library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2doc/2012-2... · web viewdata-data dan...
TRANSCRIPT
BAB 2
DATA DAN ANALISA
2.1. Sumber Data
Data-data dan literatur didapat dari berbagai media seperti buku, internet,
wawancara, dan video. Semua sumber merupakan bahan-bahan untuk
membantu mempertkuat data untuk cerita dan visual dalam pembuatan animasi
singkat ini.
2.1.1. Buku
Sedjarah Indonesia (Sanusi Pane), Sejarah Nasional Indonesia I – VI
(Marwati Djoened Poesponegoro & Nugroho Notosusanto), Antologi Sastra
Daerah Nusantara (Sri Sukesi Adiwimarta), Sejarah Peradaban Manusia:
Zaman Majapahit (Y. Achadiati S, Soeroso M.P.), Dyah Pitaloka - Senja di
Langit Majapahit (Hermawan Aksan), Pengantar Sejarah Kebudayaan
Indonesia 2 (Drs. R. Soekmono), Color: The Secret Influence (Dr. Kenneth
R).
2.1.2. Internet
wordpress.com,kompas.com,sejarah.kompasiana.com,
forum.kompas.com eastjava.com, wikipedia.org, youtube.com,
nationalgeographic.co.id, dan lainnya.
2.1.3. Wawancara
wawancara dilakukan dengan senior animasi yang telah
berpengalaman dalam bidang animasi.
2.1.4. Video
video animasi pendek Animasi (Legend of the Scarecrow, Tales of
three Brothers, Thought of You - by Ryan Woodward,dll), refrensi film sejenis
(Film Animasi 3D Legenda Pekalongan, 3Ds Max Tutorial - 5 - Binding
Objects, dll).
3
4
2.2. Data Umum
2.2.1. Animasi
Pengertian Animasi Menurut Ibiz Fernandes dalam bukunya
Macromedia Flash Animation & Cartooning: A creative Guide, (2001)
animasi definisikan sebagai berikut :
“Animation is the process of recording and playing back a
sequence of stills to achieve the illusion of continues motion”
( Ibiz Fernandez McGraw- Hill/Osborn, California, 2002)
Yang artinya kurang lebih adalah :
“Animasi adalah sebuah proses merekam dan memainkan
kembali serangkaian gambar statis untuk mendapatkan sebuah ilusi
pergerakan.” Berdasarkan arti harfiah, Animasi adalah menghidupkan.
Yaitu usaha untuk menggerakkan sesuatu yang tidak bisa bergerak sendiri.
2.2.2. Animasi 3 Dimensi
Dari beberapa analisa data yang telah dirangkum, Animasi 3D
merupakan animasi yang dibuat dengan menggunakan model seperti yang
berasal dari lilin, clay,
Gambar 2.1 film-the lorax
Sumber:http://media.viva.co.id/thumbs2/2012/03/05/146201_film-the lorax_663_382.jpg
boneka atau marionette dan menggunakan kamera animasi yang
dapat merekam frame demi frame. Ketika gambar-gambar tersebut
diproyeksikan secara berurutan dan cepat, lilin atau clay boneka atau
marionette tersebut akan terihat seperti hidup dan bergerak.
5
Animasi 3D dapat juga dibuat dengan menggunakan komputer.
Animasi 3D sendiri adalah sebuah model yang mempunyai bentuk,
volume, dan ruang sehingga dapat dilihat dari segala arah. Teknologi
animasi 3D sekarang ini banyak digunakan dalam proses pembuatan
film-film animasi.
Dengan animasi 3D, karakter yang diperlihatkan semakin hidup
dan nyata mendekati wujud manusia aslinya. Semenjak Toy Story buatan
Disney (Pixar Studio), maka berlomba-lombalah studio film dunia
memproduksi film sejenis. Bermunculanlah, Bugs Life, AntZ, Dinosaurs,
Final Fantasy, Toy Story 2, Monster Inc., hingga Finding Nemo, The
Incredible, Shark Tale. Cars, Valian. Kesemuanya itu biasa juga disebut
dengan animasi 3D atau CGI (Computer Generated Imagery).
2.2.3. Animasi pendek
Menurut Gotot Prakosa, animasi pendek adalah animasi dengan
durasi pendek antara 1 menit – 30 menit, menurut standar festival
internasional. Yang menjadi menarik dalam animasi pendek yaitu ketika
variasi-variasi tersebut menciptakan cara pandang-cara pandang baru
tentang bentuk film secara umum, dan kemudian berhasil memberikan
banyak sekali kontribusi bagi perkembangan sinema.
2.2.4. Wayang
Gambar 2.2 Wayang_Pandawa
Sumber : http://www.moberita.com/wp-content/uploads/2013/07/Wayang_Pandawa-450x201.jpg
6
Macammacam kajian tentang wayang dapat diketahui dari
bibliography beranotasi, dibuat oleh V.M.C Van Groenendael, terbit tahun
1978 berjudul Annotated Bibliography of Wayang Litetarure and the Art of
the Dalang. Kajian tentang wayang, menghasilkan sejumlah disertasi dan
tesis, antara lain: (1) G.A.J Hazeu, Bijdrage tot de Kennis van het
Jayansche Tonnel (Leiden, 1879); (2) W.H. Rassers, De Pandji Romans
(Leiden,1922); (3) V.M.C. van Groenendael, Erzit een Dalang de
Wayang: De Rol van de Vorstenlandse Dalang in de Indonesich –
Javanese Samenleving (Amsterdam, 1982) (Ensiklopedi Kebudayaan Jawa,
2005).
Wayang sebagai penggambaran alam pikiran Orang Jawa yang
dualistik. Ada dua hal, pihak atau kelompok yang saling bertentangan,
baik dan buruk, lahir dan batin, serta halus dan kasar. Keduanya bersatu
dalam diri manusia untuk mendapat keseimbangan. Wayang juga menjadi
sarana pengendalian sosial, misalnya dengan kritik sosial yang
disampaikan lewat humor. Fungsi lain adalah sebagai sarana pengukuhan
status sosial, karena yang bisa menanggap wayang adalah orang
terpandang, dan mampu menyediakan biaya besar.
Wayang juga menanamkansolidaritas sosial, sarana hiburan, dan
pendidikan (Sumaryoto, 1990). Secara umum, pengertian wayang adalah
suatu bentuk pertunjukan tradisional yang disajikan oleh seorang dalang,
dengan menggunakan boneka atau sejenisnya sebagai alat pertunjukan
(Sedyawati; Darmono, 1983). Boneka wayang merupakan alat untuk
menggambarkan kehidupan umat manusia, sedangkan dari segi bentuk
berbeda dari tubuh manusia secara nyata.
Sastroamidjojo (1964) mengatakan bahwa boneka wayang diukir
menurut sistem tertentu. Perbandingan antar bagian badan tidak seimbang
satu sama lain. Segala sesuatu berkaitan dengan hal tersebut dibuat
menurut cara-cara dan aturan yang telah ditentukan. Menurut
penelitian para ahli sejarah kebudayaan, budaya wayang merupakan
budaya asli Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Keberadaan wayang
sudah berabad-abad sebelum agama Hindu masuk ke Pulau Jawa.
7
Walaupun cerita wayang yang populer di masyarakat masa kini merupakan
adaptasi dari karya sastra India, yaitu Ramayana dan Mahabarata. Kedua
induk cerita itu dalam pewayangan banyak mengalami pengubahan dan
penambahan untuk menyesuaikannya dengan falsafah asli Indonesia.
2.2.5. Wayang Golek
Wayang Golek adalah suatu seni pertunjukan wayang yang
terbuat dari boneka kayu, yang terutama sangat populer di wilayah Tanah
Pasundan. Asal mula wayang golek tidak diketahui secara jelas karena
tidak ada keterangan lengkap, baik tertulis maupun lisan. Kehadiran
wayang golek tidak dapat dipisahkan dari wayang kulit karena wayang
golek merupakan perkembangan dari wayang kulit. Dalam buku
Encyclopaedie van Nederlandsch Indie (1896) yang disususn oleh
Snellman terdapat uraian yang mengemukakan bahwa golek berarti
"boneka dan mencari."
Gambar 2.3 Wayang Golek
Sumber : http://www.bahasa.net/images/wayang_golek_959570.jpg
Namun demikian, Salmun (1986) menyebutkan bahwa pada
tahun 1583 Masehi Sunan Kudus membuat wayang dari kayu yang
kemudian disebut wayang golek yang dapat dipentaskan pada siang
hari.
Sejalan dengan itu Ismunandar (1988) menyebutkan bahwa
pada awal abad ke-16 Sunan Kudus membuat bangun 'wayang purwo'
8
sejumlah 70 buah dengan cerita Menak yang diiringi gamelan Salendro.
Pertunjukkannya dilakukan pada siang hari. Wayang ini tidak
memerlukan kelir. Bentuknya menyerupai boneka yang terbuat dari
kayu (bukan dari kulit sebagaimana halnya wayang kulit). Jadi, seperti
golek. Oleh karena itu, disebut sebagai wayang golek.
2.2.6. Animasi di Indonesia
Animasi Indonesia sendiri mulai diketahui sejak ditemukannya
Cave Pinting yang bercerita mengenai binatang buruan atau hal-hal
yang berbau mistis. Awalnya animasi di Indonesia digunakan untuk
kepentingan politik. Kemudian Pada Tahun 1955 Presiden Soekarno
yang sangat menghargai seni mengirim seorang seniman bernama
Dukut Hendronoto (pak Ook) untuk belajar animasi di studio Walt
Disney, lalu ia kembali ke Indonesia dan membuat film animasi
pertama bernama Si Doel untuk tujuan kampanye politik.
Pada tahun 70-an seorang warga Amerika membuat studio
animasi di Jakarta bernama Anima Indah. Anima Indah termasuk yang
mempelopori animasi di Indonesia karena menyekolahkan krunya di
Inggris, Jepang,Amerika dan lain-lain. Anima berkembang dengan baik
namun hanya berkembang di bidang periklanan.
Tahun 80-an ditandai sebagai tahun maraknya animasi
Indonesia. Mulai banyak film animasi seperti rimba si anak angkasa
yang disutradarai Wagiono Sunarto dan dibuat atas kolaborasi
petualangan si Huma yang diproduksi oleh PPFN dan merupakan
animasi untuk serial TV.
Era tahun 1980-1990-an akhirnya lahir beberapa studio
animasi seperti Asiana Wang Animation bekerjasama dengan Wang Fim
Animation, Evergreen, Marsa Juwita Indah, Red Rocket Animation
Studio di Bandung, Bening Studio di Yogyakarta dan Tegal Kartun di
Tegal
9
Di era 90-an bertaburan berbagai film animasi diantaranya
Legenda Buriswara, Nariswandi Piliang,Satria Nusantara yang kala itu
masih menggunakan kamera film seluloid 35mm, kemudian ada serial
Hela, Heli, Helo yang merupakan film animasi 3D pertama yang di buat
di Surabaya, Tahun 1998 mulai bermunculan film-film animasi yang
berbasis cerita rakyat seperti Bawang Merah dan Bawang Putih, Timun
Mas dan petualangan si Kancil, selain itu banyak terdapat animator lokal
yang menggarap animasi terkenal dari jepang seperti Doraemon dan
Pocket Monster.
Pada 7 Mei 2004, hadir film 3D animasi berdurasi panjang
(full animation) buatan Indonesia sekitar 30 menit yaitu “Homeland”
yang ceritanya diolah bersama tim Visi Anak Bangsa dan Kasatmata.
Film ini digarap selama satu tahun di bawah payung Studio Kasatmata
di Jogjakarta. Walaupun film kurang meraih sukses tapi menjadi babak
baru bagi dunia peranimasian di bumi Nusantara.
Pada tahun 2008, Indonesia berhasil membuat film animasi 3D pertama
yang ditayangkan di layar lebar dan juga sudah berhasil Go
Internasional (didistribusikan ke berbagai negara mulai dari Singapura,
Korea, dan Rusia). Film animasi yang berjudul “Meraih Mimpi”
tersebut diproduksi Infinite Frameworks (IFW), studio animasi yang
berpusat di Batam. Film ini merupakan adapatasi dari buku karya
Minfung Ho berjudul Sing to The Dawn. Begitu mendapat tawaran, IFW
langsung memulai pengerjaan film Sing to The Dawn. Dan untuk
diketahui lebih dari 150 animator yang turut andil di dalamnya.
2.2.7. Majapahit
Majapahit adalah sebuah kerajaan kuno di Indonesia yang
pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga 1500 M. Kerajaan ini
mencapai puncak kejayaan pada masa kekuasaan Hayam Wuruk yang
berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389. Majapahit menguasai kerajaan-
kerajaan lain disemenanjung Malaya Borneo Sumatra Bali dan Filipina.
10
Gambar 2.4 Wringin Lawang
Sumber : http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/2/23/Wringin_Lawang,_Trowulan.jpg
Situs menarik dari sisa-sisa Kerajaan Majapahit ditemukan
melalui penelitian yang luas dan panjang. Penelitian pertama di Situs
Trowulan dilakukan oleh Wardenaar pada tahun 1815. Ditugaskan oleh
Sir Raffles, Wardenaar membuat catatan peninggalan arkeologi di
wilayah Mojokerto dan karyanya dikutip dalam buku Raffles "History of
Java" (1817) yang terkena berbagai benda purbakala yang ditemukan di
Trowulan dari Kerajaan Majapahit. Pada tahun 1849, sebuah tim
arkeolog, WR van Hovell, JVGBrumund, dan Jonathan Rigg
menerbitkan penelitian mereka dalam "Jurnal Kepulauan India dan Asia
Timur".
Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir
yang menguasai Semenanjung Malaya dan dianggap sebagai salah satu
dari negara terbesar dalam sejarah Indonesia. Kekuasaan terbentang di
Sumatra Semenanjung Malaya Borneo hingga Indonesia timur meskipun
wilayah kekuasaan masih diperdebatkan.
Buku lain pada temuan Trowulan berjudul "Toelichting atas
den Ouden Pilaar van Majapahit" ditulis oleh J. Hageman tahun
1858. Kemudian, R.D.M. Verbeek membuat situs kunjungan ke
Trowulan dan mengeluarkan laporan dalam sebuah artikel berjudul
"Oudheden van Majapahit“ tahun 1815 en 1887, diterbitkan dalam TBG
XXXIII tahun 1889. Sementara itu, J. Knebel, anggota Comissie voor
Oudheidkundig Orderzoek op Java en Madura pada tahun 1907
mendokumentasikan warisan arkeologi Trowulan. Sarjana lain, NJ
11
Krom, terakhir warisan dari Kerajaan Majapahit di Trowulan dalam
bukunya ” Inleiding tot de Hindoe Javaansche Kunst” (1923).
2.2.8. Adat dan Kebudayaan majapahit
Pencapaian peradaban dalam masa Majapahit terjadi pula
dalam. bidang seni arca yang mempunyai bentuk dan gaya tersendiri.
Jumlah arca yang dihasilkan dalam era Majapahit cukup banyak.
Gambar 2.5 Baju Pernikahan Majapahit
Sumber : http://mannaismayaadventure.files.wordpress.com/2010/09/img_9749busana-
pengantin-era-majapahit-kingdom.jpg?w=450&h=594&h=594
Arca-arca tersebut ada yang berasal dari periode awal,
kejayaan, kemunduran dan keruntuhan Majapahit. Ciri khas bentuk arca
Majapahit telah ditelaah oleh para ahli. Salah satu cirinya yang kuat
adalah terdapatnya garis-garis di sekitar tubuh arca. Garis ini sebagai
garis sinar yang lazim disebut dengan “sinar Majapahit”.
Adapun bentuk relief lingkaran yang dilengkapi dengan garis-
garis sinar seringkali didapatkan di beberapa bagian candi yang disebut
dengan “Surya Majapahit”.
N.J. Krom pernah mengemukakan dalam artikelnya yang
berjudul “De beliden van Tjandi Rimbi” (1912) tentang ciri-ciri arca
masa Majapahit sebagai berikut:
1. Hiasan kepala (mahkota) berbentuk kerucut (kirita makuta) dan
terdapat pula ikat kepala di dahi (jamang).
12
2. Perhiasan telinga berbentuk memanjang.
3. Gerai rambut dihias dengan makara atau perhiasan lain yang
sesuai.
4. Tubuh bagian atas terbuka (tidak. memakai pakaian) kecuali
perhiasan tali dada atau tali kasta (upawita).
5. Terdapat ikat pinggang di bawah dada (anteng).
6. Digambarkan mengenakan kain sarung berlapis-lapis.
7. Ikat pinggang setinggi perut, di bawahnya terdapat lipatan kain
yang terlihat. Selain itu, dibawah lipatan terdapat ujung tali yang
menggantung di bahu kiri.
8. Pada kedua kaki menjuntai tali-tali dari ikat pinggang setinggi
perut dan di ujung tali terdapat hiasan.
9. Wiru dan kain pada kedua sisi ‘tubuh dan di antara dua kaki,
ujungnya terbelah berbentuk ekor burung layang-layang.
10.Memakai gelang tangan, kelat bahu dan gelang kaki yang lebar.
2.2.9. Kerajaan Sunda
Kerajaan Sunda adalah kerajaan yang pernah ada antara tahun
932 dan 1579 Masehi di bagian Barat pulau Jawa (Provinsi Banten,
Jakarta, Jawa Barat, dan sebagian Jawa Tengah sekarang). Menurut
naskah Wangsakerta, Kerajaan Sunda didirikan oleh Tarusbawa pada
tahun 591 Caka Sunda (669 M).
Menurut sumber sejarah primer yang berasal dari abad ke-16,
kerajaan ini merupakan suatu kerajaan yang meliputi wilayah yang
sekarang menjadi Provinsi Banten, Jakarta, Provinsi Jawa Barat , dan
bagian barat Provinsi Jawa Tengah.
Kerjaan ini bahkan pernah menguasai wilayah bagian selatan
Pulau Sumatera. Kerajaan ini bercorak Hindu dan Buddha, kemudian
sekitar abad ke-14 diketahui kerajaan ini telah beribukota di Pakuan
Pajajaran serta memiliki dua kawasan pelabuhan utama di Kalapa dan
Banten.
13
Gambar 2.6 Candi Cangkuang
Sumber:http://3.bp.blogspot.com/_LoESyTlD31w/TGIoXCbu4rI/AAAAAAAAAH8/
Az5n34oWvj4/s1600/candi+cangkuang.jpg
Kerajaan Sunda runtuh setelah ibukota kerajaan ditaklukan oleh
Maulana Yusuf pada tahun 1579. Sementara sebelumnya kedua
pelabuhan utama Kerajaan Sunda itu juga telah dikuasai oleh Kerajaan
Demak pada tahun 1527, Kalapa ditaklukan oleh Fatahillah dan Banten
ditaklukan oleh Maulana Hasanuddin.
2.2.10. Pakaian Adat Sunda
Membaca naskah kuno adalah membaca masa lalu atau bisa
juga disebut memahami budaya masa itu, masa dimana naskah tersebut
dibuat. Memahami budaya pada dasarnya memahami inti dari budaya
itu sendiri yang berupa nilai-nilai dan konsep konsep dasar yang
memberikan arah bagi bermacam tindakan baik yang dilakukan secara
perorangan maupun kolektif.
Dari rumahbacabukusunda.blogspot.com, menyebutkan bahwa
Tome Pires orang Portugis yang mengunjungi Pajajaran antara tahun
1513-1515 menyebutkan keadaan di Pajajaran sudah ramai, rumah
rumah yang kokoh bertiang kayu beratap rumbia. Keadaan Pajajaran
yang digambarkan demikian itu, tentu saja memerlukan tuntunan
barupa aturan aturan yang harus diketahui dan dipatuhi oleh warganya,
aturan aturan tersebut diantaranya dimuat didalam SSK mulai dari yang
14
sederhana sampai aturan aturan hubungan antar warga, walaupun aturan
aturan itu lebih bersifat keagamaan.
Gambar 2.7 Prabu Siliwangi
Sumber : http://www.disparbud.jabarprov.go.id/destinasi/userfiles/image/Prabu%20Siliwangi2%20copy.jpg
Aturan sederhana misalnya :
“ jaga rang nemu jalan, gede beet, bangat dicangcut
dipangadwa sugan urang pajeueung deung gusti deung mantri”
yang artinya :
“kalau kita menemukan jalan besar atau kecil, segeralah
bercangcut dan berpakaian sebab mungkin kita berpapasan
(berpandangan) dengan gusti atau mantri”. Cangcut atau cawat berarti
kain untuk menutupi aurat yang dipakai dengan cara dibelitkan ke
selangkangan dan dililitkan ke pinggang, sedangkan pangadwa adalah
pakaian yang terdiri dari dua bagian, layaknya celana dan baju.
Mungkinkah saat itu ada kebiasaan rakyat biasa selama berada di hutan
atau di sekitar rumah dan diperkirakan tidak akan bertemu orang lain,
tidak memakai pakaian, tidak memakai cangcut dan tidak memakai
pangadwa.
Pakaian tradisional orang sunda terdiri atas tiga bagian dalam
satu set pakaian. Untuk laki-laki pertama ikat kepala, kedua kain baju
dan ketiga adalah sarung. Sedangkan untuk perempuan, biasanya terdiri
15
atas selendang atau kemben untuk pakaian bagian atas dan kain lunas
untuk pakaian bagian bawah.
Padahal disisi lain SSK juga memuat tentang nama nama jenis
kain yang telah ada masa itu seperti kembang muncang, gagang
senggang, sameleg, seumat sahurun, anyam cayut, sigeji, pasi,
kalangkang ayakan, poleng rengganis, jayanti, cecempaan,
paparanakan, mangin haris dan lain-lain. Artinya saat itu telah
berkembang pembuatan kain dan bentuk gambar hiasannya. Bisa jadi
kain merupakan barang mahal (mewah) sehingga tidak setiap rakyat
mempunyainya.
2.2.11. Perang Bubat
Gambar 2.8 Perang Bubat Sumber : http://www.disparbud.jabarprov.go.id/destinasi/userfiles/image/Prabu%20Siliwangi2%20copy.jpg
Menurut catatan sejarah Pajajaran oleh Saleh Danasasmita
serta Naskah Perang Bubat oleh Yoseph Iskandar (1987), Perang Bubat
adalah perang yang terjadi pada tahun 1279 Saka atau 1357 M pada
abad ke-14, yaitu di masa pemerintahan raja Majapahit Hayam Wuruk.
Perang terjadi akibat perselisihan antara Mahapatih Gajah Mada dari
Majapahit dengan Prabu Maharaja Linggabuana dari Kerajaan Sunda di
Pesanggrahan Bubat, yang mengakibatkan tewasnya seluruh
rombongan Sunda. Sumber-sumber rujukan tertua mengenai adanya
perang ini terutama adalah Serat Pararaton serta Kidung Sunda dan
Kidung Sundayana yang berasal dari Bali.
Tradisi menyebutkan sang Putri Dyah Pitaloka dengan hati
berduka melakukan bela pati, bunuh diri untuk membela kehormatan
bangsa dan negaranya. Tindakan ini mungkin diikuti oleh segenap
16
perempuan-perempuan Sunda yang masih tersisa, baik bangsawan
ataupun abdi. Menurut tata perilaku dan nilai-nilai kasta ksatriya,
tindakan bunuh diri ritual dilakukan oleh para perempuan kasta tersebut
jika kaum laki-lakinya telah gugur. Perbuatan itu diharapkan dapat
membela harga diri sekaligus untuk melindungi kesucian mereka, yaitu
menghadapi kemungkinan dipermalukan karena pemerkosaan,
penganiayaan, atau diperbudak.
2.2.12. Kidung Sunda
Kidung Sunda adalah sebuah karya sastra dalam bahasa Jawa
Pertengahan berbentuk tembang (syair) dan naskahnya ditemukan di
Bali. Dalam kidung ini dikisahkan prabu Hayam Wuruk dari Majapahit
yang ingin mencari seorang permaisuri, kemudian beliau menginginkan
putri Sunda yang dalam cerita ini tidak disebutkan namanya.
Namun patih Gajah Mada tidak suka karena orang Sunda
dianggapnya harus tunduk kepada orang Majapahit. Kemudian terjadi
pertempuran yang tidak seimbang antara rombongan pengantin Sunda
dengan prajurit Majapahit di pelabuhan tempat berlabuhnya rombongan
Sunda.
Dalam pertempuran yang tidak seimbang ini rombongan Kerajaan
Sunda dibantai dan putri Sunda yang merasa pilu akhirnya bunuh diri.
Cuplikan teks yang menggambarkan penolakan Raja Sunda untuk
memberikan upeti adalah sebagai berikut:
[...], yan kitâwĕdîng pati, lah age marĕka, i jĕng sri naranata,
aturana jiwa bakti, wangining sĕmbah, sira sang nataputri.
Wahu karungu denira sri narendra, bangun runtik ing ati, ah kita
potusan, warahĕn tuhanira, nora ngong marĕka malih, angatĕrana, iki
sang rajaputri.
17
Mong kari sasisih bahune wong Sunda, rĕmpak kang kanan keri,
norengsun ahulap, rinĕbateng paprangan, srĕngĕn si rakryan apatih,
kaya siniwak, karnasula angapi.
Alihbahasa:
[...], jika engkau takut mati, datanglah segera menghadap Sri
Baginda (Hayam Wuruk) dan haturkan bukti kesetianmu, keharuman
sembahmu dengan menghaturkan beliau sang Tuan Putri.
Maka ini terdengar oleh Sri Raja Sunda dan beliau menjadi
murka: “Wahai kalian para duta! Laporkan kepada tuanmu bahwa kami
tidak akan menghadap lagi menghantarkan Tuan Putri!”
“Meskipun orang-orang Sunda tinggal satu tangannya, atau
hancur sebelah kanan dan kiri, kami tiada akan ‘silau’!”. Sang Tuan
Patih juga marah, seakan-akan robek telinganya mendengarkan (kata-
kata pedas orang Majapahit).
2.3. Karakter
2.3.1.Hayam Wuruk
Hayam Wuruk adalah raja keempat Kerajaan Majapahit yang
memerintah tahun 1350-1389. Bergelar nobat Paduka Sri
Tiktawilwanagareswara Sri Rajasanagaragharbott-pasutinama Dyah Sri
Hayam Wuruk atau Paduka Bhatara Sri Rajasanagara Dyah Sri Hayam
Wuruk. Ia adalah putra sulung pasangan Tribhuwana Tunggadewi dan
Sri Kertawardhana (Cakradhara).
Di bawah pemerintahannya, dengan di dampingi Mahapatih
Gajah Mada, Kerajaan Majapahit melanjutkan perluasan politik yang
telah dirintis ibunya, Tribhuwanatunggadewi (Penguasa Ketiga
Majapahit) yang telah merantas jalan bagi kemajuan Kerajaan Majapahit,
ia menaklukkan Logajah, Gurun Sukun, Taliwung, Sapi, Gunungapi,
Seram, Hutankadali, Sasak, Bantayan, Luwuk, Mengkasar, Buton,
Banggawi, Kunir, Galiyan, Salayar, Sumba, Muar (Saparua), Solor,
18
Bima, Wandan (Banda), Ambon, Wanin, Seran, Timor, dan Dompo dan
Hayam Wuruk kian menjadikan Majapahit menjadi besar dan kuat,
hingga disegani kawan maupun lawan.
2.3.2. Gajah Mada
Gajah Mada ialah salah satu Patih, kemudian Mahapatih, Ia
menjadi Mahapatih (Menteri Besar) pada masa Ratu
Tribhuwanatunggadewi, dan kemudian sebagai Amangkubhumi (Perdana
Menteri) yang mengantarkan Majapahit ke puncak kejayaannya.
Majapahit yang mengantarkan Majapahit ke puncak kejayaannya.
Gajah Mada terkenal dengan sumpahnya, yaitu Sumpah Palapa,
yang tercatat di dalam Pararaton :
“ Sira Gajah Mada pepatih amungkubumi tan ayun amukti
palapa, sira Gajah Mada: Lamun huwus kalah nusantara ingsun amukti
palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seram, Tañjungpura, ring Haru,
ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana
ingsun amukti palapa ”
Yang artinya :
Gajah Mada sang Maha Patih tak akan menikmati palapa,
berkata Gajah Mada “Selama aku belum menyatukan Nusantara, aku
takkan menikmati palapa. Sebelum aku menaklukkan Pulau Gurun, Pulau
Seram, Tanjungpura, Pulau Haru, Pulau Pahang, Dompo, Pulau Bali,
Sunda, Palembang, Tumasik, aku takkan mencicipi palapa.
Namun Gajah Mada tidak sempat menepati sumpahnya akibat
tragedi Perang Bubat yang mengakibatkan Patih Gajah Mada
dinonaktifkan dari jabatannya.
2.3.3. Dyah Pitaloka Citraresmi
Dyah Pitaloka Citraresmi atau Citra Rashmi adalah putri
Kerajaan Sunda. Ia adalah anak perempuan dari Prabu Maharaja Lingga
Buana dari Kerajaan Sunda. Menurut Pararaton, Hayam Wuruk, raja
19
Majapahit yang sangat berhasrat untuk menjadikannya sebagai
permaisuri.
Berbesar hati serta melihat perjodohan ini sebagai peluang
untuk mengikat persekutuan dengan kerajaan Majapahit yang besar
dan jaya, raja Sunda dengan suka cita memberikan restunya dan
ikut pergi mengantarkan putrinya ke Majapahit untuk dinikahkan
dengan Hayam Wuruk.
Pada tahun 1357 rombongan kerajaan Sunda tiba di
Majapahit setelah melayari Laut Jawa. Rombongan kerajaan Sunda
mendirikan pesanggrahan di Lapangan Bubat di bagian utara
Trowulan, Ibu Kota Majapahit. Mereka menantikan jemputan dari
pihak Majapahit serta upacara kerajaan yang pantas layaknya
pernikahan agung kerajaan. Akan tetapi Gajah Mada, Mahapatih
Majapahit, memandang peristiwa ini sebagai kesempatan untuk
menaklukan Sunda dibawah kemaharajaan Majapahit, dan
bersikeras bahwa Sang Putri tidak akan diangkat menjadi Ratu
Majapahit, tetapi hanya menjadi Selir yang dipersembahkan untuk
Raja Majapahit, sebagai tanda takluk Kerajaan Sunda di bawah
kekuasaan Majapahit. Raja Sunda amat murka dan merasa
dipermalukan oleh tuntutan Gajah Mada yang sungguh keterlaluan
ini.
Akibat ketegangan ini terjadi pertempuran antar
rombongan kerajaan Sunda melawan tentara Majapahit. Meskipun
memberikan perlawanan dengan gagah berani, rombongan
kerajaan Sunda kewalahan dan akhirnya gugur dalam kepungan
tentara Majapahit. Hampir seluruh rombongan kerajaan Sunda
ditumpas dengan kejam dalam tragedi ini.
Menurut tradisi, kematian Dyah Pitaloka diratapi oleh
Hayam Wuruk serta segenap rakyat Kerajaan Sunda yang
kehilangan sebagian besar keluarga kerajaannya. Oleh masyarakat
Sunda kematian Sang Putri dan Raja Sunda dihormati dan
dipandang sebagai suatu keberanian dan tindakan mulia untuk
20
membela kehormatan bangsa dan negaranya. Ayah Sang Putri, Prabu
Maharaja Lingga Buana disanjung dan dihormati oleh masyarakat Sunda
dengan gelar "Prabu Wangi"
Kisah Putri Dyah Pitaloka dan Perang Bubat menjadi tema
utama dalam Kidung Sunda. Catatan sejarah mengenai peristiwa
Pasunda Bubat disebutkan dalam Pararaton, akan tetapi sama
sekali tidak disinggung dalam naskah Nagarakretagama.
2.3.3.1. Prabu Lingga Buana
Linggabuana merupakan anak dari Prabu Rangamulya
Luhur Prabawa. Sebelum menjadi Raja Linggabuana pernah
menjadi seorang adipati selama 7 tahun, dibawah pemerintahan
kakeknya, menjadi Yuwaraja (Putra mahkota) pada masa
pemerintahan ayahnya selama 10 tahun.
Sang Linggabuana dinobatkan menjadi Raja Sunda pada
tanggal 14 bagian terang bulan Palguna tahun 1272 Saka atau kira-
kira tanggal 22 Februari 1350 Masehi, dengan gelar Prabu
Maharaja Linggabuana. Pada masa pemerintahan Lingabuana di
Kawali, datang seorang utusan dari Kerajaan Majapahit dengan
tujuan untuk melamar putri Sunda (Dyah Pitaloka Citraresmi).
Keterangan mengenai pelamaran ini tertulis dalam kitab Pararaton,
sebagai berikut:
Bre prabhu ayun ing putrid ring Sunda. Patih Madu
ingutus angundangeng wong Sunda.
Artinya:
“Sri Prabu (Hayam Wuruk) ingin memperistri putri dari
Sunda. Patih Madu diutus mengundang orang Sunda.”
Setelah menimbang secara matang-matang akhirnya
Linggabuana menerima lamaran Prabu Hayam Wuruk, yang
disampaikan oleh patih Madu sebagai utusan kerajaan Majapahit.
21
Prabu Linggabuana, selain menerima lamaran Hayam Wuruk, dia
juga menerima permintaan untuk mengadakan upacara perkawinan
di Kerajaan Majaphit.
Menurut Pararaton, pada tahun 1357 Masehi peristiwa
yang dikenal sebagai Pasunda-Bubat, suatu pertikaian politik antara
kerajaan Majapahit dengan Sunda. Peristiwa ini juga terkenal
dalam cerita Parahyangan, yang menyebutkan:
“Manak deui prebu maharaja. Lawasniya ratu tujuh tahun.
Kena kabawa ku kalawiyasa, kabancana ku seuweu dimanten,
ngaran tohan. Mu(n)dut agung dipipanumbasna. Urang reya
sa(ng)kan nu angkat ka Jawa, mumul nu lakian di Sunda pan
prangprang di Majapahit.”
Artinya:
“Punya anak, Prabu Maharaja, lamanya menjadi raja tujuh
tahun, lantaran terkena bencana, terbawa celaka oleh anaknya yang
bernama Tohaan, meminta terlalu besar saratnya. Bermula banyak
orang yang pergi ke Jawa, karena tidak bersuami di Sunda.
Terjadilah perang di Majapahit”
2.3.3.2. Madhu
Madhu adalah salah satu patih kerajaan majapahit yang
diutus langsung oleh prabu hayam Wuruk untuk menyampaikan
lamarannya kepada putri Sunda ( Dyah pitaloka Citraresmi).
2.4. Data Hasil Wawancara
Untuk mendukung data-data dalam pembuatan animasi pendek ini,
penulis melakukan wawancara dengan beberapa tokoh yang berperan dalam
dunia Animasi, yaitu pertama adalah Pak Gotot Prakosa, seorang praktisi film
Indonesia yang sudah masuk pada generasi senior dan meupakan ketua dari
ANIMA (Asosiasi Film Animasi Indonesia). Kedua adalah Bapak Wahyu
Aditya, seorang animator asal Indonesia dan pendiri Hellomotion.
22
Berikut kesimpulan dari wawancara tersebut :
Animasi berasal dari kata animare yang artinya memberi kehidupan,
menghidupkan. Jadi film animasi bisa dikatakan film yang dibuat dengan
teknik satu persatu frame. Contoh sederhananya yaitu muppet show, wayang
dan gambar di goa.
Animasi mengambil dari kebudayaan masing-masing di negaranya.
Misalnya manga di Jepang, mengambil gambar-gambar dari kuil-kuil di Jepang
zaman dulu. Di Indonesia misalnya wayang.
Lotte Reiniger membuat animasi panjang pertama di dunia berjudul
Prince Ahmed, ia membuat dengan tehnik animasi seperti wayang (bayangan-
bayangan).
Dukut Hendronoto (Ook) membuat animasi pertama di Indonesia, saat
itu animasi yang ia buat merupakan propaganda pendek untuk memberi
informasi pada masyarakat bagaimana cara mencoblos yang benar saat Pemilu
berjudul “Si Doel memilih”
Animasi ada beberapa macam, yang pertama adalah pertama animasi
pendek yaitu film-film yang durasinya sangat pendek antara 10-20 detik dan di
bawah 30 menit. Animasi seperti ini biasanya terdapat di iklan, tapi bisa juga
sebagai suatu art. Film pendek merupakan lompatan ke medium yang lebih
panjang, juga sebagai media yang dapat dinikmati oleh orang urban yang sibuk
dan membutuhkan bentuk konten-konten yang cepat dan singkat.Tidak seperti
program tv. Short movie tidak perlu memikirkan bagaimana iklan dimasukkan.
Pada tahun 40-an criteria film pendek adalah film yang tidak lebih dari
60 menit. Setiap festival atau perlombaan memiliki kriteria durasi yang
berbeda-beda. Pada Jakarta International Film Festival (JIFEST) kriteria film
pendek yakni berdurasi antara 15-20 menit. Film-film pendek seperti ini
disebut film Indies (film yang berdurasi antara 1-20 menit).
Ada juga istilah Omnibus yaitu gabungan film-film pendek dengan
tema sama yang dijadikan satu. Biasanya untuk memenuhi syarat film pendek
agar diputar di bioskop yang memiliki ketentuan durasi antara 80-130 menit.
23
Short movie era sekarang sudah berbeda, banyak medium baru bagi para
penonton yang lebih accessible, sehingga lebih terbuka dan luas bagi banyak
orang, sekarang tidak perlu membeli tiket untuk memasuki festival, tapi bisa
juga melalui media sosial lainnya, seperti facebook, youtube, dsb.
Tips untuk membuat film yang menarik yaitu :
Menguasai bahasa film misalnya : Komposisi, pan, close Up,
karena merupakan bahasa visual dalam film.
Storyboard / Skenario.
Menggunakan simbol-simbol sebagai stratergi karena
menggunakan bahasa yang berbeda dengan film panjang.
Jangan memanjang-manjangkan pesan jika sebetulnya pendek.
Untuk kriteria film pendek, esensi film semakin pendek semakin
bagus.
Sementara kriteria film pendek yang bisa menang dalam festival yakni :
Berbeda dari biasanya unik.
Sadar membuat film pendek adalah panggilan hati sendiri,
kejujuran.
Membuat sesuatu yang suatu saat akan punah, misalnya tema
lingkungan, nenek.
Membuat orang menggali kembali memori mereka.
Romantisme (ingin sesuatu yang indah dalam pikiran kita
bisa terulang lagi)
Membuat sesuatu yang kita sukai, dengan bahasa yang
benar, objek lain akan mengikuti.
Membuat perencanaan yang benar dan baik.
Menggunakan bahasa dan kebudayaan yang tepat sesuai
cerita.
24
Lokal konten penting untuk membuatnya lebih unik
dibanding yang lain.
disukai dan sesuai dengan selera para juri.
Yang kedua adalah film bisu, yakni film yang tidak menggunakan
bahasa, hanya gerakan-gerakan gesture atau bahasa tubuh. Misalnya Charlie
Chaplin. Namun belakangan muncul sebuah fenomena film bisu terbaru yaitu
menggunakan tulisan di tengah-tengah film untuk menceritakan narasi. Cerita
yang tertulis. Misalnya sutradara Jean-Luc Godard.
Untuk short movie tolak ukur bagus tidaknya, tidak bisa bergantung
dari segi teknis, tetapi harus dilihat apakah memiliki dampak social yang besar
atau tidak, memberi inspirasi atau tidak. Kadang perlu dialog, kadang tidak
perlu. Tergantung kebutuhan.
Festival tidak selalu dikatagorikan sebagai film-film berat, namun lebih
ke beraneka ragam. Tidak hanya menggunakan special effect yang mewah
tanpa makna. Membandingkan dari keseluruhan dan mencari sesuatu yang
beda dari film lain, merupakan nilai tambah tersendiri. Misalnya diantara
sekian banyak peserta yang menggunakan 3d advance, ada yang membuat
animasi dari cukilan kayu, ia berani membuat sesuatu yang berbeda, ada yang
cara berceritanya dibalik. Festival adalah ajang mencari suatu cara
penyampaian yang baru dan segar, jika hanya meniru dari pemenang
sebelumnya, ia tidak akan menonjol.
Untuk lokal konten, sebetulnya setiap film memiliki penontonnya
tersendiri. Konten yang bisa masuk ke dalam berbagai macam budaya adalah
konten yang universal, mengungkapkan masalah-masalah universal yang
dirindukan oleh penonton lokal. Konten yang sukses adalah konten yang betul-
betul dunia imajinasi yang bisa meng-grab perhatian penonton, misalnya
Pokemon, One Piece, dll. karena penonton adalah orang yang sibuk dan media
pesaing lain sudah begitu banyak, maka bagaimana bisa menarik perhatian
penonton itu penting.
Indonesia diuntungkan dengan demografis dan wilayah yang besar dan
butuh konten yang satu paham dengan mereka yakni konten local. Dengan
kemasan yang bagus harusnya bisa lebih diterima.
25
Didalam animasi terdapat beberapa unsur penting untuk mendukung
animasi itu sendiri, diantaranya adalah Audio Visual dalam film. Arti audio
visual adalah Suara dan gambar jadi seharusnya dalam membuat film berarti,
suara dahulu baru kemudian gambar diisi.
2.5. Studi Existing
Selain data-data, penulis juga mengumpulkan berbagai macam referensi
untuk genre yang sejenis yang menginspirasi penulis, dengan tujuan untuk
menganalisa animasi dan film tersebut guna memberikan pengayaan dalam
pengerjaan animasi yang penulis kerjakan.
2.5.1. Studi Bentuk
Untuk studi bentuk, penulis menganalisa bentuk-bentuk karakter
dan elemen-elemen yang digunakan dalam wayang Golek dan boneka
kayu.
Gambar 2.9 Chaplin dan Wayang Golek rama shinta
Sumber : http://www.marionettes-puppets.com/images/P/Chaplin-ma427.jpg
http://www.shopashop.net/664-2491-thickbox/wayang-golek-rama-shinta.jpg
Dari gambar-gambar tersebut, terlihat bahwa disetiap siku,
pinggang maupun leher merupakan objek terpisah yang disambung.hal
ini merupakan unsur gaya kental dari boneka kayu maupun wayang
golek. Penulis mengambil unsur tersebut untuk animasi ini.
26
Dari gambar-gambar tersebut, terlihat bahwa disetiap siku,
pinggang maupun leher merupakan objek terpisah yang disambung.hal
ini merupakan unsur gaya kental dari boneka kayu maupun wayang
golek. Penulis mengambil unsur tersebut untuk animasi ini.
Untuk bagian wajah karakter, penulis
mengambil gaya klasik seperti pada gambar,
belom di lukis sehingga gaya klasiknya masih
terlihat. Hal ini menurut penulis memperkuat
sisi maskulin karakter dan terlihat seperti
karakter-karakter tersebut berada dalam dunia
boneka.
Gambar 2.10 Erin
Sumber : http://imgs.inkfrog.com/pix/nancylee/Erin08.jpg
2.5.2. Studi Warna
Warna merupakan salah satu elemen terpenting dari animasi, dari
warna, kita dapat mengetahui mood tentang suatu adegan dalam sebuah
animasi. Agar pemilihan warna yang nantinya akan dipakai dalam
animasi tepat, penulis melakukan beberapa studi terkait dengan warna
terhadap beberapa animasi pendek (The Legend of the Scarecrow dan
Thought of You - by Ryan Woodward).
Gambar 2.11 salah satu scene dalam animasi The Legend of the Scarecrow
27
Sumber:http://2.bp.blogspot.com/-r9wl_KQxfe4/TqmMB3r
WIMI/AAAAAAAAEFw/hNy1nSJ07z0/s400/scarecrow.jpg
Gambar di atas adalah sebuah shot dalam salah satu adegan di
dalam animasi The Legend of the Scarecrow. Terlihat warna yang
digunakan adalah warna – warna dengan saturasi yang rendah dan efek
warna monochrome. Warna-warna tersebut terlihat menyatu dan
memberikan kesan tua.
Selain itu terlihat adanya perbedaan saturasi warna background dan
objek yang kontras. Hal ini tentu memberikan sebuah emphasis khusus
pada objek.
2.5.3. Studi Art Direction
Untuk art direction, penulis melakukan studi terhadap animasi
pendek tales of three brother dan Thought of You - by Ryan Woodward.
Dalam animasi pendek Tales of Three Brother, dunia di dalam
animasi tersebut banyak menggunakan siluet dengan perbedaan saturasi
suatu warna tertentu dan dibangun dengan bentuk yang sederhana dan
menggunakan environmental fog untuk menggambarkan kesan jauh.
28
Gambar 2.12 salah satu scene dalam animasi tales of three brother
Sumber : http://b.vimeocdn.com/ts/185/033/185033970_640.jpg
Tekstur yang diaplikasikan dalam animasi tersebut juga menambah
sisi artistik dalam animasi tersebut sehingga menciptakan mood yang
diinginkan.
Gambar 2.13 salah satu scene dalam animasi Thought of You - by Ryan Woodward
Sumber:http://2.bp.blogspot.com/_MgfBNd2e4us/TSdUZMzMo5I/AAAAAAAAGIU/
tupZTtIh9KI/s400/ryan-woodward-500x262.png
2.6. Target Pasar
2.6.1. Target Primer
Demografi : Laki-laki / perempuan, 13 - 20 tahun, status
ekonomi sosial B - A
Psikografi : Memiliki rasa ingin tahu yang besar dan menyukai
film atau animasi
Geografi : Kota-kota besar.
29
2.6.2.Target Sekunder
Demografi : Laki-laki / perempuan, remaja, 13 - 20 tahun,
status ekonomi sosial C-A
Psikografi : Terbuka, menyukai budaya indonesia dan
menyukai film animasi
Geografi : Selain kota-kota besar.
2.7. Analisa
2.7.1. Pertimbangan Pengambilan Cerita
Banyak sekali film animasi yang bertemakan fantasi yang mengambil
unsur budaya mereka, namun jika kita mendalami sejarah dan budaya
Indonesia sendiri, banyak sekali unsur budaya dan sejarah indonesia yang
dapat diangkat menjadi film animasi pendek dan kualitas ceritanya tidak
kalah jauh dari yang lain. Kita hanya perlu mengembangkannya menjadi
menarik sehingga mampu menarik perhatian audiens.
2.7.2. Faktor Pendukung
Animasi di indonesia masih sedikit, sehingga masih ada peluang untuk
berhasil..
Cerita yang berakhir tragis banyak menarik emosi para penonton.
2.7.3. Faktor Penghambat
Keterbatasan waktu yang mungkin bisa membuat animasi pendek ini
tidak bisa mencapai hasil maksimal sesuai yang diharapkan.
Minat remaja sudah mulai berkurang untuk menonton film animasi.
Kurangnya Ilmu yang digunakan untuk membuat Animasi Pendek ini.
Alur cerita kadang tidak berhasil menarik emosi para penonton.