laporan...laporan kunjungan kerja spesifik komisi viii dpr ri tentang pengawasan efektivitas...

14
LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VIII DPR RI TENTANG PENGAWASAN EFEKTIVITAS PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI KEMENTERIAN AGAMA DI PROVINSI SULAWESI SELATAN MASA SIDANG II TAHUN 2019-2020 JUM’AT, 15 NOVEMBER 2019 Asrama haji makassar SEKRETARIAT KOMISI VIII DPR RI [email protected]

Upload: others

Post on 30-Dec-2019

22 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

LAPORAN

KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VIII DPR RI TENTANG PENGAWASAN

EFEKTIVITAS PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI KEMENTERIAN AGAMA DI

PROVINSI SULAWESI SELATAN

MASA SIDANG II TAHUN 2019-2020

JUM’AT, 15 NOVEMBER 2019

Asrama haji makassar

SEKRETARIAT KOMISI VIII DPR RI

[email protected]

2

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

2

TIM KUNJUNGAN KERJA 3

BAB I PENDAHULUAN

BAB II LAPORAN PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DI

SULAWESI SELATAN

BAB III REKOMENDASI DAN PENUTUP

5

11

13

3

DAFTAR NAMA ANGGOTA TIM KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VIII DPR RI

DALAM RANGKA PENGAWASAN EFEKTIVITAS PENYELENGGARAAN IBADAH

HAJI KEMENTERIAN AGAMA DI PROVINSI SULAWESI SELATAN

JUM’AT, 15 NOVEMBER 2019

NOMOR

NAMA JABATAN

FRAKSI

DAPIL URUT ANGG

1.

A-146

M.R. IHSAN YUNUS, BA., B.Comm.,

ME.Con.

Wakil

Ketua/

Ketua Tim

PDIP JAMBI

2. A-218 INA AMMANIA Anggota PDIP JATIM VII

3. A-225 M. HASBI ASYIDIKI JAYABAYA Anggota PDIP BANTEN I

4. A-231 IGN KESUMA KELAKAN, ST., M.Si. Anggota PDIP B A L I

5. A-257 Drs. H. SAMSU NIANG, M.Pd. Anggota PDIP SULSEL II

6. A-211 UMAR BASHOR Anggota PDIP JATIM IV

7. A-272 H. JOHN KENEDY AZIS, S.H. Anggota PG SUMBAR II

8. A-344 MUHAMMAD FAUZI, S.E. Anggota PG SULSEL III

9. A-121 Drs. H. ZAINUL ARIFIN Anggota P.GER N T B I

10. A-68 MUHAMMAD RAHUL Anggota P.GER RIAU I

11. A-92 Dr. H. JEFRY ROMDONNY, SE.,

S.Sos, M.Si., MM. Anggota

P.GER JABAR IX

12. A-396 MUHAMMAD RAPSEL ALI Anggota NASDEM SULSEL I

13. A-354 Hj. LISDA HENDRAJONI, S.E., MMTr. Anggota NASDEM SUMBAR I

14. A-014 H. MAMAN IMANUL HAQ Anggota PKB JABAR IX

15. A-529 Drs. H. ACHMAD, M.Si. Anggota PD RIAU I

16. A-424 Dr. H.M. HIDAYAT NUR WAHID, M.A. Anggota PKS DKI JKT II

17. A-437 H. NURHASAN ZAIDI, S.Sos. I Anggota PKS JABAR IX

4

18. A-510 Dr. M. ALI TAHER, S.H., M.Hum. Anggota PAN BANTEN III

19. A-504 H. SUNGKONO Anggota PAN JATIM I

20. - Yusup Kamaludin Sekretariat Komisi VIII DPR RI

21. - Bambang Kriswanto, SH. Sekretariat Komisi VIII DPR RI

22. - Adi Wicaksono, SE., AK.ME.CA Tenaga Ahli Komisi VIII DPR RI

23. - Sofyan Efendi Media Cetak & Medsos

5

BAB I

PENDAHULUAN

Ibadah Haji merupakan rukun Islam kelima yang wajib dilaksanakan oleh setiap

orang Islam yang mampu, baik secara fisik, mental, spiritual, sosial, maupun finansial dan

sekali dalam seumur hidup. Pelaksanaan Ibadah Haji merupakan rangkaian ibadah

keagamaan yang telah dijamin dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945. Oleh karena itu, negara bertanggung jawab atas penyelenggaraan Ibadah

Haji sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 29 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang No. 8 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan

Umrah (PIHU) mengamanahkan pemerintah untuk melakukan peningkatan kualitas

penyelenggaraan ibadah haji pada aspek pembinaan, pelayanan, dan perlindungan

jemaah secara berkelanjutan. Berdasarkan Undang Undang tersebut Kementerian Agama

melalui Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Ditjen PHU) harus

diarahkan pada peningkatan mutu secara berkelanjutan pada aspek pembinaan,

pelayanan, dan perlindungan.

Undang-undang No.8 Tahun 2019 tersebut menggantikan undang-undang no.13

Tahun 2008 tentang penyelenggaraan ibadah haji sudah tidak sesuai dengan dinamika

dan kebutuhan hukum masyarakat, sehingga perlu diganti. Dalam Undang-Undang (UU)

yang dikenal dengan istilah UU PIHU tersebut, terdapat cukup banyak perbedaan yang

signifikan diantaranya adalah :

a. Bipih dan BPIH, Sebelumnya hanya dikenal Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji

(BPIH). Kini, dalam UU No. 8 Tahun 2019 PIHU dikenal istilah BPIH serta Bipih

atau Biaya Perjalanan Ibadah Haji yang berarti sejumlah uang yang harus dibayar

oleh warga negara yang menunaikan ibadah haji.

b. Pelimpahan Porsi, Jemaah haji yang wafat setelah diumumkan berhak melunasi

BPIH dapat dilimpahkan nomor porsinya kepada salah satu keluarga (suami, istri,

anak, atau menantu). Regulasi yang diatur dalam PIHU pelimpahan nomor porsi

dapat dilakukan kepada suami, istri, ayah, ibu, anak kandung, atau saudara

kandung. Bahkan pelimpahan nomor porsi bukan hanya bagi jemaah yang wafat

dan telah ditetapkan sebagai jemaah berhak lunas, kapan pun jemaah wafat nomor

porsinya dapat dilimpahkan kepada keluarganya.

c. Kuota, Pembagian kuota haji regular dan haji khusus sebelumnya tidak diatur

6

secara khusus persentasenya. Melalui UU PIHU persentase jemaah haji khusus

secara nyata tegas disebutkan sebesar 8% dari kuota haji nasional. Serta terdapat

mandat agar Menteri Agama memberikan prioritas kuota bagi jemaah haji lanjut

usia dengan batasan usia paling rendah 65 tahun.

d. Jemaah haji disabilitas dan pendamping juga menjadi hal baru dalam UU PIHU.

Jemaah haji penyandang disabilitas mendapatkan pelayanan khusus dan berhak

mengisi kuota pada pelunasan tahap kedua jika masih terdapat sisa kuota.

e. Visa di luar Kuota Haji Indonesia yang biasa dikenal dengan visa mujammalah atau

visa furada. Bagi warga negara yang mendapatkan undangan berhaji dari Arab

Saudi wajib berangkat melalui Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK) dan

melaporkan kepada Kementerian Agama.

f. Kelompok Bimbingan dulu dikenal dengan sebutan Kelompok Bimbingan Ibadah

Haji (KBIH). Melalui UU PIHU dijelaskan bahwa kelompok bimbingan dapat

menyelenggarakan pembimbingan untuk jemaah haji dan jemaah umrah. Bahkan

disebutkan bahwa KBIHU yang memiliki jemaah paling sedikit 135 orang berhak

mendapatkan satu kuota pembimbing dengan syarat telah memiliki sertifikat

pembimbing ibadah haji.

g. Penyidikan oleh Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil atas permasalahan yang

menyangkut penyelenggaraan ibadah haji dan umrah juga diatur dalam UU PIHU.

Dalam melaksanakan tugas penyidikan Pejabat Penyidik PNS berkoordinasi

dengan penyidik Kepolisian Republik Indonesia.

Indeks kepuasan jemaah haji Indonesia (IKJHI) di Arab Saudi pada tahun

1440H/2019M sebesar 85,91. Secara umum, jemaah haji Indonesia telah menerima

semua pelayanan yang diberikan oleh pemerintah secara “sangat memuaskan”. Indeks

kepuasaan pelayanan jemaah haji naik sebesar 0,68 dibandingkan dengan tahun 2018.

Bila dirinci menurut jenis pelayanan, indeks kepuasan tertinggi terdapat pada

pelayanan transportasi bus shalawat, yaitu sebesar 88,05; kemudian berturut-turut adalah

pelayanan ibadah 87,77; pelayanan katering non Armuzna 87,72; pelayanan petugas

87,66; pelayanan bus antar kota 87,35; pelayanan akomodasi hotel 87,21; pelayanan lain-

lain 85,41; pelayanan katering di Armuzna 84,48; pelayanan transportasi bus Armuzna

80,37; dan pelayanan tenda di Armuzna 76,92.

Berdasarkan lokasi tempat pelayanan, Indeks kepuasan jemaah tertinggi terdapat

pada pelayanan yang dilakukan selama di bandara, yaitu sebesar 87,94, berikutnya

7

secara berturut-turut pelayanan di Makkah 87,89; pelayanan di Madinah 86,44; dan

pelayanan di Armuzna 82,57.

Perkembangan Indeks Kepuasan Jemaah Haji Indonesia (IKJHI), 2010–2019

Berdasarkan data indeks kepuasan jemaah haji (IKJHI) mengalami tren naik terus

sejak tahun 2015 yaitu 82,67, tahun 2016 sebesar 83,3, tahun 2017 sebesar 84,85, tahun

2018 sebesar 85,23 dan tahun 2019 sebesar 85,91. Ada tujuh jenis layanan yang dinilai,

yaitu pelayanan petugas haji, pelayanan ibadah, transportasi, kesehatan, akomodasi,

katering dan lain-lain.

Dari hasil survey, indeks kepuasan tertinggi terdapat pada pelayanan bus shalawat

sebesar 88,05, kemudian pelayanan ibadah 87,77, pelayanan katering non armuzna

87,72, pelayanan petugas 87,66, pelayanan bus antar kota 87,35, pelayanan akomodasi

hotel 87,21, pelayanan lain-lain 85,41, pelayanan katering armuzna 84,48, pelayanan

transportasi bus armuzna 80,37 dan pelayanan tenda armuzna 76,92.

Walaupun secara umum indeks kepuasan jemaaah haji meningkat, namun masih

perlu ditingkatkan peran petugas ibadah dalam memberikan manasik haji dan manasik

perjalanan, meningkatkan sinergitas antara pembimbing ibadah haji dengan KBIH, serta

materi bimbingan ibadah haji menggunakan pola manajemen ibadah. Peran petugas kloter

juga perlu ditingkatkan mengingat bahwa petugas kloter memiliki peran yang penting

dalam mendampingi jemaah haji selama menunaikan ibadah haji.

8

9

PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DI SULAWESI SELATAN

Provinsi Sulawesi Selatan menjadi salah satu embarkasi pemberangkatan jemaah

haji dengan satu kloternya berjumlah 450 jemaah haji, asrama haji makassar menjadi

tempat pemberangkatan dan pemulangan jemaah haji untuk daerah Sulawesi Selatan,

Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat serta

jemaah haji gorontalo yang transit di makassar. Penyelenggaraan ibadah haji dimulai dari

kantor kementerian agama kabupaten/kota sesuai tempat mendaftar sesuai dengan kartu

tanda penduduk calon jemaah haji. Dengan sistem komputer haji terpadu (siskohat)

jemaah haji yang sudah memiiki kemampuan biaya pendaftaran sebesar Rp. 25 juta akan

mendapatkan porsi haji, selanjutnya tinggal menunggu waktu untuk pemberangkatan.

Calon jemaah haji yang sudah mendapatkan porsi berangkat akan mendapatkan

bimbingan manasik haji dan manasik perjalanan di KUA kecamatan dan di tingkat

Kabupaten/kota. Calon jemaah haji juga dapat mengikuti bimbingan manasik haji melalui

kelompok bimbingan ibadah haji. Kewajiban kementerian agama tingkat provinsi dan

kabupaten/kota mempersiapkan okumen administrasi perjalanan jemaah haji, distribusi

perlengkapan haji, asrama haji sebagai tempat persiapan pemberangkatan dan

pemulangan, pemberangkatan dan pemulangan serta pembentukan petugas kloter.

Serangkaian kegiatan dalam penyelenggaraan ibadah haji di tingkat provinsi dan

kabupaten/kota, memerlukan pengawasan dan fokus terhadap tujuan utama

penyelenggaraan ibadah haji yaitu memberikan pembinaan, pelayanan dan pelindungan

bagi jemaah haji sehingga dapat menunaikan ibadahnya sesuai dengan ketentuan syariat

dan mewujudkan kemandirian dan ketahanan dalam penyelenggaraan ibadah haji.

Petugas haji kloter yang mendapingi jemaah haji memiliki peranan yang sangat

penting sehingga diperlukan kualifikasi petugas yang memiliki pemahaman

penyelenggaraan ibadah haji yang baik, pemahaman ibadah haji, stamina yang baik, dan

taat terhadap ketentuan aturan yang sudah ditetapkkan. Dalam hasil indeks kepuasan

ibadah haji tahun 2019 untuk petugas haji kloter mendapatkan masukan perbaikan yang

harus ditingkatkan kemampuan dalaam penyelenggaraan ibadah haji tahun depan.

Selanjutnya mengenai sarana dan prasarana asrama haji, saat ini terus

dikembangkan seluruh asrama haji setara dengan hotel bintang 3. Namun masih ada

asrama haji yang belum mencapai setara bintang 3 sehingga membutuhkan kebijakan

pembangunan yang berkesinambungan. Fasilitas di asrama haji menjadi penting karena

banyak jemaah haji yang berusia lansia dan berkebutuhan khusus yang membutuhkan

10

kenyamanan.

Bimbingan manasik haji menjadi catatan penting dalam setiap penyelenggaraan

ibadah haji. Masih menjadi temuan ada jemaah haji yang belum sesuai menjalankan

ibadah haji sesuai dengan syariat agama Islam. Bimbingan manasik ibadah haji yang

dijalankan oleh KUA di kecamatan delapan sampai sepuluh kali dan dua kali di kemenag

kabupaten/kota masih perlu untuk dikaji dan ditingkatkan.

11

BAB II

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA PENGAWASAN EFEKTIFITAS

PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI KANWIL KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI

SULAWESI SELATAN

Kunjungan kerja Komisi VIII DPR RI ke provinsi Sulawesi Selatan tentang pengawasan

efektivitas penyelenggaraan ibadah haji bertempat di asrama haji makassar. Dihadiri oleh

kepala kanwil Kementerian Agama, Kabid Haji, kabid PAIS, kepala UPT Asrama Haji dan

perwakilan kantor Kementerian Agama seluruh provinsi Sulawesi Selatan.

Dalam penyampaiannya wakil ketua Komisi VIII DPR RI menekankan pada peningkatan

pengawasan dan pembinaan terhadap kelompok bimbingan ibadah haji (KBIH),

Penyelenggara ibadah haji khusus (PIHK), bimbingan manasik haji bagi calon Jemaah

haji serta petugas kloter yang mendampingi Jemaah haji.

Dalam pertemuan tersebut dapat diketahui bahwa:

1. Pembinaan bagi Jemaah haji sejak 3 tahun terakhir sudah dimulai sejak saat

mendaftar oleh penyuluh agama dan penghulu di kantor urusan agama (KUA) setiap

kecamatan. Program tersebut dinamakan layanan pendampingan pramanasik haji dan

dikembangkan menjadi layanan manasik haji sepanjang tahun.

2. Daftar tunggu Jemaah haji di Sulawesi mencapai diatas 40 tahun ada 2 kabupaten

yaitu kab. Bantaeng 42 tahun dan Kab. Sidrap 41 tahun. Daftar tunggu diatas 30 tahun

ada 11 kabupaten/kota yaitu Kab. Takalar 30 tahun, Kab. Bulukumba 30 tahun, kab.

Bone 33 tahun, kab. Gowa 34 Tahun, Kota Makassar 34 tahun, kab. Maros 34 Tahun,

kab. Sopeng 34 tahun, kab. Jeneponto 35 tahun, kab. Pare-Pare 36 tahun, kab. Wajo

38 tahun dan kab. Pinrang 39 tahun. Sedangkan daftar tunggu 20 tahun keatas ada 9

yaitu kota Palopo 21 tahun, kab. Luwu Utara 22 tahun, kab. Tana Toraja 22 tahun,

kab. Sinjai 23 tahun, kab. Selayar 23 tahun, kab. Barru 23 tahun, kab. Luwu Timur 26

tahun, kab. Toraja Utara 27 tahun dan kab. Pangkep 29 tahun. Selanjutnya ada 2

kabupaten dibawah 20 tahun yaitu kab. Luwu 18 tahun dan Kab. Enrekang 19 tahun

3. Rekapitulasi jamaah haji regular tahun 2017 sebesar 7.314, tahun 2018 sebesar 7.327

dan tahun 2019 sebesar 7.756 sedangkan jamaah haji khusus tahun 2017 sebesar

1.778, tahun 2018 sebesar 1.529 dan tahun 2019 sebesar 1.424.

4. Latar belakang Jemaah haji khususnya factor usia dan factor Pendidikan sangat

mempengaruhi tingkat pemahaman Jemaah haji tentang manasik haji. Jamah haji

yang ikut KBIH mendapatkan 15 kali bimbingan manasik haji ditambah 8 kali oleh KUA

12

ditingkat kecamatan dan 2x ditingkat kabupaten.

5. Transportasi Jemaah haji dari daerah asal menuju ke embarkasi masih tergantung

terhadap kebijakan pemerintah daerah masing-masing.

6. Jemaah yang gagal berangkat pada tahun 1440H/2019 berjumlah 32 orang (17 sakit,

5 wafat, 2 hamil, 5 tunda dan 3 pendamping). Jemaah yang tidak melunasi dari 3

tahap pelunasan berjumlah 14 orang dan sisa kuota tersebut sudah diisi oleh Jemaah

haji cadangan yang sudah melakukan pelunasan.

7. Kemampuan petugas haji kloter, petugas haji non kloter serta petugas haji embarkasi

secara umum sudah baik, untuk mewujudkan petugas yang professional, berintegritas

dan berkomitmen, kementerian agama terus melakukan berbagai program strategis

dan inovasi antara lain system rekrutmen dan pembekalan petugas haji dan sertifikasi

pembimbing manasik haji.

8. Kompetensi dan pengalaman ketua rombongan dan ketua regu dalam satu kloter,

pemahaman manasik Jemaah haji, dukungan anggaran operasional penyelenggaraan

haji yang menurun menjadi kendala dalam efektifitas penyelenggaraan ibadah haji.

9. Embarkasi makassar pada tahun 2018 ditetapkan sebagai embarkasi

penyelenggaraan haji terbaik oleh Ketua komisi pengawas haji Indonesia (KPHI).

10. Kebutuhan akan operasional kendaraan roda empat bagi seluruh kantor Kementerian

Agama Kabupaten/kota diseluruh provinsi Sulawesi Selatan.

11. Perhatian terhadap gaji guru agama sangat kurang, pembinaan terhadap guru agama

juga dirasakan kurang dengan anggaran yang semakin menurun dan pengadaan guru

agama dikembalikan kepada Kementerian Agama.

13

BAB III

REKOMENDASI DAN PENUTUP

Rekomendasi terhadap temuan dan catatan pada kunjungan kerja Komisi VIII DPR RI ke

Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Selatan adalah :

1. Terkait dengan permasalahan kuota haji, Kepada Kementerian Agama untuk

merumuskan kembali kebijakan antrian daftar tunggu calon Jemaah haji dalam satu

provinsi agar tidak menjadi ketimpangan yang terlalu tinggi antara kabupaten/kota.

Mengupayakan penambahan kuota haji dengan tetap menjaga kualitas

penyelenggaraan ibadah haji. Meminimalisasi Jemaah gagal berangkat agar tidak

menjadi sisa kuota yang sangat besar disetiap tahun.

2. Terkait dengan pemahaman manasik haji Jemaah haji, Kepada Kementerian Agama

membuat program layanan bimbingan haji kepada Jemaah yang sudah mendaftar

sampai saat pemberangkatan. Melakukan peningkatan pengawasan dan pembinaan

terhadap kelompok bimbingan ibadah haji (KBIH) serta penyelenggara ibadah haji

khusus. Melakukan peningkatan pembinaan intensif terhadap pembimbing ibadah haji,

petugas kloter, ketua rombongan, dan ketua regu. Memperbaiki sistem rekrutmen

pembimbing ibadah haji, petugas kloter, penentuan ketua rombongan dan ketua regu.

3. Terkait dengan anggaran operasional penyelenggaraan ibadah haji di Kanwil

Kementerian Agama Provinsi, untuk mengkaji kembali kebijakan anggaran dengan

memperhatikan kebutuhan anggaran prioritas dan pencapaian dalam pembinaan,

pelayanan dan perlindungan jamaah haji.

4. Kepada Kementerian Agama untuk mempercepat kebijakan Asrama haji seluruh

Indonesia sudah setaraf hotel bintang tiga dan menjadikan asrama haji pusat

pemberangkatan jamaah umrah agar pengawasan lebih mudah.

5. Terkait dengan adanya perbedaan kebijakan terhadap transportasi daerah asal

Jemaah haji, Kementerian Agama harus melakukan koordinasi dengan

instansi/Kementerian terkait untuk membuat kebijakan/peraturan daerah (perda)

mengenai penyelenggaraan ibadah haji di kabupaten/kota.

6. Terkait dengan pembinaan guru agama, meminta kepada Kementerian Agama untuk

memperhatikan kesejahteraan guru agama, gaji minimal diatas upah minimum

regional (UMR) dan melakukan koordinasi dengan Kementerian terkait mengenai

pengadaan guru agama.

14

Demikian laporan ini disusun sebagai bahan masukan untuk pengambilan

kebijakan dari Kementerian atau lembaga terkait serta rekomendasi terhadap

permasalahan yang terjadi. Laporan Kunjungan Kerja Komisi VIII DPR RI, diharapkan

dapat memberikan manfaat dalam rangka kelancaran dan kersuksesan dalam

menjalankan tugas Konstitusional DPR RI.

PIMPINAN KOMISI VIII DPR RI

WAKIL KETUA,

TTD

M. R. IHSAN YUNUS, BA., B.Comm., ME.Con