yang benar percobaan iv
TRANSCRIPT
PERCOBAAN IV
SCR, DIAC,TRIAC
4.1 Tujuan
1. Mengamati pengaturan daya dengan SCR, DIAC, dan TRIAC.
2. Mengetahui cara kerja SCR, DIAC, dan TRIAC.
4.2 Tinjauan Pustaka
1. Dasar Materi
Istilah Thyristor berasal dari tabung Thyratron-Transistor, dimana dengan
perkembangan teknologi semikonduktor, maka tabung-tabung elektron yang
bentuknya relatip besar dapat digantikan oleh tabung-tabung transistor yang
berukuran jauh lebih kecil tanpa mengurangi kemampuan operasionalnya. Yang
termasuk dalam keluarga thyristor adalan Silicon Controlled Rectifier, Diac, Triac
yang semuanya didasari dari Dioda Lapis Empat (Four Layers Diode). Bahan
dasar thyristor ini adalah dari silicon dengan pertimbangan jauh lebih tahan
panas dibandingkan dengan bahan germanium. Thyristor ini banyak digunakan
sebagai alat pengendali tegangan atau daya yang tinggi dengan kemampuan
yang tinggi.
A. SCR
SCR (Silicon Controlled Rectifier) adalah piranti 3 (tiga) terminal yang
digunakan untuk mengatur arus yang melalui suatu beban. Untuk mengatur arus
yang cukup besar yang melalui Anoda-Katoda, hanya diperlukan arus yang kecil
dari Gate. Selama arus Anoda-Katoda tetap mengalir, arus Gate dapat
dihilangkan setelah satu kali melakukan penyulutan. Bila SCR digunakan pada
arus AC, maka hanya akan mengalir arus ke satu arah saja, seperti halnya pada
dioda. Pada pengaturan daya AC dengan SCR dikenal istilah sudut tunda
penyulutan (firing delay angle) yaitu periode yang hilang sebelum SCR tersulut.
Rangkaian penyulut pada Gate dapat berupa R mapun RC. Dengan rangkaian
RC akan dapat diatur firing delay angle dalam jangkah yang lebar.
SCR mempunyai elektroda kendali (Gerbang) terpisah dan seperti juga
torostor lainnya, SCR mempunyai perilaku seperti tabung tiratron. Namun tidak
tidak seperti triac, SCR hanya dapat terkonduksi dalam satu alat saja. Anodanya
harus dapat dibuat positif dan katodanya dibuat negatif.
SCR banyak digunakan dalam rangkaian penyearah terkendali, pengubah
dan rangkaian kendali serta penyaklaran. SCR dapat digunakan tersendiri,
digabung dengan SCR lainya atau digabung dengan diac, triac, transistor
konvensional, transistor unijunction atau lampu-lampu neon. Daerah kerja SCR
meliputi jangkah yang lebar, dari 1,7 A sampai 35 A dan 100 V sampai 700 V.
SCR adalah komponen spasi 4 lapis (pnpn) rangkaiannya seperti pada
gambar berikut :
Gambar 4.1 SCR. (a) Susunannya. (b) Susunan ekivalen. (c) Rangkaian ekivalen. (d) Lambang
rangkaian
Elektroda-elektroda yang dimiliki SCR terdiri dari anoda, katoda dan
elektroda gerbang atau kendali. SCR biasanya bekerja dengan anoda positif.
Apabila anoda diberi tegangan muka negatif terhadap katoda maka, arus yang
mengalir dengan tajam akibat jebol bandangan. Bandangan ini merupakan
kondisi on SCR. Apabila tegangan gerbang = 0, maka SCR akan menutup arus
dari dua arah dan berada pada keadaan off.
Seperti pada tabung tiratron, sekali keadaan konduksi tercapai maka
elektroda gerbangnya tidak dapat mengendalikan arus anoda sampai tegangan
anoda katodanya diputuskan. Karena SCR bukan komponen dua arah maka
secara otomatis akan off dan kendali gerbangnya aktif kembali jika tegangan AC
yang diberikan ke anoda berada pada siklus sebaliknya.
Keluaran sebuah SCR dapat diubah ubah secara halus dengan
mengubah fasa picu gerbang. Makin awal sinyal pemicu tiba pada setengah
siklus positf tegangan anoda maka maka makin lama siklus anoda yang
mengalir, maka makin besar pula harga dari arus tersebut. Dengan
menggunakan sebuah SCR, suatu arus anoda yang besar dapat disaklarkan
dengan menggunakan arus gerbang yang kecil.
Untuk mengerti tentang cara kerja dari SCR kita bisa terangkan ini
dengan sebuah rangkaian elektronik persegi sebagai berikut:
Gambar 4.2 Cara kerja dari SCR dengan sebuah rangkaian elektronik persegi
Saat kita menghubungkan SCR ke sumber tegangan, plus (+) dan
minus (-) ke K dan jangan menyuplai tegangan ke gate(G) ,kedua transisitor
dalam keadaaan cutoff.
Menyuplai pulsa (bahkan untuk waktu yang sangat pendek) ke gate
menyebabkan transistor Q2 terhubung. Penghubungan ini menciptakan aliran
arus yang pokok untuk transisitor Q1. Arus ini terhubung dan menyebabkan
aliran yang rata ke base Q2. Aliran ini menjaga transistor Q2 dalam keadaan
terhubung, yang mana menjaga transistor Q1 dalam keadaan terhubung
walaupun pulsa dalam gate dalam keadaan berhenti.
Karakteristik SCR terlihat pada gambar berikut:
Gambar 4.3 Karakteristik SCR
Dalam tegangan belakang SCR seperti diode. Ini tidak akan terhubung
sampai alat ini breaks-over. Komponen SCR dirancang untuk break-over
tegangan yang tinggi) dalam hal ini untuk menghindari situasi ini). Vx lebih besar
dari 400 V.
Sebuah SCR dapat mempunyai tegangan dadal-jenuh (breakover) yang
berkisar dari 50V sampai lebih dari 2500V tergantung pada nomor tipenya. SCR
biasanya dirancang untuk operasi penutupan picu dan pembukaan arus rendah.
Cara kerjanya adalah SCR tersebut akan terbuka terus sampai gerbangnya
menerima masukan picu. Setelah itu SCR akan menutup dan bertahan dalam
keadaan ini walaupun sinyal picu telah berlalu. Satu-satunya cara untuk
membuka kembali SCR itu adalah cara pemutusan arus rendah.
SCR biasanya dipandang sebagai suatu piranti yang menghalangi
tegangan kecuali jika disambung dengan suatu picu. Karena itu, dalam lembar
data yang bersangkutan , tegangan dadal-jenuh sering kali disebut tegangan
penghalang maju. Misalnya saja SCR 2N4444 mempunyai tegangan
penghalang-maju sebesar 600V. Ini berarti bahwa selama tegangan catu lebih
kecil dari 600V, SCR tidak akan beralih keadaan. Penutupan saklar ini hanya
dapat dilakukan dengan picu gerbang. Karena gerbang SCR dihubungkan
dengan basis transistor internal, maka diperlukan setidaknya 0,7 V untuk memicu
sebuah SCR. Lembar data menyebutnya dengan arus pemicu gerbang (Gate
Trigger Current) . Sebagai contoh, lembar data 2N4441 memberikan
tegangan dan arus pemicu:
= 0,75 V
10mA
Ini berarti bahwa sumber yang menggerakkan gerbang 2N4441 harus
mencatu 10mA pada tegangan 0,75 V untuk mengunci SCR.
SCR merupakan piranti industri yang dapat menangani arus-arus besar
berukuran dari 1A sampai lebih dari 2500A tergantung dari tipenya. Karena
sifatnya sebagai piranti arus tinggi, SCR mempunyai arus picu dan arus penahan
yang relatif besar. Misalnya saja piranti 2N4444 dapat menghantar arus sebesar
8A secara terus menerus. Arus picunya adalah 10mA, dan begitu pula arus
penahannya. Ini berarti bahwa untuk mengendalikan arus anode sebesar 8A
diperlukan masukan arus minimum pada gerbang SCR sebesar 10mA. Sebagai
contoh yang lain, piranti C701 merupakan SCR yang dapat menghantar arus
sampai sebesar 1250A dengan arus picu 150mA dan arus penahannya sebesar
500mA.
Dengan adanya kapasitans dalam SCR maka piranti ini dapat dipicu
oleh tegangan catu yang berubah secara cepat. Jadi dengan kata lain, jika laju
kenaikan dari tegangan catu cukup tinggi, maka arus pengisian kapasitif dapat
memulai proses regenerasi. Untuk menghindari sinyal pemicuan yang salah pada
SCR, laju perubahan tegangan pada anode tidak boleh melenihi laju kritis
kenaikan tegangan yang tercantum pada lembar data.
Sebagai contoh misalnya kita tinjau piranti 2N4444 yang mempunyai
laju kritis kenaikan tegangan sebesar 50V/µs. Untuk menghindari terjadinya
proses dadal-jenuh yang tidak diinginkan, tegangan anode tidak boleh naik lebih
cepat dari 50V/µs. Contoh yang lainnya adalah piranti C701 yang mempunyai
laju kritis kenaikan tegangan sebesar 200V/µs.
Gejala transien-penyaklaran yang terjadi pada penyalur catu tegangan
adalah penyebab utama dari pelanggaran laju kritis kenaikan-tegangan. Salah
satu cara untuk mengurangi pengaruh transien tersebut adalah menggunakan
pembatas atau penekan RC seperti terlihat pada Gambar 4.4.(a). Bila gejala
transien berkecepatan tinggi terjadi pada tegangan catu, maka laju kenaikannya
pada anode akan dikurangi oleh rangkaian RC tersebut. Laju kenaikan dalam
tegangan anode tidak hanya bergantung pada harga R dan C, tetapi juga
bergantung pada besarnya hambatan beban.
Piranti SCR yang lebih besar masih dikenakan batas lain berupa laju
kritis kenaikan arus. Misalnya piranti C701 diketahui mempunyai laju kritis
kenaikan arus sebesar 150A/µs. Jika arus anode bertambah lebih cepat dari laju
ini, SCR yang bersangkutan dapat menjadi rusak akibat bintik-bintik panas (hot
spots) yang terjadi didalamnya. Penggunaan sebuah inductor secara seri seperti
ditunjukkan pada Gambar 4.4.(b) akan mengurangi laju kenaikan arus, dan
membantu pembatas RC dalam menekan laju kenaikan tegangan.
Gambar 4.4 (a) Penekan RC (RC snubber). (b) Penekanan laju kenaikan arus dengan inductor
Suatu SCR memiliki tegangan gerbang . Saat tegangan ini lenih dari
, SCR akan hidup dan tegangan keluaran akan jatuh dari ke suatu
nilai yang rendah. Kadang-kadang, hambatan gerbang digunakan disini.
Hambatan ini membatasi arus gerbang ke suatu nilai yang aman. Tegangan
masukan yang dibutuhkan untuk memicu sebuah SCR harus lebih dari:
Dalam persamaan ini, dan adalah tegangan dan arus pemicu
gerbang untuk piranti.
Keuntungan utama dari SCR adalah penekanan tombol yang sangat
pendek berdasarkan penekanan tombol yang regeneratif. Ini mengurangi
penurunan tegangan di dan mengijinkan produksi komponen SCR, yang bisa
menahan arus yang sangat besar (100 ampere).
Keburukan dari SCR adalah pematian. Pematian dari SCR hanya ada
satu cara yaitu mengurangi arus yang mengalir melalui ini disamping arus yang
utama.
Sebuah transistor bisa juga menekan tombol arus dalam cara yang sama.
Keuntungan dari transistor adalah pematian ini dilakukan dengan sederhana
yaitu menghentikan arus di base. Kerugiannya adalah waktu penekanan tombol
lebih lama dan selama penekanan tombol dalam keadaaan tegangan yang tinggi
dibangun dalam ini,dengan demikian ini tidak bisa digunakan untuk penekanan
tombol untuk arus yang besar.
Jenis SCR
Adapun jenis-jenis dari SCR tersebut adalah:
a. LASCR (light activated SCR) adalah jenis SCR yang apabila terkena sinar
matahari (cahaya yang cukup kuat ) akan menyebabkan elektron-elektron
valensi dalam SCR tersebut akan dilepaskan dari orbit-orbitnya dan akan
menjadi elektron-elektron bebas. Ketika elektron-elektron ini mengalir
keluar dari kolektor akan memasuki basis transistor, maka proses
regenerasi akan berlangsung sampai LASCR menjadi tertutup.
b. SCS (silicon controlled switch)adalah jenis SCR yang identik dengan
saklar penahan SCS menyediakan saluran kepada kedua basisnya satu
picu prategangan maju yang diberikan kepada salah satu basis tersebut
akan menutupi SCS, begitu pula sebaliknya bila diberi prategangan balik
maka akan membuka piranti saklar.
c. GCS (gate-controlled switch) adalah saklar yang dirancang untuk dibuka
dengan cara mudah yaitu dengan picu prategangan balik. Untuk GCS
penutupan dilakukan dengan picu positif dan pembukaan dilakukan
dengan picu negatif ( atau dengan pemutusan arus rendah )
B. Diac
Diac merupakan komponen yang paling sederhana dari keluarga
thyristor, semi konduktor yang terdiri dari tiga lapisan seperti pada transistor pnp.
Hubungan hanya dilakukan dengan tiga lapisan luarnya saja, sehingga dengan
demikian diac hanya mempunyai dua macam terminal, komponen ini dapat
bekerja pada tegangan AC maupun DC, dan dapat konduksi dari dua arah,
seperti thyristor lainnya diac mempunyai sifat seperti tabung tiratron.
Diac banyak di gunakan dalam rangkaian rangkaian pengendali,
penyaklaran, dan pemicu. Diac digunakan tersndiri atau digabungkan dengan
triac, transistor atau SCR.
Rangkaian ekuivalen dari diac adalah dua buah diode empat lapis yang
dipasang secara paralel seperti terlihat pada Gambar 4.5(a). Dilihat secara ideal
ini sama dengan sistem saklar penahan dalam Gambar 4.5(b). Diac tidak akan
menghantar sampai tegangan yang melaluinya melebihi tegangan breakover
dalam salah satu arahnya. Lambang dari Diac terlihat pada Gambar 4.5(d).
Gambar 4.5 Diac (a) Rangkaian ekuivalen. (b) Sistem saklar-penahan ekuivalen. (c) Saklar
penahan kiri tertutup. (d) Lambang rangkaian.
Gambar 4.6 Karakteristik diac
Sebagai contoh apabila tegangan v mempunyai polaritas seperti
pada Gambar 4.5 (a), maka dioda yang berada di sebelah kiri akan menghantar
bila harga v mulai melampaui tegangan breakover Diac. Dalam hal ini saklar
penahan kiri tertutup seperti yang terlihat pada Gambar 4.5(c) saat v memiliki
polaritas yang berlawanan dengan yang ditunjukkan dalam Gambar 4.5 (a),
maka saklar-penahan kanan yang akan menutup bila v mulai melampaui
tegangan breakover.
Saat penghantaran arus pada Diac sudah mulai berlangsung, satu-
satunya cara untuk membukanya kembali adalah dengan cara pemutusan arus
rendah. Ini berarti mengurangi arus sampai di bawah batas arus-penahan dari
piranti yang bersangkutan.
Pada komponen diac, konsentrasi pengotorannya tidak seperti pada
pengotoran transistor tetapi mempunyai jumlah yang sama pada kedua
pertemuannya sehingga memungkinkan terjadinya operasi yang simetris. Jadi
tidak ada yang dapat disebut anoda atau katoda secara eklusif. Karena lapisan p
dan n dalam komponen tersebut disusun secara seri maka diac tidak akan
konduksi dalam arah maju tetapi selalu mempunyai perilaku seperti diioda
bandangan yang diberi pra tegangan terbalik. Hal ini terjadi tanpa memandang
arah tegangan yang diberikan.
Pada saat suatu tegangan diberikan ke komponen, suatu arus bocor
yang sangat kecil akan mengalir. Keadaan ini disebut keadaan “off”dari diac.
Pada titik ini terjadi jebolan bandangan dan tiba-tiba akan mengalir arus yang
besar. Ini merupakan keadaan “on” diac. Sekali diac dijadikan on dengan
menggunakan tegangan postif atau negatif, komponen ini akan terus
menghantarkan arus sampai tegangannya dihilangkan atau dikurangi menjadi
nol.
Di sini, arus bocor yang kecil (IBO+ untuk tegangan positif atau IB0- untuk
tegangan negatif). Mengalir sampai tegangan yang diberikan mencpai tegangan
breakover. Pada saat tegangan breakover dicapai, arus akan meningkat dengan
tajam dari I+ atau I- . Efek resistansi negatif akan muncul seperti terlihat pada
kurva lengkung ke arah belakang. Akibatnya arus menaik jika teganganya sedikit
diturunkan.
Penggunaannya yang utama adalah untuk memberi denyut picu ke
triac. Tetapi tentu saja denyut pemicu dan sifat konduksi dua arahnya dapat
digunakan pada berbagai tujuan selain pengoperasian triac.
Salah satu penggunaan diac yang paling sederhana adalah sebagai
penyaklar otomatis. Sebuah diac akan memberikan resistansi yang sangat tinggi
baik dalam AC maupun DC sampai tegangan yang diberikan mencapai nilai VBO
kritis. Apabila nilai ini sudah tercapai atau dilampaui maka diac akan konduksi.
Dengan demikian komponen dua terminal yang sederhana ini dapat disakelarkan
dengan tegangan kendali yang menaik dan tetap terkonduksi sampai tegangan
tersebut diturunkan ke nol
Pada gambar 4.7 memperlihatkan sebuah rangkaian saklar peka
amplituda sederhana yang menggunakan sebuah diac 1N5411. tegangan
puncak AC atau DC sebesar 35 Volt akan menyebabkan diac terkonduksi dan
akan mengalirkan arus sebesar 14 mA melalui resistor keluaran R2. Diacnya
sendiri dapat konduksi pada tegangan dibawah 35 Volt. Dengan arus sebesar
14mA, tegangan keluaran yang terdapat pada resistor 1000 adalah 14 V.
Apabila sumber tegangannya mempunyai resistor dalam pada jalur keluarannya,
maka resistor R2 dapat di hilangkan.
Untuk mengoperasikan rangkaian ini, atur tegangan masuk agar naik
secara perlahan ahan mulai dari nol sambil memperhatikan nilai keluarannya.
Sampai sekitar 30 volt tegangan keluarannya akan sangat kecil. Pada sekitar 35
Volt, diac secara tiba tiba akan jebol dan suatu tegangan akan muncul pada
resistor R2 apabila tegangan keluaran diac nol maka diac tersebut akan mati dan
perlu dipicu lagi dengan tegangan beramplituda sebesar 35 Volt.
Gambar 4.7 Rangkaian saklar peka amplituda sederhana yang menggunakan sebuah diac
1N5411
C. Triac
Seperti halnya SCR, TRIAC juga merupakan piranti tiga terminal yang
digunakan untuk pengaturan daya. Berbeda dengan SCR, TRIAC dapat
mengalirkan arus dalam dua arah. Rangkaian penyulut untuk TRIAC dapat pula
berupa R maupun RC. Untuk mendapatkan pengaturan yang simetris, maka
digunakan DIAC.
Gambar 4.1 SCR
Gambar 4.8 Triac Diac
Triac adalah komponen 3 elektroda dari keluarga thyristor yang dapat
menyakelarkan AC atau DC. Tidak seperti diac, triac mempunyai elektroda
kendali (gerbang) yang terpisah yang akan memberikan level tegangan yang
yang memulai triac untuk konduksi. Seperti Thyristor lainnya, triac mempunyai
perilaku seperti tabung tiratron
Penggunaan Triac tidak seluas SCR karena arus yang dapat ditangani
jauh lebih kecil. Disamping itum SCR tersedia secara luas dalam jumlah yang
jauh lebih besar daripada Triac. Karena susunan internalnya, Triac memiliki
tegangan dan arus pemicu gerbang yang lebih tinggi dibandingkan dengan SCR.
Triac banyak di gunakan dalam rangkaian rangkaian pengendali,
penyaklaran, dan pemicu. Triac digunakan tersndiri atau digabungkan dengan
diac, transistor atau SCR. Daerah kerja triac meliputi jangkah yang lebar,
biasanya berada pada 100V sampai 600V dan 0,5 A sampai 40 A.
Gambar 4.9 Triac. (a) Rangkaian ekuivalen. (b) Sistem saklar-penahan ekuivalen. (c) Lambang
rangkaian.
Karena lapisan p dan n dalam triac di susun secara seri, maka
komponen ini, seperti halnya dengan diac, tidak dapat melewatkan arus dari
terminal 1 ke terminal 2 dalam arah maju tetapi berperilaku sebagai dioda yang
diberi prategangan terbalik.
Pada saat tegangan di berikan pada komponen ini, misalnya dari
sumber tegangan pada jala jala, arus bocor yang mengalir sangat kecil. Ini di
katakan sebagai kondisi off triac. Apabila tegangan ini dinaikkan, maka akan di
capai nilai kritis (+VBO jika arahnya positif atau -VBO triac arahnya negatif). Pada
hal ini akan terjadi jebol bandangan dan arus besar akan mengalir yang di
tentukan oleh amplitudo arus negatif atau positif yang diberikan ke elektroda
gerbang. Makin tinggi elektroda ini, maka makin besar pula tegangan breakover-
nya
Untuk kerja triac pada keadaan positif atau negatif, seperti halnya pada
tabung trinatron, sekali kondisi DC terbentuk pada triac, elektroda gerbangnya
tidak lagi memegang kendali lagi sampai tegangan dari terminal 1 ke terminal 2
diputuskan atau dikurangi sampai dengan nol.
Tidak seperti halnya diac, triac mempunyai terminal tertentu sehingga
tidak dapat dipertukarkan. Beberapa triac akan bekerja lebih dari biasanya jika di
berikan penyerap panas. Contohnya adalah triac yang diberikan untuk
mengendalikan motor. Misalnya pada kendali tertentu, motor terbesar yang di
kendalikannya adalah ¼ tenaga kuda. Apabila triac tersebut dilengkapi dengan
penyerap panas, maka motor dengan daya ½ daya kuda dapat di kendalikannya
dengan aman.
Gambar 4.10(a) menunjukkan rangkaian RC yang memvariasikan sudut
fase tegangan gerbang Triac. Rangkaian dapat mengatur arus melalui sebuah
beban yang besar. Gambar 4.10(b)-(c) menunjukkan tegangan catu dan
tegangan gerbang yang tertinggal. Saat tegangan kapasitor cukup besar untuk
mencatu arus pemicu, Triac akan menghantar. Sekali menghantar, Triac akan
terus menghantar sampai tegangan catu kembali ke 0.
Meskipun Triac dapat menangani arus tinggi, Triac tidaklah sekelas
dengan SCR, yang memiliki rating arus jauh lebih tinggi. Meski demikian, ketika
konduksi pada kedua sisi putaran menjadi penting, Triac merupakan piranti yang
berguna khususnya dalam aplikasi industri.
Gambar 4.10 Pengendali Fase Triac
Crowbar Triac dapat digunakan untuk melindungi peralatan terhadap
kelebihan tegangan catu. Apabila tegangan catu menjadi terlalu tinggi, maka
Diac akan menjadi breakover dan mencatu Triac. Saat Triac tersulut, maka Triac
akan merusakkan sekering. Sebuah potensiometer R2 memungkinkan kita untuk
mengatur titik pemicuan.
Gambar 4.11 Crowbar Triac.
Contoh penggunaan triac yang paling sederhana adalah triac yang
diberi daya AC yang dapat dimatikan dengan cara menghilangkan arus gerbang.
Dengan cara ini, arus AC yang sangat besar (orde ampere) dapat dihubungkan
ke atau diputuskan dari bebannya dengan menggunakan arus gerbang yang
sangat kecil (orde milimeter). Perbandingan daya yang dapat dikendalikan
terhadap arus kendalinya dapat mencapai beberapa ribu, terhadap satu.
Bebannya dapat berupa motor, lampu atau pemanas, yang mempunyai arus
maksimal masih dalam langkah kerja triac. Beban ini biasanya dioperasikan
dengan menggunakan sakelar, relai berat, termostat arus kuat atau kendali yang
serupa.
Gambar 4.12 memperlihatkan rangkaian sakelar sederhana yang
mempergunakan triac 2N5754. triac ini mempunyai arus kerja maksimal 2,5A.
arus pemicu yang dapat diatur diberikan oleh kombinasi resistor R1-R2 yang
dihubungkan ke tegangan catuan. R1 adalah reostat 200000 <087>, 1 W yang
penapakannya linear buatan Mallory Midgetrol atau ekuivalennya. Resistor tetap
R2 berguna untuk mencegah hubungan langsung ke tegangan tinggi. Sakelar
normal terbuka S2 (SPST) merupakan alat pemicunya. Sakelar sederhana ini
dapat digantikan dengan sakelar sentuh, sel fotokonduktif atau peraba peka
temperatur. Penutupan kontak atau pengurangan resistor peraba sehingga
melewatkan arus 10 mA ke gerbang triac akan membuat triac on sehingga dapat
melewatkan arus sebesar 2,5 A ke beban.
Gambar 4.12 memperlihatkan cara kerja rangkaian. Grafiknya
memperlihatkan sudut awal dan lamanya arus mengalir. Karena rangkaian
kendalinya menggunakan resistor biasa maka arus gerbangnya akan sefasa
dengan tegangan triac. Pada saat arus gerbangnya rendah, pada awal siklus AC,
triac bersifat sebagai resistor yang sangat besar sehingga dapat dikatakan tidak
ada arus yang mengalir ke beban.
Apabila R1 disetel untuk triac dan tegangan AC tertentu, arus
gerbangnya akan mencapai nilai pemicuan 2N5754 pada saat tegangan catuan
berada pada titik maksimal siklus dan triac tiba-tiba akan on. Konduksi ini akan
terus berlangsung sampai akhir dari setengah siklus positif.
Apabila reostat R1 disetel ke resistansi yang lebih rendah, nilai
tegangan picu akan dapat dicapai lebih awal dalam siklus dan arus beban akan
mengalir dalam waktu yang lebih lama dalam setengah siklus. Perlu dicatat,
dalam hal ini S1 menangani arus sebesar 2,5 A, sedangkan S2 menangani arus
hanya beberapa miliampere.
Gambar 4.12 Rangkaian sakelar sederhana yang mempergunakan Triac 2N5754