zpt

38
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian di Indonesia saat ini dan selanjutnya harus dilakukan dengan penerapan teknologi baru seperti bioteknologi dan penggunaan zat pengatur tumbuh. Masalahnya sekarang , mampukah kita menyeleksi teknologi baru ini yang sesuai dengan keadaan Indonesia dalam rangka menunjang pembangunan pertanian yang tangguh dan berkelanjutan. Konsep zat pengatur tumbuh diawali dengan konsep hormon tanaman. Hormon tanaman adalah senyawa-senyawa organik tanaman yang dalam konsentrasi yang rendah mempengaruhi proses-proses fisiologis. Proses-proses fisiologis ini terutama tentang proses pertumbuhan, differensiasi dan perkembangan tanaman. Proses-proses lain seperti pengenalan tanaman, pembukaan stomata, translokasi dan serapan hara dipengaruhi oleh hormon tanaman. Hormon tanaman kadang-kadang juga disebut fitohormon, tetapi istilah ini lebih jarang digunakan. Istilah hormon ini berasal dari bahasa Gerika yang berarti pembawa pesan kimiawi (Chemical messenger) yang mula-mula dipergunakan pada fisiologi hewan. Dengan berkembangnya pengetahuan biokimia dan dengan majunya industri kimia maka ditemukan banyak senyawa-senya-wa yang mempunyai pengaruh fisiologis yang serupa dengan hormon tanaman. Senyawa-senyawa sintetik ini pada umumnya dikenal dengan nama zat pengatur tumbuh 1

Upload: aris-handrian

Post on 25-Jul-2015

263 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: zpt

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan pertanian di Indonesia saat ini dan selanjutnya harus dilakukan dengan

penerapan teknologi baru seperti bioteknologi dan penggunaan zat pengatur tumbuh.

Masalahnya sekarang , mampukah kita menyeleksi teknologi baru ini yang sesuai dengan

keadaan Indonesia dalam rangka menunjang pembangunan pertanian yang tangguh dan

berkelanjutan. Konsep zat pengatur tumbuh diawali dengan konsep hormon tanaman.

Hormon tanaman adalah senyawa-senyawa organik tanaman yang dalam konsentrasi

yang rendah mempengaruhi proses-proses fisiologis. Proses-proses fisiologis ini terutama

tentang proses pertumbuhan, differensiasi dan perkembangan tanaman. Proses-proses lain

seperti pengenalan tanaman, pembukaan stomata, translokasi dan serapan hara dipengaruhi

oleh hormon tanaman. Hormon tanaman kadang-kadang juga disebut fitohormon, tetapi

istilah ini lebih jarang digunakan. Istilah hormon ini berasal dari bahasa Gerika yang berarti

pembawa pesan kimiawi (Chemical messenger) yang mula-mula dipergunakan pada fisiologi

hewan. Dengan berkembangnya pengetahuan biokimia dan dengan majunya industri kimia

maka ditemukan banyak senyawa-senya-wa yang mempunyai pengaruh fisiologis yang

serupa dengan hormon tanaman. Senyawa-senyawa sintetik ini pada umumnya dikenal

dengan nama zat pengatur tumbuh tanaman (ZPT = Plant Growth Regulator). Tentang

senyawa hormon tanaman dan zat pengatur tumbuh, Moore (2) mencirikannya sebagai

berikut :

1. Fitohormon atau hormon tanaman ada-lah senyawa organik bukan nutrisi yang aktif dalam

jumlah kecil (< 1mM) yang disintesis pada bagian tertentu, pada umumnya ditranslokasikan

kebagian lain tanaman dimana senyawa tersebut, menghasilkan suatu tanggapan secara

biokimia, fisiologis dan morfologis.

2. Zat Pengatur Tumbuh adalah senyawa organik bukan nutrisi yang dalam konsentrasi

rendah (< 1 mM) mendorong, menghambat atau secara kualitatif mengubah pertumbuhan dan

perkembangan tanaman.

1

Page 2: zpt

3. Inhibitor adalah senyawa organik yang menghambat pertumbuhan secara umum dan tidak

ada selang konsentrasi yang dapat mendorong pertumbuhan. Pertumbuhan, perkembangan,

dan pergerakan tumbuhan dikendalikan beberapa golongan zat yang secara umum dikenal

sebagai hormon tumbuhan atau fitohormon. Penggunaan istilah "hormon" sendiri

menggunakan analogi fungsi hormon pada hewan; dan, sebagaimana pada hewan, hormon

juga dihasilkan dalam jumlah yang sangat sedikit di dalam sel. Beberapa ahli berkeberatan

dengan istilah ini karena fungsi beberapa hormon tertentu tumbuhan (hormon endogen,

dihasilkan sendiri oleh individu yang bersangkutan) dapat diganti dengan pemberian zat-zat

tertentu dari luar, misalnya dengan penyemprotan (hormon eksogen, diberikan dari luar

sistem individu). Mereka lebih suka menggunakan istilah zat pengatur tumbuh(bahasa

Inggris plant growth regulator). Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses regulasi

genetik dan berfungsi sebagai prekursor. Rangsangan lingkungan memicu terbentuknya

hormon tumbuhan. Bila konsentrasi hormon telah mencapai tingkat tertentu, sejumlah gen

yang semula tidak aktif akan mulai ekspresi. Dari sudut pandang evolusi, hormon tumbuhan

merupakan bagian dari proses adaptasi dan pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk

mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya.

Retardan. Cathey (1975) mendefinisikan retar dan sebagai suatu senyawa organik

yang menghambat perpanjangan batang, meningkatkan warna hijau daun, dan secara tidak

langsung mem-pengaruhi pembungaan tanpa menyebabkan pertumbuhan yang abnormal.

Sinyal kimia interseluler untuk pertama kali ditemukan pada tumbuhan. Konsentrasi yang

sangat rendah dari senyawa kimia tertentu yang diproduksi oleh tanaman dapat memacu atau

menghambat pertumbuhan atau diferensiasi pada berbagai macam sel-sel tumbuhan dan dapat

mengendalikan perkembangan bagian-bagian yang berbeda pada tumbuhan. Dengan

menganalogikan senyawa kimia yang terdapat pada hewan yang disekresi oleh kelenjar ke

aliran darah yang dapat mempengaruhi perkembangan bagian-bagian yang berbeda pada

tubuh, sinyal kimia pada tumbuhan disebut hormon pertumbuhan. Namun, beberapa ilmuwan

memberikan definisi yang lebih terperinci terhadap istilah hormon yaitu senyawa kimia yang

disekresi oleh suatu organ atau jaringan yang dapat mempengaruhi organ atau jaringan lain

dengan cara khusus. Berbeda dengan yang diproduksi oleh hewan senyawa kimia pada

tumbuhan sering mempengaruhi sel-sel yang juga penghasil senyawa tersebut disamping

mempengaruhi sel lainnya, sehingga senyawa-senyawa tersebut disebut dengan zat pengatur

tumbuh untuk membedakannya dengan hormon yang diangkut secara sistemik atau sinyal

jarak jauh.

2

Page 3: zpt

1.1.1 Lima tipe utama ZPT

Ahli biologi tumbuhan telah mengidentifikasi 5 tipe utama ZPT yaitu auksin,

sitokinin,giberelin, asam absisat dan etilen. Tiap kelompok ZPT dapat menghasilkan

beberapa pengaruh yaitu kelima kelompok ZPT mempengaruhi pertumbuhan, namun hanya 4

dari 5 kelompok ZPT tersebut yang mempengaruhi perkembangan tumbuhan yaitu dalam hal

diferensiasi sel.Seperti halnya hewan, tumbuhan memproduksi ZPT dalam jumlah yang

sangat sedikit, akan tetapi jumlah yang sedikit ini mampu mempengaruhi sel target. ZPT

menstimulasi pertumbuhan dengan memberi isyarat kepada sel target untuk membelah atau

memanjang, beberapa ZPT menghambat pertumbuhan dengan cara menghambat pembelahan

atau pemanjangan sel. Sebagian besar molekul ZPT dapat mempengaruhi metabolisme dan

perkembangan sel-sel tumbuhan. ZPT melakukan ini dengan cara mempengaruhi lintasan

sinyal tranduksi pada sel target. Pada tumbuhan seperti halnya pada hewan, lintasan ini

menyebabkan respon selular seperti mengekspresikan suatu gen, menghambat atau

mengaktivasi enzim, atau mengubah membran.Pengaruh dari suatu ZPT bergantung pada

spesies tumbuhan, situs aksi ZPT pada tumbuhan, tahap perkembangan tumbuhan dan

konsentrasi ZPT. Satu ZPT tidak bekerja sendiri dalam mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan tumbuhan, pada umumnya keseimbangan konsentrasi dari beberapa ZPT-lah

yang akan mengontrol pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.

ZPT FUNGSINYA TEMPAT

DIHASILKANDAN

LOKASINYA PADA

TUMBUHAN

Auksin Mempengaruhi pertambahan panjang batang,

pertumbuhan, diferensiasi dan percabangan

akar; perkembangan buah; dominansi apikal;

fototropisme dan geotropisme.

Meristem apikal tunas

ujung, daun

muda, embrio dalam

biji.

Sitokinin Mempengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi

akar; mendorong pembelahan sel dan

pertumbuhan secara umum, mendorong

perkecambahan; dan menunda penuaan.

Pada akar, embrio

dan buah, berpindah dari akar

ke organ

lain.

Giberelin Mendorong perkembangan biji, perkembangan Meristem apikal tunas

3

Page 4: zpt

kuncup, pemanjangan batang dan pertumbuhan

daun; mendorong pembungaan dan

perkembangan buah; mempengaruhi

pertumbuhan dan diferensiasi akar.

ujung dan akar;

daun muda; embrio.

Asam

absisat

(ABA)

Menghambat pertumbuhan; merangsang

penutupan stomata pada waktu kekurangan air,

memper-tahankan dormansi.

Daun; batang, akar,

buah berwarna

hijau.

Etilen Mendorong pematangan; memberikan pengaruh

yang berlawanan dengan beberapa pengaruh

auksin; mendorong atau menghambat

pertumbuhan dan? perkembangan akar, daun,

batang dan bunga.

Buah yang matang,

buku pada batang,

daun yang sudah

menua.

Pada umumnya, hormon mengontrol pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan,

dengan mempengaruhi : pembelahan sel, perpanjangan sel, dan differensiasi sel. Beberapa

hormon, juga menengahi respon fisiologis berjangka pendek dari tumbuhan terhadap stimulus

lingkungan. Setiap hormon, mempunyai efek ganda; tergantung pada : tempat kegiatannya,

konsentrasinya, dan stadia perkembangan tumbuhannya.Hormon tumbuhan, diproduksi

dalam konsentrasi yang sangat rendah; tetapi sejumlah kecil hormon dapat membuat efek

yang sangat besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan organ suatu tumbuhan. Hal ini

secara tidak langsung menyatakan bahwa, sinyal hormonal hendaknya diperjelas melalui

beberapa cara. Suatu hormon, dapat berperan dengan mengubah ekspresi gen, dengan

mempengaruhi aktivitas enzim yang ada, atau dengan mengubah sifat membran. Beberapa

peranan ini, dapat mengalihkan metabolisme dan pekembangan sel yang tanggap terhadap

sejumlah kecil molekul hormon. Lintasan transduksi sinyal, memperjelas sinyal hormonal

dan meneruskannya ke respon sel spesifik.Respon terhadap hormon, biasanya tidak begitu

tergantung pada jumlah absolut hormon tersebut, akan tetapi tergantung pada konsentrasi

relatifnya dibandingkan dengan hormon lainnya. Keseimbangan hormon, dapat mengontrol

pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan daripada peran hormon secara mandiri. Interaksi

ini akan menjadi muncul dalam penyelidikan tentang fungsi hormon.

4

Page 5: zpt

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ethilen!

2. Apa manfaat etilen bagi tumbuhan ?

3. Jelaskan peranan etilen dan aplikasi hormon Etilen sebagai ZPT ?

1.3 TUJUAN

1. Menjelaskan pengertian ethilen.

2. Menjelaskan manfaat etilen bagi tumbuhan.

3. Menjelaskan peranan dan aplikasi hormon Etilen sebagai ZPT.

5

Page 6: zpt

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ethilen

Ethylene adalah hormon tumbuh yang secara umum berlainan dengan Auxin,

Gibberellin, dan Cytokinin. Dalam keadaan normal ethylene akan berbentuk gas dan struktur

kimianya sangat sederhana sekali. Di alam ethilene akan berperan apabila terjadi perubahan

secara fisiologis pada suatu tanaman. hormon ini akan berperan pada proses pematangan

buah dalam fase climacteric.

Penelitian terhadap ethylene, pertama kali dilakukan oleh Neljubow (1901) dan

Kriedermann (1975), hasilnya menunjukan gas ethylene dapat membuat perubahan pada akar

tanaman. Hasil penelitian Zimmerman et al (1931) menunjukan bahwa ethylene dapat

mendukung terjadinya abscission pada daun, namun menurut Rodriquez (1932), zat tersebut

dapat mendukung proses pembungaan pada tanaman nanas.

Penelitian lain telah membuktikan tentang adanya kerja sama antara auxin dan ethylene

dalam pembengkakan (swelling) dan perakaran dengan cara mengaplikasikan auxin pada

jaringan setelah ethylene berperan. Hasil penelitian menunjukan bahwa kehadiran auxin

dapat menstimulasi produksi ethylene.

1. Struktur kimia dan Biosintesis ethylene

Struktur kimia ethylene sangat sederhana yaitu terdiri dari 2 atom karbon dan 4 atom

hidrogen seperti gambar di bawah ini :

RUMUS ETILEN

6

Page 7: zpt

Biosintesis ethylene terjadi di dalam jaringan tanaman yaitu terjadi perubahan dari

asam amino methionine atas bantuan cahaya dan FMN (Flavin Mono Nucleotide) menjadi

Methionel. Senyawa tersebut mengalami perubahan atas bantuan cahaya dan FMN menjadi

ethykene, methyl disulphide, formic acid.

Etilen adalah senyawa hidrokarbon tidak jenuh (C2H4) yang pada suhu kamar

berbentuk gas. Senyawa ini dapat menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan penting

dalam proses pertumbuhan dan pematangan hasil-hasil pertanian.

Selain itu, etilen merupakan :

Dalam keadaan normal, etilen akan berbentuk gas dan struktur kimianya sangat

sederhana sekali.

Di alam etilen akan berperan apabila terjadi perubahan secara fisiologis pada suatu

tanaman.

Hormon ini akan berperan dalam proses pematangan buah dalam fase klimaterik.

Mempengaruhi perombakan klorofil

Mulai aktif dari 0,1 ppm (ambang batas/threshold)

Dihasilkan jaringan tanaman hidup pada saat tertentu

Merupakan homon (dihasilkan tanaman, bersifat mobil, senyawa organik) proses

pematangan

Produksi etilen oleh berbagai organisme sering mudah dilacak dengan kromatografi gas,

sebab molekulnya dapat diserap dari jaringan dalam keadaan hampa udara dan juga karena

kromatrografi gas sangat peka.Hanya beberapa jenis bakteri yang dilaporkan menghasilkan

etilen, dan belum diketahui adanya ganggang yang mensintesis etilen, lagipula etilen

biasanya berpengaruh kecil pada pertumbuhan organisme tersebut. Tapi beberapa spesies

cendawan menghasilkan senyawa tersebut, termasuk beberapa cendawan tanah membantu

mendorong perkecambahan biji, mengendalikan pertumbuhan kecambah, serta

memperlambat serangan penyakit akibat organisme tanah.(Salisbury,1995: 78)

7

Page 8: zpt

Pada banyak macam buah, etilen hanya sedikit dihasilkan sampai tepat sebelum terjadi

klimaterik respirasi, yang mengisyaratkan dimulainya pemasakan, yaitu ketika kandungan

gas ini di ruang udara antar sel meningkat tajam, dari jumlah hampir tak terlacak sampai

sekitar 0.1- 1 mikron liter per liter.Konsentrasi umumnya memacu pemasakan buah

berdaging dan tak berdaging, yang menunjukkan kenaikan klimaterik respirasinya yaitu jika

buah-buahan tersebut cukup berkembang untuk dapat menerima gas etilen( Ttucker dan

Grierson dalam Salisbury , 1995: 78)

2.1.1 Hubungan etilen dalam pematangan buah

Pematangan adalah permulaan proses kelayuan ,organisasi sel terganggu, dimana

enzim bercampur, sehingga terjadi hidrolisa, yaitu pemecahan klorofil, pati, pektin dan tanin,

membentuk: etilen, pigmen, flavor, energi dan polipeptida.

Yang mempengaruhi aktifitas etilen yaitu:

1. Suhu. Suhu tinggi (>350C) tidak terjadi pembentukan etilen. Suhu optimum

pembentukan etilen (tomat,apel) 320C, sedangkan untuk buah-buahan yang lain lebih

rendah.

2. Luka mekanis dan infeksi. Buah pecah, memar, dimakan dan jadi sarang ulat

3. Sinar radioaktif

4. Adanya O2 dan CO2. Bila O2 diturunkan dan CO2 dinaikkan maka proses pematangan

terhambat. Dan bila keadaan anaerob tidak terjadi pembentukan etilen

5. Interaksi dengan hormon auxin. Apabila konsentrasi auxin meningkat maka etilen

juga akan meningkat

6. Tingkat kematangan

Etilen dapat mempercepat terjadinya klimaterik:

Alpukat yang disimpan pada udara biasa akan matang setelah 11 hari

Bila etilen tersedia 10 ppm selama 24 jam, maka buah akan matang pada hari keenam.

8

Page 9: zpt

2.1.2 Sumber Etilen di Lingkungan

Berupa polutan udara selama penganan pascapanen, pembakaran, jenis lampu

penerang, asap rokok, dan bahan karet yang terekspos pada panas atau sinar UV dan tanaman

terinfeksi virus.

Proses sintesis protein terjadi pada proses pematangan seacra alami atau hormonal,

dimana protein disintesis secepat dalam proses pematangan. Pematangan buah dan sintesis

protein terhambat oleh siklohexamin pada permulaan fase klimatoris setelah siklohexamin

hilang, maka sintesis etilen tidak mengalami hambatan. Sintesis ribonukleat juga diperlukan

dalam proses pematangan. Etilen akan mempertinggi sintesis RNA pada buah mangga yang

hijau.

Etilen dapat juga terbentuk karena adanya aktivitas auksin dan etilen mampu

menghilangkan aktivitas auksin karena etilen dapat merusak polaritas sel transport, pada

kondisi anearobpembentukan etilen terhambat, selain suhu O2 juga berpengaruh pada

pembentukan etilen. Laju pembentukan etilen semakin menurun pada suhu di atas 30 0 C dan

berhenti pada suhu 40 0 C, sehingga pada penyimpanan buah secara masal dengan kondisi

anaerob akan merangsang pembentukan etilen oleh buah tersebut. Etilen yang diproduksi

oleh setiap buah memberi efek komulatif dan merangsang buah lain untuk matang lebih

cepat.

Buah berdasarkan kandungan amilumnya, dibedakan menjadi buah klimaterik dan

buah nonklimaterik. Buah klimaterik adalah buah yang banyak mengandung amilum,

sepertipisang, mangga, apel dan alpokat yang dapat dipacu kematangannya dengan etilen.

Etilenendogen yang dihasilkan oleh buah yang telah matang dengan sendirinya dapat

memacu pematangan pada sekumpulan buah yang diperam. Buah nonklimaterik adalah buah

yang kandungan amilumnya sedikit, seperti jeruk, anggur, semangka dan nanas. Pemberian

etilen pada jenis buah ini dapat memacu laju respirasi, tetapi tidak dapat memacu produksi

etilen endogen dan pematangan buah.

Perubahan fisiologi yang terjadi sealam proses pematangan adalah terjadinya proses

respirasi kliamterik, diduga dalam proses pematangan oleh etilen mempengaruhi respirasi

klimaterik melalui dua cara, yaitu:

9

Page 10: zpt

1. Etilen mempengaruhi permeabilitas membran, sehingga permeabilitas sel menjadi besar,

hal tersebut mengakibatkan proses pelunakan sehingga metabolisme respirasi dipercepat.

2. Selama klimaterik, kandungan protein meningkat dan diduga etilen lebih merangsang

sintesis protein pada saat itu. Protein yang terbentuk akan terlihat dalam proses pematangan

dan proses klimaterik mengalami peningkatan enzim-enzim respirasi.

Buah-buahan mempunyai arti penting sebagi sumber vitamine, mineral, dan zatzat

lain dalam menunjang kecukupan gizi. Buah-buahan dapat kita makan baik pada keadaan

mentah maupun setelah mencapai kematangannya. Sebagian besar buah yang dimakan adalah

buah yang telah mencapai tingkat kematangannya. Untuk meningkatkan hasil buah yang

masak baik secara kualias maupun kuantitasnya dapat diusahakan dengan substansi tertentu

antara lain dengan zat pengatur pertumbuhan Ethylene. Dengan mengetahui peranan

ethylene dalam pematangan buah kita dapat menentukan penggunaannya dalam industri

pematangan buah atau bahkan mencegah produksi dan aktifitas ethyelen dalam usaha

penyimpanan buah-buahan. Ethylene mula-mula diketahui dalam buah yang matang oleh

para pengangkut buah tropica selama pengapalan dari Yamaika ke Eropa pada tahun 1934,

pada pisang masak lanjut mengeluarkan gas yang juga dapat memacu pematangan buah yang

belum masak. Sejak saat itu Ethylene (CH2=CH2) dipergunakan sebagai sarana pematangan

buah dalam industri.

Ethylene adalah suatu gas yang dapat digolongkan sebagai zat pengatur pertumbuhan

(phytohormon) yang aktif dalam pematangan. Dapat disebut sebagai hormon karena telah

memenuhi persyaratan sebagai hormon, yaitu dihasilkan oleh tanaman, besifat mobil dalam

jaringan tanaman dan merupakan senyawa organik. Seperti hormon lainnya ethylene

berpengaruh pula dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman antara lain

mematahkan dormansi umbi kentang, menginduksi pelepasan daun atau leaf abscission,

menginduksi pembungaan nenas. Denny dan Miller (1935) menemukan bahwa ethylene

dalam buah, bunga, biji, daun dan akar.Proses pematangan buah sering dihubungkan dengan

rangkaian perubahan yang dapat dilihat meliputi warna, aroma, konsistensi dan flavour (rasa

dan bau). Perpaduan sifat-sifat tersebut akan menyokong kemungkinan buah-buahan enak

dimakan. Proses pematangan buah didahului dengan klimakterik (pada buah klimakterik).

Klimakterik dapat didefinisikan sebagai suatu periode mendadak yang unik bagi buah

dimana selama proses terjadi serangkaian perubahan biologis yang diawali dengan proses

10

Page 11: zpt

sintesis ethylene. Meningkatnya respirasi dipengaruhi oleh jumlah ethylene yang dihasilkan,

meningkatnya sintesis protein dan RNA. Proses klimakterik pada Apel diperkirakan karena

adanya perubahan permeabilitas selnya yang menyebabkan enzym dan susbrat yang dalam

keadaan normal terpisah, akan bergabung dan bereaksi satu dengan lainnya. Perubahan warna

dapat terjadi baik oleh proses-proses perombakan maupun proses sintetik, atau keduanya.

Pada jeruk manis perubahan warna ni disebabkan oleh karena perombakan khlorofil dan

pembentukan zat warna karotenoid. Sedangkan pada pisang warna kuning terjadi karena

hilangnya khlorofil tanpa adanya atau sedikit pembentukan zat karotenoid. Sisntesis likopen

dan perombakan khlorofil merupakan ciri perubahan warna pada buah tomat. Menjadi

lunaknya buah disebabkan oleh perombakan propektin yang tidak larut menjadi pektin yang

larut, atau hidrolisis zat pati (seperti buah waluh) atau lemak (pada adpokat). Perubahan

komponen-komponen buah ini diatur oleh enzym-enzym antara lain enzym hidroltik,

poligalakturokinase, metil asetate, selullose. Flavour adalah suatu yang halus dan rumit yang

ditangkap indera yang merupakan kombinasi rasa (manis, asam, sepet), bau (zat-zat atsiri)

dan terasanya padalidah. Pematangan biasanya meningkatkan jumlah gula-gula sederhana

yang memberi rasa manis, penurunan asam-asam organik dan senyawa-senyawa fenolik yang

mengurangi rasa sepet dan masam, dan kenaikan zat-zat atsiri yang memberi flavour khas

pada buah.

Proses pematangan juga diatur oleh hormon antara lain AUXIN, sithokinine,

gibberellin, asam-asam absisat dan ethylene.Auxin berperanan dalam pembentukan ethylene,

tetapi auxin juga menghambat pematangan buah. Sithokinine dapat menghilangkan

perombakan protein, gibberellin menghambat perombakan khlorofil dan menunda

penimbunan karotenoid-karotenoid. Asam absisat menginduksi enzym penyusun/pembentuk

karotenoid, dan ethylene dapat mempercepat pematangan.

2.2 Manfaat Etilen

Etilen sering dimanfaatkan oleh para distributor dan importir buah. Buah dikemas dalam

bentuk belum masak saat diangkut pedagang buah. Setelah sampai untuk diperdagangkan,

buah tersebut diberikan etilen (diperam) sehingga cepat masak.

11

Page 12: zpt

Dalam pematangan buah, etilen bekerja dengan cara memecahkan klorofil pada buah

muda, sehingga buah hanya memiliki xantofil dan karoten. Dengan demikian, warna buah

menjadi jingga atau merah. Pada aplikasi lain, etilen digunakan sebagai obat bius (anestesi)

Fungsi lain etilen secara khusus adalah

Mengakhiri masa dormansi

Merangsang pertumbuhan akar dan batang

Pembentukan akar adventif

Merangsang absisi buah dan daun

Merangsang induksi bunga Bromiliad

Induksi sel kelamin betina pada bunga

Merangsang pemekaran bunga

2.2.1 Biosintesis dan Metabolisme

Etilen diproduksi oleh tumbuhan tingkat tinggi dari asam amino metionin yang esensial

pada seluruh jaringan tumbuhan. Produksi etilen bergantung pada tipe jaringan, spesies

tumbuhan, dan tingkatan perkembangan[9]. Etilen dibentuk dari metionin melalui 3 proses[10]:

ATP merupakan komponen penting dalam sintesis etilen. ATP dan air akan membuat

metionin kehilangan 3 gugus fosfat.

Asam 1-aminosiklopropana-1-karboksilat sintase(ACC-sintase) kemudian

memfasilitasi produksi ACC dan SAM (S-adenosil metionin).

Oksigen dibutuhkan untuk mengoksidasi ACC dan memproduksi etilen. Reaksi ini

dikatalisasi menggunakan enzim pembentuk etilen.

Dewasa ini dilakukan penelitian yang berfokus pada efek pematangan buah. ACC sintase

pada tomat menjadi enzim yang dimanipulasi melalui bioteknologi untuk memperlambat

pematangan buah sehingga rasa tetap terjaga.

12

Page 13: zpt

2.3 Peranan etilen

2.3.1 Peranan Ethylene Dalam Fisiologi Tanaman

Di dalam proses fisiologis, ethylene mempunyai peranan penting. Wereing dan

Phillips (1970) telah mengelompokan pengaruh ethylene dalam fisiologi tanaman sbb:

a. mendukung respirasi climacteric dan pematangan buah

b. mendukung epinasti

c. menghambat perpanjangan batang (elengation growth) dan akar pada beberapa

species tanaman walaupun ethylene ini dapat menstimulasi perpanjangan batang,

coleoptyle dan mesocotyle pada tanaman tertentu, misalnya Colletriche dan padi.

d. Menstimulasi perkecambahan

e. Menstimulasi pertumbuhan secara isodiametrical lebih besar dibandingkan dengan

pertumbuhan secara longitudinal

f. Mendukung terbentuknya bulu-bulu akar

g. Mendukung terjadinya abscission pada daun

h. Mendukung proses pembungaan pada nanas.

i. Mendukung adanya flower fading dalam persarian anggrek

j. Menghambat transportasi auxin secara basipetal dan lateral

k. Mekanisme timbal balik secara teratur dengan adanya auxin yaitu konsentrasi auxin

yang tinggi menyebabkan terbentuknya ethylene. Tetapi kehadiran ethylene

menyebabkan rendahnya konsentrasi auxin di dalam jaringan. Hubungannya dengan

konsentrasi auxin, hormon tumbuh ini menentukan pembentukan protein yang

diperlukan dalam aktifitas pertumbuhan, sedangkan rendahnya konsentrasi auxin,

akan mendukung protein yang akan mengkatalisasi sintesis ethylene dan precursor.

2.3.2 Peranan Ethylene Dalam Proses Pematangan Buah

Harsen (1967) dalam Dilley (1969) telah mempelajari hubungan antara ethylene

dengan tingkat kematangan pada buah pear. Ia mengemukakan bahwa pematangan ini

menjadi suatu sequential dalam proses kesinambungan kehidupan buah. Menurut konsep tsb,

ethylene berpebgaruh terhadap beberapa yang mengontrol pola normal dari proses

pematangan.

13

Page 14: zpt

Menurut Frenkel et al (1968), sintesa protein diperlukan pada tingkat pematangan

yang normal. Protein disintesa secepatnya dalam proses pematangan. Dari hasil eksperimen

terhadap buah pear, memperlihatkan bahwa pematangan buah dan sintesa protein terhambat

sebagai akibat perlakuan cycloheximide pada permulaan fase climacteric. Setelah

cycloheximide hilang, ternyata sintesis ethylene tidak mengalami hambatan.

Di dalam proses pematangan, ribonucleic acid synthesis pun diperlukan. Dalam

eksperimen menggunakan buah pear, buah tersebut ditreated, dengan actinomysin D pada

tingkat pre climacteric. Dari hasil eksperimen ini diperoleh petunjuk bahwa actinomysin D

menghambat terbentuknya DNA yang bergantung pada RNA sintesis.

Imascshi et al (1968) mengemukakan bahwa ethylele mendukung peningkatan aktivitas

metabolisme dalam jaringan akar ubi jalar. Ethylene yang berkonsentrasi 0,1 ppm,

menstimulasi perkembangan peroxidase dan phenyl alanine ammonialyase. Penelitian lain

mengemukakan bahwa perlakuan ethylene pada kecambah kapas menstimulasi aktivitas

peroksida dan IAA oksida.

Gambar buah pisang dan kedondong dengan perlakuan pemberian etilen yang berbeda

Daging buah pisang yang matang dengan konsentrasi karbit 100 gram

14

Page 15: zpt

Pisang dan kedondong yang matang dengan konsentrasi karbit 100 gram

Daging buah pisang yang matang dengan konsentrasi karbit 200 gram

15

Page 16: zpt

Pisang dan kedondong yang matang dengan konsentrasi karbit 200 gram

Daging buah pisang yang matang dengan konsentrasi karbit 300 gram

16

Page 17: zpt

Pisang dan kedondong yang matang dengan konsentrasi karbit 300 gram

Deskripsi morfologi dan rasa pada buah pisang dan kedondong yang masak

dengan perlakuan etilen yang berbeda

Perlakuan karbit 100 gram Perlakuan karbit 200

gram

Perlakuan karbit 300

gram

a. Pisang

Warna kulit pisang

menjadikuning

Tekstur daging empuk

Rasa pisang tidak

terlalu manis namun

ada campuran rasa

agak kecut

b. Kedondong

Warna

permukaan

a. Pisang

Kulit pisang

lebih kuning

dibanding

dengan kulit

pisang yang

dikarbit 100

gram

Rasa pisangnya

lebih manis

dibanding pisang

yang dikarbit 100

a. Pisang

Warna

kulit

pisang

menjadi

hitam

Tekstur

daging

menjadi

lembek

Rasa

pisangnya

17

Page 18: zpt

hijau

kekuningan

Tekstur masih

agak padat

gram

Tekstur daging

pisang lebih empuk

dibanding

perlakuan pertama

b. Kedondong

Warna

permukaa

n kuning

kehijauan

Tekstur

agak

empuk

paling

manis dan

terlalu

manis

b. Kedondong

Warna

permukaa

n

seluruhnya

menjadi

kuning

Tekstur

sangat

empuk

2.3.3 Pengaruh yang merugikan dari Etilen terhadap komoditi yang mudah rusak.

Pengaruh etilen yang tidak dikehendaki

Pengaruh penting etilen dalam meningkatkan deteriorasi komoditi yang mudah rusak

meliputi:

a. Mempercepat senensen dan menghilangkan warna hijau pada buah seperti

mentimun dan sayuran daun

b. Mempercepat pemasakan buah selama penanganan dan penyimpanan

c. “Russet spoting” pada selada

d. Pembentukan rasa pahit pada wortel

e. Pertunasan kentang

f. Gugurnya daun (kol bunga, kubis, tanaman hias)

g. Pengerasan pada asparagus

h. Mempersingkat masa simpan dan mengurangi kualitas bunga

18

Page 19: zpt

i. Gangguan fisiologis pada tanaman umbi lapis yang berbunga

j. Pengurangan masa simpan buah dan sayuran

2.3.4. Ethylene Sebagai Hormon Pematangan

Pemasakan Mangga (Sumber : MGA PRUTAS)

Ethylene sebagi hormon akan mempercepat terjadinya klimakterik. Biale (1960) telah

membuktikan bahwa pada buah adpokat yang disimpan di udara biasa akan matang setelah

11 hari, tetapi apabila disimpan dalam udara dengan kandungan ethylene 10 ppm selama 24

jam buah adpokat tersebut akan matang dalam waktu 6 hari.

Aplikasi C2H2 (Ethylene) pada buah-buahan klimakterik, makin besar konsentrasi C2H2

sampai tingkat kritis makin cepat stimulasi respirasinya. Ethylene tersebut bekerja paling

efektif pada waktu tahap klimakerik, sedangkan penggunaan C2H2 pada tahap post

klimakerik tidak merubah laju respirasi.

Pada buah-buahan non klimakterik respon terhadap penambahan ethylene baik pada buah

pra panen maupun pasca panen, karena produksi ethylene pada buah non klimakterik hanya

sedikit.

Dari penelitian Burg dan Burg (1962), juga dapat diketahui bahwa ethylene merangsang

pemasakan klimakerik. Sedangkan menurut Winarno (1979) dikatakan bahwa uah-buahan

non klimakterik akan mengalami klimakterik setelah ditambahkan ethylene dalam jumlah

yang besar. Sebagai contoh buah non klimakterik untuk percobaannya adalah jeruk. Di

samping itu pada buah-buahan non klimakterik apabila ditambahkan ethylene beberapa kali

akan terjadi klimakterik yang berulang-ulang.

Penelitian Mattoo dan Modi (1969) telah menunjukkan bahwa C2H2 meningkatkan

kegiatan enzym-enzym katalase, peroksidase, dan amylase dalam irisanirisan mangga

19

Page 20: zpt

sebelum puncak kemasakannya. Serta selama pemacuan juga diketemukan zat-zat serupa

protein yang menghambat pemasakan, dalam irisan-irisan itu dapat hilang dalam waktu 45

jam. Perlakuan dengan C2H2 mengakibatkan irisan-irisan menjadi lunak dan tejadi

perubahan warna yang menarik dari putih ke kuning, yang memberi petunjuk timbulnya

gejala-gejala kematangan yang khas.

2.3.5 Ethylene Pada Absisi Daun

Kehilangan daun pada setiap musim gugur merupakan suatu adaptasi untuk menjaga

agar tumbuhan yang berganti daun, selama musim dingin tetap hidup ketika akar tidak bisa

mengabsorpsi air dari tanah yang membeku. Sebelum daun itu mengalami absisi, beberapa

elemen essensial diselamatkan dari daun yang mati, dan disimpan di dalam sel parenkhim

batang. Nutrisi ini dipakai lagi untuk pertumbuhan daun pada musim semi berikutnya. Warna

daun pada musim gugur, merupakan suatu kombinasi dari warna pigmen merah yang baru

dibuat selama musim gugur, dan warna karotenoid yang berwarna kuning dan orange, yang

sudah ada di dalam daun, tetapi kelihatannya berubah karena terurainya klorofil yang

berwarna hijau tua pada musim gugur. Ketika daun pada musim gugur rontok, maka titik

tempat terlepasnya daun merupakan suatu lapisan absisi yang berlokasi dekat dengan

pangkal tangkai daun.

Sel parenkhim berukuran kecil dari lapisan ini mempunyai dinding sel yang sangat

tipis, dan tidak mengandung sel serat di sekeliling jaringan pembuluhnya. Lapisan absisi

selanjutnya melemah, ketika enzimnya menghidrolisis polisakarida di dalam dinding sel.

Akhirnya dengan bantuan angin, terjadi suatu pemisahan di dalam lapisan absisi. Sebelum

daun itu jatuh, selapisan gabus membentuk suatu berkas pelindung di samping lapisan absisi

dalam ranting tersebut untuk mencegah patogen yang akan menyerbu bagian tumbuhan yang

ditinggalkannya. (Sumber : Campbell dan Reece, 2002 : 816)

2.3.6 Ethylene dan Permeablitas Membran

Ethylene adalah senyawa yang larut di dalam lemak sedangkan memban dari sel

terdiri dari senyawa lemak. Oleh karena itu ethylene dapat larut dan menembus ke dalam

membran mitochondria. Apabila mitochondria pada fase pra klimakterik diekraksi kemdian

ditambah ethylene, ternyata terjadi pengembangan volume yang akan meningkatkan

permeablitas sel sehingga bahan-bahan dari luar mitochondria akan dapat masuk. Dengan

20

Page 21: zpt

perubahan-perubahan permeabilitas sel akan memungkinkan interaksi yang lebih besar antara

substrat buah dengan enzym-enzym pematangan.

2.3.7 Ethylene dan Aktiitas ATP-ase

Ethylene mempunai peranan dalam merangsang aktiitas ATP-ase dalam penyediaan

energi yang dibutuhkan dalam metabolisme. ATP-ase adalah suatu enzym yang diperlukan

dalam pembuatan enegi dari ATP yang ada dalam buah. Adapun reaksinya adalah sebagai

berikut:

ATP ----------------------- ADP + P -------------------------- Energi

ATP-ase

2.3.8 Ethylene sebagai “Genetic Derepression”

Pada reaksi biolgis ada dua faktor yang mengontrol jalannya reaksi. Yang pertama

adalah “Gene repression” yang menghambat jalannya reaksi yang berantai untuk dapat

berlangsung terus. Yang kedua adalah “Gene Derepression” yaitu faktor yang dapat

menghilangkan hambatan tersebut sehingga reaksi dapat berlangsun. Selain itu ethylene

mempengaruhi proses-proses yang tejadi dalam tanaman termasuk dalam buah, melalui

perubahan pada RNA dan hasilya adalah perubahan dalam sintesis protein yang diatur RNA

sehingga pola-pola enzym-enzymnya mengalami perubahan pula.

2.3.9 Interaksi Ethylene dengan Auxin

Di dalam tanaman ethylene mengadakan interaksi dengan hormon auxin. Apabila

konsentrasi auxin meningkat maka produksi ethylen pun akan meningkat pula. Peranan auxin

dalam pematangan buah hanya membantu merangsang pembentukan ethylene, tetapi apabila

konsentrasinya ethylene cukup tinggi dapat mengakibatkan terhambatnya sintesis dan

aktifitas auxin.

2.3.10 Produksi dan Aktifitas Ethylene

Pembentukan ethylene dalam jaringan-jaringan tanaman dapat dirangsang oleh

adanya kerusakan-kerusakan mekanis dan infeksi. Oleh karena itu adanya kerusakan mekanis

pada buah-buahan yang baik di pohon maupun setelah dipanen akan dapat mempercepat

pematangannya. Penggunaan sinar-sinar radioaktif dapat merangsang produksi ethylene. Pada

buah Peach yang disinari dengan sinar gama 600 krad ternyata dapat mempercepat

21

Page 22: zpt

pembentukan ethylene apabila dibeika pada saat pra klimakterik, tetapi penggunaan sinar

radioaktif tersebut pada saat klimakterik dapat menghambat produksi ethylene.

Produksi ethylene juga dipengaruhi oleh faktor suhu dan oksigen. Suhu renah

maupun suhu tinggi dapat menekan produk si ethylene. Pada kadar oksigen di bawah sekitar

2 % tidak terbentuk ethylene, karena oksigen sangat diperlukan. Oleh karena itu suhu rendah

dan oksigen renah dipergunakan dalam praktek penyimpanan buahbuahan, karena akan dapat

memperpanjang daya simpan dari buah-buahan tersebut.Aktifitas ethylene dalam pematangan

buah akan menurun dengan turunnya suhu, misalnya pada Apel yang disimpan pada suhu 30

C, penggunaan ethylene dengan konsentrasi tinggi tidak memberikan pengaruh yang jelas

baik pada proses pematangan maupun pernafasan. Pada suhu optimal untuk produksi dan

aktifitas ethylene pada bah tomat dan apel adalah 320 C, untuk buah-buahan yang lain

suhunya lebih rendah.

2.4 Aplikasi Zpt Pada Bidang Pertanian

Seperti yang telah dibahas dimuka, ZPT sintetik sangat banyak digunakan pada

pertanian modern. Tanpa ZPT sintetik untuk mengendalikan gulma, atau untuk

mengendalikan pertumbuhan dan pengawetan buah-buahan, maka produksi bahan makanan

akan berkurang sehingga harganya akan menjadi mahal.Disamping itu, muncul keprihatinan

bahwa penggunaan senyawa sintetik secara berlebihan pada produksi pangan akan

menimbulkan masalah lingkungan dan kesehatan serius. Sebagai conto dioksin, senyawa

kimia sampingan dari sintesa 2, 4-D yang digunakan sebagai herbisida selektif untuk

membasmi gulma berdaun lebar dari tumbuhan dikotil. Walaupun 2, 4-D tidak beracun

terhadap mamalia, namun dioksin dapat menyebabkan cacat lahir, penyakit hati, dan leukimia

pada hewan percobaan.Sekarang ini, bagaimanapun juga, produksi bahan pangan secara

organik menjadi relatif lebih mahal. Persoalan penggunaan senyawa kimia sintetik pada

bidang pertanian melibatkan aspek ekonomi dan etika. Haruskah kita teruskan memproduksi

pangan yang murah dan berlimpah dengan zat kimia sintetik dan masa bodoh terhadap

masalah yang mungkin muncul, atau haruskah kita melakukan budidaya tanaman tanpa zat

kimia sintetik berbahaya tetapi dengan menerima kenyataan bahwa harga bahan pangan akan

lebih mahal.

Pada metode kultur jaringan penggunaan auksin dan sitokinin sudah banyak

digunakan. Menurut Gunawan (1987) bahwa jika konsentrasi auksin lebih besar daripada

sitokinin maka kalus akan tumbuh, dan bila konsentrasi sitokinin lebih besar dibandingkan

22

Page 23: zpt

auksin maka tunas akan tumbuh. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sudarmaji (2000)

mengenai penentuan konsentrasi yang tepat pada pertumbuhan kalus kapas menunjukkan

bahwa pemebrian BAP dengan konsentrasi 2 mg/l pada kalus dari kapas varietas Coker 500

menghasilkan pertumbuhan yang lebih cepat dan kuantitas kalus yang paling baik. BAP

pada konsentrasi 3 mg/l menghasilkan bobot akhir kalus paling tinggi (1,65 g). Penelitian

selanjutnya yang dilakukan oleh Pudji Rahardjo dan Gatut-Suprijadji ( 2001) mengenai

Pengaruh Panjang Sayatan dan Konsentrasi NAA Terhadap Perakaran Setek Daun Bermata

Tunas Kopi Robusta menunjukkan bahwa panjang sayatan 3 cm dan 4 cm menyebabkan

persentase setek berakar mencapai 90%, jumlah akar rata-rata 1,9-2,0, panjang akar

mencapai 8,7-9,6 cm, panjang tunas 1,3-2,4 cm dan berat kering tunas 14,15-14,94 mg.

Pemberian zat tumbuh NAA dengan konsentrasi 1.000 ppm, 1.500 ppm, dan 2.000 ppm tidak

mampu meningkatkan persentase setek berakar, jumlah akar, panjang akar, dan panjang

tunas. Pembentukan umbi mikro kentang dipengaruhi oleh adanya keseimbangan antara

hormon perangsang dan penghambat yang terdapat dalam tanaman tersebut. Auksin dan

giberelin secara umum diketahui sebagai hormon penghambat pembentukan umbi, sedangkan

untuk mempelajari proses pengumbian in vitro dapat digunakan sitokinin dan zat pengatur

tumbuh yang termasuk dalam kelompok inhibitor atau retardan. Sitokinin yang tinggi dapat

diberikan secara eksogen, sedangkan untuk merendahkan giberelin endogen dapat diberikan

retardan yang akan menghambat biosintesis giberelin. Hasill penelitian yang dilakukan oleh

Samanhudi dkk (2002) menunjukkan bahwa pemberian paclobutrazol 0,2 ppm dapat

meningkatkan jumlah umbi mikro yang terbentuk. Dengan adanya penambahan paklobutrazol

0,2 ppm, persentase tanaman yang membentuk umbi 30% lebih banyak dari pada tanaman

yang tidak diberi paklobutrazol. Penambahan paklobutrazol 0,2 ppm juga memberikan

jumlah umbi dan berat basah yang lebih tinggi berturut-turut sebesar 24% dan 30% dibanding

planlet yang tidak Diperlakukan. Adanya peningkatan persentase planlet yang membentuk

umbi, terbentuknya jumlah umbi dan berat basah sesuai dengan penelitian-penelitian yang

pernah dilakukan sebelumnya (Balamani and Pooviah, 1985; Harvey et.al., 1991; Simko,

1993).

Hal ini tampaknya disebabkan karena pengaruh dari paklobutrazol yang merupakan

suatu zat perlambat biosintesa gibberellin sehingga kandungan GA-nya menjadi rendah dan

mendorong terbentuknya umbi. Hal ini juga dikemukakan oleh Gunawan (1995) akan

meningkat bila ke dalam media ditambahkan zat penghambat tumbuh seperti ancymidol atau

paklobutrazol. Dari penelitian ini diperoleh suatu gambaran hubungan antara konsentrasi

23

Page 24: zpt

paklobutrazol dengan jumlah umbi yang terbentuk yang menunjukkan bahwa peningkatan

paklobutrazol sampai konsentrasi sekitar 0,4 ppm akan meningkatkan jumlah umbi yang

terbentuk dan setelah itu adanya peningkatan konsentrasi akan mengakibatkan jumlah umbi

yang terbentuk menurun.

Penelitian mengenai Pengaruh Vernalisasi, Giberelin, dan Auxin terhadap

Pembungaan dan Hasil Biji Bawang Merah yang dilakukan oleh Nani Sumarni dan Etty

Sumiati (2001) menunjukkan bahwa hasil biji TSS (True Shallot Seed) atau hasil biji bawang

merah tertinggi diperoleh dengan perlakuan vernalisasi dan aplikasi 200 ppm GA3 + 50 ppm

NAA, yaitu sebesar 17,92 kg/ha. Namun, perlakuan vernalisasi dan aplikasi 100 ppm GA3

juga memberikan hasil biji TSS yang cukup tinggi dan lebih efisien dari segi penggunaan zat

pengatur tumbuhnya, yaitu sebesar 13,42 kg/ha (efisiensi lahan 80%). Hasil penelitian ini

dapat dijadikan acuan dalam meningkatkan produksi biji bawang merah.

BAB III

PENUTUP

24

Page 25: zpt

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan:

a) Etilen adalah suatu gas yang dapat digolongkan sebagai zat pengatur

pertumbuhan (phytohormon) yang aktif dalam pematangan. Dapat disebut

sebagai hormon karena telah memenuhi persyaratan sebagai hormon, yaitu

dihasilkan oleh tanaman, besifat mobil dalam jaringan tanaman dan

merupakan senyawa organik.

b) Peranan Etilen:

mendukung respirasi climacteric dan pematangan buah

mendukung epinasti

menghambat perpanjangan batang (elengation growth) dan akar pada

beberapa species tanaman walaupun ethylene ini dapat menstimulasi

perpanjangan batang, coleoptyle dan mesocotyle pada tanaman

tertentu, misalnya Colletriche dan padi.

Menstimulasi perkecambahan

Menstimulasi pertumbuhan secara isodiametrical lebih besar

dibandingkan dengan pertumbuhan secara longitudinal

Mendukung terbentuknya bulu-bulu akar

Mendukung terjadinya abscission pada daun

Mendukung proses pembungaan pada nanas.

Mendukung adanya flower fading dalam persarian anggrek

Menghambat transportasi auxin secara basipetal dan lateral

3.2 Saran

Saran yang kelompok kami tujukan adalah untuk:

a) Pembaca

Setelah pembaca membaca makalah yang berjudul Etilen (definisi, manfaat

dan peranannya dalam kehidupan sehari- hari) diharapkan dapat menambah

khasanah pengetahuan pembaca.Sehingga dapat mengaplikasikannya dalam

kehidupan sehari-hari.

b) Pengelola pemuliaan tanaman/hobbies tanaman

Dengan adanya makalah tersebut diharapkan para pengelola tanaman maupun

hobbies tanaman untuk meningkatkan kualitas tanaman yang telah dikelolanya

25

Page 26: zpt

lebih utamanya dari aspek hasil tanaman yang berupa buah. Dengan

mengetahui teknik pemulian hasil tanaman yang lebih berkualitas sehingga

dapat mendatangkan passive income yang lebih meningkat bagi para

pengelola tanaman dan hobbies tanaman.

DAFTAR PUSTAKA

26

Page 27: zpt

Salisbury, Frank B dkk Alih Bahasa Dr. Diah R Lukma dkk.1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid

3.Bandung: ITB

http://wordbiology.wordpress.com/2009/01/20/pemasakan-buah/

http://perkebunankaret.blogspot.com/2010/05/faktor-yang-mempengaruhi-efektivitas.html

http://sugihsantosa.atspace.com/artikel/zpt.html

http://blog.uad.ac.id/ninikmulyaningsih/files/2011/12/Hormon-tumbuhan1.pdf

http://maretbio01cs.weebly.com/uploads/4/6/2/8/4628764/02_bab1.pdf

27