti sistem transmisi gelombang mikro, sambungan langsung jarak jauh (SLJJ), sambungan telepon jarak jauh (STJJ), stasiun bumi kecil (SBK), telepon pedesaan, sistem komunikasi kabel laut (SKKL) dan telepon umum di kota-kota besar. Dengan demikian pelayanan telekomunikasi akan menjangkau sebagian besar wilayah Indonesia, mulai dari wilayah perkotaan, antar kota, wilayah pedesaan, daerah terpencil, daerah transmigrasi, sampai kepada hubungan internasional.

Hasil pembangunan di bidang telekomunikasi antara lain berupa penambahan kapasitas telepon. Sampai tahun 1981/82 jumlah telepon telah mencapai 632.662 satuan sambungan yang terdiri dari telepon otomat 553.653 satuan sambungan dan telepon manual 79.009 satuan sambungan. Hal ini merupakan peningkatan kapasitas telepon sebesar 94% jika dibandingkan de-

X/61

TABEL X - 18

PERKEMBANGAN ARUS LALU LINTAS SURAT POS, PAKET POSDAN LALU LINTAS UANG POS,

1977 - 1982

Uraian Satuan 1977 1978 1979 1980 1981 1 9 8 2 * )

Surat pos biasa/kilat ribuan 236.703 252.295 265.865 276.198 272.751 213.248

Paket Pos buah 848.086 912.964 1.141.032 1.172.347 1.213.003 1.084.710

Wesel Pos milyar Rp 121,71 138,81 174,56 246,12 301,87 177,38

Peredaran giro den cek pos milyar Rp 660,59 840,34 1.113,16 1.148,70 1.955,43 2.160,00

Tabungan pada Bank TabunganNegara melalui Pos dan Giro juta Rp 10.908,80 15.526,00 19.384,18 32.338,06 42.850,29 98.760,30

*) Angka sementara

X/62

TABEL X - 19

PEMBANGUNAN KANTOR POS DAN SARANA PENUNJANGNYA,

1977/78 - 1982/83

Uraian Satuan 1977/78 1978/79 1979/80 1980/81 1981/82 1982/836)1) 3) 3) 3) 3)

Pembangunan Kp/Kpp/Kptb gedung 100 140 125 135 110 1442) 4) 3) 3)

Pembangunan Kpb/I gedung 1 3 3 1 2 4

5) 5)Pembangunan Kantor Pos Ibu Kota gedung - - - - 1 1

Pembangunan Biro Daerah Pos gedung - 1 1 - 1 1

Pembangunan Sentral Giro gedung 1 1 - - - -

Pos Ke l i l ing dan Angkutan Lokal:

a. Kendaraan Pos buah - 26 8 23 - 18b. Sepeda Motor buah 155 120 225 294 220 59

Bis Surat kotak - - 226 250 250 332

1) Kp = Kantor posKpp = Kantor pos pembantuKptb = Kantor pos tambahan

2) Kpb/I = Kantor pos besar/Kelas I3) Angka diperbaiki4) Ditambah dengan pekerjaan lanjutan5) Dalam pelaksanaan6) Angka sampai dengan bulan Desember 1982

X/63

GRAFIK X – 12 PERKEMBANGAN JUMLAH KANTOR POS DAN SARANA PENUNJANGNYA,

1977/78 - 1982/83

(gedung)

x/64

(Lanjutan Grafik X 12 )

(buah)

x/65

TABEL X - 20PERKEMBANGAN JUMLAH KANTOR POS DAN SARANA PENUNJANG,

1977/78 - 1982/83

X/66

ngan kapasitas tahun 1977/78 sebanyak 325.613 satuan sambung-an, terdiri dari telepon otomat 218.320 satuan sambungan dan telepon manual 107.493 satuan sambungan. Dengan demikian ke-padatan telepon meningkat dari 0,35 per 100 penduduk pada ta-hun 1977/78 menjadi 0,57 per 100 penduduk pada tahun 1981/82. Di samping itu telah diselesaikan pembangunan SBK sebanyak 75 buah tersebar di berbagai kabupaten dan pembangunan sentral telepon Batere Lokal (BL). Jumlah telepon umum juga telah ditambah sebanyak 3.500 satuan; sambungan (Tabel X - 21 dan Grafik X - 13).

Jaringan sistem komunikasi satelit domestik yang mulai dioperasikan sejak tahun 1976 telah pula diperluas. Persiapan bagi peluncuran satelit Palapa B, sebagai pengganti satelit Palapa A akan mencapai umur teknis/ekonomis pada tahun 1983 ini juga telah diselesaikan. Sejalan dengan itu, telah diusa-hakan pula berbagai upaya untuk lebih meningkatkan pelayanan jasa telekomunikasi tersebut berupa: pembangunan sentral te-lepon digital berkapasitas 52.500 satuan sambungan, pembangu-nan sentral telepon otomat berkapasitas 139.336 satuan sambu-ngan, sentral transit 11.797 sirkit, sentral telex 2.700 sa-tuan sambungan, sentral telex transit 1.250 sirkit berikut jaringan kabelnya, transmisi terestrial kapasitas 4.566 alur, aorta fasilitas STJJ sebanyak 1.054 satuan sambungan. Sebagi-an besar pembangunannya diharapkan selesai dalam tahun 1983/-84.

Dalam rangka meningkatkan pelayanan hubungan internasio-nal telah dioperasikan SKKL (sistem komunikasi kabel laut) ASEAN berkapasitas 480 alur dan SKKL Medan - Penang 480 alur. Selain itu segera diselesaikan SKKL Medan - Singapura kapasi-tas 1.200 slur, ventral telepon digital untuk gerbang inter-nasional di Medan kapasitas 1.500 sirkit, serta sentral telex internasional di Medan 2.000 sirkit. SKKL tersebut merupakan ruas pertama yang akan menghubungkan langsung Indonesia de-ngan negara-negara Asia Tenggara, Timur Tengah dan Eropah Ba-rat. Tersedianya fasilitas telekomunikasi internasional ter-sebut di atas sekaligus merupakan penunjang bagi terciptanya kerjasama internasional di bidang pertelekomunikasian.

Dalam melaksanakan pembangunan telekomunikasi ini telah diusahakan sejauh mungkin dimanfaatkan peralatan telekomuni-kasi produksi dalam negeri seperti pesawat telepon, kabel te-lepon, telex, stasiun bumi kecil dan peralatan lainnya.

Guna meningkatkan pelayanan jasa telekomunikasi kepada masyarakat usaha penyehatan Perum Telekomunikasi, antara lain

X/67

TABEL X - 21

PERKEMBANGAN KAPASITAS TELEPON DI INDONESIA,1978/79 - 1982/83

(satuan sambungan)

*)Kapasitas 1978/79 1979/80 1980/81 1981/82 1982/83

Sentral Otomat 367.200 460.100 524.860 542.500 553.653

Sentral Tangan denganBaterai Sentral (BS) 33.030 15.310 8.810 9.430 9.580

Sentral Tangan denganBaterai Lokal (BL) 75.862 72.862 64.952 64.700 69.429

Jumlah : 476.092 548.272 598.622 616.630 632.662

*) Angka sampai dengan bulan Juli 1982

X/68

GRAFIK X – 13PERKEMBANGAN KAPASITAS TELEPON DI INDONESIA,

1978/79 – 1982/83

X/69

melalui peningkatan kemampuan di bidang management, keuangan, operasional dan personil terus dilanjutkan.

6. METEOROLOGI DAR GEOFISIKA

Pembangunan di bidang Meteorologi dan Geofisika secara garis besar mempunyai tugas-tugas pokok yang meliputi antara lain mengamati, mengumpulkan dan mengolah gejala-gejala mete- orologi dan geofisika secara teratur dan sistimatis, melaku- kan analisa dan ramalan, memberikan informasi tentang sifat-sifat cuaca, iklim, geofisika serta aktivitas yang terjadi diatmosfera.

Selama kurun waktu Pelita I dan Pelita II banyak perkem- bangan yang telah dilaksanakan, antara lain penambahan ja- ring-jaring stasiun, penggantian peralatan lama dengan yang baru dan penambahan jenis-jenis peralatan baru disesuaikan dengan kemajuan teknologi. Sebagian besar stasiun sudah mampu beroperasi selama 24 jam. Sampai tahun 1982/83 telah dibangun 5 buah gedung Balai Pengawasan di 5 ibukota propinsi, di Me-dan (Sumatera Utara), Jakarta (DKI), Ujung Pandang (Sulawesi Selatan), Denpasar (Bali) dan Jayapura (Irian Jaya) yang ber- fungsi untuk membina dan mengembangkan stasiun-stasiun di wi- layahnya.

Data meteorologi dan geofisika telah banyak dihasilkan dan permintaan akan rasa tersebut terus kian meningkat dari tahun ke tahun. Produksi yang dihasilkan tersebut mengalami kenaikan rata-rata 5,7% setiap tahun. Apabila pada tahun 1977/78 stasiun meteorologi berjumlah 82 buah, pada tahun 1982/83 jumlah tersebut telah ditingkatkan menjadi 105 buah. Juga stasiun klimatologi yang pada tahun 1977/78 berjumlah 1.261 buah telah ditingkatkan menjadi 4.038 buah. Juga sta-siun geofisika yang pada tahun 1977/78 berjumlah 18 buah te- lah ditingkatkan menjadi 23 buah pada tahun 1982/83.

B. PARIWISATA

Hingga tahun 1982 ini telah dikembangkan 10 (sepuluh) daerah tujuan wisata di Indonesia. Pengembangan daerah tujuan wisata tersebut lebih ditekankan pada pembangunan obyek wisa-ta alam dan budaya agar dapat dinikmati oleh wisatawan domes- tik maupun wisatawan asing. Di samping itu pembangunan obyek wisata ini juga dimaksudkan untuk tetap melestarikan panorama dan budaya Indonesia, serta untuk mewujudkan pemerataan pen-

X/70

dapatan, pemerataan kesempatan kerja dan pemerataan kesempatan berusaha. Sepuluh daerah tujuan wisata tersebut adalah: Sumatera Utara, Sumatera Barat, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara.

Keberhasilan pembangunan kepariwisataan Indonesia sangat tergantung kepada tingkat pertumbuhan sektor pembangunan lainnya, karena untuk menunjang kelancaran arus wisatawan sampai ke daerah tujuan wisata dan obyek wisata sangat diperlukan dukungan berbagai sarana maupun prasarana lainnya. Untuk itu keterpaduan perencanaan lintas sektoral telah ditempuh dan lebih ditingkatkan, agar supaya usaha di bidang pariwisata dapat semakin meluas dan meningkat.

Apabila dalam Repelita II kegiatan diarahkan kepada pembangunan obyek wisata, maka dalam Repelita III kegiatan lebih diarahkan kepada usaha untuk meraih jumlah wisatawan yang lebih banyak, termasuk penggalakan kegiatan promosi keluar negeri, mengikut sertakan unsur-unsur swasta dan partisipasi kelompok masyarakat lainnya. Promosi kearah pengenalan Indonesia di pasaran wisata dunia merupakan usaha yang terus-menerus dilakukan, sedangkan promosi secara terpadu telah mulai menampakkan hasil yang menggembirakan. Obyek pariwisata Indonesia telah dapat pula diperkenalkan melalui pameran dagang dan industri di luar negeri, media pars, tulisan dan karangan, serta undangan bagi organisasi internasional maupun regional untuk berkonperensi di Indonesia.

Dengan telah diselesaikannya pembangunan dan pembinaan obyek wisata yang tersebar di beberapa daerah, arus wisatawan asing yang masuk ke Indonesia dari tahun ketahun telah meningkat. Jika pada tahun 1977/78, wisatawan yang datang ke Indonesia sebesar 468.614 orang, maka pada tahun 1982 jumlah wisatawan tersebut bertambah menjadi 642.162 orang. Ini merupakan suatu kenaikan sebesar 37 %. Arus dan kunjungan wisatawan asing masuk ke Indonesia dapat terlihat dalam Tabel X-22 dan Grafik X - 14.

Untuk menampung arus kunjungan wisatawan yang terus me-ningkat itu, telah dibangun sauna akomodasi yang memadai, berupa hotel, penginapan bungalow serta tempat peristirahatan, baik oleh Pemerintah maupun masyarakat. Di bidang ini kerjasama badan-badan Pemerintah dan swasta telah berjalan baik dalam meningkatkan pembangunan pariwisata di Indonesia.

Jumlah kamar dan distribusi hotel yang tersedia di Indonesia dalam tahun 1982 dapat dilihat dalam Tabel X - 23.

X/71

TABEL X - 22

ARUS WISATAWAN ASING MASUK INDONESIA,1978 - 1982(orang)

Tahun Jumlah

1978 468.614

1979 501.430

1980 561.178

1981 600.151

1982 642.162*)

*) Angka sementara

TABEL X - 23

JUMLAH HOTEL DAN KAMAR HOTEL DI INDONESIAMENURUT DAERAH TUJUAN WISATA,PADA DESEMBER 1982

Daerah Tujuan Wisata Gedung Hotel Kamar Hotel

1 . B a 1 i 85 4.1382. Jawa Timur 119 4 .12 33 . Jawa Tengah 79 3.113 4 . Daerah I . Yogyakarta 39 1.3235. Jawa Barat 189 5.3526. DKI Jakarta 91 9.7007. Sumatera Utara 36 1.7548. Sumatera Barat 28 7499. Sulawesi Selatan 65 1.483

10. Sulawesi Utara 20 376

Jumlah : 751 32.111

X/72

GRAFIK X - 14

ARUS WISATAWAN ASING MASUK INDONESIA,1978 – 1982

X/73

Di bidang penyediaan tenaga kerja yang terampil olah Pe-merintah telah pula dibangun 2 (dua) Balai Pendidikan den La-tihan Pariwisata, masing-masing di Bandung dan Denpasar (Ba-li) untuk menampung serta mendidik tenaga-tenaga dalam me-nangani perkembangan kepariwisataan Indonesia. Dengan demikian penggantian tenaga-tenaga asing dalam pengelolaan hotel da- pat secara bertahap diisi oleh tenaga-tenaga Indonesia ter- utama dalam berbagai posisi yang penting.

Untuk lebih meningkatkan jasa pelayanan dan pariwisata berbagai langkah dan kebijaksanaan telah ditempuh, antaralain dengan melaksanakan penataran, penyuluhan kepada pengusaha biro perjalanan, pengusaha restoran, dan pendidikan ketram- pilan dan penyegaran untuk pemandu wisata dalam bertugas.

Dalam usaha lebih meningkatkan arus wisatawan asing ke Indonesia akan mulai dilaksanakan paket kebijaksanaan pengem- bangan pariwisata yang bertujuan memberikan kemudahan dan me- ningkatkan pelayanan bagi wisatawan berkunjung ke Indonesia. Paket kebijaksanaan pariwisata ini antara lain akan berisi bebas visa untuk berkunjung ke Indonesia bagi wisatawan dari beberapa negara. Selain itu juga akan ditambah pintu masuk/- keluar bagi wisatawan asing ke Indonesia, melalui pelabuhan udara khususnya diwilayah Indonesia bagian timur, peningkatan kegiatan penerbangan borongan (charier), pemberian insentif kepada pengusaha penyelenggara kepariwisataan dan pemberian berbagai kemudahan-kemudahan lainnya. Diharapkan paket kebi- jaksanaan pariwisata ini akan dapat meningkatkan arus wisata-wan ke Indonesia.

X/74