wordpress.com...author: ashsyfa created date: 11/17/2018 9:57:23 am

29
LAPORAN OBSERVASI KAMPUS K3 DI GEDUNG STUDENT CENTER TELKOM UNIVERSITY BIDANG K3 KONSTRUKSI BANGUNAN, K3 INSTALASI LISTRIK DAN K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN TI 39 09 KELOMPOK 2 1. Andrea Dewi (1201154369) 2. Ashsyfa Gustina (1201154429) 3. Hasna Nurhasanah (1201150301) 4. Putri Ratnasari (1201154453) 5. Tamado Efraim (1201154177) 6. Yonatan Onny (1201154189) FAKULTAS REKAYASA INDUSTRI TELKOM UNIVERSITY 2018

Upload: others

Post on 31-Jan-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • LAPORAN

    OBSERVASI KAMPUS K3

    DI GEDUNG STUDENT CENTER TELKOM UNIVERSITY

    BIDANG K3 KONSTRUKSI BANGUNAN, K3 INSTALASI LISTRIK DAN K3

    PENANGGULANGAN KEBAKARAN

    TI 39 – 09

    KELOMPOK 2

    1. Andrea Dewi (1201154369)

    2. Ashsyfa Gustina (1201154429)

    3. Hasna Nurhasanah (1201150301)

    4. Putri Ratnasari (1201154453)

    5. Tamado Efraim (1201154177)

    6. Yonatan Onny (1201154189)

    FAKULTAS REKAYASA INDUSTRI

    TELKOM UNIVERSITY

    2018

  • i

    DAFTAR ISI

    DAFTAR ISI ............................................................................................................................... i

    BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1

    A. Latar Belakang ............................................................................................................. 1

    B. Maksud dan Tujuan ..................................................................................................... 2

    C. Ruang Lingkup ............................................................................................................ 2

    D. Dasar Hukum ............................................................................................................... 3

    1. K3 Konstruksi Bangunan ......................................................................................... 3

    2. K3 Instalasi Listrik ................................................................................................... 4

    3. K3 Penganggulangan Kebakaran ............................................................................. 6

    BAB II KONDISI PERUSAHAAN ........................................................................................... 7

    A. Gambaran Umum Tempat Observasi .......................................................................... 8

    B. Temuan ........................................................................................................................ 9

    1. Temuan Positif ......................................................................................................... 9

    2. Temuan Negatif ...................................................................................................... 11

    BAB III ANALISA .............................................................................................................. 16

    A. Analisa Temuan Positif .............................................................................................. 16

    B. Analisa Temuan Negatif ............................................................................................ 18

    BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 27

    A. Kesimpulan ................................................................................................................ 27

    B. Saran .......................................................................................................................... 27

  • 1

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Sebagai sebuah institusi pendidikan tinggi Telkom University merupakan salah satu

    bentuk institusi yang bergerak pada bidang jasa. Dimana dalam setiap pelaksanaan kegiatan di

    dalam universitas terdapat beberapa komponen yang saling berkaitan, yaitu manusia,

    bangunan, peralatan dan energi. Keempat komponen tersebut merupakan asset yang dimiliki

    universitas yang dapat menunjang segala proses pencapaian tujuan dalam sebuah universitas.

    Sehingga, keempat komponen tersebut harus diintegrasikan satu sama lain agar tujuan

    universitas tersebut dapat tercapai.

    Dalam hal ini hubungan komponen bangunan, peralatan dan energi dengan manusia

    merupakan hal yang kompleks. Maka dari itu, untuk mengintagrasikannya perancangan lokasi

    kerja serta berbagai penginstalasian alat dan energi dalam suatu tempat kerja menjadi hal yang

    sangat penting untuk dibahas dalam menciptakan suasana kerja yang sehat dan selamat bagi

    seluruh karyawan. Dimana, sebagai upaya dalam mewujudkan kesehatan dan keselamatan

    kerja, tujuan yang ingin dicapai yaitu menciptakan lingkungan kerja yang sehat, aman dan

    sejahtera bagi seluruh karyawan. Sehingga, berbagai potensi gangguan kesehatan dan

    kecelakaan kerja dapat diminimalisir maupun dihindarkan serta mampu memberikan dampak

    yang positif dalam peningkatan produktivitas kerja karyawan.

    Namun, pada setiap lokasi kerja dimungkinkan adanya sumber bahaya, ada yang dapat

    di ditanggulagi dan kendalikan ada juga yang tidak. Salah satu dampak berbahaya yang

    mungkin terjadi saat komponen bangunan, peralatan dan energi tidak direncanakan dan

    dikelola dengan baik yaitu mungkin saja terjadinya potensi kebakaran yang dapat mengancam

    kesehatan dan keselamatan karyawan. Selain menempatkan karyawan dalam kondisi yang

    tidak aman yang mengakibatkan karyawan menjadi cacat fisik maupun stauma, hal ini juga

    sangat berdampang bagi instansi terkait. Dampak yang akan diarasakan universitas sebagai

    salah satu instansi yang menyediakan jasa pendidikan tinggi yaitu terjadi kerusakan dokumen-

    dokumen penting dan musnah nya peralatan kerja lainnya.

    Maka, dengan berbagai macam faktor yang mampu memicu terjadinya kebakaran

    diperlukan sebuah desain atau rancangan sarana dan prasarana yang matang seperti dari segi

    konstruksi bangunan, listrik, maupun alat-alat pengendali kebakaran dalam suatu lokasi kerja.

    Dimana, pada setiap rancangan tersebut harus sesuai dengan standar mutu yang telah

    ditetapkan sebagai salah satu bentuk implementasi dari konsep K3. Sehingga, saat komponen-

    komponen tersebut sudah sesuai standar mutu yang telah ditetapkan diharapkan mampu

    mencegah potensi kebakaran terjadi, mampu mengendalikan api yang timbul saat kebakaran

  • 2

    serta mampu merancang sarana perlindungan diri bagi karyawan saat kebakaran tersebut

    terjadi.

    Sebagai salah satu universitas swasta yang berada di Bandung dengan jumlah

    mahasiswa yang termasuk banyak, tentunya Telkom University memiliki banyak sekali

    fasilitas yang mampu menunjang segala kebutuhan mahasiswanya. Namun, akan berbahaya

    sekali apabila tidak diterapkan K3 pada setiap fasilitas yang diberikan. Karena tidak hanya

    mengancam karyawan universitas yang melakukan pekerjannya saja. Namun, mahasiswa dan

    mahasiswi pun akan menjadi imbasnya. Pada akhirnya mengakibatkan lingkungan universitas

    sebagai sarana pembelajaran yang tidak sehat dan tidak aman.

    Maka berdasarkan latar belakang diatas, kami sebagai penulis memiliki kesempatan

    untuk melakukan analisis dengan melakukan observasi kesesuaian K3 yang telah dimuat

    dalam aturan pemerintah dan perundang-undangan dengan yang diterapkan di Telkom

    University khusus nya dari segi penerapan K3 konstruksi bangunan, K3 instalasi listrik dan

    K3 penanggulangan kebakaran yang berada di salah satu fasilitas yang ada yaitu di Gedung

    Student Center. Sehingga, setelah dilakukan kegiatan ini besar harapan dapat menambah

    wawasan dan pengetahuan tentang implementasi K3 di tempat kerja.

    B. Maksud dan Tujuan

    Maksud dan tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu melakukan observasi dan analisis

    kesesuian K3 mengenai bangunan yang telah dimuat dalam aturan pemerintah dan perundang-

    undangan dengan kondisi K3 pada bangunan yang diterapkan di Telkom University. Maka,

    jika ditemukan temuan negatif yang belum sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan

    dalam peraturan pemerintah dan perundangan-undangan, maka dapat memberikan usulan

    perbaikan yang dapat dilakukan oleh pihak Universitas.

    C. Ruang Lingkup

    Ruang lingkup dalam penelitian ini yaitu:

    Nama Perusahaan : Telkom University

    Tempat : Gedung Student Center (Gd. Karaweira)

    Alamat : Jl. Telekomunikasi No. 01, Terusan Buah Batu, Bandung, Jawa Barat

    Waktu : Kamis, 1 November 2018

    Pukul : 8.30 – 9.30 WIB

    Objek Observasi : Pengamatan norma K3 konstruksi bangunan, K3 listrik, dan K3

    penanggulangan kebakaran

  • 3

    D. Dasar Hukum

    1. K3 Konstruksi Bangunan

    Dasar hukum mengenai K3 Kontruksi Bangunan tertulis di dalam PermenPUPR

    No. 14/PRT/M/2017 tentang Persyaratan Kemudahan Bangunan Gedung. Berikut uraian

    dari peraturan tersebut.

    a) Pasal 2 – Ukuran Dasar Ruang

    Ukuran dasar ruang yang memadai dalam PermenPUPR No. 14/PRT/M/2017

    tentang Persyaratan Kemudahan Bangunan Gedung:

    1. Kebutuhan ruang gerak Pengguna Bangunan Gedung dan Pengunjung

    Bangunan Gedung;

    2. Dimensi peralatan; dan

    3. Sirkulasi.

    b) Pasal 9 - Hubungan ke, dari, dan di dalam Bangunan Gedung

    Meliputi tersedianya Fasilitas dan Aksesibilitas yang mudah, aman, dan nyaman

    bagi setiap Pengguna Bangunan Gedung dan Pengunjung Bangunan Gedung.

    Penyediaan Fasilitas dan Aksesibilitas hubungan ke, dari, dan di dalam

    Bangunan Gedung harus mempertimbangkan tersedianya:

    1. Hubungan horizontal antarruang/antarbangunan;

    2. Hubungan vertikal antar lantai dalam Bangunan Gedung; dan

    3. Sarana evakuasi.

    c) Pasal 10 - Hubungan Horizontal Antarruang/Antarbangunan

    (1) Hubungan horizontal antarruang/antarbangunan berupa tersedianya sarana

    yang memadai untuk terselenggaranya fungsi Bangunan Gedung.

    (2) Sarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

    a. pintu;

    b. selasar;

    c. koridor;

    d. jalur pedestrian;

    e. jalur pemandu; dan/atau

    f. jembatan penghubung antarruang/antarbangunan.

    (3)Pemenuhan persyaratan kemudahan hubungan horizontal antarruang /

    antarbangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus

    memperhatikan:

    a. jumlah sarana;

    b. ukuran sarana;

  • 4

    c. konstruksi sarana;

    d. jarak antarruang/antarbangunan;

    e. fungsi Bangunan Gedung;

    f. luas Bangunan Gedung; dan

    g. jumlah pengguna dan pengunjung Bangunan Gedung.

    d) Pasal 11 - mengenai perancangan dan penggunaan pintu pada bangunan

    gedung.

    e) Pasal 12 - mengenai perancangan dan penggunaan selasar pada bangunan

    gedung.

    f) Pasal 13 - mengenai perancangan dan penggunaan koridor pada bangunan

    gedung.

    g) Pasal 14 - mengenai perancangan dan penggunaan jalur pedestrian pada

    bangunan gedung.

    h) Pasal 15 - mengenai perancangan dan penggunaan jalur pemandu pada

    bangunan gedung.

    i) Pasal 24 - mengenai perancangan dan penggunaan jalur dan sarana evakuasi

    pada bangunan gedung.

    j) Pasal 28 - mengenai perancangan dan penggunaan sarana pendukung evakuasi

    pada bangunan gedung.

    k) Pasal 30 - mengenai perancangan dan penggunaan sistem peringatan bahaya

    pada bangunan gedung.

    l) Pasal 31 - mengenai perancangan pencahayaan pada bangunan gedung.

    n) Pasal 33 - mengenai perencanaan titik kumpul evakuasi pada bangunan

    gedung.

    2. K3 Instalasi Listrik

    Dasar hukum yang paling utama mengenai K3 tertulis dalam Undang Undang No. 1

    Tahun 1970 Keselamatan Kerja mengenai pembahasan ruang lingkup kerja yang

    berlaku di setiap tempat kerja di wilayah kekuasaan hukum RI. Dimana terdapat 3 unsur

    utama dalam tempat kerja yaitu adanya tempat usaha baik ekonomi atau sosial, adanya

    tenaga kerja dan adanya sumber bahaya. Pada Undang Undang tersebut juga dipaparkan

    mengenai dasar-dasar hukum dalam penerapan K3 instalasi listrik beserta kebijkaannya,

    diantaranya yaitu:

    a) Pasal 2 Ayat (2)

  • 5

    Keselamatan kerja berlaku dalam tempat kerja dimana dibangkitkan, dirubah,

    dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau disalurkan listrik, gas, minyak atau air;

    b) Pasal 3 Ayat (1)

    Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk

    mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;

    c) Pasal 4 Ayat (1)

    Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja dalam

    perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran,perdagangan, pemasangan,

    pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang, produk

    teknis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya

    kecelakaan.

    d) Pasal 5 Ayat (1)

    Direktur melakukan pelaksanaan umum terhadap Undang-undang ini, sedangkan

    para pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja ditugaskan menjalankan

    pengawasan langsung terhadap ditaatinya Undang-undang ini dan membantu

    pelaksanaannya.

    Selain itu, peraturan, kebijakan dan standar teknis K3 instalasi listrik juga terdapat

    dalam beberapa peraturan lainnya, diantaranya yaitu:

    a) UU No. 1 Tahun 1970 Pasal 3 Ayat 1-Q.

    b) UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

    c) Kepmenakertrans No. 75/Men/2002 mengenai PUIL 2000 di tempat kerja.

    d) Keputusan Direktur Jendral Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan

    Ketenagakerjaan No. Kep-311/BW/2002 tentang Sertifikasi Kompetensi

    Keselamatan dan Kesehatan Kerja Teknisi Listrik.

    e) Peraturan Pemerintah No.3 Tahun 2005 Tentang Penyediaan dan Pemanfaatan

    Tenaga Listrik.

    f) Undang-Undang No. 30 Tahun 2009 Tentang Ketenaga Listrikan.

    g) Peraturan Menteri 12 tahun 2015 tentang K3 listrik di tempat kerja.

    h) Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER-04/MEN/1988 tentang Berlakunya

    Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor SNI 225-1998 mengenai Peraturan Umum

    Instalasi Listrik Indonesia 1987 (PUIL 1987) di Tempat Kerja.

    Sedangkan, peraturan dan kebijakan mengenai petir juga terdapat dalam:

  • 6

    a) Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 02/MEN/1989 yang membahas mengenai K3

    petir yang berlaku untuk sistem proteksi eksternal atau proteksi bahaya sambaran

    langsung.

    3. K3 Penganggulangan Kebakaran

    Dasar hukum dari K3 Penanggulangan Kebakaran dapat dilihat dari dasar hukum

    utama K3, yaitu UU No. 1 Tahun 1970. Di dalam UU tersebur dipaparkan lebih spesifik

    mengenai K3 Penanggulanan Kebakaran dalam pasal dan ayat-ayatnya sebagai berikut.

    a) UU No. 1 Tahun 1970 Pasal 2 Ayat (2)

    (a) Dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat perkakas,

    peralatan atau instalasi yang berbahaya atau dapat menimbulkan kecelakaan,

    kebakaran atau peledakan;

    (b) Dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut atau disimban

    bahan atau barang yang: dapat meledak, mudah terbakar, menggigit, bereacun,

    menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi.

    b) UU No. 1 Tahun 1970 Pasal 3 Ayat (1)

    Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk:

    (b) Mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran;

    (c) Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;

    (d) Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau

    kejadian-kejadian lain yang berbahaya;

    (g) Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu, kelembaban,

    debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angina, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan

    getaran;

    c) UU No. 1 Tahun 1970 Pasal 9 Ayat (3)

    Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang

    berada di bawah pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan

    kebakaran serta peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian

    pertolongan pertama pada kecelakaan.

    Sedangkan untuk peraturan dan standar teknis K3 Penanggulangan Kebakaran

    mengenai Pengendalian Energi, dipaparkan dalam dasar-dasar hukum sebagai berikut.

    a) PERMENAKER 02/89, Proteksi Petir

    b) KEP. MENAKER KEP. 187/1999, Bahan Kimia Berbahaya

    c) PER. KHUSUS “EE”, Bahan Mudah Terbakar

  • 7

    d) PER. KHUSUS “K”, Bahan Mudah Meledak

    Sarana Proteksi Kebakaran yang ada sudah dibuatkan peraturan dan standar teknis

    K3 Penanggulangan Kebakaran yang terdapat di dalam:

    a) PERMENAKER 04/80, APAR

    b) PERMENAKER 02/83, Alarm Kebakaran

    c) INSTRUKSI MENAKER 11/1997, Pengawasan Khusus K3 Penanggulangan

    Kebakaran:

    Pedoman Fire Rating

    Pedoman Springkler

    Standar bangunan Indonesia

    Tidak tertinggal, Manajemen K3 pun sudah diatur dalam peraturan dan standar

    teknis K3 Penanggulangan Kebakaran sebagai berikut.

    a) PERMENAKER 04/87, P2K3

    b) Peraturan Pemerintah No. 50/2012, SMK3

    c) KEP. MENAKER KEP. 186/MEN/1999 Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat

    Kerja

    KEPMENAKER No. KEP. 186/Men/1999 Pasal 2 Ayat (1)

    Pengurus atau pengusaha wajib mencegah, mengurangi dan memadamkan

    kebakaran, latihan penanggulangan kebakaran di tempat kerja.

    KEPMENAKER No. KEP. 186/Men/1999 Pasal 2 Ayat (2)

    (a) Pengendalian setiap bentuk energy

    (b) Penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam kebakaran, dan sarana evakuasi

    (c) Pengendalian penyebaran asap, panas, dan gas

    (d) Pembentukan unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja

    (e) Penyelenggaraan latihan dan gladi penanggulangan kebakaran secara berkala

    (g) Memiliki buku rencana penanggulangan keadaan darurat kebakaran bagi

    tempat kerja yang mempekerjakan lebih dari 50 (lima puluh) orang tenaga kerja

    dana tau tempat kerja yang berpotensi bahaya kebakaran sedang dan berat

  • 8

    BAB II KONDISI PERUSAHAAN

    A. Gambaran Umum Tempat Observasi

    Gambar 2.1 Gendung Student Center

    Gedung Student Center Telkom University merupakan suatu tempat kesekretariatan

    yang terdiri dari fungsi administrasi, konsolidasi, latihan dan penyimpanan barang. Gedung

    Student Center ini dibangun menjadi tiga lantai. Lantai 1 diperuntukkan bagi UKM olahraga

    dan seni budaya yang alat-alat keperluannya menyita banyak tempat, lantai 2 akan

    diperuntukkan bagi area penalaran, rohani, sosial dan communal, sedangkan lantai 3 yang

    masih dalam proses pembangunan dimana nantinya akan digunakan sebagai tempat latihan

    beladiri, latihan seni yang kedap suara dan taman.

    Sehingga dengan area konstruksi bangunan Gedung Student Center yang cukup luas

    tersebut, tentunya gedung ini memiliki instalasi listrik yang banyak dan kompleks. Di mana,

    instalasi listrik di Gedung Student Center terbagi menjadi 3 pass dan pada setiap lantai

    gedung ini terdapat control panel listik yang berfungsi untuk mengontrol instalasi listrik pada

    disetiap lantai.

    Pada gedung Student Center Telkom University tidak ditemukannya alat

    penanggulangan kebakaran seperti APAR, hydrant, dan proteksi kebakaran aktif maupun

    pasif seperti sirine atau rambu-rambu jalur evakuasi dan titik kumpul. Pada umumnya setiap

    gedung harus memiliki APAR yang ditempatkan di tempat yang mudah dijangkau dan cara

    pengoperasiannya mudah dimengerti serta jumlah hydrant yang cukup serta mudah dilihat dan

    dicapai agar jika terjadi kebakaran orang-orang dapat menanggulangi kebakaran tersebut

  • 9

    dengan cepat. Dengan tidak tersedianya alat penanggulangan kebakaran pada gedung Student

    Center maka potensi kesulitan dalam penanganan kebakaran sangat besar.

    B. Temuan

    1. Temuan Positif

    a) K3 Konstruksi Bangunan

    Temuan Positif K3 Konstruksi Bangunan :

    Menurut PermenPUPR No. 14/PRT/M/2017 tentang Persyaratan Kemudahan

    Bangunan Gedung. Hubungan ke, dari, dan di dalam Bangunan Gedung

    meliputi tersedianya Fasilitas dan Aksesibilitas yang mudah, aman, dan

    nyaman bagi setiap Pengguna Bangunan Gedung dan Pengunjung Bangunan

    Gedung. Penyediaan Fasilitas dan Aksesibilitas hubungan ke, dari, dan di

    dalam Bangunan Gedung. Pada Student hall akses masuk dan ke luar gedung

    sangat luas karena pintu yang digunakan berupa kaca dan memiliki ukuran

    yang cuku besar untuk dilalui banyak orang dalam waktu yang bersamaan.

    1. Koridor

    Koridor dalam Student hall memiliki ukuran yang sesuai setidaknya koridor

    ini dapat digunakan untuk 2 orang yang berjalan secara bersama atau 2

    orang yang bersimpangan

    2. Jalur pedestrian

    Jalur Pedestrian merupakan jalur yang digunakan oleh pejalan kaki atau

    pengguna kursi roda secara mandiri yang dirancang berdasarkan kebutuhan

    orang untuk bergerak secara aman, mudah, nyaman dan tanpa hambatan. Di

    gedung Student hall saat akses masuk terdapat bidang miring yang

    digunakan oleh orang yang disabilitas untuk dapat masuk ke dalam gedung

    dengan mudah, nyaman dan aman.

    3. Titik berkumpul

    Pada student hall titik berkumpul terdapat di luar gedung yang jaraknya

    tidak jauh dari bangunan. Sehingga jika terjadi bencana orang yang ada di

    dalam gedung dapat segera berkumpul pada titik kumpul yang telah di

    tunjuk dan disediakan.

    4. Toilet

    Toilet pada gedung Student hall sudah di bagi menjadi 2 yang dibedakan

    berdasarkan jenis kelamin sehingga pengguna merasa aman dan nyaman

    saat mengunakan fasilitas tersebut.

  • 10

    5. Tempat parkir

    Tempat parkir di Student hall tergolong luas. Di sisi depan dan sisi samping

    terdapat area parkir yang dapat menampung banyak kendaraan disana.

    b) K3 Instalasi Listrik

    Temuan Positif K3 Instalasi Listrik 1:

    Menurut PUIL 2000 bagian 3 poin 3.25, terdapat aturan mengenai proteksi

    instalasi listrik dari tegangan berlebih akibat petir. Pasal 3.25.2.1 mengatur

    mengenai pembuatan arester pada bangunan.

    Gedung Student Center sudah mempunyai arester atau penangkal petir untuk

    proteksi instalasi listrik yang dihubungkan dengan penghantar saluran udara

    tegangan rendah.

    Temuan Positif K3 Instalasi Listrik 2:

    Menurut PUIL 2000 bagian 5 poin 5.1.1.1, perlengkapan listrik harus dirancang

    sedemikian rupa sehingga dalam kerja normal tidak membahayakan atau

    merusak, dipasang secara baik dan harus tahan terhadap kerusakan mekanis,

    termal, dan kimiawi. Poin 2.5.3.5 juga berbunyi semua peranti listrik yang

    dihubungkan pada instalasi harus dipasang dan ditempatkan secara aman dan,

    jika perlu, dilindungi agar tidak menimbulkan bahaya.

    Beberapa sambungan listrik pada Student Center dilindungi oleh beberapa sudah

    memiliki pelindung seperti sejenis paralon agar tidak rusak secara mekanis dan

    kimiawi

    c) K3 Penanggulangan Kebakaran

    Temuan Positif K3 Penanggulangan Kebakaran 1:

    Gedung Student Center sudah memasang penyalur petir di atap gedung.

    Analisa:

    Menurut PERMENAKER 02/89 mengenai Porteksi Petir Pasal 9, disebutkan

    bahwa tempat kerja yang perlu dipasang instalasi penyalur petir salah satunya

    adalah bangunan untuk kepentingan umum seperti: tempat ibadah, rumah sakit,

    sekolah, gedung pertunjukan, hotel, pasar, stasiun, candi, dan lain-lain. Yang

    mana artinya Gedung Student Center Universitas Telkom termasuk ke dalam

    bangunan untuk kepentingan umum sehingga perlu dipasang instalasi penyalur

    petir.

  • 11

    2. Temuan Negatif

    a) K3 Konstruksi Bangunan

    Jalur pemandu

    Menurut PermenPUPR No. 14/PRT/M/2017 Pasal 15, jalur pemandu berfungsi

    sebagai jalur sirkulasi bagi Penyandang Disabilitas netra termasuk penyandang

    gangguan penglihatan yang hanya mampu melihat sebagian yang terdiri atas

    ubin pengarah dan ubin peringatan. Perancangan dan penyediaan jalur

    pemandu sebagai sarana hubungan horizontal antarruang/antarbangunan harus

    memperhatikan: konektivitas dan kontinuitas antarruang/antarbangunan;

    keamanan, kenyamanan, dan kemudahan penggunaan; dan penempatan pada

    koridor, jalur pedestrian, dan ruang terbuka.

    Namun pada gedung ini, tepatnya di bagian tangga belum terdapat jalan khusu

    bagi penyandang disabilitas tersebut.

    Sarana Evakuasi

    Setiap Bangunan Gedung kecuali rumah tinggal tunggal dan rumah deret

    sederhana harus menyediakan sarana evakuasi sebagaimana dimaksud dalam

    yang meliputi:

    a. akses eksit;

    b. eksit;

    c. eksit pelepasan; dan

    d. sarana pendukung evakuasi lainnya.

    Penyediaan sarana evakuasi dilakukan untuk kemudahan evakuasi Pengguna

    Bangunan Gedung dan Pengunjung Bangunan Gedung dari dalam ke luar

    bangunan gedung; dan kemudahan bagi petugas evakuasi dalam melakukan

    evakuasi Pengguna Bangunan Gedung dan Pengunjung Bangunan Gedung

    pada saat terjadi bencana atau keadaan darurat lainnya.

    Pada gedung Student Center, sarana evakuasi yang telah ada ialah daerah titik

    kumpul di luar gedung. Akan tetapi, di dalam gedung belum terdapat lajur dan

    pintu darurat khusus apabila bencana terjadi.

    Sistem Peringatan Bahaya

    Sistem peringatan bahaya bagi pengguna merupakan peringatan dini bagi

    Pengguna Bangunan Gedung dan Pengunjung Bangunan Gedung terhadap

    bencana atau situasi darurat lainnya. Sistem peringatan bahaya paling sedikit

    terdiri atas: sistem audio; dan/atau sistem visual.

  • 12

    Pada gedung Student Center, belum terpasang sistem peringatan bahaya audio

    maupun visual. Hal ini terlihat karena belum terdapat speaker/alarm kebakaran

    dan poster dan/atau simbol – simbol evakuasi.

    b) K3 Instalasi Listrik

    Temuan Negatif K3 Instalasi Listrik 1:

    Menurut PUIL 2000 bagian 5 poin 5.1.1.1, perlengkapan listrik harus dirancang

    sedemikian rupa sehingga dalam kerja normal tidak membahayakan atau

    merusak, dipasang secara baik dan harus tahan terhadap kerusakan mekanis,

    termal, dan kimiawi. Sedangkan pada lantai 3 Student Center, terdapat kabel

    terminal menjuntai dari plafon bangunan yang memang pembangunannya belum

    selesai secara sempurna. Hal ini bertentangan dengan perlengkapan listrik yang

    tidak membahayakan dan tahan terhadap berbagai kerusakan.

    Saran: Sebaiknya jika memang pembangunan belum selesai, terminal tersebut

    dapat ditaruh di bagian dalam plafon, sehingga tidak menjuntai seperti gambar.

    Selain berpotensi menyengat pekerja jika lalai, terminal tersebut dapat rusak

    secara mekanis ataupun termal.

    Temuan Negatif K3 Instalasi Listrik 2:

    Menurut PUIL 2000 bagian 8 poin 8.17.2.4.2, kotak kontak/stop kontak

    dipasang setinggi minimum 1.25 m dari lantai. Banyak stop kontak pada gedung

    Student Center yang menyalahai aturan ini. Salah satu stop kontak bahkan hanya

    memiliki tinggi sekitar 30 cm dari tanah. Selain itu, kotak kontak juga tidak

    memiliki kontak proteksi.

    Saran: sebaiknya pemasangan stop kontak mengikuti aturan PUIL agar

    menghindari adanya arus pendek karena terlalu dekat dengan tanah.

    Temuan Negatif K3 Instalasi Listrik 3:

    Menurut PUIL 2000 bagian 2 poin 2.5.5.1, Jika tidak ditentukan lain, bagian

    aktif perlengkapan listrik yang bekerja pada tegangan di atas 50 V harus

    dilindungi dari sentuhan dengan selungkup yang sesuai. Semua panel kontrol di

    Student Center tidak mempunyai ruangan khusus dan tidak ada tanda-tanda

    seperti peringatan tegangan listrik tinggi. Panel kontrol juga dibiarkan terbuka.

    Selain itu menurut PUIL 2000 Lampiran E, ruang kerja listrik harus memiliki

    petugas dan dilengkapi perlengkapan kecelakaan. Sedangkan pada kondisi di

    Student Center, panel kontrol tidak memiliki penjaga dan tidak adanya

    perlengkapan kecelakaan.

  • 13

    Saran: jika memang tidak tersedia ruang panel kontrol, maka harus dipasang

    stiker pada panel kontrol tersebut dan juga dikunci agar tidak dibuka oleh

    sembarang orang. Selain itu juga diperlukan penjaga di untuk mengontrol panel

    tersebut.

    c) K3 Penanggulangan Kebakaran

    Temuan Negatif K3 Penanggulangan Kebakaran 1:

    Tidak ditemukan APAR di dalam Gedung SC. Hal ini bertentangan dengan

    PERMENAKER 04/80 mengenai APAR. Seharusnya APAR (Alat Pemadam

    Api Ringan) ada di dalam Gedung SC, apalagi Gedung SC merupakan salah satu

    bangunan untuk kepentingan umum, khususnya untuk mahasiswa yang berkuliah

    di Universitas Telkom.

    Analisa:

    PERMENAKER 04/1980 – APAR

    Jikapun nantinya akan dipasang, maka ada ketentuan-ketentuan yang harus

    diikuti untuk syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan APAR sebagai

    berikut.

    Setiap satu atau kelompok alat APAR harus ditempatkan pada posisi yang

    mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil serta dilengkapi

    dengan pemberian tanda pemasangan.

    Tinggi pemberian tanda pemasangan tersebut adalah 125 cm dari dasar lantai

    tepat diatas satu atau kelompok APAR bersangkutan.

    Penempatan tersebut antara alat pemadam api yang satu dengan yang lainnya

    atau kelompok satu dengan lainnya tidak boleh melebihi 15 meter, kecuali

    ditetapkan lain oleh pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.

    Semua tabung alat pemadam api ringan sebaiknya berwarna merah.

    Harus dilakukan pemeriksaan pada setiap APAR 2 kali dalam setahun.

    Temuan Negatif K3 Penanggulangan Kebakaran 2:

    Tidak ditemukannya alarm kebakaran, detector asap, detector panas, maupun

    detector api (flame detector).

    Analisa:

    PERMENAKER 02/1983 – Alarm Kebakaran

    Pasal 3

  • 14

    Detektor harus dipasang pada bagian bangunan kecuali apabila bagian

    bangunan tersebut telah dilindungi dengan sistem pemadam kebakaran

    automatic.

    Pasal 3

    Setiap ruangan harus dilindungi secara tersendiri dan apabila suatu ruangan

    terbagi oleh dinding pemisah atau rak yang mempunyai celah 30 (tiga puluh)

    cm kurang dari langit-langit atau dari blok melintang harus dilindungi secara

    sendiri-sendiri.

    Pasal 9

    Ruang bangunan tangga dalam bangunan yang kedap kebakaran harus

    dipasang detector di atasnya sedangkan untuk ruang bangunan tangga yang

    tidak kedap kebakaran harus dipasang detector pada setiap permukaan lantai

    utamanya.

    Pasal 34

    Setiap lantai harus ada kelompok alarm kebakaran tersendiri.

    Pasal 57

    Terhadap instalasi alarm kebakaran automatic harus dilakukan pemeliharaan

    dan pengujian berkala secara mingguan, bulanan dan tahunan.

    Pasal 61

    Letak dan jarak antara dua detector harus sedemikian rupa sehingga

    merupakan letak yang terbaik bagi pendektisian adanya kebakaran. Untuk

    penjelasan lebih detail bisa langsung dilihat pada PERMENAKER 02/1983

    Bab II Sistem Deteksi Panas.

    PERMENAKER 02/1983 Bab IV Sistem Deteksi Asap

    Dipasangnya detector asap yang harus dapat bekerja baik dan kepekaannya

    tidak terpengaruh oleh variasi tegangan yang bergerak dalam batas kurang

    atau lebih 10% dari tegangan nominalnya. Dibutuhkan 2 buah detector asap

    untuk dapat melindungi ruangan tidak lebih dari 2000 m² luas lantai.

    PERMENAKER 02/1983 Bab V Sistem Detektor Api (Flame Detector)

    Dipasangnya detector nyala api yang mempunyai sifat stabil dan kepekaannya

    tidak terpengaruh oleh adanya perubahan tegangan dalam batas kurang atau

    lebih 10% dari tegangan nominalnya. Kepekaan dan kestabilan detector nyala

    api harus sedemikian rupa sehingga bekerjanya tidak terganggu oleh adanya

    Chaya dan radiasi yang berlebihan atau adanya perubahan suhu dari 0° - 65°.

  • 15

    Dibutuhkan 20 detektor nyala api untuk dapat melindungi secara baik

    ruangan maksimum 2000 m² luas lantai.

    Temuan Negatif K3 Penanggulangan Kebakaran 3:

    Tidak tersedianya alat/instansi proteksi kebakaran seperti sistem

    deteksi/alarm kebakaran, APAR, hydrand, sprinkler, atau instansi khusus

    yang handal dan mandiri.

    Tidak tersedianya pintu darurat/tangga darurat.

    Tidak tersedia petunjuk arah dan penerangan darurat.

    Analisa:

    INSTRUKSI MENAKER 11/1997 – Pengawasan Khusus K3 Penanggulangan

    Kebakaran

    Upaya melokalisasi atau kompartemenisasi agar api, asap dan gas tidak

    mudah meluas ke bagian yang lain.

    Penyediaan alat/instansi proteksi kebakaran seperti sistem deteksi/alarm

    kebakaran, APAR, hydran, springkler, atau instansi khusus yang handal dan

    mandiri melalui perencanaan, pemasangan dan pemeliharaan sesuai ketentuan

    standar.

    Tersedianya sarana jalan untuk menyelamatkan diri yang aman, lancar dan

    memadai sesuai jumlah orang dan bentuk konstruksi bangunan.

    Pintu darurat. Amati jalur evakuasi, pintu ke luar atau tangga darurat. Apakah

    ada rintangan yang dapat mengganggu, apakah ada petunjuk arah, apakah ada

    penerangan darurat. Panjang jarak tempuh mencapai pintu keluar tidak

    melebihi 36 meter untuk risiko ringan, 30 meter untuk risiko sedang, dan 24

    meter untuk risiko berat.

    Pedoman Fire Rating

    Pedoman Springkler

    Standar Bangunan Indonesia

  • 16

    BAB III ANALISA

    A. Analisa Temuan Positif

    No. Foto Analisa Dasar Hukum

    K3 Konstruksi Bangunan

    1.

    Akses masuk dan ke luar

    gedung sangat luas karena

    pintu yang digunakan berupa

    kaca dan memiliki ukuran yang

    cukup besar untuk dilalui

    banyak orang dalam waktu

    yang bersamaan.

    PermenPUPR

    No.

    14/PRT/M/2017

    Pasal 10 dan

    Pasal 11

    2.

    Koridor dapat digunakan untuk

    2 orang yang berjalan secara

    bersama atau 2 orang yang

    bersimpangan

    PermenPUPR

    No.

    14/PRT/M/2017

    Pasal 10 dan

    Pasal 13

    3.

    Jalur Pedestrian: saat akses

    masuk terdapat bidang miring

    yang digunakan oleh orang

    yang disabilitas untuk dapat

    masuk ke dalam gedung

    dengan mudah, nyaman dan

    aman.

    PermenPUPR

    No.

    14/PRT/M/2017

    Pasal 10 dan

    Pasal 14

    4.

    Titik berkumpul terdapat di

    luar gedung yang jaraknya

    tidak jauh dari bangunan.

    Sehingga jika terjadi bencana

    orang yang ada di dalam

    gedung dapat segera berkumpul

    pada titik kumpul yang telah

    ditunjuk dan disediakan.

    PermenPUPR

    No.

    14/PRT/M/2017

    Pasal 28 dan

    Pasal 33

  • 17

    5.

    Sirkulasi udara dan

    pencahayaan baik karena

    terdapat banyak ventilasi atau

    jendela yang jumlahnya

    banyak.

    PermenPUPR

    No.

    14/PRT/M/2017

    Pasal 2 dan

    Pasal 31

    K3 Instalasi Listrik

    1

    Menurut PUIL 2000 bagian 3

    poin 3.25, terdapat aturan

    mengenai proteksi instalasi

    listrik dari tegangan berlebih

    akibat petir. Pasal 3.25.2.1

    mengatur mengenai pembuatan

    arester pada bangunan.

    Gedung Student Center sudah

    mempunyai arester atau

    penangkal petir untuk proteksi

    instalasi listrik yang

    dihubungkan dengan

    penghantar saluran udara

    tegangan rendah.

    PUIL 2000

    bagian 3 poin

    3.25 dan

    3.25.2.1

    2

    Menurut PUIL 2000 bagian 5

    poin 5.1.1.1, perlengkapan

    listrik harus dirancang

    sedemikian rupa sehingga

    dalam kerja normal tidak

    membahayakan atau merusak,

    dipasang secara baik dan harus

    tahan terhadap kerusakan

    mekanis, termal, dan kimiawi.

    Poin 2.5.3.5 juga berbunyi

    semua peranti listrik yang

    dihubungkan pada instalasi

    harus dipasang dan

    ditempatkan secara aman dan,

    PUIL 2000

    bagian 5 poin

    5.1.1.1 dan

    2.5.3.5

  • 18

    jika perlu, dilindungi agar tidak

    menimbulkan bahaya.

    Beberapa sambungan listrik

    pada Student Center dilindungi

    oleh beberapa sudah memiliki

    pelindung seperti sejenis

    paralon agar tidak rusak secara

    mekanis dan kimiawi

    K3 Penanggulangan Kebakaran

    1.

    Menurut PERMENAKER

    02/1989 Pasal 9, disebutkan

    bahwa tempat kerja yang perlu

    dipasang instalasi petir salah

    satunya adalah bangunan untuk

    kepentingan umum seperti:

    tempat ibadah, rumah sakit,

    sekolah, gedung pertunjukan,

    hotel, pasar, stasiun, candi, dll.

    Yang mana artinya Gedung

    Student Center Universitas

    Telkom termasuk ke dalam

    salah satu bangunan untuk

    kepentingan umum sehingga

    perlu dipasang instalasi

    penyalur petir. Dan dalam

    kenyataannya pun Gedung

    Student Center memang sudah

    memasang penyalur petir.

    PERMENAKER

    02/1989 –

    Proteksi Petir

    B. Analisa Temuan Negatif

    No. Foto Analisa Saran Dasar Hukum

    K3 Konstruksi Bangunan

  • 19

    1.

    Belum

    disediakan jalur

    khusus bagi

    disabilitas pada

    tangga.

    Sebaiknya, perlu

    dibuat bidang

    miring permukaan

    halus dengan

    simbol – simbol

    tertentu pada

    tangga untuk jalur

    khusus disabilitas

    PermenPUPR

    No.

    14/PRT/M/2017

    Pasal 15

    2.

    Belum terdapat

    jalur evakuasi

    dari dalam

    gedung ke luar

    gedung

    Sebaiknya dibuat

    jalur atau pintu

    khusus untuk

    evakuasi saat

    bencana terjadi

    agar memudahkan

    orang yang berada

    di dalam gedung

    keluar ke titik

    kumpul.

    PermenPUPR

    No.

    14/PRT/M/2017

    Pasal 24

    3.

    Sistem

    peringatan

    bahaya seperti

    sistem audio

    maupun visual

    belum terpasang

    pada gedung

    Sebaiknya,

    gedung dipasang

    sistem audio

    seperti

    speaker/alarm

    kebakaran, dan

    menempel poster

    – poster mengenai

    evakuasi diri di

    berbagai bidang

    saat bencana

    terjadi.

    PermenPUPR

    No.

    14/PRT/M/2017

    Pasal 30

    K3 Instalasi Listrik

  • 20

    1

    Menurut PUIL

    2000 bagian 5

    poin 5.1.1.1,

    perlengkapan

    listrik harus

    dirancang

    sedemikian rupa

    sehingga dalam

    kerja normal

    tidak

    membahayakan

    atau merusak,

    dipasang secara

    baik dan harus

    tahan terhadap

    kerusakan

    mekanis, termal,

    dan kimiawi.

    Sedangkan pada

    lantai 3 Student

    Center, terdapat

    kabel terminal

    menjuntai dari

    plafon bangunan

    yang memang

    pembangunannya

    belum selesai

    secara sempurna.

    Hal ini

    bertentangan

    dengan

    perlengkapan

    listrik yang tidak

    membahayakan

    Sebaiknya jika

    memang

    pembangunan

    belum selesai,

    terminal tersebut

    dapat ditaruh di

    bagian dalam

    plafon, sehingga

    tidak menjuntai

    seperti gambar.

    Selain berpotensi

    menyengat

    pekerja jika lalai,

    terminal tersebut

    dapat rusak secara

    mekanis ataupun

    termal.

    PUIL 2000

    bagian 5 poin

    5.1.1.1

  • 21

    dan tahan

    terhadap

    berbagai

    kerusakan.

    2

    Menurut PUIL

    2000 bagian 8

    poin 8.17.2.4.2,

    kotak

    kontak/stop

    kontak dipasang

    setinggi

    minimum 1.25 m

    dari lantai.

    Banyak stop

    kontak pada

    gedung Student

    Center yang

    menyalahai

    aturan ini. Salah

    satu stop kontak

    bahkan hanya

    memiliki tinggi

    sekitar 30 cm

    dari tanah. Selain

    itu, kotak kontak

    juga tidak

    memiliki kontak

    proteksi.

    Sebaiknya

    pemasangan stop

    kontak mengikuti

    aturan PUIL agar

    menghindari

    adanya arus

    pendek karena

    terlalu dekat

    dengan tanah.

    PUIL 2000

    bagian 8 poin

    8.17.2.4.2

  • 22

    3

    Menurut PUIL

    2000 bagian 2

    poin 2.5.5.1, Jika

    tidak ditentukan

    lain, bagian aktif

    perlengkapan

    listrik yang

    bekerja pada

    tegangan di atas

    50 V harus

    dilindungi dari

    sentuhan dengan

    selungkup yang

    sesuai. Semua

    panel kontrol di

    Student Center

    tidak mempunyai

    ruangan khusus

    dan tidak ada

    tanda-tanda

    seperti

    peringatan

    tegangan listrik

    tinggi. Panel

    kontrol juga

    dibiarkan

    terbuka.

    Selain itu

    menurut PUIL

    2000 Lampiran

    E, ruang kerja

    listrik harus

    memiliki petugas

    dan dilengkapi

    Jika memang

    tidak tersedia

    ruang panel

    kontrol, maka

    harus dipasang

    stiker pada panel

    kontrol tersebut

    dan juga dikunci

    agar tidak dibuka

    oleh sembarang

    orang. Selain itu

    juga diperlukan

    penjaga di untuk

    mengontrol panel

    tersebut.

    PUIL 2000

    bagian 2 poin

    2.5.5.1 dan

    PUIL 2000

    Lampiran E

  • 23

    perlengkapan

    kecelakaan.

    Sedangkan pada

    kondisi di

    Student Center,

    panel kontrol

    tidak memiliki

    penjaga dan tidak

    adanya

    perlengkapan

    kecelakaan.

    K3 Penanggulangan Kebakaran

    1.

    Tidak ditemukan

    APAR di dalam

    Gedung SC. Hal

    ini bertentangan

    dengan

    PERMENAKER

    04/1980

    mengenai

    APAR.

    Seharusnya

    APAR (Alat

    Pemadam Api

    Ringan) ada di

    dalam Gedung

    SC, apalagi

    Gedung SC

    merupakan salah

    satu bangunan

    untuk

    kepentingan

    umum,

    khususnya

    Setiap satu atau

    kelompok alat

    APAR harus

    ditempatkan pada

    posisi yang

    mudah dilihat

    dengan jelas,

    mudah dicapai

    dan diambil serta

    dilengkapi

    dengan

    pemberian tanda

    pemasangan.

    Tinggi pemberian

    tanda

    pemasangan

    tersebut adalah

    125 cm dari dasar

    lantai tepat di atas

    satu atau

    kelompok APAR

    bersangkutan.

    PERMENAKER

    04/1980 –

    APAR

  • 24

    mahasiswa

    Universitas

    Telkom.

    Penempatan

    tersebut antara

    alat pemadam api

    yang satu dengan

    yang lainnya atau

    kelompok satu

    dengan lainnya

    tidak boleh

    melebihi 15

    meter, kecuali

    ditetapkan lain

    oleh pegawai

    pengawas atau

    ahli keselamatan

    kerja.

    Semua tabung

    alat pemadam api

    ringan sebaiknya

    berwarna merah.

    Harus dilakukan

    pemeriksaan pada

    setiap APAR 2

    kali dalam

    setahun.

    2.

    Tidak

    ditemukannya

    alarm kebakaran,

    detector asap,

    detector panas,

    maupun detector

    api (flame

    detector).

    Dilakukan

    pemasangan

    alarm kebakaran

    setiap ruangan.

    Setiap lantai

    harus ada

    kelompok alarm

    kebakaran

    tersendiri.

    Lakukan

    PERMENAKER

    02/1983 – Alarm

    Kebakaran

  • 25

    pemeliharaan dan

    pengujian berkala

    secara mingguan,

    bulanan dan

    tahunan.

    Pasang detector

    asap, 2 buah

    detector asap

    untuk dapat

    melindungi

    ruangan tidak

    lebih dari 2000

    m² luas lantai.

    Pasang detector

    nyala api, 20

    buah detector

    nyala api untuk

    dapat melindungi

    ruangan tidak

    lebih dari 2000

    m² luas lantai.

    3.

    Tidak

    tersedianya

    alat/instansi

    proteksi

    kebakaran seperti

    sistem

    deteksi/alarm

    kebakaran,

    APAR, hydran,

    sprinkler, atau

    instansi khusus

    yang handal dan

    mandiri.

    Pasang APAR.

    Penempatan

    APAR harus

    tampak jelas,

    mencolok, mudah

    dijangkau dan siap

    digunakan setiap

    saat, serta

    perawatan dan

    pengecekan

    APAR secara

    periodik.

    Pasang detector.

  • 26

    Pasang alarm

    kebakaran untuk

    memberi tanda

    jika terjadi

    kebakaran.

    Pasang hydrant.

    Hydrant yang

    dibutuhkan pada

    bangunan gedung

    adalah dua buah

    per 800 m2 dan

    penempatannya

    harus pada posisi

    yang berjauhan.

    4.

    Tidak

    tersedianya pintu

    darurat/tangga

    darurat.

    Sediakan pintu

    darurat/tangga

    darurat. Tangga

    darurat dibangun

    di tempat yang

    terhindar dari

    jangkauan asap

    dan api

    kebakaran.

    5.

    Tidak tersedia

    petunjuk arah

    dan penerangan

    darurat.

    Sediakan

    petunjuk arah

    darurat.

    Sediakan

    penerangan

    darurat.

  • 27

    BAB III PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Suatu bangunan gedung memiliki potensi terjadinya kebakaran. Sistem proteksi

    kebakaran pada bangunan gedung merupakan sistem yang terdiri atas peralatan,

    kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun terbangun pada bangunan yang

    digunakan baik untuk tujuan sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif maupun cara-

    cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan lingkungannya terhadap

    bahaya kebakaran.

    B. Saran

    1. Diperlukan banyak evaluasi mengenai sistem listrik pada Student Center. Hal-hal

    sepele dapat menyebabkan arus pendek di gedung yang masih dalam masa konstruksi.

    Kesadaran pengelola untuk menambah keamanan seperti menambah rambu-rambu,

    membetulkan rangkaian listrik, mendesain ulang lokasi stop kontak, sangat berguna

    untuk keselamatan pekerja dan juga mahasiwa yang menggunakan fasilitas tersebut.

    2. Guna meminimalisasi kebakaran dan menanggulangi kejadian kebakaran, Gedung

    Student Center Telkom University harus diproteksi melalui penyediaan prasarana dan

    sarana proteksi kebakaran serta kesiagaan dan kesiapan pengelola bangunan dalam

    mengantisipasi dan mengatasi kebakaran.

    3. Melakukan pemeriksaan terhadap gedung secara berkala dan teliti, agar tidak

    ditemukan lagi gedung yang tidak memiliki alat penanggulangan kebakaran. Dengan

    ditingkatkan nya inspeksi diharapkan semua gedung mampu menangani apabila terjadi

    kebakaran.