zooplankton..biola tugas iii

13
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisme Laut berdasarkan tempat hidup dan cara hidupnya dapat dikelompokan atas tiga kelompok besar yaitu, Plankton, Nekton dan Bentos. Plankton terdiri atas mikroorganisme laut baik fitoplankton maupun zooplankton yang mengapung dan hanyut karena arus air, atau hidup diatas maupun dekat permukaan air. Alga, diatomae, protozoa, dan larva arthropoda merupakan organisme yang termasuk plankton. Nekton adalah organisme yang berenang bebas dalam air laut. Misalnya ikan tuna, ikan terbang, hiu, dan sotong (cumi-cumi) dan Bentos adalah organisme yang senang hidup di dasar laut atau pantai berlumpur, misalnya bintang laut, bernakel, anemon laut, dan kepiting (Anggun, 2012). Menurut Nybakken (1992) zooplankton merupakan anggota plankton yang bersifat hewani, sangat beraneka ragam dan terdiri dari bermacam larva dan bentuk dewasanya yang mewakili hampir seluruh filum hewan. Zooplankton merupakan biota yang sangat penting peranannya dalam rantai makanan dilautan. Mereka menjadi kunci utama dalam transfer energi dari produsen utama ke konsumen pada tingkatan pertama dalam tropik ecologi, seperti ikan laut, mamalia laut, penyu dan hewan terbesar dilaut seperti halnya paus pemakan zooplankton. Selain itu zooplankton juga berguna dalam regenerasi nitrogen dilautan dengan proses penguraiannya sehingga berguna bagi bakteri dan produktivitas phytoplankton dilaut (Richardson, 2008). Suhu merupakan faktor pembatas bagi semua organisme dilaut, tidak terkecuali oleh zooplankton. Dengan adanya perubahan iklim yang sangat drastis memastikan beberapa organisme laut harus melakukan adaptasi untuk bertahan hidup dilingkungannya (Sanders, 2013).

Upload: fichar-fitrawan-syarbin

Post on 24-Oct-2015

53 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: ZooPlankton..Biola Tugas III

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Organisme Laut berdasarkan tempat hidup dan cara hidupnya dapat dikelompokan atas

tiga kelompok besar yaitu, Plankton, Nekton dan Bentos. Plankton terdiri atas mikroorganisme

laut baik fitoplankton maupun zooplankton yang mengapung dan hanyut karena arus air, atau

hidup diatas maupun dekat permukaan air. Alga, diatomae, protozoa, dan larva arthropoda

merupakan organisme yang termasuk plankton. Nekton adalah organisme yang berenang

bebas dalam air laut. Misalnya ikan tuna, ikan terbang, hiu, dan sotong (cumi-cumi) dan Bentos

adalah organisme yang senang hidup di dasar laut atau pantai berlumpur, misalnya bintang

laut, bernakel, anemon laut, dan kepiting (Anggun, 2012).    

Menurut Nybakken (1992) zooplankton merupakan anggota plankton yang bersifat

hewani, sangat beraneka ragam dan terdiri dari bermacam larva dan bentuk dewasanya yang

mewakili hampir seluruh filum hewan.

Zooplankton merupakan biota yang sangat penting peranannya dalam rantai makanan

dilautan. Mereka menjadi kunci utama dalam transfer energi dari produsen utama ke konsumen

pada tingkatan pertama dalam tropik ecologi, seperti ikan laut, mamalia laut, penyu dan hewan

terbesar dilaut seperti halnya paus pemakan zooplankton. Selain itu zooplankton juga berguna

dalam regenerasi nitrogen dilautan dengan proses penguraiannya sehingga berguna bagi

bakteri dan produktivitas phytoplankton dilaut (Richardson, 2008).

Suhu merupakan faktor pembatas bagi semua organisme dilaut, tidak terkecuali oleh

zooplankton. Dengan adanya perubahan iklim yang sangat drastis memastikan beberapa

organisme laut harus melakukan adaptasi untuk bertahan hidup dilingkungannya (Sanders,

2013).

Page 2: ZooPlankton..Biola Tugas III

PEMBAHASAN

A. Komposisi Dan Kelimpahan Zooplankton

Komposisi jenis zooplankton sangat bervariasi di berbagai wilayah laut. Bagian terbesar

dari organisme zooplankton adalah anggota filum Arthropoda dan hampir semuanya termasuk

kelas Crustacea. Holoplankton yang paling umum ditemukan di laut adalah Copepoda.

Copepoda merupakan zooplankton yang mendominasi di semua laut dan samudera, serta

merupakan herbivora utama dalam perairan-perairan bahari dan memiliki kemampuan

menentukan bentuk kurva populasi fitoplankton. Copepoda berperan sebagai mata rantai yang

amat penting antara produksi primer fitoplankton dengan para karnivora besar dan kecil

(Nybakken,1992).

Romimohtarto dan Juwana (1998) menyatakan bahwa Crustacea merupakan jenis

zooplankton yang terpenting bagi ikan-ikan, baik di perairan tawar maupun di perairan laut.

Diantara anggota filum Arthropoda, hanya Crustacea yang dapat hidup sebagai plankton dalam

perairan.

Menurut Davis (1955), kelimpahan zooplankton sangat ditentukan oleh adanya fitoplankton,

karena fitoplankton merupakan makanan bagi zooplankton. Silvania (1990) mengemukakan

bahwa di perairan fitoplankton mempunyai peranan sebagai produsen yang merupakan sumber

energi bagi kehidupan organisme lainnya. Hal ini juga didukung oleh Arinardi (1977) yang

menyatakan bahwa kepadatan zooplankton sangat tergantung pada kepadatan fitoplankton,

karena fitoplankton adalah makanan bagi zooplankton, dengan demikian kuantitas atau

kelimpahan zooplankton akan tinggi di perairan yang tinggi kandungan fitoplanktonnya.

Zooplankton merupakan organisme penting dalam proses pemanfaatan dan

pemindahan energi karena merupakan penghubung antara produsen dengan hewan-hewan

pada tingkat tropik yang lebih tinggi. Dengan demikian populasi yang tinggi dari zooplankton

hanya mungkin dicapai bila jumlah fitoplankton tinggi. Namun dalam kenyataannya tidak selalu

benar dimana seringkali dijumpai kandungan zooplankton yang rendah meskipun kandungan

fitoplankton sangat tinggi. Hal ini dapat diterangkan dengan adanya “The Theory of Differential

Growth Rate” (Teori Perbedaan Kecepatan Tumbuh) yang dikemukakan oleh Steeman dan

Nielsen (1973) yang menyebutkan bahwa pertumbuhan zooplankton tergantung pada

fitoplankton tetapi karena pertumbuhannya lebih lambat dari fitoplankton maka populasi

maksimum zooplankton akan tercapai beberapa waktu setelah populasi maksimum fitoplankton

berlalu.

Selain itu terdapat pula teori yang menerangkan terjadinya hubungan terbalik antara

zooplankton dan fitoplankton, teori ini dikenal dengan “Theory of Grazing” yaitu dimakannya

fitoplankton oleh zooplankton yang dikemukakan oleh Harvey et. al (1935). Bila populasi

zooplankton meningkat, pemangsaan fitoplankton akan sedemikian cepatnya sehingga

fitoplankton tidak sempat membelah diri, jika jumlah zooplankton menurun dan menjadi sedikit

Page 3: ZooPlankton..Biola Tugas III

maka hal ini memberi kesempatan kepada fitoplankton untuk tumbuh dan berkembang biak

sehingga menghasilkan konsentrasi yang tinggi (Davis, 1955).

B. Distribusi Zooplankton

Penyebaran fitoplankton lebih merata dibandingkan dengan penyebaran zooplankton.

Zooplankton beruaya ke arah mendatar dan tegak mengikuti kelompok fitoplankton dan jika

sudah mencapai tingkat kepedatan tertentu perkembangan zooplankton akan berkurang

sedangkan fitoplankton bertambah (Nybakken, 1992).

Zooplankton melakukan migrasi secara vertikal. Migrasi vertikal ialah migrasi harian

yang dilakukan oleh organisme zooplankton tertentu ke arah dasar laut pada siang hari dan ke

arah permukaan laut pada malam hari. Rangsangan utama yang mengakibatkan terjadinya

migrasi vertikal harian pada zooplankton adalah cahaya. Cahaya mengakibatkan respon negatif

bagi para migran, mereka bergerak menjauhi permukaan laut bila intensitas cahaya di

permukaan meningkat. Sebaliknya mereka akan bergerak ke arah permukaan laut bila

intensitas cahaya di permukaan menurun (Prasad, 1956).

Pola yang umum tampak adalah bahwa zooplankton terdapat di dekat permukaan laut

pada malam hari, sedangkan menjelang dini hari dan datangnya cahaya mereka bergerak lebih

ke dalam. Dengan meningkatnya intensitas cahaya sepanjang pagi hari, zooplankton bergerak

lebih ke dalam menjauhi permukaan laut dan biasanya mempertahankan posisinya pada

kedalaman dengan intensitas cahaya tertentu. Di tengah hari atau ketika intensitas cahaya

matahari maksimal, zooplankton berada pada kedalaman paling jauh. Kemudian tatkala

intensitas cahaya matahari sepanjang sore hari menurun, zooplankton mulai bergerak ke arah

permukaan laut dan sampai di permukaan sesudah matahari terbenam dan masih tinggal di

permukaan selama fajar belum tiba.

Migrasi vertikal merupakan suatu fenomena universal yang dilakukan oleh zooplankton

tertentu. Perangsang utama yaitu cahaya, namun perangsang ini dapat dimodifikasi oleh faktor

lain seperti suhu. Beberapa alasan zooplankton melakukan migrasi vertikal ialah (1) untuk

menghindari pemangsaan oleh para predator yang mendeteksi mangsa secara visual; (2) untuk

mengubah posisi dalam kolom air; dan (3) sebagai mekanisme untuk meningkatkan produksi

dan menghemat energi (Nybakken, 1992).

C. Peranan Zooplankton

Brooks (1969) menjelaskan bahwa zooplankton yang meliputi semua hewan yang

umumnya renik adalah bersifat herbivora yang memakan fitoplankton. Hampir seluruh

zooplankton sangat tergantung pada fitoplankton dan pada trophic level zooplankton

menempati tingkat kedua setelah fitoplankton (Davis, 1955).

Dalam rantai makanan, fitoplankton dimakan oleh hewan herbivora yang merupakan

konsumen pertama. Konsumen pertama ini pada umumnya berupa zooplankton yang kemudian

dimangsa pula oleh oleh hewan karnivora yang lebih besar sebagai konsumen kedua.

Page 4: ZooPlankton..Biola Tugas III

Demikianlah seterusnya rangkaian karnivora memangsa karnivora lain (Nontji, 1987).Sebagai

herbivora primer di ekosistem perairan, peranan zooplankton sangat penting artinya karena

dapat mengontrol kelimpahan fitoplankton. Dengan demikian zooplankton berperan sebagai

mata rantai antara produsen primer dengan karnivora besar dan kecil (Nybakken, 1992).

Struktur komunitas dan pola penyebaran zooplankton dapat dijadikan sebagai salah satu

indikator biologi dalam menentukan perubahan kondisi perairan.

Manfaat daripada pakan alami zooplankton adalah sebagai pakan hidup primer bagi

kultivan budidaya ikan. Pada beberapa tahun akhir-akhir ini, rotifer dan naupli artemia telah

dimanfaatkan sebagai pakan awal untuk larva ikan dan crustacea. Pada usaha budidaya

komersial untuk pembenihan udang dan ikan sering menggunakan zooplankton seperti

copepoda, protozoa dan larva dari oyster dan clam tetapi untuk jenis-jenis rotifer daphnia dan

artemia mempunyai efektifitas yang lebih baik. Sebagai contoh, rotifer mempunyai kemampuan

pertumbuhan yang lebih baik dan berguna untuk bididaya perikanan karena mempunyai

kecepatan reproduksi ukuran kecil, kecepatan berenang lambat, kualitas nutrisi tinggi dan

mudah di kutur. Sebagai contoh dari sejumlah ribuan rotifer dengan pemberian pakan yang baik

dapat menghsilkan lebih dari jutaaan rotifer dalam waktu 5 – 7 hari pada kondisi temperatur air

250C.

Zooplankton juga merupakan kontrol sumber pakan hidup di dalam hatchery

(pembenihan). Secara komposisi biokomia dari rotifer dan artemia terjadi suatu hubungan yang

tertutup terhadap material yang dimakanannya. Rotifer dan artemia memakan makanan yang

spesifik untuk menghasilkan asam lemak, asam amino, vitamin dan bahkan antibiotik yang

dapat ditransfer ke larva ikan dan invertebrata. Sebagai contoh kejadian yang telah dicatat di

dalam suatu hatchery ikan “clownfish”, dimana dimana didalam bak-bak larva terjadi

pengurangan vitamin B12 dalam media yang akhirnya untuk beberapa minggu kematian larva

ikan tersebut cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh pakan hidup yang diberikan ke ikan itu

berupa rotifer yang kekurangan vitamin B12. Kekurangan vitamin B12 pada rotifer ini sebagai

akibat dari pakan fitoplankton (Pyramimonas sp.) yang dapat dikultur dan tumbuh baik dengan

tanpa trace nutrien vitamin B12. Sebagai akibatnya larva ikan juga mengalami defisiensi vitamin

B12 dalam tubuhnya yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat kelulus hidupan larva.

Selain trace nutrien vitamin, juga kandungan lemak esensial (HUFA) dalam pakan larva baik

dari jenis fitoplankton maupun zooplankton perlu diperhatikan, karena akan mempengaruhi

tingkat kelulushidupan dan daya imun larva ikan.

D. Klasifikasi Zooplankton

Arinardi et al., (1994) mengatakan bahwa beberapa filum hewan terwakili di dalam

kelompok zooplankton. Zooplankton terdiri dari beberapa filum hewan antara lain :filum

Protozoa, Cnidaria, Ctenophora, Annelida, Crustacea, Mollusca, Echinodermata, dan Chordata.

Page 5: ZooPlankton..Biola Tugas III

1 Protozoa

Protozoa dibagi dalam 4 kelas yaitu : Rhizopoda, Ciliata, Flagellata dan Sporozoa. Kelas

Sporozoa tidak ada yang hidup sebagai plankton karena semuanya merupakan plankton seperti

Plasmodium dan Nyzobulus yang hidup dalam tubuh manusia dan ikan. Mengenai Flagellata,

dalam hal ini ”Zooflagellata” yang hidup sebagai plankton (freeliving) sebetulnya semuanya

merupakan tipe holozoik dari alga yang berflagel seperti Pyrrophyta (Sachlan, 1982).

Beberapa flagelata diklasifikasikan sebagai Fitoflagelata, akan tetapi karena memiliki

sedikit pigmen fotosintesis dan makan dengan cara memangsa maka dimasukkan ke dalam

golongan zooplankton. Jenis ini paling banyak terdapat dalam peridinia dan paling banyak

diketahui adalah Nocticula miliaris dengan  ciri – ciri memiliki diameter 200 – 1200 µm dan

ditandai dengan flagelum yang panjangnya sama dengan tubuhnya, jenis ini dapat melakukan

bioluminisense (Bougis, 1976).

Cilliata sebagian besar hidup bebas di air tawar, dan ada hanya beberapa golongan

yang hidup di laut (golongan Tintinnidae). Cilliata ini merupakan zooplankton sejati di air tawar,

tetapi banyak hidup diantara Periphyton atau di dasar sebagai bentos, dimana terdapat banyak

detritus yang membusuk (Sachlan, 1982).

Rhizopoda merupakan zooplankton yang penting di air laut maupun air tawar, selain itu

ia juga penting untuk ilmu Paleontologi dan Geologi. Rhizopoda memiliki arti kaki- kaki yang

bentuknya seperti akar tumbuh- tumbuhan yang tidak teratur. Rhizopoda dianggap berasal dari

genera-genera alga dari Saprophytic-type seperti Chloramoeba, Gametamoeba, dan

Chrysamoeba. Rhizopora terdiri dari beberapa ordo:Amoebina, Foraminifera, Radiolaria dan

Heliozoa (Sachlan, 1982). Contoh genus dari filum Protozoa antara lain : Paramecium,

Vorticella, Dileptus, Dinoclonium, dan Rabdonella ( Hutabarat dan Evans, 1986).

2. Cnidaria

          Cnidaria terdiri dari klas Hydrozoa, Scypozoa, dan Anthozoa. Hanya pada kelas

Hydrozoa, dimana Hydra juga termasuk dan terdiri dari spesies-spesies berupa ubur-ubur kecil

yang hidup sebagai plankton (Sachlan, 1982).

Bentuk morfologi Cnidaria terkadang sangat rumit walaupun memiliki struktur yang

sederhana. Cnidaria memiliki 2 lapisan sel, yaitu external dan lapisan internal yang dipisahkan

oleh lapisan gelatin non selular yang disebut mesoglea. Karakteristik penting Cnidaria adalah

adanya sel penyengat (nematocysts) yang menyuntikkan venum yang dapat melumpuhkan

mangsanya (Bougis, 1976).

Termasuk dalam filum Cnidaria yang holoplanktonik ialah ubur-ubur dari kelas Hydrozoa

dan Scypozoa, serta koloni-koloni yang kompleks dan aneh dikenal dengan nama sifonofora.

Ubur-ubur dari kelas Scypozoa merupakan organisme plankton terbesar dan kadang-kadang

terdapat dalam jumlah besar (Nybakken, 1992). Contoh genus dari filum Cnidaria antara lain :

Obelia, Liriope, Bougaivillia, Diphyes ( Hutabarat dan Evans, 1986).

Page 6: ZooPlankton..Biola Tugas III

3. Ctenophora

          Filum Ctenophora yang secara taksonomi masih dekat dengan Cnidaria sebagian besar

bersifat planktonik. Semua Ctenophora adalah karnivora rakus, yang menangkap mangsanya

dengan tentakel- tentakel yang lengket atau dengan mulutnya yang sangat lebar. Untuk

bergerak dalam air menggunakan deretan- deretan silia yang besar yang disebut stenes

(Nybakken, 1992). Perbedaan Ctenophora dengan Cnidaria adalah tidak adanya sel penyengat

(nematocysts) pada Ctebophora tetapi memiliki sel pelengket yang disebut coloblast dimana sel

ini dapat melekatkan mangsanya (Bougis, 1976).

Ctenophora dahulu di masukkan dalam filum Coelenterata tetapi kemudian di pisahkan,

karena tidak mempunyai nematokis dan hanya mempunyai     struktur-struktur seperti sisir

(cteno). Spesies ini sangat transparan dan tidak berwarna (Sachlan, 1982). Contoh genus dari

filum Ctenophora antara lain : Pleurobrachia, Velamen, Beroe ( Hutabarat dan Evans, 1986).

4. Annelida

Annelida ini cukup banyak terdapat sebagai meroplankton di laut. Di perairan air tawar

jenis Annelida ini hanya terdapat lintah (ordo Hirudinae) dan dapat menjadi parasit pada ikan-

ikan yang dipelihara di kolam. Banyak meroplankton dari Annelida ini terdapat di pantai-pantai

yang subur, seperti halnya meroplankton dari Crustacea. Larva- larva Annelida bernama

trochophore larva, jika baru keluar dari telur, berbentuk bulat atau oval, besilia dan mempunyai

tractus digesvitus agar di lautan bebas dapat memakan nanoplankton dan detritus yang halus

( Sachlan, 1982).

5. Arthropoda

Menurut Nybakken (1992) bagian terbesar zooplankton adalah anggota filum

arthropoda. Dari phylum Arthropoda hanya Crustacea yang hidup sebagai plankton dan

merupakan zooplankton terpenting bagi ikan di perairan air tawar maupun air laut. Crustacea

berarti hewan-hewan yang mempunyai sel yang terdiri dari kitin atau kapur yang sukar dicerna.

Crustacea dapat dibagi menjadi 2 golongan: Entomostracea atau udang-udangan tingkat

rendah dan Malacostracea atau udang-udangan tingkat tinggi. Sebagian besar dari larva

Malacostracea merupakan meroplankton dan sebagian besar mati sebagai plankton karena di

makan oleh spesies hewan yang lebih besar atau mati karena kekurangan makanan.

Entomostracea yang terdiri dari ordo-ordo Branchiopoda, Ostracoda, Copepoda dan Cirripedia,

tidak mempunyai stadium zoea seperti halnya Malocostracea. Entomostracea yang merupakan

zooplankton ialah Cladocera, Ostracoda dan Copepoda, sedangkan dari Malacostracea hanya

Mycidacea dan Euphausiacea yang merupakan zooplankton kasar atau makrozooplankton

(Sachlan, 1982).

Salah satu subkelas Crustacea yang penting bagi perairan adalah Copepoda. Copepoda

adalah crustacea holoplanktonik berukuran kecil yang mendominasi zooplankton di semua laut

Page 7: ZooPlankton..Biola Tugas III

dan samudera. Pada umumnya copepoda yang hidup bebas berukuran kecil, panjangnya

antara satu dan beberapa milimeter. Kedua antenanya yang paling besar berguna untuk

menghambat laju tenggelamnya. Copepoda makan fitoplankton dengan cara menyaringnya

melalui                rambut–rambut (setae) halus yang tumbuh di appendiks tertentu yang

mengelilingi mulut (maxillae), atau langsung menangkap fitoplankton dengan apendiksnya

(Nybakken, 1992).

Bougis (1974) menjelaskan bahwa copepoda merupakan biota plankton yang

mendominasi jumlah tangkapan zooplankton yang berukuran besar       (2500 µm) pada suatu

perairan dengan kelimpahan mencapai 30% atau lebih sepanjang tahun dan dapat meningkat

sewaktu-waktu selama masa reproduksi.

Copepoda mendominasi populasi zooplankton di perairan laut dengan persentase

berkisar antara 50-80% dari biomassa zooplankton dalam ekosistem laut. Beberapa

diantaranya bersifat herbivor (pemakan fitoplankton) dan membentuk rantai makanan antara

fitoplankton dan ikan. Copepoda merupakan organisme laut yang sangat beragam dan

melimpah, dan merupakan mata rantai yang sangat penting dalam rantai makanan dan

ekonomi lautan (Wickstead 1976).   Contoh genus dari Arthropoda antara lain Paracalanus,

Pseudocalanus, Acartia, Euchaeta, Calanus, Oithona, Microsetella (Hutabarat dan Evans,

1986).

6. Moluska

Moluska terdiri dari klas Gastropoda, Pelecypoda (Bivalvea) dan Cephalopoda. Di

periran air tawar, meroplankton dari Gastropoda dan Bivalvea tidak begitu berperan penting

(Sachlan, 1982).

Filum Moluska biasanya terdiri dari hewan-hewan bentik yang lambat. Namun, terdapat

pula bermacam moluscka yang telah mengalami adaptasi khusus agar dapat hidup sebagai

holoplankton. Moluska planktonik yang telah mengalami modifikasi tertinggi ialah ptepropoda

dan heteropoda.  Kedua kelompok ini secara taksonomi dekat dengan siput dan termasuk kelas

Gastropoda. Ada dua tipe pteropoda, yang bercangkang (ordo Thecosomata) dan yang

telanjang (ordo Gymnosomata).

Pteropoda bercangkang adalah pemakan tumbuhan (herbivora), cangkangnya rapuh

dan berenang menggunakan kakinya yang berbentuk sayap. Pteropoda telanjang dapat

berenang lebih cepat daripada yang bercangkang. Heteropoda adalah karnivora berukuran

besar dengan tubuh seperti agar-agar yang tembus cahaya (Nybakken, 1992). Contoh genus

dari filum Moluska antara lain : Creseis, Limacina, Cavolina, Diacria, Squid ( Hutabarat dan

Evans, 1986).

7. Echinodermata

Page 8: ZooPlankton..Biola Tugas III

Phylum Echinodermata hanya larva-larva dari beberapa ordo yang termasuk

meroplankton. Ada larva yang bentuknya seperti larva Chordata, sehingga ada anggapan

bahwa Chordata adalah keturunan Echinodermata. Genus-genus Echinodermata yang larva-

larvanya merupakan meroplankton ialah Bipinaria, Brachiolarva dan Auricularia, yang ada pada

waktunya akan mengendap semua pada dasar laut sebagai benthal-fauna (Sachlan, 1982).

Semua Echinodermata melalui fase larva pelagik dalam perkembangannya. Sama

seperi hewan lainnya lamanya menjadi larva pelagik tergantung pada telurnya, kurang baik atau

sudah bagus (Newell dan Newell, 1977). Contoh genus dari filum Echinodermata antara lain :

Echinopluteus, Ophiopluteus, dan Auricularia   (Hutabarat dan Evans, 1986).

8. Chordata

Chordata termasuk dalam ordo Mamalia,menurut evolusi merupakan keturunan dari

spesies-spesies yang hidup sebagai zooplankton dan bentuknya mirip dengan larva-larva

Echinodermata. Dari 4 subfilum dari Chordata hanya ada 2 yang hidup sebagai zooplankton

yaitu Enteropneusta dan Urochordata. Larva-larva dari Enteropneusta inilah yang bentuknya

seperti larva Echinodermata, seperti Tornaria-larva (Sachlan, 1982). Contoh genus dari filum

Chordata antara lain : Thalia, Oikopleura, dan Fritillaria (Hutabarat dan Evans, 1986).

Page 9: ZooPlankton..Biola Tugas III

DAFTAR PUSTAKA

Anggun (2012) http://narulitanggun.blogspot.com/2012/10/organisme-laut.html diakses pada tanggal 16 Oktober 2013 Pukul 22.45 WITA

Arinardi, O.H. 1977. Hubungan Antara Kuantitas Fitoplankton dan Zooplankton di Perairan Sebelah Utara Gugus Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Oseanologi Indonesia.

Azkab, Husni, M. 2000. Struktur Dan Fungsi Pada Komunitas Lamun. LIPI Press. Jakarta.

Baka, L. 1996. Studi Beberapa Parameter Fisika dan Kimia Air di Perairan Pantai Tanjung Merdeka Kotamadya Ujung Pandang. Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan, Universitas Hasanuddin. Ujung Pandang.

Bengen, D.G. 1998. Analisis Statistik Multivariabel. Program Studi Sumberdaya Pesisir dan Lautan. PPS-IPB. Bogor.

Bougis, P. 1976. Marine Plankton Ecology. North-Hollanf Publishing Company. Amsterdam.

Boyd, C.E. 1979. Water Quality in Warm Fish Pond. Auburn University Agriculture Exp. Auburn

Nontji, Anugerah. 2008. Plankton Laut. LIPI Press. Jakarta.

Nybakken. J. W. 1992. Biola Suatu Pendakatan Biologi. PT. Gramedia. Jakarta

Richardson, A. J. 2008. In hot water: zooplankton and climate change. – ICES Journal of Marine Science, 65: 279–295

Robert W. Sanders, 2013. http://marinebio.org/oceans/zooplankton.asp diakses pada tanggal 16 Oktober 2013 Pukul 22.50 WITA