repositori.unud.ac.id...efektivitas irigasi, peningkatan sdm, memfasilitasi berbagai kepentingan...

65
1

Upload: others

Post on 21-Oct-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 1

  • 2

  • 3

  • 4

  • 5

  • 6

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Keberadaan subak sebagai lembaga irigasi tradisional yang bercorak sosio

    religius dengan dilandasi oleh jiwa dan semangat gotong royong yang tinggi, rupanya

    telah menarik minat banyak peneliti asing untuk mempelajarinya secara lebih

    mendalam. Peranan subak sebagai mitra pemerintah dalam ikut mensukseskan

    program–program pembangunan dibidang pertanian, khususnya dalam produksi

    beras, tidak dapat diabaikan. Oleh sebab itu subak sebagai warisan budaya yang

    bernilai luhur, kiranya perlu dilestarikan eksistensinya. Dilestarikan dalam arti bukan

    sekedar mempertahankan nilai–nilai lama, tetapi sekaligus membina dan

    mengembangkannya, agar subak menjadi lebih kuat dan mandiri sehingga tangguh

    menghadapi segala tantangan modernisasi. Tantangan yang menghambat laju

    pembangunan pertanian saat ini antara lain menurunnya kuantitas dan kualitas air,

    alih fungsi lahan yang terus meningkat dan peningkatan produksi pangan yang tidak

    sebanding dengan pesatnya pertumbuhan penduduk (Sutawan, dalam subak 1993)

    Pernyataan ini sesuai dengan uraian yang tertuang dalam Kebijakan

    Pembangunan Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Bali 2007, tentang permasalahan

    yang dihadapi dalam pembangunan sub sektor tanaman pangan antara lain : 1) Rata-

    rata kepemilikan lahan sempit, kebanyakan petani di Bali (54,81%) mengusahakan

    lahan sawah dibawah 0,50 Ha dan lahan tersebut cenderung mengecil karena adanya

    proses fragmentasi lahan sebagai akibat dari sitem/pola warisan, 2) Alih fungsi lahan

  • 7

    pertanian produktif khususnya lahan sawah cenderung berkurang setiap tahun karena

    beralih fungsi ke non pertanian, 3) belum adanya jalinan kemitraan yang mantap antar

    petani/kelompok tani dengan pengusaha. Sebagai suatu konskuensi dari

    pembangunan daerah baik untuk sektor pertanian maupun non pertanian, maka

    permasalahan tersebut perlu diatasi sedini mungkin dan sekaligus merupakan suatu

    tantangan didalam program–program pembangunan dimasa depan. Untuk itu perlu

    adanya pemikiran guna mengantisipasi terjadinya alih fungsi profesi maupun alih

    fungsi lahan pertanian yang dapat mengancam kelestarian lahan sawah di kota

    Denpasar. Pernyataan ini didukung dengan direncanakannya Kebijakan

    Pembangunan Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Bali Tahun 2007, yaitu tentang

    program pembangunan pertanian tanaman pangan melalui : 1) pengembangan SDM

    petani melalui penyuluhan maupun pelatihan, 2) pemantapan kelembagaan melalui

    pembinaan dan fasilitasi kelompok tani/subak.

    Seiring dengan laju pembangunan di berbagai sektor di kota Denpasar,

    khususnya industri dan prasarana phisik lainnya, ternyata telah memberikan pengaruh

    yang sangat signifikan terhadap pembangunan pertanian, terutama adanya penyusutan

    lahan sawah.

    Hal ini perlu mendapat perhatian yang serius bagi semua pihak karena

    keadaan ini dapat memberikan konskuensi pada keterjaminan ketahanan pangan dan

    juga keberlanjutan sistem irigasi subak, sebagai salah satu sumberdaya budaya Bali

    umumnya, dan kota Denpasar khususnya. Seperti diketahui bahwa pada tahun 1993

    tercatat 45 subak yang ada di kota Denpasar, sedangkan pada tahun 2006 tercatat 41

  • 8

    subak yang tersebar Empat kecamatan di kota Denpasar. Terdapat beberapa

    penyebab terhadap ketidak berlanjutan empat subak tersebut antara lain : 1) beralih

    fungsinya seluruh lahan sawah menjadi lahan non pertanian, 2) beralihnya mata

    pencaharian petani dari sektor pertanian ke non pertanian, 3) terganggunya jaringan

    irigasi subak sebagai akibat pembangunan untuk pengembangan pemukiman.

    Sejalan dengan berbagai permasalahan yang terkait antara yang satu dengan yang

    lainnya akan menempatkan petani pada posisi yang sulit karena berpengaruh terhadap

    hasil produksi dan kelangsungan usaha tani jangka panjang.

    Atas dasar kenyataan tersebut maka sangat diperlukan konsep pemikiran tentang

    usaha pembinaan, pelestarian, pengembangan dan perlindungan terhadap anggota

    subak/para petani agar tetap dapat berdaya guna dalam pengembangan pembangunan

    pertanian khususnya dalam pemeliharaan semua fasilitas bangunan irigasi yang ada di

    setiap wilayah subak.. Hal ini dapat dilakukan dengan mengoptimalkan fungsi dan

    efektivitas irigasi, peningkatan SDM, memfasilitasi berbagai kepentingan petani

    dengan tujuan dapat meningkatkan peran serta petani dalam menjaga kelangsungan

    pembangunan pertanian. Menurut pandangan N. Sutawan (1993:193) perlu adanya

    pemikiran tentang strategi pelestarian dan pengembangan subak, dengan langkah–

    langkah kebijakan yang kiranya perlu ditempuh antara lain :

    1) Meningkatkan partisipasi petani dalam proyek–proyek peningkatan/

    pembangunan jaringan irigasi.

    2) Memberikan peranan yang lebih besar kepada subak dalam pengelolaan

    jaringan irigasi.

  • 9

    3) Memfasilitasi pembentukan wadah koordinasi antar subak

    4) Memberikan bantuan perbaikan/penyempurnaan jaringan irigasi sebelum

    diserahkan pengelolaannya kepada subak

    5) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam bidang yang

    berkaitan dengan pengelolaan jaringan irigasi dan usaha tani.

    Penekanan dari uraian tentang strategi pelestarian dan pengembangan subak tersebut

    diatas adalah dengan melibatkan para petani (anggota subak) dalam pengambilan

    keputusan karena telah terbukti dapat memberikan dampak positif terhadap

    keterpaduan sistem operasional pemeliharaan bangunan irigasi dan pengelolaan air

    dalam pemberdayaan pembangunan pertanian yang berkelanjutan. Disamping itu

    dengan adanya pendekatan partisipatif (action research), juga bertujuan untuk

    mendapatkan pemecahan persoalan berdasarkan kebutuhan nyata para petani

    (anggota subak) secara langsung di wilayah irigasi mereka. Kondisi ini sesuai dengan

    yang termuat dalam Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004

    tentang Sumber Daya Air antara lain menyatakan :

    1) Masyarakat ikut berperan dalam pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sumber

    daya air

    2) Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sistem jaringan ditetapkan sebagai

    berikut:

    - Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sistem irigasi primer dan sekunder

    menjadi wewenang dan tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah

    sesuai kewenangannya.

  • 10

    - Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sistem irigasi tersier menjadi hak dan

    tanggung jawab Petani Pemakai Air (P3A) yang di Bali dikenal dengan

    Subak.

    Pelaksanaan dari Undang–Undang ini diharapkan dapat menunjang pencapaian hasil

    produksi pangan seoptimal mungkin sesuai kemampuan sumber air, serta menjaga/

    mempertahankan kelestarian prasarana irigasi agar dapat dimanfaatkan seoptimal

    mungkin oleh para petani subak.

    Dalam pembangunan pertanian yang berbasis subak salah satu langkah

    strategis pelestarian dan pengembangan subak yang perlu diperhatikan adalah

    meningkatkan pengetahuan dan kepemimpinan subak dalam bidang yang berkaitan

    dengan pengelolaan dan pemeliharaan bangunan penunjang jaringan irigasi yang

    menjadi tanggung jawab dari petani khususnya di jaringan tersier.

  • 11

    1.2 Rumusan Masalah

    Dalam penelitian ini dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut

    1) Adakah pengaruh faktor pengetahuan dan kepemimpinan subak secara

    dominan terhadap pemeliharaan bangunan air pada jaringan irigasi tersier di

    Kecamatan Denpasar Selatan

    2) Manakah diantara faktor pengetahuan dan kepemimpinan subak yang

    berpengaruh secara dominan terhadap pemeliharaan bangunan air pada

    jaringan irigasi tersier di Kecamatan Denpasar Selatan

    1.3 Tujuan Penelitian

    2) Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh faktor pengetahuan dan

    kepemimpinan subak secara dominan terhadap pemeliharaan bangunan air

    pada jaringan irigasi tersier di Kecamatan Denpasar Selatan.

    3) Untuk mengetahui manakah diantara faktor pengetahuan dan kepemimpinan

    subak yang berpengaruh secara dominan terhadap pemeliharaan bangunan air

    pada jaringan irigasi tersier di Kecamatan Denpasar Selatan

    1.4 Manfaat Penelitian

    1) Manfaat teoritis

    - Dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam bidang ilmu Teknik Sipil

    (hidro) dalam pembangunan pertanian berbasis subak, khususnya mengenai

    konsep pemberdayaan petani dalam usaha pelestarian subak

  • 12

    - Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan referensi bagi para pihak yang

    ingin melakukan penelitian lebih lanjut dan sebagai sarana untuk

    membuktikan teori tentang faktor pengetahuan dan kepemimpinan subak,

    yang dapat mempengaruhi partisipasi petani dalam pembangunan pertanian.

    2) Manfaat praktis

    - Dapat digunakan untuk mengidentifikasi setiap variabel tersebut diatas

    dalam keterkaitannya untuk evaluasi dan mengaplikasikannya lebih

    lanjut dalam praktek dilapangan.

    - Dapat memberikan masukan kepada instansi terkait, kelompok petani/

    subak tentang faktor–faktor dominan yang terkait dengan usaha

    pembangunan pertanian.

    - Selanjutnya dapat dijadikan dasar membuat kebijakan dalam rangka

    mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan kebijakan yang akan

    dikerjakan

  • 13

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Pembangunan Pertanian Berbasis Subak

    Dalam pembangunan pertanian, pembangunan irigasi merupakan salah satu

    komponen kegiatan yang sangat penting, karena keberhasilan pembangunan

    pertanian, khususnya pertanian lahan basah akan sangat ditentukan oleh ketersediaan

    air (kontinyuitas air). Pembangunan pertanian, khususnya dalam usaha meningkatkan

    produksi pertanian, secara umum dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu intensifikasi

    dan ekstensifikasi. Untuk pertanian lahan sawah, baik intensifikasi maupun

    ekstensifikasi harus dibarengi dengan perbaikan serta perluasan irigasi (Wardoyo,

    1982 ). Salah satu pemikiran dalam paradigma baru pembangunan pertanian adalah

    bagaimana kita dapat menciptakan kebijaksanaan pertanian yang menjamin agar para

    petani memperoleh hak mereka atas air dan bibit, yang mereka butuhkan untuk

    mengelola usaha tani secara lestari. Oleh karena itu, usaha pertama yang perlu

    dilakukan untuk menjamin hak petani atas air adalah memberdayakan organisasi

    Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A). Pemerintah negara–negara yang sedang

    berkembang perlu memberikan hak-hak politik bagi organisasi tersebut, untuk

    melindungi dan memperjuangkan hak petani atas air (Loekman Soetrisno, 1999: 62 ).

    Menurut pendapat Sumodiningrat (2000:7) menyebutkan bahwa pembangunan

    pertanian harus ditujukan untuk mempersiapkan masyarakat petani berkemampuan

    dalam memantapkan proses perubahan–perubahan struktur yang muncul dan

    kemampuan petani itu sendiri. Perubahan struktur masyarakat petani diawali dari

  • 14

    pengelolaan kegiatan sosial ekonomi produktif. Kegiatan produksi dilakukan untuk

    menghasilkan pendapatan yang dapat memberikan nilai tambah secara efektif dan

    efisien sehingga menimbulkan surplus yang dapat dimanfaatkan.

    Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan nasional,

    karena visi dan misi pembangunan pertanian dirumuskan dalam kerangka dan

    mengacu pada pencapaian visi dan misi pembangunan nasional. Visi pembangunan

    pertanian nasional adalah terwujudnya pertanian modern, tangguh dan efisien menuju

    masyarakat Indonesia yang sejahtera. Sedangkan misi pembangunan pertanian

    nasional adalah : 1) menggerakan berbagai upaya untuk memanfaatkan sumberdaya

    pertanian secara optimal dan menerapkan teknologi tepat serta spesifik lokasi dalam

    rangka membangun pertanian yang berdaya saing tinggi dan berkelanjutan, 2)

    memberdayakan masyarakat pertanian menuju wiraswasta agribisnis yang mandiri,

    maju dan sejahtera.

    Upaya yang ditempuh oleh pemerintah dalam agenda reformasi pembangunan

    pertanian adalah mengembangkan ketahanan pangan yang berbasis pada kemampuan

    produksi, keragaman sumberdaya pangan, serta kelembagaan dan budaya lokal

    (Departemen Pertanian, 2000). Hal ini bisa ditempuh dengan pemberdayaan petani

    melalui usaha kelompok agar mampu secara efektif mengartikulasikan aspirasi

    kepentingan petani. Adanya organisasi petani yang kuat merupakan faktor kunci agar

    kepentingan petani dapat lebih diperhatikan dalam kebijakan pembangunan dan

    kemampuan mereka dalam melaksanakan pembangunan pertanian agar dapat lebih

    diberdayakan. Pengmbangan lembaga tradisional dalam pembangunan pertanian

  • 15

    yang mengarah ke bidang ekonomi/komersial yang berpola agribisnis perlu mendapat

    perhatian yang serius.

    Dewasa ini, pembangunan pertanian masih menjadi prioritas dalam

    pembangunan nasional kita mengingat sebagian terbesar masyarakat adalah petani

    baik yang mengusahakan lahan di lahan sawah maupun di lahan kering. Oleh karena

    itu jumlah petani sangat besar, maka setiap kebijakan yang terkait dengan pertanian

    haruslah berorientasi pada kesejahteraannya, peningkatan produksi, kualitas produksi

    dan memiliki daya saing sehingga pada gilirannya meningkatkan kesejahteraan

    masyarakat petani (Sedana, dalam Revitalisasi Subak dalam Memasuki Era

    Globalisasi).

    Pembangunan pertanian berbasis subak yang ada di Bali memiliki beberapa

    kewajiban yang harus dilaksanakan seperti tercantum dalam Peraturan Daerah

    Tingkat I Bali, No.02/PD/DPRD/1972 yang menyebutkan bahwa : 1) Subak

    berkewajiban mengatur rumah tangganya sendiri baik dalam mengusahakan adanya

    air maupun mengatur air dengan tertib dan efektif untuk persawahan para anggota

    subak di dalam wilayahnya, 2) subak memelihara dan menjaga prasarana–prasarana

    irigasi dengan sebaik–baiknya yang diperlukan untuk menjamin kelancaran dan

    tertibnya di dalam wilayahnya, 3) Dalam melaksanakan urusan rumah tangganya,

    subak menjalankan peraturan–peraturan, awig–awig dan sima subak yang baru, 4)

    subak menyelesaikan perselisihan–perselisihan/sengketa yang timbul dalam rumah

    tangganya, 5) apabila ada pelanggaran dan tindak pidana diselesaikan menurut hukum

    yang berlaku.

  • 16

    Subak sebagai suatu sistem irigasi yang dikelola petani secara swadaya untuk

    tanaman semusim khususnya padi, memiliki beberapa elemen yang saling terkait

    yaitu : 1) organisasi petani pengelola air irigasi, 2) jaringan irigasi/sarana prasarana

    irigasi, 3) produksi pangan, 4) ekosistem lahan sawah berigasi, 5) ritual keagamaan

    terkait dengan budidaya petani. Kelestarian subak dalam pembangunan pertanian

    akan terwujud jika kelestarian organisasi subak (institutional Sustainability),

    kelestarian jaringan irigasi (technical sustainability), kelestrian produksi pangan

    (economic sustainability), kelestarian ekosistem lahan sawah (ecological

    Sustainability), kelestarian nilai–nilai sosial budaya/ritual keagamaan (socio cultural

    sustainability) dan kelestarian DAS dan sumber air bagian hulu (environmental

    sustainability) dapat dijaga.

    2.2 Pemberdayaan Petani Dalam Pembangunan Pertanian Berbasis Subak

    Pemberdayaan masyarakat diartikan sebagai proses yang mengembangkan dan

    memperkuat kemampuan masyarakat untuk terus terlibat dalam proses pembangunan

    yang berlangsung secara dinamis dan masyarakat dapat menyelesaikan masalah yang

    dihadapinya dan mengambil keputusan secara bebas (independent) dan mandiri.

    Pemberdayaan P3A seperti dimaksud dalam inpres No.3/1999 adalah untuk

    mewujudkan kelembagaan P3A yang otonom, mandiri, mengakar di masyarakat,

    bersifat sosial, ekonomi, budaya dan berwawasan lingkungan serta memberikan

    kemudahan dan peluangnya kepada anggota untuk secara demokratis membentuk

    organisasi/unit usaha ekonomi ditingkat usaha tani sesuai dengan pilihannya.

    Memberdayakan mengandung pula arti melindungi, melindungi harus dilihat sebagai

  • 17

    upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta eksploitasi

    terhadap yang lemah (Syamsul, Dewi 2007). Salah satu misi yang ditetapkan dalam

    Rencana pembangunan Jangka panjang Tahun 1999–2004 yaitu pemberdayaan

    masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi nasional, terutama pengusaha kecil,

    menengah dan koperasi dengan mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan yang

    bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan berbasis pada sumberdaya alam

    dan sumberdaya manusia yang produktif, mandiri, maju, berdaya saing, berwawasan

    lingkungan dan berkelanjutan.

    Subak sebagai lembaga tradisional yang bergerak dibidang pertanian dikenal

    sebagai organisasi agraris, religius yang ada di Bali sejak dahulu dipertahankan

    keberadaannya sampai sekarang merupakan salah satu kekayaan budaya nasional di

    Negara Kesatuan Republik Indonesia. Nama subak yang kita warisi ini sudah terkenal

    di seluruh dunia dan khususnya untuk tingkat nasional telah banyak mempelajari

    sistem subak ini untuk diterapkan di beberapa daerah di Indonesia (Dinas

    Kebudayaan Provinsi Bali 2007). John. S. Ambler (1990) menyatakan bahwa “ subak

    dengan alat keirigasiannya yang nampaknya sederhana saja merupakan salah satu

    organisasi petani pemakai air yang paling canggih di seluruh dunia “. Dari pernyataan

    diatas mengandung makna bahwa keberadaan subak di Bali hendaknya tetap

    dipertahankan dan perlu lebih ditingkatkan peranannya di bidang pertanian dalam arti

    yang seluas–luasnya. Pemberdayaan adalah rangkaian upaya aktif yang dilakukan

    dalam rangka menjaga agar kondisi dan keberadaan lembaga subak dapat lestari dan

    makin kokoh, sehingga dapat berperan positif dalam pelaksanaan pembangunan. Kata

  • 18

    pemberdayaan mengandung arti bahwa upaya yang dilakukan diarahkan untuk

    meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia baik secara pribadi maupun secara

    organisatoris dalam rangka memajukan usaha tani khususnya dan usaha–usaha

    lainnya yang erat kaitannya dengan sektor pertanian (Dinas Kebudayaan Provinsi

    Bali 2007 ).

    Beberapa langkah strategis dalam upaya pelestarian dan pemberdayaan subak

    adalah memperkuat/memperdayakan kelembagaan subak mulai pendekatan–

    pendekatan berikut : 1) peningkatan penyediaan pelayanan pendukung (support

    services) seperti kredit usaha tani yang mudah diakses tanpa prosedur yang berbelit–

    belit, informasi pasar, penyuluhan pertanian, 2) pelatihan dan pendidikan khususnya

    bagi para pimpinan subak dalam berbagai bidang seperti operasi dan pemeliharaan

    jaringan irigasi, pembukuan/manajemen keuangan, kepemimpinan, kewiraswastaan/

    entrepeneurship, perkoperasian, 3) memfasilitasi pengembangan subak menjadi

    lembaga irigasi berorientasi agribisnis, agrowisata, dan ekowisata guna meningkatkan

    kemampuan finansialnya tanpa melalaikan tugas–tugas pokoknya sebagai pengelola

    air irigasi yang bercorak sosio–religius, 4) memfasilitasi kemitraan subak dengan

    desa adat/desa pekraman, koperasi, asosiasi perhotelan, asosiasi restoran dan

    lembaga–lembaga lain baik pemerintah maupun swasta sesuai kebutuhan, 5) bantuan

    pemerintah bagi subak yang benar-benar membutuhkan perbaikan jaringan irigasi

    yang rusak berat karena tidak dapat ditangani sendiri berdasarkan pendekatan

    partisipatoris, 6) pengakuan subak sebagai badan hukum agar bisa melakukan

    transaksi ekonomi dan mencari kredit di bank, melalui peraturan daerah (Perda) tanpa

  • 19

    harus melalui prosedur yang kini masih dianggap memberatkan petani karena harus

    diproses melalui Pengadilan Negeri setempat. Langkah lainnya dalam pemberdayaan

    subak adalah dengan membatasi alih fungsi lahan, dapat dilakukan dengan :1)

    perencanaan tata ruang dan penggunaan tanah yang cermat dengan

    mempertimbangkan ketersediaan air, 2) pembuatan perangkat hukum atau peraturan

    yang melarang penggunaan sawah untuk usaha non pertanianpada tempat–tempat

    yang sudah jelas ditetapkan sebagai tempat konservasi sawah dengan penegakan

    hukum yang ketat, 3) bebas/keringanan pajak bagi petani anggota subak dan insentif

    lainnya untuk mendorong para petani tidak mengalih fungsikan sawahnya, untuk

    mewujudkan semua itu, maka tidak kalah pentingnya adalah melakukan penelitian

    mengenai subak dari berbagai aspeknya termasuk penelitian–penelitian mengenai

    kearifan lokal agar mendapat pemahaman yang lebih holistik (Sutawan dalam

    Revitalisasi Subak Dalam Memasuki Era Globalisasi 2007)

    Melihat bahwa tantangan petani ke depan menuntut adanya berbagai usaha

    pemberdayaan terhadap petani anggota subak, yang harus dilakukan dengan

    pendekatan partisipatif. Pemberdayaan subak diharapkan mampu menimbulkan sikap

    petani yang semakin loyal terhadap profesinya, mandiri dalam pengambilan

    keputusan dan memiliki wawasan ekonomis/agribisnis. Pemberdayaan ini

    merupakan prasyarat dalam usaha pelestarian subak (Gede Sedana, dalam Revitalisasi

    Subak Dalam Memasuki Era Globalisasi 2007).

  • 20

    2.3 Pengetahuan Petani Dalam Pembangunan Pertanian

    Perbedaan tingkat pengetahuan yang dimiliki masyarakat yang satu dengan

    masyarakat lainnya, akan menimbulkan perbedaan pandangan dan kesadaran akan

    kebutuhan teknologi sebagai sarana menuju perbaikan kehidupan dalam mengatasi

    berbagai permasalahan yang ada ditengah–tengah masyarakat tersebut. Suatu

    masyarakat dengan tingkat pengetahuan yang tinggi biasanya dibarengi dengan

    kesadaran akan kebutuhan hidup yang tinggi pula. Dengan adanya kesadaran akan

    kebutuhan tuntutan hidup yang tinggi (lebih baik), timbul kesadaran akan pentingnya

    suatu teknologi yang dapat menciptakan perbaikan–perbaikan dalam kehidupan.

    Dengan demikian, suatu masyarakat dengan tingkat pengetahuan yang tinggi akan

    lebih mudah menyerap suatu teknologi yang diperkenalkan dan atau ditengah–tengah

    lingkungannya (Dikti 1990: 23). Pandangan umum lainnya tentang pengetahuan

    adalah hasil belajar baik formal maupun non formal yang diperoleh dari hasil

    interaksi dengan masyarakat. Disebutkan pula luasnya cakrawala pengetahuan

    seseorang tidak terlepas dari pengetahuannya dalam hidup masyarakat. Akibatnya

    pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang tidaklah berbeda jauh dengan warga

    lainnya apabila pengetahuan yang didapat semata–mata berasal dari interaksi sosial

    sesama warga tempat ia hidup (Depdibud 2000:9). Kemiskinan dalam ilmu

    pengetahuan akan menjadi salah satu penyebab mundurnya tingkat keberlanjutan

    proses pembangunan. Dampaknya adalah penduduk yang relatif miskin ilmu

    pengetahuan akan menjadi kurang peduli dan memiliki kesadaran rendah terhadap

    lingkungannya serta semakin tertutup akan adanya inovasi–inovasi teknologi. Untuk

  • 21

    itu, dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia anggota petani yang tercermin

    dari tingkat pengetahuan yang dimiliki, ada beberapa aspek yang perlu ditumbuhkan

    : 1) adanya pengetahuan teknis, 2) penciptaan peluang–peluang beragribisnis, 3) juga

    aspek-aspek administrasi (Sedana 2003, dalam Revitalisasi Subak Dalam Memasuki

    Era Globalisasi ). Program pendidikan dan pelatihan bagi para petani, khususnya

    pengurus subak perlu dilakukan terutama pada hal–hal yang berkaitan dengan

    peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam berbagai bidang seperti

    operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi, manajemen agribisnis, pembukuan dan

    kewirausahaan. Pelaksanaan Sekolah Lapangan (SL) yang merupakan salah satu

    metode pembelajaran orang dewasa untuk memberikan keterampilan kepada petani

    sangat cocok dilakukan sehingga petani mampu menemukenali permasalahan yang

    dihadapinya, selanjutnya mencari alternatif pemecahannya (Sutawan 1998, dalam

    Revitalisasi Subak Dalam Memasuki Era Globalisasi). Dapat disimpulkan bahwa

    pengetahuan yang didapat baik formal maupun non formal yang diperoleh secara

    mandiri atau dari hasil interaksi dapat meningkatkan wawasan dan kepekaan mereka

    terhadap tuntutan perubahan termasuk kepedulian mereka akan inovasi, dalam hal ini

    adalah pembangunan pertanian.

    2.4 Kepemimpinan Subak Dalam Pembangunan Pertanian

    Kepemimpinan telah menjadi topik yang sangat menarik dari para ahli sejarah

    dan filsafat sejak masa dahulu, dan menawarkan 350 definisi tentang kepemimpinan.

    Salah seorang ahli menyimpulkan bahwa ” kepemimpinan merupakan salah satu

  • 22

    fenomena yang paling mudah diobservasi”, tetapi menjadi salah satu hal yang paling

    sulit untuk dipahami (Triantoro Safaria, 2004).

    Untuk lebih mempermudah pemahaman, maka akan diacu satu definisi yang kiranya

    mampu menjadi landasan untuk membahas konsep kepemimpinan itu sendiri.

    Menurut (Joseph C. Rost, 1993 dalam kepemimpinan 2004) kepemimpinan adalah

    sebuah hubungan yang saling mempengaruhi di antara pemimpin dan pengikut

    (bawahan) yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersama.

    Kepemimpinan melibatkan hubungan pengaruh yang mendalam, yang terjadi diantara

    orang–orang yang menginginkanperubahan signifikan, dan perubahan tersebut

    mencerminkan tujuan yang dimiliki bersama oleh pemimpin dan pengikutnya.

    Pengaruh (influence) dalam hal ini berarti hubungan diantara pemimpin dan pengikut

    sehingga bukan sesuatu yang pasif, tetapi merupakan suatu hubungan timbal balik

    dan tanpa paksaan. Dengan demikian, kepemimpinan itu sendiri merupakan proses

    yang saling mempengaruhi.

    Kepemimpinan lebih menekankan bagaimana mengkomunikasikan visi dan

    mengembangkan budaya yang dimiliki bersama dan menyusun seperangkat nilai–

    nilai pokok di dalam organisasi yang menjadi pedoman utama untuk mencapai tujuan

    tertinggi organisasi. Penekanan ini melibatkan bawahan sebagai pemikir, pelaksana

    dan pemimpin mendorong rasa kebersamaan akan komitmen dan kepemilikan

    organisasi.Menurut (Robert J House, 1971 dalam Kepemimpinan 2004), teori Path–

    goal memberikan empat klasifikasi perilaku pemimpin yang dapat di adopsi oleh

    seorang pemimpin, salah satu diantaranya adalah : Kepemimpinan Partisipatif

  • 23

    (Participative Leadership) digambarkan sebagai pemimpin yang lebih banyak

    mengkonsultasikan dan mendiskusikan masalah pada bawahan sebelum membuat

    keputusan. Perilaku pemimpin yang muncul termasuk menanyakan opini dan saran

    dari bawahan, mendorong partisipasi dalam pembuatan keputusan, dan banyak

    berdiskusi dengan bawahan di lokasi kerja.

    Sedangkan pada sistem pertanian tradisional atau subak, dalam pelaksanaannya

    pada pengelolaan lahan pertanian dipimpin oleh seorang Pekaseh. Kepemimpinan

    seorang Pekaseh dalam organisasi subak memiliki lima tugas utama yang harus

    dilaksanakan yaitu : 1) pencarian dan distribusi air, 2) operasi dan pemeliharaan air

    irigasi, 3) mobilisasi sumberdaya, 4) penanganan persengketaan, 5) kegiatan

    upacara/ritual (Subak, 1993 :10)

    Dari uraian tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa kepemimpinan dalam

    organisasi menekankan kepada komunikasi, menampung aspirasi, memberikan solusi,

    menciptakan budaya dan iklim organisasi, memberi motivasi dan mendorong prestasi

    anggotanya.

    2.5 Operasional Dan Pemeliharaan Bangunan Air Pada Jaringan Irigasi

    Keberlanjutan pertanian beririgasi berbasis subak sangat tergantung pada

    keberlanjutan dari sistem irigasi sebagai faktor pendukung penyelenggaraan sistem

    pertanian dalam suatu institusi subak. Kebijakan penyerahan pengelolaan irigasi (PPI)

    seperti tertuang dalam INPRES RI, nomor 3 tahun 1999, yang dalam UU RI nomor 7

    tahun 2004 dikenal sebagai pengelolaan irigasi partisipatif (PIP) merupakan upaya

    pemerintah untuk memberikan peran yang lebih besar kepada masyarakat petani

  • 24

    termasuk subak dalam hal pengelolaan jaringan irigasi, sebagai akibat semakin

    terbatasnya kemampuan pemerintah dari segi personil maupun dana terutama untuk

    melaksanakan operasional dan pemeliharaan (O & P) jaringan irigasi. Ketentuan yang

    termuat dalam undang–undang tersebut adalah : 1) masyarakat ikut berperan dalam

    pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sumber daya air, 2) pelaksanaan operasi dan

    pemeliharaan sistem jaringan ditetapkan sebagaiu berikut : a) pelaksanaan operasi

    dan pemeliharaan sistem irigasi primer dan sekunder menjadi wewenang dan

    tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah daerah sesuai kewenangannya, b)

    pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sistem irigasi tersier menjadi hak dan

    tanggung jawab petani pemakai air/subak (Budiasa, dalam Revitalisasi subak dalam

    memasuki era globalisasi, 2005 ).

    Pelaksanaan operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi bertujuan untuk dapat

    mempertahankan adanya kontinyuitas air yang diperlukaan oleh petani, pelaksanaan

    operasional dan pemeliharaan meliputi : pengaturan, pelaksanaan, pemantauan, dan

    evaluasi untuk menjamin kelestarian fungsi dari jaringan irigasi beserta bangunannya.

    Dalam hal perkumpulan petani pemakai air tidak mampu melaksanakan operasi dan

    pemeliharaan jaringan irigasi yang menjadi hak dan tanggung jawabnya, pemerintah,

    pemerintah provinsi, atau pemerintah kabupaten kota, dapat memberikan bantuan

    dan/atau dukungan fasilitas berdasarkan permintaan dari perkumpulan petani pemakai

    air dengan memperhatikan prinsip kemandirian (UU RI No 7 tahun 2004).

    Peran sektor pertanian sangat strategis dalam perekonomian nasional dan

    kegiatan pertanian tidak dapat terlepas dari air. Oleh sebab itu, irigasi sebagai salah

  • 25

    satu komponen pendukung keberhasilan pembangunan pertanian mempunyai peran

    yang sangat penting. Berdasarkan atas uraian tersebut diatas maka dapat dijelaskan

    bahwa implimentasi dari operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi (O & P) pada

    daerah irigasi terhadap seluruh fasilitas irigasi akan berpengaruh pada kontinyuitas air

    ,penetapan pola tanam, intensitas tanam, efektifitas saluran dan bangunan fasilitas

    serta produksi hasil pertanian. Meskipun operasional dan pemeliharaan ditingkat

    tersier menjadi tanggung jawab petani namun kenyataannya tetap mendapat perhatian

    dari pemerintah untuk menjaga kontinyuitas air irigasi.

  • 26

    BAB III

    KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

    3.1 Kerangka Konsep

    Paradigma baru dalam pembangunan pertanian yang sedang dikembangkan saat

    ini adalah pengembangan system agribisnis dan peningkatan ketahanan pangan ,serta

    mengedepankan pembangunan yang berkelanjutan dan memperhatikan kesejahteraan

    petani. Dalam upaya menghadapi tantangan di masa ke depan, sangat diperlukan

    langkah–langkah antisipatif bagi subak–subak, khususunya di dalam berusaha tani

    yang berorientasi ekonomis dan tetap mempertahankan nilai–nilai yang bersifat

    sosio–agraris–religius. Pemberdayaan masyarakat petani sejalan dengan paradigma

    baru pembangunan pertanian yang mengembangkan agribisnis yang berdaya saing,

    berkerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisir. (Revitalisasi subak dalam

    memasuki era globalisasi, 2005:78)

    Faktor–faktor mendasar yang perlu diperhitungkan dalam mendukung

    operasional dan pemeliharaan terhadap jaringan irigasi subak yang berkelanjutan dan

    penguatan subak sebagai lembaga ekonomi antara lain, faktor non teknis meliputi :

    pengetahuan petani dan kepemimpinan subak sedangkan faktor yang bersifat teknis

    adalah pemeliharaan bangunan air pada jaringan irigasi khususnya dalam wilayah

    pengelolaan 7 subak ( subak Panjer, subak Renon, subak Sanur, subak Sidakarya,

    subak Sesetan , subak Intaran Barat dan subak Intaran Timur) di Kecamatan Denpasar

    Selatan

  • 27

    Penggunaan variabel–variabel tersebut diatas diharapkan dapat digunakan untuk

    menilai keberhasilan dan memprediksi kelangsungan pembangunan pertanian, serta

    dapat dijadikan dasar untuk mendukung visi pembangunan pertanian yaitu

    terwujudnya masyarakat yang sejahtera khususnya petani melalui pembangunan

    sistem agribisnis dan usaha–usaha agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan,

    berkelanjutan dan desentralisasi merupakan visi pembangunan pertanian (Departemen

    Pertanian 2001) .

    Pemberdayaan petani merupakan upaya yang dilakukan oleh pihak terkait, baik

    lembaga pemerintah maupun non pemerintah untuk memberikan akses dan

    keberpihakkan kepada masyarakat guna dapat mengembangkan potensinya sehingga

    dapat meningkatkan kemandirian masyarakat. Pengetahuan petani terbentuk antara

    lain dari proses pembelajaran baik formal maupun non formal, berdasarkan

    pengalaman diri sendiri atau orang lain serta faktor lainnya. Akumulasi dari hasil

    proses ini akan membentuk pengetahuan petani untuk memahami suatu aspek atau

    suatu objek.

    Pemeliharaan bangunan air pada jaringan irigasi merupakan suatu rutinitas

    kegiatan yang dilakukan baik oleh petani maupun instansi terkait dalam

    pengoperasian dan pemeliharaan khususnya diwilayah jaringan irigasi pengelolaan

    perkumpulan petani pemakai air tersier dan jaringan sekunder, primer pada

    umumnya. Berdasarkan penerapan kedua komponen tersebut akan berpengaruh

    terhadap pembangunan pertanian berbasis subak yang ada khususnya di kecamatan

    Denpasar Selatan, selanjutnya dapat dipergunakan untuk memprediksi kondisi

  • 28

    maupun potensi pengembangannya kedepan salah satu diantaranya adalah kebijakan

    melestarikan dan melindungi subak itu sendiri.

    Dari kajian teoritis, maka dapat disusun kerangka alur berpikir dan kerangka

    konsep penelitian seperti Gambar 3.1 dan Gambar 3.2 sebagai berikut :

  • 29

    Kerangka Alur Berpikir

    Ide

    Latar Belakang Dan Permasalahan

    Kajian Pustaka

    Kerangka Konsep Penelitian

    Data Skunder Data Primer

    Pengumpulan Dan Tabulasi Data

    Analisis Data

    Uji Validitas Data

    Uji Reliabilitas Data

    Uji Normalitas Data

    Hasil Penelitian

    Pembahasan

    Hipotesis Penelitian

    Analisis Kualitatif

    Simpulan Dan Saran

    Gambar 3.1 Kerangka Alur Berpikir

  • 30

    KERANGKA KONSEP PENELITIAN

    Keterangan:

    Pengetahuan Petani

    (X1)

    Kepemimpinan subak

    (X2)

    Pemeliharaan

    Bangunan Air Pada

    Jaringan Irigasi

    Tersier (Y)

    Pengaruh Parsial

    Pengaruh Simultan

    Gambar 3.2 Kerangka Konsep Penelitian

  • 31

    3.2 Hipotesis

    Berdasarkan rurmusan masalah dan menggunakan dua variabel yaitu

    pengetahuan dan kepemimpinan subak terhadap pemeliharaan bangunan air pada

    jaringan irigasi tersier berdasarkan serta atas kajian kepustakaan maka dapat

    dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

    1) Terdapat pengaruh yang dominan faktor pengetahuan dan kepemimpinan

    subak terhadap pemeliharaan bangunan air pada jaringan irigasi tersier

    2) Faktor kepemimpinan subak berpengaruh dominan terhadap pemeliharaan

    bangunan air pada jaringan irigasi tersier

  • 32

    BAB IV

    METODE PENELITIAN

    4.1 Lokasi penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan dalam wilayah pengelolaan 7 subak ( subak

    Panjer, subak Renon, subak Sanur, subak Sidakarya, subak Sesetan , subak Intaran

    Barat dan subak Intaran Timur) di Kecamatan Denpasar Selatan. Karakteristik

    kawasan wilayah subak merupakan sektor pertanian lahan basah dengan sistem

    irigasi semi teknis. Yang dimaksud dengan irigasi semi teknis adalah sistem

    pemanfaatan air irigasi untuk pertanian dimana salurannya masih berfungsi ganda

    yaitu untuk irigasi dan drainase serta bangunan fasilitas tidak sepenuhnya

    permanen

    4.2 Identifikasi Variabel

    Berdasarkan uraian hipotesis dan tujuan penelitian yang ingin dicapai , maka

    dapat dilakukan identifikasi baik terhadap variabel terikat (dependen variable)

    yaitu pemeliharaan bangunan air pada jaringan irigasi tersier maupun variabel

    bebas ( independen variable ) yaitu : 1) pengetahuan petani, 2) kepemimpinan

    subak, Identifikasi terhadap variabel tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

    (1) Pengetahuan petani meliputi

    a) Tingkat pendidikan petani

    b) Perolehan pengetahuan bertani

    c) Pengetahuan budidaya pertanian

    d) Perolehan pengetahuan kewirausahaan

    e) Perolehan pengetahuan operasional dan pemeliharaan

    f) pengetahuan pemasaran dan peningkatan pendapatan petani

  • 33

    (2) Kepemimpinan subak meliputi :

    a) Adanya petunjuk penjelasan teknis irigasi pertanian

    b) Pimpinan aktif memantau perkembangan organisasi subak

    c) Pimpinan subak dapat mengayomi anggotanya

    d) Pimpinan mampu memotivasi anggotanya

    e). Adanya inovasi dari pimpinan

    f) Adanya komunikasi yang baik dalam organisasi subak

    (3) Pemeliharaan bangunan air pada jaringan irigasi tersier meliputi

    a) Adanya rutinitas monitoring jaringan irigasi

    b) Kontinyuitas kebutuhan air irigasi

    c) Berfungsinya bangunan fasilitas irigasi dengan baik

    d) Adanya koordinasi yang baik antara subak dan pemerintah

    e) Kesiapan subak terhadap O & P

    f) Adanya insentif dari pemerinta

    4.3 Definisi Operasional Variabel

    Untuk melihat dimensi variabel penelitian maka sebelumnya dibuat

    operasional konsep variabel menjadi definisi operasional, sehingga jelas dimensi

    yang diukur dari masing–masing variabel sebagai berikut :

    1) Pengetahuan petani

    Yang dimaksud dengan pengetahuan petani adalah pemahaman petani tentang

    organisasi subak, pemahaman tentang perkembangan teknologi, pemahaman

    tentang operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi dan pemahaman tentang

    produksi serta pemasarannnya.

    Definisi operasional dari pengetahuan petani dapat dilihat dari dimensi :

  • 34

    a) Tingkat pendidikan petani, diukur dari latar belakang pendidikan yang

    mempengaruhi pengetahuannya dalam bertani.

    b) Pengetahuan petani yang diperoleh, dan diukur dari tingkat

    pemahamannya terhadap proses bertani.

    c) Pengetahuan petani tentang budidaya pengolahan pertanian diukur dari

    pengetahuannya tentang pembangunan pertanian

    d) Pengetahuan petani tentang kewirausahaan dapat diukur dari

    pengalaman petani dalam bekerjasama dengan mitra usaha lainnya.

    e) pengetahuan petani tentang operasional dan pemeliharaan bangunan air

    jaringan irigasi diukur dari kemampuan petani dapat memanfaat secara

    optimal fasilitas irigasi.

    f) Pengetahuan petani tentang sistem pemasaran, diukur dari pendapatan

    petani.

    2) Kepemimpinan subak

    Yang dimaksud dengan kepemimpinan subak adalah kemampuan pemimpin

    dalam melakukan kegiatan pengelolaan sistem pertanian dan organisasi subak

    sesuai dengan aturan yang telah disepakati

    Definisi operasional dari kepemimpinan subak dapat dilihat dari dimensi :

    a) Penjelasan teknis pertanian dari pimpinan mudah dipahami dapat

    diukur dari kemampauan anggota petani dapat lebih mengerti tentang

    fungsi bangunan irigasi dan usaha tani.

    b) Pimpinan aktif memantau perkembangan organisasi subak dapat diukur

    dari berjalannya organisasi seperti yang diharapkan.

    c) Pimpinan subak dapat mengayomi anggota dapat diukur dari tidak

  • 35

    pernah terjadi persengketaan sesama anggota subak atau dengan

    anggota subak lainnya.

    d) Pimpinan mampu memotifasi anggota petani dapat diukur dari

    semangat yang ditunjukan oleh petani dalam memajukan usaha taninya.

    e) Adanya inovasi dari pimpinan diukur dari hal-hal baru yang diterapkan

    dalam pertanian.

    f) Komunikasi pimpinan dengan anngota berjalan baik dapat diukur dari

    pimpinan selalu mendengarkan dan menampung aspirasi anggotanya.

    3) Pemeliharaan bangunan air pada jaringan irigasi tersier

    Yang dimaksud dengan pemeliharaan bangunan air pada jaringan irigasi

    tersier adalah aktifitas yang terkait dengan pengoperasian bangunan fasilitas dan

    pemeliharaan terhadap bangunan air agar efektifitasnya dapat dipertahankan.

    Definisi operasional pemeliharaan bangunan air jaringan irigasi tersier dapat

    dilihat dari dimensi :

    a) Rutinitas monitoring jaringan irigasi dapat diukur dari jaringan irigasi

    dapat mengalirkan air sesuai pola aliran yang direncanakan.

    b) Terpenuhinya kontinyuitas air irigasi dapat diukur dari tercapainya

    ketinggian air minimum di lahan pertanian.

    c) Berfungsinya bangunan fasilitas irigasi dengan baik dapat diukur dari

    tidak pernah terjadi keluhan dari anggota petani.

    d) Adanya koordinasi yang baik antara subak dan pemerintah dapat

    diukur dari sering dilakukan peninjauan langsung ke lahan pertanian

    oleh pemerintah.

    e) Kesiapan subak terhadap O & P dapat diukur dari kemampuan subak

  • 36

    untuk mengelola secara mandiri jaringan irigasinya tanpa campur

    tangan pemerintah.

    f) Adanya intensif dari pemerintah dapat diukur dari jumlah bantuan yang

    telah disalurkan oleh pemerintah dalam penanganan O & P jaringan

    irigasi.

    4.4 Populasi Dan Sampel Penelitian

    Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang

    mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

    dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 1999:72). Populasi

    petani yang tersebar pada 7 wilayah subak di Kecamatan Denpasar Selatan

    4.4.1 Metode Penentuan Sampel

    Menurut Sugiyono (1999: 76) teknik sampling daerah digunakan untuk

    menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas,

    untuk menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber data, maka

    pengambilan sampelnya berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan.

    Teknik sampling daerah ini digunakan melalui dua tahapan, tahapan pertama

    menentukan sampel daerah dilakukan dengan purposive sampling yaitu teknik

    penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Tahapan kedua menentukan

    jumlah sampel yang ada pada daerah itu dengan cara proportionate stratified

    random sampling, penentuan jumlah sampel dilakukan dari jumlah populasi di 7

    subak di Denpasar Selatan yang ada di Daerah Irigasi Oongan dengan taraf

    kesalahan 10 % menurut rumus yang dikembangkan oleh Isaac dan Michael

    dalam (Sugiyono : 81)

  • 37

    n = 2Ne 1

    N

    Dimana :

    n = Jumlah sampel

    N = Jumlah populasi

    e = Taraf kekurang telitian

    Nama subak di Daerah Irigasi Oongan yang terdapat di Kecamatan Denpasar

    Selatan ditunjukkan pada tabel 4.1

    Tabel 4.1 Nama Subak

    No Nama Subak

    1 Panjer

    2 Renon

    3 Sanur

    4 Sidakarya

    5 Sesetan

    6 Intaran Barat

    7 Intaran Timur

    Sumber : Dinas Pertanian Dan Kelautan Kota Denpasar, (2006)

    4.4.2 Jenis Dan Sumber Data

    Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

    1) Data kuantitatif yaitu data dalam bentuk angka seperti jumlah penduduk,

    jumlah subak, jumlah anggota subak, luas sawah, luas wilayah kota

    Denpasar.

  • 38

    2) Data kualitatf yaitu data yang berupa pernyataan responden dan pertanyaan

    yang diberikan dalam bentuk kuisioner.

    Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

    1) Data primer adalah data yang bersumber dari hasil wawancara terhadap

    responden dengan menggunakan kuisioner penelitian yang telah disiapkan,

    yaitu anggota pada subak yang telah dipilih.

    2) Data sekunder adalah data yang diperoleh dari beberapa instansi pemerintah

    terkait yang terlibat dalam program pembangunan pertanian berbasis subak

    antara lain Kantor Dinas Pertanian Pertanian Dan Kelautan, Kantor Dinas

    Pekerjaan Umum, Kantor Dinas Pendapatan, Kantor Biro Pusat Statistik di

    lingkungan kota Denpasar.

    4.4.3 Metode Pengumpulan Data

    Adapun metode pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini

    adalah sebagai berikut :

    1) Kuisioner/angket

    Dalam pengumpulan data dipergunakan daftar kuisioner yang disebarkan

    kepada seluruh responden dengan tujuan memperoleh data tentang

    pemberdayaan, tingkat pengetahuan, sikap, kepemimpinan subak, operasional

    dan pemeliharaan, dan partisipasi petani dalam pembangunan pertanian

    berbasis subak di kota Denpasar.

    2) Observasi

    Pengumpulan data melalui observasi dilakukan di Dinas Pertanian dan

    Kelautan kota Denpasar, Dinas Pekerjaan Umum kota Denpasar dan Dinas

    Pendapatan kota Denpasar.

  • 39

    4.4.4 Skala Pengukuran

    Skala pengukuran yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah Skala Likert,

    yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi

    seseorang atau kelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dengan

    menggunakan skala Likert, maka dimensi dijabarkan menjadi variabel kemudian

    variabel dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang dapat diukur. Akhirnya

    indikator-indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat

    item instrumen yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh

    responden. Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau dukungan

    sikap dalam kategori skala pengukuran sebagai berikut:

    a. Sangat Setuju (SS) = 4

    b. Setuju (S) = 3

    c. Tidak Setuju = 2

    d. Sangat Tidak Setuju = 1

    4.4.5 Teknik Analisis Data

    Uji validitas dan reliabilitas

    Untuk mengetahui kelayakan dari instrumen penelitian (questionair) yang

    akan dipakai dalam penelitian ini, sebelumnya dilakukan uji coba instrumen

    pada 40 responden di kawasan Denpasar.

    Menutur Lerbin R (2005) menjelaskan bahwa validitas adalah suatu ukuran

    yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Sebuah

    instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel

    yang diteliti secara tepat.

  • 40

    Untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antara

    bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan

    setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah setiap skor

    butir, dengan rumus Pearson Product Moment adalah :

    2222 ....

    YYnXXn

    YXXYnrhitung

    Dimana :

    rhitung = Koefisien korelasi

    ∑Xi = Jumlah skor item

    ∑Yi = Jumlah skor total (seluruh item)

    n = Jumlah responden

    Selanjutnya, dihitung dengan Uji-t dengan rumus :21

    2

    r

    nrthitung

    Dimana :

    t = Nilai t hitung

    r = Koefisien korelasi hasil rhitung

    n = Jumlah responden

    Distribusi (Tabel t) untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n-2)

    Kaidah keputusan : Jika thitung > ttabel berarti valid, sebaliknya

    jika thitung < ttabel berarti tidak valid

    Untuk menghitung tingkat validitasnya dilakukan dengan menggunakan alat

    bantu program SPSS for window sehingga dapat diketahui nilai dari kuesioner

    pada setiap variabel bebas.

  • 41

    Selanjutnya terhadap skor jawaban tiap item dilakukan uji reliabilitas dengan

    tujuan menunjukkan sejauh mana pengukuran itu memberikan hasil yang

    relative tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali terhadap subyek

    yang sama mengenai kemantapan, keandalan/stabilitas dan keadaan tidak

    berubah dalam waktu pengamatan pertama dan selanjutnya. Menurut

    Sugiyono (2007), instrument yang reliable adalah instrument yang bila

    digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan

    menghasilkan data yang sama.

    Uji reliabilitas dilakukan secara eksternal dengan test-retest yaitu dengan cara

    mencobakan instrumen yang sama dua kali pada responden yang sama dalam

    waktu yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara

    percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan

    significant maka instrument tersebut dinyatakan reliable.

    4.4.6 Uji Signifikansi Koefisien Regresi

    Untuk mengetahui diterima atau tidaknya hipotesis yang diajukan,

    dapat dilakukan dengan uji signifikansi koefisien regresi

    4.4.6.1 Uji Signifikansi Koefisien Regresi secara simultan

    Untuk melihat signifikan tidaknya pengaruh variabel bebas

    secara simultan terhadap variabel terikat, langkah-langkah pengujiannya

    dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut (Nata Wirawan,2002):

    (1) Merumuskan hipotesis

    0: 6543210

    Artinya, tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara

    simultan dari seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

    Hi : Minimal salah satu dari 0i dimana i = (1,2,........,5,6)

    Artinya, terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari

    seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

  • 42

    (2) Menentukan taraf nyata yaitu α = 0.05

    (3) Statistik uji dan daerah kritis seperti gambar 4.1

    Gambar 4.1

    Pengujian Hipotesis Pengaruh Simultan

    Sumber: Nata Wirawan, 2002

    4) Menghitung statistik uji berdasarkan initial -2 log Likehood rasio (χ2)

    (Imam Ghozali,2005)

    5). Menarik kesimpulan/keputusan pengujian

    4.4.6.2 Uji signifikansi koefisien regresi secara parsial

    Untuk mengetahui signifikan tidaknya pengaruh masing-masing

    variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikatnya,

    digunakan uji t.

    Dengan langkah- langkah pengujian berikut ini (Nata

    Wirawan,2002)).

    (1) Merumuskan hipotesis

    H0 : βi = 0

    Artinya tidak ada pengaruh yang signifikan secara parsial dari

    masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat dimana

    (i=1,2,3,4,5,6)

    Hi : βi > 0

    2 tabel

    f(2)

  • 43

    Artinya ada pengaruh positif yang signifikan secara parsial dari

    masing-masing variabel bebas terhadapvariabel terikat.

    (2) Menentukan nilai t tabel tingkat signifikan α = 0.05 dengan derajat

    kebebasan dk = n-k dimana n adalah jumlah observasi, k adalah

    jumlah variabel (Sugiyono, 2004).

    (3) Statistik Uji dan Daerah Kritis

    Statistik uji dan daerah kritis disesuikan dengan arah pengujian

    hipotesis yang dipergunakan (uji satu sisi kiri atau uji sisi kanan).

    Bila pengujiannya menggunakan uji satu sisi kanan maka dapat

    dgambarkan seperti Gambar 4.2

    Gambar 4.2

    Pengujian Hipotesis Pengaruh Parsial

    Sumber: Nata Wirawan,2002

    (4) Menghitung statistik uji

    Nilai statistik yang digunakan untuk menguji pengaruh parsial

    variabel bebas terhadap variabel terikat adalah Wald statistik.

    Nilai statistik Wald koefisien regresi sebuah variabel bebas

    dihitung dengan rumus sebagai berikut (Imam Ghozali,2005).

    Wald = (/s.e )2 .................................................................................................... 9)

    Nilai statitik Wald adalah nilai kuadrat dari statistik t hitung

    Selanjutnya nilai t hitung dapat dicari dengan rumus berikut.

    ticWaldstatist

    (5) Menarik kesimpulan / mengambil keputusan pengujian

    t tabel 0

    Daerah

    Penerimaan H0

    Daerah

    Penolakan H0

  • 44

    a) Jika thitung > ttabel maka H0 ditolak, artinya variabel bebas yang

    diuji secara parsial mempunyai pengaruh yang bermakna atau

    signifikan terhadap variabel terikat.

    b) Jika thitung < ttabel maka H0 diterima, artinya variabel bebas yang

    diuji secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang bermakna

    atau signifikan terhadap variabel terikat.

  • 45

    BAB V

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    5.1 Uji Validitas dan Reliabilitas

    Suatu instrumen dalam penelitian dikatakan valid apabila mampu

    mengukur apa yang ingin diukur dan dikatakan reliabel jika dapat mengukur

    gejala yang sama secara tetap atau konsisten. Suatu instrumen dikatakan valid

    apabila memiliki koefisien korelasi antara butir dengan skor total dalam instrumen

    tersebut lebih besar dari 0,300 dengan tingkat kesalahan Alpha 0,05. Suatu

    instrumen dikatakan reliabel apabila memiliki koefisien Alpha Cronbach minimal

    0,60. Untuk .Pengolahan data terhadap instrumen penelitian ini dapat dilihat pada

    lampiran 4 sampai dengan lampiran 6, sedangkan hasil rangkuman olah data uji

    validitas dan reliabilitas instrumen penelitian baik variabel terikat maupun

    variabel bebas seperti terlihat dalam Tabel 5.1 dan tabel 5.2 sebagai berikut :

    No Variabel Terikat Pemeliharaan Bangunan

    Air Pada Jaringan Irigasi Tersier (Y)

    Koefisien Korelasi Keterangan

    1 Adanya rutinitas dalam memonitoring

    jaringan irigasi sehingga dapat

    mengalirkan air sesuai dengan pola yang

    direncanakan

    0.701 Valid

    2 Terpenuhinya kebutuhan air yang

    digunakan untuk irigasi secara

    kontinuitas

    0.589 Valid

    3 Bangunan fasilitas irigasi yang ada

    semuanya dapat berfungsi dengan baik

    0.617 Valid

    4 Terdapat koordinasi yang baik antara

    pemerintah dengan subak dilihat dari

    seringnya pemerintah secara langsung

    melakukan peninjauan ke lahan pertanian

    0.757 Valid

  • 46

    5 Organisasi subak sudah memiliki

    kesiapan terhadap O&P tanpa campur

    tangan pemerintah

    0.738 Valid

    6 Pemerintah telah memberikan insentif

    dalam penanganan O&P jaringan irigasi

    0.517 Valid

    Variabel Bebas Pengetahuan Petani (X1)

    7 Tingkatan pendidikan atau latar belakang

    pendidikan yang dimiliki oleh petani

    0.449 Valid

    8 Kemampuan bertani yang diperoleh para

    petani berdasarkan tingkat pemahaman

    dalam proses pertanian

    0.597 Valid

    9 Pengetahuan yang dimiliki oleh petani

    tentang budidaya pengolahan dan

    pembangunan pertanian

    0.704 Valid

    10 Petani memiliki pengetahuan tentang

    kewirausahaan yang digunakan dalam

    kegiatan bertani sehari-hari

    0.620 Valid

    11 Petani memiliki pengetahuan tentang

    cara mengoperasikan dan memelihara

    bangunan air untuk jaringan irigasi

    0.688 Valid

    12 Pengetahuan yang dimiliki petani tentang

    cara memasarkan hasil panen serta

    peningkatan pendapatan dalam bertani

    0.472 Valid

    Variabel Bebas Kepemimpinan Subak

    (X2)

    13 Pimpinan subak dapat memberikan

    penjelasan teknis tentang pertanian serta

    irigasi yang mudah dipahami dan sesuai

    dengan kemampuan petani

    0.340 Valid

    14 Pimpinan subak secara aktif memantau

    perkembangan organisasi subak

    0.538 Valid

  • 47

    15 Pimpinan subak dapat mengayomi

    anggotanya sehingga tidak terjadi

    persengketaan atau perselisihan dalam

    organisasi

    0.728 Valid

    16 Anggota subak dapat bersemangat dalam

    memajukan usaha taninya karena

    dimotivasi oleh pimpinan subak

    0.703 Valid

    17 Pimpinan subak dapat memberikan

    inovasi-inovasi baru dalam pertanian

    yang dapat membantu meningkatkan

    kinerja petani

    0.606 Valid

    18 Pimpinan subak mampu menampung

    berbagai aspirasi dari anggota serta mau

    mendengarkan berbagai pendapat

    sehingga komunikasi dapat terjalin

    dengan baik

    0.707 Valid

    No Variabel Koefisien Alpha Keterangan

    1 Pemeliharaan Bangunan

    Air Pada Jaringan Irigasi

    Tersier (Y)

    0.729 Reliabel

    2 Pengetahuan Petani (X1) 0.619 Reliabel

    3 Kepemimpinan Subak

    (X2)

    0.635 Reliabel

  • 48

    Dari hasil analisis frekuensi jawaban responden terhadap beberapa

    indikator instrumen penelitian dapat seperti pada lampiran 6.

    5.2. Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda

    Dari persamaan regresi linier berganda yang diperoleh dari hasil olah data

    seperti pada lampiran 5 didapat bentuk persamaan regresi sebagai berikut , Y =

    0.824 + 0.656X1 + 0.283X2 maka dapat diinterpretasikan bahwa semua variabel

    bebas yaitu pengetahuan petani dan kepemimpinan subak mempunyai pengaruh

    terhadap pemeliharaan bangunan air pada jaringan irigasi tersier dengan besarnya

    pengaruh yang berbeda-beda. Besarnya koefisien dari variabel pengetahuan petani

    dalam mempengaruhi Pemeliharaan Bangunan Air Pada Jaringan Irigasi Tersier

    adalah 0.656 sedangkan besarnya koefisien dari variabel kepemimpinan subak

    dalam mempengaruhi Pemeliharaan Bangunan Air Pada Jaringan Irigasi Tersier

    adalah 0.283. Dapat disimpulkan bahwa faktor pengetahuan petani mempunyai

    pengaruh yang lebih besar terhadap Pemeliharaan Bangunan Air Pada Jaringan

    Irigasi Tersier daripada faktor kepemimpinan subak

    5.3. Uji Ketepatan Model Secara Simultan

    Pengujian secara simultan menggunakan uji - f. Analisis uji - f pada

    dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam

    model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat.

    Hipotesis awal yang digunakan adalah H0 : 0 yang artinya tidak terdapat

    pengaruh yang signifikan secara simultan dari seluruh variabel bebas terhadap

    variabel terikat serta Hi : 0 yang artinya terdapat pengaruh yang signifikan

    secara simultan dari seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

    Pengujian dilakukan dengan cara membandingkan f hitung dengan f tabel.

    Apabila f hitung > f tabel maka H0 ditolak dan Hi diterima demikian sebaliknya.

  • 49

    Diperoleh :

    f hitung = 50.126

    f tabel = df untuk pembilang : 3 (jumlah variabel) ; df untuk penyebut = 70

    (jumlah sampel), diperoleh f tabel = 2.74

    f hitung > f tabel (berpengaruh signifikan secara simultan

    Gambar 1. Pengujian pengaruh simultan variabel pengetahuan petani dan

    kepemimpinan subak terhadap pemeliharaan bangunan air pada jaringan

    irigasi tersier

    5.4 Uji Ketepatan Model Secara Parsial

    Pengujian secara parsial menggunakan uji - t. Analisis uji - t menunjukkan

    apakah variabel bebas secara parsial atau individual memberikan pengaruh

    terhadap variabel terikat. Dengan dilakukan uji - t ini akan dapat diketahui apakah

    variabel pengetahuan petani dan variabel kepemimpinan subak berpengaruh

    terhadap pemeliharaan bangunan air pada jaringan irigasi tersier. Hipotesis awal

    yang digunakan adalah H0 : 0, 21 yang artinya tidak ada pengaruh yang

    signifikan secara parsial dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel

    terikat serta Hi : 0, 21 yang artinya ada pengaruh positif yang signifikan

    secara parsial dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat.

    Pengujian dilakukan dengan cara membandingkan t hitung dengan t tabel.

    Apabila t hitung > t tabel maka H0 ditolak dan Hi diterima, dan sebaliknya.

    t tabel diperoleh : α = 0.05 ; df = 70-2 =68

    t tabel = 1.66757

    f hitung = 50.126

    f tabel = 2.74

  • 50

    No Variabel Bebas t - hitung t - tabel Probabilitas

    1 Pengetahuan

    Petani

    7.96300 1.66757 0.000

    2 Kepemimpinan

    Subak

    3.32600 1.66757 0.001

    Berdasarkan hasil uji - t dinyatakan bahwa faktor pengetahuan petani dan

    faktor kepemimpinan subak masing-masing berpengaruh signifikan terhadap

    pemeliharaan bangunan air pada jaringan irigasi tersier. Hal ini dibuktikan dengan

    nilai t hitung > t tabel sehingga H0 ditolak.

    Gambar 2. Pengujian pengaruh parsial variabel pengetahuan petani terhadap

    pemeliharaan bangunan air pada jaringan irigasi tersier

    Gambar 3. Pengujian pengaruh parsial variabel kepemimpinan subak terhadap

    pemeliharaan bangunan air pada jaringan irigasi tersier

    Daerah

    Penerimaan H0

    t tabel = 1.66757

    t hitung = 7.96300

    Daerah

    Penolakan H0

    Daerah

    Penerimaan H0

    t tabel = 1.66757

    Daerah

    Penolakan H0

    t hitung = 3.32600

  • 51

    5.5. Koefisien Determinasi

    Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh pengaruh

    variabel bebas terhadap variabel terikat. Dari tabel pengujian regresi linier

    berganda dapat diketahui bahwa koefisien determinasi sebesar 0.686. Hal ini

    menunjukkan bahwa 68.6% dari variasi yang terjadi didalam variabel

    pemeliharaan bangunan air pada jaringan irigasi tersier secara bersama-sama

    dipengaruhi oleh variabel pengetahuan petani dan variabel kepemimpinan subak.

    Sedangkan sisanya sebesar 31.4% dipengaruhi oleh faktor-faktor diluar faktor-

    faktor tersebut.

  • 52

    BAB VI

    PENUTUP

    6.1 Kesimpulan

    Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya

    maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

    1. Pengujian pengaruh simultan variabel pengetahuan petani dan

    kepemimpinan subak terhadap pemeliharaan bangunan air pada

    jaringan irigasi tersier, diperoleh hasil nilai F hitung (50,126) > dari F

    tabel (2,74) berarti baik pengetahuan petani maupun kepemimpinan subak

    secara bersamaan sangat berpengaruh terhadap pemeliharaan bangunan air

    pada jaringan irigasi tersier.

    2. Berdasarkan hasil uji parsial (hasil uji – t) dinyatakan bahwa faktor

    pengetahuan petani berpengaruh secara signifikan terhadap pemeliharaan

    bangunan air pada jaringan irigasi tersier, seperti hasil yang diperoleh

    nilai t hitung 7,96300 > nilai t tabel (1,66757)

    3. Berdasarkan hasil uji parsial (hasil uji – t) dinyatakan bahwa faktor

    kepemimpinan subak berpengaruh secara signifikan terhadap

    pemeliharaan bangunan air pada jaringan irigasi tersier, seperti hasil yang

    diperoleh nilai t hitung 3,32600 > nilai t tabel (1,66757)

    6.2 Saran

    1. Dari hasil analisis yang diperoleh perlu dilakukan analisis berupa

    penelitian lanjutan dengan menambahkan beberapa faktor lainya seperti

    Pengetahuan petani tentang pemahaman sistim irigasi teknis, sikap petani

    terhadap alih fungsi lahan dll. Hal ini dimaksudkan untuk dapat menjaga

    kelestarian sistim irigasi tradisional (Subak) di masa yang akan datang.

    2. Perlu dipertimbangkan bagi instansi terkait untuk memberikan perhatian

    yang lebih khususnya dalam pemberdayaan terhadap petani hal ini

    dimaksudkan untuk dapat menjaga kelestarian sistim irigasi tradisional

    (Subak) di masa yang akan datang.

  • 53

    DAFTAR PUSTAKA

    Bappeda Kota Denpasar, Rencana Induk (Master Plan) Jaringan Irigasi Dan

    Drainase Kota Denpasar 2002-2007-08-21

    Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Tahun 2007, Pedoman Dan Kriteria Penelitian

    Subak Provinsi Bali.

    Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Pengairan.1997. Pedoman

    Umum Operasi Dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi .

    Dinas Pertanian Dan Kelautan Kota Denpasar. 2006. Laporan Statistik Pertanian

    Tanaman Pangan Dan Hortikultura .

    Dinas Pertanian Dan Kelautan Kota Denpasar. 2006. Laporan Inventarisasi

    Lahan Sawah di Kota Denpasar

    Karwan. A. Salikin. 2003. Sistem Pertanian Berkelanjutan, Kanisius, Yogyakarta.

    Lerbin. R. Aritonang.R. 2005. Kepuasan Pelanggan, Pengukuran Dan

    Penganalisaan Dengan SPSS, Gramedia Pustaka Utama Jakarta.

    Mudrajat Kuncoro. 2003. Metode Riset Untuk Bisnis & Ekonomi.

    Pitana I Gede Dan Setiawan I Gede. 2005. Revitalisasi Subak Dalam Memasuki

    Era Globalisasi, Andi Yogyakarta

    Pitana I Gede.1993. Sistem Irigasi Tradisional Di Bali, Upada Sastra Denpasar.

    Robert. J. Kodoatie dan Roestam Sjarief. 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air

    Terpadu, Andi Yogyakarta.

    Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Alfabeta

    Bandung.

    Sumarta I Ketut.1992. Subak Inspirasi Manajemen Pembangunan Pertanian, Cita

    Budaya.

    Triantoro Safaria. 2004. Kepemimpinan, Graha Ilmu Yogyakarta.

    Trie M Sunaryo. 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air, Bayumedia Publishing,

    Malang

    Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004, tentang Sumber Daya

    Air.

  • 54

    LAMPIRAN:

    1. Jadwal Penelitian

    No Uraian Waktu Pelaksana ksanaan Penelitian Tahun 2014

    Juni Juli Agustus September

    1 Persiapan

    2 Survai Lapangan

    3 Analisis Data

    4 Pembuatan Laporan

    5 Penyerahan Laporan

    Bukit Jimbaran, Mei 2014

    Ketua Tim Peneliti

    ( Ir. I Ketut Suputra, MT )

    NIP: 195408171986011001

  • 55

    2. Personalia Penelitian

    Tim Peneliti :

    Dosen :

    Ketua Tim Peneliti Nama : Ir.I Ketut Suputra, MT.

    Golongan Pangkat dan NIP : IV/a, NIP.195408171986011001

    Jabatan Fungsional : Lektor Kepala

    Jabatan Struktural : -

    Bidang Keahlian : Hidro(Hidrologi dan Hidrolika)

    Anggota Tim Peneliti 1. Nama : Prof. Ir. I Nyoman Norken, SU, Ph.D

    Golongan Pangkat dan NIP : IV.d/195308191980031004

    Jabatan Fungsional : Guru Besar Madya

    Jabatan Struktural : -

    Bidang Keahlian : Hidro (Sumber Daya Air)

    2. Nama : Ir. IBN Purbawijaya, MSi

    Golongan Pangkat dan NIP : IV/a, NIP.196004171986011001

    Jabatan Fungsional : Lektor Kepala

    Jabatan Struktural : -

    Bidang Keahlian : Hidro (Irigasi)

    3. Nama Mahasiswa : Kadek Dedy Sudiatmika

    NIM :

    4. Nama Mahasiswa : Nanda Angga Parahita

    NIM :

  • 56

    3. Rencana Biaya Penelitian

    Biaya Penelitian Terdiri Dari :

    a Honorarium Tim Peneliti (max 30% dari total

    biaya Rp 10.000.000,00)

    Nilai (Rp)

    Ketua Tim Peneliti 800.000,00

    Anggota Tim Peneliti 600.000,00

    Anggota Tim Peneliti 600.000,00

    Mahasiswa 1 400.000,00

    Mahasiswa 2 400.000,00

    Jumlah 2.800.000,00

    b Biaya Operasional

    Usulan Penelitian 600.000,00

    Pembuatan Dan Penyebaran Kuesioner 3.500.000,00

    Transportasi 1.500.000,00

    Pengolahan Dan Analisa Data 800.000,00

    c Laporan Penelitian 800.000,00

    Jumlah 7.200.000,00

    Total 10.000.000,00

    Bukit Jimbaran, Mei 2014

    Ketua Tim Peneliti

    ( Ir. I Ketut Suputra,MT )

    NIP : 195408171986011001

  • 57

    Lampiran 4

    Correlations

    Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y

    Y1 Pearson Correlation 1 .290* .270* .508** .413** .270* .701**

    Sig. (2-tailed) .015 .024 .000 .000 .024 .000

    N 70 70 70 70 70 70 70

    Y2 Pearson Correlation .290* 1 .360** .382** .324** -.005 .589**

    Sig. (2-tailed) .015 .002 .001 .006 .969 .000

    N 70 70 70 70 70 70 70

    Y3 Pearson Correlation .270* .360** 1 .303* .454** .088 .617**

    Sig. (2-tailed) .024 .002 .011 .000 .468 .000

    N 70 70 70 70 70 70 70

    Y4 Pearson Correlation .508** .382** .303* 1 .441** .315** .757**

    Sig. (2-tailed) .000 .001 .011 .000 .008 .000

    N 70 70 70 70 70 70 70

    Y5 Pearson Correlation .413** .324** .454** .441** 1 .268* .738**

    Sig. (2-tailed) .000 .006 .000 .000 .025 .000

    N 70 70 70 70 70 70 70

    Y6 Pearson Correlation .270* -.005 .088 .315** .268* 1 .517**

    Sig. (2-tailed) .024 .969 .468 .008 .025 .000

    N 70 70 70 70 70 70 70

    Y Pearson Correlation .701** .589** .617** .757** .738** .517** 1

    Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000

    N 70 70 70 70 70 70 70

    *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

  • 58

    Correlations

    Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y

    Y1 Pearson Correlation 1 .290* .270* .508** .413** .270* .701**

    Sig. (2-tailed) .015 .024 .000 .000 .024 .000

    N 70 70 70 70 70 70 70

    Y2 Pearson Correlation .290* 1 .360** .382** .324** -.005 .589**

    Sig. (2-tailed) .015 .002 .001 .006 .969 .000

    N 70 70 70 70 70 70 70

    Y3 Pearson Correlation .270* .360** 1 .303* .454** .088 .617**

    Sig. (2-tailed) .024 .002 .011 .000 .468 .000

    N 70 70 70 70 70 70 70

    Y4 Pearson Correlation .508** .382** .303* 1 .441** .315** .757**

    Sig. (2-tailed) .000 .001 .011 .000 .008 .000

    N 70 70 70 70 70 70 70

    Y5 Pearson Correlation .413** .324** .454** .441** 1 .268* .738**

    Sig. (2-tailed) .000 .006 .000 .000 .025 .000

    N 70 70 70 70 70 70 70

    Y6 Pearson Correlation .270* -.005 .088 .315** .268* 1 .517**

    Sig. (2-tailed) .024 .969 .468 .008 .025 .000

    N 70 70 70 70 70 70 70

    Y Pearson Correlation .701** .589** .617** .757** .738** .517** 1

    Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000

    N 70 70 70 70 70 70 70

    *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

    **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

  • 59

    b) Variabel Bebas X1

    Correlations

    X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1

    X1.1 Pearson Correlation 1 .108 .051 .181 .110 .120 .449**

    Sig. (2-tailed) .374 .678 .134 .365 .324 .000

    N 70 70 70 70 70 70 70

    X1.2 Pearson Correlation .108 1 .358** .280* .312** .066 .597**

    Sig. (2-tailed) .374 .002 .019 .009 .589 .000

    N 70 70 70 70 70 70 70

    X1.3 Pearson Correlation .051 .358** 1 .427** .532** .135 .704**

    Sig. (2-tailed) .678 .002 .000 .000 .266 .000

    N 70 70 70 70 70 70 70

    X1.4 Pearson Correlation .181 .280* .427** 1 .246* .067 .620**

    Sig. (2-tailed) .134 .019 .000 .040 .579 .000

    N 70 70 70 70 70 70 70

    X1.5 Pearson Correlation .110 .312** .532** .246* 1 .238* .688**

    Sig. (2-tailed) .365 .009 .000 .040 .047 .000

    N 70 70 70 70 70 70 70

    X1.6 Pearson Correlation .120 .066 .135 .067 .238* 1 .472**

    Sig. (2-tailed) .324 .589 .266 .579 .047 .000

    N 70 70 70 70 70 70 70

    X1 Pearson Correlation .449** .597** .704** .620** .688** .472** 1

    Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000

    N 70 70 70 70 70 70 70

    **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

    *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

  • 60

    c) Variabel Bebas X2

    Correlations

    X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 X2.6 X2

    X2.1 Pearson Correlation 1 .089 .042 .053 -.074 .016 .340**

    Sig. (2-tailed) .464 .730 .664 .544 .896 .004

    N 70 70 70 70 70 70 70

    X2.2 Pearson Correlation .089 1 .258* .144 .144 .231 .538**

    Sig. (2-tailed) .464 .031 .235 .233 .055 .000

    N 70 70 70 70 70 70 70

    X2.3 Pearson Correlation .042 .258* 1 .559** .383** .457** .728**

    Sig. (2-tailed) .730 .031 .000 .001 .000 .000

    N 70 70 70 70 70 70 70

    X2.4 Pearson Correlation .053 .144 .559** 1 .366** .485** .703**

    Sig. (2-tailed) .664 .235 .000 .002 .000 .000

    N 70 70 70 70 70 70 70

    X2.5 Pearson Correlation -.074 .144 .383** .366** 1 .425** .606**

    Sig. (2-tailed) .544 .233 .001 .002 .000 .000

    N 70 70 70 70 70 70 70

    X2.6 Pearson Correlation .016 .231 .457** .485** .425** 1 .707**

    Sig. (2-tailed) .896 .055 .000 .000 .000 .000

    N 70 70 70 70 70 70 70

    X2 Pearson Correlation .340** .538** .728** .703** .606** .707** 1

    Sig. (2-tailed) .004 .000 .000 .000 .000 .000

    N 70 70 70 70 70 70 70

    **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

    *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

  • 61

    Lampiran 5

    Variables Entered/Removed

    Model Variables Entered Variables Removed Method

    1 Kepemimpinan Subak, Pengetahuan

    Petania

    . Enter

    a. All requested variables entered.

    Coefficientsa

    Model

    Unstandardized Coefficients

    Standardized

    Coefficients

    t Sig. B Std. Error Beta

    1 (Constant) .824 .260 3.167 .002

    PengetahuanPetani .656 .082 .647 7.963 .000

    KepemimpinanSubak .283 .085 .270 3.326 .001

    a. Dependent Variable: PemeliharaanBangunanAirPadaJaringanIrigasiTersier

    Model Summary

    Model R R Square Adjusted R Square

    Std. Error of the

    Estimate

    1 .774a .686 .587 .343001

    a. Predictors: (Constant), KepemimpinanSubak, PengetahuanPetani

    ANOVAb

    Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

    1 Regression 11.795 2 5.897 50.126 .000a

    Residual 7.883 67 .118

    Total 19.677 69

    a. Predictors: (Constant), KepemimpinanSubak, PengetahuanPetani

    b. Dependent Variable: PemeliharaanBangunanAirPadaJaringanIrigasiTersier

  • 62

    Lampiran 6

    Pimpinan subak dapat memberikan penjelasan teknis tentang pertanian serta

    irigasi yang mudah dipahami dan sesuai dengan kemampuan petani

    No Jawaban Responden Jumlah

    1 1 (sangat tidak setuju)

    8

    2 2 ( tidak setuju) 17

    3 3 (setuju) 22

    4 4 (sangat setuju) 23

    Total 70

    Pimpinan subak secara aktif memantau perkembangan organisasi subak

    No Jawaban Responden Jumlah

    1 1 (sangat tidak setuju)

    16

    2 2 ( tidak setuju) 21

    3 3 (setuju) 16

    4 4 (sangat setuju) 17

    Total 70

  • 63

    Pimpinan subak dapat mengayomi anggotanya sehingga tidak terjadi

    persengketaan atau perselisihan dalam organisasi

    No Jawaban Responden Jumlah

    1 1 (sangat tidak setuju)

    0

    2 2 ( tidak setuju) 20

    3 3 (setuju) 49

    4 4 (sangat setuju) 1

    Total 70

  • 64

    Anggota subak dapat bersemangat dalam memajukan usaha taninya karena dimotivasi oleh pimpinan subak

    No Jawaban Responden Jumlah

    1 1 (sangat tidak setuju)

    2

    2 2 ( tidak setuju) 16

    3 3 (setuju) 50

    4 4 (sangat setuju) 2

    Total 70

  • 65