bab ii tinjauan pustaka a. tinjauan umum tentang …repository.ub.ac.id/3250/3/bab ii.pdf ·...

25
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Kekuasaan Kehakiman 1. Tugas dan Wewenang Hakim Salah satu produk hukum yang mengatur perihal penyelenggaraan peradilan Indonesia adalah Undang-Undang nomr 48 tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman. Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan dari Negara merdeka dalam pelaksanaan peradilannya menegakkan hukum dan keadilan yang berlandaskan Pancasila, demi terselengaranya negara hukum Republik Indonesia. 1 Kekuasaan kehakiman pada awalnya berasal dari Teori Trias Politica dari Monstesquei yang mengatakan bahwa kekuasaan Negara dibagi menjadi 3 bagian yakni : 2 a. Legislatif Kekuasaan yang memiliki wewenang dalam membuat Undang- Undang b. Eksekutif Kekuasaan yang berwenang untuk melaksanakan hal-hal yang terdapat didalam Undang-Undang c. Yudikatif Kekuasaan yang berwenang untuk mengawasi serta mengadili apabila terjadi suatu pelanggaran Undang-Undang. 1 Undang-Undang Nomer 48 tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman. pasal 1 ayat 1 2 Pontang Moerad B.M, Pembentukan Hukum Melalui Putusan Pengadilan dalam Perkara Pidana, Alumni Bandung, Bandung, 2005 hlm 46

Upload: others

Post on 06-Nov-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang …repository.ub.ac.id/3250/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Kekuasaan Kehakiman 1. Tugas dan Wewenang Hakim

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Kekuasaan Kehakiman

1. Tugas dan Wewenang Hakim

Salah satu produk hukum yang mengatur perihal penyelenggaraan

peradilan Indonesia adalah Undang-Undang nomr 48 tahun 2009 tentang

kekuasaan kehakiman. Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan dari

Negara merdeka dalam pelaksanaan peradilannya menegakkan hukum dan

keadilan yang berlandaskan Pancasila, demi terselengaranya negara

hukum Republik Indonesia.1 Kekuasaan kehakiman pada awalnya berasal

dari Teori Trias Politica dari Monstesquei yang mengatakan bahwa

kekuasaan Negara dibagi menjadi 3 bagian yakni :2

a. Legislatif

Kekuasaan yang memiliki wewenang dalam membuat Undang-

Undang

b. Eksekutif

Kekuasaan yang berwenang untuk melaksanakan hal-hal yang

terdapat didalam Undang-Undang

c. Yudikatif

Kekuasaan yang berwenang untuk mengawasi serta mengadili

apabila terjadi suatu pelanggaran Undang-Undang.

1 Undang-Undang Nomer 48 tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman. pasal 1 ayat 1

2 Pontang Moerad B.M, Pembentukan Hukum Melalui Putusan Pengadilan dalam Perkara

Pidana, Alumni Bandung, Bandung, 2005 hlm 46

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang …repository.ub.ac.id/3250/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Kekuasaan Kehakiman 1. Tugas dan Wewenang Hakim

2

Hakim merupakan satu-satunya pejabat Peradilan Negara yang oleh

undang-undang diberikan kewenang untuk mengadili.3 Syarat-syarat yang

senantiasa harus dipenehui oleh seoang hakim yaitu jujur tidak dapat

disuap bebas merdeka, berani mengambil keputusan dan bebas dari

pengaruh dan tekanan, dalam mengemban tugas penegakan hukum dan

keadilan, para hakim mempunyai kewajiban-kewajiban berat yang harus di

tunaikan demi tercapainya tujuan yang ditentukan.4

Kewajiban Hakim diatur dalam undang-undang Nomer 48 tahun 2009

tentang Kekuasaan Kehakiman isinya sebagai berikut :

a. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, hakim dan hakim

konstitusi wajib menjaga kemandirian peradilan.

b. Hakim dan hakim konstitusi berkewajiban dalam menggali,

mengikuti,bahkan memahami nilai hukum dan rasa keadilan

yang hidup didalam masyarakat.

c. Hakim dan hakim konstitusi mempunyai kewajiban untuk

menaati Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim.

d. Dalam mempertimbangkan ringan maupun berat sanksi pidana,

didasarkan pada keterangan semua pihak terutama dengan saksi

dan terdakwa bahkan penasihat hukumnya yang di peroleh

hakim dalam persidangan, serta hakim mempunyai kewajiban

mempertimbangkan unsur yang melekat dalam diri terdakwa

yakni sifat yang jahat maupun baiknya.

3 Undang-Undang nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, dalam pasal butir 8

KUHAP 4 R. Soesilo, Kedudukan Hakim, jaksa, jaksa pembantu dan penyidik, PT. Karya

Nusantara Cabang Bandung, 1978, hlm11

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang …repository.ub.ac.id/3250/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Kekuasaan Kehakiman 1. Tugas dan Wewenang Hakim

3

Wewenang hakim diatur dalam pasal 1 butir 8 KUHAP seperti

yang diuraikan diatas tampak jelas, bahwa wewenang hakim utamanya

adalah untuk mengadili yang meliputi kegiatan-kegiatan menerima,

memeriksa, dan memutus perkara pidana.

2. Pemeriksaan Sidang Pengadilan.

Penentuan hari sidang dilakukan seorang hakim yang ditunjuk

langsung oleh ketua pengadilan untuk menyidangkan perkara (pasal 152

ayat (1) KUHAP). KUHAP membedakan tiga macam pemeriksaan sidang

pengadilan yakni :5

a. Acara Pemeriksaan Singkat

Dalam KUHAP terdapat pembatasan mengenai acara

pemeriksaan singkat antara lain perkara kejahatan atau pelanggaran

yang menurut penuntut Umum pembuktian serta penerapan hukumnya

mudah dan bersifat sederhana.6

Pada persidangan dengan Acara Pemeriksaan Singkat yang

dihadiri oleh tiga orang majelis hakim, penuntut umum, panitera

pengganti, dan terdakwa. Persidangan yang didahului oleh penyerahan

berkas (Berita Acara Pemeriksaan) pada hari persidangan hari itu juga

tanpa disertai dengan surat dakwaan. Sidang pertama dengan Acara

Pemeriksaan singkat, seperti sidang dengan Acara Pemeriksaan Biasa

hakim membuka persidangan dan menyatakan sidang terbuka untuk

5 Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta. 2013 ,hlm 237

6 Pasal 203 ayat 1, Undang-undang Nomer 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana. Yang

menjelaskan bahwa Yang diperiksa menurut acara pemeriksaan singkat ialah perkara kejahatan

atau pelanggaran yang tidak termasuk ketentuan Pasal 205 dan yang menurut penuntut umum

pembuktian serta penerapan hukumnya mudah dan sifatnya sederhana

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang …repository.ub.ac.id/3250/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Kekuasaan Kehakiman 1. Tugas dan Wewenang Hakim

4

umum, kemudian penuntut umum membacakan secara lisan apa yang

dicatatat oleh penuntut umum kepada Terdakwa.7 Apa yang dibacakan

oleh penuntut umum terkait dengan catatan tersebut harus memenuhi

syarat formil dan materiil surat dakwaan.8 Saksi dan barang bukti

dihadirkan pada hari persidangan pertama ini sekaligus. Setelah

penuntut umum membacakan catatan layaknya surat dakwaan tersebut,

jika dirasa perlu untuk mengajukan keberatan maka Terdakwa dapat

mengajukan Nota Keberatan (eksepsi) dan hakim akan menunda

persidangan selama tujuh hari sebagaimana yang dijelaskan pada pasal

203 ayat (2) huruf c Kitab Hukum Acara Pidana.. Adanya eksepsi yang

diajukan Terdakawa akan ditanggapi oleh penuntut umum.

Hakim akan mengeluarkan putusan yang bersifat sela guna

menentukan apakah eksepsi yang daiajukan Terdakwa atau penasihat

hukumnya diterima atau ditolak. Hakim memiliki kewenangan jika

dirasa perlu memerintahkan penuntut umum untuk melakukan

pemeriksaan tambahan selama empat belas hari guna menentukan

kesesuaian perkara dengan Acara Pemeriksaan Singkat, jika penuntut

umum tidak selesai dalam waktu tersebut maka akan disidangkan

dengan Acara Pemeriksaan Biasa oleh hakim. Putusan yang dibuat

oleh hakim tidak dibuat secara khusus seperti perkara dengan Acara

Pemeriksaan Biasa, karena pembuktian perkara dengan Acara

7 Pasal 203 ayat (3) Undang-Undang nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

8Adami Chazawi, Kemahiran & Ketrampilan Praktik Hukum Pidana, Bayumedia

Publishing, Malang, 2007, hlm 132.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang …repository.ub.ac.id/3250/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Kekuasaan Kehakiman 1. Tugas dan Wewenang Hakim

5

pemeriksaan Singkat tidak serumit perkara dengan Acara Pemeriksaan

Biasa.

b. Acara Pemeriksaan Cepat

Pemeriksaan cepat dibagi dua menurut KUHAP antara lain Acara

pemeriksaan Tipiring (Tindak Pidana Ringan) dan perkara pelanggaran

lalu lintas jalan. Tindak pidana ringan yang dijelaskan Kitab Hukum

Acara Pidana adalah yang diancam dengan pidana penjara tidak lebih

dari 3 (tiga) bulan, atau denda maksimum Rp. 7.500,- dan tindak

pidana ringan sebagaimana yang diatur dalam pasal 315 Kitab Hukum

Pidana. Perkara pidana dengan Acara Pemeriksaan Cepat disidangkan

oleh hakim tunggal dan penyidik atas kuasa penuntut umum sehingga

posisinya dalam persidangan sejajar (sama). Berkas perkara yang telah

dilimpahkan oleh penyidik harus secepatnya disidangan dan diputus

oleh pengadilan hari itu dengan menghadirkan terdakwa disertai

barang bukti di persidangan.9 Catatan yang diterbitkan oleh penyidik

memiliki fungsi seperti surat dakwaan karena berisi hasil pemeriksaan

Terdakwa pada proses sebelumnya. Hakim yang telah mendapatkan

kelengkapan berkas dan barang bukti akan langsung memutus perkara

tindak pidana ringan atau pelanggaran lalu lintas tersebut dalam satu

berkas yang berisi catatan dari penyidikan hingga penuntutan dan

dilengkapi dengan putusan. Putusan dibacakan hari itu juga dan dicatat

dalam buku register oleh panitera.

9Pasal 207 Undang-Undang nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang …repository.ub.ac.id/3250/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Kekuasaan Kehakiman 1. Tugas dan Wewenang Hakim

6

c. Acara Pemeriksaan Biasa

Untuk acara pemeriksaan biasa, sebenarnya berlaku juga bagi

pemeriksaan singkat dan cepat, kecuali dalam hal-hal tertentu yang

secara tegas dinyatakan lain. Dimulai hakim ketua sidang membuka

sidang dan menyatakan terbuka untuk umum, terkecuali persidangan

yang berkaitan dengan kejahatan kesusilaan kejahatan yang

terdakwanya adalah anak (Pasal 153 ayat (3) KUHAP). Acara

Pemeriksaan Biasa diatur dalam pasal 152 sampai dengan 182 Kitab

Hukum Acara Pidana.

3. Putusan Hakim

Putusan pengadilan hanya dapat dijatuhkan kepada terdakwa apabila

perbuatan atau kesalahanya telah dan dapat di buktikan didalam

persidangan pengadilan. Untuk membuktikan perbuatan terdakwa harus

disertakan minimum dua (2) alat bukti yang sah. apabila alat bukti hanya

satu belum dikatakan alat bukti itu bertujuan agar segala sesuatu yang

berkaitan dengan tegaknya kebenaran serta keadilan dapat terjamin dan

adanya kepastian hukum.10

Dalam Hukum Acara Pidana (KUHAP) dikenal 3 (tiga) macam

putusan hakim pidana yang diatur dalam Pasal 191 hingga Pasal 193

KUHAP. Macam putusan hakim pidana yang diatur dalam KUHAP yaitu :

a. Putusan Bebas (Vrijspraak) Putusan bebas dirumuskan dalam Pasal

191 ayat (1) KUHAP. Putusan bebas adalah sebuah kesalahan

seorang terdakwa atas perbuatan yang didakwakan padanya tidak

10

Bambang Waluyo, Pidana dan Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta, 2004, hlm 89

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang …repository.ub.ac.id/3250/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Kekuasaan Kehakiman 1. Tugas dan Wewenang Hakim

7

tebukti secara sah dan meyakini, maka dari itu terdakwah di putus

bebas.11

Yang dimaksud dengan “segala perbuatan yang

didakwakan kepada terdakwa tidak terbukti secara sah dan

meyakinkan” adalah Menurut hakim tidak cukup terbukti dari

perbuatan yang dilakuka terdakwa serta tidak terpenuhinya

ketentuan batas minimum pembuktian.

b. Putusan lepas dari segala tuntutan hukum(Ontslag van Alle

Rechtsvervolging) ini diatur dalam pasal 191 ayat 2 KUHAP, yang

dimaksud putusan lepas dari segala tuntutan hukum dapat

disebabkan karena Salah satu sebutan hukum pidana yang

didakwakan tidak cocok dengan tindak pidana, serta terdapat

keadaan-keadaan istimewa yang menyebabkan terdakwa tidak

dapat dihukum.

c. Putusan Pemidanaan diatur dalam pasal 193 ayat 1 KUHAP, Jika

Tindak pidana yang di tuduhkan kepada terdakwa dalam proses

pemeriksaan dipersidangan terbukti bahwa terdakwa melakukanya

maka dilakukan penjatuhan pidana yang setimpal dengan hukuman

perbuatan yang dilakukanya. Ukuran pidana yang dijatuhkan

merupakan kewenangan dari judex facti untuk menjatuhkan pidana,

dimana hal tersebut tidak diatur dalam undang-undang dan hanya

ada batasan maksimal pidana yang dapat dijatuhkan, sebagaimana

dalam KUHP atau dalam Undang-Undang tertentu ada batas

minimal.

11

Alfitra, Hapusnya Hak Menuntut dan Menjalankan Pidana, Penebar Sawadaya Grup,

Jakarta, 2012, Hlm 140

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang …repository.ub.ac.id/3250/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Kekuasaan Kehakiman 1. Tugas dan Wewenang Hakim

8

4. Dasar Pertimbangan Hakim

Demi mewujudkan suatu putusan yang mengandung keadilan dan

mengandung kepastian hukum, maka seorang hakim harus

mempertimbangkan segala aspek didalam putusannya. Terdapat teori yang

dapat dipergunakan hakim dalam mempertimbangkan putusannya, yaitu

sebagai berikut: 12

a. Teori Keseimbangan

Maksud dari teori keseimbangan ini adalah seimbangnya antara

syarat-syarat yang ditentukan oleh undang-undang maupun dengan

kepentingan pihak-pihak (kepentingan dari pihak terdakwa maupun

dari korban) yang berkaitan dengan perkara.

b. Teori Pendekatan Seni dan Intuisi

Yang dimaksud dalam teori ini adalah dalam pejatuhan putusan

merupakan kewenangan yang dimiliki oleh hakim. Dalam

menjatuhkan putusan, hakim melakukan penyesuaian untuk

memberikan hukuman yang wajar bagi terdakwa. Dalam

penjatuhan putusan yang menggunakan pendekatan seni dan

intiusi, lebih menitikberatkan kepada insting hakim dibandingkan

dengan pengetahuan dari seorang hakim.

c. Teori Pendekatan Keilmuwan

12

Ahmad Rifai, Penemuan Hukum oleh Hakim, Sinar Grafika.Jakarta, 2010, Hlm 102.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang …repository.ub.ac.id/3250/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Kekuasaan Kehakiman 1. Tugas dan Wewenang Hakim

9

Titik tolak teori ini adalah bahwa dalam proses penjatuhan pidana

dilakukan secara sistematik dan penuh kehati-hatian, khususnya

dalam kaitannya dengan putusan hakim terdahulu sebagai bahan

rujukan hakim serta menjamin konsistensi dari putusan hakim.

d. Teori Pendekatan Pengalaman

Dalam teori ini dilihat dari pengalaman dari seorang hajim dalam

menyelesaikan perkara yang di tangani dengan demikian hakim

mengetahui dampak yang ditimbulkan dari penjatuhan putusan.

Pengalaman dari seorang hakim dalam teori ini merupakan bahan

utama yang dapat membantu dalam menghadapi setiap perkara

pidana.

e. Teori Ratio Decindendi

Dalam teori ini berdasarkan pada filsafat hukum, dengan

mempertimbangkan segala aspek yang berkaitan dengan perkara

selanjutnaya mencari peraturan perundang-undangan yang

berkaitan dengan pokok perkara yang disengketakan sebagai dasar

hukum dalam penjatuhan putusan. Teori ini hakim juga harus

menggunakan hati nuraninya dalam memutuskan putusan sehingga

tercapainya tujuan hukum yakni keadilan

f. Teori Kebijaksanaan

Dalam teori ini menekankan kepada keluarga yakni orangtua,

masyarakat serta pemerintah ikut bertanggung jawab dalam hal

mendidik, membina, bahkan melindungi terdakwa, agar terdakwa

dapat menjadi manusia yang berguna.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang …repository.ub.ac.id/3250/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Kekuasaan Kehakiman 1. Tugas dan Wewenang Hakim

10

Dasar pertimbangan yang di lakukan hakim berdasarkan kesalahan

terdakwa tentunya sebagaimana yang ada dalam dakwaan penuntut

umum, dakwaan hanya dapat dijatuhkan apabila ada kesalahan yang

dibuktikan di sidang pengadilan dan didukung oleh alat bukti minimum

yang sah. Alat bukti minimum itu harus dapat meyakinkan hakim akan

kesalahan terdakwa. Setelah itu, barulah pidana dapat dijatuhkan. Hal itu

sesuai dengan rumusan pasal 183 KUHAP yang menegaskan bahwa

hakim tidak diperbolehkan menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali

terdapat minimum dua alat bukti yang sah berdasarkan KUHAP.

Undang-Undang khusunya KUHAP menghendaki adanya minimum

alat bukti yaitu dua alat bukti yang bisa membuat hakim yakin atas

kesalahan yang dilakukan, dimana termasuk dalam kategori tindak

pidana. Dalam Pasal 184 ayat 1 KUHAP, menyebutkan bahwa alat bukti

yang digunakan meliputi keterangan dari saksi, keterangan ahli, surat,

petunjuk, dan keterangan dari terdakwa, alat bukti ini dipergunakan untuk

semua acara pemeriksaan yang tertuang dalam KUHAP.

Hakim sebelum menjatuhkan putusan, terlebih dahulu harus

mempertimbangkan mengenai salah tidaknya seseorang dengan

pembuktian alat bukti yang ada serta pengetahun dan pemahaman dari

hakim. Ada beberapa jenis-jenis sistem pembuktian menurut KUHAP

Adapun jenis- jenis sistem pembuktian menurut KUHAP adalah:

a. Teori Conviction In Time. Sistem pembuktian ini berdasarkan

keyakinan hakim semata teori tersebut tergantung pada penilaian

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang …repository.ub.ac.id/3250/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Kekuasaan Kehakiman 1. Tugas dan Wewenang Hakim

11

“keyakinan” hakim terhadap bersalah tidaknya perbuatan yang

didakwakan kepada terdakwa.13

b. Teori (Conviction In Raisone). Yang dimaksud dalam teori ini

yakni pembuktian berdasar keyakinan hakim atas alasan yang

logis, Teori tersebut didasarkan pada penilaian keyakinan hakim

sebagai dasar satu-satunya alasan dalam menghukum terdakwa,

namun disini keyakinan tersebut harus disertai dengan

pertimbangan yang logis dan sesuai fakta.14

c. Teori (Positif Wettelijk Bewijstheorie). Pembuktian Berdasarkan

Undang-Undang Positif Teori ini berdasarkan pada bersalah atau

tidaknya terdakwa didasarkan kepada alat-alat bukti yang telah

diatur dalam undang-undang. Teori positif Wettelijk tidak

memerulukan pertimbangan keyakinan hakim. Meskipun hakim

meyakini kesalahan terdakwa, tetapi tidak didukung alat bukti

yang sah menurut KUHAP, sehingga terdakwa patut dibebaskan.15

d. Teori (negative wettelijk), Yakni pembuktian yang didasarkan

pada undang-undang secara negatif. Menurut teori tersebut hakim

hanya diperbolehkan menjatuhkan pidana apabila memenuhi

minimum alat-alat bukti yang sudah di tentukan, serta keyakinan

hakim atas alat bukti yang ada. Teori tersebut tercermin dalam

Pasal 183 KUHAP.

13

Andi Hamzah, 2000, Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia, Ghalia Indonesia,

Jakarta, 2000, hlm 241 14

Munir Fuady, Teori Hukum Pembuktian, Pidana dan Perdata, Bandung, Citra Aditya,

2006, hlm 56 15

Rusli Muhammad, Hukum Acara Pidana Kontemporer, Citra Aditya Bakti, Bandung

2007, Hlm 186

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang …repository.ub.ac.id/3250/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Kekuasaan Kehakiman 1. Tugas dan Wewenang Hakim

12

B. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana

1. Tindak Pidana dan Sanksi Pidana

Istilah tindak pidana berasal dari istilah yang dikenal dalam hukum

pidana belanda yaitu strafbaar feit, yang secara teoritis merupakan kreasi

daripada ahli hukum belanda dan Indonesia hingga saat ini. Menurut

pendapat Moeljanto mengartikan strafbaar feit sebagai perbuatan pidana

yakni perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan dimana

disertai ancaman atau dengan kata lain sanksi yang berupa pemidanaan

bagi barang siapa melanggar larangan tersebut.16

Berbeda dengan pendapat

moeljanto, Wirjono mengemukakan bahwa tindak pidana itu adalah

perbuatan yang pelaku dapat dikenakan Hukum Pidana.17

Jika di uraikan pandangan moeljanto terhadap perbuatan pidana yaitu

dengan memisahkan antara perbuatan dengan orang yang melakukan ini

disebut dengan pandangan dualisme berbeda dengan pendapat Wirjono

yang tidak membedakan antara unsur-unsur mengenai perbuatan dengan

diri orangnya disebut dengan pandangan monisme.18

Setelah mengetahui pengertian tindak pidana, maka dapat diuraikan

unsur-unsur didalamnya. Mengenai masalah unsur tindak pidana ini

menurut Lamintang secara umum dibedakan atas unsur subjektif dan unsur

objektif yakni :19

a. Unsur objektif

16

Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta,

2012 hlm, 67 17

Ibid, hlm 75 18

Ibid, hlm 19

Teguh Prasetya, Hukum Pidana, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2011 hlm 50

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang …repository.ub.ac.id/3250/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Kekuasaan Kehakiman 1. Tugas dan Wewenang Hakim

13

Unsur ini merupakan unsur yang ada diluar diri terdakwa. Unsur

ini ada hubungan nya dengan keadaaan yaitu dalam keadaaan

dimana tindakan pelaku harus dilakukan yakni sifat melawan

hukum, kualitas dari si pelaku serta Kausalitas

b. Unsur Subjektif

Adalah unsur yang ada dalam diri terdakwa, termasuk yang ada

didalamnya yakni segala hal yang terdapat dalam hatinya.

Salah satu unsur utama tindak pidana yang bersifat objektif adalah

sifat melawan hukum, dalam bahasa belanda melawan hukum itu adalah

wedrrechtelijk (weder artinya bertentangan dengan, melawan, recht artinya

hukum). Berdasarkan paham sifat melawan hukum doktrin ini

membedakan perbuatan melawan hukum atas :20

1. Sifat melawan hukum formil yaitu suatu perbuatan melawan

hukum apabila perbuatan tersebut sudah diatur dalam Undang-

Undang jadi sandaranya adalah hukum tertulis yang di kaitkan

dalam asas legalitas yang pada pasal 1 ayat 1 KUHP yang

menyebutkan bahwa “tiada suatu perbuatan dapat di pidana

kecuali atas kekuatan aturan pidana dalam perundang-undangan

yang telah ada”

2. Sedangkan Sifat melawan hukum materil yaitu suatu perbuatan

itu bersifat melawan hukum, menurut ajaran ini melawan hukum

sama dengan melawan atau bertentangan dengan undang-undang

(hukum tertulis). Dalam sifat melawan hukum yang materiil itu

20

A. Fuad Usfa, Pengantar Hukum Pidana, UMM Press, Malang, 2006 hlm 48

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang …repository.ub.ac.id/3250/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Kekuasaan Kehakiman 1. Tugas dan Wewenang Hakim

14

perlu dibedakan yakni pertama sifat melawan hukum materil

dalam fungsinya yang negatif dengan meniadakan sifat melawan

hukumnya perbuatan. Yang kedua sifat melawan hukum materil

dalam fungsinya yang positif bahwa sekalipun suatu perbutan

tidak dilarang oleh Undang-undang tetapi masyarakat menanggap

bahwa itu bertentangan dengan nilai yang ada. maka perbuatan

tersebut dianggap sebagai perbuatan pidana.

Selain sifat melawan hukum dalam unsur tindak pidana, bahwa salah

satu unsur tindak pidana sebagai syarat untuk pengenaan pidana adalah

adanya perbuatan manusia yang memenuhi rumusan tindak pidana dalam

Undang-undang. Persyaratan ini merupakan kosekuensi logis dari

dianutnya asas legalitas dalam hukum pidana. Untuk perumusan norma

tentang tindak pidana dalam rumusan Undang-Undang (tindak pidana)

dalam hukum pidana biasanya di lakukan dengan tiga cara yakni :21

a) Penempatan norma dan sanksi sekaligus dalam satu pasal. Cara ini

dilakukan dalam Buku II dan III KUHP kecuali pasal 112 sub 2

KUHP

b) Penempatan terpisah, artinya norma hukum dan sanksi pidana

ditempatkan dalam pasal atau ayat yang terpisah. Cara ini diikuti

dalam peraturan pidana di luar KUHP.

c) sanksi pidana telah dicantumkan terlebih dahulu, sedangkan

normanya belum ditentukan.

21

Ibid, hlm49

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang …repository.ub.ac.id/3250/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Kekuasaan Kehakiman 1. Tugas dan Wewenang Hakim

15

Ketika perbuatan seseorang memenuhi unsur tindak pidana dalam

peraturan perundang-undangan dan dapat dibuktikan maka dilakukan

Penjatuhan sanksi pidana, sanksi pidana diartikan pengenaan suatu

derita kepada seorang yang terbukti melakukan tindak pidana atau

perbuatan pidana melalui suatu rangkaian proses peradilan oleh

kekuasaan atau hukum yang secara khusus diberikan untuk hal itu

sanksi pidana adalah hukuman sebab akibat, sebab adalah kasusnya

dan akibat adalah hukumnya. Sanksi pidana merupakan suatu jenis

sanksi yang bersifat nestapa yang diancamkan atau dikenakan terhadap

perbuatan atau pelaku perbuatan pidana atau tindak pidana yang dapat

mengganggu atau membahayakan kepentigan hukum.22

Salah satu sumber utama hukum pidana adalah KUHP sebagai

induk telah menguraikan jenis pidana, yang dirumuskan pada pasal 10

KUHP. Menurut KUHP, pidana dibagi dalam dua kelompok, antara

pidana pokok dengan pidana tambahan.23

Pidana Pokok terdiri dari :

a. Pidana mati

Berdasarkan pasal 69, pidana mati adalah pidana yang terberat, yang

pelaksanaanya berupa perampasan hak hidup bagi manusia. Pidana

mati hanya diancam untuk kejahatan yang jumlahnya sangat terbatas.

Seperti kejahatan yang mengancam keamanan negara, kejahatan-

kejahatan pembunuhan terhadap orang tertentu dan atau di lakukan

dengan faktor pemberat, kejahatan terhadap harta benda yang disertai

22

Mahrus Ali, 2011, Dasar-Dasar Hukum Pidana, Sinar Grafika, Jakarta. 23

Ibid, hlm 25

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang …repository.ub.ac.id/3250/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Kekuasaan Kehakiman 1. Tugas dan Wewenang Hakim

16

unsur atau faktor yang sangta memberatkan, kejahatan pembajakan

laut, sungai, dan pantai.24

b. Pidana penjara

Pidana penjara dari sifatnya merupakan menghilangkan dan atau

membatasi kemerdekaan bergerak, dalam arti menempatkan

terpidana dalam suatu tempat (lembaga permasyarakatan) dimana

terpidana tidak bebas untuk keluar masuk, dan didalamnya wajib

tunduk.25

Dalam pasal 12 KUHP mengatur terkait hukuman penjara

yang berbunyi :

a) Pidana penjara merupakan pidana seumur hidup atau

sementara.

b) Lamanya pidana penjara sementara itu sekurang-kurangnya

satu hari dan paling lama lima belas tahun berturut-turut.

c) Pidana penjara selama waktu tertentu boleh dijatuhkan

selama-lamanya untuk dua puluh tahun berturut-turut dalam

hal kejahatan yang pidananya hakim boleh memilih sendiri

antara pidana mati, atau pidana penjara seumur hidup dan

penjara sementara begitu juga dalam hal batas 15 tahun itu

dilampaui, sebab tambahan pidana karena ada perbarengan,

pengulangan.

d) Pidana penjara selama waktu tertentu tidak boleh lebih dari

dua puluh tahun.

c. Pidana kurungan

24

Adami Chazawi, Op.cit, hlm 31 25

Ibid, hlm 32

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang …repository.ub.ac.id/3250/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Kekuasaan Kehakiman 1. Tugas dan Wewenang Hakim

17

Tekait hukuman kurungan ini telah diatur dalam Pasal 18 KUHP,

yang mengatur:

a) Lamanya pidana kurungan sekurang-kurangnya satu hari dan

selama-lamanya satu tahun.

b) Pidana itu boleh dijatuhkan paling lama satu tahun empat bulan

jika adanya perbarengan ataupun pengulangan.

c) Pidana kurungan tidak boleh melebihi dari satu tahun empat

bulan.

Dalam beberapa hal pidana kurungan sama dengan pidana penjara,

dasar yang membedakan adalah pidana kurungan lebih ringan di

bandingkan dengan pidana penjara.26

d. Pidana denda

Pidana denda diancamkan pada banyak jenis pelanggaran baik

sebagai alternatif dari pidana kurungan maupun berdiri sendiri.27

mengatakan, didalam KUHP ataupun undang-undang yang lainnya,

ditarik kesimpulan posisi dari hukuman denda sebagai berikut:

1. Pidana denda adalah hukuman utama dengan tidak jatuhkan

jenis pidana lain.

2. Pidana denda adalah hukuman alternatif, dimana pidana

utamanya merupakan pidana kurungan.

3. Pidana denda juga merupakan jenis pidana alternatif dari

pidana penjara.

26

Ibid, hlm 38 27

Ibid, hlm 40

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang …repository.ub.ac.id/3250/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Kekuasaan Kehakiman 1. Tugas dan Wewenang Hakim

18

4. Denda itu dijatuhkan berbarengan dengan pidana penjara.28

Sedangkan Pidana Tambahan terdiri dari :

1. Pidana Pencabutan hak-hak tertentu.

Pidana ini meliputi pencabutan beberapa hak tertentu, misalnya

hak memegang jabatan dan pencabutan hak lainnya.

2. Pidana perampasan barang-barang tertentu.

Pidana ini merupakan pemidahan kekuasaan atas barang untuk

keperluan proses pemeriksaan. Pengertian dari perampasan

barang ini tertuang pula dalam KUHAP pasal 1 ayat 16.

3. Pidana pengumuman keputusan hakim.

Selain ketentuan Pasal 195 KUHAP yang mengharuskan agar

setiap putusan dibacakan dalam situasi sidang yang terbuka

untuk umum. Bila tidak putusan itu batal demi hukum. Pidana

pengumuman putusan hakim ini merupakan suatu publikasi

ekstra dari suatu putusan pemidanaan seseorang dari pengadilan

pidana.29

Selain di dalam KUHP di luar KUHP juga banyak termuat sanksi

pidana yang dapat di temui di dalam Peraturan Daerah, Dalam Peraturan

Badan Pembinaan Keamanan Kepolisian Republik Indonesia Nomer 13

Tahun 2009 Tentang Penanganan Tindak Pidana Ringan (Tipiring),

diuraikan jenis pelanggaran yang termasuk dalam pelanggaran tindak

pidana ringan baik yang diatur dalam KUHP, Non KUHP dan Peraturan

28

Waluyadi, Hukum Pidana Indonesia, Djambatan, Jakarta, 2003, hlm 202 29

Adami Chazawi, Op.cit, hlm 54

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang …repository.ub.ac.id/3250/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Kekuasaan Kehakiman 1. Tugas dan Wewenang Hakim

19

Daerah, sehingga Peraturan Daerah yang memuat sanksi pidana di

kategorikan tindak pidana ringan dasar pembuatan peraturan tersebut

Pasal 205 ayat (1) KUHAP telah di jelaskan bahwa perkara yang di

periksa menurut acara pemeriksaan ringan diancam dengan pidana

kurungan dan denda.30

2. Tindak Pidana Kesusilaan

Menurut kamus besar bahasa indonesia, kata susila” memiliki arti

sebagai beikut :

a. Baik budi bahasanya, berada, sopan, tertib

b. Adat istiadat yang baik sopan santun kesopanan keadaan

c. Pengetahuan tentang adat

Kata susila” dalam bahasa inggris adalah moral, ethics, decent,

kata-kata tersebut biasa diterjemahkan berbeda. Kata moral diterjemahkan

dengan moril. Kesopanan sedang ethics diterjemahkan dengan kesusilaan

dan decent diterjemahkan dengan kepatuhan.31

Dengan demikian maka “kesusilaan” adalah tindakan yang

berkenaan dengan moral yang terdapat pada setiap diri manusia, makna

tersebut disimpulkan bahwa pengertian delik kesusilaan adalah perbuatan

yang melanggar hukum, dimana perbuatan tersebut menyangkut etika yang

30

Undang-Undang nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, Pasal 205 ayat 1

menyebutkan bahwa Yang diperiksa menurut acara pemeriksaan tindak pidana ringan

ialah perkara yang diancam dengan pidana penjara atau kurungan paling lama tiga bulan dan

atau denda sebanyak-banyaknya tujuh ribu lima ratus rupiah dan penghinaan ringan. 31

Leden Marpaung, Kejahatan Terhadap Kesusilaan dan Masalah Prevensinya, Sinar

Grafika, Jakarta 2008 hlm 2

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang …repository.ub.ac.id/3250/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Kekuasaan Kehakiman 1. Tugas dan Wewenang Hakim

20

ada dalam diri manusia yang telah diatur dalam perundang-undangan.32

Menurut Sudrajat Bassar, kesusilaan adalah mengenai adat kebiasaan yang

lebih baik dalam perhubungan antara berbagai anggota masyarakat, tetapi

khusus yang sedikit banyak mengenai kelamin (seks) seorang manusia.33

Sedangkan menurut Loebby Loqman, membagi delik kesusilaan

menjadi dua bagian yaitu delik kesusilaan dalam arti sempit dan delik

kesusilaan dalam arti luas. Delik kesuilaan dalam arti sempit yaitu

perbuatan yang berhubungan dengan seks yang sudah merupakan istilah

sosiologis artinya masyarakat telah mengenal kesusilaan perbuatan yang

berhubungan dengan seks. Sedangkan kesusilaan dalam arti luas tidak

hanya meliputi kesusilaan dalam arti sempit, tetapi juga perbuatan-

perbuatan yang tidak ada hubungnya dengan seks.34

3. Tindak Pidana Ringan

Definisi mengenai tindak pidana ringan akan sangat sulit ditemuan

dalam KUHP. Definisi tersebut dapat ditemukan dalam KUHAP sebagai

ketentuan hukum pidana formal dari KUHP. Pasal 205 ayat (1) KUHAP

mengatur mengenai ketentuan pemeriksaan acara cepat yang menyatakan

bahwa:

“Yang di periksa menurut acara pemeriksaan cepat ialah perkara

dengan ancaman pidana penjara paling lama 3 bulan atau denda sebanyak-

banyaknya Rp 7.500,00 dan umumnya kasus penghinaan, dengan

pegecualian seperti yang ditentukan paragaf dua bagian ini.”

32

Abd. Kadir, Tinjauan Kriminlogis terhadap tindak pidana incest dnegan korban anak,

Universitas Hasanuddin Makassar, skripsi, 2012 hlm, 27 33

Sudrajat Bassar, Tindak-Tindak Pidana Tertentu didalam KUHP, CV Remaja Kaerya,

Bandung, cet 2, 1986, hlm 161 34

Loebby Luqman, Delik Kesusilaan, Makalah Lokakarya BPHN 1995

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang …repository.ub.ac.id/3250/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Kekuasaan Kehakiman 1. Tugas dan Wewenang Hakim

21

Proses pemeriksaan tipiring pada dasarnya sangat sederhana karena

menggunakan pemeriksaan acara cepat. Setelah pelaku ditangkap oleh

pihak kepolisian maka langsung dibuat berita acara pemeriksaan oleh

penyidik, kemudian berita acara tindak pidana ringan yang sudah dibuat

diajukan ke pengadilan untuk disidangkan tanpa melalui kejaksaan,

kemudian pengadilan melaksanakan sidang dan memberi putusan.35

untuk

acara pemeriksaan tindak pidana ringan juga berlaku ketentuan-ketentuan

lainnya dalam KUHAP, sepanjang tidak diatur secara khusus.

4. Teori Pemidanaan

Tujuan Pemidanaan ini menurut Lamintang, pada dasarnya terdapat

pilar pemikiran tentang tujuann yang ingin dicapai yakni agar membenahi

menjadi lebih baik dari pribadi penjahat, agar penjahat jera untuk

melakukan kejahatan, serta untuk membuat penjahat tertentu tidak mampu

melakukan kejahatan-kejahatan yang lain yakni penjahat yang dengan cara

yang sudah tidak dapat di perbaiki.36

Dari konsep pemikiran di atas,

muncul teori pemidanaan yang dikelompokkan ke dalam tiga golongan

besar yaitu :

1) Teori absolut

Tindakan pembalasan di dalam penjatuhan pidana mempunyai dua arah

yaitu :

1. Ditujukan pada penjahatnya (sudut subjektif dari

pembalasan);

35 M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP (Pemeriksaan

Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali). Sinar Grafika. Jakarta, 2010,

hlm 432 36

P.A.F. LAMINTANG, Hukum Penitensier Indonesia, Armico, Bandung, 1994, hlm 49

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang …repository.ub.ac.id/3250/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Kekuasaan Kehakiman 1. Tugas dan Wewenang Hakim

22

2. Ditujukan untuk memenuhi kepuasan dari perasaan dendam

di kalangan masyarakat (sudut objektif dari pembalasan).37

Teori ini bertujuan untuk memuaskan pihak yang dendam baik

masyarakat sendiri maupun pihak yang dirugikan atau menjadi korban.

Pendekatan teori absolut meletakkan gagasannya tentang hak untuk

menjatuhkan pidana yang keras, dengan alasan karena seseorang

bertanggung jawab atas perbuatannya.38

Menurut Johannes Andenaes

tujuan dari pidana menurut teori absolut ialah untuk memuaskan tuntutan

keadilan (to satisfy the claims of justice), sedangkan pengaruh-

pengaruhnya yang menguntungkan adalah sekunder.39

2) Relatif atau Teori Tujuan.

Teori relatif atau teori tujuan, merupakan dasar pemberian

pemidanaan untuk menegakkan tata tertib (hukum) dalam masyarakat.

Teori ini berbeda dengan teori absolut, pada teori ini penjatuhan pidana

mempunyai tujuan yaitu sebagai cara agar masyarakat takut untuk

melakukan kejahatan dan untuk pelaku kejahtan untuk tidak mengulangi

kembali perbautanya. Menurut van Hamel tujuan pidana itu

mempertahankan ketertiban masyarakat selain itu tujuan pidana juga untuk

menakut-nakuti, memperbaiki dan kejahatannya itu harus dibinasakan.40

Sedangkan menurut Muladi tentang teori ini bahwa pemidanaan bukan

sebagai pembalasan atas kesalahan pelaku tetapi sarana mencapai tujuan

37

Adami Chazawi, Op.cit, hlm 157 38

Mahrus Ali, Op.Cit,. hlm 187. 39

Muhammad Taufik Makarao, Pembaharuan Hukum Pidana, Kreasi Wacana. Yogyakarta.

2005. Hlm 39 40

Yesmil Anwar dan Adang, Pembaharuan Hukum Pidana (Reformasi Hukum Pidana),

PT Gransindo, Jakarta, 2008, hlm 133

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang …repository.ub.ac.id/3250/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Kekuasaan Kehakiman 1. Tugas dan Wewenang Hakim

23

yang bermanfaat untuk melindungi masyarakat menuju kesejahteraan

masyarakat. Sanksi ditekankan pada tujuannya, yakni untuk mencegah

agar orang tidak melakukan kejahatan, maka bukan bertujuan untuk

pemuasan absolut atas keadilan. 41

3) Teori Gabungan

Teori ini mendasarkan pidana pada asas pembalasan dan asas

pertahanan tata tertib masyarakat dengan kata lain dua alasan ini menjadi

dasar dari penjatuhan pidana. Secara teoritis, teori gabungan berusaha

untuk menggabungkan pemikiran yang terdapat di dalam teori absolut dan

teori relatif. Disamping mengakui bahwa penjatuhan sanksi pidana

diadakan untuk membalas perbuatan pelaku, juga dimaksudkan agar

pelaku dapat diperbaiki sehingga bisa kembali ke masyarakat.42

Munculnya teori gabungan pada dasarya penjatuhan suatu pidana

kepada seseorang tidak hanya berorientasi pada upaya untuk membalas

tindakan orang itu, tetapi juga agar ada upaya untuk mendidik atau

memperbaiki orang itu sehingga tidak melakukan kejahatan lagi yang

merugikan masyarakat.43

C. Tinjauan Umum Tentang Eksploitasi Seksual Komersial

1. Pengertian Eksploitasi seksual Komersial

Eksploitasi Seksual Komersial merupakan tindakan eksploitasi

terhadap orang (dewasa dan anak, perempuan dan laki-laki) untuk tujuan

seksual dengan imbalan tunai atau dalam bentuk lain antara orang, pembeli

41

Zainal Abidin Farid, Hukum Pidana 1, Sinar Grafika, Jakarta,, 2007, hlm. 11. 42

Mahrus Ali, Op.Cit, hlm 192 43

Adami Chazawi, Op.Cit, hlm 166.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang …repository.ub.ac.id/3250/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Kekuasaan Kehakiman 1. Tugas dan Wewenang Hakim

24

jasa seks, perantara atau agen, dan pihak lain yang memperoleh

keuntungan dari perdagangan seksualitas orang tersebut.44

Ketentuan

Peraturan Daerah Kota Surakarta ( yang selanjutnya disebut dengan Perda)

Nomor 3 Tahun 2006 tentang Penanggulangan Eksploitasi Seksual

ditujukan kepada semua elemen yang berhubungan dengan eksploitasi

seksual komersial elemen tersebut meliputi dari Mucikari atau germo,

PSK, maupun pengguna jasa PSK, PSK yang diatur di dalam Perda

tersebut.

Definisi Pekerja Seks Komersial tidak diuraikan di dalam Perda nomor

3 Tahun 2006 tentang penanggulangan eksploitasi seksual komersial,

menurut pendapat kartono PSK merupakan penjualan jasa seksual dengan

jalan memperjual belikan badan, kehormatan dan kepribadian kepada

banyak orang untuk memuaskan nafsu-nafsu seks dengan imbalan

pembayaran.45

2. Pengertian Pengguna Jasa Pekerja Seks Komersial

Pengguna Jasa PSK itu sendiri sama halnya dengan PSK, pengguna

jasa PSK ini tidak diuraikan jelas dalam Peraturan Daerah Kota Surakarta.

Jika di tinjau dari Kamus Besar Bahasa Indonesia Pengguna jasa diartikan

sebagai orang yang menggunakan pelayanan diperlukan orang lain atau

dengan kata lain servis.46

Larangan terhadap pengguna jasa PSK ini

dirumuskan juga dalam Perda ini yakni setiap orang dilarang menjadi

44

Pasal 1 ayat 23Peraturan Daerah Nomer 3 Tahun 2006 Tentang Penanggulangan

Ekspolitasi Seksual Komersial.

`45

Kartini Kortono, Psikologi umum, Mandar Maju , Bandung, 1996. 46

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia , Balai

Pustaka, Jakarta, 2005,

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang …repository.ub.ac.id/3250/3/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Kekuasaan Kehakiman 1. Tugas dan Wewenang Hakim

25

pengirim, penerima, perantara, dan atau pembeli jasa dalam kegiatan

dimaksud ayat 1 dan 2.47

Di dalam Perda tersebut pula, mengatur secara jelas pasal-pasal

terkait bagaimana penanggulangan bahkan pecegahan terhadap kegiatan

seksual komersial di Kota Surakarta serta mengatur sanksi yang dapat

dikenakan kepada para pelaku kegiatan eksploitasi seksual komersial

khusunya pengguna jasa PSK. Peraturan daerah secara substantif, sudah

mencakup keseluruhan kebutuhan yang diperlukan dalam rangka

mengurangi tingkat kegiatan seksual komersial di Kota Surakarta,

kemudian yang berkaitan dengan pengenaan sanksi pidanannya di atur

dalam Perda Nomor 3 Tahun 2006 tentang penanggulangan eksploitasi

seksual komersial, ancaman hukuman bagi para PSK, pengguna jasa PSK

serta orang-orang yang terlibat di dalamnya ini diatur pada Pasal 31

sampai dengan pasal 35 Perda nomor 3 Tahun 2006 yang diancam dengan

pidana yaitu kurungan selama-lamanya 3 bulan dan/atau denda sebanyak-

banyaknya Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

47

Terurai dalam pasal 4, Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomer 3 Tahun 2006 tentang

penanggulangan eksploitasi seksual komersial.