yofa odi pratama h0713198 teknologi benih

20
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Benih merupakan hal yang sangat akrab dengan kegiatan budidaya pertanian. Benih juga diartikan sebagai biji tanaman yang tumbuh menjadi tanaman muda (bibit), kemudian dewasa dan menghasilkan bunga. Melalui penyerbukaan bunga berkembang menjadi buah atau polong, lalu menghasilkan biji kembali. Benih dapat dikatakan pula sebagai ovul masak yang terdiri dari embrio tanaman, jaringan cadangan makanan, dan selubung penutup yang berbentuk vegetatif. Benih berasal dari biji yang dikecambahkan atau dari umbi, setek batang, setek daun, dan setek pucuk untuk dikembangkan dan diusahakan menjadi tanaman dewasa. Keberhasilan dalam budidaya pertanian sendiri sangat ditentukan oleh benih yang digunakan, oleh karena itu perlu dilakukan seleksi dalam penggunaan benih sehingga didapatkan benih yang unggul. Penggunaan benih bermutu dapat mengurangi jumlah pemakain benih dan tanam ulang serta memiliki daya kecambah dan tumbuh yang tinggi sehingga pertanaman kelihatan seragam. Pertumbuhan awal yang kekar dapat mengurangi masalah gulma dan meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan hama/penyakit. Selain itu dari segi biaya dengan penggunaan benih

Upload: yofa-odi-pratama

Post on 16-Sep-2015

229 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

makalah teknologi benih sertifikasi benih

TRANSCRIPT

13

BAB I

PENDAHULUANA. Latar BelakangBenih merupakan hal yang sangat akrab dengan kegiatan budidaya pertanian.Benih juga diartikan sebagai biji tanaman yang tumbuh menjadi tanaman muda (bibit), kemudian dewasa dan menghasilkan bunga. Melalui penyerbukaan bunga berkembang menjadi buah atau polong, lalu menghasilkan biji kembali. Benih dapat dikatakan pula sebagai ovul masak yang terdiri dari embrio tanaman, jaringan cadangan makanan, dan selubung penutup yang berbentuk vegetatif. Benih berasal dari biji yang dikecambahkan atau dari umbi, setek batang, setek daun, dan setek pucuk untuk dikembangkan dan diusahakan menjadi tanaman dewasa.

Keberhasilan dalam budidaya pertanian sendiri sangat ditentukan oleh benih yang digunakan, oleh karena itu perlu dilakukan seleksi dalam penggunaan benih sehingga didapatkan benih yang unggul.Penggunaan benih bermutu dapat mengurangi jumlah pemakain benih dan tanam ulang serta memiliki daya kecambah dan tumbuh yang tinggi sehingga pertanaman kelihatan seragam. Pertumbuhan awal yang kekar dapat mengurangi masalah gulma dan meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan hama/penyakit. Selain itu dari segi biaya dengan penggunaan benih unggul dapat meminimalisir biaya yang dikeluarkan oleh petani. Di indonesia sendiri pengunaaan benih unggul mulai digencarkan, hal ini terbukti dengan adanya sertivikasi benih yang diselenggarakan oleh pemerintah.

Peningkatan sistem produktifitas mutu benih di Indonesia diperlukan adanya suatu standar nasional Indonesia hasil pertanian dan penilaian kesesuaian yang dapat dikembangkan untuk mendukung mewujudkan kemampuan petani dan pelaku usaha agribisnis. Standar Nasional Indonesia (SNI) hasil pertanian adalah standar yang ditetapkan oleh instansi teknis setelah mendapat persetujuan dari Badan Standar Nasional dan berlaku secara nasional di Indonesia.B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah yang ada pada makalah ini antara lain:

1. Apa yang dimaksud Sertifikasi Benih ?

2. Apa yang dimaksud dengan benih bersertifikat?3. Apa Tujuan dari Sertifikasi ?

4. Bagaimana Pelaksanaan Sertifikasi Benih?

5. Jenis / Varietas, Kelas Benih dan Standart Sertifikasi

6. Apa Syarat- Syarat Sertifikasi ?

BAB II

PEMBAHASANA. Pengertian Sertifikasi Benih Sertifikasi benih merupakan suatu kegiatan yang termasuk dalam program produksi benih unggul atau yang berkualitas tinggi dari varietas-varietas yang genesis unggul yang selalu harus terpelihara dan dipertanggungjawabkan. Menurut Sutopo (1993) Sertifikasi Benih adalah suatu cara pemberian sertifikat atas cara perbanyakan, produksi dan pengolahan benih yang sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh Departemen Pertanian Republik Indonesia. Sertifikasi benihdapat pula dikatakan sebagai satu-satunya metode pemeliharaan identitas varietas benih, yang menjadi sangat penting bagi tanaman lapangan yang sebagian besar varietasnya dilepaskan secara umum dan benihnya diperjual belikan di pasaran bebas.B. Benih Bersertifikat

Benih bersertifikat merupakan benih yang proses produksinya diterapkan cara-cara dalam persyaratan tertentu sesuai dengan ketentuan sertifikasi benih.C. Tujuan Sertifikasi Tujuanpada kegiatan sertifikasi ini antara lain adalah (1) menjaga kemurnian genetik dari varietas yang dihasilkan oleh pemulia atau untuk menjaga kemurnian dan kebenaran dari varietas (2) mendapatkan benih bermutu dari varietas unggul yang sesuai standar mutu yang berlaku yang dicantumkan dalam label. (3) Didapatkanya benih bermutu dengan standar mutu yang berlaku baik mutu di lapangan maupun di laboratorium. (4) Tersedianya benih unggul bermutu secara berkesinambungan pada produsen, penangkar maupun pedagang benih yang dibutuhkan oleh konsumen. D. Pelaksanaan Sertifikasi Benih Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan Departemen Pertanian. Melakukan kegiatan sertifikasi benih harus mengikuti pedoman tata cara dan ketentuan umum sertifikasi benih bina, yaitu:

1. Instansi Penyelenggara Sertifikasi Benih BinaBalai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH) merupakan suatu instansi pemerintah yang memperoleh izin untuk melakukan sertifikasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pedoman Sertifikasi Benih 2001). Maksud memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yaitu apabila seseorang atau Badan Hukum yang bersangkutan harus memiliki tenaga terampil, alat dan laboratorium yang diperlukan yang telah diakreditas oleh Badan Agribisnis Departemen Pertanian (Pedoman Sertifikasi Benih 2001).

Setiap kegiatan sertifikasi yang dilakukan oleh instansi pemerintah BPSBTPH harus melaporkan kegiatannya secara berkala kepada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Sedangkan untuk perorangan atau Badan Hukum yang melakukan sertifikasi harus melaporkan kegiatannya secara berkala kepada instansi pemerintah BPSBTPH untuk dipergunakan sebagai bahan laporan kepada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2. Permohonan Sertifikasi Benih BinaSyarat-syarat permohonan untuk Serifikasi Benih yaituhanya satu varietas boleh ditanam pada satu areal sertifikasi, penangkar benih menyampaikan permohonan untuk sertifikasi benih paling lambat 1 bulan sebelum tanam kepada Sub Direktorat Pembinaan Mutu Benih atau cabang-cabangnya dengan mengisi formulir yang ditetapkan.Areal sertifikasi harus diperiksa oleh seorang pengawas Benih yang diberi wewenang oleh Sub Direktorat Pembinaan Mutu Benih, sebelum persetujuan atas permohonan sertifikasi dikeluarkan.Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh penangkar(Lita Sutopo 1985).

Setelah syarat-syarat permohonan telah terpenuhi, selanjutnya mengajukan permohonan izin memproduksi benih bersertifikat yang diajukan oleh produsen benih dengan mengisi formulir yang berlaku kepada BPSBTPH paling lambat 10 hari sebelum permohonan menabur atau menyemai benih. Sedangkan kegiatan yang dilakukan selama 10 hari sebelum penaburan/semai yaitu pengawas benih melakukan pemeriksaan sejarah lahan yang digunakan, kebenaran label benih sebelumnya, luas lahan, dan lain-lainnya. Setelah itu baru dilaksanakan pemeriksaan lapangan pendahuluan, I, II, dan III. Peta sketsa dari lapangan atau lahan dan biaya untuk pemeriksaan lapangan (Petunjuk Pengawas Benih 1991).

3. Lahan SertifikasiLahan yang akan disertifikasi harus jelas mengenai Luas, letak, dan mempunyai batas-batas yang jelas seperti parit, pematang, jalan, dan sebagainya. Dalam satu kelompok lahan serifikasi hanya boleh ditanami dengan satu kelas benih dan satu varietas saja. Lahan yang akan digunakan untuk produksi benih bersertifikat harus diketahui sejarah penggunaan sebelumnya dan harus memenuhipersyaratan untuk masing-masing varietas. Satu areal sertifikasi dapat terdiri dari beberapa unit-unit yang terpisah tetapi jarak antara satu dengan unit lainnya tidak lebih dari 10 meter dan tidak terpisah oleh varietas lain. Batas waktu tanaman untuk satu areal sertifikasi maksimal 5 hari. (Persyaratan dan Tata Cara Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan 2009).4. Pemeriksaan dokumenTujuan dari pemeriksaan dokumen yaitu mendapatkan kepastian bahwa data yang diberikan atau dicantumkan dalam permohonan sertifikasi benar-benar sesuai dengan keadaan dilapangan. Pemeriksaankebenaran dokumen dilakukan sebelum benih disebar atau ditanam dan diperiksa oleh pengawas benih (Petunjuk Pengawas Benih 1991).

5. Pemeriksaan LapanganPemeriksaan lapangan yang dilakukan oleh pengawas sebanyak empat kali yaitu pemeriksaan pendahuluan (I), pemeriksaan fase vegetatif (II), pemeriksaan fase berbunga (III), dan pemeriksaan fase masak (IV). Tujuan pemeriksaan lapangan adalahmenilai kemurnian genetik,menilai sumber-sumber kontaminasi yang terdiri atas varietas lain dan tipe simpang,menilai kesehatan benih dari hama/penyakit yang dapat ditularkan melalui benih, memberikan rekomendasi untuk mencapai persyaratan produksi benih bersertifikat.

Pemeriksaan lapangan dilakukan dengan sistem check plot atau sampling.

a. Pemeriksaan sistem check plot dilaksanakan dengan cara :

1) menanam benih dari sample yang diperiksa sejumlah 2 x 500 tanaman berdampingan dengan sample otentik2) evaluasi terhadap pertanaman dilakukan secara berkala selama pertumbuhan dengan perhitungan varietas lain sebagai berikut :

presentase CVL= jumlah CVL(ulangan 1 + ulangan 2)x100%

1000 tanaman

[CVL= Campuran Varietas Lain]

b. Pemeriksaan lapangan dengan sistem sampling

Pemeriksaan lapangan dilakukan minimal 4 kali yaitu :1) Pemeriksaan lapangan pendahuluan

Pemeriksaan lapangan pendahuluan meliputi (1) Penggunaan lahan sebelumnya (2) Periksa secara global areal yang digunakan meliputi batas, isolasi, dan lain-lain. (3) Periksa kebenaran permohonan yang meliputi nama, alamat, sejarah, dan lain-lain (4) Periksa kebenaran varietas dan kelas benih yang digunakan (5) Pemeriksaan a, b, c dilaksanakan sebelum tanam (6) Pemeriksaan setelah tanam dilaksanakan untuk mendapatkan realisasi luas tanam.2) Pemeriksaan lapangan pertama

Dilakukan pada fase vegetatif yakni untuk pertanaman sistem persemaian, pemeriksaan dilakukan pada waktu pertanaman berumur 30 hari setelah tanam. Pertanaman sistem tebar langsung pemeriksaan dilakukan 50 hari setelah tebar.

3) Pemeriksaan lapangan kedua

dilakukan pada fase berbunga yakni pada waktu malai sudah tersembul dari daun bendera, sekam mahkota sudah terbuka dan benang sari tampak memutih dan Pertanaman berbunga lebih dari 5% atau pada saat malai tersembul lebih dari 80%( 30 hari sebelum panen).4) Pemeriksaan lapangan ketiga

Dilakukan pada fase masak yakni pada waktutanaman sudah mulai menguning, isi gabah sudah keras, tetapi mudah pecah dengan kuku,paling lambat satu minggu sebelum panen,tidak dilakukan pemeriksaan ulangan. (Persyaratan dan Tata Cara Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan 2009).

6. Pemeriksaan Alat Tanam/Panen, Tempat Penyimpanan, dan Tempat Pengolahan BenihMaksud dariPemeriksaan Alat Tanam/Panen, Tempat Penyimpanan, dan Tempat Pengolahan Benih adalah untuk mendapatkan kepastian bahwa benih yang akan diolah terhindar dari kemungkinan terjadinya pencampuran varietas sehingga kemurniannya dapat terjamin (Pedoman Sertifikasi Benih 2001). Syarat dalam penyimpanan meliputi: (1)tempat penyimpanan gudang harus dalam keadaan bersih, (2) benih disimpan dalam wadah yang bersih, kering, dan bebas hama dan karung sebaiknya yang baru, (3) pada dinding gudang jangan terdapat banyak celah yang dapat digunakan sebagai tempat persembunyian hama, (4) sekeliling gudang harus bersih dari semak-semak dan tanaman-tanaman agar tidak lembab sehingga tidak dapat dimanfaatkan tikus, (5) jarak antar dinding gudang dengan tumpukan minimal 60 cm, untuk memudahkan pemeriksaan penyemprotan, (6) gudang yang berlantai semen harus menggunakan alas kayu, (7) letak gudang harus strategis dan usahakan bangunan memanjang dengan arah timur barat, (8) lubang angin harus cukup baik, dapat membuang udara panas atau kelembaban tertentu, (9) populasi serangga dimonitor setiap bulan, (10) identifikasi kelompok benih yang disimpan, (11) wadah disusun sedemikian rupa sehingga jumlahnya dapat dihitung dengan tepat(Petunjuk teknisBPSBTPH 2005).

7. Pengambilan Contoh Benih dan Pengujian LaboratoriumPengujian mutu benih di Laboratorium dilakukan apabila lulus dalam pemeriksaan lapangan oleh BPSBTPH, tetapi apabila dinyatakan tidak lulus maka tidak dilakukan pengujian di Laboratorium. Pengujian mutu benih bertujuan untuk mendapatkan keterangan tentangmutu benih yang digunakan untuk keperluan perbanyakan atau ditanam kembali(Petunjuk teknisBPSBTPH 2005).

8. Pemberian SertifikatPemberian sertifikat dikeluarkan apabila suatu kelompok benih yang memenuhi semua persyaratan pada setiap tahapan pemeriksaan sehingga dikeluarkan suatu laporan lengkap hasil pengujian benih yang merupakan sertifikat untuk kelompok benih yang bersangkutan(Pedoman Sertifikasi Benih 2001).

9. Pemasangan LabelPemasangan label tidak mutlak diberikan pada benih yang lulus tetapi sesuai dengan keinginan penangkar/pemohon. BPSBTPH harus mengetahui jumlah yang harus diberi label agar tidak terjadi penyimpangan. Pemasangan label harus dilakukan oleh penangkar dan diawasi oleh pengawas benih. E. Jenis/Varietas, Kelas Benih dan Standart Sertifikasi. 1. Jenis/Varietas. Jenis/Varietas yang dapat dimasukkan dalam progam sertifikasi adalah semua jenis/varietas yang telah terdaftar sebagai varietas yang dapat disertifikasi pada Badan Benih Nasional. Sedangkan sifat-sifat tentang jenis/varietas yang diberikan oleh Pemulia Tanaman dalam bentuk diskripsi akan merupakan pegangan untuk menentukan apakah suatu individu tanaman masih termasuk pada kelompok tanaman dimaksud.

2. Kelas Benih. a. Benih Penjenis:

Benih penjenis (BS) adalah benih yang diproduksi oleh dan dibawah pengawasan Pemulia Tanaman yang bersangkutan atau Instansinya. Benih ini merupakan Sumber perbanyakan Benih Dasar.

b. Benih Dasar:

Benih Dasar (BD) adalah keturunan pertama dari Benih Penjenis. Benih Dasar diproduksi di bawah bimbingan yang intensif dan pengawasan yang ketat sehingga kemurnian varietas dapat terpelihara. Benih dasar diproduksi oleh Instansi/Badan yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan produksinya disertifikasi oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi benih.

c. Benih Pokok:

Benih Pokok (BP) adalah keturunan dari Benih Penjenis atau Benih Dasar yang diproduksi dan dipelihara sedemikian rupa sehingga indetitas dan tingkat kemurnian varietas yang ditetapkan dapat dipelihara dan memenuhi standart mutu yang di tetapkan dan harus disertifikasi sebagai Benih Pokok oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih.

d. Benih Sebar :

Benih Sebar (BR) adalah keturunan dari Benih Penjenis, Benih Dasar atau Benih Pokok yang diproduksi dan dipelihara sedemikian rupa sehingga identitas dan tingkat kemurnian varietas dapat dipelihara, memenuhi standart mutu benih yang ditetapkan serta harus disertifikasi sebagai Benih Sebar oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih. 3. Standart Sertifikasi Untuk mengadakan penilain apakah suatu kelompok benih yang dihasilkan merupakan benih bersertifikat digunakan Standart Sertifikasi yang terdiri dari standart lapangan dan standart Laboratorium (secara terperinci dapat dilihat dalam lampiran). F. Syarat-syarat Serfifikasi 1. Varietas Varietas yang dapat disertifikasi benihnya harus telah ditetapkan sebagai varietas yang dapat disertifikasi oleh Menteri Pertanian. 2. Sumber Benih Benih yang akan ditanam untuk menghasilkan suatu kelas benih bersertifikat harus berasal dari kelas benih yang lebih tinggi tingkatannya. Umpamanya untuk menghasilkan Benih Sebar harus ditanam Benih Pokok.

3. Areal Sertifikasi :

Tanah yang digunakan untuk memproduksi benih bersifikat harus memenuhi persyaratan-persyaratan tergantung komoditi apa yang akan diproduksi, karena masing-masing komoditi memerlukan persyaratan sejarah lapangan yang berbeda.

4. Pemeriksaan Lapangan dan Laboratorium : Untuk menilai hasil benih dari pertanaman termaksud memenuhi standart benih bersertifikat maka diadakan pemeriksaan lapangan oleh Pengawas Benih dan Pengujian Benih dan Pengujian Mutu oleh Analis Benih.

5. Peralatan Panen dan Processing : Peralatan/perlengkapan yang digunakan untuk panen dan processing harus bersih terutama bekas dari jenis/varietas yang tidak sama dengan yang akan diproses/dipanen. Untuk menjamin ini harus diadakan pemeriksaan sebelum penggunaannya oleh Pengawas Benih. 6. Label dan Segel : Dalam ketentuan yang sudah ditetapkan juga tercantum bahwa proses sertifikasi selesai apabila benih telah dipasang label dan segel. Label yang digunakan adalah label yang dikeluarkan oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih. Ketentuan pemakaian label adalah benih Penjenis (BS)/Breeder Seed (BS) warna label putih. Benih Dasar (BD)/Foundation Seed (FS) warna label putih. Benih Pokok (BP)/Stock Seed (SS) warna label ungu. Benih Sebar (BR) /Extension Seed (ES) warna label biru.

BAB IIIPENUTUP

Sertifikasi Benih sangat diperlukan untuk menghasilkan benih-benih yang bermutu terutama untuk tanaman padi, jagung, kedelai, dan hortikultura. Ketersediaan benih-benih yang bermutu yang merupakan hasil dari proses sertifikasi benih sangat diperlukan untuk melestarikan Swasembada Pangan Nasional. Pembinaan dari Pemerintah (Departemen Pertanian) dalam hal sertifikasi benih, penggunaan benih-benih berlabel mutlak diperlukan dan harus lebih ditingkatkan lagi.Keberhasilan dalam budidaya pertanian sendiri sangat ditentukan oleh benih yang digunakan, oleh karena itu perlu dilakukan seleksi dalam penggunaan benih sehingga didapatkan benih yang unggul.Sertifikasi benih merupakan suatu kegiatan yang termasuk dalam program produksi benih unggul atau yang berkualitas tinggi dari varietas-varietas yang genesis unggul yang selalu harus terpelihara dan dipertanggungjawabkan.Benih bersertifikat merupakan benih yang proses produksinya diterapkan cara-cara dalam persyaratan tertentu sesuai dengan ketentuan sertifikasi benih.Peranan benih dalam usaha peningkatan produksi dan kualitas sangat besar. Penyediaan benih dalam masa pembangunan pertanian merupakan faktor yang menentukan berhasil atau tidaknya usaha pertanian ini.DAFTAR PUSTAKA

Lita Sutopo. 1985.Teknologi Benih. Penerbit C.V Rajawali. Jakarta.

Lita Sutopo. 1993.Teknologi Benih. Penerbit C.V Rajawali. Jakarta.

Persyaratan dan Tata Cara Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan. 2009. Direktur Perbenihan. Direktur Jendral Tanaman Pangan.

LAMPIRAN

DOKUMENTASI