cimolex.files.wordpress.com file · web view... inkuiri dan diskusi.dalam makalah ini akan membahas...
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak manusia lahir ke dunia manusia memiliki dorongan untuk
menemukan sendiri pengetahuan. Rasa ingin tahu tentang keadaan alam di
sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak lahir. Pengetahuan yang
dimiliki oleh manusia akan bermakna manakala didasari oleh keingintahuan
itu. Karena dari rasa ingin tahu itulah lahirnya ilmu pengetahuan.
Dunia pendidikan adalah salah satu sarana untuk menggali ilmu
pengetahuan. Dalam menggali ilmu pengetahuan tersebut maka dilaksanakan
proses belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar seorang guru perlu
memperhatikan pola pembelajaran yang digunakan. Diantara pola
pembelajaran yang dapat diterapkan adalah pola pembelajaran inkuiri dan
diskusi.Dalam makalah ini akan membahas gambaran tentang pola
pembelajaran inkuiri dan diskusi.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Memenuhi tugas pembelajaran sejarah kebudayaan islam
2. Mengetahui pola pembelajaran inkuiri dan diskusi
3. Mengetahui kelemahan dan kelebihan pola pembelajaran inkuiri dan
diskusi
4. Mengetahui penerapan pola pembelajaran inkuri dalam proses
pembelajaran
C. Manfaat Penulisan
Memberikan wawasan dan pengetahuan kepada calon guru tentang
penerapan pola pembelajaran inkuiri dan diskusi
BAB II
PEMBAHASAN
1. Strategi Pembelajaran Inkuiri
a. Konsep Dasar SPI
Strategi pembelajaran inkuiri (SPI) adalah rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dana
analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah
yang dipertanyakan. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan
strategi heuristic, yang berasal dari bahasa yunani, yaitu heuriskein yang
berarti saya menemukan.
SPI timbul dari asumsi bahwa sejak manusia lahir ke dunia,
manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya.
Rasa ingin tahu tentang keadaan alam disekelilingnya merupakan kodrat
manusia sejak lahir ke dunia. Pengetahuan yang dimiliki manusia akan
bermakna (meaningfull) manakala didasari oleh keingintahuan itu. Dalam
rangka itulah strategi inkuiri dikembangkan.
Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran
inkuiri. Pertama, strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa
secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya strategi inkuiri
menempatkan siswa sebagai subjek belajar, siswa tidak hanya berperan
sebagai penerima pelajaran melelui penjelasaan secara verbal, tetapi juga
berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.
Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari
dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan,
sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief).
Dengan demikian, strategi pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan
sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator siswa.
Ketiga, tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri
adalah mengembangkan kemempuan berfikir secara sistematis, logis, dan
1
kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari
proses mental. Dengan demikian dalam strategi pembelajaran inkuiri siswa
tak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana
mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.
SPI merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang
berorientasi kepada siswa (student centered approach), karena dalam
strategi ini siswa memegang peranan yang sangat dominan dalam proses
pembelajaran.
Strategi pembelajaran inkuiri akan efektif manakala:
1) Guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari
suatu permasalahan yang ingin dipecahkan.
2) Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan tida berbentuk fakta atau
konsep yang sudah jadi, akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu
pembuktian.
3) Jika proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap
sesuatu.
4) Jika jumlah siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa
dikendalikan oleh guru.
5) Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan
yang berpusat pada siswa.
b. Prinsip-prinsip Penggunaan SPI
SPI merupakan strategi yang menkankan kepada pengembangan
intelektual anak. Dalam sistem ini terdapat beberapa prinsip yang harus
diperhatikan oleh setiap guru. Prinsip tersebut adalah:
1) Berorientasi Pada Pengembangan Intelektual
Tujuan utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan
kemampuan berfikir. Dengan demikian, strategi pembelajaran ini
selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses
belajar. Karena itu, kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran
dengan menggunakan strategi inkuiri bukan ditentukan oleh sejauh
2
mana siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana
siswa beraktifitas mencari dan menemukan sesuatu. Makna dari
sesuatu yang harus ditemukan oleh siswa melalui proses berfikir
adalah sesuatu yang dapat ditemukan, bukan sesuatu yang tidak pasti,
oleh sebab itu setiap gagasan yang harus dikembangkan adalah
gagasan yang dapat ditentukan.
2) Prinsip Interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi,
baik interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru,
bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran
sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai
sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur
interaksi itu sendiri. Guru perlu mengarahkan agar siswa bisa
mengembangkan kemampuan berfikirnya melalui interaksi mereka.
3) Prinsip Bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan SPI
adalah guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan siswa untuk
menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian
dari proses berfikir. Oleh sebab itu, kemampuan guru untuk bertanya
dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan. Berbagai jenis dan
tekhnik bertanya perlu dikuasai oleh setiap guru, apakah itu bertanya
perlu dikuasai oleh setiap guru, apakah itu bertanya hanya sekedar
untuk meminta perhatian siswa, bertanya untuk melacak, bertanya
untuk mengembangkan kemampuan, atau bertanya untuk menguji.
4) Prinsip Belajar untuk Berfikir
Belajar bukan hanya mengingat fakta, akan tetapi belajar
adalah proses berfikir, yakni proses mengembangkan potensi seluruh
otak, baik otak kiri, maupun otak kanan. Pembelajaran berfikir adalah
pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.
3
5) Prinsip Keterbukaan
Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan
segala sesuatu mungkin saja terjadi. Oleh sebab itu, anak perlu
diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan
kemampuan logika dan nalarnya. Pembelajaran yang bermakna adalah
pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai
hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya.
c. Langkah Pelaksanaan SPI
Secara umum langkah-langkah dari proses pembelajaran dengan
menggunakan SPI adalah sebagai berikut:
1. Orientasi
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi adalah:
a) Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan oleh
siswa.
b) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh
siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahp ini dijelaskan langkah-
langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah
merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan.
c) Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini
dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.
2. Merumuskan Masalah
Merusmuskan masalah merupakan langkah membawa siswa
pada suatu persoalan yang menantang siswa untuk berfikir
memecahkan teka-teki ini dalam rumusan masalah yang ingin dikaji
disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong
untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itu itulah
yang sangat penting dalam strategi inkuiri, oleh karena itu melalui
proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat
berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses
berfikir.
4
3. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu dari suatu
permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara,
hipotesis perlu diuji kebenarannya. Kemampuan atau potensi individu
untuk berfikir pada dasarnya sudah dimiliki sejak individu itu lahir.
Potensi berfikir itu dimulai dari kemampuan setiap individu untuk
menebak atau mengira-ngira dari suatu permasalahan. Manakala
individu dapat membuktikan tebakannya maka ia akan sampai pada
posisi yang bisa mendorong untuk berfikir lebih lanjut.
4. Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang
dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam strategi
pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental
yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses
pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam
belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan
menggunakan potensi berfikirnya.
5. Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang
dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh
berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji
hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang
diberikan.
6. Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan
temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Merumuskan kesimpulan merupakan gong-nya dalam proses
pembelajaran.
5
Pendekatan inkuiri terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan besarnya
intervensi guru terhadap siswa atau besarnya bimbingan yang diberikan oleh guru
kepada siswanya. Ketiga jenis pendekatan inkuiri tersebut adalah:
a. Inkuiri Terbimbing (guided inquiry approach)
Pendekatan inkuiri terbimbing yaitu pendekatan inkuiri dimana
guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan
awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif
dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya.
Pendekatan inkuiri terbimbing ini digunakan bagi siswa yang kurang
berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Dengan pendekatan ini
siswa belajar lebih beorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru
hingga siswa dapat memahami konsep-konsep pelajaran. Pada pendekatan
ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk
diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar
mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara
mandiri.
Pada dasarnya siswa selama proses belajar berlangsung akan
memperoleh pedoman sesuai dengan yang diperlukan. Pada tahap awal,
guru banyak memberikan bimbingan, kemudian pada tahap-tahap
berikutnya, bimbingan tersebut dikurangi, sehingga siswa mampu
melakukan proses inkuiri secara mandiri. Bimbingan yang diberikan dapat
berupa pertanyaan-pertanyaan dan diskusi multi arah yang dapat
menggiring siswa agar dapat memahami konsep pelajaran matematika. Di
samping itu, bimbingan dapat pula diberikan melalui lembar kerja siswa
yang terstruktur. Selama berlangsungnya proses belajar guru harus
memantau kelompok diskusi siswa, sehingga guru dapat mengetahui dan
memberikan petunjuk-petunjuk dan scafolding yang diperlukan oleh
siswa.
6
b. Inkuiri Bebas (free inquiry approach).
Pada umumnya pendekatan ini digunakan bagi siswa yang telah
berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Karena dalam
pendekatan inkuiri bebas ini menempatkan siswa seolah-olah bekerja
seperti seorang ilmuwan. Siswa diberi kebebasan menentukan
permasalahan untuk diselidiki, menemukan dan menyelesaikan masalah
secara mandiri, merancang prosedur atau langkah-langkah yang
diperlukan.
Selama proses ini, bimbingan dari guru sangat sedikit diberikan
atau bahkan tidak diberikan sama sekali. Salah satu keuntungan belajar
dengan metode ini adalah adanya kemungkinan siswa dalam memecahkan
masalah open ended dan mempunyai alternatif pemecahan masalah lebih
dari satu cara, karena tergantung bagaimana cara mereka mengkonstruksi
jawabannya sendiri. Selain itu, ada kemungkinan siswa menemukan cara
dan solusi yang baru atau belum pernah ditemukan oleh orang lain dari
masalah yang diselidiki.
Sedangkan belajar dengan metode ini mempunyai beberapa
kelemahan, antara lain: 1) waktu yang diperlukan untuk menemukan
sesuatu relatif lama sehingga melebihi waktu yang sudah ditetapkan dalam
kurikulum, 2) karena diberi kebebasan untuk menentukan sendiri
permasalahan yang diselidiki, ada kemungkinan topik yang diplih oleh
siswa di luar konteks yang ada dalam kurikulum, 3) ada kemungkinan
setiap kelompok atau individual mempunyai topik berbeda, sehingga guru
akan membutuhkan waktu yang lama untuk memeriksa hasil yang
diperoleh siswa, 4) karena topik yang diselidiki antara kelompok atau
individual berbeda, ada kemungkinan kelompok atau individual lainnya
kurang memahami topik yang diselidiki oleh kelompok atau individual
tertentu, sehingga diskusi tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan.
7
c. Inkuiri Bebas yang Dimodifikasikan ( modified free inquiry approach)
Pendekatan ini merupakan kolaborasi atau modifikasi dari dua
pendekatan inkuiri sebelumnya, yaitu: pendekatan inkuiri terbimbing dan
pendekatan inkuiri bebas. Meskipun begitu permasalahan yang akan
dijadikan topik untuk diselidiki tetap diberikan atau mempedomani acuan
kurikulum yang telah ada. Artinya, dalam pendekatan ini siswa tidak dapat
memilih atau menentukan masalah untuk diselidiki secara sendiri, namun
siswa yang belajar dengan pendekatan ini menerima masalah dari gurunya
untuk dipecahkan dan tetap memperoleh bimbingan. Namun bimbingan
yang diberikan lebih sedikit dari Inkuiri terbimbing dan tidak terstruktur.
Dalam pendekatan inkuiri jenis ini guru membatasi memberi
bimbingan, agar siswa berupaya terlebih dahulu secara mandiri, dengan
harapan agar siswa dapat menemukan sendiri penyelesaiannya. Namun,
apabila ada siswa yang tidak dapat menyelesaikan permasalahannya, maka
bimbingan dapat diberikan secara tidak langsung dengan memberikan
contoh-contoh yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi, atau
melalui diskusi dengan siswa dalam kelompok lain.
d. Kesulitan-kesulitan Implementasi SPI
SPI merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dianggap
baru khususnya di Indonesia. Sebagai suatu strategi baru, dalam
penerapannya terdapat beberapa kesulitan, antara lain:
1) Selama ini guru sudah terbiasa dengan pola pembelajaran sebagai
prosesmenyampaikan informasi yang lebih menekankan kepada hasil
belajar, banyak yang merasa keberatan untuk mengubah pola
mengajarnya.
2) Adanya budaya yang menganggap bahwa belajar pada dasarnya adalah
menerima materi pelajaran dari guru, dengan demikian siswa
menganggap bahwa guru adalah sumber belajar yang utama.
3) Berhubungan dengan sistem pendidikan kita yang tidak konsisten.
8
e. Keunggulan dan Kelemahan SPI
1. Keunggulan
a) SPI merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada
pengembangan sapek kognitif, afektif, psikomotor secara
seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap
lebih bermakna.
b) SPI dapat membberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai
dengan gaya belajar mereka.
c) SPI dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar
modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan
tingkah laku berkat adanya pengalaman.
d) SPI dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kempampua
diatas rata-rata.
2. Kelemahan
a) Jika SPI digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka akan
sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
b) Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena
itu terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
c) Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya memerlukan
waktu yang panjang sehingga guru sulit menyesuaikan dengan
waktu yang telah ditentukannya.
2. Pembelajaran Pola Diskusi
a. Diskusi Sebagai Metode Pembelajaran
Diskusi sebagai metode pembelajaran adalah proses pelibatan dua
orang peserta atau lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan
atau saling mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah sehingga
didapatkan kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran yang menggunakan
metode diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif. Manakala
salah satu diantara siswa berbicara, maka siswa-siswa lain yang menjadi
bagian dari kelompoknya aktif mendengarkan. Siapa yang berbicara
terlebih dahulu dan begitu pula yang menanggapi, tidak harus diatur
9
terlebih dahulu. Dalam berdiskusi, seringkali siswa saling menanggapi
jawaban temannya atau berkomentar terhadap jawaban yang diajukan siswa
lain. Demikian pula mereka kadang-kadang mengundang anggota
kelompok lain untuk bicara, sebagai nara sumber. Dalam penentuan
pimpinan diskusi, anggota kelompok dapat menetapkan pemimpin diskusi
mereka sendiri. Sehingga melalui metode diskusi, keaktifan siswa sangat
tinggi.
b. Beberapa Jenis Diskusi
1) Diskusi Kelompok Besar (Whole Group Discussion.
Jenis diskusi kelompok besar dilakukan dengan memandang
kelas sebagai satu kelompok. Dalam diskusi ini, guru sekaligus sebagai
pemimpin diskusi. Namun begitu, siswa yang dipandang cakap, dapat
saja ditugasi guru sebagai pemimpin diskusi. Dalam diskusi kelompok
besar, sebagai pemimpin diskusi, guru berperan dalam memprakarsai
terjadinya diskusi. Untuk itu, guru dapat mengajukan permasalahan-
permasalahan serta mengklarifikasinya sehingga mendorong anak
untuk mengajukan pendapat. Dalam diskusi kelompok besar, tidak
semua siswa menaruh perhatian yang sama, karena itu tugas guru
sebagai pemimpin diskusi untuk membangkitkan perhatian anak
terhadap masalah yang sedang didiskusikan. Di samping itu, distribusi
siswa yang ingin berpendapat perlu diperhatikan. Dalam diskusi
kelompok besar, pembicaraan sering didominasi oleh anak-anak
tertentu. Akibatnya tidak semua anak berkesempatan untuk
berpendapat. Untuk menghindari keadaan itu, pemimpin diskusi perlu
mengatur distribusi pembicaraan. Tugas terberat bagi pemimpin
diskusi adalah menumbuhkan keberanian peserta untuk
mengemukakan pendapatnya. Dalam praktek, tidak sedikit anak-anak
yang kurang berani berpendapat dalam berdiskusi. Terlebih bagi anak
yang kurang menguasai permasalahan yang menjadi bahan diskusi.
10
2) Diskusi Kelompok Kecil (Buzz Group Discussion)
Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil terdiri atas 4-5
orang. Tempat berdiskusi diatur agar siswa dapat berhadapan muka
dan bertukar pikiran dengan mudah. Diskusi diadakan dipertengahan
pelajaran atau diakhir pelajaran dengan maksud menajamkan
pemahaman kerangka pelajaran, memperjelas penguasaan bahan
pelajaran atau menjawab pertanyaan-pertanyaan. Hasil belajar yang
diharapkan ialah agar segenap individu membandingkan persepsinya
yang mungkin berbeda-beda tentang bahan pelajaran, membandingkan
interpretasi dan informasi yang diperoleh masing-masing individu
yang dapat saling memperbaiki pengertian, persepsi, informasi,
interpretasi, sehingga dapat dihindarkan kekeliruan-kekeliruan.
3) Diskusi Panel
Fungsi utama diskusi panel adalah untuk mempertahankan
keuntungan diskusi kelompok dengan situasi peserta besar, dimana
ukuran kelompok tidak memungkinkan partisipasi kelompok secara
mutlak. Dalam artian panel memberikan pada kelompok besar
keuntungan partisipasi yang dilakukan orang lain dalam situasi diskusi
yang dibawakan oleh beberapa peserta yang terplih. Peserta yang
terpilih yang melaksanakan panel mewakili beberapa sudut pandangan
yang dipertimbangkan dalam memecahkan masalah. Mereka memiliki
latar belakang pengetahuan yang memenuhi syarat untuk berperan
dalam diskusi tersebut. Forum panel secara fisik dapat dihadiri
audience secara lansung atau tidak langsung (melalui TV, radio, dan
sebagainya).
4) Diskusi Kelompok.
Suatu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil terdiri atas
3--6 orang. Masing-masing kelompok kecil melaksanakan diskusi
dengan masalah tertentu. Guru menjelaskan garis besar problem
kepada kelas, ia menggambarkan aspek- aspek masalah kemudian tiap-
tiap kelompok (syndicate) diberi topik masalah yang sama atau
11
berbeda-beda selanjutnya masing-masing kelompok bertugas untuk
menemukan kesepakatan jawaban penyelesaiannya. Untuk
memudahkan diskusi anak, guru dapat menyediakan reference atau
sumber-sumber informasi yang relevan. Setiap sindikat bersidang
sendiri-sendiri atau membaca bahan, berdiskusi dan menysusun
kesimpulan sindikat. Tiap-tiap kelompok mempresentasikan
kesimpulan hasil diskusinya dalam sidang pleno untuk didiskusikan
secara klasikal.
5) Brain Storming Group.
Kelompok menyumbangkan ide-ide baru tanpa dinilai segera.
Setiap anggota kelompok mengeluarkan pendapatnya. Hasil belajar
yang diharapkan ialah agar kelompok belajar menghargai pendapat
orang lain, menumbuhkan ide-ide yang yang ditemukannya dianggap
benar.
6) Symposium.
Beberapa orang membahas tentang aspek dari suatu subjek
tertentu dan membacakan di muka peserta simposium secara singkat
(5--20 menit). Kemudian dikuti dengan sanggahan dan pertanyaan dari
para penyanggah dan juga dari pendengar. Bahasan dan sanggahan itu
selanjutnya dirumuskan oleh panitia perumus sebagai hasil simposium.
7) Informal Debate.
Kelas dibagi menjadi dua tim yang agak sama besarnya dan
mendiskusikan subjek yang cocok untuk diperdebatkan tanpa
memperdebatkan peraturan perdebatan. Bahan yang cocok untuk
diperdebatkan ialah yang bersifat problematis, bukan yang bersifat
faktual.
8) Colloqium.
Seseorang atau beberapa orang manusia sumber menjawab
pertanyaan-pertanyaan dari audiensi. Dalam kegiatan belajar mengajar
siswa/mahasiswa menginterview manusia sumber, selanjutnya
mengundang pertanyaan lain/tambahan dari siswa mahasiswa lain.
12
c. Kegunaan Pembelajaran Pola Diskusi
Diskusi sebagai metode mengajar lebih cocok dan diperlukan apabila
kita (guru) hendak memberi kesempatan kepada siswa: untuk
mengekspresikan kemampuannya, berpikir kritis, menilai perannya dalam
diskusi, memandang masalah dari pengalaman sendiri dan pelajaran yang
diperoleh di sekolah, memotivasi, dan mengkaji lebih lanjut. Melalui diskusi
dapat dikembangkan keterampilan mengklarifikasi, mengklasifikasi,
menyusun hipotesis, menginterpretasi, menarik kesimpulan, mengaplikasikan
teori, dan mengkomunikasikan pendapat. Disamping itu, metode diskusi dapat
melatih sikap anak menghargai pendapat orang lain, melatih keberanian untuk
mengutarakan pendapat, mempertahankan pendapat, dan memberi rasional
sehubungan dengan pendapat yang dikemukakannya.
d. Prinsip Umum Penggunaan Pola Pembelajaran Diskusi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan metode
diskusi, antara lain sebagai berikut:
1) Perumusan masalah atau masalah-masalah yang didiskusikan agar
dilakukan bersama-sama dengan siswa.
2) Menjelaskan hakikat masalah itu disertai tujuan mengapa masalah tersebut
dipilih untuk didiskusikan.
3) Pengaturan peran siswa yang meliputi pemberian tanggapan, saran,
pendapat, pertanyaan, dan jawaban yang timbul untuk memecahkan
masalah.
4) Memberitahukan tata tertib diskusi.
5) Pengarahan pembicaraan agar sesuai dengan tujuan.
6) Pemberian bimbingan siswa untuk mengambil kesimpulan.
e. Langkah-Langkah Pelaksanaan Diskusi Kelompok
Langkah-langkah diskusi sangat bergantung pada jenis diskusi yang
digunakan. Hal ini dikarenakan tiap-tiap jenis memiliki karakteristik masing-
masing. Seminar memiliki karakteristik yang berbeda dengan simposium,
brain storming, debat, panel, sindikat group dan lain-lain. Demikian pula
13
siposium dan yang lain-lain tersebut juga memiliki karakteristik yang berbeda
satu dengan yang lainnya. Akibat perbedaan karakteristik tersebut, maka
langkah dan atau prosedur pelaksanaannya berbeda satu dengan yang lain.
Meskipun demikian, secara umum untuk keperluan pembelajaran di kelas,
langkah-langkah diskusi kelas dapat dilaksanakan dengan prosedur yang lebih
sederhana. Langkah-langkah umum pelaksanaan diskusi sebagai berikut ini.
1) Merumuskan masalah secara jelas
2) Dengan pimpinan guru para siswa membentuk kelompok-kelompok
diskusi, memilih pimpinan diskusi (ketua, sekretaris, pelapor), mengatur
tempat duduk, ruangan, sarana, dan sebagainya sesuai dengan tujuan
diskusi. Tugas pimpinan diskusi antara lain: (1) mengatur dan
mengarahkan diskusi, (2) mengatur "lalu lintas" pembicaraan.
3) Melaksanakan diskusi. Setiap anggota diskusi hendaknya tahu persis apa
yang akan didiskusikan dan bagaimana cara berdiskusi. Diskusi harus
berjalan dalam suasana bebas, setiap anggota tahu bahwa mereka
mempunyai hak bicara yang sama.
4) Melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasil tersebut ditanggapi oleh semua
siswa, terutama dari kelompok lain. Guru memberi alasan atau penjelasan
terhadap laporan tersebut.
5) Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi, dan guru mengumpulkan laporan
hasil diskusi dari tiap kelompok.
f. Peranan Guru Sebagai Pemimpin Diskusi
Untuk mempertahankan kelangsungan, kelancaran dan efektivitas
diskusi, guru sebagai pemimpin diskusi memegang peranan menentukan.
peranan yang harus dimainkan guru sebagai pemimpin diskusi, adalah
berikut ini:
1) Initiating, yakni menyarankan gagasan baru, atau cara baru dalam melihat
masalah yang sedang didiskusikan.
2) Seeking information, yakni meminta fakta yang relavan atau informasi
yang otoritarif tentang topik diskusi.
14
3) Giving information, yakni fakta yang relavan atau menghubungkan pokok
diskusi dengan pengalaman pribadi peserta.
4) Giving opinion, yakni memberi pendapat tentang pokok yang sedang
dipertimbangkan kelompok, bisa dalam bentuk menantang konsesus atau
sikap "nrimo" kelompok.
5) Clarifying, yakni merumuskan kembali pernyataan sesorang; memperjelas
pernyataan sesorang anggota.
6) Elaborating, yakni mengembangkan pernyataan seseorang atau memberi
contoh atau penerapan.
7) Controlling, yakni menyakinkan bahwa giliran bicara merata;
menyakinkan bahwa anggota yang perlu bicara, memperoleh giliran
bicara.
8) Encouraging, yakni bersikap resetif dan responsitif terhadap pernyataan
serta buah pikiran anggota.
9) Setting Standards, yakni memberi atau meminta kelompok menetapkan,
kriteria untuk menilai urunan anggota.
10) Harmonizing, yakni menurunkan kadar ketegangan yang terjadi dalam
diskusi.
11) Relieving tension, yakni melakukan penyembuhan setelah terjadinya
tegangan.
12) Coordinating, yakni menyimpulkan gagasan pokok yang timbul dalam
diskusi, membantu kelompok mengembangkan gagasan.
13) Orientating, yakni menyampaikan posisi yang telah dicapai kelompok
dalam diskusi dan mengarahkan perjalanan diskusi selanjutnya.
14) Testing, yakni menilai pendapat dan meluruskan pendapat kearah yang
seharusnya dicapai.
15) Consensus Testing, menialai tingkat kesepakatan yang telah dicapai dan
menghindarkan perbedaan pandangan.
16) Summarizing, yakni merangkum kesepakatan yang telah dicapai.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Strategi pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban terhadap suatu masalah.
Prinsip pembelajaran inkuiri :
1. Berorientasi pada pengembangan intelektual
2. Prinsip interaksi
3. Prinsip bertanya
4. Prinsip belajar untuk berfikir
5. Prinsip keterbukaan
Pola pembelajaran diskusi merupakan proses perlibatan dua orang peserta
untuk berinteraksi dan saling tukar pendapat dan pikiran.
B. Saran
Mengingat pola pembelajaran inkuiri ini mendorong peserta didik untuk
menemukan sendiri pengetahuannya, maka pola pembelajaran ini sangat
cocok diterapkan pada peserta didik.
16
DAFTAR PUSTAKA
Sanjaya, Wina.2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Slavin, Robert.2008. Cooperative Learning; Teori, Riset dan Praktik. Bandung: PT. Nusa Media
17