nadyaafina.files.wordpress.com  · web viewada empat indikator penting dalam melihat berjalannya...

32
Afina Nadya Zahara H1K013040 Ilmu Kelautan Dinamika Organisasi Nahdlatul Ulama (NU) Melalui Analis Pendekatan Psikososial 1. Tujuan kelompok Menurut Mardikanto dalam Andarwati et al. (2012) tujuan kelompok merupakan hasil akhir yang ingin dicapai, baik berupa suatu obyek atau keadaan serta keinginankeinginan lain yang diinginkan dan dapat memuaskan semua anggota kelompok yang bersangkutan. Adanya kejelasan tujuan kelompok akan sangat berpengaruh terhadap perilaku atau tindakan anggota kelompok, sebab kejelasan tujuan akan memotivasi angota untuk terus berusaha mencapai tujuan. Tingkat kedinamisan kelompok berdasarkan pendekatan sosiologis tergantung beberapa faktor. Salah satu fakornya adalah tjuan kelompok Tujuan kelompok, yaitu apa yang ingin dicapai oleh kelompok, dilihat dilihat kaitannya dengan tujuan-tujuan individu (anggota). Tujuan yang tidak jelas dan tidak formal dinyatakan, sering

Upload: vungoc

Post on 22-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Afina Nadya ZaharaH1K013040

Ilmu Kelautan

Dinamika Organisasi Nahdlatul Ulama (NU) Melalui Analis Pendekatan Psikososial

1. Tujuan kelompok

Menurut Mardikanto dalam Andarwati et al. (2012) tujuan kelompok merupakan

hasil akhir yang ingin dicapai, baik berupa suatu obyek atau keadaan serta

keinginankeinginan lain yang diinginkan dan dapat memuaskan semua anggota

kelompok yang bersangkutan. Adanya kejelasan tujuan kelompok akan sangat

berpengaruh terhadap perilaku atau tindakan anggota kelompok, sebab kejelasan

tujuan akan memotivasi angota untuk terus berusaha mencapai tujuan.

Tingkat kedinamisan kelompok berdasarkan pendekatan sosiologis tergantung

beberapa faktor. Salah satu fakornya adalah tjuan kelompok Tujuan kelompok, yaitu

apa yang ingin dicapai oleh kelompok, dilihat dilihat kaitannya dengan tujuan-tujuan

individu (anggota). Tujuan yang tidak jelas dan tidak formal dinyatakan, sering

menyebabkan kekaburan bagi anggota dan tidak memotivasi anggota untuk bergelut

dalam kegiatannya (Djoni dkk dalam Diniyati, 2012).

Nahdlatul 'Ulama (Kebangkitan 'Ulama atau Kebangkitan Cendekiawan Islam),

disingkat NU, adalah sebuah organisasi Islam besar di Indonesia yang berdiri pada 31

Januari 1926 dan bergerak di bidang pendidikan, sosial, dan ekonomi. Menegakkan

ajaran Islam menurut paham Ahlussunnah Wal Jama'ah di tengah-tengah kehidupan

masyarakat, di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

2. Jenjang Sosial

Jenjang soial atau dapat dikatakan sebagai struktur kelompok merupakan suatu

pola yang teratur tentang bentuk tata hubungan antara individu-individu kelompok

yangsekaligus menggabarkan kedudukan dan peran masing-masing dalam upaya

pencapaian kelompok. Ketidakjelasan mengenai struktur kelompok akan berpengaruh

terhadap ketidak jelasan kedudukan, peran, hak, kewajiban dan kekuasaan masing-

masing anggota, sehingga pelaksanaan kegiatan tidak mungkin dapat berlangsung

secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan kelompok. (Andarwati et al., 2012).

Jenjang sosial adalah segala sesuatu yang menyangkut kedudukan dalam

kelompok serta prestasi yang menyertai. Contohnya adalah pemberian status anggota

kehormatan. Anggota kehormatan ialah orang yang diangkat sebagai anggota khusus

oleh perkumpulan karena jasa orang tersebut (Wahid, 2008).

Jenjang sosial yang terdapat dalam organisais Nahdlatul 'Ulama terdiri dari

anggota biasa, anggota luar biasa dan anggota kehormatan. Anggota biasa: setiap

WNI yang beragama Islam, menganut faham Ahlusunnah wal Jamaah dan menurut

salah satu Mazhab Empat. sudah aqil baligh, menyetujui aqidah. asas. tujuan, usaha-

usaha serta sanggup melaksanakan semua keputusan Nahdlatul Ulama. Anggota luar

biasa : setiap orang yang beragama Islam, menganut faham Ahlusunnah wal Jamaah

dan menu rut salah satu Mazhab Empat, sudah aqil baligh. menyetujui aqidah. asas.

tujuan dan usaha-usaha NU. namun yang bersangkutan berdomisili secara tetap di

luar Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Anggota kehormatan: setiap

orang yang bukan anggota biasa atau anggota luar biasa yang dinyatakan telah berjasa

kepada Nahdlatul Ulama dan ditetapkan dalam keputusan Pengurus Besar

3. Peran kedudukan

Peranan kedudukan, yaitu hirarki hak dan kewajiban yang harus dilakukan

oleh komponen kelompok karena menempati posisi tertentudalam kelompok.

Setiap kedudukan memiliki seperangkat peranan yang harus dilaksanakan oleh

orang yang bersangkutan. Ada empat indikator penting dalam melihat berjalannya

kepemimpinan dari ketua kelompok, yaitu dilihat dari segi: (1) kekuatan keahlian,

(2) kekuatan rujukan, (3) pembawa aspirasi, dan (4) menjadi patner ager

pembaharu (Yunasaf, 2005).

Dalam suatu kelompok harus terdapat struktur organisasi. Struktur organisasi

tersebut terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara dan anggota. Dimana tugas

seorang ketua adalah mengkoordinir pengurus dan anggota, memimpin jalannya

rapat atau perteuan, serta bertanggungjawab atas jalannya semua kegiatan

kelompok. (Astuti, 2010).

Struktur organisasi yNahdlatul 'Ulama (NU) adalah Pengurus Besar (tingkat

Pusat), Pengurus Wilayah (tingkat Propinsi), Pengurus Cabang (tingkat

Kabupaten/Kota), Majelis Wakil Cabang (tingkat Kecamatan), Pengurus Ranting

(tingkat Desa/Kelurahan). Untuk tingkat Pusat, Wilayah, Cabang, dan Majelis

Wakil Cabang, setiap kepengurusan terdiri dari: Mustasyar (Penasehat), Syuriah

(Pimpinan Tertinggi), Tanfidziyah (Pelaksana Harian), bertugas menjalankan

pelaksanaan keputusan-keputusan organisasi sesuai tingkatannya. Sedangkan,

untuk tingkat Ranting setiap kepengurusan terdiri dari:Syuriaah (Pimpinan

tertinggi) bertugas membina dan mengawasi pelaksanaan keputusan-keputusan

organisasi sesuai, dan Tanfidziyah (Pelaksana harian).

4. Kekuasaan (kewenangan yang memungkinkan seseorang menggerakan

orang lain untuk mencapai tujuan)

Kekuasaan adalah kemampuan untuk menggunakan pengaruh pada orang lain;

artinya kemampuan untuk mengubah sikap atau tingkah laku individu atau kelompok.

Kekuasaan juga berarti kemampuan untuk mempengaruhi individu, kelompok,

keputusan, atau kejadian. Kekuasaan tidak sama dengan wewenang, wewenang tanpa

kekuasaan atau kekuasaan tanpa wewenang akan menyebabkan konflik dalam

organisasi (Sarwono, 2005).

Kekuasaan tidak begitu saja diperoleh individu, ada sumber kekuasaan menurut

John Brench dan Bertram Raven , yaitu : (1) Kekuasaan balas jasa (reward power),

didasarkan pada kemampuan seseorang pemberi pengaruh untuk memberi

penghargaan pada orang lain; (2) Kekuasaan paksaan (coercive power), didasarkan

pada kemampuan orang untuk menghukum orang yang dipengaruhi kalau tidak

memenuhi perintah atau persyaratan; (3) Kekuasaan sah (legitimate power), diperoleh

berdasarkan hukum atau aturan tertentu (Irawati, 2004).

Peran KH Hasyim Asy'ari dalam pengembangan NU sangat penting. Pada

kenyataannya Hasyim Asy'ari bisa dipandang sebagai arsiteknya. Tokoh itu yang

menulis aturan-aturan dasar organisasi NU yang masih terus dipakai sebagai dasar

ideologi sampai kini. Beliau tidak saja berperan utama dalam mengeluarkan fatwa-

fatwa hukum mengenai berbagai masalah keagamaan yang diperdebatkan banyak

ulama, tetapi juga berperan dalam mempromosikan NU sebagai organisasi nasional.

5. Kepercayaan (sesuatu yang diyakini bersama-sama untuk mencapai tujuan)

Menurut Sopiah (2008:43) ada berbagai karakter yang melekat pada tim atau

kelompok yang sukses. Karakter-karakter tersebut adalah (1) mempunyai komitmen

terhadap tujuan bersama; (2) menegakkan tujuan spesifik; (3) kepemimpinan dan

struktur; (4) menghindari kemalasan sosial dan tanggung jawab; dan (5)

mengembangkan kepercayaan timbal-balik yang tinggi. Tim atau kelompok kinerja

tinggi dicirikan oleh kepercayaan (trust) timbal balik yang tinggi di antara anggota-

anggotanya. Artinya, para anggota meyakini akan integritas, karakter dan

kemampuan setiap anggota yang lain.

Rasa saling percaya merupakan suatu kondisi yang di dalamnya mengandung isi

moralistik, seperti kejujuran, atau konsistensi antara apa yang dikatakan oleh

seseorang dengan apa yang dilakukannya, kesungguhan dan tanggung jawab yang

dapat diandalkan, niat baik, dan tidak ada sesuatu yang disembunyikan. Dalam

hubungan saling percaya, masing-masing pihak yakin bahwa segala suatu tindakan

untuk mencapai tujuan bersama sangat diyakini akan disambut dukungan dari rekan

sekelompoknya. (Geller dalam Sulasmi, 2006).

Kuatnya organisasi Muslimat NU menghadapi hambatan dan tantangan ditopang

oleh dimensi modal sosial "rasa percaya". Kepercayaan antar anggota, kepercayaan

anggota kepada pemimpinnnya dan sebaliknya kepercayaan pemimpinnya kepada

anggotanya dalam tubuh Muslimat NU menjadi faktor penentu "berjalannya" sistem

organisasi dalam mencapai tujuan organisasi. Kepercayaanlah yang kemudian

mendasari masing-masing anggota bergerak, berpartisipasi dan bertanggung jawab

membawa Muslimat NU sebagai organisasi, tidak sekedar "pengajian keagamaan".

6. Sanksi

Sanksi merupakan sistem penghargaan atau hukuman terhadap perilaku kelompok

atau anggota kelompok. Aspek persaingan untuk maju harus terus dimotivasi.

Sebaiknya, penghargaan untuk anggota perlu diberikan dan ditingkatkan, begitu pula

dengan adanya sanksi dan hukuman yang tegas dan jelas wajib diberlakukan sehingga

kelompok dapat berjalan dengan baik (Andarwati t al., 2012).

Edwin Hollander dalam Budiarto (2005) mengembangkan konsep Idiosyncrasy

credits ini untuk menjelaskan reaksi positif kelompok terhadap minoritas yang mana

mendahului ketidaksepakatan pendapat dengan konformitas. Penghargaan atau credits

terakumulasikan oleh interaksi anggota itu sendiri yang secara tipikal adalah anggota

yang berkontribusi kepada progress dari sebuah pencapaian tujuan kelompok.

Hollander juga menegaskan bahwa tanpa adanya pencapaian penghargaan atau credits

yang tinggi terlebih dahulu sebelum orang yang tidak setuju tersebut menghadapi

mayoritas.

Sanksi dalam NU diatur dalam Peraturan Organisasi Nahdlatul Ulama Nomor :

001/Konbes/09/2012 BAB VI Pasal 15 yang berisi: (1) Pelanggaran terhadap semua

ketentuan yang diatur dalam Peraturan Organisasi ini dikenakan sanksi organisasi;(2)

Pemberlakuan sanksi dilakukan oleh Pengurus Nahdlatul Ulama pada tingkat yang

berwenang melalui tata cara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, 13 dan 14; (3)

Sanksi berupa peringatan tertulis dan atau pemberhentian pengurus diatur melalui

Peraturan Organisasi tentang Tata Cara Penggantian Pengurus.

7. Norma (aturan tidak tertulis yang harus ditaati anggota)

Ciri-ciri utama kelompok yaitu memiliki ikatan yang nyata, interaksi dan

interrelasi sesama anggotanya, struktur dan pembagian tugas yang jelas, kaidah-

kaidah atau norma-normatertentu yang disepakati bersama dan keinginan dan tujuan

bersama. Norma ialah perilaku standar yang dapat diterima oleh sistem atau

kelompok (Wahid, 2008).

Norma adalah persetujuan atau perjanjian tentang bagaimana orang-orang dalam

suatu kelompok berperilaku satu dengan lainnya. Kadang-kadang norma oelh para

sosiolog disebut juga dengan ‘hukum’ (law) ataupun ‘aturan’ (rule), yaitu perilaku-

perilaku apa saja yang pantas dan tidak pantas untuk dilakukan dalam suatu

kelompok. Ada tiga kategori norma kelompok, yaitu norma sosial, prosedural dan

tugas. Norma sosial mengatur hubungan di antara para nggota kelompok. Sedangkan

norma procedural menguraikan dengan lebih rinci bagaimana kelompok harus. Dari

norma tugas memusatkan perhatian pada bagaimana suatu pekerjaan

harusdilaksanakan (Effendi, 2007).

Selain rasa percaya, sumber modal sosial Muslimat NU yang memiliki kekuatan

menggerakkan adalah nilai atau norma. Norma yang memiliki kaitan dengan modal

sosial adalah nilai bersama yang mengatur perilaku individu dalam suatu masyarakat

atau kelompok. Sebagai organisasi otonom, Muslimat NU dapat mengikat anggotanya

dengan norma informal yang dapat mengembangkan kerjasama antar individu, antar

anggota Muslimat NU. Norma yang merupakan sumber modal sosial dalam Muslimat

NU ini tersusun dari norma resiprositas antar anggota.

8. Perasaan (tanggapan emosional dari anggota kepada kelompok)

Menurut Sarwono (2005), kelompok yang memiliki ikatan sosial-emosionalnya

tinggi cenderung mengembangka pikiran kelompok. Sebaliknya, kelompok yang

ikatannya lugas dan berdasarkan tugas belaka cenderung rendah pikiran kelompokya

(Bernthal dan Insko dalam ). Mc Dougall dalam Sarwono (2005) mendukung adanya

jiwa kelompok yang berbeda dari jiwa pribadi. periaku kelompok dapat emosional,

impulsif berciri kekerasan, tidak konsisten, dan pembuatan keputusannya ceroboh,

Akan tetapi, jiwa kelompok ini, bukanlak yag mengendalikan perlaku kelompok

karena pengendali perilaku kelompok adalah naluri emosi.

In group merupakan kelompok sosial yang dijadikan tempat oleh individu-

individunya untuk mengidentifikasikan dirinya. Out group merupakan kelompok

sosial yang oleh individunya diartikan sebagai lawan in group jelasnya kelompok

sosial di luar anggotanya disebut out group. Contohnya, istilah kita atau kami

menunjukkan adanya artikulasi in group, sedangkan mereka berartikulasi out group.

Perasaan in group atau out group didasari dengan suatu sikap yang dinamakan

etnosentris, yaitu adanya anggapan bahwa kebiasaan dalam kelompoknya merupakan

yang terbaik dibandingkan dengan kelompok lainnya. Sikap in group dan out group

dapat dilihat dari kelainan berwujud antagonisme atau antipati. Sikap in group dan

out group merupakan dasar sikap etnosentrisme yang merupakan sikap bahwa setiap

sesuatu yang merupakan produk kelompoknya dianggap paling baik dan benar

(Rubianto, 2009).

NU terlalu “streng”, terlampau keras didalam tuntutanya (esensinya) pada

anggota, mengenai kewajiban-kewajiban agama. NU didalam hal prive anggota-

anggotanya mempunyai ukuran yang berat. Didalam Anggaran Dasar NU disebutkan

kemungkian pemecatan seorang anggota berdasar atas perbuatan-perbuatan yang

tidak dapat dipertanggung jawabkan menurut ajaran Islam. Memang hal ini dirasakan

oleh orang luar sebagai hal yang menakutkan dan menghalangi diri menjadi anggota

NU. Akan tetapi bagi orang-orang yang betul-betul ingin kemajuan Islam dalam

banguna syariatnya, maka tuntutan-tuntutan NU yang berat dank eras serta “streng”

itu malah makin mendorong untuk masuk. Dan bagi orang yang telah menjadi

anggota, dirasakan sebagai batas ujian yang memelihara dinamika mereka agar tetap

terjaga baik dan ini akan berdampak pada kuatnya bangunan partai.

Konflik yang berkaitan dengan kekuasaan biasanya berlarut, panjang. Namun satu

hal yang dimiliki warga NU dalam menhadapi konflik internal, adalah

kemampuannya mengatasi konflik tersebut secara damai, sejauh mau menelusuri akar

ketegangan yang memicu. Maka ketegangan yang melanda NU selama menjelang dan

pasca Muktamar Solo ini perlu diselesaikan dengan menggunakan tradisi NU sendiri.

Bagi komunitas Nahdliyin perasaan in group (kejamaahan) sangat kental, sehingga

betapapun tingginya ketegangan mereka masih merasa sewarga, karena mereka masih

ada tiang penyangga atau tali perekat kejamaahan, sehingga ketegangan bisa diatasi.

Apalagi dalam tradisi pesantren yang mengutamakan ketawadlukan ketimbang ambisi

pribadi, lebih mengutamakan keakhiratan ketimbang yang duniawi, maka ketegangan

biasanya segera bisa diatasi sehingga tidak menimbulkan konflik terbuka.

9. Fasilitas (segala sesuatu yang memiliki nilai untuk mencapai tujuan)

Fasilitas merupakan segala sesuatu yang dapat mempermudah upaya dan

memperlanca kerja dalam rangka mencapai suatu tujuan. Fasilitas adalah sarana

untuk melancarkan dan memudahkan pelaksanaan fungsi. Pengertian lain fasilitas

adalah komponen individual dari penawaran yang mudah ditumbuhkan atau dikurangi

tanpa mengubah kualitas dan model jasa. Fasilitas juga merupakan alat untuk

membedakan program lembaga pendidikan yang satu dari pesaing yang lainnya

( Lupiyaodi, 2006 : 150 ).

Secara garis besar fasilitas atau sarana dapat dibedakan menjadi fasilitas fisik dan

fasilitas uang/non fisik. Fasilitas fisik adalah segala sesuatu yang berupa benda atau

yang dapat dibedakan, yang mempunyai peranan dalam memudahkan dan

mempelancar suatu kegiatan. Fasilitas fisik juga sering disebut fasilitas materiil.

Misalnya alat tulis-menulis, buku, komputer, OHP, kendaraan dan sebagainya.

Fasilitas non fisik adalah segala sesuatu yang bersifat mempermudah dan

memperlancar kegiatan sebagai akibat berkerjanya nilai-nilai non fisik misalnya

uang, waktu, kepercayaan dan sebagainya (Sawir, 2004).

10. Tegangan dan tekanan (tegangan berasal dari dalam, tekanan berasal dari

luar)

Tegangan merupakan suatu dorongan yang berasal dari luar kelompok. Tegangan

dapat berupa konflik antar kelompok. Faktor utama terjadinya konflik anatar

kelompok adalah persaingan, pengeompokkan sosial, dan penyerangan antar

kelompok. Persaingan terjadi karena pada dasarnya kelompok akan lebih suka

“mempunyai” dari pada “ tidak mempunyai”, dan karena itu mereka mengambil

langkah perencanaan dalam mencapai dua hasil, mencapai tujuan yang diinginkan

dan mencegah kelompok lain mendapatkan tujuannya ((Ivancevich et al.,2006).

Tekanan kelompok yaitu tekanan dalam kelompok yang menyebabkan kelompok

tersebut berusaha keras untuk mencapai tujuan kelompok. Tekanan kelompok dapat

juga diartikan sebagai segala sesuatu yang menimbulkan dorongan berbuat sesuatu

untuk tercapainya tujuan kelompok. Sistem penguatan dan hukuman yang diberikan

kepada anggota kelompok merupakan salah satu bentuk tekanan kelompok. Tekanan

kelompok diberikan kepada anggota dengan maksud untik memperkecil perbedaan-

perbedaan yang timbul dalam kelompok karena perbedaan keinginan anggota dan

dilakukan oleh orang-orang tertentu yang lebih dominan (Robins dan Judge, 2008).

Dari masa ke masa NU sering dilanda konflik, ada yang singkat ada yang

berkepanjangan, konflik yang berkaitan dengan ide biasanya lebih mudah dilerai.

Tetapi konflik yang berkaitan dengan kekuasaan biasanya berlarut, panjang. Namun

satu hal yang dimiliki warga NU dalam menhadapi konflik internal, adalah

kemampuannya mengatasi konflik tersebut secara damai, sejauh mau menelusuri akar

ketegangan yang memicu. Maka ketegangan yang melanda NU selama menjelang dan

pasca Muktamar Solo ini perlu diselesaikan dengan menggunakan tradisi NU sendiri.

Bagi komunitas Nahdliyin perasaan in group (kejamaahan) sangat kental, sehingga

betapapun tingginya ketegangan mereka masih merasa sewarga, karena mereka masih

ada tiang penyangga atau tali perekat kejamaahan, sehingga ketegangan bisa diatasi.

Apalagi dalam tradisi pesantren yang mengutamakan ketawadlukan ketimbang ambisi

pribadi, lebih mengutamakan keakhiratan ketimbang yang duniawi, maka ketegangan

biasanya segera bisa diatasi sehingga tidak menimbulkan konflik terbuka.

11. Pembinaan dan pemeliharaan kelompok

Pembinaan adalah suatu proses atau pengembangan yang mencakup urutan-urutan

pengertian, diawali dengan mendirikan, membutuhkan, memelihara pertumbuhan

tersebut yang disertai usaha-usaha perbaikan, menyempurnakan, dan

mengembangkannya. Pembinaan tersebut menyangkut kegiatan perencanaan,

pengorganisasin, pembiayaan, koordinasi, pelaksanaan, dan pengawasan suatu

pekerjaan untuk mencapai tujuan hasil yang maksimal. Pembinaan kelompok, yaitu

usaha menjaga kehidupan kelompok dan upaya-upaya meningkatkan partisipasi

anggota. (Djoni et al. dalam Diniyanti, 2012).

Pengembangan dan pemeliharaan kelompok adalah berkaitan dengan “apa yang

harus ada” dalam kelompok. Segala “apa yang harus ada” dalam kelompok, antara

lain pembagian tugas yang jelas, kegiatan yang terus- menerus dan teratur,

ketersediaan fasilitas yang mendukung dan memadai, peningkatan partisipasi

kelompok, adanya jalinan komunikasi antar kelompok, adanya pengawasan dan

pengendalian kegiatan kelompok, timbulnya norma- norma kelompok, adanya proses

sosialisasi kelompok, kegiatan untuk menambah anggota baru dan mempertahankan

anggota yang lama (Rumanti, 2005).

Pembinaan yang dilakukan oleh pimpinan Wilayah NU Sumatera Utara pada

intinya terbagi dalam 2 (dua) bidang yaitu, pertama, bidang pendalaman dan

sosialisasi ajaran Islam pada pimpinan dan anggota, kedua, bidang kegiatan yang

merupakan aplikasi dari ajaran Islam.

12. Keefektifan kelompok

Keefektifan kelompok yaitu keberhasilan kelompok untuk mencapai tujuannya,

yang dapat dilihat pada tercapainya keadaan atau perubahan-perubahan (fisik maupun

non fisik) yang memuaskan anggotanya. Kelompok yang efektif mempunyai tiga

dasar, yaitu: aktivitas pencapaian tujuan, aktivitas memelihara kelompok secara

internal, aktivitas mengubah dan mengembangkan cara meningkatkan keefektifan

kelompok. Interaksi anggota kelompok yang memperlihatkan aktivitas dengan

mengintegrasikan ketiga macam aktivitas dasar tersebut adalah mencerminkan bahwa

kelompok tersebut dapat dikategorikan sebagai kelompok yang berhasil atau efektif

(Mardikanto dalam Susanto, 2008).

Efektifitas kelompok adalah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas

kelompok dalam mencapai tujuan. Semakin banyak tujuan yang dapat dicapai,

semakin banyak keberhasilan, anggota kelompok akan semakin puas. Bila anggota

kelompok merasa puas kekompakan dan kedinamisan kelompok akan semakin kuat.

Kelompok yang efektif mempunyai tiga aktivitas dasar, yaitu : aktivitas pencapaian

tujuan, aktivitas memelihara kelompok secara internal, dan aktivitas mengubah dan

mengembangkan cara meningkatkan keefektifan kelompok (Huraerah dan Purwanto,

2006:62).

13. Agenda terselubung (tujuan yang diketahui anggota, tetapi tidak tertulis)

Agenda terselubung merupakan perasaan yang terpendam, baik di dalam diri

anggota maupun di dalam kelompok. Agenda terselubung juga bisa berupa keinginan-

keinginan yang ingin dicapai oleh kelompok, tetapi tidak dinyatakan secara formal

(tertulis). Maksud tersembunyi adalah emosional berupa perasaan, konflik, motif,

harapan, aspirasi dan pandangan yang tidak terungkap yang dimiliki oleh anggota

kelompok. Terpenuhinya maksud terselubung anggota akan mendorong semakin

aktifnya anggota kelompok dalam melaksanakan tugas dan kegiatan kelompok yang

akan mendorong semakin dinamisnya suatu kelompok (Mardikanto dalam Lestari,

2011).

Maksud tersembunyi dinyatakan oleh Santosa (2006) adalah program, tugas yang

tidak diketahui atau disadari oleh anggota kelompok, atau berada di bawah

permukaan. Maksud tersebut tidak pernah dibicarakan secara terbuka tetapi ada.

Maksud tersembunyi ini saling mempengaruhi dan sama pentingnya dengan maksud-

maksud dan tujuan-tujuan terbuka dan kadangkala hal tersebut merupakan motivasi

yang kuat untuk pencapaian tujuan. Kelompok dapat bekerja untuk maksud-maksud

terbuka dan terselubung untuk tujuan yang sama. Sumbernya bisa berasal dari

anggota kelompok, pimpinan kelompok atau kelompok itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Andarwati, Siti, et al. 2012. Dinamika Kelompok Peternak Sapi Potong Binaan Universitas Gadjah Mada di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Sains Peternakan. Vol. 10 (1): 43-46.

Astuti, Aini Nur. 2010. "ANALISIS EFEKTIVITAS KELOMPOK TANI DI KECAMATAN GATAK KABUPATEN SUKOHARJO", Skripsi, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Budiarto, Yohanes. 2005. FOLLOWERSHIP : SISI LAIN KEPEMIMPINAN YANGTERLUPAKAN. Jurnal Psikologi. Vol. 3 No. 1: 2-4.

Diniyati, Dian. 2012. DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN RAKYAT: Studi kasus di DesaKertayasa, Boja dan Sukorejo. Jurnal Psikologi UHT. Vol. 1: 5.

Effendi, Ridwan. 2007. Panduan Kuliah Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya dan Teknologi. Bandung: CV. Yasindo Multi Aspe.

Huraerah, Abu dan Purwanto. 2006. Dinamika Kelompok: Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama.

Irawati, Nisrul. 2004. Kepemimpinan Efektif, Kepemimpinan yang Mampu Mengambil Keputusan yang Tepat. Jurnal USU Online. Vol. 1: 3-5.

Ivancevich, John M, K,Robert, dan Michael T. Matteson. 2006. Perilaku dan ManajemenOrganisasi, Edisi Ke-7, diterjemahkan Gina Gania. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama.

Lestari, Mugi. 2011. "DINAMIKA KELOMPOK DAN KEMANDIRIANANGGOTA KELOMPOK TANI DALAM BERUSAHATANI DI KECAMATAN PONCOWARNO KABUPATEN KEBUMEN PROPINSI JAWA TENGAH", Tesis, Program Studi Ilmu Penyuluhan PembangunanUniversitas Sebelas Maret Surakarta.

Lupiyaoadi, Rabat et al. 2008. Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta: PT.Salemba Empat.

Robbins, Stephen P, dan Judge, Timothy A. 2008. Perilaku Organisasi, Edisi ke-12, diterjemahkan Diana Angelica dkk. Jakarta: Salemba Empat.

Rubianto, Beben. 2009. Radikalisme dan Perilaku Orang Kalah Dalam PerspektifPsikologi Sosial. Jurnal Ilmiah Psikologi. Vol. 1 (1): 66-67.

Rumanti, Sr. Maria Assumpta. 2005. DASAR DASAR PUBLIC RELATION Teori danPraktik. Jakarta: PT Grasindo.

Santosa, Slamet. 2006. Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara.

Sarwono, Sarlito Wirawan. 2005. Psikologi Sosial Kelompok dan Terapan. Jakarta: Balai Pustaka.

Sawir, Agnes. 2004. Kebijakan Pendanaan dan Restrukrisasi Persahaan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.

Sopiah. 2008. Perilaku Organisasi. Edisi Pertama. Yogyakarta: ANDI.

Susanto, Agus. 2008. "ANALISIS EFEKTIVITAS KELOMPOK TANI HAMPARAN DI KECAMATAN DELANGGU KABUPATEN KLATEN", Skripsi, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Sulasmi, Siti. 2006. PERAN VARIABEL PERILAKU BELAJAR INOVATIF, INTENSITAS KERJASAMA KELOMPOK, KEBERSAMAAN VISI DAN RASA SALING PERCAYA DALAM MEMBENTUK KUALITAS SINERGI. Studi Tentang Peran Variabel Perilaku Belajar. Hal: 225.

Wahid, Abd. 2008. DINAMIKA KELOMPOK TANI PADA KEGIATAN REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN DI DAS BILA WALANAE DESA LASIWALA KABUPATEN SIDRAP. Jurnal Online Unhas. Vol. 3 (2): 5.

Yunasaf,Unang. 2005. KEPEMIMPINAN KETUA KELOMPOK DANHUBUNGANNYA DENGAN KEEFEKTIFAN KELOMPO (Kasus pada Kelompoktani Ternak Sapi Perah di Wilayah Kerja Koperasi Serba Usaha Tandangsari Sumedang). Jurnal Universitas Padjadjaran (Online). Vol. 1: 3.

Profil

Pembentukan : 31 Januari 1926Jenis : OrganisasiTujuan Keagamaan dan sosial: IslamKantor pusat : DKI Jakarta, IndonesiaWilayah layanan : IndonesiaKeanggotaan : 140 Ketua Umum Tanfidziyah : Dr. K.H. Said Aqil Siradj, MAVisi : Terwujudnya NU sebagai jamiyyah diniah ijtimaiyah

Ahlussunnah Wal Jama’ah yang mashlahat bagi umat menuju masyarakat yang sejahtera, berkeadilan, demokratis dan mandiri.

Misi : 1. Melaksanakan Dakwah Islamiyah Ahlussunnahwal Jamaah dalam membimbing umat menuju masyarakat mutamaddin

2. Memberdayakan lembaga pendidikan dan pesantren untuk meningkatkan kualitas sumber

daya insani yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta berakhlaq3. Meningkatkan kualitas kesehatan dan kesejahteraan

ekonomi umat 4. Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam

penegakan hukum yang berkeadilan 5. Menumbuhkembangkan budaya demokrasi yang

jujur dan adil6. Mendorong kemandirian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara