edisi pengetahuan perawat tentang penerapan …

8
81 PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PENERAPAN PELAKSANAAN PENCEGAHAN INSIDEN PADA PASIEN RESIKO JATUH Ayu Maulina 1 , Nelly Febriani 2 1 Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran, Jl. Limo Raya Depok 16515 2 Departemen Managemen Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran, Jl. Limo Raya Depok 16515 Email : [email protected] Abstrak Salah satu dari enam sasaran keselamatan pasien adalah pencegahan pasien jatuh. Pelaksanaan pencegahan insiden pada pasien resiko jatuh sangat berhubungan erat dengan pengetahuan dan keterampilan perawat. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan tingkat pengetahuan perawat dengan penerapan pelaksanaan pencegahan insiden pada pasien resiko jatuh. Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif Kuantitatif dengan pendekatan cross sectional pada 52 perawat pelaksana, hasil analisis bivariat dengan uji chi square menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan penerapan pelaksanaan pencegahan pasien resiko jatuh (P= 0,001). Kejadian jatuh merupakan kejadian yang dapat dicegah, karena itu sebagai ujung tombak dalam pelayanan kesehatan sangat penting bagi perawat untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan mematuhi pelaksanaan pencegahan pasien jatuh sesuai dengan prosedur yang sudah ada. Faktor yang paling berpengaruh pada pencegahan pasien jatuh adalah standar operasional prosedur sebagai acuan yang tepat untuk menerapkan keselamatan pasien dengan baik. Kata kunci : Pelaksanaan Pencegahan Pasien Resiko Jatuh, Pengetahuan. Abstract One of the six patient safety goals is the prevention of patient falls. Implementation of incident prevention in patients risk of falling is very closely linked with the knowledge and skills of nurses. The purpose of this study was to find out the correlation between nurses' knowledge with the application execution incident prevention in patients at risk of falling RSPC. This study used a descriptive quantitative methods with cross sectional approach. The population in this study is 52 nurses at mawar and aster room. The results of bivariate analyzes with chi square test showed that there was a significant relationship between knowledge of the application execution 81 Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vol. 2, No. 1 / Juni 2015

Upload: others

Post on 05-Oct-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Edisi PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PENERAPAN …

80

Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Hidayat, H. A. (2007). Riset

keperawatan dan teknik penulisan ilmiah. Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.

Hurlock, B. E. (2006). Psikologi

perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta : Erlangga.

Khairani, M. (2013). Psikologi

belajar. Yogyakarta : Aswaja Pressindo.

Khodijah, N. (2014). Psikologi

pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Muhammad, A. (2013). Tutorial

senam otak untuk umum. Yogyakarta : Flash Books.

Notoadmojo, S. (2010). Metodologi

penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nurkencana. (2005). Evaluasi hasil

belajar mengajar. Surabaya : Usaha Nasional.

Papalia, E. D & Feldman, D. R (2014).

Menyelami perkembangan manusia. Jakarta : Salemba Humanika.

Perry & Potter. (2005). Buku ajar

fundamental keperawatan. Edisi 4. Jakarta : EGC.

Prihastuti. (2009). Hubungan brain

gym terhadap peningkatan kecakapan berhitung siswa sekolah dasar. Cakrawala Pendidikan, 43-45. Santrock.

(2007). Adolescene. Edisi Keenam. Jakarta : Erlangga.

Setiadi. (2013). Konsep dan praktik

penulisan riset keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Soetjiningsih. (2005). Tumbuh

kembang anak. Jakarta: EGC. Syah, M. (2010). Psikologi

pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Wong, L. D. Hockenberry-Eaton, M,.

Wilson, D,. Wingkelsten, L. M,. & Schwartz, P.(2009). Buku ajar keperawatan pediatrik Edisi 6. Jakarta : EGC.

Yanuarita, A. F. (2012).

Memaksimalkan otak melalui senam otak (brain gym). Yogyakarta : Teranova Books.

Yuniarti. (2013). Hubungan motivasi

berprestasi dan gaya belajar dengan prestasi belajar pada siswa kelas V di SDN 08 pagi Cilandak Barat Jakarta Selatan. Fikes UPN. Jakarta.

Yusuf, S. (2005). Psikologi perkembangan dan remaja. Bandung: PT Remaja

81

PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PENERAPAN

PELAKSANAAN PENCEGAHAN INSIDEN PADA PASIEN RESIKO

JATUH

Ayu Maulina1, Nelly Febriani2

1 Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran, Jl. Limo Raya Depok 16515

2 Departemen Managemen Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran, Jl. Limo Raya Depok 16515

Email : [email protected]

Abstrak

Salah satu dari enam sasaran keselamatan pasien adalah pencegahan pasien jatuh. Pelaksanaan pencegahan insiden

pada pasien resiko jatuh sangat berhubungan erat dengan pengetahuan dan keterampilan perawat. Penelitian ini

bertujuan menganalisis hubungan tingkat pengetahuan perawat dengan penerapan pelaksanaan pencegahan

insiden pada pasien resiko jatuh. Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif Kuantitatif dengan pendekatan

cross sectional pada 52 perawat pelaksana, hasil analisis bivariat dengan uji chi square menunjukkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan penerapan pelaksanaan pencegahan pasien resiko jatuh (P=

0,001). Kejadian jatuh merupakan kejadian yang dapat dicegah, karena itu sebagai ujung tombak dalam pelayanan

kesehatan sangat penting bagi perawat untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan mematuhi

pelaksanaan pencegahan pasien jatuh sesuai dengan prosedur yang sudah ada. Faktor yang paling berpengaruh

pada pencegahan pasien jatuh adalah standar operasional prosedur sebagai acuan yang tepat untuk menerapkan

keselamatan pasien dengan baik.

Kata kunci : Pelaksanaan Pencegahan Pasien Resiko Jatuh, Pengetahuan.

Abstract

One of the six patient safety goals is the prevention of patient falls. Implementation of incident prevention in

patients risk of falling is very closely linked with the knowledge and skills of nurses. The purpose of this study

was to find out the correlation between nurses' knowledge with the application execution incident prevention in

patients at risk of falling RSPC. This study used a descriptive quantitative methods with cross sectional approach.

The population in this study is 52 nurses at mawar and aster room. The results of bivariate analyzes with chi

square test showed that there was a significant relationship between knowledge of the application execution

80 8180 81

Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vol. 2, No. 1 / Juni 2015

Page 2: Edisi PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PENERAPAN …

82

prevention fall risk patients (p = 0.001 means p < 0.05). Incidence of falls are preventable events, because it as

the spearhead in health care is very important for nurses to enhance their knowledge, skills, and adhere to the

implementation of patient falls prevention in accordance with existing procedures. The most influential factor in

the prevention of patient falls is the standard operating procedures as appropriate references to well implement

patient safety.

Key words : Implementation of Risk Patient Fall Prevention, Knowledge

83

Pendahuluan Keselamatan pasien sangat penting

diterapkan rumah sakit, karena kalau

tidak diterapkan akan berdampak pada

penurunan kepercayaan masyarakat

terhadap pelayanan kesehatan yang

ada dan berakibat pada penurunan

mutu pelayanan rumah sakit.

Pelayanan yang bermutu dan aman

bagi pasien saling berkaitan dan tidak

dapat dipisah – pisahkan (Cahyono,

2008). Six Goal Pasient safety (Enam

Sasaran Keselamatan pasien)

merupakan beberapa syarat yang harus

diterapkan rumah sakit untuk

keselamatan pasien, meliputi :

ketepatan identifikasi pasien,

peningkatan keamanan obat yang

perlu diwaspadai, peningkatan

komunikasi yang efektif, kepastian

tepat lokasi- tepat prosedur- tepat

pasien post operasi, pengurangan

resiko infeksi dan pengurangan/

pencegahan pasien resiko jatuh. Jatuh

merupakan kejadian yang dapat

dicegah, perawat perlu melakukan

pedoman prevention falls yaitu dengan

monitoring ketat pasien risiko tinggi

(kunjungi dan monitor pasien/ 1jam,

tempatkan pasien di kamar yang

paling dekat dengan nurse station jika

memungkinkan), melibatkan pasien/

keluarga dalam pencegahan jatuh

(KKPRS, 2008). Kejadian pasien jatuh

perlu ditanggulangi sehingga KTD

menjadi 0%, namun masih ada KTD

lebih dari angka tersebut. Hal ini

dipublikasi oleh WHO pada 2007

menemukan KTD dengan rentang 3,2-

16,6% pada rumah sakit diberbagai

negara, yaitu Amerika, Inggris,

Denmark dan Australia (Depkes RI,

2008). Morse melaporkan 2,2-7%

kejadian pasien jatuh/ 1000 tempat

tidur per hari diruang perawatan akut

per tahun, 29-48% pasien mengalami

luka, dan 7,5% dengan luka-luka

serius (Nadzam, 2009).

Data diatas secara jelas menunjukkan

bahwa telah terjadi KTD di berbagai

jenis rumah sakit di Dunia dan perlu

dilakukan penatalaksanaan prosedur

pencegahan pasien jatuh. Pelaporan

data di Indonesia tentang KTD dan

KNC belum banyak dilakukan oleh

rumah sakit di Indonesia. Komite

Keselamatan Pasien Rumah Sakit

(KKPRS) melaporkan, mulai

September 2006-2011 terjadi insiden :

KTD sebanyak 249 kasus dan KNC

283 kasus. Hal ini terjadi disebabkan

rumah sakit masih kurang peduli

82 8382 83

Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vol. 2, No. 1 / Juni 2015

Page 3: Edisi PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PENERAPAN …

82

prevention fall risk patients (p = 0.001 means p < 0.05). Incidence of falls are preventable events, because it as

the spearhead in health care is very important for nurses to enhance their knowledge, skills, and adhere to the

implementation of patient falls prevention in accordance with existing procedures. The most influential factor in

the prevention of patient falls is the standard operating procedures as appropriate references to well implement

patient safety.

Key words : Implementation of Risk Patient Fall Prevention, Knowledge

83

Pendahuluan Keselamatan pasien sangat penting

diterapkan rumah sakit, karena kalau

tidak diterapkan akan berdampak pada

penurunan kepercayaan masyarakat

terhadap pelayanan kesehatan yang

ada dan berakibat pada penurunan

mutu pelayanan rumah sakit.

Pelayanan yang bermutu dan aman

bagi pasien saling berkaitan dan tidak

dapat dipisah – pisahkan (Cahyono,

2008). Six Goal Pasient safety (Enam

Sasaran Keselamatan pasien)

merupakan beberapa syarat yang harus

diterapkan rumah sakit untuk

keselamatan pasien, meliputi :

ketepatan identifikasi pasien,

peningkatan keamanan obat yang

perlu diwaspadai, peningkatan

komunikasi yang efektif, kepastian

tepat lokasi- tepat prosedur- tepat

pasien post operasi, pengurangan

resiko infeksi dan pengurangan/

pencegahan pasien resiko jatuh. Jatuh

merupakan kejadian yang dapat

dicegah, perawat perlu melakukan

pedoman prevention falls yaitu dengan

monitoring ketat pasien risiko tinggi

(kunjungi dan monitor pasien/ 1jam,

tempatkan pasien di kamar yang

paling dekat dengan nurse station jika

memungkinkan), melibatkan pasien/

keluarga dalam pencegahan jatuh

(KKPRS, 2008). Kejadian pasien jatuh

perlu ditanggulangi sehingga KTD

menjadi 0%, namun masih ada KTD

lebih dari angka tersebut. Hal ini

dipublikasi oleh WHO pada 2007

menemukan KTD dengan rentang 3,2-

16,6% pada rumah sakit diberbagai

negara, yaitu Amerika, Inggris,

Denmark dan Australia (Depkes RI,

2008). Morse melaporkan 2,2-7%

kejadian pasien jatuh/ 1000 tempat

tidur per hari diruang perawatan akut

per tahun, 29-48% pasien mengalami

luka, dan 7,5% dengan luka-luka

serius (Nadzam, 2009).

Data diatas secara jelas menunjukkan

bahwa telah terjadi KTD di berbagai

jenis rumah sakit di Dunia dan perlu

dilakukan penatalaksanaan prosedur

pencegahan pasien jatuh. Pelaporan

data di Indonesia tentang KTD dan

KNC belum banyak dilakukan oleh

rumah sakit di Indonesia. Komite

Keselamatan Pasien Rumah Sakit

(KKPRS) melaporkan, mulai

September 2006-2011 terjadi insiden :

KTD sebanyak 249 kasus dan KNC

283 kasus. Hal ini terjadi disebabkan

rumah sakit masih kurang peduli

82 8382 83

Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vol. 2, No. 1 / Juni 2015

Page 4: Edisi PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PENERAPAN …

84

melaporkan tentang pelaksanaan

keselamatan pasien.

Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode

deskriptif kuantitatif dengan desain

penelitian “cross sectional” Peneliti

menggunakan total sampling dengan

jumlah 52 perawat pelaksana di

Rumah Sakit Puri Cinere.

Hasil Penelitian Tabel 1. Gambaran Karakteristik

Perawat Pelaksana di Ruang “Mawar dan

Aster” Rumah Sakit Puri Cinere, Depok

Tahun 2014

Hasil penelitian ini terdiri dari 52

perawat pelaksana di RSPC yang

menjadi responden penelitian dan

sebagian besar berusia < 30 tahun

(55,8%), perempuan (86,5%), lulusan

pendidikan D3 Keperawatan (75%),

dan memiliki masa kerja < 5 tahun

(51,9%).

Tabel 5.2 Gambaran Pengetahuan Perawat

Pelaksana di Ruang “Mawar dan Aster”

Rumah Sakit Puri Cinere, Depok Tahun 2014

Pengetahuan Frekuensi Persentase

(%) Rendah 14 26,9 Tinggi 38 73,1

Total 52 100

Berdasarkan tabel 2, dari 52 responden

yang diteliti dapat dilihat bahwa 14

responden (26,9%) memiliki

pengetahuan pada kategori rendah

sedangkan pada kategori tinggi 38

responden (73,1%).

Tabel 3 Gambaran Penerapan Pelaksanaan

Pencegahan Pasien Resiko Jatuh di Ruang

“Mawar dan Aster” Rumah Sakit Puri Cinere,

Depok 2014

N

o

Karakteristi

k Perawat

Pelaksan

a

Frekuensi

Persentas

e (%)

1.

2.

3.

4.

Usia

< 30 Tahun

≥ 30 Tahun

Jenis

Kelamin

Laki-laki

Perempuan

Tingkat

Pendidikan

D3

Keperawata

n

S1

Keperawata

n

Masa Kerja

< 5 Tahun

≥ 5 Tahun

29

23

7

45

39

13

27

25

55,8

44,2

13,5

86,5

75,0

25,0

51,9

48,1

84 8584 85

Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vol. 2, No. 1 / Juni 2015

Page 5: Edisi PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PENERAPAN …

84

melaporkan tentang pelaksanaan

keselamatan pasien.

Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode

deskriptif kuantitatif dengan desain

penelitian “cross sectional” Peneliti

menggunakan total sampling dengan

jumlah 52 perawat pelaksana di

Rumah Sakit Puri Cinere.

Hasil Penelitian Tabel 1. Gambaran Karakteristik

Perawat Pelaksana di Ruang “Mawar dan

Aster” Rumah Sakit Puri Cinere, Depok

Tahun 2014

Hasil penelitian ini terdiri dari 52

perawat pelaksana di RSPC yang

menjadi responden penelitian dan

sebagian besar berusia < 30 tahun

(55,8%), perempuan (86,5%), lulusan

pendidikan D3 Keperawatan (75%),

dan memiliki masa kerja < 5 tahun

(51,9%).

Tabel 5.2 Gambaran Pengetahuan Perawat

Pelaksana di Ruang “Mawar dan Aster”

Rumah Sakit Puri Cinere, Depok Tahun 2014

Pengetahuan Frekuensi Persentase

(%) Rendah 14 26,9 Tinggi 38 73,1

Total 52 100

Berdasarkan tabel 2, dari 52 responden

yang diteliti dapat dilihat bahwa 14

responden (26,9%) memiliki

pengetahuan pada kategori rendah

sedangkan pada kategori tinggi 38

responden (73,1%).

Tabel 3 Gambaran Penerapan Pelaksanaan

Pencegahan Pasien Resiko Jatuh di Ruang

“Mawar dan Aster” Rumah Sakit Puri Cinere,

Depok 2014

N

o

Karakteristi

k Perawat

Pelaksan

a

Frekuensi

Persentas

e (%)

1.

2.

3.

4.

Usia

< 30 Tahun

≥ 30 Tahun

Jenis

Kelamin

Laki-laki

Perempuan

Tingkat

Pendidikan

D3

Keperawata

n

S1

Keperawata

n

Masa Kerja

< 5 Tahun

≥ 5 Tahun

29

23

7

45

39

13

27

25

55,8

44,2

13,5

86,5

75,0

25,0

51,9

48,1

85

Penerapan

Frekuensi Persentase

(%)

Tidak

Diterapkan

37 71,2

Diterapkan 15

28,8

Total 52 100

Berdasarkan tabel 3, 15 responden

(28,8%) menerapkan pencegahan

insiden pada pasien risiko jatuh

sedangkan sebanyak 37 responden

(71,2%) penerapan pelaksanaan

pencegahan insiden pada pasien risiko

jatuh tidak diterapkan.

Tabel 4. Hubungan Karakteristik Perawat

Pelaksana dengan Penerapan Pelaksanaan

Pencegahan Insiden pada Pasien resiko Jatuh

di Ruang “Mawar dan Aster” Rumah Sakit

Puri Cinere, Depok Tahun 2014

Karakteristik

Perawat

Pelaksana

Penerapan

Pelaksanaan

Pencegahan Resiko

Jatuh Total

p

Value

Odd Ratio

Tidak

Diterapk

an

Diterapk

an

Usia

< 30 Tahun

4

(13,8%)

25

(86,2%)

0,042

5,729

(1,507-

1,780)

Karakteristik

Perawat

Pelaksana

Penerapan

Pelaksanaan

Pencegahan Resiko

Jatuh Total

p

Value

Odd Ratio

Tidak

Diterapk

an

Diterapk

an

≥ 30 Tahun

11

(47,8%)

12

(52,2%)

Jenis

Kelamin

Laki-laki

1(14,3%

)

6

(85,7%)

0,369

0,658

(0,041-

3,361)

Perempuan 14

(31,1%)

31

(68,9%)

Tingkat

Pendidikan

D3

Keperawatan

9

(23,1%)

30

(76,9%)

0,159

2,857

(0,763-

10,702)

S1

Keperawatan

6

46,2%

7

53,8%

Masa Kerja

< 5 Tahun

13

48,1%

14

51,9%

0,004 10,679

(2,092-

54,514)

≥ 5 Tahun 2 23

84 8584 85

Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vol. 2, No. 1 / Juni 2015

Page 6: Edisi PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PENERAPAN …

86

Karakteristik

Perawat

Pelaksana

Penerapan

Pelaksanaan

Pencegahan Resiko

Jatuh Total

p

Value

Odd Ratio

Tidak

Diterapk

an

Diterapk

an

8,0%

%

92,0%

Pembahasan

Hasil analisis statistik hubungan usia

dengan penerapan pelaksanaan

pencegahan pasien resiko jatuh,

menunjukkan bahwa pelaksanaan

pencegahan pasien resiko jatuh

banyak diterapkan oleh perawat

pelaksana (52,2%) yang berusia < 30

tahun. Dan perawat pelaksana (13,8%)

berusia ≥ 30 tahun tidak menerapkan

pelaksanaan pencegahan insiden pada

pasien risiko jatuh. Hasil uji statistik

didapatkan nilai p value = 0,042

berarti p value < 0,05, sehingga dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan

yang signifikan antara usia dengan

Penerapan Pelaksanaan Pencegahan

Insiden pada Pasien Risiko Jatuh di

Ruang “Mawar dan Aster” Rumah

Sakit Puri Cinere, Depok. Hasil

analisis menunjukkan nilai OR =

5,729 (CI= 1,507-1,780) yang berarti

responden yang usia < 30 tahun

memiliki resiko 6 kali lebih besar

untuk menerapkan pelaksanaan

pencegahan insiden pada pasien risiko

jatuh dibandingkan responden dengan

usia ≥ 30 Tahun. Hasil analisis

hubungan jenis kelamin dengan

penerapan pelaksanaan pencegahan

pasien resiko jatuh, menunjukkan

bahwa pelaksanaan pencegahan pasien

resiko jatuh banyak diterapkan oleh

perawat pelaksana jenis kelamin

perempuan (68,9%) karena dari 45

responden dengan jenis kelamin

perempuan hanya 14 responden

(31,1%) tidak menerapkan

pelaksanaan pencegahan insiden pada

pasien risiko jatuh sedangkan dengan

jenis kelamin laki-laki sebanyak 1

responden (14,3%) tidak menerapkan

pelaksanaan pencegahan insiden pada

pasien risiko jatuh sedangkan 6

responden (85,7%) menerapkan

pelaksanaan pencegahan insiden pada

pasien risiko jatuh. Hasil uji statistik

didapatkan nilai p value = 0,658

berarti P value > 0,05, sehingga dapat

disimpulkan bahwa tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara jenis

kelamin dengan penerapan

87

pelaksanaanpencegahan insiden pada

pasien risiko jatuh remaja di Ruang

“Mawar dan Aster” Rumah Sakit Puri

Cinere, Depok. Berdasarkan tabel

silang (cross tabulation) diatas dari 39

responden dengan pendidikan D3

Keperawatan dapat dilihat bahwa

sebanyak 9 responden (23,1%) tidak

menerapkan pelaksanaan pencegahan

insiden pada pasien risiko jatuh

sedangkan 30 responden (76,9%)

menerapkan pelaksanaan pencegahan

insiden pada pasien risiko jatuh. Dari

13 responden dengan pendidikan S1

Keperawatan dapat dilihat bahwa

sebanyak 6 responden (46,2%) tidak

menerapkan pelaksanaan pencegahan

insiden pada pasien risiko jatuh

sedangkan 7 responden (53,8%)

menerapkan pelaksanaan pencegahan

insiden pada pasien risiko jatuh. Hasil

uji statistik didapatkan nilai P value =

0,159 berarti p value > 0,05, sehingga

dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat hubungan yang signifikan

antara pendidikan dengan

Penerapan Pelaksanaan Pencegahan

Insiden pada Pasien Risiko Jatuh

remaja di Ruang “Mawar dan Aster”

Rumah Sakit Puri Cinere, Depok.

Berdasarkan tabel silang (cross

tabulation) diatas dari 13 responden

dengan masa kerja < 5 tahun dapat

dilihat bahwa sebanyak 13 responden

(48,1%) tidak menerapkan

pelaksanaan pencegahan insiden pada

pasien risiko jatuh sedangkan 14

responden (51,9%) menerapkan

pelaksanaan pencegahan insiden pada

pasien risiko jatuh. Dari 25 responden

dengan masa kerja ≥ 5 tahun dapat

dilihat bahwa sebanyak 2 responden

(8%) tidak menerapkan pelaksanaan

pencegahan insiden pada pasien risiko

jatuh sedangkan 23 responden (92%)

menerapkan pelaksanaan pencegahan

insiden pada pasien risiko jatuh.

Hasil uji statistik didapatkan nilai P

value = 0,004 berarti P value < 0,05,

sehingga dapat disimpulkan bahwa

ada hubungan yang signifikan antara

masa kerja dengan penerapan

pelaksanaan pencegahan insiden pada

pasien risiko jatuh remaja di Ruang

“Mawar dan Aster” Rumah Sakit Puri

Cinere, Depok. Hasil analisis

menunjukkan nilai OR = 10,679 (CI=

2,092 - 54,514) yang berarti responden

yang masa kerja ≥ 5 tahun memiliki

resiko 11 kali lebih besar untuk

menerapkan pelaksanaan pencegahan

insiden pada pasien risiko jatuh

86 8786 87

Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vol. 2, No. 1 / Juni 2015

Page 7: Edisi PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PENERAPAN …

86

Karakteristik

Perawat

Pelaksana

Penerapan

Pelaksanaan

Pencegahan Resiko

Jatuh Total

p

Value

Odd Ratio

Tidak

Diterapk

an

Diterapk

an

8,0%

%

92,0%

Pembahasan

Hasil analisis statistik hubungan usia

dengan penerapan pelaksanaan

pencegahan pasien resiko jatuh,

menunjukkan bahwa pelaksanaan

pencegahan pasien resiko jatuh

banyak diterapkan oleh perawat

pelaksana (52,2%) yang berusia < 30

tahun. Dan perawat pelaksana (13,8%)

berusia ≥ 30 tahun tidak menerapkan

pelaksanaan pencegahan insiden pada

pasien risiko jatuh. Hasil uji statistik

didapatkan nilai p value = 0,042

berarti p value < 0,05, sehingga dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan

yang signifikan antara usia dengan

Penerapan Pelaksanaan Pencegahan

Insiden pada Pasien Risiko Jatuh di

Ruang “Mawar dan Aster” Rumah

Sakit Puri Cinere, Depok. Hasil

analisis menunjukkan nilai OR =

5,729 (CI= 1,507-1,780) yang berarti

responden yang usia < 30 tahun

memiliki resiko 6 kali lebih besar

untuk menerapkan pelaksanaan

pencegahan insiden pada pasien risiko

jatuh dibandingkan responden dengan

usia ≥ 30 Tahun. Hasil analisis

hubungan jenis kelamin dengan

penerapan pelaksanaan pencegahan

pasien resiko jatuh, menunjukkan

bahwa pelaksanaan pencegahan pasien

resiko jatuh banyak diterapkan oleh

perawat pelaksana jenis kelamin

perempuan (68,9%) karena dari 45

responden dengan jenis kelamin

perempuan hanya 14 responden

(31,1%) tidak menerapkan

pelaksanaan pencegahan insiden pada

pasien risiko jatuh sedangkan dengan

jenis kelamin laki-laki sebanyak 1

responden (14,3%) tidak menerapkan

pelaksanaan pencegahan insiden pada

pasien risiko jatuh sedangkan 6

responden (85,7%) menerapkan

pelaksanaan pencegahan insiden pada

pasien risiko jatuh. Hasil uji statistik

didapatkan nilai p value = 0,658

berarti P value > 0,05, sehingga dapat

disimpulkan bahwa tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara jenis

kelamin dengan penerapan

87

pelaksanaanpencegahan insiden pada

pasien risiko jatuh remaja di Ruang

“Mawar dan Aster” Rumah Sakit Puri

Cinere, Depok. Berdasarkan tabel

silang (cross tabulation) diatas dari 39

responden dengan pendidikan D3

Keperawatan dapat dilihat bahwa

sebanyak 9 responden (23,1%) tidak

menerapkan pelaksanaan pencegahan

insiden pada pasien risiko jatuh

sedangkan 30 responden (76,9%)

menerapkan pelaksanaan pencegahan

insiden pada pasien risiko jatuh. Dari

13 responden dengan pendidikan S1

Keperawatan dapat dilihat bahwa

sebanyak 6 responden (46,2%) tidak

menerapkan pelaksanaan pencegahan

insiden pada pasien risiko jatuh

sedangkan 7 responden (53,8%)

menerapkan pelaksanaan pencegahan

insiden pada pasien risiko jatuh. Hasil

uji statistik didapatkan nilai P value =

0,159 berarti p value > 0,05, sehingga

dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat hubungan yang signifikan

antara pendidikan dengan

Penerapan Pelaksanaan Pencegahan

Insiden pada Pasien Risiko Jatuh

remaja di Ruang “Mawar dan Aster”

Rumah Sakit Puri Cinere, Depok.

Berdasarkan tabel silang (cross

tabulation) diatas dari 13 responden

dengan masa kerja < 5 tahun dapat

dilihat bahwa sebanyak 13 responden

(48,1%) tidak menerapkan

pelaksanaan pencegahan insiden pada

pasien risiko jatuh sedangkan 14

responden (51,9%) menerapkan

pelaksanaan pencegahan insiden pada

pasien risiko jatuh. Dari 25 responden

dengan masa kerja ≥ 5 tahun dapat

dilihat bahwa sebanyak 2 responden

(8%) tidak menerapkan pelaksanaan

pencegahan insiden pada pasien risiko

jatuh sedangkan 23 responden (92%)

menerapkan pelaksanaan pencegahan

insiden pada pasien risiko jatuh.

Hasil uji statistik didapatkan nilai P

value = 0,004 berarti P value < 0,05,

sehingga dapat disimpulkan bahwa

ada hubungan yang signifikan antara

masa kerja dengan penerapan

pelaksanaan pencegahan insiden pada

pasien risiko jatuh remaja di Ruang

“Mawar dan Aster” Rumah Sakit Puri

Cinere, Depok. Hasil analisis

menunjukkan nilai OR = 10,679 (CI=

2,092 - 54,514) yang berarti responden

yang masa kerja ≥ 5 tahun memiliki

resiko 11 kali lebih besar untuk

menerapkan pelaksanaan pencegahan

insiden pada pasien risiko jatuh

86 8786 87

Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vol. 2, No. 1 / Juni 2015

Page 8: Edisi PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PENERAPAN …

88

dibandingkan responden dengan masa

kerja < 5 tahun.

Kesimpulan Karakteristik perawat pelaksana di

Rumah Sakit Puri Cinere yang

menjadi responden penelitian sebagian

besar berusia < 30 tahun, berjenis

kelamin perempuan, lulusan

pendidikan D3 Keperawatan, dan

memiliki masa kerja < 5 tahun. Hasil

penelitian pengetahuan perawat

Rumah Sakit Puri Cinere adalah

26,9% memiliki pengetahuan pada

kategori rendah sedangkan sebanyak

73,1% memiliki pengetahuan pada

kategori tinggi. Hasil penelitian

penerapan pelaksanaan pencegahan

insiden pada pasien resiko jatuh

ditemukan 71,2% tidak menerapkan

pelaksanaan pencegahan insiden pada

pasien resiko jatuh sedangkan 28,8%

menerapkan pelaksanaan pencegahan

insiden pada pasien resiko jatuh.

Adanya hubungan yang signifikan

antara usia, masa kerja dan

pengetahuan perawat pelaksana

dengan penerapan pelaksanaan

pencegahan insiden pada pasien resiko

jatuh. Tidak ditemukan adanya

hubungan yang signifikan antara jenis

kelamin dan pendidikan dengan

penerapan pelaksanaan pencegahan

insiden pada pasien resiko jatuh.

Daftar Pustaka Cahyono. (2008). Membangun budaya

keselamatan pasien dalam praktek kedokteran. Yogyakarta : Kanisius.

Depkes RI. (2008). Panduan nasional

keselamatan pasien rumah sakit: Utamakan keselamatan pasien. Edisi 2. Jakarta : Depkes RI.

Komite Keselamatan Pasien Rumah

Sakit (KKPRS). (2008). Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP). Jakarta : KKPRS.

Komite Keselamatan Pasien Rumah

Sakit (KKPRS). (2012). Laporan insiden keselamatan pasien (IKP). Jakarta : KKPRS

Nazam, D.M. (2009). Nurses’ role in

communication and patient saafety. Journal of Nursing Care Quality. Vol 24. No 3 pp 184-188. Di akses 9 november 2013.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi

Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

89

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN

TINGKAT KECEMASAN KLIEN KANKER YANG

MENJALANI KEMOTERAAPI

DI RSPAD GATOT SOEBROTO

JAKARTA PUSAT

Hera Septyadita1, Duma L Tobing2

Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Ilmu Ilmu Kesehatan, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta

Jl. Limo Raya, Cinere Depok, Telp 7656971 ext 175. Fax : 7656904

[email protected]

Abstrak

Kecemasan adalah sebuah perasaan emosi dari pengalaman individu secara subjektif, perasaan ketakutan tidak dapat dispesifikan secara objektif, kegelisahan yang muncul juga tidak diketahui sebabnya, perasaan itu timbul setiap permulaan baru. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang hubungan dukungan sosial keluarga dengan tingkat kecemasan klien kanker yang menjalani kemoterapi. Sampel purposive sampling sebanyak 30 responden. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa usia, jenis kelamin, status pernikahan, status pendidikan, jenis kanker dan stadium kanker memiliki hubungan yang bermakna terhadap dukungan sosial keluarga terhadap klien kanker karena memiliki p value < 0,05. Kata Kunci : Kecemasan, Kanker, Dukungan Sosial Keluarga

Abstract

Anxiety is an emotional feeling of individual subjective experience, feelings of fear can not dispesifikan objectively, anxiety appears also not known why, feeling that arises every new beginning. The purpose of this study was to obtain information about the relationship of social support families with anxiety level clients undergoing cancer chemotherapy. Purposive sampling of 30 respondents. The results of this study showed that age, gender, marital status, educational status, cancer type and stage of cancer has a significant relationship to the family social support for cancer because the client has a p value <0.05. Key Word : Anxiety, Cancer, Family Social Support

88 8988 89

Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vol. 2, No. 1 / Juni 2015