karya ilmuah singgih setiawan

29
LEMBAR PENGESAHAN Karya Tulis yang Berjudul PENGABDIAN TENAGA GURU DIWILAYAH TERPENCIL DALAM MENUNJANG KEBERLANGSUNGAN PENDIDIKAN DI TINJAU DARI TANTANGAN ASPEK SOSIAL DAN EKONOMI Oleh SINGGIH SETIAWAN NPM : 11320079 Mengetahui : 2

Upload: singgih-setiawan

Post on 02-Jan-2016

29 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Karya Ilmuah Singgih Setiawan

LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis yang Berjudul

“PENGABDIAN TENAGA GURU DIWILAYAH TERPENCIL DALAM

MENUNJANG KEBERLANGSUNGAN PENDIDIKAN DI TINJAU DARI

TANTANGAN ASPEK SOSIAL DAN EKONOMI “

Oleh

SINGGIH SETIAWAN

NPM : 11320079

Mengetahui :

Guru Pembimbing,

Dr. Hening Widiowati, MSI.

2

Page 2: Karya Ilmuah Singgih Setiawan

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena

kehendak-Nyalah, kami masih dapat berkreasi untuk menghasilkan sebuah karya

ilmiah yang bertemakan tentang Pendidikan Untuk Semua.

Karya tulis ini dibuat sebagai sarana informasi bagi kita semua untuk lebih

mengetahui masalah yang terjadi di sekitar kita.

Disini akan membahas tentang karya ilmiah yang berjudul “PENGABDIAN

TENAGA GURU DIWILAYAH TERPENCIL DALAM MENUNJANG

KEBERLANGSUNGAN PENDIDIKAN DI TINJAU DARI TANTANGAN ASPEK

SOSIAL DAN EKONOMI”.

Kami berharap, ilmu yang kami tuangkan ke dalam karya ilmiah ini

bermanfaat bagi para siswa, Mahasiswa, guru atau siapapun dalam rangka

mengikiti Progran Mahasiswa Berprestasi. Kami mengucapkan terima kasih atas

segala masukan dan saran terhadap karya yang kami buat, semoga dapat menjadi

inspirasi dan informasi bagi anda semua.

Matro, 04 April 2013

Penulis

Singgih Setiawan

NPM : 11320079

Mahasiswa

3

Page 3: Karya Ilmuah Singgih Setiawan

DAFTARA ISI

Lembar pengesahan.....................................................................................2

Kata pengantar.............................................................................................3

Daftar isi........................................................................................................4

Abstrak..........................................................................................................5

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................6

B. Rumusan Masalah..............................................................................8

C. Tujuan penulisan ...............................................................................8

D. Manfaat Penelitian..............................................................................8

E. Metode Penelitian...............................................................................8

F. Sistematis ...........................................................................................8

BAB II PEMBAHASA

A. Guru Sebagai Pendidik.......................................................................10

B. Aspek sosial dalam pendidikan..........................................................12

C. Gambaran pendidikan didaerah terpencil...........................................18

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.........................................................................................20

B. Rekomendasi......................................................................................20

4

Page 4: Karya Ilmuah Singgih Setiawan

ABSTRAK

Karya Tulis Mengenai “PENGABDIAN TENAGA GURU DIWILAYAH

TERPENCIL DALAM MENUNJANG KEBERLANGSUNGAN PENDIDIKAN

DI TINJAU DARI TANTANGAN ASPEK SOSIAL DAN EKONOMI”. Kata

kunci : "GAMBARAN PENGABDIAN TENAGAGA SEORANG GURU DI

DAERAH TERPENCIL DALAM MENUNJANG KEBERLANGSUNGAN

PENDIDIKAN DI TINJAU DARI TANTANGAN ASPEK SOSIAL DAN

EKONOMI ”

Pada saat ini dimana Teknologi Semakin Maju dan Pendidikan Semakin

Berkembang sangat miris sekali melihat Pendidikan di Indonesia tertama

didaerah-daerah terpencil salah satu contoh pendidikannya yang beradah di

Daerah Aceh, dimana didaerah tersubut dalam satu sekolahan hanya terdapat tiga

guru sebagai tenaga guru pengajar itupun terkadang guru tersebut bergantian

mengjar karena melihat jumlah kondisi kelas yang kurang sehingga menimbulkan

dampak negatif pada activitas proses pembelajaran. dari ketiga tenaga guru

tersebut terkadang merekapun tidak actif dalam mengajar, dapat dipaskan

kegiatan proses belajar dalam sebulan hanya satu minggu proses pembelajaran

yang actif dan kondusif.

Membicarakan pendidikan didaerah terpencil, tentulah banyak sekali tantangan-

tantangan seorang tenaga pengajar yang akan di alami , suatu contoh pasilitas yag

kurang memadai pada sekolah, kondisi kelas yang kurang kondusif, akses

traonsforasi yang sulit ditambah lagi suatu gaji yang bisa dipandang tidak layak

bagi seorang guru, hal-hal seperti inilah sangat-sangat memprihatinkan yang

terkadang dan seringkali membuat seorang guru gugur dalam melaksanakan

tugasnya sebagai pengajar. Tetapi tidak semua guru seperti itu adapula mereka

yang rela berkorban mengemban tugasnya demi memujudkan suatu pendidiakan

yang layak. Mereka itu yang dinamakan Pahlawan Tanpa Tanda Jasa.

5

Page 5: Karya Ilmuah Singgih Setiawan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini

dibuktikan antara lain dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks

Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari

peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala yang

menunjukkan, bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun.

Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102 (1996), ke-99

(1997), ke-105 (1998), dan ke-109 (1999).

Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas

pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi

Indonesia berada di bawah Vietnam. Data yang dilaporkan The World Economic

Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya

menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia. Dan masih

menurut survai dari lembaga yang sama Indonesia hanya berpredikat sebagai

follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia.

Memasuki abad ke- 21 dunia pendidikan di Indonesia menjadi heboh.

Kehebohan tersebut bukan disebabkan oleh kehebatan mutu pendidikan nasional

tetapi lebih banyak disebabkan karena kesadaran akan bahaya keterbelakangan

pendidikan di Indonesia. Perasan ini disebabkan karena beberapa hal yang

mendasar.

Salah satunya adalah memasuki abad ke- 21 gelombang globalisasi

dirasakan kuat dan terbuka. Kemajaun teknologi dan perubahan yang terjadi

memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia

berada di tengah-tengah dunia yang baru, dunia terbuka sehingga orang bebas

membandingkan kehidupan dengan negara lain.

6

Page 6: Karya Ilmuah Singgih Setiawan

Yang kita rasakan sekarang adalah adanya ketertinggalan didalam mutu

pendidikan. Baik pendidikan formal maupun informal yang berada di perkotaan

maupun di pedesaan. Dan hasil itu diperoleh setelah kita membandingkannya

dengan negara lain. Pendidikan memang telah menjadi penopang dalam

meningkatkan sumber daya manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh

karena itu, kita seharusnya dapat meningkatkan sumber daya manusia Indonesia

yang tidak kalah bersaing dengan sumber daya manusia di negara-negara lain.

Setelah kita amati, nampak jelas bahwa masalah yang serius dalam

peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan di

berbagai jenjang pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal. Dan hal

itulah yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan yang menghambat

penyediaan sumber daya menusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan

untuk memenuhi pembangunan bangsa di berbagai bidang.

Kualitas pendidikan Indonesia yang rendah itu juga ditunjukkan data

Balitbang (2003) bahwa dari 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya delapan

sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Primary Years

Program (PYP). Dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata juga hanya delapan

sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Middle Years

Program (MYP) dan dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh sekolah saja yang

mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Diploma Program (DP).

Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia antara lain adalah

masalah efektifitas, efisiensi dan standardisasi pengajaran. Hal tersebut masih

menjadi masalah pendidikan di Indonesia pada umumnya. Adapun permasalahan

khusus dalam dunia pendidikan yaitu:

1) Rendahnya sarana fisik,

2) Rendahnya kualitas guru,

3) Rendahnya kesejahteraan guru,

4) Rendahnya prestasi siswa,

5) Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan,

6) Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan,

7

Page 7: Karya Ilmuah Singgih Setiawan

7) Mahalnya biaya pendidikan.

Permasalahan-permasalahan yang tersebut di atas akan menjadi bahan

bahasan dalam karya tulis yang berjudul “Pengabdian Tenaga Guru Diwilayah

Terpencil Dalam Menunjang Keberlangsungan Pendidikan Di Tinjau Dari

Tantangan Aspek Sosial Dan EkonomI” ini.

B. Rumusan masalah

1. Mendeskripsikan Guru Sebagai Pengajar.

2. Menjelaskan Aspek Sosial Dalam Pendidikan

3. Gambaran Pendidikan Didaerah Terpencil

4. Mendeskripsikan solusi yang dapat diberikan dari permasalahan-

permasalahan pendidikan di Indonesia

C. Tujuan penulisan

1. Memberikan Penjelasan Gambaran pendidikan tenaga guru di wilahyah

terpencil dalam menunjang keberlangsungan pendidikan di tijau dari

tantangan Aspek sosial dan Eonomi

2. Menambah Referensi Pustaka Sekolah

3. Untuk mengikiti Progran Mahasiswa bwerprestasi

D. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam karya tulis ini adalah ,metode kepustakaan yaitu,

metode dengan mengambil data dari bahan pustaka yang relevan dengan bahan

penelitian. Selain itu, metode yang digunakan adalah metode observasi yaitu,

metode dengan pengumpulan data dengan menggunakan indra

E. Sistematika Penulisan

Halaman

Lembar pengesahan

Kata pengantar

8

Page 8: Karya Ilmuah Singgih Setiawan

Abstrak

Daftar isi

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar belakang masalah

b. Batasan masalah

c. Rumusan masalah

d. Tujuan penulisan

e. Sistematika penulisan

BAB II PEMBAHSAN

a. Guru sebagai pendidik

b. Aspek sosial dalam pendidikan

C.Gambaran pendidikan didaerah terpencil

BAB III PUTUP

a. Kesimpulan

b. Rekomendasi

9

Page 9: Karya Ilmuah Singgih Setiawan

BAB II

PEMBAHASAN

A. GURU SEBAGAI PENDIDIK

Guru sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, memiliki

karakteristik kepribadian yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan

pengembangan sumber daya manusia. Pepatah yang mengatakan “Guru kencing

berdiri, murid kencing lari” memang benar adanya. Bahkan tidak hanya murid

yang akan melihat tingkah laku, maupun kepribadian guru. Namun semua lapisan

masyarakat di lingkungan guru berada. Hal ini karena guru memiliki nilai lebih

dalam masyarakat. Mereka adalah orang penting, orang berilmu, dan dianggap

special di mata masyarakat.

Kepribadian yang mantap dari sosok seorang guru akan memberikan teladan

yang baik terhadap anak didik maupun masyarakatnya, sehingga guru akan tampil

sebagai sosok yang patut “digugu” (ditaati nasehat/ucapan/perintahnya) dan

“ditiru” (di contoh sikap dan perilakunya).Kepribadian guru merupakan faktor

terpenting bagi keberhasilan belajar anak didik. Dalam kaitan ini, Zakiah Darajat

dalam Syah (2000:225-226) menegaskan bahwa kepribadian itulah yang akan

menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak

didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi masa depan anak

didiknya terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat dasar) dan mereka

yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah).

Karakteristik kepribadian yang berkaitan dengan keberhasilan guru dalam

menggeluti profesinya adalah meliputi fleksibilitas kognitif dan keterbukaan

psikologis. Fleksibilitas kognitif atau keluwesan ranah cipta merupakan

kemampuan berpikir yang diikuti dengan tindakan secara simultan dan memadai

dalam situasi tertentu. Guru yang fleksibel pada umumnya ditandai dengan

adanya keterbukaan berpikir dan beradaptasi. Selain itu, ia memiliki resistensi

atau daya tahan terhadap ketertutupan ranah cipta yang prematur dalam

pengamatan dan pengenalan.Dalam Undang-undang Guru dan Dosen

dikemukakan kompetensi kepribadian adalah “kemampuan kepribadian yang

10

Page 10: Karya Ilmuah Singgih Setiawan

mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta

didik”.

Yang dimaksud dengan komptensi kepribadian adalah kemampuan

kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan

bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Subkompetensi mantap dan stabil

memiliki indicator esensial yakni bertindak sesuai dengan hokum, bertindak

sesuai dengan norma social, bangga menjadi guru dan memiliki konsistensi dalam

bertindak dan bertutur.

Guru yang dewasa akan menampilkan kemandirian dalam bertindak dam

memiliki etos kerja yang tinggi. Sementara itu, guru yang arif akan mampu

melihat manfaat pembelajaran bagi peserta didik, sekolah dan masyarakat,

menunjukkan sikap terbuka dalam berfkir dan bertindak. Berwibawa mengandung

makna bahwa guru memiliki prilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta

didik dan perilaku yang disegani.

Yang paling utama dalam kepribadian guru adalah berakhlak mulia. Ia dapat

menjadi teladan dan bertindak sesuai normaagama (iman, dan taqwa, jujur, ikhlas

dan suka menolong serta memilki perilaku yang dapat dicontoh.

Tanpa bermaksud mengabaikan salah satu kompetensi yang harus dimiliki

seorang guru, kompetensi kepribadian kiranya harus mendapatkan perhatian yang

lebih. Sebab, kompetensi ini akan berkaitan dengan idealisme dan kemampuan

untuk dapat memahami dirinya sendiri dalam kapasitas sebagai pendidik.

Mengacu kepada standar nasional pendidikan, kompetensi kepribadian guru

meliputi, (1) Memiliki kepribadian yang mantap dan stabil, yang indikatornya

bertindak sesuai dengan norma hukum, norma sosial. Bangga sebagai pendidik,

dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.

Esensi kompetensi kepribadian guru semuanya bermuara ke dalam intern

pribadi guru. Kompetensi pedagogik, profesional dan sosial yang dimiliki seorang

guru dalam melaksanakan pembelajaran, pada akhirnya akan lebih banyak

11

Page 11: Karya Ilmuah Singgih Setiawan

ditentukan oleh kompetensi kepribadian yang dimilikinya. Tampilan kepribadian

guru akan lebih banyak memengaruhi minat dan antusiasme anak dalam

mengikuti kegiatan pembelajaran. Pribadi guru yang santun, respek terhadap

siswa, jujur, ikhlas dan dapat diteladani, mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap keberhasilan dalam pembelajaran apa pun jenis mata pelajarannya.

Oleh karena itu, dalam beberapa kasus tidak jarang seorang guru yang

mempunyai kemampuan mumpuni secara pedagogis dan profesional dalam mata

pelajaran yang diajarkannya, tetapi implementasinya dalam pembelajaran kurang

optimal. Hal ini boleh jadi disebabkan tidak terbangunnya jembatan hati antara

pribadi guru yang bersangkutan sebagai pendidik dan siswanya, baik di kelas

maupun di luar kelas. Upaya pemerintah meningkatkan kemampuan pedagogis

dan professional guru banyak dilakukan, baik melalui pelatihan, workshop,

maupun pemberdayaan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP). Akan tetapi,

hal tersebut kurang menyentuh peningkatan kompetensi kepribadian guru.

B. ASPEK SOSIAL DALAM PENDIDIKAN

1) Politik Pendidikan

Pendidikan adalah sala satu bentuk interaksi manusia. Pendidikan adalah

suatu tindakan sosial yang pelaksanaanya dimungkinkan melalui suatu

jaringan hubungan- hubungan kemanusiaan. Jaringan-jaringan inilah bersama

dengan hubungan-hubungan dan peranan peranan individu di dalamnyalah

yang menentukan watak pendidikan di suatu masyarakat.

Jika politik dipahami sebagai “ praktik kekuatan, kekuasaan dan otoritas

dalam masyarakat dan pembuatan keputusan- keputusan otoritatif tentang

alokasi sumberdaya dan nilai- nilai sosila”. Maka jelaslah bahwa pendidikan

tidak lain adalah sebuah bisnis politik

Politik adalah bagian dari paket kehidupan lembaga- lembaga pendidikan.

Bahkan menurut Baldridge, lembaga- lembaga pendidikan dipandang sebagai

12

Page 12: Karya Ilmuah Singgih Setiawan

sitem politik mikro, yang melaksanakan semua fungsi utama sistem- sistem

politik.

Hal ini menegaskan bahwa pendidikan dan politik adalah dua hal yang

saling berhubungan erat dan saling mempengaruhi. Berbagai aspek pendidikan

selalu mengandung unsur- unsur politik, begitu juga sebaliknya setiap aktivitas

politik ada kaitanya dengan aspek- aspek kependidikan.

2) Aspek-Aspek Dalam Pendidikan

Pendidikan tidak akan terlaksana secara baik bila tidak memandang pada

bermacam- macam aspek. Yang dimaksudkan dengan aspek disini adalah sudut

pandang, maka sudut pandang tersebut sangat menentukan dalam

mempertimbangkan sesuatu. Dalam Pendidikan, memang ada beraneka ragam

aspek, di antara aspek yang dominan adalah politik dan sosial.

a. Aspek politik dalam pendidikan

Sebagaimana di maklumi bahwa yang hendak dituju oleh pendidikan nasional

ialah pendidikan yang  menuju kepada masyarakat industri yang tidak terlepas

dari tujuan politik ideologi bangsa kita sebagaimana yang diamanatkan oleh

Undang Undang Dasar 1945, Pancasila dan GBHN. Sistem Pendidikan Nasional

telah merumuskan dasar, fungsi dan tujuan pendidikan, yaitu : Pendidikan

Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945; Pendidikan

Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemajuan serta meningkatkan mutu

kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan

tujuan nasional; Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa

dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman

dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekertu luhur, memiliki

pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang

mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Apabila dilihat rumusan tersebut di atas, kelihatannya sudah jelas dan

sistematik serta merupakan kerangka acuan bagi politik pendidikan nasional

13

Page 13: Karya Ilmuah Singgih Setiawan

dalam semua aspek pendidikan. Sebenarnya rumusan ini merupakan penjabaran

dari politik ideologi nasional ke dalam sektor pendidikan. Pada dasarnya

pembangunan dalam sektor pendidikan adalah aspek dari pembangunan politik

bangsa, yang tidak lain sebagai konsistensi antara arah politik dengan cetak biru

pembangunan bangsa yang berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar

1945 (HAR. Tilaar, 2003:161).

Tujuan nasional sebagai ideologi dasar dari masyarakat dan bangsa kita

menjiwai terbentuknya masyarakat industri modern, ideologi pembangunan dan

politik pendidikan nasional. Ilmu pengetahuan, teknologi serta informasi sangat

menentukannya, karenanya sangat perlu diketahui oleh masyarakat serta

berkembangnya kehidupan demokrasi. Maka demokrasi modern memerlukan

rakyat yang selain berpaham nasionalis itu juga berwatak demokrat. Baik paham

nasionalisme maupun watak demokrat tidaklah tumbuh sendiri, melainkan harus

dididikan melalui proses sosialisasi pendidikan politik.

Dengan demikian, masyarakat industri modern adalah masyarakat yang

mengacu pada kualitas dalam segala aspek kehidupan, kualitas tersebut akan

hidup dalam masyarakat yang tinggi disiplinnya. Justru itu masyarakat industri

modern yang diinginkan tidak dapat dilepaskan dari dasar Pancasila dan Undang

Undang Dasar 1945 serta GBHN, dengan intinya adalah pemerataan, kualitas

kehidupan manusia dan masyarakat Indonesia dan pembangunan yang berbudaya

nasional.

Salah satu unsur politik pendidikan yang menunjang kehidupan

masyarakat industri modern ialah pendidikan yang memperioritaskan kepada

kualitas. Pemberian prioritas kepada kualaitas bukan berarsi suatu sistem

pendidikan yang elitis tetapi yang memberi kesempatan kepada setiap orang

mengembangkan bakat sesuai kemampuannya dengan. Pendidikan yang selektif

untuk rogram yang relevan, pendidikan untuk anak pintar, merupakan program

yang perlu dilaksanakan.

Politik pendidikan dengan sadar menyiapkan tenaga yang cukup

jumlahnya dan terampil untuk mendukung masyarakat industri perlu dengan

14

Page 14: Karya Ilmuah Singgih Setiawan

sungguh-sungguh disiapkan. Persoalannya ialah masyarakat industri modern yang

akan kita bina adalah masyarakat yang adil dan makmur.

Oleh karena itu pendidikan merupakan landasan utama bagi tumbuhnya

rasa nasionalisme yang positif. Usaha ini tentu saja harus mendapat perhatian

utama dalam pendidikan dasar 9 tahun ( wajar 9 tahun ). Pelaksanaan politik

pendidikan ini menuntut cara penyajian yang efektif sesuai dengan taraf

pendidikan rakyat dan tumbuhnya kehidupan yang terbuka. Untuk itu metodologi

yang rasional dan kritis sangat diperlukan sehingga mampu mengolah berbagai

bentuk arus globalisasi.

Dalam hal ini, akhirnya politik pendidikan nasional perlu ditata dalam

suatu organisasi yang efesien dan dikelola oleh yang profesional. Yang tidak

dapat dielakkan ialah keterpaduan antara berbagai jenis dan jenjang pendidikan

nasional sebagai sistem pengelolaan pembangunan nasional.

b. Aspek sosial dalam pendidikan

Sebagaimana yang telah di ketahui bahwa manusia adalah makhluk sosial

(Soscial Being atau homo saphiens ). Kita sebagai manusia dilahirkan ke alam

dunia ini dalam kondisi yang lemah, tak berdaya. Karena manusia tidak berdaya,

maka dia tidak akan sanggup melangsungkan hidupnya tanpa bantuan orang

lain.Fithrah-potensi manusia yang dibawa semenjak lahir baru dapat dan bisa

berkembang dalam pergaulan hidupnya, dan manusia yang dilahirkan itu tidak

akan menjadi manusia tanpa pengembangan potensi tersebut sebagaimana yang

dikehendaki oleh ajaran Islam. Di antara nash yang menyatakan demikian, dapat

dipahami dari surat Al-Hujurat ayat 13, yaitu:

قبائل و شعوبا جعلناكم و انثى او ذكر من خلقناكم إن�ا الناس يأيها

لتعارفوا

Dari nash tersebut diatas dapat disinyalir betapa pentingnya memperdayakan

masyarakat. Untuk memperdayakan masyarakat, yang pertama adalah

mengembang kan potensinya. Potensi tersebut dapat dikembangkan adalah

15

Page 15: Karya Ilmuah Singgih Setiawan

melalui pendidikan. Dengan pendidikan, manusia akan berwawasan, mempunyai

bermacam ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuanlah yang akan menjadikan

seseorang atau masyarakat dapat diperdayakan untuk bermacam-macam

kepentingan, baik yang berhubungan dengan pribadinya maupun yang berkaitan

dengan masyarakat.Kedua, dengan jalan sosialitas manusia ( social being ), dalam

ajaran Islam inilah yang dikenal dengan ta’arafu-berkenalan, menjalin hubungan

secara baik. Keadaan seperti itulah yang dikehendaki oleh ajaran Islam sekaligus

memperdayakan masyarakat untuk mencapai suatu tujuan, khususnya dalam

mengelola pendidikan.

Apabila seseorang telah dapat bergaul dan menyesuaikan dirinya dengan

kehidupan kelompoknya, berarti orang tersebut dapat mengenal nilai yang berlaku

dalam kehidupan sosialnya, sekaligus memperkembangkan pribadinya. Dengan

interaksi sosial itu manusia dapat merealisasikan kehidupannya, sebab tanpa

timbal balik dalam interaksi sosial itu, ia tidak akan dapat merealisasikan

kemungkinan dan potensi-potensinya sebagai individu ( Gerungan, 1966 :

26 ).Mengenai sosialitas manusia ( social being ) terlaksananya pendidikan secara

baik adalah dengan saling tolong-menolong sebagai makh luk sosial. Pernyataan

ini dapat dipertegas dengan firmanAllah:

المائدة ) : الت�قوي و البر� علي (2وتعاونوا

Aspek- aspek sosial pendidikan dapat digambarkan dengan memandang

ketergantungan individu- individu satu sama lain dalam proses belajar. Makhluk-

makhluk bukan manusia seperti binatang buas, burung-burung, atau serangga

dapat hidup hanya berpedoman pada warisan biologis, suatu program genetik bagi

tingkahlaku makhluk hidup. Pola-pola diwarisi mengajarnya memelihara anaknya,

mencari makan, dan menjaga kawasannya.

Sebaliknya, kebanyakan yang perlu diketahui oleh manusia tidak

diprogramkan melalui genetik. Semenjak dan masa sangat muda lagi kanak-kanak

sudah harus mulai mempelajari cara hidup yang begitu banyak macamnya.Cara

hidup yang disebut kebudayaan itu tidak dapat diwariskan secara biologis, harus

selalu dipelajari oleh setiap individu.

16

Page 16: Karya Ilmuah Singgih Setiawan

Sekolah, yang merupakan institusi formal untuk belajar, mengharuskan

sejumlah persyaratan kepada pendidikan. Akibatnya, belajar di sekolah sangat

berlainan dengan yang berlaku di dalam keluarga, dalam teman-teman sebaya,

atau dalam komunitas. Jadi pendidikan dalam pengertiannya yang sangat luas

dapat dianggap sebagai suatu proses sosialisasi yang melaluinya seseorang

mempelajari cara hidupnya.

Dimensi- dimensi sosial pendidikan yang dibicarakan dalam aspek- aspek

sosial pendidikan adalah:

a. aspek sosial yang ditanamkan oleh pendidikan yang berlaku disekolah,

seperti pewarisan budaya dari generasi tua ke generasi muda. Ini

berlaku pada semua masyarakat, dahulu atau pun sekarang, termasuk

dalam masyarakat Indonesia sendiri. Juga pewarisan ketrampilan.

ketrampilan dan generasi ke generasi. ini juga berlaku di masyarakat

manapun, walaupun teknologi ketrampilan itu selalu berubah. Juga

pewarisan nilai-nilai dan kepercayaan merupakan fungsi pendidikan.

Nilai-niiai scperti kejujuran, solidaritas, gotong-royong adalah nilai-

nilai yang tak dapat tidak harus wujud kalau masyarakat itu akan hidup

terus. Sebab kumpulan apapun tak akan hidup sebagai kumpulan tanpa

nilai-nilai itu sebagai pemersatu.

b. aspek sosial yang kedua yang mempengaruhi pendidikan adalah ciri-ciri

budaya yang dominan pada kawasan-kawasan tertentu di mana sekolah-

sekolah itu wujud. Walaupun pengelompokan seperti ini tidak selalu

memberi gambaran yang jernih terhadap kelompok yang dibicarakan di

situ. Sebab faktor-faktor lain turut memainkan peranan di dalamnya,

seperti kepercayaan politik dan sosial, status sosio ekonoimi, kelas

sosial, etnik, ras, agama dan lain-lain.

c. aspek sosila ketiga yang memainkan peranan pada pendidikan yaitu

faktor-faktor organisasi, dan segi birokrasi. Adanya sistem adrninistrasi

yang bersifat hirarkis dan biasanya berlaku pada tiap organisasi

persekolahan. Juga hubungan-hubungan dan segi formal dan informal

17

Page 17: Karya Ilmuah Singgih Setiawan

yang masing-masing tergantung pada sistem-sistem sosial yang

mengadakannya. Begitu juga guru dan adininistrasi, hubungan orang

tua, guru, hubungan teman-teman sebaya, dan hubungan guru, murid,

semuanya besar pengaruhnya dalam pelaksanaan pendidikan.

d. aspek sosial keempat yang terpenting mempengaruhi pendidikan adalah

sistem pendidakan itu sendiri. Istilah sistem pendidikan bermaksud

suatu pola total masyarakat dalam institusi formal, agen-agen dan

organisasi yang meimindahkan pengetahuan dan warisan kebudayaan

yang mempengaruhi pertumbuhan sosial, spiritual, dan intelektual

seseorang. Walaupun mungkan kita menganalisa sistem pendidikan

dalam kawasan kota, kota madya, propinsi dan lain-lain, tetapi biasanva

dibuat dalam bentuk lebih besar, seperti sebuah negara.

Tidak ada suatu sistem pendidikan yang tetap dan statis. Perlu juga disadari

bahwa sistem pendidikan selalu dipengaruhi oleh kecenderungan-kecenderungan

dan kekuatan-kekuatan sosial, budaya, spiritual, ekonomi, dan politik.

C. Gambaran pendidikan didaerah terpencil

Pendidikan khususnya untuk daerah-daerah terpencil di Indonesia masih

perlu peningkatan. Berbagai masalah yang menghambat masih sering muncul.

Sarana dan prasarana jadi salah satu hambatan utama yang merintangi berjalannya

suatu proses pendidikan di daerah terpencil. Sarana dan prasarana ini meliputi

gedung sekolah beserta isinya, serta peralatan sekolah untuk menunjang proses

belajar mengajar.

Pembangunan gedung-gedung sekolah megah di perkotaan dengan fasilitas

memadai untuk kegiatan belajar mengajar, akan berbanding terbalik dengan

keadaan yang terbentang di daerah-daerah terpencil. Tidak ada fasilitas yang

memadai untuk menunjang kemajuan proses belajar mengajar yang mereka

lakukan. Gubuk-gubuk reyot yang mereka sebut sebagai gedung sekolah tidak

didukung fasilitas yang mencukupi sebagaimana terdapat sekolah-sekolah normal

pada umumnya di perkotaan.

18

Page 18: Karya Ilmuah Singgih Setiawan

Dan masalah yang juga menyita perhatian dalam pendidikan terutama di

daerah terpencil adalah perihal kualitas guru. Tuntutan mengajar seorang guru di

daerah terpencil lebih berat bila dibandingkan tuntutan guru yang mengajar di

daerah perkotaan. Hambatan ini dipicu oleh masalah minimnya sarana dan

prasarana penunjang proses pembelajaran di daerah terpencil.

Sehingga seringkali seorang guru di daerah terpencil memutar otak untuk

memenuhi berbagai hal yang diperlukannya untuk ajar-mengajar. Apalagi bobot

materi yang harus diajarkan harus sesusai dengan yang telah ditetapkan oleh

pemerintah, sejak diberlakukannya UAN (Ujian Akhir Nasional) sebagai standar

kelulusan bagi siswa-siswi sekolah menengah di Indonesia.

Hal ini tentunya menambah beban mental bagi guru di daerah terpencil,

karena selain harus memikirkan hidupnya sebagai seorang individu, seorang guru

di daerah terpencil juga harus memikirkan tanggungjawab sebagai seorang guru.

Namun sayangnya perhatian pemerintah kepada para guru di daerah terpencil

masih terbilang kurang. Beban yang ditanggung oleh seorang guru di daerah

terpencil tidak sebanding dengan imbalan yang didapatkan. Hal inilah yang

menyebabkan kurangnya guru yang bersedia berkarir di daerah terpencil.

19

Page 19: Karya Ilmuah Singgih Setiawan

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Guru sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar,

memiliki karakteristik kepribadian yang sangat berpengaruh terhadap

keberhasilan pengembangan sumber daya manusia. maka untuk

meningkatkan kualitas pendidikan tidak hanya memiliki tenaga pendidik

yang profesional tapi juga harus di tunjang dengan kulitas sarana-

prasarana yang memadai. Misal gedung sekolah yang baik dalam

pembangunannya, meja dan kursi selalu cukup dalam setiap kelas, buku-

buku dan lain-lain.

B. Rekomendasi

Saya merokomendasikan karya tulis ini khusunya kepada

pemerintah, guru, masyarakat, siswa, mahasiswa atau kepada siapun untuk

membacanya karena karya tulis menjelaskan mengenai peran guru dalam

tenaga pendidik, aspek-aspek sosial dalam pendidikan, gambaran

pendidikan di daerah terpencil untuk dijadikan sebagai bahan

perkembangan dan solusi terhadap tantangan pendidikan dilihat dari aspek

sosial dan ekonomi

20

Page 20: Karya Ilmuah Singgih Setiawan

DAFTAR PUSTAKA

21