80
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Hidayat, H. A. (2007). Riset
keperawatan dan teknik penulisan ilmiah. Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.
Hurlock, B. E. (2006). Psikologi
perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta : Erlangga.
Khairani, M. (2013). Psikologi
belajar. Yogyakarta : Aswaja Pressindo.
Khodijah, N. (2014). Psikologi
pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Muhammad, A. (2013). Tutorial
senam otak untuk umum. Yogyakarta : Flash Books.
Notoadmojo, S. (2010). Metodologi
penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nurkencana. (2005). Evaluasi hasil
belajar mengajar. Surabaya : Usaha Nasional.
Papalia, E. D & Feldman, D. R (2014).
Menyelami perkembangan manusia. Jakarta : Salemba Humanika.
Perry & Potter. (2005). Buku ajar
fundamental keperawatan. Edisi 4. Jakarta : EGC.
Prihastuti. (2009). Hubungan brain
gym terhadap peningkatan kecakapan berhitung siswa sekolah dasar. Cakrawala Pendidikan, 43-45. Santrock.
(2007). Adolescene. Edisi Keenam. Jakarta : Erlangga.
Setiadi. (2013). Konsep dan praktik
penulisan riset keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Soetjiningsih. (2005). Tumbuh
kembang anak. Jakarta: EGC. Syah, M. (2010). Psikologi
pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Wong, L. D. Hockenberry-Eaton, M,.
Wilson, D,. Wingkelsten, L. M,. & Schwartz, P.(2009). Buku ajar keperawatan pediatrik Edisi 6. Jakarta : EGC.
Yanuarita, A. F. (2012).
Memaksimalkan otak melalui senam otak (brain gym). Yogyakarta : Teranova Books.
Yuniarti. (2013). Hubungan motivasi
berprestasi dan gaya belajar dengan prestasi belajar pada siswa kelas V di SDN 08 pagi Cilandak Barat Jakarta Selatan. Fikes UPN. Jakarta.
Yusuf, S. (2005). Psikologi perkembangan dan remaja. Bandung: PT Remaja
81
PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PENERAPAN
PELAKSANAAN PENCEGAHAN INSIDEN PADA PASIEN RESIKO
JATUH
Ayu Maulina1, Nelly Febriani2
1 Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran, Jl. Limo Raya Depok 16515
2 Departemen Managemen Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran, Jl. Limo Raya Depok 16515
Email : [email protected]
Abstrak
Salah satu dari enam sasaran keselamatan pasien adalah pencegahan pasien jatuh. Pelaksanaan pencegahan insiden
pada pasien resiko jatuh sangat berhubungan erat dengan pengetahuan dan keterampilan perawat. Penelitian ini
bertujuan menganalisis hubungan tingkat pengetahuan perawat dengan penerapan pelaksanaan pencegahan
insiden pada pasien resiko jatuh. Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif Kuantitatif dengan pendekatan
cross sectional pada 52 perawat pelaksana, hasil analisis bivariat dengan uji chi square menunjukkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan penerapan pelaksanaan pencegahan pasien resiko jatuh (P=
0,001). Kejadian jatuh merupakan kejadian yang dapat dicegah, karena itu sebagai ujung tombak dalam pelayanan
kesehatan sangat penting bagi perawat untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan mematuhi
pelaksanaan pencegahan pasien jatuh sesuai dengan prosedur yang sudah ada. Faktor yang paling berpengaruh
pada pencegahan pasien jatuh adalah standar operasional prosedur sebagai acuan yang tepat untuk menerapkan
keselamatan pasien dengan baik.
Kata kunci : Pelaksanaan Pencegahan Pasien Resiko Jatuh, Pengetahuan.
Abstract
One of the six patient safety goals is the prevention of patient falls. Implementation of incident prevention in
patients risk of falling is very closely linked with the knowledge and skills of nurses. The purpose of this study
was to find out the correlation between nurses' knowledge with the application execution incident prevention in
patients at risk of falling RSPC. This study used a descriptive quantitative methods with cross sectional approach.
The population in this study is 52 nurses at mawar and aster room. The results of bivariate analyzes with chi
square test showed that there was a significant relationship between knowledge of the application execution
80 8180 81
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vol. 2, No. 1 / Juni 2015
82
prevention fall risk patients (p = 0.001 means p < 0.05). Incidence of falls are preventable events, because it as
the spearhead in health care is very important for nurses to enhance their knowledge, skills, and adhere to the
implementation of patient falls prevention in accordance with existing procedures. The most influential factor in
the prevention of patient falls is the standard operating procedures as appropriate references to well implement
patient safety.
Key words : Implementation of Risk Patient Fall Prevention, Knowledge
83
Pendahuluan Keselamatan pasien sangat penting
diterapkan rumah sakit, karena kalau
tidak diterapkan akan berdampak pada
penurunan kepercayaan masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan yang
ada dan berakibat pada penurunan
mutu pelayanan rumah sakit.
Pelayanan yang bermutu dan aman
bagi pasien saling berkaitan dan tidak
dapat dipisah – pisahkan (Cahyono,
2008). Six Goal Pasient safety (Enam
Sasaran Keselamatan pasien)
merupakan beberapa syarat yang harus
diterapkan rumah sakit untuk
keselamatan pasien, meliputi :
ketepatan identifikasi pasien,
peningkatan keamanan obat yang
perlu diwaspadai, peningkatan
komunikasi yang efektif, kepastian
tepat lokasi- tepat prosedur- tepat
pasien post operasi, pengurangan
resiko infeksi dan pengurangan/
pencegahan pasien resiko jatuh. Jatuh
merupakan kejadian yang dapat
dicegah, perawat perlu melakukan
pedoman prevention falls yaitu dengan
monitoring ketat pasien risiko tinggi
(kunjungi dan monitor pasien/ 1jam,
tempatkan pasien di kamar yang
paling dekat dengan nurse station jika
memungkinkan), melibatkan pasien/
keluarga dalam pencegahan jatuh
(KKPRS, 2008). Kejadian pasien jatuh
perlu ditanggulangi sehingga KTD
menjadi 0%, namun masih ada KTD
lebih dari angka tersebut. Hal ini
dipublikasi oleh WHO pada 2007
menemukan KTD dengan rentang 3,2-
16,6% pada rumah sakit diberbagai
negara, yaitu Amerika, Inggris,
Denmark dan Australia (Depkes RI,
2008). Morse melaporkan 2,2-7%
kejadian pasien jatuh/ 1000 tempat
tidur per hari diruang perawatan akut
per tahun, 29-48% pasien mengalami
luka, dan 7,5% dengan luka-luka
serius (Nadzam, 2009).
Data diatas secara jelas menunjukkan
bahwa telah terjadi KTD di berbagai
jenis rumah sakit di Dunia dan perlu
dilakukan penatalaksanaan prosedur
pencegahan pasien jatuh. Pelaporan
data di Indonesia tentang KTD dan
KNC belum banyak dilakukan oleh
rumah sakit di Indonesia. Komite
Keselamatan Pasien Rumah Sakit
(KKPRS) melaporkan, mulai
September 2006-2011 terjadi insiden :
KTD sebanyak 249 kasus dan KNC
283 kasus. Hal ini terjadi disebabkan
rumah sakit masih kurang peduli
82 8382 83
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vol. 2, No. 1 / Juni 2015
82
prevention fall risk patients (p = 0.001 means p < 0.05). Incidence of falls are preventable events, because it as
the spearhead in health care is very important for nurses to enhance their knowledge, skills, and adhere to the
implementation of patient falls prevention in accordance with existing procedures. The most influential factor in
the prevention of patient falls is the standard operating procedures as appropriate references to well implement
patient safety.
Key words : Implementation of Risk Patient Fall Prevention, Knowledge
83
Pendahuluan Keselamatan pasien sangat penting
diterapkan rumah sakit, karena kalau
tidak diterapkan akan berdampak pada
penurunan kepercayaan masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan yang
ada dan berakibat pada penurunan
mutu pelayanan rumah sakit.
Pelayanan yang bermutu dan aman
bagi pasien saling berkaitan dan tidak
dapat dipisah – pisahkan (Cahyono,
2008). Six Goal Pasient safety (Enam
Sasaran Keselamatan pasien)
merupakan beberapa syarat yang harus
diterapkan rumah sakit untuk
keselamatan pasien, meliputi :
ketepatan identifikasi pasien,
peningkatan keamanan obat yang
perlu diwaspadai, peningkatan
komunikasi yang efektif, kepastian
tepat lokasi- tepat prosedur- tepat
pasien post operasi, pengurangan
resiko infeksi dan pengurangan/
pencegahan pasien resiko jatuh. Jatuh
merupakan kejadian yang dapat
dicegah, perawat perlu melakukan
pedoman prevention falls yaitu dengan
monitoring ketat pasien risiko tinggi
(kunjungi dan monitor pasien/ 1jam,
tempatkan pasien di kamar yang
paling dekat dengan nurse station jika
memungkinkan), melibatkan pasien/
keluarga dalam pencegahan jatuh
(KKPRS, 2008). Kejadian pasien jatuh
perlu ditanggulangi sehingga KTD
menjadi 0%, namun masih ada KTD
lebih dari angka tersebut. Hal ini
dipublikasi oleh WHO pada 2007
menemukan KTD dengan rentang 3,2-
16,6% pada rumah sakit diberbagai
negara, yaitu Amerika, Inggris,
Denmark dan Australia (Depkes RI,
2008). Morse melaporkan 2,2-7%
kejadian pasien jatuh/ 1000 tempat
tidur per hari diruang perawatan akut
per tahun, 29-48% pasien mengalami
luka, dan 7,5% dengan luka-luka
serius (Nadzam, 2009).
Data diatas secara jelas menunjukkan
bahwa telah terjadi KTD di berbagai
jenis rumah sakit di Dunia dan perlu
dilakukan penatalaksanaan prosedur
pencegahan pasien jatuh. Pelaporan
data di Indonesia tentang KTD dan
KNC belum banyak dilakukan oleh
rumah sakit di Indonesia. Komite
Keselamatan Pasien Rumah Sakit
(KKPRS) melaporkan, mulai
September 2006-2011 terjadi insiden :
KTD sebanyak 249 kasus dan KNC
283 kasus. Hal ini terjadi disebabkan
rumah sakit masih kurang peduli
82 8382 83
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vol. 2, No. 1 / Juni 2015
84
melaporkan tentang pelaksanaan
keselamatan pasien.
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif kuantitatif dengan desain
penelitian “cross sectional” Peneliti
menggunakan total sampling dengan
jumlah 52 perawat pelaksana di
Rumah Sakit Puri Cinere.
Hasil Penelitian Tabel 1. Gambaran Karakteristik
Perawat Pelaksana di Ruang “Mawar dan
Aster” Rumah Sakit Puri Cinere, Depok
Tahun 2014
Hasil penelitian ini terdiri dari 52
perawat pelaksana di RSPC yang
menjadi responden penelitian dan
sebagian besar berusia < 30 tahun
(55,8%), perempuan (86,5%), lulusan
pendidikan D3 Keperawatan (75%),
dan memiliki masa kerja < 5 tahun
(51,9%).
Tabel 5.2 Gambaran Pengetahuan Perawat
Pelaksana di Ruang “Mawar dan Aster”
Rumah Sakit Puri Cinere, Depok Tahun 2014
Pengetahuan Frekuensi Persentase
(%) Rendah 14 26,9 Tinggi 38 73,1
Total 52 100
Berdasarkan tabel 2, dari 52 responden
yang diteliti dapat dilihat bahwa 14
responden (26,9%) memiliki
pengetahuan pada kategori rendah
sedangkan pada kategori tinggi 38
responden (73,1%).
Tabel 3 Gambaran Penerapan Pelaksanaan
Pencegahan Pasien Resiko Jatuh di Ruang
“Mawar dan Aster” Rumah Sakit Puri Cinere,
Depok 2014
N
o
Karakteristi
k Perawat
Pelaksan
a
Frekuensi
Persentas
e (%)
1.
2.
3.
4.
Usia
< 30 Tahun
≥ 30 Tahun
Jenis
Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Tingkat
Pendidikan
D3
Keperawata
n
S1
Keperawata
n
Masa Kerja
< 5 Tahun
≥ 5 Tahun
29
23
7
45
39
13
27
25
55,8
44,2
13,5
86,5
75,0
25,0
51,9
48,1
84 8584 85
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vol. 2, No. 1 / Juni 2015
84
melaporkan tentang pelaksanaan
keselamatan pasien.
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif kuantitatif dengan desain
penelitian “cross sectional” Peneliti
menggunakan total sampling dengan
jumlah 52 perawat pelaksana di
Rumah Sakit Puri Cinere.
Hasil Penelitian Tabel 1. Gambaran Karakteristik
Perawat Pelaksana di Ruang “Mawar dan
Aster” Rumah Sakit Puri Cinere, Depok
Tahun 2014
Hasil penelitian ini terdiri dari 52
perawat pelaksana di RSPC yang
menjadi responden penelitian dan
sebagian besar berusia < 30 tahun
(55,8%), perempuan (86,5%), lulusan
pendidikan D3 Keperawatan (75%),
dan memiliki masa kerja < 5 tahun
(51,9%).
Tabel 5.2 Gambaran Pengetahuan Perawat
Pelaksana di Ruang “Mawar dan Aster”
Rumah Sakit Puri Cinere, Depok Tahun 2014
Pengetahuan Frekuensi Persentase
(%) Rendah 14 26,9 Tinggi 38 73,1
Total 52 100
Berdasarkan tabel 2, dari 52 responden
yang diteliti dapat dilihat bahwa 14
responden (26,9%) memiliki
pengetahuan pada kategori rendah
sedangkan pada kategori tinggi 38
responden (73,1%).
Tabel 3 Gambaran Penerapan Pelaksanaan
Pencegahan Pasien Resiko Jatuh di Ruang
“Mawar dan Aster” Rumah Sakit Puri Cinere,
Depok 2014
N
o
Karakteristi
k Perawat
Pelaksan
a
Frekuensi
Persentas
e (%)
1.
2.
3.
4.
Usia
< 30 Tahun
≥ 30 Tahun
Jenis
Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Tingkat
Pendidikan
D3
Keperawata
n
S1
Keperawata
n
Masa Kerja
< 5 Tahun
≥ 5 Tahun
29
23
7
45
39
13
27
25
55,8
44,2
13,5
86,5
75,0
25,0
51,9
48,1
85
Penerapan
Frekuensi Persentase
(%)
Tidak
Diterapkan
37 71,2
Diterapkan 15
28,8
Total 52 100
Berdasarkan tabel 3, 15 responden
(28,8%) menerapkan pencegahan
insiden pada pasien risiko jatuh
sedangkan sebanyak 37 responden
(71,2%) penerapan pelaksanaan
pencegahan insiden pada pasien risiko
jatuh tidak diterapkan.
Tabel 4. Hubungan Karakteristik Perawat
Pelaksana dengan Penerapan Pelaksanaan
Pencegahan Insiden pada Pasien resiko Jatuh
di Ruang “Mawar dan Aster” Rumah Sakit
Puri Cinere, Depok Tahun 2014
Karakteristik
Perawat
Pelaksana
Penerapan
Pelaksanaan
Pencegahan Resiko
Jatuh Total
p
Value
Odd Ratio
Tidak
Diterapk
an
Diterapk
an
Usia
< 30 Tahun
4
(13,8%)
25
(86,2%)
0,042
5,729
(1,507-
1,780)
Karakteristik
Perawat
Pelaksana
Penerapan
Pelaksanaan
Pencegahan Resiko
Jatuh Total
p
Value
Odd Ratio
Tidak
Diterapk
an
Diterapk
an
≥ 30 Tahun
11
(47,8%)
12
(52,2%)
Jenis
Kelamin
Laki-laki
1(14,3%
)
6
(85,7%)
0,369
0,658
(0,041-
3,361)
Perempuan 14
(31,1%)
31
(68,9%)
Tingkat
Pendidikan
D3
Keperawatan
9
(23,1%)
30
(76,9%)
0,159
2,857
(0,763-
10,702)
S1
Keperawatan
6
46,2%
7
53,8%
Masa Kerja
< 5 Tahun
13
48,1%
14
51,9%
0,004 10,679
(2,092-
54,514)
≥ 5 Tahun 2 23
84 8584 85
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vol. 2, No. 1 / Juni 2015
86
Karakteristik
Perawat
Pelaksana
Penerapan
Pelaksanaan
Pencegahan Resiko
Jatuh Total
p
Value
Odd Ratio
Tidak
Diterapk
an
Diterapk
an
8,0%
%
92,0%
Pembahasan
Hasil analisis statistik hubungan usia
dengan penerapan pelaksanaan
pencegahan pasien resiko jatuh,
menunjukkan bahwa pelaksanaan
pencegahan pasien resiko jatuh
banyak diterapkan oleh perawat
pelaksana (52,2%) yang berusia < 30
tahun. Dan perawat pelaksana (13,8%)
berusia ≥ 30 tahun tidak menerapkan
pelaksanaan pencegahan insiden pada
pasien risiko jatuh. Hasil uji statistik
didapatkan nilai p value = 0,042
berarti p value < 0,05, sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara usia dengan
Penerapan Pelaksanaan Pencegahan
Insiden pada Pasien Risiko Jatuh di
Ruang “Mawar dan Aster” Rumah
Sakit Puri Cinere, Depok. Hasil
analisis menunjukkan nilai OR =
5,729 (CI= 1,507-1,780) yang berarti
responden yang usia < 30 tahun
memiliki resiko 6 kali lebih besar
untuk menerapkan pelaksanaan
pencegahan insiden pada pasien risiko
jatuh dibandingkan responden dengan
usia ≥ 30 Tahun. Hasil analisis
hubungan jenis kelamin dengan
penerapan pelaksanaan pencegahan
pasien resiko jatuh, menunjukkan
bahwa pelaksanaan pencegahan pasien
resiko jatuh banyak diterapkan oleh
perawat pelaksana jenis kelamin
perempuan (68,9%) karena dari 45
responden dengan jenis kelamin
perempuan hanya 14 responden
(31,1%) tidak menerapkan
pelaksanaan pencegahan insiden pada
pasien risiko jatuh sedangkan dengan
jenis kelamin laki-laki sebanyak 1
responden (14,3%) tidak menerapkan
pelaksanaan pencegahan insiden pada
pasien risiko jatuh sedangkan 6
responden (85,7%) menerapkan
pelaksanaan pencegahan insiden pada
pasien risiko jatuh. Hasil uji statistik
didapatkan nilai p value = 0,658
berarti P value > 0,05, sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara jenis
kelamin dengan penerapan
87
pelaksanaanpencegahan insiden pada
pasien risiko jatuh remaja di Ruang
“Mawar dan Aster” Rumah Sakit Puri
Cinere, Depok. Berdasarkan tabel
silang (cross tabulation) diatas dari 39
responden dengan pendidikan D3
Keperawatan dapat dilihat bahwa
sebanyak 9 responden (23,1%) tidak
menerapkan pelaksanaan pencegahan
insiden pada pasien risiko jatuh
sedangkan 30 responden (76,9%)
menerapkan pelaksanaan pencegahan
insiden pada pasien risiko jatuh. Dari
13 responden dengan pendidikan S1
Keperawatan dapat dilihat bahwa
sebanyak 6 responden (46,2%) tidak
menerapkan pelaksanaan pencegahan
insiden pada pasien risiko jatuh
sedangkan 7 responden (53,8%)
menerapkan pelaksanaan pencegahan
insiden pada pasien risiko jatuh. Hasil
uji statistik didapatkan nilai P value =
0,159 berarti p value > 0,05, sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat hubungan yang signifikan
antara pendidikan dengan
Penerapan Pelaksanaan Pencegahan
Insiden pada Pasien Risiko Jatuh
remaja di Ruang “Mawar dan Aster”
Rumah Sakit Puri Cinere, Depok.
Berdasarkan tabel silang (cross
tabulation) diatas dari 13 responden
dengan masa kerja < 5 tahun dapat
dilihat bahwa sebanyak 13 responden
(48,1%) tidak menerapkan
pelaksanaan pencegahan insiden pada
pasien risiko jatuh sedangkan 14
responden (51,9%) menerapkan
pelaksanaan pencegahan insiden pada
pasien risiko jatuh. Dari 25 responden
dengan masa kerja ≥ 5 tahun dapat
dilihat bahwa sebanyak 2 responden
(8%) tidak menerapkan pelaksanaan
pencegahan insiden pada pasien risiko
jatuh sedangkan 23 responden (92%)
menerapkan pelaksanaan pencegahan
insiden pada pasien risiko jatuh.
Hasil uji statistik didapatkan nilai P
value = 0,004 berarti P value < 0,05,
sehingga dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan yang signifikan antara
masa kerja dengan penerapan
pelaksanaan pencegahan insiden pada
pasien risiko jatuh remaja di Ruang
“Mawar dan Aster” Rumah Sakit Puri
Cinere, Depok. Hasil analisis
menunjukkan nilai OR = 10,679 (CI=
2,092 - 54,514) yang berarti responden
yang masa kerja ≥ 5 tahun memiliki
resiko 11 kali lebih besar untuk
menerapkan pelaksanaan pencegahan
insiden pada pasien risiko jatuh
86 8786 87
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vol. 2, No. 1 / Juni 2015
86
Karakteristik
Perawat
Pelaksana
Penerapan
Pelaksanaan
Pencegahan Resiko
Jatuh Total
p
Value
Odd Ratio
Tidak
Diterapk
an
Diterapk
an
8,0%
%
92,0%
Pembahasan
Hasil analisis statistik hubungan usia
dengan penerapan pelaksanaan
pencegahan pasien resiko jatuh,
menunjukkan bahwa pelaksanaan
pencegahan pasien resiko jatuh
banyak diterapkan oleh perawat
pelaksana (52,2%) yang berusia < 30
tahun. Dan perawat pelaksana (13,8%)
berusia ≥ 30 tahun tidak menerapkan
pelaksanaan pencegahan insiden pada
pasien risiko jatuh. Hasil uji statistik
didapatkan nilai p value = 0,042
berarti p value < 0,05, sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara usia dengan
Penerapan Pelaksanaan Pencegahan
Insiden pada Pasien Risiko Jatuh di
Ruang “Mawar dan Aster” Rumah
Sakit Puri Cinere, Depok. Hasil
analisis menunjukkan nilai OR =
5,729 (CI= 1,507-1,780) yang berarti
responden yang usia < 30 tahun
memiliki resiko 6 kali lebih besar
untuk menerapkan pelaksanaan
pencegahan insiden pada pasien risiko
jatuh dibandingkan responden dengan
usia ≥ 30 Tahun. Hasil analisis
hubungan jenis kelamin dengan
penerapan pelaksanaan pencegahan
pasien resiko jatuh, menunjukkan
bahwa pelaksanaan pencegahan pasien
resiko jatuh banyak diterapkan oleh
perawat pelaksana jenis kelamin
perempuan (68,9%) karena dari 45
responden dengan jenis kelamin
perempuan hanya 14 responden
(31,1%) tidak menerapkan
pelaksanaan pencegahan insiden pada
pasien risiko jatuh sedangkan dengan
jenis kelamin laki-laki sebanyak 1
responden (14,3%) tidak menerapkan
pelaksanaan pencegahan insiden pada
pasien risiko jatuh sedangkan 6
responden (85,7%) menerapkan
pelaksanaan pencegahan insiden pada
pasien risiko jatuh. Hasil uji statistik
didapatkan nilai p value = 0,658
berarti P value > 0,05, sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara jenis
kelamin dengan penerapan
87
pelaksanaanpencegahan insiden pada
pasien risiko jatuh remaja di Ruang
“Mawar dan Aster” Rumah Sakit Puri
Cinere, Depok. Berdasarkan tabel
silang (cross tabulation) diatas dari 39
responden dengan pendidikan D3
Keperawatan dapat dilihat bahwa
sebanyak 9 responden (23,1%) tidak
menerapkan pelaksanaan pencegahan
insiden pada pasien risiko jatuh
sedangkan 30 responden (76,9%)
menerapkan pelaksanaan pencegahan
insiden pada pasien risiko jatuh. Dari
13 responden dengan pendidikan S1
Keperawatan dapat dilihat bahwa
sebanyak 6 responden (46,2%) tidak
menerapkan pelaksanaan pencegahan
insiden pada pasien risiko jatuh
sedangkan 7 responden (53,8%)
menerapkan pelaksanaan pencegahan
insiden pada pasien risiko jatuh. Hasil
uji statistik didapatkan nilai P value =
0,159 berarti p value > 0,05, sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat hubungan yang signifikan
antara pendidikan dengan
Penerapan Pelaksanaan Pencegahan
Insiden pada Pasien Risiko Jatuh
remaja di Ruang “Mawar dan Aster”
Rumah Sakit Puri Cinere, Depok.
Berdasarkan tabel silang (cross
tabulation) diatas dari 13 responden
dengan masa kerja < 5 tahun dapat
dilihat bahwa sebanyak 13 responden
(48,1%) tidak menerapkan
pelaksanaan pencegahan insiden pada
pasien risiko jatuh sedangkan 14
responden (51,9%) menerapkan
pelaksanaan pencegahan insiden pada
pasien risiko jatuh. Dari 25 responden
dengan masa kerja ≥ 5 tahun dapat
dilihat bahwa sebanyak 2 responden
(8%) tidak menerapkan pelaksanaan
pencegahan insiden pada pasien risiko
jatuh sedangkan 23 responden (92%)
menerapkan pelaksanaan pencegahan
insiden pada pasien risiko jatuh.
Hasil uji statistik didapatkan nilai P
value = 0,004 berarti P value < 0,05,
sehingga dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan yang signifikan antara
masa kerja dengan penerapan
pelaksanaan pencegahan insiden pada
pasien risiko jatuh remaja di Ruang
“Mawar dan Aster” Rumah Sakit Puri
Cinere, Depok. Hasil analisis
menunjukkan nilai OR = 10,679 (CI=
2,092 - 54,514) yang berarti responden
yang masa kerja ≥ 5 tahun memiliki
resiko 11 kali lebih besar untuk
menerapkan pelaksanaan pencegahan
insiden pada pasien risiko jatuh
86 8786 87
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vol. 2, No. 1 / Juni 2015
88
dibandingkan responden dengan masa
kerja < 5 tahun.
Kesimpulan Karakteristik perawat pelaksana di
Rumah Sakit Puri Cinere yang
menjadi responden penelitian sebagian
besar berusia < 30 tahun, berjenis
kelamin perempuan, lulusan
pendidikan D3 Keperawatan, dan
memiliki masa kerja < 5 tahun. Hasil
penelitian pengetahuan perawat
Rumah Sakit Puri Cinere adalah
26,9% memiliki pengetahuan pada
kategori rendah sedangkan sebanyak
73,1% memiliki pengetahuan pada
kategori tinggi. Hasil penelitian
penerapan pelaksanaan pencegahan
insiden pada pasien resiko jatuh
ditemukan 71,2% tidak menerapkan
pelaksanaan pencegahan insiden pada
pasien resiko jatuh sedangkan 28,8%
menerapkan pelaksanaan pencegahan
insiden pada pasien resiko jatuh.
Adanya hubungan yang signifikan
antara usia, masa kerja dan
pengetahuan perawat pelaksana
dengan penerapan pelaksanaan
pencegahan insiden pada pasien resiko
jatuh. Tidak ditemukan adanya
hubungan yang signifikan antara jenis
kelamin dan pendidikan dengan
penerapan pelaksanaan pencegahan
insiden pada pasien resiko jatuh.
Daftar Pustaka Cahyono. (2008). Membangun budaya
keselamatan pasien dalam praktek kedokteran. Yogyakarta : Kanisius.
Depkes RI. (2008). Panduan nasional
keselamatan pasien rumah sakit: Utamakan keselamatan pasien. Edisi 2. Jakarta : Depkes RI.
Komite Keselamatan Pasien Rumah
Sakit (KKPRS). (2008). Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP). Jakarta : KKPRS.
Komite Keselamatan Pasien Rumah
Sakit (KKPRS). (2012). Laporan insiden keselamatan pasien (IKP). Jakarta : KKPRS
Nazam, D.M. (2009). Nurses’ role in
communication and patient saafety. Journal of Nursing Care Quality. Vol 24. No 3 pp 184-188. Di akses 9 november 2013.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
89
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN
TINGKAT KECEMASAN KLIEN KANKER YANG
MENJALANI KEMOTERAAPI
DI RSPAD GATOT SOEBROTO
JAKARTA PUSAT
Hera Septyadita1, Duma L Tobing2
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Ilmu Kesehatan, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta
Jl. Limo Raya, Cinere Depok, Telp 7656971 ext 175. Fax : 7656904
Abstrak
Kecemasan adalah sebuah perasaan emosi dari pengalaman individu secara subjektif, perasaan ketakutan tidak dapat dispesifikan secara objektif, kegelisahan yang muncul juga tidak diketahui sebabnya, perasaan itu timbul setiap permulaan baru. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang hubungan dukungan sosial keluarga dengan tingkat kecemasan klien kanker yang menjalani kemoterapi. Sampel purposive sampling sebanyak 30 responden. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa usia, jenis kelamin, status pernikahan, status pendidikan, jenis kanker dan stadium kanker memiliki hubungan yang bermakna terhadap dukungan sosial keluarga terhadap klien kanker karena memiliki p value < 0,05. Kata Kunci : Kecemasan, Kanker, Dukungan Sosial Keluarga
Abstract
Anxiety is an emotional feeling of individual subjective experience, feelings of fear can not dispesifikan objectively, anxiety appears also not known why, feeling that arises every new beginning. The purpose of this study was to obtain information about the relationship of social support families with anxiety level clients undergoing cancer chemotherapy. Purposive sampling of 30 respondents. The results of this study showed that age, gender, marital status, educational status, cancer type and stage of cancer has a significant relationship to the family social support for cancer because the client has a p value <0.05. Key Word : Anxiety, Cancer, Family Social Support
88 8988 89
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vol. 2, No. 1 / Juni 2015