yogo setiawan 4311413062 kimia02

Upload: buncit-suligiyanto

Post on 06-Mar-2016

234 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Kimling yogo

TRANSCRIPT

  • PENGOLAHAN LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT

    DENGAN BIOFILTER ANAEROBIC-AEROBIC

    UNTUK MENURUNKAN KADAR BOD, COD

    DAN TSS

    Yogo Setiawan

    Program Studi Kimia ,

    Fak. MIPA Universitas Negeri Semarang

    Abstrak

    Limbah Cair rumah sakit sangatlah berbahya dan perlu adanya pengolahan lebih

    intensif dan efektif. Salah satu upaya dalam mengelola limbah cair rumah sakit yaitu

    dengan Biofilter Anaerobik Aerobik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

    penurunan akan nilai dari BOD, COD dan TSS yang terdapat pada limbah cair rumah

    sakit. Hasil pemantauan kualitas air limbah rumah sakit menunjukkan bahwa rata

    rata Biological Oxygen Demand (BOD) 353,43mg/l, Chemical Oxygen Demand

    (COD) 615,01 mg/l, dan Total Suspended Solid (TSS) 119,25 mg/l. Dari hasil

    penelitian yang dilakukan, pengolahan dengan Biofilter Anaerobik Aerobik mampu

    menurunkan parameter khususnya BOD , COD dan TSS.

    Kata Kunci : Biofilter,Anaerobik Aerobik, BOD , COD, TSS

    PENDAHULUAN

    Rumah sakit sebagai institusi yang bersifat sosio ekonomi mempunyai fungsi dan

    tugas memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara paripurna. Kegiatan rumah

    sakit tidak hanya menimbulkan dampak positif bagi masyarakat sekitarnya, tetapi

    kemungkinan besar juga menimbulkan dampak negatif berupa pencemaran akibat

    pembuangan limbahnya tanpa melaui pengolahan yang benar sesuai dengan prinsip prinsip

    pengelolaan lingkungan secara menyeluruh.

    Pencemaran akibat limbah rumah sakit utamanya limbah cair sering mengundang

    protes warga. Setiap tahun ada saja kasus yang diadukan warga akibat limbah buangan yang

    mengganggu, tahun 2004 pencemaran sungai Bengawan Solo akibat banyaknya limbah

    rumah sakit yang dibuang tanpa pengolahan terlebih dahulu,(http://arton.blog.uns.ac.id),

  • tahun 2005 tiga rumah sakit dilaporkan kepada pihak yang berwajib akibat pencemaran yang

    ditimbulkan (http://www.Infoanda.com/id), tahun 2008 rumah sakit Wayanga di Bali

    pembuangan limbahnya mengancam kesehatan warga (http:/indoincenerator.blogspot.com),

    dan tahun 2010 WALHI Jabar memprotes limbah loundry rumah sakit akibat pencemaran

    yang ditimbulkannya (http:/community.um.ac.id).

    Buangan air limbah yang tidak diolah akan menyebabkab dampak pencemaran

    lingkungan, hal ini sangat dirasakan utamanya rumah sakit yang berada dekat dengan

    perumahan warga. Air limbah yang berasal dari limbah rumah sakit merupakan salah satu

    sumber pencemaran air yang sangat potensial. Hal ini disebabkan karena air limbah rumah

    sakit mengandung senyawa organik yang cukup tinggi juga kemungkinan mengandung

    senyawa-senyawa kimia lain serta mikroorganisme patogen yang dapat menyebabkan

    penyakit terhadap masyarakat di sekitarnya. Oleh karena potensi dampak air limbah rumah

    sakit terhadap kesehatan masyarakat sangat besar, maka setiap rumah sakit diharuskan

    mengolah air limbahnya sampai memenuhi persyaratan standar yang berlaku.

    Instalasi pengolahan air limbah rumah sakit secara pabrikan telah tersedia, namun

    yang menjadi kendala adalah harga, biaya operasional, dan pemeliharaan yang relatif mahal.

    Berbagai penelitian yang telah dilakukan sebagai upaya menyediakan teknologi alternatif

    untuk menurunkan kadar BOD5, COD dan TSS dalam air limbah rumah sakit seperti yang

    telah dilakukan oleh Zaenab, dengan sistem filter aerob dan variasi waktu tinggal, media

    batu pecah diperoleh efektifitas pengolahan penurunan kandungan BOD5 (59,9%),

    kandungan COD (63,4%) dan kandungan SS (52,1%), Sahani mengunakan

    pengolahan biologis proses anaerob-aerob, media batu pecah dapat menurunkan kadar

    BOD5 (79%), kadar TSS (74,8%) danColiform (64,5%) dan H.Rasyidin dengan parameter

    BOD5, COD, dan TSS sistem UAASB media batu pecah BOD5 turun 62,96, COD turun 62,55

    dan TSS turun 42,63%.

    Berdasarkan fakta diatas, menggunakan biofilter anaerob-aerob model sarang tawon

    dengan limbah karet, dengan bahan yang mudah didapat juga teknologi ini dapat mengurangi

    volume sampah. Bahan dari karet mudah terjadi rekatan filamen bakteri karena memiliki pori

    yang lebih besar, model sarang tawon memiliki luas permukaan efektif yang lebih

    dibandingkan dengan model batu pecah sehingga hasilnya lebih efektif dan mudah

    dibersihkan. Media filter model sarang tawon merupakan media kontak mikroba dengan air

    limbah sehingga yang sangat berperan adalah waktu tinggal dan waktu kontak.

  • 1. Karakteristik Limbah cair Rumah Sakit

    Karakteritis dan Komposisi Limbah Cair sesuai dengan sifat dan bahannya, air limbah

    rumah sakit dapat dikategorikan sama dengan air limbah domestik, kecuali air limbah dari

    laboratoriumnya. Karakteristik air limbah domestik yang masih baru, berupa cairan keruh

    berwarna abu abu dan berbau tanah. Bahan ini mengandung padatan berupa hancuran tinja,

    sisa sisa makanan dan sayuran, padatan halus dalam suspensi koloid, serta polutan yang

    terlarut. Sebagaimana disebutkan diatas bahwa air limbah domestik 99,9 % terdiri dari air

    dan 0,1 % adalah padatan. Padatan dalam air limbah domestik sekitar 70 % terdiri dari bahan

    organik dan sekitar 30 % terdiri dari bahan an-organik. Sifat bahan organik dalam limbah

    domestik relatif lebih disukai oleh mikroorganisme, oleh karenanya kandungan BOD, COD,

    Nitorgen, Phosphat, minyak lemak dan TSS yang lebih dominan. Sifat Fisik Limbah Cair

    Parameter parameter yang penting dalam air buangan yang termasuk dalam karakteristik

    fisik antara lain, :

    1. Kandungan zat padat total ( Total Solid, TS)

    2. Temperatur

    3. Warna

    4. Bau.

    1) Total Solid

    Didefenisikan sebagai zat zat yang tertinggal sebagai residu penguapan pada

    temperatur 105 C. Zat zat lain yang hilang pada tekanan uap dan temperatur tersebut tidak

    didefinisikan sebagai total solid.

    2) Suhu

    Umumnya temperatur air buangan lebih tinggi dari temperatur air minum. Karena

    adanya penambahan air yang lebih panas dari bekas pemakaian rumah tangga atau aktivitas

    pabrik, serta adanya kandungan polutan dalam air. Temperatur pada air buangan

    memberikan pengaruh pada :

    - Kehidupan air

    - Kelarutan gas

    - Aktivitas bakteri

    - Reaksi reaksi kimia dan kecepatan reaksi

  • 3) Warna

    Pada umumnya air limbah buangan domestik yang segar berwarna abu-abu, setelah

    terjadi penguraian senyawa organik oleh bakteri air limbah akan berubah warna menjadi

    hitam . Hal ini menunjukan bahwa air buangan telah menjadi atau dalam keadaan septik.

    4) Bau

    Bau dalam air buangan biasanya disebabkan oleh produksi gas gas hasil

    dekomposisi zat organik. Gas Asam Sulfida (H2S) dalam air buangan adalah hasil reduksi

    dari sulfat oleh mikororganisme secara anaerobik.

    2. Biofilter

    Proses pengolahan air limbah dengan proses biofilter dilakukan dengan cara

    mengalirkan air limbah ke dalam reaktor biologis yang telah diisi dengan media penyangga

    untuk pengembangbiakkan mikroorganisme dengan atau tanpa aerasi. Untuk proses

    anaerobik dilakukan tanpa pemeberian udara atau oksigen. Biofiler yang baik adalah

    menggunakan prinsip biofiltrasi yang memiliki struktur menyerupai saringan dan tersusun

    dari tumpukan media penyangga yang disusun baik secara teratur maupun acak di dalam

    suatu biofilter. Adapun fungsi dari media penyangga yaitu sebagai tempat tumbuh dan

    berkembangnya bakteri yang akan melapisi permukaan media membentuk lapisan massa

    yang tipis (biofilm) (Herlambang dan Marsidi, 2003)

    3. Kiambang

    Kiambang (Salvinia Molesta) merupakan sejenis tumbuhan air yang mudah dikenali

    dan sering ditemui. Habitatnya hampir sama dengan teratai, hidup segar di kawasan berair

    seperti kolam, danau dan paya-paya air tawar. Agak berbeda dengan teratai, kiambang sejenis

    tumbuhan merayap atau mengapung di atas permukaan air dan cepat berkembang biak.

    Kiambang memiliki potensi untuk menjernihkan air limbah rumah tangga secara alami, tetapi

    air tersebut masih belum aman di konsumsi. Selain itu, dapat mengurangi polusi air sebagai

    tempat perkembangbiakan nyamuk dan bakteri penular penyakit.

  • METODE PENELITIAN

    1. Bahan dan Alat

    Bahan utama yang digunakan ialah :

    Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah cair rumah sakit dan bahan baku

    media mikroorganisme yang berperan didalam proses.

    Alat yang digunakan antara lain :

    - Bak penampung

    - Karet bekas atau ban bekas

    - Medium bakteri

    - Pipa pengalir

    - Selang

    TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR :

    1. Pengolahan Primer ( Primary Treatment)

    Sebelum pengolahan pertama, perlu kiranya dilakukan pengolahan pendahuluan ( pre

    treatment). Adapun kegiatannya berupa pengambilan benda terapung dan pengambilan benda

    kasar serta yang mengendap seperti pasir. Tahap awal dari pengolahan awal adalah

    menghilangkan zat padat yang kasar yaitu dengan jalan melewatkan air limbah melalui bar

    screen atau saringan kasar untuk menghilangkan benda yang besar.

    Pengolahan pertama bertujuan untuk menghilangkan zat padat tercampur melalui

    pengendapan ataupun pengapungan ( seperti lemak). Pengendapan (sedimentasi) adalah

    kegiatan utama pada tahap ini dan pengendapan yang dihasilkan terjadi karena adanya

    kondisi yang sangat tenang, bahan kimia dapat juga ditambahkan untuk menetralkan keadaan

    atau meningkatkan pengurangan dari partikel kecil yang tercampur. Dengan adanya

    pengendapan ini, maka akan mengurangi kebutuhan oksigen pada pengolahan biologis

    berikutnya dan pengendapan yang terjadi adalah pengendapan secara grafitasi.

    Hampir seluruh tahapan pertama dari pengolahan air limbah konvensional adalah

    pengendapan bahan-bahan padat di dalam tangki sedementasi. Fungsi utama daripada proses

    sedimentasi adalah pengambilan (removal) padatan tersuspensi yang bisa mengendap untuk

    menghasilkan supranatan yang jernih. Disamping itu, tangki sedimentasi juga harus

  • mengumpulkan dan membuang subnatant berupa lumpur (sludge), karena itu pengumpulan

    lumpur dan pembuangannya merupakan hal penting agar tangki dapat berfungsi dengan baik.

    Dari bak pengendap awal lumpur atau padatan tersuspensi sebagain besar mengendap. Waktu

    tinggal dalam bak pengendap awal kurang lebih 2-6 jam, dan lumpur atau padatan yang telah

    mengendap dikumpulkan pada bak pengendap lumpur.

    1. Pengolahan Skunder ( Secondary Treatment)

    Pengolahan kedua umumnya mencakup proses biologis untuk mengurangi bahan-

    bahan organik melalui mikroorganisme yang ada didalamnya. Pada proses ini sangat

    dipengaruhi banyak faktor antara lain jumlah limbah, tingkat kekotoran limbah, jenis kotoran

    dan sebagainya. Unit yang biasa digunakan dalam pengolahan kedua dapat berupa saringan

    tetes (trickling filter), lumpur aktif (Activated sludge) dan kolam stabilisasi (stabilization

    ponds), Biofilter tercelup (submerged biofilter), kontaktor biologi berputar (rotary biology

    contactor) dan juga penanaman tumbuhan Kiambang. Tumbuhan kiambang yang ada

    bertujuan untuk menyerap dan menjernihkan air limbah teersebut.

    1. Pengolahan Tersier (Tertiary Treatmen)

    Pengolahan ini adalah kelanjutan dari pengolahan-pengolahan terdahulu. Oleh karena

    itu pengolahan jenis ini baru akan dipergunakan apabila pada pengolahan pertama dan

    pengolahan kedua masih banyak terdapat zat tertentu yang masih berbahaya bagi lingkungan

    dan kesehatan.

    Beberapa standar efluen membutukan pengolahan tahap ketiga, yaitu disamping untuk

    menghilangkan kontaminan-kontaminan tertentu, yang tidak dapat diolah secara biologis

    sehingga membutuhkan pengolahan lanjutan atau pengolahan sebagai edvenced treatment.

    Metode Pengolahan Secara Biologis

    1. Proses Pengolahan Biologis secara Anaerob

    1. Mekanisme Proses Anaerob

    Polutan-pulutan organik komplek seperti: lemak, protein, dan karbohidrat dalam kondisi

    anaerobik akan dihidrolisa oleh enzim hydrolase yang dihasilkan oleh bakteri pada tahap

  • pertama. Enzim penghidrolisa seperti lipase, protease dan cellulase. Hasil hidrolisa polimer-

    polimer diatas adalah monomer seperti monosakarida, asam amino, peptida dan gliserin,

    selanjutnya monomer-monomer ini akan diuraikan menjadi asam-asam lemak (lower fatty

    acids) dan gas hidrogen.

    Kumpulan mikroorganisme, umumnya bakteri, terlibat dalam transformasi senyawa komplek

    organik menjadi metan. Lebih jauh lagi terdapat interaksi sinergis antara bermacam-macam

    kelompok bakteri yang berperan dalam penguraian limbah yang dapat di reaksikan pada

    gambar berikut ini:

    Senyawa Organik CH4 + CO2 + H2 +NH3 + H2S

    Meskipun beberapa jamur (fungi) dan protozoa dapat ditemukan dalam penguraian

    anaerobik, bakteri-bakteri merupakan mikroorganisme yang paling dominant bekerja

    didalam proses penguraian anarobik. Sejumlah besar bakteri anaerobik dan fakultatif

    (seperti: Bacteroides, Bifiddobacterium, Clostridium, Lactobacillus, Streptococcus) terlibat

    dalam proses hidrolisis dan fermentasi senyawa organik.

    Ada empat grup bakteri yang terlibat dalam transformasi material komplek menjadi melekul

    yang sederhana, seperti metan dan karbon dioksida, kelompok tersebut adalah kelompok

    bakteri hidrolitik, bakteri asidogenik fermentatif, bakteri asetogenik dan bakteri metanogen.

    2. Proses Pengolahan Biologis secara Aerob

    1. Mekanisme Proses Aerob

    Di dalam proses pengolahan air limbah organik secara aerob, senyawa komplek organik akan

    terurai oleh aktifitas mikroorganisme aerob. Mikroorganisme aerob tersebut didalam

    aktofitasnya memerlukan oksigen atau udara untuk memecah senyawa organik yang komplek

    menjadi CO2 dan air serta amonium, selanjutnya amonium akan dirubah menjadi nitrat dan

    H2S akan dioksidasi menjadi sulfat. Secara sederhana reaksi penguraian organik secara

    aerobik dapat digambarkan sebagai berikut:

  • Oksigen (O2)

    Senyawa Polutan organik CO2 + H2O + NH4 + Biomassa

    Heterotropik

    PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH

    Air limbah rumah sakit adalah seluruh buangan cair yang berasal dari hasil proses

    seluruh kegiatan rumah sakit yang meliputi: limbah domistik cair yakni buangan kamar

    mandi, dapur, air bekas pencucian pakaian; limbah cair klinis yakni air limbah yang berasal

    dari kegiatan klinis rumah sakit misalnya air bekas cucian luka, cucian darah dll. Karena

    memiliki kandungan zat organik, dan bakteri phatogen yang tinggi maka berpotensi

    menyebakan pencemaran lingkungan dan menimbulkan penyakit.

    Untuk mengatasi hal tersebut diatas limbah cair rumah sakit harus diolah terlebih

    dahulu sebelum dibuang ke lingkungan. Salah satu cara yang baik dan murah untuk

    pengolahan limbah yang mengandung banyak zat organik adalah dengan pengolahan

    biologis, baik anaerob atau aerob maupun kombinasi keduanya. Pada pengolahan biofilter

    diperlukan mikroorganisme yang merombak limbah, baik bakteri anaerob yang tidak

    membutuhkan oksigen langsung maupun bakteri aerob yang membutuhkan oksigen secara

    langsung. Bakteri tersebut tumbuh dan melekat pada media yang digunakan yaitu media karet

    dari ban bekas yang ditata menyerupai sarang tawon dengan jarak antara elemen 1cm X 1cm.

    Dipilihnya model sarang tawon karena diantara pengolahan biologis sistim perekatan media

    sarang tawon memiliki luas permukaan yang terluas dibandingkan model yang lainnya luas

    permukaan dapat mencapai 240 m2/m

    3,Pengolahan biofilter tergantung debit dan waktu

    tinggal serta sangat dipengaruhi oleh pH dan suhu, sehingga selama proses harus

    dikontrol.Kualitas limbah cair yang berada di lingkungan rumah sakit pada observasi awal

    untuk parameter pH berkisar 6,0, dan BOD5 324,44 mg/l, COD 595,78 mg/l, dan TSS 245,8

    mg/l.

    Sedangkan baku mutu limbah cair bagi kegiatan rumah sakit berdasarkan Peraturan,

    untuk baku mutu limbah cair kegiatan rumah sakit adalah BOD maksimum 30 mg/l, kadar

  • TSS 30mg/l dan COD 80 mg/l. Pengolahan limbah cair pada rumah sakit menggunakan

    sistem pengolahan biologis yaitu proses biofilter dengan menggunakan bahan karet dari ban

    bekas sebagai media merekatan biofilm. Sistem penolahan ini menggunakan multi

    kompartemen, kompartemen pertama berfungsi sebagai bak pengendap awal untuk

    menghilangkan padatan termasuk pasir dan zat yang mengapung seperti lemak dan buih,

    untuk meningkatkan ferforma media anaerob agar tidak terjadi clogging, tidak hanya

    berfungsi sebagai bak pengendap saja akan tetapi pengendapan awal dapat menurunkan kadar

    BOD, COD, TSS hingga 25%.

    Kompartemen kedua sebagai bak anaerob, yang didalamnya ada media sarang tawon

    aliran air limbah up-flow diatur sedimikian mungkin agar kondisi aliran konstan dan waktu

    kontak air limbah dengan biofilm sesuai dengan waktu tinggal yang dipilih sebelum masuk

    ke kompatrmen ke tiga. Kompartemen ketiga merupakan proses aerob, aerasi diberikan

    dengan air pump dengan 30 Hz dengan kecepatan 10-30 l/menit, aerasi dengan sistem aerasi

    menyeluruh agar kontak oksigen dengan air limbah lebih baik kelemahan cara ini dapat

    menyebabkan lepasnya rekatan biofilm pada media, sehingga dalam percobaan ini pada

    bagian bawah dibatasi dengan partisi berpori agar aliran udara tidak kontak langsung dengan

    media. Pengolahan aerobik akan menghasilkan banyak lumpur sehingga dalam sarana

    pengolahan dilengkapi dengan kompartemen keempat sebagai bak pengendapan akhir.

    Waktu tinggal (T) dipilih 3 jam, 6 jam, dan 9 jam dengan volume reaktor yang tetap

    maka debit pengaliran (flow rate) yang diatur seperti terlihat pada tabel 5.

    Tabel 5 : Hubungan waktu tinggal dengan debit aliran

    Waktu

    Tinggal

    Volume

    reaktor

    Debit Pengaliran (ltr/menit)

    3 jam 269 1,5

    6 jam 269 0,8

    9 jam 269 0,5

    Pada pengolahan tersebut perlu diperhatikan suhu dan pH karena mempengaruhi

    proses metabolisme bakteri. Diharapkan pada pengolahan ini dapat menurunkan kadar BOD,

    COD, dan TSS, pada air limbah rumah sakit sesuai dengan standar yang di perkenangkan.

  • PEMBAHASAN

    Reaktor biofilter lekat adalah suatu bioreaktor lekat tetap, dimana mikroorganisme

    tumbuh dan berkembang diatas suatu media yang terbuat dari batu pecah, plastik atau benda

    lainnya yang didalam operasinya dapat tercelup sebagian, atau keseluruhan, atau hanya

    dilewati air saja dengan membentuk suatu lapisan lendir, untuk melekat diatas permukaan

    media tersebut, sehingga membentuk lapisan biofilm.

    Bakteri dibiakkan secara alamiah, air limbah yang banyak mengandung zat organik

    sebagai unsur penyusun sell akan sangat disukai oleh bakteri. Biofilm adalah kumpulan

    dari sel-sel mikroorganisme/mikroba khususnya bakteriyang melekat pada suatu permukaan

    dan diselimuti oleh pelekat polisakaridayang diekskresikan oleh sel-sel bakteri. Terbentuknya

    biofilm adalah karena mikroorganisme cenderung menciptakan lingkungan mikro

    dan relung(niche) mereka sendiri. Biofilm memerangkap nutrisi untuk pertumbuhan populasi

    mikroorganisme dan membantu mencegah lepasnya sel-sel dari permukaan pada sistem yang

    mengalir. Permukaan sendiri adalah habitatyang penting bagi mikroorganisme

    karena nutrisi dapat terjerap pada permukaan sehingga kandungan nutrisinya dapat lebih

    tinggi daripada di dalam larutan.http://id.wikipedia.org/wiki/Biofilm cite_note-Madigan-

    0Konsekuensinya, jumlah dan aktivitas mikroba pada permukaan biasanya lebih tinggi

    daripada di air.

    Gambar 2.1 Skema Aliran Reaktor Biofilter

  • Penjelasan skema aliran reaktor biofilter:

    1. Sampel berupa air limbah yang diperoleh dari Rumah sakit dimasukkan ke dalam bak

    influen (ember hijau bagian atas) yang sebelumnya telah disaring terlebih dahulu.

    2. Dari bak influen, air limbah dialirkan secara gravitasi ke dalam bak pertama yaitu bak

    anaerob. Pada pengaliran ini, debit influen diatur menggunakan selang (seperti selang

    infus) sebesar 91,3 ml/menit atau sesuai dengan waktu tinggal yang akan digunakan.

    3. Pada bak anaerob, senyawa organik pada air lindi yang masuk akan diuraikan oleh

    mikroorganisme pada biofilm yang melekat pada media biofilter dengan waktu tinggal

    yang sudah ditentukan dan kemudian mengalir ke bawah dan masuk ke dalam bak aerasi.

    4. Bak aerasi berguna untuk melarutkan oksigen ke dalam air untuk meningkatkan kadar

    oksigen terlarut dalam air dan melepaskan kandungan gas-gas yang terlarut dalam air,

    serta membantu pengadukan air.

    5. Setelah mengalami proses aerasi, air lindi mengalir secara gravitasi menuju bak aerob.

    Pada bak aerob ini juga terjadi penguraian oleh mikroorganisme secara aerob

    menggunakan oksigen dengan pengaturan waktu tinggal yang ditentukan.

    6. Setelah dari bak aerob, air limbah akan keluar melalui saluran outlet dan ditampung dalam

    bak efluen. Kemudian beberapa ml air limbah diukur konsentrasi BOD5, COD dan TSS

    nya, sedangkan sisanya akan disimpan untuk diolah kembali menggunakan constructed

    wetlands.

    Tahap aklimatisasi adalah tahap pengkondisian mikroorganisme agar dapat hidup dan

    melakukan adaptasi. Mikroorganisme yang tumbuh dan melekat pada media yaitu kerikil

    berpori membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan air limbah yang dialirkan secara

    kontinyu ke dalam reaktor.

    Proses running dilakukan dengan mengalirkan air limbah ke dalam biofilter anaerob-

    aerob dengan masing-masing variasi waktu tinggal. Running dilakukan dengan urutan

    pertama untuk waktu tinggal 25 dan 17,5 jam; kedua 20 dan 12,5 jam dan terakhir 15 dan 7,5

    jam untuk masing-masing proses pengolahan.

    Proses pengolahan air limbah dengan sistem biofilm atau biofilter secara garis besar

    dapat dilakukan dalam kondisi anaerobik dan aerobik, atau kombinasi anarobik dan aerobik.

    Proses aerobik dilakukan kondisi adanya oksigen terlarut di dalam reaktor air limbah, dan

  • proses anaerobik dilakukan dengan tanpa oksigen di dalam reaktor air limbah. Sedangkan

    proses kombinasi anaerob-aerob adalah merupakan gabungan proses anaerobik dan aerobik.

    Proses pengolahan air limbah dengan proses biofilter atau biofilm tercelup dilakukan

    dengan cara mengalirkan air limbah ke dalam reaktor biologis yang didalamnya diisi dengan

    dengan media penyangga untuk perkembangbiakan mikroorganisme, dengan atau tanpa

    aerasi. Posisi media filter tercelup dibawa permukaan air. Media biofilter yang digunakan

    secara umum dapat berupa bahan material organik atau bahan material anorganik

    Untuk media biofilter dari bahan organik misalnya dalam bentuk tali, bentuk jaring,

    bentuk butiran tak teratur (random packing), bentuk papan (plate), bentuk sarang tawon dan

    lain-lain. Sedangkan untuk media dari bahan anorganik misalnya batu pecah (split), kerikil,

    batu marmer, batu tembikar, batu bara dan lainnya.

    Di dalam proses pengolahan air limbah dengan sistem biofilter aerobik, sistem suplai

    udara dapat dilakukan berbagai cara, seperti aerasi samping, aerasi tengah, aerasi merata

    seluruh permukaan, aerasi eksternal, aerasi dengan sistem air lift pump dan aerasi dengan

    sistem mekanik. Kebutuhan oksigen apabila menggunakan erator sangat tergantung dengan

    metode sistem pengolahan yang dipilih untuk kongkritnya dapat dilihat pada tabel 1.

    Tabel 1: Aerasi dan kebutuhan oksigen

    Jenis Pengolahan Kebutuhan

    Oksigen

    Lama Aerasi Keterangan

    High Rate Aeration 15 2- 3 jam

    Kebutuhan oksigen =

    Q udara / Q air

    Modified Aeration 2 3,5 1,5 -3 jam

    Kontatc stabilization 12 5 jam

  • PEMERIKSAAN UNSUR CEMARAN LIMBAH CAIR

    1.BOD5 (Biological Oxygen Demand)

    BOD atau Biochemical Oxygen Demand adalah suatu karakteristik yang menunjukkan

    jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme (biasanya bakteri) untuk

    mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam kondisi aerobik .

    Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air

    buangan penduduk atau industri serta untuk mendesain sistem pengolahan biologis bagi air

    yang tercemar. Penguraian zat organik adalah peristiwa alamiah, tetapi kalau suatu badan air

    dicemari oleh zat organik, bakteri dapat menghabiskan oksigen terlarut dalam air selama

    proses oksidasi sehingga dapat mengakibatkan kematian biota lain dalam air dan keadaan

    menjadi anaerobik sehingga dapat menimbulkan bau busuk pada air tersebut. (Santika dan

    Alaerts, 1987).

    Hasil pengukuran air baku limbah cair rumah sakit jiwa Kendari sebesar 215 mg/l,

    berarti kadar BOD5 pada limbah rumah sakit telah melebihi baku mutu yang telah

    ditetapkan. Kadar BOD5 yang tinggi bisa dijadikan indikasi tingginya kadar zat organik pada

    limbah cair tersebut. Kadar BOD yang tinggi beresiko menimbulkan pencemaran sehingga

    secara tidak langsung dapat mengganggu kesehatan penduduk disekitar rumah sakit, oleh

    sebab itu diperlukan pengolahan agar kadar BOD bisa turun sesuai dengan baku mutu yang

    ditetapkan.

    Hasil penelitian menunjukan bahwa parameter BOD5 mengalami penurunan pada

    semua unit pengolahan. Persentase penurunan kadar BOD5 paling besar pada perlakuan

    waktu tinggal 9 jam (90%), sedangkan penurunan terkecil terjadi pada waktu tinggal 3 jam

    (65%).

    Proses penurunan kadar BOD sudah dimulai pada bak pengendap, yaitu adanya

    pengendapan partikel-partikel zat tersuspensi. Sebagian dari zat yang tersuspensi dari bahan

    organik yang mudah terurai, dengan terjadinya pengendapan maka kadar BOD juga akan

    turun, selain itu selama waktu tinggal padatan tersuspensi organik juga terurai oleh bakteri

    yang tumbuh secara terdispersi sehingga kadar organik menurun. Semakin besar kadar

    polutan organik dalam air limbah maka akan semakin besar pula prosentase penurunan kadar

  • BODnya. Hal ini dapat dilihat dengan adanya perbedaan penurunan bak pengendapan awal

    (18%) dibandingkan pengendapan akhir (4%) waktu tinggal 9 jam.

    Penurunan kadar BOD tertinggi dalam penelitian ini adalah 17,96% dengan waktu

    tinggal 9 jam, hasil ini belum maksimal jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan

    oleh Said (2008) bahwa bak pengendapan awal mampu menurunkan kadar BOD hingga 25%

    dengan waktu tinggal 2-6 jam. Rendahnya kemampuan bak pengendap ini karena waktu

    tinggal yang relative singkat yakni 2,3 jam. Semakain lama waktu tinggal akan semakin

    banyak padatan tersuspensi yang mengendapan dan semakin banyak zat organik yang

    teroksidasi.

    COHNS NH+HS + CO+HO+CH

    Proses penurunan kadar BOD selanjutnya berlangsung pada bak anaerob, bak ini diisi

    media karet. Sifat bakteri yang cenderung membentuk niche (relung) sendiri untuk

    mempertahankan hidup sehingga terbentuk lapisan lendir yang disebut lapisan biofilm.

    Biofilm selain berfungsi sebagai habitat bakteri juga akan memerangkap bahan nutrisi untuk

    pertumbuhan populasi mikroorganisme, membantu mencegah terlepasnya sel-sel dari

    permukaan media, Selain memerangkap zat nutrisi juga memerangkap zat tersuspensi

    lainnya termasuk zat organik yang mudah maupun yang sulit teruruai, atau bahkan zat

    anorganik.

    Degradasi zat organik secara anaerob menghasilkan NH3, CH3, dan H2S, degradasi ini

    menyebabkan turunnya zat organik yang diikuti turunnya kadar BOD. BOD awal pengolahan

    bak anaerob ini sebesar 177 mg/l pada waktu tinggal 9 jam namun setelah pengolahan turun

    menjadi 76 mg/l atau terjadi penurunan sebesar 56,72%, hasil ini lebih tinggi dari yang

    dikemukaan oleh Ginting(2007) bahwa proses anaerob, mampu menurunkan BOD sekitar

    10-40%. Hal ini dapat terjadi karena proses biologic berlangsung dengan kondisi yang

    kondusif dimana pH air limbah pada tahapan pengolahan ini rata-rata 6 suhu 27 oC, menurut

    teori Gaudy &Gaudy (1980) bahwa pengolahan dapat berlangsung dengan baik bila pH

    optimum bakteri bisa bertahan hidup pada kisaran 5 9.

  • Proses selanjutnya adalah pengolahan aerob, seperti pada pengolahan anaerob proses

    terbentuknya biofilm sama namun sifat bakteri akan kebutuhan oksigen terlarut yang

    berbeda. Kadar BOD awal pengolahan ini 76 mg/l setelah pengolahan turun menjadi 23 mg/l

    atau terjadi penurunan sebesar 70%, lebih besar dari penurunan proses anaerob, hal ini

    disebabkan oleh oksidasi bakteri aerob lebih cepat dari anaerob, selain itu difusser udara

    melalui aerator menghasilkan gelembung udara yang menyebabkan terjadinya flotasi zat

    organik yang tersuspensi seperti pada gambar 21 sehingga ikut membantu terjadinya

    penurunan kadar BOD. Sebagaimana pengolahan aerob pada umumnya yang menghasilkan

    akses lumpur, maka pengolahan selanjutnya adalah pengendapan akhir dengan proses yang

    sama dengan pengendapan awal, walaupun kemampuan penurunan BOD relatif kecil (4%)

    atau sekita 1% dari total prosentase penurunan. Rendahnya penurunan ini diakibatkan

    semakin berkuranya zat polutan akibat proses sebelumnya, meskipun demikian bak

    pengendapan akhir tetap dibutuhkan untuk menampung akses lumpur bila pengolahan

    berlangsung cukup lama.

    Performa pengolahan biologis sistem multi kompartemen anaerob aerob, secara

    keseluruhan mampu menurunkan kadar BOD dengan menyisihkan sebesar 90%, yang berarti

    bahwa kemampuan sistem ini dalam menurunkan kadar BOD setara dengan penelitian yang

    dilakukan oleh Rezee.A, et all(2005) di Iran dengan teknik Integreted anaerob-aerob

    efektifitas penyisihan BOD 90%, dan jauh lebih baik dari penelitian H.Rasyidin (2008),

    tentang pengolahan limbah cair rumah sakit Pajjogayya di Takalar dengan menggunakan

    UAASB yang hanya mampu menurunkan BOD5 sebesar 70%, dengan waktu tinggal yang

    sama.

    Pengolahan proses biofilter Anaerob-aerob dengan waktu tinggal 3 jam dalam

    menurunkan BOD lebih kecil dibandingkan dengan waktu tinggal 6 jam, dan 9 jam, hal ini

    disebabkan oleh penggunaan waktu tinggal yang singkat. Semakin lama waktu tinggalnya

    semakin lama pula waktu kontak limbah cair dengan mikroorganisme berarti memberi

    kesempatan mikroorganisme untuk menguraikan zat organik, sehingga makin lama waktu

    tinggal semakin banyak persentase kadar BOD yang diturunkan.

    Semakain lama waktu tinggal berarti juga aliran air limbah semakin lambat sehingga

    sangat menungkinkan zat tersuspensi terjerap pada biofilm pada media, disamping itu dapat

    pula mengendap seiring dengan waktu tinggal dalam bak pengurai (Said).Penurunan kadar

    BOD bila dibandingkan dengan baku mutu setelah pengolahan multi kompartemen biofilter

  • anaerob aerob dengan waktu tinggal 3 jam (75 mg/l) dan waktu tinggal 6 jam (44 mg/l),

    belum efektif karena masih berada diatas baku mutu limbah rumah sakit, sedangkan kadar

    BOD5 dengan waktu tinggal 9 jam (22 mg/l),

    2.COD (Chemical Oxygen Demand)

    COD atau Chemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen yang diperlukan untuk

    mengurai seluruh bahan organik yang terkandung dalam air (Boyd, 1990).

    Untuk menurunkan kadar COD maka diperlukan pengolahan. Pengolahan yang dapat

    menurunkan angka COD antara lain dengan pengolahan biologis menggunakan biofilter

    anaerob aerob. Hasil pengolahan menurun baik waktu tinggal 3 jam kadar COD mencapai

    53 mg/l dan terakhir pada waktu tinggal 9 jam mencapai sebesar 59 mg/l.

    Proses penurunan kadar COD berlangsung sejak limbah cair berada dalam bak

    pengendap, yaitu adanya pengendapan partikel-partikel zat organik tersuspensi. Dengan

    mengendapnya sebagai zat organik, menyebabkan kebutuhan oksigen untuk oksidasi secara

    kimiawi berkurang. Selain itu penurunan COD juga terjadi akibat proses oksidasi biokimia

    selama waktu tinggal pada bak pengendapan awal oleh bakteri walaupun berlangsung agak

    lamban, pada pengendapan awal ini COD dapat diturunkan sebesar 7% pada waktu tinggal 3

    jam sedangkan pada waktu tinggal 9 jam dapat diturunkan hingga 19%. Semakin lama waktu

    tinggal akan semakin banyak penurunan COD yang diperoleh dikarenakan akan semakin

    banyak zat organik yang mengendap dan yang teroksidasi, penurunan COD juga akibat

    langsung penurunan kadar BOD sebelumnya.

    Pengolahan anaerob dapat menurunkan kadar COD dari 393 mg/l menjadi 266 mg/l

    atau sebesar 32% pada waktu tinggal 3 jam sedangkan pada waktu tinggal 9 jam dapat

    diturunkan dari 341 mg/l menjadi 160 mg/l atau sebesar 53%. Hasil diatas dapat dilihat

    bahwa semakin lama waktu tinggal akan semakin banyak penurunan kadar COD yang terjadi,

    hal ini disebabkan semakin banyak waktu bakteri untuk mengoksidasi zat organik yang sulit

    terurai secara kimiawi, Selain itu sebagaimana halnya dengan kejadian penurunan kadar BOD

    zat organik dapat terjerap pada permukaan film, sehingga zat organik dalan air limbah

    berkurang, semakin lama waktu tinggal berarti arus aliran akan semakin lamban, sehingga

    memungkingkan proses terjerapnya zat organik akan semakin besar, penurunan kadar COD

    semakin besar pula.

    Proses pengolahan selanjutnya untuk menurunkan kadar COD adalah pengolahan

    aerob, proses ini dapat menurunkan kadar COD dari 266 mg/l menjadi 169 mg/l atau turun

    36% pada waktu tinggal 3 jam sedangkan waktu tinggal 9 jam dari 160 mg/l turun 65 mg/l

  • atau turun 59%. Penurunan ini sama dengan proses penurunan BOD sebelumnya pada

    pengolahan yang sama yakni pengapungan zat organik oleh proses difusser, seperti pada

    gambar 21, tampak terlihat pula pengapungan lemak rantai panjang yang sulit terurai dalam

    proses biologi yang menyebabkan tingginya kadar COD pada air limbah. Kadar COD pada

    tahapan pengolahan ini dengan waktu tinggal 9 jam telah memenuhi persyaratan Perda Sultra

    no 7 tahun 2005 yaitu kadar COD buangan limbah rumah sakit 80 mg/l.

    Secara keseluruhan kemampuan multi kompartemen biofilter anaerob aerob dalam

    menurunkan kadar COD mencapai 90%. Hasil penelitian ini setara dengan penelitian

    yangdilakukan oleh Rezee.A. at all (2005) di Iran dengan sistim Integreted anaerob- aerob,

    dan Kristaufan (2010) dengan sistim UASB pada limbah kertas masing-masing penyisihan

    COD 92% dan 87%. Hasil ini jauh lebih baik dari penelitian H.Rasyidin (2009) dengan sistim

    UAASB pada limbah rumah sakit Pajjogaya Takalar, dengan waktu tinggal yang sama

    penyisihan COD hanya 70%. Juga metode ini lebih baik dari metode yang pergunakan oleh

    Sahani, terhadap pengolahan limbah cai rumah sakit daerah Labuang Baji Makassar

    kelebihan metode ini terlatak pada sistim aerasi yang digunakan, Aerasi yang digunakan

    dalam penelitian ini adalah aerasi samping, yang secara nyata tidak memiliki sifat blower

    terhadap media aerob, disamping itu aerasi samping akan menyebabkan udara lebih cepat

    terserap kedalan air karena ruang yang agak sempit. Berbeda cara yang dilakukan Sahani

    menggunakan aerasi pada pusat media yang mengganggu proses pada media bahkan dapat

    melepaskan rekatan biofilm pada media.

    3.TSS (Total Suspended Solid)

    Total Suspended Solid (TSS) adalah salah satu parameter kualitas limbah cair yang

    menyatakan besar kecilnya tingkat pencemaran terhadap limbah cair. Makin tinggi nilai TSS,

    makin tinggi nilai pencemaran di suatu perairan (Said).

    Menurut Santika dan Alaerts, tingginya tingkat kekeruhan berhubungan dengan

    tingginya kadar TSS, sehingga dapat menyebabkan sinar matahari tidak dapat menembus ke

    dalam air sehingga proses fotosintesis menjadi terganggu, maka berdampak terhadap

    kehidupan biota air.

    Air baku limbah cair dari rumah sakit ,kadar TSS setelah diukur mencapai 127 mg/l.

    Dengan demikian kadar TSS telah melampaui baku mutu limbah cair bagi kegiatan rumah

    yaitu 30 mg/l. limbah cair dengan kadar TSS yang tinggi bila dibuang ke lingkungan tanpa

    melalui pengolahan dapat mengganggu biota air dan akhirnya mengganggu pendegradasian

    senyawa organik.

  • Untuk menurunkan kadar TSS diperlukan pengolahan salah satunya pengolahan

    biologis. Hasil pengolahan yang dilakukan ternyata kadar TSS mengalami penurunan yaitu

    pada waktu tinggal 3 jam turun menjadi 53 mg/l dan waktu tinggal 9 jam kadar TSS menurun

    menjadi 0,6 mg/l (99.51%).

    Penurunan kadar TSS ini disebabkan oleh proses pengendapan, pada bak

    pengendapan pertama maupun terakhir, penguraian bakteri anaerob maupun aerob

    memecahkan zat organik yang tersuspensi memberikan pengaruh terhadap penurunan kadar

    TSS, termasuk pula proses difusser menyebabkan zat tersuspensi menjadi terapung. Sinergi

    tiap kompartemen dan alat bantu pengolahan meningkatkan kinerja pengolahan hingga

    pencapai 99.51% yaitu dari 127 mg/l menjadi 0,6 mg/l dalam waktu tinggal 9 jam. Untuk

    kadar TSS multi kompartemen biofilter anaerob aerob telah memenuhi syarat baku mutu

    pada waktu tinggal 6 jam yaitu 29 mg/l.

    Pengolahan proses multi kompartemen biofilter Anaerob-aerob waktu tinggal 3 jam

    dalam menurunkan TSS lebih kecil dibandingkan dengan kapasitas waktu tinggal 6 jam, dan

    9 jam, hal ini disebabkan oleh penggunaan waktu tinggal yang singkat. Semakin lama waktu

    tinggalnya semakin partikel-partikel mengendap, kemudian juga semakin lama pula waktu

    kontak limbah dengan media maka semakin banyak padatan tersuspensi yang terjerap oleh

    lapisan biofilm.

    Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat penurunan TSS yang tertinggi jika

    dibandingkan dengan penelitian sebelumnya dengan cara yang berbeda yakni penelitian yang

    dilakukan di Iran oleh Rezee.A, at all dengan sistin Integreted anaerob aerob dan Kristaufan

    dengan UASB masing- masing dapat menurunkan TSS 95%, dan 85%.

    Pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan terdahulu terbukti bahwa dengan

    pengolahan biologis dapat menurunkan parameter-parameter seperti: BOD, COD, dan TSS.

    Hal ini dapat dilihat pada tabel 2.

    Jenis teknologi pengolahan air limbah tergantung dari analisa kualitas air limbah dan

    penggunaan effluen. Kekuatan ekonomi daerah terutama tergantung dari ekonomi penduduk

    memakai jasa dan digunakan untuk pengembalian uang investasi dan biaya pemeliharaan.

    Tabel 2: Data-data Hasil Penelitian Eksperimen Limbah Cair

    No. Peneliti Objek

    Penelitian

    Jenis Pengolahan Hasil (menurunkan)

    1. Azizah, dkk (2005)

    Limbah RS Biofilter Aerob -BOD (42%),

  • -COD ( 41%),

    -TSS (18,75),

    -Coliform (5,17%)

    2. Rezee.A et. All(2005) Limbah Rumah

    sakit

    Integreted

    Biofilter Anerob-

    aerob

    - BOD (90%)

    - COD (92,3%)

    - SS (95%)

    3. Sahani (2006) Limbah RS Biofilter Anerob-

    aerob

    - BOD (79,5%)

    - TSS (74,8%)

    - COD (80,7%)

    4. Zaenab (2006) Limbah RS Biofilter Aerob - BOD (59,9%)

    - COD (63,4%)

    - SS (52,1%)

    5. Rasyidin (2008) Limbah RS Biofilter Anerob-

    aerob (UASB)

    - BOD (75,5%)

    - COD (70,3%)

    - SS (62,6%)

    6. Kristaufan, dkk (2010) Limbah

    Industri kertas

    Biofilter Anerob-

    aerob (UASB)

    - BOD (95%)

    - COD (87%)

    - TSS (85%)

    Sumber: Data dari beberapa hasil penelitian

    Di dalam suatu sumber limbah seperti rumah sakit karekteristik air limbahnya sangat

    heterogen, dan cenderung tidak dapat diolah bersama-sama. Limbah laboratorium, memiliki

    komposisi kimia yang tinggi, tidak dapat diolah secara biologis karena sifat kimia yang toksik

    dapat membunuh bakteri sebagai pengurai limbah, begitu pula limbah farmasi, dan terlebih

    lagi limbah radiologi, membutuhkan penanganan tersendiri sebelum di gabung bersama

    dalam limbah domestik untuk di oleh secara biologis.

    Pada keadaan yang ada pengolahan limbah dapat dilakukan secara intensif dan efektif

    dengan pengelolahan secara Biofilter aerobik anaerobik dengan mengunakan metode

    tanaman kiambang. Tanaman kiambang sendiri memiliki struktur tubuh dan daya serap akan

    partikel partikel koloid bahan bahan kimia yang ada dalam limbah tersebut sehingga

  • dengan mudah di asorpsi dan mampu didegradasi dan dilepaskan ke udara dalam bentuk

    persenyawaan yang alami.

    Proses secara Biofilter aerobik anaerobik tersebut merupakan penyaringan partikel

    limbah secara struktural melalui bantuan mikroorganisme yang nantinya dapat mendegradasi

    persenyawaan yang tajam dalam limbah cair rumah sakit tersebut.sedangkan dengan

    penggunaan tanaman kiambang maka dapat juga berguna untuk penjernihan limbah tersebut,

    sehingga kadar BOD, COD, dan TSS dapat difungsikan dengan mikroorganisme secara

    biofilter aerobik - anaerobik sedangkan struktural dari limbah tersebut yang berkerja yakni

    dari tumbuhan kiambang tersebut.

    KESIMPULAN

    Dari penelitian yang telah terdahulu didapatkan kesimpulan Biofilter Aerobic

    Anaerobic dapat menurunkan kadar BOD , COD dan TSS hingga mencapai 80 % yang

    dimana dalam proses tersebut dapatkan tanaman kiambang yang dapat mendegradasi unsur

    dalam persenyawaan limbah cair rumah sakt tersebut. Biosfilter aerobik anaerobik tersebut

    dalam prosesnya memerlukan bantuan dari mikroorganisme pengurai dan juga jika

    ditambahkan komponen tanaman kiambang maka penurunan nilai BOD, COD dan TSS yang

    terdahulu yang belum dapat memenuhi baku mutu maka dapat di turunkan sehingga sesuai

    dengan baku mutu dari Mentri Lingkungan Hidup yang sudah di tetapkan.

    DAFTAR PUSTAKA

    Achmad, Rukaesih, 2004. Kimia Lingkungan, Andi, Yogyakarta

    Alaerts, G dan Santika,S,S, 1987. Metode Penelitian Air, Usahan Nasional, Surabaya-

    Indionesia

    DEPKES RI. Kepmenkes no 1402/ Kep/X/2004 Tentang persyaratan lingkungan rumah

    sakit. Jakarta

    Ginting, P, 2008. Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri, Pustaka Sinar

    Harapan, Jakarta.

    Keputusan Menteri Negara Lingkungan hidup Nomor: 58Kep/MenLH tahun 1995, Baku

    mutu limbah cai kegiatan rumah sakit .

  • Rasyidin, 2008. Penurunan Kadar Parameter, BOD, COD, dan TSS Air LimbahDomestik

    RSUD. H. Padjogaya DG. Ngalle dengan sistem UAASB, Tesis Tidak Diterbitkan,

    Makassar, Kesehatan Masyarakat UNHAS.

    Said.N, 2008. Uji Performance Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit dengan Proses Biofilter

    Celup, Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan. Badan Pengkajian

    dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta

    Said.N, dkk, 2008. Teknologi Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit Dengan Sistem Biofilter

    Anaerob-Aerob, Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan. Badan

    Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta

    Walhi, 2010. Pencemaran limbah londri, Pencemaran limbah Rumah Sakit(Online)

    (http;//www.Community.um.ac.id), 2010, diakses 09 Desember 2014.