zat besi

24
NEMI DEFISIEN BESI P D B LIT RLIND S RI W HYUNI Bagian Ilmu Kesehatan Masyaa!at"Ilmu Ke#$!tean Pen%egahan"Ilmu Ke#$!tean K$munitas Fa!ultas Ke#$!tean USU B B I PEND HULU N Hingga saat ini #i in#$nesia masih te#a&at ' masalah gi(i utama yaitu KKP )Kuang Kal$i P$tein*+ Kuang ,itamin A+ -angguan A!i.at Kuang I$#ium )-AKI* #an !uang (at .esi yang #ise.ut Anemia -i(i )!$#yat+ A+/001* Sam&ai saat ini salah satu masalah yang .elum nam&a! menun2u!!an titi! teang !e.ehasilan &enanggulangannya a#alah masalah !e!uangan (at .esi atau #i!enal #engan se.utan anemia gi(i meu&a!an masalah !esehatan masyaa!at yang &aling umum #i2um&ai teutama #i negaa3negaa se#ang .e!em.ang4 anemia gi(i &a#a umumnya #i2um&ai &a#a g$l$ngan a5an gi(i yaitu i.u hamil+ i.u menyusui+ ana! .alita+ ana! se!$lah+ ana! &e!e2a atau .uuh yang .e&enghasilan en#ah )5i2ayanti+Y+/060*4 Be#asa!an hasil3hasil &enelitian te&isah yang #ila!u!an #i.e.ea&a tem&at #i In#$nesia &a#a tahun /0678an+ &e,alensi anemia &a#a 5anita hamil 978:7;+ ana! .elita 178'7;+ ana! se!$lah <9819; #an &e!e2a =isi! .e&enghasilan en#ah 178'7; )Husaini /060*4 Menuut SKRT /009+ &e,alensi ata3ata nasi$nal &a#a i.u hamil >1+9;+ ana! .alita '7+/; )!$#yat+ /001*4 Pe,alensi anemia gi(i yang tinggi &a#a ana! se!$lah mem.a5a a!i.at negati= yaitu en#ahnya !e!e.alan tu.uh sehingga menye.a.!an tingginya ang!a !esa!itan4 Dengan #emi!ian !$nse!uensi =ungsi$nal #ai anemia gi(i menye.a.!an menuunnya !ualitas sum.e #aya manusia )s%imih$5+ /06'*4 Khusus &a#a ana! .alita+ !ea#aan anemia gi(i se%aa &elahan 3 lahan a!an mengham.at &etum.uhan #an &e!am.angan !e%e#asan+ ana! 3 ana! a!an le.ihmu#ah teseang &enya!it !aena &enuunan #aya tahan tu.uh+ #an hal ini tentu a!an melemah!an !ea#aan ana! se.agai geneasi &eneus )5i2ayanti+ T4/060*? Penye.a. utamaanemia gi(i a#alah !$nsumsi (at .esi yang ti#a! %u!u& #an a.s$.si (at .esi yang en#ah #an &$la ma!an yang se.agian .esa te#ii #ai nasi #an menu yang !uang .eane!a agam4 Selain itu in=estasi %a%ing tam.ang mem&e.eat !ea#aan anemia yang #i#eita &a#a #aeah3#aeah tetentu teutama #aeah &e#esaan )Husaini+ /060*4 S$emanti )/061*+ menyata!an .ah5a anemia gi(i 2uga #i&engauhi $leh =a!t$3=a!t$ lain se&eti s$sial e!$n$mi+ &en#i#i!an+ stat gi(i #an &$la ma!an+ =asilitas !esehatan+ &etum.uhan+ #aya tahan tu.uh #an in=e!si4 Fa!t$8 =a!t$ tese.ut saling .e!aitan4 Selama ini u&aya &enanggulangan anemia gi(i masih #i=$!us!an &a#a sasaan i.u hamil+ se#ang!an !el$m&$! lainnya se&eti .ayi+ ana! .alita+ ana! se!$lah #an .uuh .e&enghasilan en#ah .elum #itangani4 Pa#ahal #am&a! negati= yang #itum.uh!an anemia gi(i &a#a ana! .alita sangatlah seius+ !aena mee!a se#ang #alam tum.uh !em.ang yang %e&at+ yang nantinya a!an .e&engauh teha#a&

Upload: nurul-fitriah

Post on 06-Oct-2015

4 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

zat besi

TRANSCRIPT

ANEMIA DEFISIEN BESI PADA BALITA

ARLINDA SARI WAHYUNI

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat/Ilmu Kedokteran Pencegahan/Ilmu

Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran USU

BAB I

PENDAHULUAN

Hingga saat ini di indonesia masih terdapat 4 masalah gizi utama yaitu KKP

(Kurang Kalori Protein), Kurang vitamin A, Gangguan Akibat Kurang Iodium (GAKI)

dan kurang zat besi yang disebut Anemia Gizi (kodyat, A,1993)

Sampai saat ini salah satu masalah yang belum nampak menunjukkan titik

terang keberhasilan penanggulangannya adalah masalah kekurangan zat besi atau

dikenal dengan sebutan anemia gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat

yang paling umum dijumpai terutama di negaranegara sedang berkembang. anemia

gizi pada umumnya dijumpai pada golongan rawan gizi yaitu ibu hamil, ibu

menyusui, anak balita, anak sekolah, anak pekerja atau buruh yang berpenghasilan

rendah (wijayanti,Y,1989).

Berdasarkan hasilhasil penelitian terpisah yang dilakukan dibeberapa tempat

di Indonesia pada tahun 1980-an, prevalensi anemia pada wanita hamil 50-70%,

anak belita 30-40%, anak sekolah 25-35% dan pekerja fisik berpenghasilan rendah

30-40% (Husaini 1989). Menurut SKRT 1995, prevalensi ratarata nasional pada ibu

hamil 63,5%, anak balita 40,1% (kodyat, 1993). Prevalensi anemia gizi yang tinggi

pada anak sekolah membawa akibat negatif yaitu rendahnya kekebalan tubuh

sehingga menyebabkan tingginya angka kesakitan. Dengan demikian konsekuensi

fungsional dari anemia gizi menyebabkan menurunnya kualitas sumber daya

manusia (scrimihow, 1984).

Khusus pada anak balita, keadaan anemia gizi secara perlahan lahan akan

menghambat pertumbuhan dan perkambangan kecerdasan, anak anak akan

lebihmudah terserang penyakit karena penurunan daya tahan tubuh, dan hal ini

tentu akan melemahkan keadaan anak sebagai generasi penerus (wijayanti,

T.1989)>

Penyebab utamaanemia gizi adalah konsumsi zat besi yang tidak cukup dan

absorbsi zat besi yang rendah dan pola makan yang sebagian besar terdiri dari nasi

dan menu yang kurang beraneka ragam. Selain itu infestasi cacing tambang

memperberat keadaan anemia yang diderita pada daerahdaerah tertentu terutama

daerah pedesaan (Husaini, 1989). Soemantri (1983), menyatakan bahwa anemia gizi

juga dipengaruhi oleh faktorfaktor lain seperti sosial ekonomi, pendidikan, status

gizi dan pola makan, fasilitas kesehatan, pertumbuhan, daya tahan tubuh dan

infeksi. Faktor- faktor tersebut saling berkaitan.

Selama ini upaya penanggulangan anemia gizi masih difokuskan pada sasaran

ibu hamil, sedangkan kelompok lainnya seperti bayi, anak balita, anak sekolah dan

buruh berpenghasilan rendah belum ditangani. Padahal dampak negatif yang

ditumbuhkan anemia gizi pada anak balita sangatlah serius, karena mereka sedang

dalam tumbuh kembang yang cepat, yang nantinya akan berpengaruh terhadap

perkembangan kecerdasannya. Mengingat mereka adalah penentu dari tinggi

rendahnya kualitas pemuda dan bangsa kelak. Penganganan sedini mungkin

sangatlah berarti bagi kelangsungan pembangunan.

2004 Digitized by USU digital library

1

BAB II

TINJAUAN MENGENAI ZAT BESI

Zat besi merupakan unsur kelumit (trace element) terpenting bagi manusia.

besi dengan konsentrasi tinggi terdapat dalam sel darah merah, yaitu sebagai bagian

dari molekul hemoglobin yang menyangkut oksigen dari paruparu. Hemoglobin

akan mengangkut oksigen ke selsel yang membutuhkannya untuk metabolisme

glukosa, lemak dan protein menjadi energi (ATP). Besi juga merupakan bagian dari

sistem enzim dan mioglobin, yaitu molekul yang mirip Hemoglobin yang terdapat di

dalam selsel otot. Mioglobin akan berkaitan dengan oksigen dan mengangkutnya

melalui darah ke selsel otot. Mioglobin yang berkaitan dengan oksigen inilah

menyebabkan daging dan otototot menjadi berwarna merah. Di samping sebagai

komponen Hemoglobin dan mioglobin, besi juga merupakan komponen dari enzim

oksidase pemindah energi, yaitu : sitokrom paksidase, xanthine oksidase, suksinat

dan dehidrogenase, katalase dan peroksidase.

a. ZAT BESI DALAM TUBUH

Zat besi dalam tubuh terdiri dari dua bagin, yaitu yang fungsional dan yang

reserve (simpanan). Zat besi yang fungsional sebagian besar dalam bentuk

Hemoglobin (Hb), sebagian kecil dalam bentuk myoglobin, dan jumlah yang sangat

kecil tetapi vitl adalah hem enzim dan non hem enzim

Zat besi yang ada dalam bentuk reserve tidak mempunyai fungsi fisiologi

selain daripada sebagai buffer yaitu menyediakan zat besi kalau dibutuhkan untuk

kompartmen fungsional. Apabila zat besi cukup dalam bentuk simpanan, maka

kebutuhan kan eritropoiesis (pembentukan sel darah merah) dalam sumsum tulang

akan selalu terpenuhi. Dalam keadaan normal, jumlah zat besi dalam bentuk reserve

ini adalah kurang lebih seperempat dari total zat besi yang ada dalam tubuh. Zat

besi yang disimpan sebagai reserve ini, berbentuk feritin dan hemosiderin, terdapat

dalam hati, limpa, dan sumsum tulang. Pada keadaan tubuh memerlukan zat besi

dalam jumlah banyak,misalnya pada anak yang sedang tumbuh (balita), wanita

menstruasi dan wanita hamil, jumlah reserve biasanya rendah.

Pada bayi, anak dan remaja yang mengalami masa pertumbuhan, maka

kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan perlu ditambahkan kepada jumlah zat besi

yang dikeluarkan lewat basal.

Dalam memenuhi kebutuhan akan zat gizi, dikenal dua istilah kecukupan

(allowance) dan kebutuhan gizi (requirement). Kecukupan menunjukkan kecukupan

rata rata zat gizi setiap hari bagi hampir semua orang menurut golongan umur,

jenis kelamin, ukuran tubuh dan aktifitas untuk mencapai derajat kesehatan yang

optimal. Sedangkan kebutuhan gizi menunjukkan banyaknya zat gizi minimal yang

diperlukan masing masing individu untuk hidup sehat. Dalam kecukupan sudah

dihitung faktor variasi kebutuhan antar individu, sehingga kecukupan kecuali energi,

setingkat dengan kebutuhan ditambah dua kali simpangan baku. Dengan demikian

kecukupan sudah mencakup lebih dari 97,5% populasi (Muhilal et al, 1993).

Pada bayi, anak dan remaja yang mengalami masa pertumbuhan perlu

ditambahkan kepada jumlah zat besi yang dikeluarkan lewat basal. Kebutuhan zat

besi relatif lebih tinggi pada bayi dan anak daripada orang dewasa apabila dihitung

berdasarkan per kg berat badan. Bayi yang berumur dibawah 1 tahun, dan anak

berumur 6 16 tahun membutuhkan jumlah zat besi sama banyaknya dengan laki

laki dewasa. Tetapi berat badannya dan kebutuhan energi lebih rendah daripada laki

laki dewasa. Untuk dapat memenuhi jumlah zat besi yang dibutuhkan ini, maka

bayi dan remaja harus dapat mengabsorbsi zat besi yang lebih banyak per 1000 kcal

yang dikonsumsi.

2004 Digitized by USU digital library

2

Kebutuhan zat besi pada anak balita dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel :1

Kebutuhan Zat Besi Anak Balita

Umur

Kebutuhan

0 6 bulan

7 12 bulan

1 3 tahun

4 6 tahun

3 mg

5 mg

8 mg

9 mg

Sumber : Muhilal, et l 1993

b. ZAT BESI DALAM MAKANAN

Dalam makanan terdapat 2 macam zat besi yaitu besi heme dan besi non

hem. Besi non hem merupakan sumber utama zat besi dalam makanannya. Terdapat

dalam semua jenis sayuran misalnya sayuran hijau, kacang kacangan, kentang

dan sebagian dalam makanan hewani. Sedangkan besi hem hampir semua terdapat

dalam makanan hewani antara lain daging, ikan, ayam, hati dan organ organ lain.

c. METABOLISME ZAT BESI

Untuk menjaga badan supaya tidak anemia, maka keseimbangan zat besi di

dalam badan perlu dipertahankan. Keseimbangan disini diartikan bahwa jumlah zat

besi yang dikeluarkan dari badan sama dengan jumlah besi yang diperoleh badan

dari makanan. Suatu skema proses metabolisme zat besi untuk mempertahankan

keseimbangan zat besi di dalam badan, dapat dilihat pada skema di bawah ini :

Makanan

usus halus

tinja

10 mg Fe

I mg

9 mg Fe

Fe dalam darah

hati

(turn over 35 mg

disimpan sebagai

feritin, 1 g

sumsum tulang

seluruh jaringan

hemoglobin

sel sel mati

hilang bersama menstruasi

dikeluarkan melalui kulit, saluran

28 mg/periode

pencernaan, dan air seni 1 mg

sumber : Davidson dkk

2004 Digitized by USU digital library

3

setiap hari turn over zat besi ini berjumlah 35 mg, tetapi tidak semuanya

harus didapatkan dari makanan. Sebagian besar yaitu sebanyak 34 mg didapat dari

penghancuran sel sel darah merah tua, yang kemudian disaring oleh tubuh untuk

dapat dipergunakan lagi oleh sumsum tulang untuk pembentukan sel sel darah

merah baru. Hanya 1 mg zat besi dari penghancuran sel sel darah merah tua yang

dikeluarkan oleh tubuh melalui kulit, saluran pencernaan dan air kencing. Jumlah zat

besi yang hilang lewat jalur ini disebut sebagai kehilangan basal (iron basal losses).

c. PENYERAPAN ZAT BESI

absorbsi zat besi dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu :

-

Kebutuhan tubuh akan besi, tubuh akan menyerap sebanyak yang dibutuhkan.

Bila besi simpanan berkurang, maka penyerapan besi akan meningkat.

-

Rendahnya asam klorida pada lambung (kondisi basa) dapat menurunkan

penyerapan Asam klorida akan mereduksi Fe menjadi Fe yang lebih mudah

3+

2+

diserap oleh mukosa usus.

-

Adanya vitamin C gugus SH (sulfidril) dan asam amino sulfur dapat

meningkatkan bsorbsi karena dapat mereduksi besi dalam bentuk ferri menjadi

ferro. Vitamin C dapat meningkatkan absorbsi besi dari makanan melalui

pembentukan kompleks ferro askorbat. Kombinasi 200 mg asam askorbat

dengan garam besi dapat meningkatkan penyerapan besi sebesar 25 50

persen.

-

Kelebihan fosfat di dalam usus dapat menyebabkan terbentukny kompleks besi

fosfat yang tidak dapat diserap.

-

Adanya fitat juga akan menurunkan ketersediaan Fe

-

Protein hewani dapat meningkatkan penyerapan Fe

-

Fungsi usus yang terganggu, misalnya diare dapat menurunkan penyerapan Fe.

-

Penyakit infeksi juga dapat menurunkan penyerapan Fe

Zat besi diserap di dalam duodenum dan jejunum bagian atas melalui proses

yang kompleks. Proses ini meliputi tahap tahap utama sebagai berikut :

a. Besi yang terdapat di dalam bahan pangan, baik dalam bentuk Fe

3+

atau Fe

2+

mula mula mengalami proses pencernaan.

b. Di dalam lambung Fe larut dalam asam lambung, kemudian diikat oleh

3+

gastroferin dan direduksi menjadi Fe

2+

c. Di dalam usus Fe dioksidasi menjadi FE . Fe selanjutnya berikatan dengan

2+

3+

apoferitin yang kemudian ditransformasi menjadi feritin, membebaskan Fe ke

2+

dalam plasma darah.

d. Di dalam plasma, Fe dioksidasi menjadi Fe dan berikatan dengan transferitin

2+

3+

Transferitin mengangkut Fe ke dalam sumsum tulang untuk bergabung

2+

membentuk hemoglobin. Besi dalam plasma ada dalam keseimbangan.

e. Transferrin mengangkut Fe

2+

ke dalam tempat penyimpanan besi di dalam tubuh

(hati, sumsum tulang, limpa, sistem retikuloendotelial), kemudian dioksidasi

menjadi Fe . Fe ini bergabung dengan apoferritin membentuk ferritin yang

3+

kemudian disimpan, besi yang terdapat pada plasma seimbang dengan bentuk

yang disimpan.

Pada bayi absorbsi zat besi dari ASI meningkat dengan bertambah tuanya

umur bayi perubahan ini terjadi lebih cepat pada bayi yang lahir prematur dari pada

bayi yang lahir cukup bulan. Jumlah zat besi akan terus berkurang apabila susu

diencerkan dengan air untuk diberikan kepada bayi.

Walaupun jumlah zat besi dalam ASI rendah, tetapi absorbsinya paling tinggi.

Sebanyak 49% zat besi dalam ASI dapat diabsorbsi oleh bayi. Sedangkan susu sapi

2004 Digitized by USU digital library

4

hanya dapat diabsorbsi sebanyak 10 12% zat besi. Kebanyakan susu formula

untuk bayi yang terbuat dari susu sapi difortifikasikan denganzat besi. Rata rata

besi yang terdapat diabsorbsi dari susu formula adalah 4%.

Pada waktu lahir, zat besi dalam tubuh kurang lebih 75 mg/kg berat badan,

dan reserve zat besi kira kir 25% dari jumlah ini. Pada umur 6 8 mg, terjadi

penurunan kadar Hb dari yang tertinggi pada waktu lahir menjadi rendah. Hal ini

disebabkan karena ada perubahan besar pada sistem erotropoiesis sebagai respon

terhadap deliveri oksigen yang bertambah banyak kepada jringan kadar Hb menurun

sebagai akibat dari penggantian sel sel darah merah yang diproduksi sebelum lahir

dengan sel sel darah merah baru yang diproduksi sendiri oleh bayi. Persentase zat

besi yang dapat diabsorbsi pada umur ini rendah karena masih banyaknya reserve

zat besi dalam tubuh yang dibawah sejak lahir. Sesudah umur tsb, sistem

eritropoesis berjalan normal dan menjadilebih efektif. Kadar Hb naik dari terendh 11

mg/100 ml menjadi 12,5 g/100 ml, pada bulan bulan terakhir masa kehidupan

bayi.

Bayi yng lhir BBLR mempunyai reerve zat besi yang lebih rendah dari bayi

yang normal yang lahir dengan berat badan cukup, tetapi rasio zat besi terhadap

berat badan adalah sama. Bayi ini lebih cepat tumbuhnya dari pada bayi normal,

sehingga reserve zat besi lebih cepat bisa habis. Oleh sebab itu kebutuhan zat besi

pada bayi ini lebih besar dari pada bayi normal. Jika bayi BBLR mendapat makanan

yang cukup mengandung zat besi, maka pada usia 9 bulan kadar Hb akan dapat

menyamai bayi yang normal.

Prevalensi anemia yang tinggi pada anak balita umumnya disebabkan karena

makanannya tidak cukup banyak mengandung zat besi sehingga tidak dapat

memenuhi kebutuhannya, terutama pada negara sedang berkembang dimana serelia

dipergunakan sebagai makanan pokok. Faktor budaya juga berperanan penting,

bapak mendapat prioritas pertama mengkonsumsi bahan makanan hewani,

sedangkan anak dan ibu mendapat kesempatan yang belakangan. Selain itu erat

yang biasanya terdapat dalam makanannya turut pula menhambat absorbsi zat besi.

BAB III

ANEMIA DEFISIENSI BALITA

a. BATASAN ANEMIA

Anemia didefinisikan sebagai suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb) di dalam

darah lebih rendah daripada nili normal untuk kelompok orang yang bersangkutan.

Kelompok ditentukan menurut umur dan jenis kelamin, seperti yang terlihat di dalam

tabel di bawah ini.

Tabel 2. Batas normal Kadar Hemoglobin

Kelompok

Umur

Hemoglobin

Anak

Dewasa

6 bulan s/d 6 tahun

6 tahun s/d 14 tahun

Laki-laki

Wanita

Wanita hamil

11

12

13

12

11

Sumber WHO

2004 Digitized by USU digital library

5

b. PATOFISIOLOGI ANEMIA

Zat besi diperlukan untuk hemopoesis (pembentukan darah) dan juga

diperlukan oleh berbagai enzim sebagai faktor penggiat. Zat besi yang terdapat

dalam enzim juga diperlukan untuk mengangkut elektro (sitokrom), untuk

mengaktifkan oksigen (oksidase dan oksigenase). Defisiensi zat besi tidak

menunjukkan gejala yang khas (asymptomatik) sehingga anemia pada balita sukar

untuk dideteksi.

Tanda-tanda dari anemia gizi dimulai dengan menipisnya simpanan zat besi

(feritin) dan bertambahnya absorbsi zat besi yang digambarkan dengan

meningkatnya kapasitas pengikatan besi. Pada tahap yang lebih lanjut berupa

habisnya simpanan zat besi, berkurangnya kejenuhan transferin, berkurangnya

jumlah protoporpirin yang diubah menjadi heme, dan akan diikuti dengan

menurunya kadar feritin serum. Akhirnya terjadi anemia dengan cirinya yang khas

yaitu rendahnya kadar Rb (Gutrie, 186 :303)

Menurut Bothwell dalam Soemantri (1982) perkembangan terjadinya anemia

gizi digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1

Skema perkembangan tingkat terjadinya anemia gizi

Sumber: Bothwell dalam Soemantri (1982)

2004 Digitized by USU digital library

6

Bila sebagian dari feritin jaringan meninggalkan sel akan mengakibatkan

konsentrasi feritin serum rendah. Kadar feritin serum dapat menggambarkan

keadaan simpanan zat besi dalam jaringan. Dengan demikian kadar feritin serum

yang rendah akan menunjukkan orang tersebut dalam keadaan anemia gizi bila

kadar feritin serumnya