ilmuhukumwalisongo.files.wordpress.com · web viewada pembagian keuntungan dan atau kemanfaatan....
TRANSCRIPT
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Unsur-Unsur Perusahaan
Istilah subjek hukum merupakan bagian penting dari setiap perbuatan hukum.
Dalam hukum perdata subjek hukum dibagi menjadi dua yaitu orang dan badan
hukum. Kemudian dalam hukum dagang yang menjadi pihak atau subjek
melakukan kegiatan perdagangan disebut sebagai perusahaan yang terdiri dari
perseorangan (manusia) dan badan usaha.
Abdul Kadir Muhammad menjelaskan bahwa subjek hukum adalah orang,
yaitu pendukung hak dan kewajiban. Orang dalam pengertian hukum dapat terdiri
dari manusia secara individu dan badan hukum. Manusia individu atau pribadi
adalah subjek hukum dalam arti biologis sebagai makhluk sosial, sedangkan
badan hukum adalah subjek hukum dalam arti yuridis sebagai gejala dalam
kehidupan bermasyarakat yang merupakan badan ciptaan manusia berdasarkan
hukum, memiliki hak dan kewajiban seperti manusia pribadi.1
Perusahaan di dalam berbagai kepustakaan disebutkan yaitu bahwa
perusahaan merupakan suatu istilah yang tidak terpisahkan dari hukum dagang
atau hukum bisnis sebagai subjek hukum. Istilah perusahaan sendiri, mengenai
apa yang dimaksud dengan perusahaan tersebut tidak dijumpai secara eskplisit
dalam KUH Dagang sebagai rule of the game hukum dagang.
Perusahaan merupakan setiap bentuk usaha yang melakukan kegiatan secara
tetap dan terus menerus dengan tujuan memperoleh keuntungan atau laba, baik
yang diselenggarakan oleh perseorangan maupun badan usaha yang berbentuk
berbadan hukum atau bukan badan hukum. Perusahaan dapat diartikan sebagai
badan yang menjalankan usaha, baik kegiatan usaha yang dilakukan oleh
perseorangan maupun badan usaha.2
Menteri kehakiman Belanda (minister van justice Nederland) memberikan
penafsiran yang dimaksudkan dengan perusahaan sebagaimana dalam memori
jawaban kepada parlemen, yaitu:
1 Dijan Widijowati, Hukum Dagang, Yogyakarta: Andi, 2012, hal. 13-14.
2 Ibid., hal. 15.3
“ Barulah dapat dikatakan perusahaan apabila pihak yang berkepentingan
bertindak secara tidak terputus-putus, terang-terangan dan di dalam
kedudukan tertentu untuk memperoleh laba bagi dirinya sendiri ”.3
Menurut Prof. Mr. W.L.P.A. Molengraff, pengertian perusahaan dari sudut
pandang ekonomi adalah keseluruhan perbuatan yang dilakukan secara terus
menerus, bertindak keluar untuk mendapatkan penghasilan dengan
memperniagakan barang-barang, menyerahkan barang-barang atau mengadakan
perjanjian-perjanjian perdagangan.4
Sedangkan Mr. M. Polak, menyebutkan bahwa perusahaan ada apabila
diperlukan adanya perhitungan-perhitungan tentang laba dan rugi yang dapat
diperkirakan serta segala sesuatu itu dicatat dalam pembukuan. Sudut pandang
yang digunakan dalam mengartikan perusahaan yaitu sudut pandang komersial.
Sudut pandang ini tidak jauh berbeda dengan yang dikemukakan oleh Molengraff.
Namun, pengertiannya tetap berbeda. Pengertian perusahaan menurut Molengraff
ada enam unsur, sedangkan menurut Polak hanya ada dua unsur.5
Abdul Kadir Muhammad dalam bukunya Pengantar Hukum Perusahaan di
Indonesia menyatakan bahwa berdasarkan tinjauan hukum, istilah perusahaan
mengacu pada badan hukum dan perbuatan badan usaha menjalankan usahanya.
Lebih lanjut perusahaan merupakan tempat terjadinya kegiatan produksi dan
berkumpulnya semua faktor produksi.6
Secara jelas, pengertian perusahaan ini ditemukan dalam Pasal 1 UU 3 1982
tentang Wajib Daftar Perusahaan (WDP), sebagai berikut:
“ Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis
usaha yang bersifat tetap dan terus menerus didirikan, bekerja, serta
3 Zaeni Asyhadie & Budi Sutrisno, Hukum Perusahaan dan Kepailitan, Jakarta: Erlangga, 2012, hal. 10.
4 Arus Akbar Silondae & Wirawan B Ilyas, Pokok-Pokok Hukum Bisnis, Jakarta: Salemba Empat, 2011, hal. 29.
5 Ibid., hal. 29.
6 Ibid., hal. 29-30.4
berkedudukan dalam wilayah negara Indonesia dengan tujuan memperoleh
keuntungan atau laba ”.7
Adapun arti “ bentuk usaha ” dalam pasal 1 Undang-Undang 3 1982 di atas
adalah organisasi usaha atau badan usaha yang menjadi wadah penggerak setiap
jenis usaha yang diatur dan diakui oleh undang-undang, baik bersifat
perseorangan, persekutuan atau badan hukum.8
Kata “ usaha ” itu sendiri diartikan sebagai kegiatan untuk melakukan sesuatu
guna mencapai tujuan yang diinginkan melalui suatu proses yang teratur, seperti
menjalankan kegiatan secara terus-menerus, menjalankan secara terang-terangan,
memiliki tujuan utama untuk mencari keuntungan, memiliki sistem pembukuan,
memiliki objek usaha dan melakukan kegiatan usaha yang tidak bertentang
dengan undang-undang.9
Pengertian di atas memberikan penjelasan adanya dua unsur pokok yang
terkandung dalam suatu perusahaan, yaitu:
a. Bentuk badan usaha yang menjalankan setiap jenis usaha, baik berupa
suatu persekutuan atau badan usaha yang didirikan, bekerja dan
berkedudukan di Indonesia.
b. Jenis usaha yang berupa kegiatan dalam bidang perekonomian yang
dijalankan secara terus menerus untuk mencari sebuah keuntungan.
Landasan hukum bagi perusahaan sangatlah penting sebagai sebuah bagian
dari hukum perusahaan. Hukum perusahaan sudah tentu mempunyai sumber
hukum sebagai landasannya. Sumber hukum merupakan segala sesuatu yang
dapat menimbulkan sebuah aturan atau tempat di mana aturan tersebut berasal
untuk diterapkan. Dengan demikian sumber hukum perusahaan adalah peraturan
7 Zaeni Asyhadie & Budi Sutrisno, Loc.Cit., hal. 10.
8 Dijan Widijowati, Op.Cit., 16.
9 Ibid., hal. 16.5
yang di dalamnya mengatur mengenai ketentuan yang berkaitan dengan
perusahaan.
Sumber hukum utama dari hukum perusahaan adalah Kitab Undang-Undang
Hukum Dagang (KUHD) yang merupakan lex specialis dari KUH Perdata.
KUHD merupakan warisan dari Hindia Belanda berupa Wtboek van Koophandel (
WvK ), yang berdasarkan azas konkordansi masih terus berlaku sampai adanya
peraturan baru yang ditetapkan oleh pemerintah.10
Adapun Undang-Undang yang berkaitan dengan perusahaan antara lain:11
a. UU 33 & 34 1964 tentang Asuransi Kecelakaan Jasa Raharja;
b. UU 5 1968 tentang Konvensi Washington mengenai Sengketa Modal Asing
di Indonesia;
c. UU 3 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan;
d. UU 25 1992 tentang Perkoperasian diubah menjadi UU 17 2012;
e. UU 8 1995 tentang Pasar Modal;
f. UU 8 1997 tentang Dokumen Perusahaan;
g. UU 14 2001 tentang Paten;
h. UU 15 2001 tentang Merek;
i. UU 19 2002 tentang Hak Cipta;
j. UU 19 2003 tentang BUMN;
k. UU 28 2004 tentang Yayasan;
l. UU 37 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Membayar
Utang;
m. UU 25 2007 tentang Penanaman Modal;
n. UU 40 2007 tentang Perseroan Terbatas;
o. UU 17 2008 tentang Pelayaran;
p. UU 1 2009 tentang Penerbangan.
Selain undang-undang yang berkaitan dengan pengaturan perusahaan ada juga
kebiasaan yang mengatur kaitannya dengan perusahaan. Kebiasaan yang
10 Zaeni Asyhadie & Budi Sutrisno, Op.Cit., hal. 12.
11 Ibid., hal. 12.6
dimaksudkan adalah perbuatan berulang-ulang yang diikuti oleh para pelaku
usaha guna mencapai tujuan.
Menurut Abdul Kadir Muhammad, kebiasaan yang dapat diikuti dalam praktik
perusahaan adalah kebiasaan yang memenuhi kriteria antara lain:12
a. Perbuatan yang bersifat keperdataan;
b. Mengenai kewajiban dan hak yang seharusnya dipenuhi;
c. Tidak bertentangan dengan undang-undang atau kepatutan;
d. Diterima oleh pihak-pihak secara sukarela karena dianggap hal yang logis
dan patut;
e. Menuju akibat hukum yang dikehendaki oleh para pihak.
Suatu perusahaan dalam melakukan usaha perdagangannya dapat menyalurkan
melalui:13
1. Para pegawai atau karyawan sendiri, yang dalam hal ini bertindak selaku
petugas yang mendapat kuasa atau perintah sebagai penerima kuasa
(lasthebber) atau selaku wakil perusahaan atau dapat juga selaku pejabat
dan atau petugas dengan kuasa penuh. Untuk hubungan-hubungan kerja
tersebut berlaku ketentuan-ketentuan sebagaimana tercantum dalam pasal
1792 KUH Perdata.
2. Para pedagang atau pengusaha ialah mereka yang mempunyai perusahaan
dengan profesi demikian. Termasuk pedagang antara adalah:
a) Makelar (pasal 62 KUH Dagang);
b) Kasir (pasal 74 KUH Dagang);
c) Komisioner (pasal 76 KUH Dagang);
d) Agen perdagangan;
e) Pedagang keliling.
3. Bursa perdagangan.
Bursa perdagangan adalah tempat berkumpulnya para pedagang, juragan
kapal, makelar, kasir dan orang-orang lain yang melakukan perdagangan
(pasal 59 KUH Dagang).
12 Ibid., hal. 15-16.
13 Achmad Ichsan, Hukum Dagang, Jakarta: Pradnya Paramita, 1993, hal. 28-29.7
Dengan demikian, unsur-unsur suatu perusahaan yaitu sebagai berikut:14
1. Badan usaha;
Badan usaha maksudnya adalah suatu lembaga atau
perkumpulan/persekutuan yang menjalankan usaha dalam bentuk hukum
tertentu seperti perusahaan dagang, firma, persekutuan komanditer,
perseroan terbatas, koperasi, yayasan, dan sebagainya. Bentuk-bentuk
hukum dari badan usaha dapat dilihat dari akta pendiriannya yang dibuat
dan disahkan oleh pejabat yang berwenang.
2. Kegiatan dalam bidang perekonomian;
Kegiatan atau usaha dalam bidang perkonomian dapat dibedakan dalam
tiga bidang, yaitu:
a) Usaha dalam arti kegiatan perdagangan (commerce), yaitu
keseluruhan kegiatan jual beli yang dilakukan oleh orang-orang
atau badan-badan baik di dalam maupun luar negeri ataupun
antarnegara untuk tujuan memperoleh laba. Contoh kegiatannya
antara lain menjadi dealer, agen, grosir, toko, dan lain sebagainya.
b) Usaha dalam arti kegiatan industri, yaitu kegiatan memproduksi
atau menghasilkan barang atau jasa yang nilainya berguna berguna
dari asalnya. Contohnya antara lain industri pertanian, perkebunan,
pertambangan, pabrik semen, pakaian, dan sebagainya.
c) Usaha dalam arti kegiatan melaksanakan jasa-jasa (service), yaitu
kegiatan yang melaksanakan atau menyediakan jasa-jasa yang
dilakukan baik oleh perorangan maupun suatu badan. Contohnya
antara lain jasa perhotela, konsultan, asuransi, pariwisata,
pengacara, akuntan, dan sebagainya.
3. Terus menerus atau tidak terputus-putus;
Kegiatan dalam bidang perkonomian tersebut dilaksanakan secara terus-
menerus, tidak insidental, dan merupakan suatu kebiasaan yang terus
dilakukan demi memperoleh suatu keuntuingan dan memperhitungkan
kerugian.
14 Ibid., hal. 11.8
4. Secara terang-terangan;
Secara terang-terangan maksudnya ialah terbuka untuk umum, diketahui
oleh semua orang, bebas berhubungan dengan pihak lain, diakui dan
disahkan oleh pejabat yang berwenang. Secara terang-terangan dapat
dilihat dari segi perizinan usahanya.
5. Mengadakan perjanjian perdagangan;
Mengadakan perjanjian jual beli, serta mengadakan produksi barang dan
jasa untuk dijual kepada pihak ketiga yang biasanya disebut sebagai
konsumen.
6. Harus bermaksud memperoleh laba;
Kegiatan perdagangan jelas tidak jauh dari adanya keinginan untuk
memperoeh suatu penghasilan, keuntungan atau laba. Hal ini menunjukkan
adanya nilai lebih yang diperoleh dari modal yang digunakan.
7. Melakukan pembukuan.
Pembukuan maksudnya adalah catatan yang berisikan hak dan kewajiban
pihak yang melakukan kegiatan perekonomian. UU 8 1997 tentang
Dokumen Perusahaan menentukan bahwa perusahaan diwajibkan untuk
membuat sebuah catatan. Terdiri dari neraca tahunan, perhintungan laba
rugi tahunan, rekening, jurnal transaksi harian dan catatan lain yang
berkaitan dengan kebutuhan perusahaan. Mengenai keharusan setiap
perusahaan memiliki pembukuan dalam pasal 6 sampai pasal 12 KUH
Dagang telah mengatur mengenai pembukuan dalam kegiatan perdagangan
yang memiliki fungsi sebagai berikut:
a) Fungsi yuridis, dalam arti pembukuan dapat dijadikan sebagai alat
bukti sah di pengadilan;
b) Fungsi ekonomis, dalam arti pembukuan dapat digunakan untuk
mengetahui laba dan rugi perusahaan;
c) Fungsi administrasi, dalam arti pembukuan dapat digunakan untuk
memperlancar proses administrasi perusahaan;
d) Fungsi fiskal, dalam arti pembukuan dapat dijadikan sebagai dasar
acuan bagi pengenaan pajak.15
15 Dijan Widijowati, Op.Cit., hal. 21-22.9
Unsur-unsur di atas menunjukan suatu syarat dari adanya suatu perusahan.
Bahwa perusahaan adalah setiap orang dan atau badan usaha yang menjalankan
kegiatan dalam bidang perdagangan atau perekonomian secara terus-menerus,
bersifat tetap dan terang-terangan dengan tujuan memperoleh keuntungan yang
dibuktikan dengan adanya sebuah pembukuan pada perusahaan.
Perusahaan pada prinsipnya sebagai wahana atau pilar pembangunan
perekonomian yang diatur dalam KUH Perdata, KUH Dagang dan peraturan
perundangan lainnya terdiri dari tiga jenis, yaitu sebagai berikut:16
a. Perusahaan perseorangan, atau disebut juga dengan perusahaan individu
adalah badan usaha yang kepemilikannya dimiliki oleh satu orang.
Individu dapat membuat badan usaha perseorangan tanpa izin dan tata cara
tertentu. Semua orang bebas membuat bisnis secara personal tanpa adanya
kekangan untuk mendirikannya. Pada umumnya, perusahaan perseorangan
bermodalkan kecil, jenis serta jumlah produksi terbatas, memliki pekerja
yang sedikit dan mengenai penggunaan teknologi masih menggunakan
teknologi sederhana. Misalnya seperti berbentuk perdagangan dan jasa
toko swalayan, biro konsultan, pedagang kaki lima, tukang bakso,
pedagang asongan, warung kelontongan dan lainnya.
b. Perusahaan persekutuan badan hukum, yang dapat berbentuk Perseroan
Terbatas (PT), koperasi, BUMN, yayasan dan lainnya.
c. Perusahaan persekutuan bukan badan hukum, atau disebut juga
perusahaan persekutuan, yang artinya badan usaha yang dimiliki oleh dua
orang atau lebih secara bersama-sama bekerja sama untuk mencapai tujuan
bisnis. Badan usaha yang termasuk seperti persekutuan perdata, firma dan
persekutuan komanditer (CV).
Persekutuan perdata dalam KUH Perdata pasal 1618 adalah suatu perjanjian
dengan mana dua orang atau lebih mengikatkan diri untuk memasukkan sesuatu
dalam persekutuan, dengan maksud membagi keuntungan yang terjadi karenanya.
16 Zaeni Asyhadie & Budi Sutrisno, Op.Cit., hal. 37-38.10
Sedangkan menurut RT Sutandya Hadhikusuma dan Sumantoro yang
dimaksudkan dengan persekutuan perdata adalah:
“ ... suatu persekutuan yang dibentuk atas suatu perjanjian, di mana dua
orang atau lebih mengikatkan diri untuk memasukkan sesuatu (inbreng) ke
dalam persekutuan dengan maksud untuk membagi keuntungan ”.17
Berdasarkan pengertian di atas, persekutuan perdata merupakan embrio atau
awal mula terbentuknya suatu persekutuan yang lebih lanjut seperti persekutuan
firma, CV dan perseroan terbatas. Persekutuan perdata pada intinya mengandung
unsur-unsur berikut:
1. Persekutuan hanya bisa berbentuk dengan suatu perjanjian. Ini mempunyai
konsekuensi bahwa persekutuan hanya bisa dibentuk oleh minimal dua
orang dan tunduk pada ketentuan yang mengatur masalahn perikatan yang
lahir karena perjanjian, bukan perikatan yang lahir karena undang-undang.
2. Terdapat pemasukan sesuatu (inbreng) ke dalam persekutuan perdata,
yang dapat berupa:
a. Uang;
b. Barang atau benda atau apa saja yang layak bagi pemasukan (misalnya,
rumah atau gedung, perlengkapan kantor, mobil angkutan dan
sebagainya);
c. Tenaga, baik fisik maupun pikiran.
3. Ada pembagian keuntungan dan atau kemanfaatan.
4. Keuntungan atau kemafaat yang diharapkan tersebut diperoleh dari
penggunaan, pemanfaatan dan pengelolaan harta bersama yang
dimasukkan dalam persekutuan.
5. Keuntungan yang diperoleh tersebut kemudian akan dibagi bersama
seluruh pihak yang ada dalam persekutuan.18
Pendirian persekutuan perdata bisa dilakukan baik secara lisan ataupun dibuat
berdasarkan pada akta pendirian (tertulis). Syarat bahwa akta pendirian harus
17 Ibid., hal.42.
18 Ibdi., hal. 42-43.11
dibuat dengan akta notaris tidak diharuskan oleh undang-undang, walaupun
pembuataanya akta notaris tersebut akan lebih baik sebagai alat bukti yang sah.
Para anggota persekutuan perdata mengatur segala sesuatu yang sekutu inginkan
berdasarkan sebuah kesepakatan dalam perjanjian.19
B. Pengertian dan Klasifikasi Badan Usaha
Badan usaha merupakan perusahaan yang dijalankan oleh lebih dari satu orang
(perkumpulan), secara khusus diartikan sebagai organisasi usaha yang didirikan
oleh lebih dari satu individu melaksanakan tujuan usaha untuk meraih
keuntungan. Badan usaha juga diartikan sebagai kumpulan yang terdiri dari
beberapa orang dan memiliki unsur-unsur khusus yang selalu melekat pada badan
usaha.20 Unsur-unsur tersebut meliputi sebagai berikut:21
1) Badan usaha memiliki unsur kepentingan bersama.
2) Badan usaha memiliki unsur kehendak bersama.
3) Badan usaha memiliki unsur tujuan.
4) Badan usaha memiliki unsur kerjasama yang jelas.
Berdasarkan status hukumnya perusahaan dibagi menjadi dua, yaitu
perusahaan berstatus badan hukum dan non badan hukum. Dalam ilmu hukum
dikenal istilah subjek hukum terdiri dari orang dan badan hukum. Badan hukum
atau legal enity atau legal person dalam Black’s Law Dictionary dinyatakan
sebagai “ A Body, other than a natural person, that can function legally, sue or be
sued and make decisions through agents ”. Sementara itu, dalam kamus hukum
versi bahasa Indonesia, badan hukum diartikan sebagai organisasi, perkumpulan
atau paguyuban lainnya di mana pendiriannya dengan akta autentik dan oleh
hukum diperlakukan sebagai person atau orang. Pengaturan dasar mengenai badan
hukum itu sendiri diatur dalam pasal 1654 KUH Perdata yang menyebutkan
19 Ibid., hal. 44.
20 Dijan Widijowati, Op.Cit., hal. 19.
21 Ibid., hal. 19.12
bahwa semua perkumpulan yang sah adalah seperti halnya dengan oranng pribadi
dapat melakukan tindakan-tindakan perdata.22
Untuk bisa memahami perbedaan antara badan usaha yang berbadan hukum
dan tidak berbadan hukum, perlu dimengerti terlebih dahulu arti badan hukum itu
sendiri. Dalam bahasa Belanda, badan hukum disebut rechtpersoon, sementara
dalam kepustakaan negara-negara command law, badan hukum disebut dengan
istilah legal enity, sedangkan dalam kamus hukum ekonomi badan hukum adalah
badan atau organisasi yang oleh hukum diperlakukan sebagai subjek hukum, yaitu
pemegang hak dan kewajiban.23
Pengertian badan hukum dikaitkan sebagai suatu badan yang oleh hukum
dianggap sama dengan manusia secara alamiah. Artinya, badan hukum tersebut
mempunyai hak dan kewajiban dalam setiap perbuatan hukum yang dilakukan.
Ketika ada permasalahan kaitannya dengan perusahaan, maka badan usaha yang
berbadan hukum tersebut sebagai subjek hukumnya, jika ada suatu perbuatan yang
dilakukan untuk dan atas nama badan usaha tersebut maka perbuatan tersebut
dipandang sebagai perbuatan badan usaha itu sendiri, sehingga tanggung jawab
jatuh pada harta kekayaan badan usaha tersebut tidak menyangkut harta kekayaan
pemegang-pemegang sahamnya atau pribadi pengusaha.
Kaitannya dengan konsekuensi pemisahan antara harta kekayaan suatu badan
usaha atau perusahaan persekutuan badan hukum dengan harta pribadi pengurus
dan anggotanya adalah:24
a. Penagih pribadi terhadap anggota badan hukum tidak berhak menuntut
harta kekayaan badan hukum.
b. Para anggota dan atau pengurusnya tidak boleh secara pribadi menagih
piutang badan hukum terhadap pihak ketiga.
c. Tidak dibenarkan memberikan kompensasi terhadap utang pribadi
pengurus dan para anggotanya dari harta kekayaan badan hukum.
d. Hubungan hukum berupa perjanjian antara pengurus atau anggota dengan
badan hukum disamakan dengan hubungan hukum pihak ketiga.
22 Arus Akbar Silondae & Wirawan B Ilyas, Op.Cit., hal. 30.
23 Zaeni Asyhadie & Budi Sutrisno, Op.Cit., hal. 38-39.
24 Ibid., hal. 40.13
e. Jika badan hukum pailit, hanya para kreditor saja yang dapat menuntut
harta kekayaan badan hukum.
Dengan demikian, suatu badan hukum mewakili kepentingan suatu harta
bersama yang merupakan milik bersama yang terikat dimanfaatkan untuk
kepentingan bersama. Adanya pemisahan antara harta pribadi dengan harta
bersama badan hukum menunjukkan adanya sistem profesionalitas dalam suatu
badan usaha.
Sebuah badan, perkumpulan atau suatu perikatan hukum disebutkan sebagai
badan hukum apabila memiliki persyaratan sebagai berikut:
1. Memiliki harta kekayaaan yang terpisah dari kekayaan subjek hukum lain;
2. Memiliki tujuan ideal tertentu yang tidak bertentangan dengan undang-
undang;
3. Memiliki kepentingan sendiri dalam lalu lintas hukum;
4. Memiliki organisasi kepengurusan yang bersifat teratur berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan peraturan internalnya
sendiri (AD dan ART);
5. Terdaftar sebagai badan hukum sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku.25
Bagi badan usaha berbadan hukum dapat langsung bertindak keluar untuk
membuat perjanjian, memiliki aset tidak bergerak (misalnya, tanah dan
bangunan), serta dituntut di pengadilan. Perbuatan hukum badan usaha berbadan
hukum tersebut dapat diwakili oleh organ badan hukum tersebut. Seperti PT dapat
diwakili oleh direksinya, sementara koperasi dan yayasan dapat diwakili oleh
pengurusnya.26
Kondisi demikian berbeda dengan badan usaha tidak berbadan hukum. Suatu
badan usaha yang tidak berbadan hukum bukan merupakan subjek hukum
tersendiri. Artinya, subjek hukumnya adalah para anggota badan usaha tersebut.
25 Dijan Widijowati, Op.Cit., hal. 25.
26 Irma Devita Purnamasari, Panduan Lengkap Hukum Praktis Populer: Kiat-Kiat Cerdas, Mudah dan Bijak Mendirikan Badan Usaha, Bandung: Kaifa, 2010, hal. 2.
14
Badan usaha tersebut hanya sebatas sebagai wadah bagi para anggota-anggotanya
untuk melakukan kerjasama. Badan usaha ini juga tidak memiliki harta kekayaan
yang terpisah dari harta kekayaan anggota-anggotanya. Berarti, perbuatan yang
dilakukan oleh badan usaha tersebut dipandang sebagai perbuatan pribadi
anggota-anggotanya. Konsekuensinya, akibat perbuatan itu harus dipikul secara
pribadi atau tanggung renteng di antara mereka.27
Bagi badan usaha yang tidak berbadan hukum, yang melakukan perbuatan
hukum mewakili badan usaha tersebut tetap para pelaku sekutu atau pesero yang
ada di dalamnya. Tidak bisa badan usaha itu diwakili oleh organ badan usahanya
secara langsung, tanpa adanya kuasa pmeberian wewenang dari para sekutu lain.28
Keberadaan badan hukum sebagai subjek hukum ditentukan oleh empat teori
yang menjadi syarat utama suatu badan untuk dapat tergolong badan hukum
sebagai subjek hukum. Teori tersebut antara lain:29
1. Teori fictie, yaitu badan hukum dianggap sama dengan manusia (orang
atau person) sebagai subjek hukum dan hukum juga memberikannya hak
dan kewajiban.
2. Teori kekayaan, yaitu teori yang bermaksud agar harta kekayaan suatu
badan hukum harus mempunyai tujuan tertentu dan terpisah dari harta
kekayaan pengurus serta anggotanya.
3. Teori kepemilikan bersama, yaitu suatu kekayaan badan hukum menjadi
milik bersama para pengurus dan anggotanya.
4. Teori organ, yaitu badan hukum tersebut harus mempunyai organisasi atau
alat kelengkapan untuk mengelola dan melaksanakan kegiatan badan
usaha agar mencapai tujuannya. Jadi, suatu badan hukum harus memiliki
pengurus dan modal awal yang dimiliki.
Adapun macam-macam badan usaha berbadan hukum dan tidak berbadan
hukum yaitu sebagai berikut:
a. Badan usaha sebagai non badan hukum, meliputi:
27 Zaeni Asyhadie & Budi Sutrisno, Op.Cit., hal.39.
28 Ibid., hal. 3.
29 Ibid., hal. 40.15
1) Perusahaan dagang, disebut juga sebagai one man corporation atau een
manszaak.30 Perusahaan dagang, adalah suatu badan usaha yang
dijalankan secara mandiri oleh satu orang saja dan tidak memerlukan
suatu partner dalam menjalankan usaha. Perusahaan dagang disebut
juga dengan usaha dagang (UD) yang dimata hukum tidak ada
pemisahan antara kekayaan ataupun pemisahan tanggung jawab antara
perusahaan dan pemiliknya. Misalnya, pedagang keliling, asongan,
pedagang kaki lima dan lainnya.31
2) Persekutuan Perdata (maatschap), adalah kumpulan orang yang
biasanya memiliki profesi sama dan berkeinginan untuk berhimpun
dalam sebuah persekutuan dengan menggunakan nama bersama. Ciri
khas maatschap sebagaimana diatur secara khusus dalam pasal 168
KUH Perdata yaitu terdiri dari dua orang sekutu atau lebih, masing-
masing sekutu tersebut memasukkan sesuatu (inberg) ke dalam
persekutuan dan bertujuan membagi keuntungan. Kegiatan yang
bersifat komersial dan untuk menjalankan persekutuan suatu profesi.
Misalnya, persekutuan di antara para pengacara atau para akuntan,
yang biasanya dikenal dengan istilah associate, partner, rekan atau Co.
(compagnon).32
3) Firma, dalam bahasa Belanda disebut Venootschap Onder Firma
(disingkat menjadi VOF atau Fa) adalah suatu bentuk persekutuan
yang diatur dalam Bab III Bagian I Buku I KUH Dagang pasal 16-35.
Firma keunikan tersendiri yaitu dalam pembuatan nama usaha yang
akan disandang oleh para sekutu. Misalnya, Tiga Sambal, Dwi and
Agung, Fa. Permata Indah karena dalam kegiatan usaha permata, dan
sebagainya.33 Menurut pasal 16 KUH Dagang firma adalah
30 Dijan Widijowati, Op,Cit., hal. 33.
31 Irma Devita Purnamasari, Op.Cit., hal. 5.
32 Ibid., hal. 9.
33 Ibid., hal. 17.16
persekutuan yang diadakan untuk menjalankan suatu perusahaan
dengan bersama.34
4) Comanditaire Venootschap (CV), biasa disebut dengan persekutuan
komanditer diatur dalam pasal 19-21 KUH Dagang terletak di tengah
ketentuan-ketentuan mengenai firma. Menurut pasal 19 KUH Dagang,
perseroan komanditer dibentuk untuk menjalankan suatu perusahaan,
yangb teridir dari satu orang atau beberapa pesero yang secara
tanggung-menanggung bertanggung jawab untuk seluruhnya (tanggung
jawab solider) disatu pihak dan satu orang atau lebih sebagai pelepas
uang di pihak lain. Persekutuan komanditer mempunyai dua macam
sekutu, yaitu:
a) Sekutu komplementer, yang ikut aktif dalam mengurus
persekutuan.
b) Sekutu komanditer, sekutu pasif, yang tidak ikut serta dalam
mengurus persekutuan.35
5) Perkumpulan yang tidak berbadan hukum, sebagaimana diatur dalam
pasal 1653-1665 KUH Perdata.36
b. Badan sebagai badan hukum, meliputi:
1) Perseroan Terbatas (PT) adalah badan hukum yang merupakan
persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan
kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam
saham dan memenuhi persyaratan sebagaimana yang ditetapkan oleh
undang-undang serta peraturan pelaksanaanya, sebagaimana yang telah
dinyatakan dalam undang-undang 40 2007 tentang Perseroan
Terbatas.37 Didirikan oleh dua orang atau lebih dan setiap pendiri
34 Zaeni Asyhadie & Budi Sutrisno, Op.Cit., hal. 48.
35 Ibid., hal. 59-60.
36 Irma Devita Purnamasari, Op.Cit., hal. 3.
37 Dijan Widijowati, Op.Cit., hal. 31.17
perseroan wajib mengambil bagian pada saat saham perseroan
didirikan.38
2) Badan Usaha Milik Negara yang selanjutnya disingkat BUMN adalah
badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh
negara melalui persyaratan secara langsung yang berasal dari kekayaan
negara yang dipisahkan. BUMN diatur dalam UU 19 2003 tentang
Badan Usaha Milik Negara. Berbentuk Perseroan terbatas, perseroan
terbuka dan perusahaan umum. 39
3) Koperasi adalah badan usaha beranggota orang-seorang atau badan
hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan
gerakan ekonomi rakyat berasas kekeluargaan, sebagaimana yang
dinyatakan dalam pasal 1 UU 25 1992 tentang Perkoperasian diubah
menjadi UU 17 2012 tentang Perkoperasian.40 Koperasi dalam pasal 1
UU 25 1992 tentang Perkoperasian adalah badan usaha yang
beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan
melandaskan kegiatannya berdasarkan kegiatan koperasi sekaligus
sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas azas
kekeluargaan.41 Azas kekeluargaan ini adalah azas yang sesuai dengan
kepribadian bangsa Indonesia telah menjadi karakter bangsa. Pancasila
sebagai dasar falsafah negara menjadi pedoman dalam berkoperasi.42
4) Yayasan, adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang
dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di
bidang sosial, keagaamaan dan kemanusiaan yang tidak mempunyai
38 Arus Akbar Silondae & Andi Fariana Fathoeddin, Aspek Hukum dalam Ekonomi dan Bisnis, Jakarta: Mitra Wacana Media, 2010, hal. 99.
39 Zaeni Asyhadie & Budi Sutrisno, Op.Cit., hal. 158.
40 Dijan Widijowati, Loc. Cit., hal. 31.
41 Sutantya Raharaja Hadhikusuma, Hukum Koperasi Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000, hal. 124.
42 Ibid., hal. 38.18
anggota, sebagaimana yang dinyatakan dalam pasal 1 UU 16 2001 Jo.
UU 28 2004 tentang Yayasan.43
43 Dijan Widijowati, Loc. Cit., hal. 31.19