( i''---.i prosiding
TRANSCRIPT
...... ( I''-- - .I I
PROSIDING PERHORTI dan PERAGI 2016
"Peningkatan Produksi Pangan dan Hortikultura yang Berdaya Saing
Mendukung MEA"
14 November2016 Gedung lpteks, UN HAS
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERHORTI DAN PERAGI 2016
Editor:
Penerbit:
Abd. Haris Bahrun. Hari lswoyo Rahmansyah Dermawan lfayanti Ridwan Saleh. Cri Wahyuni Brahmi Yanti Muh. Dzulkifly Ashan. Jufriadi.
Ficus Press
Cetattan Pertama oesembet 2016
Katalog Dalam Terbitan (KDT) x + 706; 210 x 297 mm ISBN: 978-602-70240-0-7
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERDORTI DAN PERAGI
2016
Editor
Abd. Haris Bahrun Hari lswoyo
Rahmansyah Dermawan lfayanti Ridwan Saleh
Cri Wahyuni Brahmi Yanti Muh. Dzulkifly Ashan
Jufriadi
FICUS PRESS
2016
,,/'
r
Halaman Judul Sambutan Ketua Panrt1a Daftar isi
DAFTAR lSI
PENGARUH STATUS HORMON TUMBUH DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN JERUK KEPROK BATU 55 HASIL TOP WORKING PADA BEBERAPA INTERSTOCK Agus Sugiyatno dan A. Supriyanto
EFISIENSI BUDIDAYA TANAMAN KRISAN POT (Chrysanthemum sp.) JENIS STANDAR MELALUI PENGATURAN FOTOPERIODISITAS DAN WAKTU PINCHING Sitawati dan Essenza Fitria Kusuma
DAYA REGENERASI KALUS DAN INDUKSI VARIASI SOMAKLONAL WORTEL (Daucus carota) MELALUIINDUKSI MUTAGEN ETHYL METHANE SULFONATE SECARA IN VITRO Yoana Saragih , Emi Suminar, Tomy Perdana dan Nono Carsono
EVALUASI GALUR HARAPAN TOMAT ORGANIK KETURUNAN KE-7 TERHADAP PUPUK ORGANIK CAIR Sri Rustianti, Asfaruddin , dan Farida Aryani
PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN HASIL MENTIMUN (Cucumis sativus L.) MELALUI APLIY-ASI BEBERAPA AMELIORAN PADA TANAH SALIN. Nurul Aini , Wiwin Sumiya Dwi Yamika dan Adi Setiawan
MEMPERTAHANKAN GENETIK PLASMA NUTFAH TANAMAN PEPAYA (Carica papaya L.) SECARA KRIOPRESERVASI Dini Hervani, Darda Efendi, M. Rahmad Suhartanto dan Bambang S. Purwoko
RESPON FISIOLOGIS DAN EATING QUALITY BUAH MANGGA ARUMANIS SETELAH PENYIMPANAN PADA SUHU DINGIN DENGAN PENGEMASAN INDIVIDU I Made Supartha Utama, Ni Luh Yulianti, I Gusti Ngurah Apriadi Aviantara, Gede Arda
PENAMPILAN ENAM GENOTIP POTENSIAL CABAl RAWIT (Capsicum frustescens)
il iii
7
14
21
25
32
37
Sri Lestari Pumamaningsih, Uta Soetopo, Fefira Suci Rahayu 48
SELEKSI LAPANGAN KLON-KLON KENTANG UNTUK KETAHANAN PENYAKITBUSUK DAUN DAN KARBOHIDRATTINGGI Tri Handayani dan lneu Sulastrini 52
PENGARUH DOSIS ABU CANGKANG KERANG TERHADAP BEBERAPA VARIETAS TANAMAN SAWI Dl TANAH GAMBUT Mita Setyowati, lwandikasyah Putra, dan Banta Saidi
EFFECT OF MULCH AND POTASSIUM ON YIELD OF PEPPER PLANT (Capsicum annuum L.) Koesriharti dan Yohana Dian Desinta
PROS/DING SEMINAR NASIONAL PERHORTI DAN PERAGI MAKASSAR, 14 NOVEMBER 2016
6 1
66
PENGARUH ASAM 2~4-0lKLOROFENOKSlASETAT PADA PEMBENTUKAN KALUS DUA KLON TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Ellis Nihayatil Mochammad Roviql Yon ita Cahya Ratril dan Anna Satyana Karyawati 73
BUDIDAYA SAYURAN DAN PERMASALAHANNYA Dl LAHAN RAWA LEBAK SUMATERA SELATAN Laily llman Widuril Kartika Kartikal ·Ema Siagal Lindi Undianal Mei Melhanal Mery Hasmeda 1
Erizal Sodikin I Benyamin Lakitan 79
PEMANFAATAN HIDROGEN SIANAMIDA UNTUK MENINGKATKAN PECAH KUNCUP 1
PERTUMBUHANI DAN HASIL TANAMAN APEL Moch.Dawam Maghfoer, Nurul Aini 87
KRITERIA KEMATANGAN PASCAPANEN DAN PENENTUAN WAKTU PANEN DENGAN SATUAN PANAS PADA PISANG MAS KIRANA (Musa sp. AA GRUP) Winarso Drajad Widodo, Ketty Suketi dan Eka Yulyana 93
PENGARUH SEED PRIMING DENGAN BEBERAPA JENIS AGEN HALOPRIMING TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI DUA VARIETAS PADI PADA CEKAMAN SALIN Muh. Riadil Rinaldi Sjahrill Nurlina Kasim 100
HUBUNGAN POLA TANAM TERHADAP INTERSEPSI CAHAYA DAN RENOEMEN MINYAK ATSIRI JERUK PURUT (Citrus hystrix D. C) Adi setiawan dan Sukardi 107
IDENTIFIKASI MORFOLOGI DAN PERSENTASE SERANGAN Dl LAPANG JAMUR PATOGEN SERANGGA Aschersonia sp. YANG MENGINFEKSI KUTU PUTIH (Dia/eurodes citri Ashmead) PADA TANAMAN JERUK (Citrus nobilis Tan.) Gusti Ngurah Alit Susanta Wuya, I Putu Wirya Suputra dan I Putu Sudiarta
PENGENDALIAN HAMA.DAN PENYAKIT UTAMA TANAMAN KUBIS (Brassica o/eraceae var. capitata L.) DENGAN Bacillus thuringiensis DAN Trichoderma sp. I Ketut Sumiarthal Ni Wayan Puspadewi, I Putu Sudiartal Gusti Ngurah Alit Susanta Wirya dan Made Supartha Utama
KADAR AUKSIN ENDOGEN LIMA VARlET AS BAWANG MERAH BALITSA
114
123
Gina Aliya Sopha I Shinta Hartanto 130
AKLIMATISASI NENAS MADU (Ananas comosus L. (Merr.)) PADA BERBAGAI MEDIA TANAM OAN TINGKAT KONSENTRASI PUPUK GROWMORE Mardaleni1 Saripah Ulpah dan Fathurrahman 137
SELEKSIIN VITRO KETAHANAN PREEMBYONIC CALUS JERUK JAPANSCHE CITROEN (Citrus x limonia Osbeck) TERHADAP CEKAMAN SALINITAS Farida Yulianti dan Dita Agisimanto 150
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN MELON (Cucumis me/o L.) PADA BERBAGAI KONSENTRASI LARUTAN AB MIX DAN 810-SLURRY Hari lswoyo, Rahmansyah Dermawan dan Angelina Loisye W. 157
PROS/DING SEMINAR NASIONAL PERHORTI DAN PERAG/ MAKASSAR, 14 NOVEMBER 2016
r
r I
I
n I I
PENGARUH INTERAKSI KALSIUM DAN NAA UNTUK MENURUNKAN CEMARAN GETAH KUNING MANGGIS (Garcinia mangostana L) Yulinda Tanari, Darda Efendi, Roedhy Poerwanto, Didy Sopandie dan Ketty Suketi 161
PEMANFAATAN USAR TEMPE UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN P DALAM TANAH DAN PERTUMBUHAN TANAMAN BAYAM (Amaranthus tricolor) Fahrizal Hazra, Yolanda Octavia, Nur Hidayatussitah, Syah Deva Ammurabi, Ziyadatul Ulumil Azizah, dan Mohammad Fariz Aldini 174
PENYEDIAAN BENIH BERKUALITAS BAWANG MERAH LEMBAH PALU MELALUI TEKNOLOGI PENYIMPANAN BENIH TERKONTROL Maemunah, Adrianton, lchwan Madauna, dan Yusran 179
PENINGKATAN HASIL BAWANG MERAH PADA SISTEM BUDIDAYA KONVENSIONAL DAN ALLEY CROPPING Dl LAHAN KERING Sri Anjar Lasmini
APLIKASI BOKASHI PUPUK KANDANG DAN PUPUK ORGANIK CAIR UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALU
186
Muhammad Ansar dan Bahrudin 195
APLIKASI ZAT PENGATUR TUMBUH UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN HASIL UMBI BAWANG MERAH VARIETAS LEMBAH PALU Bahrudin dan Muhammad Ansar 203
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK PERANGSANG PERTUMBUHAN VEGETATiF DAN GENERATiF TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASiL TANAMAN TERUNG (Solanum melongena L.) Bakhendri Solfan , lndah Permanasari dan Kartika Sari 210
APLIKASI GEL LIDAH BUAYA SEBAGAI EDIBLE COATING UNTUK MEMPERPANJANG UMUR SIMPAN BUAH TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill .) St. Sabahannur; Andi Raile ; Sohra 217
PEMETAAN PERSEBARAN DAN KEANEKARAGAMAN TANAMAN KENTANG Dl DISTRIK HINK KABUPATEN PEGUNUNGAN ARFAK Nouke L. Mawikere dan Saraswati Prabawardani
SINKRONISASI PENYEDIAAN SEMAIAN SATANG BAWAH DAN MATA TEMPEL DALAM PRODUKSI BIBIT JERUK BERMUTU PREMIUM Arry Supriyanto, Dimas Surya Dirgantara dan Titiek Purbiati
KAJIAN APLIKASI DUA MACAM BAHAN ORGANIK PADA TANAMAN PAK CHOY MINI (Brassica rapachinensl) Azlina Heryati Bakrie
IDENTIFIKASI GENETIK AKSESI JERUK SIAM MADU HASIL KUL TUR ENDOSPERMA Chaireni Martasari dan Mia Kosmiatin
PENGARUH PEMUPU!<.AN NITROGEN TERHADAP PERKEMBANGAN BUNGA DAN BUAH DUKU (Lansium domesticum)
223
230
237
241
Desi Hem ita dan Poerwanto 24 7 ~~~~~~~~~~~~~------------------------------------
PROS/DING SEMINAR NASIONAL PERHORTI DAN PERAGI MAKASSAR, 14 NOVEMBER 2016
MIKROPROPAGASI MENDUKUNG KEBERLANJUTAN DAN KEHANDALAN SISTEM PRODUKSI BENIH TANAMAN HORTIKUL TURA SECARA MASSAL: STUDI PADA JERUK DAN STROBERI Dita Agisimanto 254
MORFOLOGI DAN ANALISIS NUTRISI GEDI (Abelmoschus manihot L. Medik) SERTA TEKNIK BUDIDAYANYA Dl KABUPATEN JAYAPURA Fenny Asyerem, Saraswati Prabawardani, lmanda A.F. Djuuna, dan Nova Kayadu 263
PENINGKATAN MUTU BUAH JERUK KEPROK BATU 55 DENGAN PEMBERIAN GIBERELIN PADA PERIODE PEMBESARAN BUAH Ashari Hasim dan Supriyanto Arry 269
KITOSAN SEBAGAI BAHAN UTAMA PRIMING UNTUK MENINGKATKAN VIABILITAS BENIH DAN PERFORMA BIBIT PEPAYA CALLINA Heny Agustin dan Annisa Nur lchniarsyah 276
PEWARISAN KOMPONEN PRODUKSI TOMAT (Solanum lycopersicum L.) Dl DATARAN RENDAH Marlina Mustafa, Muhamad Syukur, Surjono H. Sutjahjo, dan Sobir 283
STATUS TERKINI PEMULIAAN IN VITRO JERUK DIINDONESIA Mia Kosmiatin, Chaireni Martasari, A Purwito dan Ali Husni 294
LOOP-MEDIATED ISOTHERMAL AMPLIFICATION (LAMP): TEKNIK DETEKSI CEPAT PENYAKIT HUANGLONGBING TANAMAN JERUK UNTUK DAERAH ENDEMIS Numadi dan Yunimar
INDUKSI PEMBUNGAAN DAN PERSENTASE SERANGAN Alternaria porri MENGGUNAKAN ASAM SALISILAT DAN ETHEPON PADA BAWANG MERAH Rasiska Tarigan, Susilawati Barus, dan Abdul Fattah
GROWTH ENHANCEMENT OF MANGOSTEEN SEEDLINGS ( Garcinia mangostana L.) AS AFFECTED BY THE APPLICATION OF BENZYL-ADENINE AND SEEDING METHODS
303
307
Rugayah, Agus Karyanto, dan Hafis Baihaqi 315
KERAGAMAN MORFOLOGI, AGROEKOLOGI DAN RESPON TANAMAN GEDI (Abe/moschus manihot L. Medik) TERHADAP APLIKASI PUPUK ORGANIK
Saraswati Prabawardani, lmanda A.F. Djuuna, Fenny Asyerem, AlexanderYaku 321
KARAKTERISASI SUMBERDAYA GENETIK TANAMAN LOKAL Dl PROVINSI ACEH Iskandar Mirza, Abdul Azis, Didi Darmadi dan Maintang 331
PEMBERIAN BIOCHAR TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN MENTIMUN (Cucumis sativa L) Sharly Asmairicen, Abdul Azis, Abdul Azis dan Arafah 340
PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI Dl PROVINSI ACEH Basri A. Bakar, Abdul Azis, Nazariah dan ldaryani 346
PROS/DING SEMINAR NAS/ONAL PERHORTI DAN PERAGI MAKASSAR, 14 NOVEMBER 2018
n
I
r !
,,)
IPTEKS BAGI MASYARAKAT PENERAPAN IRIGASI BERTEKANAN (TRICKLER IRRIGATION) SEBAGAI SUPLEMEN AIR UNTUK PENGEMBANGAN HORTIKUL TURA PADA SAWAH TADAH HUJAN Ahmad Munir, Suhardi dan Juni Astuti 356
PENGUJIAN LAPANGAN EFEKTIVITAS SOLUT-ION SEBAGAI TRIGER PADA APLIKASI HERB IS IDA GLIFOSAT Dwi Guntoro, Adolf Pieter Lontoh, dan Nuha Hera Putri 360
PENGUJIAN LAPANGAN EFEKTIVITAS SOLUT-ION SEBAGAI TRIGER PADA APLIKASI HERBISIDA PARAKUAT PADA PENGENDALIAN GULMA Dl PERKEBUNAN KELAPA SA WIT TBM Dwi Guntoro, Adolf Pieter Lontoh dan Nuha Hera Putri 371
IDENTlFIKASI DAN ANAUSIS FILOGENETIK LALAT BUAH Bactrocera bryoniae (Tryon) (DIPTERA:TEPHRITIDAE) 01 PULAU BALl MENGGUNAKAN GEN ITS1 I Putu Sudiarta, Putu Shinta Devi, I Gede Rai MayaTemaja dan Gusti Ngurah Alit Susanta Wirya 380
PENGARUH PUPUK NITROGEN DAN PUPUK CAIR HAYATI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KENIKIR SEBAGAI SAYURAN DAUN Juang Gema Kartika dan Rista Delyani
ANALISIS KEDEKATAN HUBUNGAN ANTAR AKSESI KELOR BERDASARKAN KARAKTER KUALITATIF DAN KUANTITATIF Ketty Suketi, Juang Gema Kartika, Ni luh Gede Mitariastini
PENGARUH APLIKASI PUPUK N DAN PUPUK KANDANG AYAM PADA PERTUMBUHAN, HASIL DAN KOMPONEN HASIL TANAMAN GANDUM (Triticum aestivum L.) Dl DATARAN TINGGI NGAWU, KECAMATAN TOSARI PASURUAN Nur Edy Suminarti
RESPON TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays SACCHARATA STURT.) TERHADAP PUPUK HIJAU CROTALARIA JUNCEA DAN THITONIA \DIVERSIFOLIA SERTA DEKOMPOSER TRICHODERMA SP
408
Titin Sumami, Eko Widaryanto dan Rifqi Nafi 415
PENGARUH PENGENDALIAN GULMA DAN METODE PENGOLAHAN LAHAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI Umiyati dan Denny Kumiadie 421
KARAKTERISASI JAMUR ENDOFITIK DARI TANAMAN STROBERI DAN BIOTISASINYA PADA VITROPLANT STROBERI Yunimar dan Dita Agisimanto 426
APLIKASI ABU SEKAM PADI DAN PUPUK KANDANG SAPI TERHADAP P ERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI CAISIM (Brassicajuncea. L) lsmaya NR Parawansa 1 dan Zem 439
PROS/DING SEMINAR NASIONAL PERHORTI DAN PERAGI MAKASSAR, 14 NOVEMBER 2016
SISTEM PERSEMAIAN PADI OLEH PETANI LAHAN RAWA LEBAK, PEMULUTAN, SUMATERA SELATAN Em a Siaga, Benyamin Lakitan, Hasbi, Siti Masreah Bernas, Kartika Kartika, Laily I. Widuri, Lindiana, Meihana 447
INTERAKSI GENOTIPE x LINGKUNGAN TERHADAP KERAGAAN DAYA HASIL GALUR-GALUR HARAPAN GANDUM (Triticum aestivum L.) Jabal Rahmat Ashar, Trikoesoemaningtyas, Yudiwanti Wahyu, Am in Nur 457
KARAKTERISASI UBI KAYU BERDASARKAN LOKASI TANAM DAN UMUR PANEN, MODIFIKASI PRODUK SERTA APLIKASINYA UNTUK ROTI MANIS Maria Ema Kustyawati, Siti Nurjanah, Susilawati, dan Fibra Nuraini 467
PENAMPILAN KARAKTER AGRONOMI DAN PARAMETER GENETIK POPULASI F3 KEDELAI HASIL PERSILANGAN ANTAR TETUA VARlET AS UNGGUL NASIONAL DAN GALUR HARAPAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA Anna Satyana Karyawati, Budi Waluyo, SM. Sitompul dan Ellis Nihayati 476
ANALISIS PEMASARAN SAGU BASAH (STUDt KASUS USAHA MAJU JAVA) Dl DESA SEI. TOHOR KECAMATAN TEBING TINGGI TIMUR KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI, RIAU Limetry Liana 481
EVALUASI KOMPONEN TEKNOLOGI PENDUKUNG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU JAGUNG DENGAN PENINGKATAN IP PADA LAHAN SAWAH. Fahdiana Tabri dan Syafruddin
PENAMPILAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA PROVIT-A TERHADAP SERANGAN PENYAKIT Dl KABUPATEN SOPPENG Suriani dan Muh. Azrai
PERAKITAN JAGUNG KETAN LOKAL MANOKWARI GENERASI BC3 (BC2 X PULUT)
390
497
Amelia S. Sarungallo, Nouke L. Mawikere, Imam Widodo dan Diyah A. Aribowo 505
APLIKASI BIOETANOL DAN MIKORIZA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI Suherman, lradhatullah Rahim, dan Muhammad Akhsan Akib 513
PENAPISAN CEPAT BEBERAPA VARIETAS KEDELAI TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN PADA FASE PERKECAMBAHAN Warid, Nurul Khumaida, Agus Purwito, Muhamad Syukur, Sintho Wahyuning Ardie 522
UJI DAYA HASIL BEBERAPA VARlET AS KEDELAI (Glycine max (l.) MERRILL) PADA LINGKUNGAN TERNAUNGI Chairudin 535
PENGOLAHAN TANAH DAN APLIKASI PUPUK OLEH PET ANI PADI 01 LAHAN RAWA LEBAK, SUMATERA SELATAN Kartika Kartika, Benyamin Lakitan, Sabaruddin, Andi Wijaya, Ema Siaga, dan Laily I. Widuri 542
PROS/DING SEMINAR NASJONAL PERHORTI DAN PERAGI MAKASSAR, 14 NOVEMBER 2016
n
( I
,)
KARAKTER AGRONOMI AKSESI PAD I LOKAL ACEH TERHADAP PEMBERIAN BEBERAPA BAHAN AMELIORAN PADA LAHAN GAMBUT lwandikasyah Putra, Wira Hadianto dan Iqbal 549
PRODUKSI HORMON GIBERELLIC ACID (GA3) CENDAWAN RHIZOSFER PADI AROMATIK TANATORAJA Abri. Aylee Christine 556
PENGARUH JARAK TANAM DAN LIMBAH CAIR KELAPA SA WIT TERHADAP PERTUMBUHAN, HASIL, DAN NILAI EKONOMI JAGUNG MANIS (Zea mays L. Saccharata Sturt) lrsyadi Siradjuddin, Rinda Purwenti dan lndah Permanasari 560
EFEK BAHAN COATING DAN ADITIF PADA VIABILITAS DAN VIGOR BENIH KEDELAI (Glycine max L. Merril) SELAMA PENYIMPANAN Agustiansyah 573
SISTEM WONOTANI PADA LAHAN 0,25 HA PER KK UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI MISKIN Dl DESA Mu~iSan~sa 581
ANALISIS PEMASARAN PRODUK USAHATANI SAYUR-SAYURAN (STUDI KASUS PETANI Dl DESA KANREAPIA KECAMATAN TINGGIMONCONG KABUPATEN GOWA PROPINSI SULAWESI SELA TAN) Aylee Christine Alamsyah Sheyoputri 589
KEPUTUSAN PETANI MENDIVERSIFIKASI USAHATANI Dl KECAMATAN KUALA CENAKU KABUPATEN INDRAGIRI HULU PROVINSI RIAU Sri Ayu Kumiati
PROFIL USAHATANI CABAl MERAH Of KABUPATEN ENREKANG PROVINSI SULAWESI SELATAN Muh. Taufik dan Witono Adiyoga
ANALISIS KOMPARATIF PENGEMBANGAN AGRIBISNIS HORTIKUL TURA DALAM PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN Dl SULAWESI SELATAN
596
604
Muh. Taufik 616
PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL UMKM PANGAN UNGGULAN TERHADAP DAYA SAING Musa Hubeis, Farida Ratna Dewi, Hardiana Widyastuti, Heti Mulyati, dan Fety N. Muzayanah 626
PERTUMBUHAN BIBIT SETEK PUCUK JERUK PAMELO (Citrus grandis (L.) Osbeck) PADA BERBAGAI KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN KONSENTRASIGROWTONE Cri Wahyuni, lfayanti Ridwan, Alief M. Makkasompa 638
ANALISIS PRODUKSI DAN PENGUJIAN MESIN PERONTOK (Power Threshet) PADI PADA SAWAH TADAH HUJAN Dl DAERAH KETINGGIAN DENGAN SISTEM JAJAR LEGOWO Iqbal 645
PROS/DING SEMINAR NASIONAL PERHORTI DAN PERAGI MAKASSAR, 14 NOVEMBER 2016
PERBENIHAN KEDELAI PADA BERBAGAI DOSIS KOMPOS DAN KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR Muh. Farid, Syatrianty A. Syaiful, Sulaiman 651
SERAPAN NIKEL DAN PERTUMBUHAN TANAMAN TERUNG (Solanum melongena L.) BERDEKOMPOSER PADA TANAH TERKONTAMINASI'' Netty S., Hidrawati, dan Cahyo Wicaksono 662
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI DUA VARIETAS BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) ASAL UMBI DARI HASIL BIJI BOT ANI YANG DIAPLIKASI DENGAN BERBAGAI JENIS PUPUK ORGANIK CAIR A.Reski Mulya Utami, Amirullah Dachlan, Muh. Riadi 670
STABILITAS HASIL GENOTIPE PADI HASIL IRADIASI SINAR GAMMA Dl LAHAN KERING KABUPATEN JENEPONTO SULAWESI SELATAN Abdul Kadir, Rahmat Jahuddin, Abd.Rahman Syafar, Endang Gati Lestari 679
KARAKTER MUTAN PAD I LOKAL ASE BANDA HASIL IRRADIASI SINAR GAMMA Abdul Haris, Annas Boceng, dan AmirTjoneng 685
PENGGUNAAN PLASMA NUTFAH TANAMAN PADI UNTUK KETAHANAN TERHADAP PENYAKITTUNGRO Ahmad Muliadi 691
PROS/DING SEMINAR NASIONAL PERHORTI DAN PERAGI MAKASSAR, 14 NOVEMBER 2016
n_
r=(
ISBN: 978-602-70240-0-7
PENGUJIAN LAPANGAN EFEKTIVITAS SOLUT-ION SEBAGAI TRIGER PADA APLIKASI HERBISIDA PARAKUAT PADA PENGENDALIAN
GULMA Dl PERKEBUNAN KELAPA SAWIT TBM
Dwi Guntoro, Adolf Pieter Lontoh dan Nuha Hera Putri lnstitut Pertanian Bogar- 082124646749- [email protected]
ABSTRACT Field trial effectivity of SOLUT-ION as trigger in paraquat herbicide application aims to determine the effect of SOLUT-ION on the effectiveness of paraquat herbicide formulation on weed controlling in immature (TBM) palm oil. The experiment was conducted at immature plant (TBM) palm oil, IPS Cikabayan Field Experiment, Darmaga, Bogar, Jawa Barat on May 2014 until September 2014. The experiment was conducted using random design block with four rep I ication . The treatment test are: Control without sprayed (81 ), Paraquat 3.0 1/ha (82), Paraquat 3.0 1/ha + Solut-ion 1.0 1/ha (B3), Paraquat 2.0 1/ha (84), Paraquat 2.0 1/ha +Solut-ion 1.0 1/ha (85), Paraquat 1.0 1/ha (86), Paraquat 1.0 1/ha + Solut-ion 1.0 1/ha (87), Parakuat 1.0 1/ha + Solut-ion 2.0 1/ha (88). The unit experiment are weeds under three disc plant immature palm oil. The experiment results show that the addition of Solut-ion on paraquat application can increase weed controlling effectivity on immature (TBM) palm oil at the experiment. Dominant weeds on site are Ottochloa nodosa, Paspalum conjugatum, Axonoupus compressus and Penissetum po/ystachion can be controlled with paraquat 1.0 1/ha + Solut-ion 1 .0 1/ha application. Paraquat application on all tested doses causing no phytotoxicity symptom in immature palm oil. The addition of Solut-ion can reduce paraquat application doses and reduce paraquat residue on palm oil disc plant soil
Keywords: effective dose, dominant weeds, paraquat, palm oil, SOLUT-ION, trigger
ABSTRAK
Pengujian lapangan efektivitas SOLUT-ION sebagai triger pad a aplikasi herbisida parakuat bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan SOLUT-ION terhadap efektivitas formulasi herbisida parakuat pada pengendalian gulma di perkebunan kelapa sawit TBM. Percobaan dilaksanakan di perkebunan kelapa sawit TBM, Kebun Percobaan IPS Cikabayan, Darmaga, Bogar, Jawa Barat mulai bulan Mei 2014 hingga bulan September 2014. Percobaan dilaksanakan dengan menggunakan rancangan acak kelompok dengan empat ulangan. Perlakuan yang diuji yaitu : Kontrol tanpa disemprot (81 ), Parakuat 3.0 1/ha (82), Parakuat 3.0 1/ha +Solut-ion 1.0 1/ha (83), Parakuat 2.0 1/ha (84), Parakuat 2.0 1/ha + Solut-ion 1.0 1/ha (85), Parakuat 1.0 1/ha (86), Parakuat 1.0 1/ha + Solut-ion 1.0 1/ha (87), Parakuat 1.0 1/ha + Solut-ion 2.0 1/ha (88). Satuan percobaan berupa gulma di bawah 3 piringan tanaman kelapa sawit TBM. Hasil percobaan menunjukkan bahwa penambahan Solut-ion pada aplikasi herbisida parakuat dapat meningkatkan efektivitas mengendalikan gulma umum pada perkebunan kelapa sawit TBM di lokasi percobaan . Gulma dominan di lokasi percobaan yaitu Ottoch/oa nodosa, Paspalum conjugatum, Axonopus compressus, dan Penissetum polystachion dapat terkendalikan dengan aplikasi herbisida parakuat 1.0 1/ha + Solut-ion 1.0 1/ha. Aplikasi herbisida parakuat pada semua dosis yang diuji baik dengan penambahan Solut-ion maupun tanpa Solut-ion tidak menyebabkan gejala fitotoksisitas pada tanaman kelapa sawit TBM. Penambahan SOLUT-ION dapat mengurangi penggunaan dosis aplikasi herbisida parakuat dan megurangi residu parakuat pada tanah di piringan kelapa sawit.
Kata kunci : dosis efektif, gulma dominan , parakuat, kelapa sawit, SOLUT-ION, triger.
PROS/DING SEMINAR NASIONAL PERHORTI DAN PERAGI MAKASSAR, 14 NOVEMBER 2016
u
\ I
~
ISBN: 978-602-70240-0-7
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit (Eiaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditi perkebunan yang menjadi andalan dalam menyumbang devisa bagi negara Indonesia. Selain sebagai penyumbang devisa, perkebunan kelapa sawit juga memberikan peran penting dalam pembangunan nasional seperti peningkatan kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat.
Luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013 luas perkebunan kelapa sawit Indonesia mencapai 10.5 juta hektar dan pada tahun 2014 diperkirakan meningkat menjadi 10.9 juta hektar (Ditjenbun, 2014). Seiring dengan meningkatnya luas areal perkebunan kelapa sawit, produksi minyak sawit (crude palm oii/CPO) juga terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013 produksi CPO mencapai 27.8 juta ton dengan volume ekspor mencapai 25 juta ton (Ditjenbun, 2014).
Gulma merupakan salah satu organisme pengganggu tanaman yang dapat mengganggu pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit. Penurunan produksi akibat gangguan gulma di perkebunan kelapa sawit berkisar antara 15-20%. Penurunan produksi ini disebabkan oleh adanya persaingan an tara gulma dengan kelapa sawit dalam pengambilan unsur hara dan air serta adanya hambatan dalam aktivitas pemeliharaan kebun seperti hambatan pada saat pemupukan dan pemanenan. Selain itu, beberapa jenis gulma tertentu juga dapat menjadi inang bagi hama dan penyakit ataupun mengeluarkan senyawa allelopati (Tjitrosoedirdjo, et. at., 1984; Syamsudin, et. at., 1992).
Salah satu metode pengendalian yang umum digunakan untuk mengendalikan gulma di perkebunan kelapa sawit adalah pengendalian secara kimia dengan menggunakan herbisida. Beberapa pertimbangan yang mendasari penggunaan herbisida antara lain hemat tenaga kerja, waktu pengendalian relatif sing kat, dapat mencegah kerusakan akar, serta mengurangi resiko erosi lapisan tanah (Radosevic, et. at., 1997; Singh, et. a/., 2005).
Salah satu upaya untuk mengurangi penggunaan dosis aplikasi adalah penambahan adjuvant. SOLUT-ION merupakan formulasi adjuvant berbahan aktif Sodium amida. Adjuvant ini bekerja sebagai triger herbisida sehingga dapat meningkatkan efektivitas herbisida dalam mengendalikan gulma. Penambahan SOLUT-ION diharapkan dapat mengurangi do sis aplikasi herbisida.
Tujuan Penelitian Pengujian lapangan efektivitas SOLUT-ION bertujuan untuk mengetahui pengaruh
penambahan SOLUT-ION terhadap efektivitas formulasi herbisida parakuat pada kondisi lapangan.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Percobaan dilakukan di kebun kelapa sawit, Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Darmaga,
Bogor, Jawa Barat. Percobaan dilaksanakan pada bulan Mei 2014 hingga bulan September 2014.
Bahan dan Alat Bahan tanaman yang digunakan adalah kelapa sawit TBM 2. Herbisida yang diuji yaitu
herbisida parakuat dan triger SOLUT-ION. Alat-alat yang digunakan an tara lain sprayer punggung Solo dengan nozel biru, neraca analitik, dan oven.
PROS/DING SEMINAR NASIONAL PERHORTI DAN PERAG/ MAKASSAR, 14 NOVEMBER 2016
ISBN: 978-602-70240-0-7
Metode Penelitian
Percobaan dilakukan dengan menggunakan rancangan percobaan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Percobaan terdiri atas 8 pertakuan dengan 4 ulangan (Tabel 1 ). Satuan percobaan berupa gulma di bawah 3 piringan tanaman kelapa sawit Tanaman Belum Menghasilkan (TBM). Pengelompokan dilakukan sesuai dengan kondisi lapangan. Tata letak setiap satuan pertakuan di dalam suatu kelompok ditentukan sedemikian rupa sehingga sebaran gulma sasaran relatif merata.
Tabel 1. Pertakuan dosis herbisida parakuat dan SOLUT-ION yang diuji
No. Pertakuan
1. Kontrol tanpa disemprot 2. Parakuat 3.0 1/ha 3. Parakuat 3.0 1/ha + Solut-ion 1.0 1/ha
4. Parakuat 2.0 1/ha 5. Parakuat 2.0 1/ha + Solut-ion 2.0 1/ha
6. Parakuat 1.0 1/ha 7. Parakuat 1.0 1/ha + Solut-ion 1 .0 1/ha 8. Parakuat 1.0 1/ha +Solut-ion 2.0 1/ha
Pelaksanaan
Aplikasi herbisida parakuat dan triger SOLUT-ION dilakukan dengan menyemprotkan formulasi herbisida dan SOLUT-ION pada seluruh permukaan gulma sasaran secara merata dengan menggunakan alat semprot punggung solo dengan nozel biru. Volume semprot yang digunakan adalah 400 1/hektar.
Aplikasi dilakukan sekali pada saat kondisi penutupan gulma (weed coverage) sasaran mencapai lebih dari 75%. Aplikasi dilakukan pada saat pagi hari dan tidak turun hujan setelah aplikasi selama lebih dari 5 jam.
Pengamatan Pengamatan Gulma
Data biomassa gulma pada setiap pertakuan diamati sebanyak dua petak contoh dengan metode kuadrat yang berukuran 0.5 m x 0.5 m. Letak petak contoh kuadrat ditetapkan secara sistematis. Sebelum aplikasi herbisida dilakukan pengambilan contoh biomassa gulma untuk analisis vegetasi awal. Analisis vegetasi awal dilakukan dengan menggunakan metode Sum Dominance Ratio (SDR).
Untuk mengetahui efektivitas herbisida parakuat dan triger SOLUT-ION terhadap gulma sasaran dilakukan pengambilan contoh gulma setelah aplikasi pada saat 1 dan 2 bulan setelah aplikasi (BSA) dengan metode kuadrat. Contoh gulma yang diambil adalah spesies gulma yang menjadi target herbisida gulma yang diuji. Gulma yang masih segar dipotong tepat setinggi permukaan tanah kemudian dipisahkan setiap spesiesnya. Selanjutnya gulma tersebut dikeringkan pada suhu 105 °C selama 24 jam atau sampai mencapai bobot kering konstan, kemudian ditimbang dengan neraca analitik.
PROS/DING SEMINAR NASIONAL PERHORTI DAN PERAGI MAKASSAR, 14 NOVEMBER 2016
n
n
I I I I I I..J
l ; L
ISBN: 978-602-70240-0-7
Pengamatan Kelapa Sawit Untuk mengetahui pengaruh herbisida parakuat dan triger SOLUT-ION terhadap tanaman
kelapa sawit TBM dilakukan pengamatan fitotoksisitas. Jumlah contoh tanaman kelapa sawit untuk pengamatan fitotoksisitas adalah 2 tanaman dalam setiap satuan petak perlakuan yang ditentukan secara acak. Tingkat keracunan dinilai secara visual terhadap populasi tanaman kelapa sawit dalam satuan petak perlakuan yang diamati pada 2, 4, dan 6 minggu setelah aplikasi herbisida. Penilaian dilakukan dengan sistem skor sebagai berikut:
0 = tidak ada keracunan, 0-5o/o bentuk daun atau wama daun dan atau pertumbuhan kelapa sawit tidak normal.
1 = keracunan ringan, >5-20% bentuk daun atau wama daun dan atau pertumbuhan kelapa sawit tidak normal
2 = keracunan sedang, >20-50% bentuk daun atau wama daun dan atau pertumbuhan kelapa sawit tidak normal
3 = keracunan berat, >50-75% bentuk daun atau wama daun dan atau pertumbuhan kelapa sawit tidak normal
4 = keracunan sang at berat, > 75°A» bentuk daun atau warn a daun dan atau pertumbuhan kelapa sawit tidak normal sampai mati
Kriteria Efikasi Efektivitas SOLUT-ION yang diuji dibandingkan terhadap kontrol. Efikasi SOLUT-ION
yang diuji disimpulkan berdasarkan analisis data biomassa spesies gulma sasaran.
Analisis Data Data dianalisis secara statistik dengan menggunakan analisis ragam (sidik ragam).
Apabila hasil analisis ragam menujukkan perbedaan yang nyata, maka dilanjutkan dengan uji beda nilai tengah antar perlakuan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada tarat 5°/o.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Vegetasi Awal Hasil analisis vegetasi awal pada lahan percobaan menunjukkan bahwa piringan kelapa
sawit TBM didominasi oleh gulma golongan rumput (grasses) yaitu spesies Ottochloa nodosa dengan nilai sum dominancy ratio (SDR) sebesar 68.28%, disusul spesies Axonopus compressus (SDR 15.43%, golongan rumput), Paspalum conjugatum (SDR 10.70o/o, golongan rumput), dan Pennisetum polystachion (SDR 5.05%, golongan rumput). Nilai SDR spesies gulma dominan pada lahan percobaan disajikan pada Tabel2.
Tabel 2. Nilai SDR spesies gulma dominan pada areal percobaan sebelum aplikasi herbisida parakuat dan SOLUT-ION
No.
1. 2. 3. 4. 5.
Spesies Golongan SDR (%)
Ottochloa nodosa Rum put 68.28 Axonopus compressus Rum put 15.43 Paspalum conjugatum Rum put 10.70 Pennisetum po/ystachion Rum put 5.05 Gulma lain-lain 15.14
TOTAL 100.00
PROS/DING SEMINAR NASIONAL PERHORTI DAN PERAGI MAKASSAR, 14 NOVEMBER 2016
ISBN: 978-602-70240-0-7
Biomassa Gulma Total Biomassa gulma total merupakan gabungan bobot kering biomassa dari gulma dominan di
lokasi percobaan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa aplikasi herbisida parakuat tanpa penambahan Solut-ion efektif mengendalikan gulma total mulai dosis aplikasi 2.0 1/ha yang ditandai dengan bobot kering biomassa gulma total yang nyata lebih rendah dibandingkan terhadap perlakuan kontrol. Aplikasi hehrbisida parakuat pada dosis 3.0 1/ha menunjukkan hasil pengendalian yang tidak berbeda nyata dibandingkan dengan dosis 2.0 1/ha (Tabel 3).
Aplikasi herbisida parakuat 1.0 1/ha dengan penambahan Solut-ion 1.0 1/ha efektif mengendalikan gulma total yang ditunjukkan dengan bobot kering biomassa gulma total yang nyata lebih rendah dibandingkan terhadap kontrol mulai pengamatan 1 bulan setelah aplikasi (BSA) hingga pengamatan 2 BSA. Aplikasi herbisida parakuat 1.0 Vha dengan penambahan Solut-ion 1.0 1/ha menunjukkan hasil pengendalian terhadap gulma total yang tidak berbeda nyata dibandingkan terhadap perlakuan parakuat 2.0 1/ha dan 3.0 1/ha pada pengamatan 1 BSA, sedangkan pada pengamatan 2 BSA menunjukkan hasil pengendalian yang lebih rendah (Tabel3).
Aplikasi herbisida parakuat 1.0 1/ha dengan penambahan Solut-ion 2.0 1/ha menunjukkan hasil pengendalian terhadap gulma total yang tidak berbeda nyata dibandingkan terhadap perlakuan parakuat 2.0 1/ha dan 3.0 1/ha pada pengamatan 1 BSA hingga 2 BSA (Tabel3). Hasil ini menunjukkan bahwa penambahan Solut-ion dapat meningkatkan efektivitas hasil pengendalian herbisida parakuat.
Biomassa Gulma Dominan Ottochloa nodosa
Hasil percobaan menunjukkan bahwa semua perlakuan yang diuji dapat mengendalikan gulma spesies 0. nodosa yang ditunjukkan dengan bobot kering biomassa gulma 0. nodosa yang nyata lebih rendah dibandingkan terhadap kontrol. Aplikasi herbisida parakuat mulai dosis 1 .0 1/ha hingga 3.0 1/ha tanpa penambahan Solut-ion dapat mengendalikan gulma spesies 0. nodosa. Aplikasi pada dosis 2.0 1/ha dan 3.0 1/ha menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata, namun nyata lebih baik dibandingkan dengan dosis 1.0 1/ha (Tabel4).
Aplikasi herbisida paraquat 1.0 Vha dengan penambahan Solut-ion 1.0 1/ha menunjukkan dapat mengendaliakn gulma spesies 0. nodosa dengan hasil yang tidak berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan herbisida paraquat 3.0 1/ha dan dosis n2.0 1/ha pada pengamatan 1 BSA dan 2 BSA. Hasil ini menunjukkan bahwa penambahan Solut-ion 1 1/ha terbukti dapat mengurangi dosis aplikasi herbisida parakuat sebesar 1 1/ha bahkan dapat mengurangi herbisida 21iter jika aplikasi tunggalnya dengan dosis 3.0 Vha (Tabel4).
Tabel 3. Pengaruh Penambahan Solut-ion pada Aplikasi Herbisida Parakuat terhadap bobot kering biomassa gulma total
Bobot Kering Gulma Total
No Perlakuan 1 BSA 2BSA
---g/0.25 m2 ---
1. Kontrol tanpa disemprot 31.21 a 37.23 a 2. Parakuat 3.0 1/ha 1 0.22 c 19.94 c 3. Parakuat 3.0 1/ha +Solution 1.0 1/ha 9.07 c 19.78 c 4. Parakuat 2.0 1/ha 8.89 c 19.53 c 5. Parakuat 2.0 1/ha + Solution 1.0 1/ha 9.09 c 15.77 c 6. Parakuat 1.0 1/ha 23.38 ab 30.13 ab 7. Parakuat 1.0 1/ha + Solut-ion 1.0 1/ha 18.29 be 28.14 b 8. Parakuat 1.0 1/ha +Solut-ion 2.0 1/ha 14.00 c 23.27 be
Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 5%
PROS/DING SEMINAR NAS/ONAL PERHORTI DAN PERAGI MAKASSAR, 14 NOVEMBER 2016
n
: I u
I :
~
ISBN: 978-602-70240-0-7
Axonopus compressus
Hasil pereobaan menunjukkan bahwa semua perlakuan yang diuji dapat mengendalikan gulma A. compressus yang ditunjukkan dengan bobot kering biomassa gulma A. compressus yang nyata lebih rendah dibandingkan terhadap kontrol. Aplikasi herbisida parakuat pada dosis 1 1/ha hingga 3.0 1/ha tanpa penambahan Solut-ion dapat mengendalikan gulma spesies A. compressus yang ditunjukkan dengan bobot kering biomassa gulma spesies A. compressus yang nyata lebih rendah dibandingkan terhadap kontrol, mulai pengamatan 1 BSA hingga pengamatan
2 BSA (Tabel 5).
Tabel 4. Pengaruh Penambahan Solut-ion pada Aplikasi Herbisida Parakuat terhadap Bobot Kering Biomassa Gulma Spesies 0. nodosa
Bobot Kering Gulma 0. nodosa
No. Perlakuan 1 BSA 2BSA
---- g/0.25 m2 ---
1. Kontrol tanpa disemprot 26.70 a 26.65 a 2. Parakuat 3.0 1/ha 6.41 be 10.86 bed 3. Parakuat 3 1/ha + Solut-ion 1 1/ha 1.01 e 7.66 ed 4. Parakuat 2.0 Vha 1.85 e 8.58 bed 5. Parakuat 2.0 1/ha + Solut-ion 1.0 1/ha 1.41 e 5.89d 6. Parakuat 1.0 1/ha 10.49 b 14.56 b 7. Parakuat 1.0 1/ha + Solut-ion 1 .0 Vha 8.61 be 13.95 be 8. Parakuat 1.0 1/ha + Solut-ion 2.0 Vha 3.45 be 8.76 bed
Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 5%.
Aplikasi herbisida parakuat dosis 1.0 1/ha dengan penambahan Solut-ion 1.0 1/ha efektif mengendalikan gulma spesies A. compressus yangditunjukkan dengan bobot kering biomassa gulma spesies A. compressus yang nyata lebih rendah dibandingkan terhadap control. Jika dibandingkan dengan perlakuan herbisida parakuat 2.0 1/ha dan 3.0 1/ha, hasil pengendalian pada aplikasi parakuat 1.o 1/ha + Solut-ion 1.o 1/ha menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Hasil ini menunjukkan bahwa penambahan Solut-ion dapat mengurangi dosis aplikasi herbisida parakuat sebesar 1.0 1/ha hingga 2.0 1/ha untuk pengendalian gulma A. compressus di lokasi percobaan (Tabel 5).
Paspalum conjugatum
Aplikasi herbisida paraquat dosis 1.0 1/ha - 3.0 1/ha, baik dengan Solut-ion maupun tanpa Solut-ion efektif mengendalikan gulma spesies P. conjugatum yang ditunjukkan dengan bobot kering biomassa gulma tersebut yang nyata lebih rendah dibandingkan terhadap kontrol, mulai 1 BSA hingga 2 BSA (Tabel 6). Hasil ini menunjukkan bahwa aplikasi herbisida paraquat dosis 1.0 1/ha sudah efektif mengendalikan gulma spesies P. conjugatum, sehingga penambahan Solut-ion tidak tertihat pengaruhnya dalam menekan gulma P. conjugatum. Hal ini disebabkan karena gulma P. conjugatum termasuk gulma lunak.
PROS/DING SEMINAR NAS/ONAL PERHORTI DAN PERAG/ MAKASSAR, 14 NOVEMBER 2016
ISBN: 978-602-70240-0-7
Tabel 5. Pengaruh Penambahan Solut-ion pada Aplikasi Herbisida Parakuat terhadap Bobot Kering Biomassa Gulma Spesies A. compressus
No. Perlakuan
1. Kontrol tanpa disemprot 2. Parakuat 3.0 1/ha 3. Parakuat 3 Vha + Solut-ion 1 1/ha 4. Parakuat 2.0 1/ha 5. Parakuat 2.0 1/ha +Solut-ion 1.0 1/ha 6. Parakuat 1.0 1/ha 7. Parakuat 1.0 1/ha +Solut-ion 1.0 Vha 8. Parakuat 1.0 1/ha +Solut-ion 2.0 1/ha
Bobot Kering Gulma A. compressus
1 BSA 2 BSA
g/0.25 m2 ------
45.90 a 45.90 a 2.96e 4.51 eel 2.47c 3.44 d 3.41 be 5.02 bed 2.48e 3.70 cd 5.61 b 7.83b 4.48 be 6.71 be 3.18 c 4.84 bed
Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sam a pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan tarat 5%.
Pennisetum po/ystachion
Aplikasi herbisida parakuat pada dosis 1 1/ha hingga 3.0 1/ha, baik dengan penambahan Solut-ion maupun tanpa Solut-ion dapat mengendalikan gulma spesies P. polystachion yang ditunjukkan dengan bobot kering biomassa gulma spesies P. polystachion yang nyata lebih rendah dibandingkan terhadap kontrol, mulai pengamatan 1 BSA hingga 2 BSA (Tabel 7). Gulma spesies P. polystachion termasuk gulma golongan rumput yang mudah dikendalikan dengan aplikasi herbisida parakuat, sehingga dengan aplikasi pada dosis 1.0 1/ha sudah efektif mengendalikan gulma tersebut. Dengan demikian, penambahan Solut-ion tidak terlihat pengaruhnya terhadap pengendalian gulma spesies P. polystachion di lokasi percobaan.
Tabel 6. Pengaruh Penambahan Solut-ion pada Aplikasi Herbisida Paraquat terhadap Bobot Kering Biomassa Gulma Spesies P. conjugatum
No. Perlakuan
1. Kontrol tanpa disemprot 2. Parakuat 3.0 1/ha 3. Parakuat 3 1/ha + Solut-ion 1 1/ha 4. Parakuat 2.0 1/ha 5. Parakuat 2.0 1/ha + Solut-ion 1.0 1/ha 6. Parakuat 1.0 1/ha 7. Parakuat 1.0 1/ha + Solut-ion 1.0 1/ha 8. Parakuat 1.0 1/ha +Solut-ion 2.0 1/ha
Bobot Kering Gulma P. conjugatum
1 BSA 2 BSA
g/0.25 m2
30.23a 30.23a 3.91b 6.56b 4.70b 7.78b 3.13b 5.44b 5.20b 6.17b 6.61b 8.79b 7.46b 7.87b 6.84b 9.14b
Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sam a pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 5°A».
PROS/DING SEMINAR NASIONAL PERHORTI DAN PERAGI MAKASSAR. 14 NOVEMBER 2016
fl i l
n
n I I
u
l ! , I ~
ISBN: 978-602-70240-0-7
Persentase Pengendalian Gulma
Aplikasi herbisida parakuat pada dosis 2 llha hingga 3.0 1/ha tanpa penambahan Solu-ion menunjukkan persentase pengendalian di atas 90o/o, sedangkan pada dosis 1.0 1/ha tanpa penambahan Solut-ion menunjukkan persentase pengendalian hanya sebesar 60% dibandingkan terhadap kontrol (Tabel 8).
Penambahan Solut-ion 1.0 1/ha pada aplikasi herbisida parakuat dosis 2.0 J/ha menunjukkan persentase pengendalian gulma yang tidak berbeda nyata dibandingkan temadap perlakuan aplikasi parakuat 3.0 1/ha. Hasil ini menunjukkan bahwa penambahan Solut-ion 1.0 1/ha dapat meningkatkan efisiensi pengendalian dan mengurangi penggunaan parakuat (Tabel 8).
Aplikasi herbisida parakuat 1.0 1/ha + Solut-ion 1.0 llha menunjukkan persentase pengendalian gulma yang cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan aplikasi parakuat dosis 1.0 1/ha, yakni sekitar 10°/0 peningkatan persentase pengendalian. Hasil ini juga menunjukkan bahwa penambahan Solut-ion 1.0 1/ha dapat meningkatkan efektivitas pengendalian gulma di lokasi percobaan.
Tabel 7. Pengaruh penambahan Parakuat terhadap bobot kering biomassa gulma spesies P. po/ystachion
No. Perlakuan
1. Kontrol tanpa disemprot 2. Parakuat 3.0 1/ha 3. Parakuat 3.0 1/ha + Solut-ion 1.0 1/ha 4. Parakuat 2.0 1/ha 5. Parakuat 2.0 1/ha + Solut-ion 1.0 1/ha 6. Parakuat 1.01/ha 7. Parakuat 1.0 1/ha + Solut-ion 1.0 1/ha 8. Parakuat 1.0 1/ha +Solut-ion 2.0 1/ha
Bobot Kering Gulma P. po/ystachion
1 BSA 2 BSA
g/0.25 m2
14.65a 14.65a 0.56b 0.56b 0.89b 0.89b 0.49b 0.49b O.OOb O.OOb 0.67b 0.67b 1.32b 1.32b 0.53b 0.53b
Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sam a pada kolom yang sam a menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 5%.
Fitotoksisitas pada Tanaman Kelapa sawit TBM
Hasil pengamatan terhadap fltotoksisitas pada saat 2, 4, dan 6 minggu setelah aplikasi (MSA) menunjukkan bahwa aplikasi herbisida parakuat pada dosis 1 1/ha hingga 3.0 1/ha, baik dengan penambahan Solut-ion maupun tanpa Solut-ion tidak menyebabkan gejala fitotoksisitas pada tanaman kelapa sawit tanaman belum menghasilkan (TBM).
Tabel 8. Pengaruh Penambahan Solut-ion pada Aplikasi Herbisida Parakuat terhadap persentase pengendalian gulma pada 1 MSA hingga 4 MSA
No Perlakuan
Persentase Pengendalian Gulma
1 MSA 2 MSA 3 MSA 4MSA
PROS/DING SEMINAR NASIONAL PERHORTI DAN PERAGI MAKASSAR, 14 NOVEMBER 2016
ISBN: 978-602-70240-0-7
1. Kontrol tanpa disemprot O.OOe O.OOe O.OOe O.OOe 2. Parakuat 3.0 1/ha 90.42ab 90.42a 84.59ab 83.34ab 3. Parakuat 3.0 1/ha + Solut-ion 1.0 1/ha 95.83a 95.83a 91.67a 86.67ab 4. Parakuat 2.0 1/ha 95.00a 94.58a 91.67a 89.17a 5. Parakuat 2.0 1/ha + Solut-ion 1.0 1/ha 87.50ab 87.50ab 85.00ab 84.59ab 6. Parakuat 1.0 1/ha 65.00d 65.00d 57.92d 51.67d 7. Parakuat 1.0 1/ha + Solut-ion 1.0 1/ha 74.59cd 74.17cd 73.33c 72.50bc 8. Parakuat 1.0 1/ha +Solut-ion 2.0 1/ha 79.17bc 78.75bc 74.17bc 68.75c
Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 5%.
Analisls Residu pada Tanah
Hasil analisis residu parakuat pada tanah di piringan kelapa sawit TBM pada saat 3 bulan setelah aplikasi herbisida menunjukkan bahwa pengurangan dosis aplikasi herbisida parakuat akan mengurangi residu parakuat di dalam tanah ataupun sebaliknya. Data TabeJ 9 memperlihatkan adanya residu parakuat pada tanah di piringan kelapa sawit sebesar 0.0000063 ppm pada aplikasi herbisida parakuat 2.0 1/ha. Per1akuan kontrol terdapat residu parakuat sebesar 0.0000034 ppm yang diduga berasal dari sisa-sisa aplikasi hehrbisida sebelum dilakukannya percobaan. Penambahan Solut-ion 1.0 1/ha pada aplikasi herbisida parakuat 1.0 1/ha memperlihatkan tidak terdeteksi residu parakuat. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan Solut-ion 1.0 1/ha dapat mengurangi residu paraquat karena dapat mengurangi penggunaan herbisida parakuat.
Tabel9. Hasil Analisis Residu Parakuat pada Tanah di Piringan Kelapa Sawit TBM pada Saat 3 Bulan Setelah Aplikasi Herbisida Parakuat
No. Perlakuan
1. Kontrol 2. Parakuat 2 1/ha 3. Parakuat 1 1/ha + SOLUT-ION 1 1/ha
Residu (ppm)
0.0000034 0.0000063
Ttd
Sumber : Laboratorium Pengujian Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian I Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian I Kementerian Pertanian (2014).
KESIMPULAN
1. Penambahan Solut-ion pada aplikasi herbisida parakuat dapat meningkatkan efisiensi pengendalian gulma pada perkebunan kelapa sawit TBM dan terbukti dapat mengurangi penggunaan herbisida parakuat. Gulma terkendalikan mulai pengamatan 1 bulan setelah aplikasi (BSA) hingga pengamatan 2 BSA.
2. Aplikasi herbisida parakuat 1.0 1/ha + Solut-ion 1.0 1/ha dapat mengendalikan gulma-gulma dominan yang terdapat di lokasi percobaan dengan hasil yang tidak berbeda nyata dengan aplikasi herbisida parakut dosis 2.0 1/ha dan 3.0 1/ha tapa Solut-ion. Gulma dominan yang terkendalikan yaitu gulma spesies
PROS/DING SEMINAR NAS/ONAL PERHORTI DAN PERAGI MAKASSAR, 14 NOVEMBER 2016
n
II
J I
n t 1
u
< I
I ;
~
! ) L
ISBN: 978-602-70240-0-7
Ottochloa nodosa, Axonopus compressus, Paspa/um conjugatum, dan Pennisetum polystachion.
3. Aplikasi herbisida parakuat pada dosis 1 1/ha hingga 3.0 1/ha baik dengan Solut-ion maupun tanpa Solut-ion tidak menyebabkan gejala fitotoksisitas pada tanaman kelapa sawit Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) di lokasi percobaan.
4. Penambahan Solution 1.0 1/ha dapat mengurangi pen'ggunaan herbisida parakuat dan dapat mengurangi residu parakuat pada tanah di piringan kelapa sawit TBM.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2014. Statistik Perkebunan Indonesia. Kelapa Sawit. Departemen Pertanian. Jakarta. http://www.deptan.go.id. [22 Nop 2014].
Radosevich, S., J. Halt, C. Ghiersa. 1997. Weed Ecology. Implication for Management. Second Edition. John Wileys Sons. New York. 589p.
Singh, P .H., D.R. Batish, and R.K. Kohli (eds). 2005. Handbook of Sustainable Weed Management. Food Product Press. New York. 892p.
Syamsudin, E., T.L Tobing dan R. A Lubis. 1992. Pemberantasan Gulma Terpadu pada Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia. Bull. Puslitbun. Marihat. Medan. 12(2):30-40.
Tjitrosoedirdjo, S., I. H. Utomo, dan J. Wiroatmodjo. 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. PT Gramedia. Jakarta.
PROS/DING SEMINAR NASIONAL PERHORTI DAN PERAGI MAKASSAR, 14 NOVEMBER 2016