makalah pancasila selesai

21

Click here to load reader

Upload: rahmania-noor-adiba

Post on 26-Jun-2015

686 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH PANCASILA selesai

MAKALAH PANCASILA

MEMULIHKAN MAKNA KESAKTIAN PANCASILA

DALAM PENGAMALANNYA DI KEHIDUPAN

BERBANGSA DAN BERNEGARA

KATA PENGANTAR

Page 2: MAKALAH PANCASILA selesai

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya dengan rahmat

dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Pancasila ini dengan tepat

waktu. Tiada kata yang layak dan harus diucapkan pertama kali dalam hidup ini selain;

Alhamdulillahirobbil’alamin.. Karena hanya dengan pertolongan dan kekuasaan-Nya yang

begitu sempurnalah, makalah ini dapat terselesaikan dengan sangat memuaskan. Shalawat

serta salam juga penulis haturkan ke junjungan besar Nabi Muhammad SAW yang telah

membawa umat manusia dari zaman Jahilliyah menuju zaman yang penuh cahaya bagi umat

yang bertaqwa kepada-Nya.

Tentunya, makalah ini tak akan pernah hadir tanpa adanya partisipasi luar biasa dari

orang-orang hebat disekeliling penulis. Untuk itu, rasa terima kasih yang begitu dalam ingin

penulis sampaikan yang pertama kepada kedua orang tua, yang memainkan peran sebagai

sumber energi dan kekuatan utama anaknya. Selanjutnya rasa terima kasih yang dalam ingin

ditujukan kepada pembimbing terbaik, Prof. Dr. Hj. Sri Mulyani, M. Hum, yang bersedia

meluangkan waktu untuk memberikan rasa percaya diri, bimbingan penuh, dan ilmu

pengetahuan terutama di bidang Kepancasilaan sebagai inspirasi utama makalah ini dan

kepada semua pihak yang telah membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini

dengan baik.

Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan baik dalam

hal materi maupun tata bahasa. Oleh karena itu penulis meminta kritik dan saran yang

membangun dari pembaca sekalian untuk perbaikan kami dalam pembuatan makalah

selanjutnya.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya untuk

memulihkan makna Kesaktian Pancasila dalam pengamalannya di kehidupan berbangsa dan

bernegara di Republik Indonesia tercinta ini.

Jakarta, Oktober 2010

Cynthia Fadhilla

DAFTAR ISI

Page 3: MAKALAH PANCASILA selesai

BAB I

PENDAHULUAN

Page 4: MAKALAH PANCASILA selesai

1.1 LATAR BELAKANG

Pancasila adalah identitas dan jiwa bangsa Indonesia sudah dipakukan di dalam UUD

Negara, sebagai dasar falsafah negara Republik Indonesia sekaligus menjadi pandangan dunia

negara-bangsa yang tidak tergantikan.

Pancasila berhasil mempersatukan bangsa ini menggelar perjuangan yang sangat gigih,

mempertahankan kemerdekaan dengan segala tantangannya, dan mendampingi bangsa ini

berjuang dengan sangat keras membuktikan bahwa kemerdekaan adalah jembatan emas yang

mengantar keluarga Indonesia menjadi keluarga yang bahagia dan sejahtera, lahir dan batin.

Penyelamatan Pancasila telah mengisyaratkan adanya upaya pengamanan terhadap nilai-

nilai dan cara pandang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam falsafah negara

yang dicerminkan oleh peneguhan Pancasila sebagai dasar maka nilai dan cara pandang akan

kehidupan beragama, kemanusiaan, persatuan, pemusyawaratan, dan keadilan sosial menjadi

ruh perjuangan dalam memajukan Indonesia.

Namun demikian bagaimana implementasi kesaktian Pancasila dalam realitas sosial

kehidupan bangsa saat ini? Secara nilai Pancasila memang masih diyakini dan diakui

keberadaannya. Akan tetapi dalam konteks hakikat atau makna yang terkandung di dalamnya

semakin memudar bahkan cenderung menghilang. Padahal, bila kita berbicara mengenai

kesaktian Pancasila maka kita akan kembali pada nilai-nilai yang terkandung pada setiap sila

pada Pancasila.

Oleh karena itu, tidak ada pula alternatif lain bagi segenap warga bangsa kecuali

”memulihkan” kesaktian Pancasila. Namun, ini bukan hal sederhana karena kompleksitas

masalah yang terkait dengan Pancasila dan juga dalam hubungan dengan dinamika kehidupan

bangsa dewasa ini. Lebih-lebih lagi ketika Pancasila dihadapkan pada berbagai realitas, yang

segera menampilkan kontradiksi dan disparitas dengan cita ideal, nilai, dan norma Pancasila.

Tanpa atau samarnya kesadaran kolektif, jelas Pancasila tidak hadir dalam kiprah dan

langkah warga bangsa; Pancasila sebaliknya tenggelam dalam arus besar perubahan yang

berlangsung cepat dan berdampak panjang atas nama reformasi. Untuk itulah makalah ini

dibuat, sebagai bahan referensi dan juga salah satu pengingat kita akan posisi vital dan urgensi

makna Kesaktian Pancasila dalam pengamalannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Page 5: MAKALAH PANCASILA selesai

1.2 RUMUSAN MASALAH

a. Bagaimana peristiwa terjadinya Kesaktian Pancasila?

b. Apa makna dari Kesaktian Pancasila?

c. Bagaimana cara memulihkan makna Kesaktian Pancasila?

1.3 TUJUAN MAKALAH

a. Untuk mengetahui bagaimana peristiwa terjadinya Kesaktian Pancasila.

b. Untuk memahami makna dari Kesaktian Pancasila.

c. Untuk mengetahui bagaimana cara memulihkan makna Kesaktian Pancasila.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PERISTIWA KESAKTIAN PANCASILA

Page 6: MAKALAH PANCASILA selesai

Menjelang dan pada tahun 1965, PKI merupakan partai komunis terbesar setelah

partai komunis di Republik Rakyat Cina (RRC) dan Rusia. Walaupun DN Aidit, pemimpin

partai pada saat itu selalu menyerukan untuk kerja sama dengan militer dan polisi, serta

menolak sistem penerapan komunisme dari RRC dan Rusia, PKI tetap menjadi dan dianggap

sebagai ancaman bagi militer. Anggapan ini diperkuat dengan propaganda pemikiran

Soekarno tentang Nasionalisme, Agama dan Komonisme (Nasakom) dan dukungannya untuk

mempersenjatai angkatan ke lima yang terdiri dari buruh dan petani, selain Angkatan Militer

dari Darat, Laut, Udara dan Polisi.

Angkatan kelima, yang merupakan usulan PKI, diadakan karena situasi politik yang

penuh gejolak dan seruan revolusioner dari Presiden Soekarno serta banyaknya konflik seperti

Irian Barat (Trikora) dan Ganyang Malaysia (Dwikora) yang membutuhkan banyak

sukarelawan-sukarelawan. Hal ini menambah kegusaran dikalangan pimpinan militer

khususnya Angkatan Darat. Khawatir unsur ini digunakan oleh PKI untuk merebut kekuasaan,

meniru pengalaman dari revolusi baik dari Rusia maupun RRC.

Peringatan Hari Kesaktian Pascasila ini bercikal bakal pada peristiwa 30 September

1965, di mana enam jendral senior dan beberapa orang lainnya dibunuh dalam upaya kudeta

yang dilakukan oleh para pengawal istana (Cakrabirawa) yang dianggap loyal kepada PKI dan

pada saat itu dipimpin oleh Letkol. Untung. Keenam pejabat tinggi yang dibunuh tersebut

adalah :

Panglima Angkatan Darat Letjen TNI Ahmad Yani

Mayjen TNI R. Suprapto

Mayjen TNI M.T. Haryono

Mayjen TNI Siswondo Parman

Brigjen TNI DI Panjaitan

Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo

Jenderal TNI A.H. Nasution juga disebut sebagai salah seorang target namun dia selamat dari

upaya pembunuhan tersebut. Sebaliknya, putrinya Ade Irma Suryani Nasution dan ajudan AH

Nasution, Lettu Pierre Tandean tewas dalam usaha pembunuhan tersebut. Selain itu beberapa

orang lainnya juga turut menjadi korban:

AIP Karel Satsuit Tubun

Brigjen Katamso Darmokusumo

Page 7: MAKALAH PANCASILA selesai

Kolonel Sugiono

Berikut kronologi Gerakan 30 September yang didalangi PKI menurut versi Militer (TNI):

1 Oktober 1965, Kegiatan PKI menjelang Penculikan Jenderal TNI AD

Pada pukul 01.30 tanggal 1 Oktober 1965, para pemimpin pelaksana gerakan yang

diketuai oleh Sjam mengikuti Letkol Untung untuk melihat persiapan terakhir di

Lubang Buaya.

Pada pukul 02.30 tanggal 1 Oktober 1965 Lettu Dul Arief, Komandan Pasukan

Pasopati yang bertugas menculik para Jenderal, mengumpulkan para anggotanya. Ia

memberikan briefing kepada para komandan peleton, dan kemudian membagi tugas

Pasukan Pasopati. Ia menjelaskan, bahwa mereka yang akan diculik adalah tokoh-

tokoh Dewan Jenderal yang akan mengadakan kup terhadap Presiden Sukarno. Oleh

karena itu, mereka harus ditangkap hidup atau mati. Taktik penculikan ialah

mengatakan bahwa mereka diperintahkan menghadap oleh Presiden. Selanjutnya para

komandan pasukan peleton penculik kembali ke anak buahnya untuk mempersiapkan

diri.

Pada pukul 03.00 tanggal 1 Oktober 1965 dimulai penculikan perwira tinggi Angkatan

Darat, yaitu Menko Hankam/Kasab Jenderal TNI A.H. Nasution. Namun penculikan

ini gagal karena Jenderal Nasution berhasil melarikan diri. Namun, ajudan Jenderal

Nasution, Letnan Satu Pierre Tendean berhasil diculik dan putri Jenderal Nasution,

Ade Irma Suryani gugur sebagai perisai ayahnya. Selanjutnya penculikan dilakukan

terhadap Menteri/Panglima Angkatan Darat Letnan Jenderal TNI A. Yani, pada pukul

03.30 tanggal 1 Oktober 1965, kemudian Asisten I/Pangad Mayor Jenderal TNI S.

Parman, Deputy II/Pangad Mayor Jenderal TNI Suprapto, Deputy III /Pangad Mayor

Jenderal TNI Haryono M.T, Oditur Jenderal Militer/Inspektur Kehakiman AD

Brigadir Jenderal TNI Sutojo Siswomihardjo dan Asisten IV/Pangad Brigadir Jenderal

TNI D.I. Pandjaitan. Kesemua perwira tinggi AD yang berhasil dibunuh dan diculik

dibawa ke Lubang Buaya. Di Lubang Buaya, daerah Pondok Gede Jakarta, semua

korban penculikan yang masih hidup disiksa dan dibunuh, kemudian mereka

dimasukkan ke dalam sumur tua. Untuk menghilangkan jejak, sumur itu ditimbuni

dengan sampah dan dedaunan, sehingga tersamar.

Penculikan Men/Pangad Letjen A. Yani

Page 8: MAKALAH PANCASILA selesai

Pukul 02.30 tanggal 1 Oktober 1965 pasukan penculik dari G30S/PKI sudah

berkumpul di Lubang Buaya. Pasukan dengan nama Pasopati dipimpin Lettu Dul Arief.

Pasukan penculik Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad) Letjen TNI A. Yani

memakai seragam Cakrabirawa tiba di sasaran pukul 04.00 dan berhasil melucuti regu

pengawal. Mereka memasuki rumah dan bertemu dengan seorang putera Jenderal A. Yani.

Para penculik menyuruh anak tersebut untuk membangunkan ayahnya. Jenderal A. Yani

keluar dari kamar dengan berpakaian piyama. Salah seorang penculik mengatakan bahwa

Bapak diminta segera menghadap Presiden. Beliau akan mandi dan berpakaian dulu. Salah

seorang anggota penculik mengatakan tidak perlu mandi dan mencuci muka pun tidak boleh.

Melihat sikap yang kurang ajar itu, Jenderal A. Yani marah dan menampar oknum tersebut.

Beliau berbalik dan menutup pintu. Ketika itulah Pak Yani diberondong dengan senjata

Thomson dan gugur seketika. Kemudian tubuh Jenderal A. Yani yang berlumuran darah

diseret ke luar rumah dan dilemparkan ke atas truk, lalau dibawa ke Lubang Buaya.

Penganiayaan di Lubang Buaya

Dini hari tanggal 1 Oktober 1965 gerombolan G30S/PKI menculik 6 orang pejabat

teras TNI AD dan seorang perwira pertama. Mereka membawa para perwira itu ke desa

Lubang Buaya dan menawan mereka di sebuah rumah yang bernama rumah penyiksaan. Di

rumah ini tubuh mereka dirusak dengan benda-benda tumpul dan senjata tajam, seperti

senapan, pisau, dan benda- benda lainnya sehingga tubuh mereka rusak.

Penyiksaan dan pembunuhan itu dilakukan oleh anggota Pemuda Rakyat (PR),

Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) dan ormas-ormas PKI lainnya. Sesudah disiksa para

korban dilemparkan dalam sumur tua yang sempit.

Pertama jenazah Jenderal Pandjaitan, Jenderal A. Yani, Jenderal M.T. Haryono,

Jenderal Sutoyo, Jenderal Suprapto yang diikat bersama-sama dengan Jenderal S. Parman.

Terakhir adalah Jenazah Lettu P.A. Tendean. Penganiayaan tersebut berlangsung sampai

pukul 06.30 pagi.

Pada tanggal 1 Oktober 1965 Partai Komunis Indonesia kembali mengadakan

pemberontakan terhadap pemerintah Republik Indonesia yang dikenal dengan nama Gerakan

30 September (G30S/PKI). Mereka menculik dan membunuh Jenderal-Jenderal pimpinan

Angkatan Darat dengan maksud melumpuhkan kekuatan Pancasilais. Pagi itu pula mereka

berhasil menguasai Gedung RRI dan Gedung Pusat Telekomunikasi. Di bawah todongan

Page 9: MAKALAH PANCASILA selesai

pistol, seorang penyiar RRI dipaksa menyiarkan pengumuman yang menyatakan bahwa

G30S/PKI telah menyelamatkan negara dari usaha kudeta “dewan Jenderal”. Tengah hari

mereka mengumumkan pembentukan Dewan revolusi sebagai pemegang kekuasaan tertinggi

dalam negara dan pendemisioneran kabinet.

Pada saat negara sedang dalam bahaya, Panglima Komando Cadangan Strategis

Angkatan Darat (Kostrad) Mayor Jenderal Soeharto tampil untuk menyelamatkan negara.

Langkah pertama yang diambil adalah mengambil alih pimpinan Angkatan Darat yang pada

waktu itu kosong, karena gugurnya Jenderal Ahmad Yani.

Untuk menghentikan pengumuman-pengumuman yang menyesatkan rakyat itu,

Panglima Komando Tjadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) Mayjen Soeharto yang

telah mengambil alih sementara pimpinan Angkatan Darat memerintahkan pasukan Resimen

Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) untuk membebaskan Gedung RRI Pusat dan

Gedung Telekomunikasi dari penguasaan G30S/PKI. Operasi yang dimulai pukul 18.30,

dengan mengerahkan kekuatan satu kompi dalam waktu hanya 20 menit, RPKAD berhasil

menguasai kembali kedua gedung vital itu. Pukul 20.00 tanggal 1 Oktober 1965 RRI Pusat

sudah dapat menyiarkan pidato radio Mayjen Soeharto yang menjelaskan adanya usaha

kudeta yang dilakukan oleh PKI melalui G30S.

Setelah RRI dan Kantor Pusat Telekomunikasi dikuasai kembali, selanjutnya diadakan

penumpasan terhadap konsentrasi kekuatan G30S/PKI yang berada di Pangkalan Udara

Utama Halim, Jakarta. Pada hari tanggal 2 Oktober 1965 Halim berhasil dibebaskan.

Sementara itu, D.N. Aidit, pimpinan utama G30S/PKI merasa aksinya gagal segera melarikan

diri meninggalkan Pangkalan Halim Perdanakusuma menuju Yogyakarta sekitar pukul 02.00

tanggal 2 Oktober 1965. Di Yogyakarta dan kemudian di Jawa Tengah, ia masih melanjutkan

petualangannya sampai ditangkap dan ditembak mati oleh pasukan TNI.

Dari peristiwa tersebut diatas, maka tanggal 1 Oktober diperingati sebagai Hari

Kesaktian Pancasila, yaitu telah terbukti bahwa Pancasila itu ampuh dan berhasil menghalau

dan menumpas komunis dan Partai Komunis Indonesia (PKI) dari muka bumi Indonesia dan

menyelamatkan bangsa Indonesia dari kehancuran pada percobaan kudeta PKI tahun 1965.

Page 10: MAKALAH PANCASILA selesai

2.2. MAKNA KESAKTIAN PANCASILA

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, merupakan pedoman tingkah laku bagi

warga negara Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nilai-

nilai Pancasila yang telah diwariskan kepada bangsa Indonesia merupakan sari dan puncak

dari sosial budaya yang senatiasa melandasi tata kehidupan sehari-hari. Tata nilai sosial

budaya yang telah berkembang dan dianggap baik, serta diyakini kebenarannya ini dijadikan

sebagai pandangan hidup dan sumber nilai bagi bangsa Indonesia. Sumber nilai yang

terkandung tersebut yakni, (1) keyakinan adanya Tuhan Yang Maha Esa, (2) asas

kekeluargaan, (3) asas musyawarah mufakat, (4) asas gotong-royong, serta (5) asas tenggang

rasa.

Dari nilai-nilai inilah kemudian lahir adanya sikap yang mengutamakan kerukunan,

kehormonisan, dan kesejahteraan yang sebenarnya sudah lama dipraktekkan jauh sebelum

Indonesia merdeka. Pandangan hidup bagi suatu bangsa seperti Pancasila sangat penting

artinya karena merupakan pegangan yang stabil agar tidak terombang-ambing oleh keadaan

apapun, bahkan dalam era globalisasi kini yang semakin pesat melalui teknologi dan

informasi muktahir.

Pancasila sebagai dasar negara negara digunakan sebagai dasar untuk mengatur

penyelenggaraan kehidupan penyelenggaraan ketatanegaraan yang meliputi bidang ideologi,

politik, ekonomi, sosial-budaya, dan hukum-keamanan. Sebagai dasar negara, Pancasila diatur

dalam Alinea IV Pembukaan UUD 1945 yang merupakan landasan yuridis konstitusional dan

dapat disebut sebagai ideologi negara.

Pancasila mempunyai kekuatan mengikat secara hukum, sehingga semua peraturan

peraturan hukum/ketatanegaraan yang bertentangan dengan Pancasila haruslah dicabut.

Perwujudan Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara, dalam bentuk peraturan perundang-

undangan bersifat imperatif (mengikat) bagi; (1) penyelenggara negara, (2) lembaga

kenegaraan (3) lembaga kemasyarakatan, (4) warga negara Indonesia di mana pun berada, dan

(5) penduduk di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam tinjauan

yuridis konstitusional, Pancasila sebagai dasar negara berkedudukan sebagai norma objektif

dan norma tertinggi dalam negara, serta sebagai sumber dari segala sumber hukum

sebagaimana yang tertuang di dalam Ketetapan MPRS No.XX/MPRS/1966, jo. Tap. MPR

No.V/MPR/1973, jo. Tap. MPR No.IX/MPR/1978.

Page 11: MAKALAH PANCASILA selesai

Pancasila mengandung nilai filosofi yang sejak dahulu telah lahir dan

ditumbuhkembangkan oleh nenek moyang kita. Maka, sudah sepantasnya kita harus kembali

merenungkan dan menelaah kembali sudah sejauh mana penyelenggaraan serta pencapaian

bangsa dan negara ini dalam menjaga nilai-nilai Pancasila di dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara.

Sebagai dasar negara, Pancasila tidak hanya merupakan sumber derivasi peraturan

perundang-undangan. Melainkan juga Pancasila dapat dikatakan sebagai sumber moralitas

terutama dalam hubungan dengan legitimasi kekuasaan, hukum, serta berbagai kebijakan

dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara. Pancasila mengandung berbagai makna

dalam  kehidupan berbangsa dan bernegara.

Makna yang pertama Moralitas, sila pertama, “Ketuhanan Yang Maha Esa”

mengandung pengertian bahwa negara Indonesia bukanlah negara teokrasi yang hanya

berdasarkan kekuasaan negara dan penyelenggaraan negara pada legitimasi religius.

Kekuasaan kepala negara tidak bersifat mutlak berdasarkan legitimasi religius, melainkan

berdasarkan legitimasi hukum serta legitimasi demokrasi. Oleh karenanya asas sila pertama

Pancasila lebih berkaitan dengan legitimasi moralitas. Para pejabat eksekutif, anggota

legislatif, maupun yudikatif, para pejabat negara, serta para penegak hukum, haruslah

menyadari bahwa selain legitimasi hukum dan legitimasi demokratis yang kita junjung, juga

harus diikutsertakan dengan legitimasi moral. Misalnya, suatu kebijakan sesuai hukum, tapi

belum tentu sesuai dengan moral. Salah satu contoh yang teranyar yakni gaji para pejabat

penyelenggara negara itu sesuai dengan hukum, namun mengingat kondisi rakyat yang sangat

menderita belum tentu layak secara moral (legitimasi moral). Hal inilah yang membedakan

negara yang berketuhanan Yang Maha Esa dengan negara teokrasi. Walaupun dalam negara

Indonesia tidak mendasarkan pada legitimasi religius, namun secara moralitas kehidupan

negara harus sesuai dengan nilai-nilai Tuhan terutama hukum serta moral dalam kehidupan

bernegara.

Makna kedua Kemanusiaan, “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab” mengandung

makna bahwa negara harus menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk

yang beradab, selain terkait juga dengan nilai-nilai moralitas dalm kehidupan bernegara.

Negara pada prinsipnya adalah merupakan persekutuan hidup manusia sebagai makhluk

Tuhan Yang Maha Esa. Bangsa Indonesia sebagai bagian dari umat manusia di dunia hidup

secara bersama-sama dalam suatu wilayah tertentu, dengan suatu cita-cita serta prinsip-prinsip

Page 12: MAKALAH PANCASILA selesai

hidup demi kesejahteraan bersama. Kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung nilai

suatu kesadaran sikap moral dan tingkah laku manusia yang didasarkan pada potensi budi

nurani manusia dalam hubungan norma-norma baik terhadap diri sendiri, sesama manusia,

maupun terhadap lingkungannya. Oleh Karena itu, manusia pada hakikatnya merupakan asas

yang bersifat fundamental dan mutlak dalam kehidupan negara dan hukum. Dalam kehidupan

negara kemanusiaan harus mendapat jaminan hukum, maka hal inilah yang diistilahkan

dengan jaminan atas hak-hak dasar (asas) manusia. Selain itu, asas kemanusiaan juga harus

merupakan prinsip dasar moralitas dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara.

Makna ketiga, Keadilan. Sebagai bangsa yang hidup bersama dalam suatu negara,

sudah barang tentu keadilan dalam hidup bersama sebagaimana yang terkandung dalam sila II

dan V adalah merupakan tujuan dalam kehidupan negara. Nilai kemanusiaan yang adil

mengandung suatu makna bahwa pada hakikatnya manusia sebagai makhluk yang berbudaya

dan beradab harus berkodrat adil. Dalam pengertian hal ini juga bahwa hakikatnya manusia

harus adil dalam hubungan dengan diri sendiri, adil terhadap manusia lain, adil terhadap

lingkungannya, adil terhadap bangsa dan negara, serta adil terhadap Tuhannya. Oleh karena

itu, dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, segala kebijakan, kekuasaan,

kewenangan, serta pembagian senantiasa harus berdasarkan atas keadilan. Pelanggaran atas

prinsip-prinsip keadilan dalam kehidupan kenegaraan akan menimbulkan ketidakseimbangan

dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Makna keempat, Persatuan. Dalam sila “Persatuan Indonesia” sebagaimana yang

terkandung dalam sila III, Pancasila mengandung nilai bahwa negara adalah sebagai

penjelmaan sifat kodrat manusia monodualis, yaitu sebagai makhluk individu dan makhluk

sosial. Negara merupakan suatu persekutuan hidup bersama diantara elemen-elemen yang

membentuk negara berupa suku, ras, kelompok, golongan, dan agama. Konsekuensinya

negara adalah beraneka ragam tetapi tetap satu sebagaimana yang tertuang dalam slogan

negara yakni Bhinneka Tunggal Ika.

Makna kelima, Demokrasi. Negara adalah dari rakyat dan untuk rakyat, oleh karena

itu rakyat adalah merupakan asal mula kekuasaan negara. Sehingga dalam sila kerakyatan

terkandung makna demokrasi yang secara mutlak harus dilaksanakan dalam kehidupan

bernegara. Maka nilai-nilai demokrasi yang terkandung dalam Pancasila adalah adanya

kebebasan dalam memeluk agama dan keyakinannya, adanya kebebasan berkelompok, adanya

Page 13: MAKALAH PANCASILA selesai

kebebasan berpendapat dan menyuarakan opininya, serta kebebasan yang secara moral dan

etika harus sesuai dengan prinsip kehidupan berbangsa dan bernegara.

Apabila makna kesaktian pancasila tersebut dapat diimplementasikan sebagaimana

yang terkandung di dalamnya, baik oleh rakyat biasa maupun para pejabat penyelenggara

negara, niscayalah kemakmuran dan kesejahteraan bangsa dan negara bukanlah hal yang

mustahil untuk diwujudkan secara nyata.

2.3. CARA MEMULIHKAN KESAKTIAN PANCASILA

Langkah krusial ke arah itu pertama-tama adalah pemulihan kembali kesadaran

kolektif bangsa tentang posisi vital dan urgensi Pancasila dalam kehidupan negara-bangsa

Indonesia.

Pertama adalah sakti dalam berbudaya dan berkepribadian. Artinya pendidikan yang

kita ajarkan sejak Sekolah Dasar haruslah berdasarkan kepada nilai-nilai Pancasila yang lahir

dari khasanah budaya bangsa Indonesia. Kepribadian dan budaya Indonesia yang luhur akan

melahirkan anak didik yang mempunyai kebanggaan nasional, cinta tanah air, semangat

persatuan dalam pembangunan, dan harga diri sebagai bangsa Indonesia.

Kedua, sakti dalam bidang ekonomi yaitu berdiri di atas kaki sendiri (berdikari).

Bangsa Indonesia harus keluar dari ketergantungan kepada negara lain dalam bidang

ekonomi. Anak-anak Indonesia harus belajar ekonomi Pancasila yang didasarkan pada

kemandirian, kekeluargaan, dan koperasi sebagai soko guru perekonomian nasional. Dengan

menerapkan ekonomi Pancasila, maka diharapkan tidak ada eksploitasi terhadap sumber daya

alam, penumpukan kekayaan pada segolongan orang, dan kesenjangan sosial. Sebab sesuai

dengan amanat UUD 1945 pasal 33 bahwa kekayaan alam Indonesia digunakan untuk

kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia.

Ketiga, sakti dalam berdaulat dan menjaga keutuhan wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Indonesia telah kehilangan Provinsi Timor Timur, pulau Sipadan dan

Ligitan, sekarang Indonesia sedang menghadapi persoalan perbatasan wilayah dengan

Malaysia. Oleh karena itu seluruh rakyat Indonesia harus berjuang bersama-sama

mempertahankan kedaulatan wilayahnya dari rongrongan negara lain. Sebab, kedaulatan

Page 14: MAKALAH PANCASILA selesai

wilayah Indonesia adalah sumber kekayaan alam sekaligus simbol harga diri sebagai bangsa

yang besar.

Dengan menggali kembali makna Kesaktian Pancasila melalui semangat dan jiwa

Trisakti yang kita tanamkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, maka bangsa

Indonesia akan keluar dari krisis multidimensi. Dan, Pancasila sebagai dasar negara, ideologi,

dan sumber dari segala sumber hukum akan tetap tegak berdiri dan lestari.

BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

3.2. SARAN