y = a - b 1 x 1

38
JUDUL : PENGARUH SIZE PERUSAHAAN, KUALITAS AUDIT, DAN RASIO HUTANG TERHADAP AUDIT REPORT LAG PADA INDUSTRI FOOD AND BEVERAGES YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Upload: hoangnhan

Post on 27-Jan-2017

225 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Y = a - b 1 X 1

JUDUL :

PENGARUH SIZE PERUSAHAAN, KUALITAS AUDIT, DAN RASIO HUTANG

TERHADAP AUDIT REPORT LAG PADA INDUSTRI FOOD AND BEVERAGES

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Page 2: Y = a - b 1 X 1

ABSTRAK

PENGARUH SIZE PERUSAHAAN, KUALITAS AUDIT, DAN RASIO HUTANG TERHADAP AUDIT REPORT LAG PADA INDUSTRI FOOD AND BEVERAGES

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Oleh

RIDHO RIADI RAMLI

Size Perusahaan menggambarkan besar kecilnya ruang lingkup proses audit yang akan dilakukan serta menunjukkan baik tidaknya internal kontrol perusahaan. Kualitas audit menguji bagaimana reputasi kantor akuntan publik dalam menjalankan proses auditnya sehingga dapat selesai dengan tepat waktu. Rasio hutang menunjukkan tingkat resiko keuangan perusahaan yang dapat mempengaruhi keputusan publik sehingga manajemen harus memperhitungkan waktu dalam penyelesaian laporan keuangan serta laporan auditnya.

Audit report lag adalah jangka waktu yang dihasilkan perusahaan dalam menyelesaikan laporan auditnya terhitung dari tanggal laporan keuangan sesuai ketetapan batas akhir penyampaian laporan keuangan dari Bapepam-LK. Sampel penelititan adalah industri food and beverages terdaftar di BEI dari tahun 2007 sampai 2011. Metode pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria tertentu serta menggunakan analisis regresi linier berganda.

(Kata Kunci : Size Perusahaan, Kualitas Audit, Rasio Hutang, Audit Report Lag)

Page 3: Y = a - b 1 X 1

ABSTRACT

THE EFFECT OF COMPANY SIZE, AUDIT QUALITY, AND DEBT RATIO TOWARD AUDIT REPORT LAG IN FOOD AND BEVERAGES INDUSTRIES

LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE

By

RIDHO RIADI RAMLI

Firm size would reflect size of audit scope and also showing how good the company’s internal control. Audit quality examine how the audit firms’ reputation in doing audit process in time. Debt ratio shows company’s level of financial risk which would effect public decision so management should consider about time in finishing their financial report and audit report.

Audit report lag is time period which produced by company in finishing their audit report from the date of financial report due to deadline from Bapepam. Sample for this research are food and beverages companies listed in Indonesian Stock Exchange in 2007-2011 period. The method which used is purposive sampling technique with certain criteria and also used multiple linear regression analysis.

(keyword : firm size, audit quality, debt ratio, audit report lag)

Page 4: Y = a - b 1 X 1

NAMA : RIDHO RIADI RAMLI

NPM : 0811031047

TELPON : 085268184766

EMAIL : [email protected]

PEMBIMBING 1 : Dr. Einde Evana, S.E., M.Si., Akt.

PEMBIMBING 2 : Reni Oktavia, S.E., M.Si.

Page 5: Y = a - b 1 X 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Penyampaian informasi laporan keuangan merupakan suatu cara bagi pihak manajemen

untuk mengkomunikasikan kinerja perusahaan kepada pihak yang memiliki kepentingan atas

laporan keuangan tersebut. Laporan keuangan yang bermanfaat harus memenuhi karakteristik

informasi yang bermanfaat pula yaitu dapat dipahami, relevan, keandalan dan daya banding.

Relevansi menjadi tidak penting apabila laporan keuangan tidak dilaporkan tepat waktu.

Perusahaan dalam menyelesaikan laporan keuangan mempertimbangkan trade off antara

relevansi dan keandalan (reliabilitas) dari laporan keuangan (Kieso, 2002).

Niarchos dan Georgapoulos (1986), Haw et al (2000) mengatakan bahwa dalam pasar

modal yang sedang berkembang ketepatan waktu laporan keuangan mempunyai relevansi

nilai yang sangat besar. Akan tetapi keputusan yang telah dibuat oleh BAPEPAM tentang

batas waktu penyampain laporan keuangan yang disertai laporan audit serta keputusan PT.

Bursa Efek Indonesia mengenai sanksi yang ditetapkan pada perusahaan yang tidak

menyerahkan laporan keuangan dan laporan audit tepat waktu menjadi kendala bagi

perusahaan sampai saat ini sehingga perlu ditinjau kembali mengenai faktor yang

menyebabkan terlambatnya perusahaan menyampaikan laporan keuangan dan laporan audit.

Informasi yang didapat dari Bapepam-LK mencatat sepanjang tahun ini ada 28 emiten

yang terlambat menyerahkan laporan keuangan semester I 2011. Jumlah emiten yang

terlambat tersebut naik 7% dibandingkan periode sama tahun lalu sebanyak 26 emiten.

Menurut pendapat salah satu analis pasar modal bahwa keterlambatan yang menyebabkan

tertundanya penyampaian laporan keuangan (audit report lag) dapat merugikan investor

karena laporan keuangan tersebut sangat berpengaruh pada pergerakan Indeks Harga Saham

Gabungan (Rizky, Aspirasi Indonesia Research Institute).

Asosiasi Emiten Indonesia menyatakan bahwa Sebanyak 50 emiten terlambat

menyampaikan laporan keuangan tahunan 2009 dan laporan keuangan tengah tahun 2010

karena kendala teknis proses konsolidasi perusahaan induk dengan anak perusahaan. Melihat

fenomena tersebut, semakin menambah kemungkinan bagi peneliti untuk menguji kembali

penyebab tertundanya penyampaian laporan keuangan dan laporan audit (audit report lag).

Melihat dari sisi internal perusahaan, ukuran perusahaan (size) menjadi sangat penting

dikarenakan pertimbangan atas ruang lingkup proses audit yang dilakukan. Suatu ukuran

Page 6: Y = a - b 1 X 1

perusahaan menjadi penting bagi auditor dalam melihat seberapa besar ruang lingkup yang

akan diperiksa. Auditor dapat menentukan jangka waktu penyelesaian audit dengan melihat

ruang lingkup perusahaan tersebut sehingga proses audit akan dapat berjalan sesuai tujuan.

Selain itu ukuran perusahaan dapat dijadikan gambaran atas sistem internal yang ada di

dalam perusahaan tersebut. Perusahaan besar yang mempunyai total assets yang besar sudah

seharusnya memiliki interrnal kontrol yang baik, apakah dalam hal standar pekerjaan maupun

standar pelaporan dan juga kontrol yang baik terhadap sistem informasi yang digunakan

dalam membuat laporan keuangan. Pernyataan diatas sejalan dengan penelitian (Deart dan

Rustiana, 2007). Hasil penelitiannya menyatakan faktor size perusahaan berpengaruh positif

terhadap audit delay. Akan tetapi hasil penelitian Halim (dikutip oleh Subekti dan Novi,

2004) menyatakan ukuran perusahaan tidak berpengaruh kuat namun arah hubungannya

positif dengan audit delay.

Selain faktor internal ukuran perusahaan, faktor eksternal juga dimungkinkan dapat

berpengaruh terhadap audit report lag yaitu kualitas dari kantor akuntan publik itu sendiri.

Kualitas audit yang diproksikan dengan ukuran kantor akuntan publik memiliki kapasitas

untuk menentukan lamanya waktu penyelesaian laporan auditor. Hasil penelitian Carslaw &

Kaplan, (1991:24) menyatakan KAP yang berafiliasi dengan big four mampu mengaudit

secara lebih efisien dan memiliki fleksibilitas dalam melakukan penjadwalan untuk

menyelesaikan audit secara tepat waktu. Selain itu faktor kualitas audit ini juga erat kaitannya

dengan reputasi sebuah kantor akuntan publik. Tentunya dalam melaksanakan tugasnya

sebuah kantor akuntan akan mempertahankan independensinya dengan tujuan memberi opini

yang sesuai agar reputasinya semakin baik.

Dalam banyak penelitian juga dikemukakan beberapa rasio keuangan yang dapat

membuat lamanya proses audit salah satunya adalah rasio hutang. Ahmad dan Kamarudin

(2001) berpendapat bahwa rasio hutang yang tinggi mungkin mengindikasikan kesehatan

finansial perusahaan. Logika teorinya bahwa sebuah perusahaan dengan rasio hutang yang

tinggi berarti memiliki resiko keuangan yang besar dan dari sisi audit juga akan memperbesar

fokus audior bahwa laporan keuangan kurang reliable. Terkait dengan audit report lag bahwa

proses audit terhadap proporsi hutang akan lebih membutuhkan waktu dikarenakan auditor

harus menjelaskan resiko perusahaan yang tinggi diakibatkan oleh manajemen yang buruk

dan fraud. Hasil penelitian Ahmad dan Kamarudin (2001) menunjukkan adanya pengaruh

signifikan debt to equity ratio terhadap audit delay. Namun hasil penelitian Hossain dan

Taylor (1998) menunjukkan bahwa debt to equity ratio tidak signifikan terhadap audit delay.

Page 7: Y = a - b 1 X 1

Pentingnya ketepatan waktu dalam menyampaikan laporan keuangan maupun laporan

audit kepada publik agar mendapat respon yang baik dari para investor dan pemegang saham

dalam mengambil keputusan bisnis. Namun hal ini tidak terlepas dari bagaimana manajemen

dapat melaporkan kinerja dan kondisi perusahaan dengan baik. Sehingga penulis mengambil

judul penelitian “Pengaruh Size Perusahaan, Kualitas Audit, dan Rasio Hutang

terhadap Audit Report Lag” Pada Perusahaan Industri Food and Beverages yang

terdaftar di BEI.

Page 8: Y = a - b 1 X 1

LANDASAN TEORI

Definisi Auditing

Konrath (2002) mendefinisikan auditing sebagai suatu proses sistematis untuk secara

objektif mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang kegiatan-kegiatan dan

kejadian-kejadian ekonomi untuk meyakinkan tingkat keterkaitan antara asersi tersebut dan

kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang

berkepentingan.

Menurut Agoes. S (2004) dalam bukunya auditing, menyatakan auditing adalah suatu

pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen,

terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan

pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat

mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.

Jenis Audit

Jika ditinjau dari jenis pemeriksaannya, auditing dibedakan atas 4 jenis yang

menunjukkan karakteristik dari pengertian auditing tersebut (Sukrisno Agoes :3) yaitu:

1. Management Audit (Operasional Audit)

Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan

akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen, untuk

mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut telah dilakukan secara efektif, efisien

dan ekonomis.

2. Complience Audit (Audit ketaatan)

Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan sudah mentaati

peraturan-peraturan dan kebijakan yang berlaku, baik yang ditetapkan oleh pihak

intern perusahaan maupun pihak ekstern perusahaan. Pemeriksaan dapat dilakukan

baik oleh KAP maupun bagian internal audit.

3. Internal Audit (Pemeriksaan Internal)

Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap

laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap

kebijakan manajemen yang telah ditentukan.

4. Computer Audit

Page 9: Y = a - b 1 X 1

Pemeriksaan oleh KAP terhadap perusahaan yanng memproses data akuntansinya

dengan menggunakan EDP (electronik data processing) system.

Laporan Audit

Laporan audit merupakan media formal yang digunakan auditor dalam

menyampaikan informasi atas pemeriksaan yang telah dilakukan dalam suatu pemeriksaan

umum (general auditing). Laporan audit yang diberikan mencakup laporan opini yang

merupakan laporan yang berisi pendapat auditor atas kewajaran laporan keuangan yang

disusun oleh manajemen dan merupakan tanggung jawab manajemen serta laporan keuangan

auditan yang merupakan laporan keuangan yang telah disesuaikan berdasarkan temuan-

temuan yang telah dilakukan.

Opini Auditor

Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (PSA 29 SA seksi 508), ada lima jenis

pendapat atau opini auditor, yaitu :

1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)

Jika auditor telah melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan standar auditing yang

ditentukan oleh Ikatan Akuntan Indonesia, yaitu Standar Profesional Akuntan Publik

dan telah mengumpulkan bahan-bahan pembuktian (audit evidence) yang cukup untuk

mendukung opininya, serta tidak menemukan adanya kesalahan material atau

penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum, makaauditor dapat

memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian. Dengan pendapat wajar tanpa

pengecualian, auditor menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar,

dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sebuah

usaha tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan yang ditambahkan

dalam laporan audit bentuk baku (unqualified opinion with explanatory language)

Pendapat ini diberikan jika terdapat keadaan tertentu yang mengharuskan auditor

menambahkan paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan lain) dalam laporan audit,

meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian yang dinyatakan

oleh auditor.

3. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion)

Kondisi tertentu mungkin memerlukan pendapat wajar dengan pengecualian.

Pendapat wajar dengan pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan

menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil

Page 10: Y = a - b 1 X 1

usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, kecuali

untuk dampak hal yang berkaitan dengan yang dikecualikan.

4. Pendapat tidak wajar (adverse opinion)

Suatu pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan

secara wajar posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas sesuai dengan prinsip

akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Pendapat ini dinyatakan bila menurut

pertimbangan auditor, laporan keuangan secara keseluruhan tidak disajikan secara

wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Bila auditor

menyatakan pendapat tidak wajar, ia harus menjelaskan dalam paragraf terpisah

sebelum paragraf pendapat dalam laporannya (a) semua alasan yang mendukung

pendapat tidak wajar, dan (b) dampak utama hal yang menyebabkan pemberian

pendapat tidak wajar terhadap posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas, jika secara

praktis untuk dilaksanakan. Jika dampak tersebut tidak dapat ditentukan secara

beralasan, laporan audit harus menyatakan hal itu.

5. Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion)

Dalam pernyataan tidak memberikan pendapat, auditor tidak menyatakan pendapat

atas laporan keuangan. Auditor dapat tidak menyatakan suatu pendapat bilamana ia

tidak dapat merumuskan atau tidak merumuskan suatu pendapat tentang kewajaran

laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Jika auditor

menyatakan tidak memberikan pendapat, laporan auditor harus memberikan semua

alasan substantif yang mendukung pernyataan tersebut.

Analisis Laporan Keuangan

Informasi dalam laporan keuangan merupakan produk penting dari proses operasi

perusahaan yang dapat mempengaruhi berbagai pihak yang membutuhkan atas laporan

keuangan. Agar dapat bermanfaat, penting untuk memahami dan mengerti sifat dan isi

laporan keuangan agar dapat menilai kegunaan dari informasi tersebut. Laporan keuangan

setidaknya memiliki informasi tentang rencana bisnis perusahaan, oleh karena itu proses

evaluasi dan peramalan atas rencana bisnis tidak dapat dipisahkan. Salah satu cara untuk

mengevaluasi dan meramalkan rencana bisnis tersebut yaitu dengan analisis laporan

keuangan (Subramanyam, 2010).

Tujuan Analisa Perbandingan Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi

sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil – hasil yang telah dicapai oleh perusahaan

yang bersangkutan. Dalam menganalisa dan menilai posisi keuangan dan potensi atau

Page 11: Y = a - b 1 X 1

kemajuan perusahaan, faktor yang paling utama untuk mendapat perhatian oleh penganalisa

adalah :

a. Likuiditas adalah menunjukan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi

kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan

untuk memenuhi kewajiban pada saat ditagih. Kewajiban keuangan suatu

perusahaan pada dasarnya dapat digolongkan menjadi 2 yaitu, pertama kewajiban

keuangan yang berhubungan dengan pihak luar perusahaan (kreditur) disebut

dengan likuiditas badan usaha, kedua kewajiban keuangan yang berhubungan

dengan proses produksi (intern perusahaan) disebut dengan likuidasi perusahaan.

b. Solvabilitas adalah menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi

kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasikan baik

kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.

c. Rentabilitas atau profitability adalah menunjukan kemampuan perusahaan

untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

d. Stabilitas Usaha adalah menunjukan kemampuan perusahaan untuk melakukan

usahanya dengan stabil yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan

perusahaan untuk membayar beban bunga atas hutangnya dan akhirnya membayar

kembali hutang – hutang tersebut tepat pada waktunya.

Tujuan Kualitatif Akuntansi

a. Relevan, laporan keuangan yang dihasilkan harus relevan antara data dengan keadaan

perusahaan

b. Dapat dimengerti, laporan keuangan yang dihasilkan dalam akuntansi pajak harus

dapat dimengerti.

c. Daya uji, laporan keuangan yang dihasilkan dalam mempunyai daya uji, perhitungan

yang dilakukan akan menghasilkan angka yang sama apabila dilakukan oleh pihak

lain.

d. Netral, laporan keuangan yang dihasilkan harus netral, tidak memihak kepada salah

satu pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan

e. Tepat waktu, laporan keuangan yang disajikan harus tepat waktu, sesuai dengan

tahun takwim atau tahun buku yang dipergunakan perusahaan

f. Daya banding, laporan keuangan yang dihasilkan harus memiliki daya banding,

terutama dengan Standar Akuntansi Keuangan

g. Lengkap, laporan keuangan yang disajikan dalam harus lengkap, tidak terdapat data

yang tidak terakumulasi dalam laporan keuangan

Page 12: Y = a - b 1 X 1

Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Bursa Efek Indonesia

Menurut Salinan Surat Keputusan BAPEPAM-LK Nomor: 431/BL/2012 (Nomor

X.K.6.) 1 Agustus 2012. Peraturan BAPEPAM-LK nomor X.K.6. juga mengatur tentang

jangka waktu penyampaian laporan keuangan tahunan, yaitu pada butir 2a yang menyatakan

bahwa laporan keungan tahunan harus disertai dengan laporan akuntan dengan pendapat yang

lazim dan disampaikan kepada BAPEPAM-LK selambat-lambatnya pada akhir bulan

keempat setelah tanggal laporan keuangan tahunan.

Menurut keputusan direksi PT. Bursa Efek Indonesia nomor Kep-307/BEJ/07-2004

tentang peraturan nomor I-H butir II-6, terdapat tahapan sanksi yang diberikan atas

keterlambatan penyampaian laporan keuangan, yaitu:

1. Peringatan tertulis pertama akan diberikan kepada emiten bila terlambat

menyampaikan laporannya sampai 30 hari kalender.

2. Peringatan tertulis kedua ditambah dengan denda sebesar Rp 50 juta dijatuhkan

bila hingga hari ke-31 hingga ke-60 sejak batas waktu penyerahan emiten belum

juga memberikan laporannya.

3. Peringatan tertulis ketiga dan tambahan denda sebesar Rp 150 juta akan

dijatuhkan bila mulai hari ke-61 sampai dengan hari ke-90 sejak lampaunya batas

waktu penyerahan emiten belum juga menyampaikan laporan keuangannya.

4. BEJ akan menghentikan sementara perdagangan (suspensi) jika mulai hari ke-91

sejak terlampauinya batas waktu penyampaian laporan emiten tetap saja belum

menyerahkan laporannya, atau emiten telah menyampaikan laporan keuangan

tetapi belum membayar denda pada peringatan sebelumnya. Suspensi ini hanya

akan dibuka jika emiten menyerahkan laporannya sekaligus membayar denda

keterlambatan tersebut.

2.1.2 Audit Report Lag

Menurut Wah Lai dan Cheuk (2005), “An audit report lag or audit delay is a period

from a company’s year-end date to the audit report date”. Definisi tersebut selaras

dengan Hossain dan Taylor (1998) yang berpendapat “audit delay has been considered as the

time from a company’s accounting year end to the date of the auditor’s report.”

Sedangkan menurut Knechel dan Payne (2001) dalam Hamzah Ahmad, M.Nizarul Alim, dan

Imam Subekti (2005), audit report lag / audit delay adalah periode waktu antara akhir tahun

fiskal dan tanggal laporan audit perusahaan. Oleh karena itu, semakin lama auditor dalam

meyelesaikan pekerjaan auditnya maka semakin panjang audit delay.

Page 13: Y = a - b 1 X 1

Pada tahun 1996, BAPEPAM mengeluarkan lampiran keputusan Ketua BAPEPAM

Nomer Keputusan 80/PM/ 1996, yang mewajibkan bagi setiap emiten dan perusahaan publik

untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan perusahaan dan laporan auditor

independennya kepada BAPEPAM selambat-lambatnya 120 hari setelah tanggal laporan

tahunan perusahaan. Namun sejak tanggal 30 September 2003, BAPEPAM semakin

memperketat peraturan dengan dikeluarkannya lampiran surat Keputusan Ketua BAPEPAM

Nomor : Kep-36/PM/2003 yang menyatakan bahwa laporan keuangan disertai dengan

laporan akuntan dengan pendapat yang lazim harus disampaikan kepada BAPEPAM

selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan

tahunan. 

Ketepatan waktu penyampaian informasi mengandung pengertian bahwa informasi

tersedia sebelum kehilangan kemampuannya untuk mempengaruhi atau membuat perbedaaan

dalam keputusan. Informasi harus disampaikan sedini mungkin untuk dapat digunakan

sebagai dasar membantu dalam pengambilan keputusan ekonomi dan untuk menghindari

tertundanya pengambilan keputusan tersebut (Baridwan, 2001:5).

Page 14: Y = a - b 1 X 1

METODE PENELITIAN

Variabel dan Definisi Operasional Variabel

Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Audit Report Lag yaitu merupakan

periode waktu antara akhir tahun fiskal dan tanggal laporan audit perusahaan, Subekti (2005).

Audit report lag diukur dengan menghitung jarak antara tanggal penutupan tahun buku

dengan tanggal dikeluarkannya laporan audit.

Audit Report Lag (Y) = Tanggal laporan audit – Tanggal laporan keuangan

Variabel Independen (X)

Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel

independen yang diuji dalam penelitian ini yaitu :

1. Size Perusahaan (X1)

Variabel Size perusahaan dalam penelitian ini merupakan konstruk yang diukur

dengan jumlah seluruh aktiva yang dimiliki masing-masing industri setelah dikurangi

kepemilikan aset anak perusahaan diluar kegiatan usaha industri bagi entitas yang

melakukan konsolidasi laporan keuangan. Total aset diukur dengan menggunakan

logaritma natural dari jumlah total aset yang dimiliki masing-masing perusahaan.

Pengukuran dengan menggunakan logaritma natural dimaksudkan untuk

menghaluskan nilai total assets yang besar dan agar dapat di samakan dalam uji

regresi.

Size Perusahaan = Ln (total assets)

2. Kualitas Audit (X2)

Telah dibahas sebelumnya bahwa kualitas audit diukur berdasarkan ukuran kantor

akuntan publik. Ukuran KAP diukur berdasarkan apakah KAP yang mengaudit

perusahan termasuk KAP yang berafiliasi dengan KAP the big four atau tidak. Oleh

karena itu pengukuran juga dilakukan dengan pemberian kode dummy. Untuk

perusahaan yang di audit oleh KAP the big four diberi kode (1), sedangkan yang

diaudit oleh KAP selain the big four diberi kode (0).

3. Rasio Hutang (X3)

Dalam penelitian ini rasio hutang (solvabilitas atau leverage) dihitung dengan

menggunakan rasio hutang terhadap ekuitas (DER) yaitu dengan membandingkan

total hutang (baik hutang jangka pendek maupun jangka panjang) dengan total ekuitas

Page 15: Y = a - b 1 X 1

perusahaan (Taurigana dan Clark dalam Shaleh, 2004). Dalam banyak penelitian

sebelumnya sering digunakan rasio hutang baik terhadap ekuitas ataupun terhadap

aset. namun tujuannya tetap sama yaitu melihat proporsi hutang perusahaan.

Debt ¿ Equity Ratio=Total HutangTotal Ekuitas

x 100 %

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini yaitu perusahaan yang bergerak dibidang industri makanan

dan minuman (food and beverage) yang terdaftar di BEI mulai tahun 2007 sampai 2011.

Perusahaan food and beverage yang terdaftar di BEI berdasarkan data dari www.idx.co.id

berjumlah 20 perusahaan. Penentuan sampel dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik

purposive sampling artinya populasi yang dijadikan sampel dalam penelitian ini merupakan

populasi yang memenuhi kriteria yang telah dipilih oleh peneliti atas dasar pertimbangan

tertentu. Kriteria yang dipilih oleh penulis dalam penelitian ini yaitu :

1. Perusahaan industri food and beverages yang telah menerbitkan laporan keuangan

tahun 2007, 2008, 2009, 2010, dan 2011 serta tidak delisting di bursa efek Indonesia

selama periode penelitian.

2. Perusahaan industri food and beverages yang melaporkan kepemilikan aset induk

maupun anak perusahaan apabila entitas melakukan konsolidasi laporan keuangan.

3. Perusahaan mempunyai data yang lengkap untuk ditelti.

4. Perusahaan menggunakan mata uang Rupiah dalam laporan keuangannya.

Jenis dan Sumber Data

Penelititan ini menggunakan data sekunder berdasarkan data yang telah di kumpulkan

oleh pihak lain yang telah tersedia. Menurut pendapat Umar (1999:43), menyatakan bahwa

data sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan, baik oleh

pengumpul data primer atau pihak lain. Jadi data sekunder merupakan data yang secara tidak

langsung berhubungan dengan responden yang diselidiki dan merupakan pendukung bagi

penelitian yang dilakukan.

Data dalam penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan auditan beserta laporan audit

masing-masing emiten yang terdaftar di BEI mulai tahun 2007 sampai 2011. Data tersebut

diambil melalui situs Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id). Selain itu juga diperoleh dari

Indonesia Capital Market Directory (ICMD).

Page 16: Y = a - b 1 X 1

Metode Pengumpulan Data

Alasan penggunaan metode purposive sampling didasari pertimbangan agar sampel data

yang dipilih memenuhi kriteria untuk diuji (Indriantoro dan Supomo, 1999:131). Dari hasil

seleksi beberapa perusahaan industri food and beverages selama tahun 2007 sampai 2011,

perusahaan yang telah benar-benar sesuai dengan kriteria pengumpulan sampel terpilih

sebanyak 16 perusahaan. Pertimbangan dalam menentukan kriteria tersebut didasarkan pada

tujuan dan masalah dalam penelitian. Sehingga penentuan sampel tidak dilakukan secara acak

dan informasi yang dibutuhkan benar-benar menggambarkan masalah yang akan diuji.

Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda dengan variabel dependen

yaitu audit report lag. Agar dapat melihat pengaruh dari size perusahaan, kualitas audit, dan

rasio hutang. maka model regresi dapat dirumuskan menjadi :

Y = a - b1X1 - b2X2 + b3X3 + eKeterangan :

Y = Audit Report Lag

a = Konstanta X3 = Rasio Hutang

b = Koefisien regresi e = Faktor pengganggu (error)

X1 =Size perusahaan

X2 = Kualitas audit

Page 17: Y = a - b 1 X 1

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif menunjukkan gambaran variabel audit report lag serta

variabel terikat yaitu size perusahaan, kualitas audit, dan rasio hutang. Tabel berikut

menunjukkan nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata dan standar deviasi dari

masing-masing variabel.

Tabel 4.1 Statistik DeskriptifDescriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

ARL 80 24 142 79.74 24.815

Size 80 25.0 31.6 27.646 1.4984

KAP 80 0 1 .38 .487

DER 80 .19 64.47 2.2585 7.29414

Valid N (listwise) 80

Sumber : lampiran 4

Berdasarkan data statistik deskriptif diatas dijelaskan bahwa audit report lag antara

24 hari sampai 142 hari dengan rata-rata audit report lag 79,74 hari dan standar devasi

24,815. Terlihat bahwa dari peraturan BAPEPAM dan surat keputusan menteri keuangan

mengenai kewajiban perusahaan publik dalam menyampaikan laporan tahunan dan laporan

keuangan disertai laporan auditor selambat-lambatnya akhir bulan ke 4, yang artinya rata-rata

audit report lag pada perusahaan sampel dibawah batas ketetapan tersebut. nilai minimum

audit report lag 24 hari merupakan audi report lag dari perusahaan PT Cahaya Kalbar Tbk

tahun 2007 nilai maksimum sebesar 142 hari merupakan audit report lag dari perusahaan PT

Sierad Produce Tbk tahun 2011.

Variabel size perusahaan memiliki rentang nilai antara 25,0 atau total aset sekitar 74

milyar rupiah sampai 31,6 atau total aset sekitar 53 triliun rupiah. Dari data tersebut terlihat

perbedaan yang cukup jauh jika ditinjau dari jumlah aset yang dimiliki masing-masing

perusahaan sampel dengan rata-rata 27,646. Untuk total aset maksimum dimiliki oleh

perusahaan PT Indofood Sukses Makmur Tbk tahun 2011 dan total aset minimum dimiliki

oleh perusahaan PT Pioneerindo Gourmet International Tbk tahun 2007

Variabel kualitas audit yang menggunakan skala dummy terhadap audit report lag dapat

dilihat memiliki rata-rata 0,38 dengan audit report lag 79,74 hari. Secara persentase, 30

Page 18: Y = a - b 1 X 1

laporan keuangan perusahaan menunjukkan rata-rata perusahaan diaudit oleh KAP the big

four.

Statistics

ARL KAP

N Valid 80 80

Missing 0 0

Mean 79.74 .38

Std. Deviation 24.815 .487

Sum 6379 30

Sumber : lampiran 4KAP

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 50 62.5 62.5 62.5

1 30 37.5 37.5 100.0

Total 80 100.0 100.0

Sumber : lampiran 4

Variabel rasio hutang memiliki rata-rata sebesar 2,2585 dengan kisaran 0,19 sampai

64,47. Terlihat bahwa umumnya perusahaan memiliki total hutang sebesar 2,2585%

dibandingkan total ekuitasnya. Untuk rasio hutang terendah dimiliki oleh perusahaan PT

Delta Djakarta Tbk. Sedangkan rasio hutang tertinggi dimiliki oleh perusahaan PT

Pioneerindo Gourmet International Tbk.

Uji Asumsi Klasik

Uji Normalitas

Dalam uji normalitas, data penelitian yang digunakan akan dapat dilihat apakah

terdistribusi normal atau sebaliknya. Terpenuhinya uji normalitas merupakan salah satu

syarat dianggap valid atau tidaknya model regresi. Untuk menguji normalitas data, dalam

penelitian ini digunakan normal probability plot dan uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov

Test. Distribusi data ditentukan dengan berdasarkan taraf signifikansi >0,05 untuk uji One-

Sample Kolmogorov-Smirnov Test.

Page 19: Y = a - b 1 X 1

Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas

Sumber : lampiran 5

Tabel 4.2 Hasil Uji NormalitasOne-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 80

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation 24.67817608

Most Extreme

Differences

Absolute .149

Positive .146

Negative -.149

Kolmogorov-Smirnov Z 1.333

Asymp. Sig. (2-tailed) .157

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Sumber : lampiran 5

Dari gambar plot diatas terlihat titik-titik menyebar disekitar garis lurus yang berarti

bahwa asumsi normalitas terpenuhi untuk model penelitian dan data terdistribusi secara

normal. Untuk hasil uji berikutnya, berdasarkan tabel diatas taraf signifikansi menunjukkan

Page 20: Y = a - b 1 X 1

nilai 0,157 yang berada diatas 0,05. Dengan demikian uji normalitas kedua terpenuhi bahwa

nilai residual terdistribusi normal.

Uji Multikolinearitas

Masalah multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi

antara beberapa variabel independen yang diuji memiliki hubungan secara sempurna atau

tidak . Untuk uji tersebut digunakan nilai variance inflation factor (VIF). Nilai VIF yang

harus terpenuhi adalah dibawah 10 atau tolerance diatas 0,1.

Tabel 4.3 Hasil Uji MultikolinearitasCoefficientsa

ModelCollinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

Size .932 1.073

KAP .978 1.022

DER .940 1.063

a. Dependent Variable: ARL

Sumber : lampiran 6

Nilai VIF sebesar 1,073; 1,022; dan 1,063 masih lebih kecil dari 10 sehingga dapat

disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah multikolinieritas dalam persamaan regresi.

Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah didalam model regresi linier ada

korelasi antara kesalahan pengganggu periode t dengan kesalahan pengganggu periode

sebelumnya (t-1). Untuk uji autokorelasi ini dapat dilihat nilai Durbin Watson (dw).

Tabel 4.4 Uji Autokorelasi Model 1Model Summaryb

Model Durbin-Watson

1 2.053

a. Predictors: (Constant), DER, KAP, size

Page 21: Y = a - b 1 X 1

Model Summaryb

Model Durbin-Watson

1 2.053

b. Dependent Variable: ARL

Sumber : lampiran 7

Dapat dilihat nilai dw sebesar 2,053 dengan taraf signifikansi 5% jumlah sampel

sebanyak 80 dan jumlah variabel independen 3(k). Dari tabel DW didapat nilai du sebesar

1,53. Oleh karena nilai dw lebih besar dari batas atas (du) dan kurang dari 4-du (2,47) maka

dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi.

Uji Heterokedastisitas

Dalam penelitian dapat dilihat masalah heterokedastisitas melalui grafik Scatterplot.

Yang bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance

dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika variance dari residual pengamatan

satu dengan lainnya tetap, maka disebut homoskedastisitas.

Gambar 4.2 Grafik Heterokedastisitas

sumber : lampiran 8

Pada grafik scatterplot diatas menunjukkan bahwa tidak terdapat pola tertentu pada

grafik. Selain itu titik-titik tersebar dan acak yang berarti tidak terdapat masalah

heterokedastisitas dalam model regresi linier berganda yang dibentuk.

Pengujian Hipotesis

Koefisien Determinasi R2

Page 22: Y = a - b 1 X 1

Dalam pengujian koefisien determinasi dapat dilihat seberapa besar pengaruh variabel

dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen. Hal ini diperlukan untuk melihat

kesesuaian model

Tabel 4.5 Hasil Uji Model RegresiModel Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .207a .043 .005 24.75126 2.053

a. Predictors: (Constant), DER, KAP, size

b. Dependent Variable: ARL

Sumber : lampiran 9

Tabel diatas memperlihatkan nilai korelasi R sebesar 0,207 pada model penelitian dan

koefisien determinasi Rsquare 0,043 yang berarti kemampuan variabel bebas menjelaskan

varians variabel terikat yaitu sebesar 4,3%. Masih terdapat sisa yang belum dapat dijelaskan

variabel bebas dalam model penelitian.

Uji F Statistik (Simultan)

Hasil uji secara simultan digunakan untuk melihat seberapa beasar pengaruh ketiga

variabel independen terhadap audit report lag secara bersama-sama. Penjelasan selengkapnya

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.6 Hasil Uji F StatistikANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 2087.997 3 695.999 1.136 .340a

Residual 46559.491 76 612.625

Total 48647.487 79

a. Predictors: (Constant), DER, KAP, size

b. Dependent Variable: ARL

Sumber : lampiran 10

Hasil uji statistik menjelaskan nilai F hitung sebesar 1,136 dengan nilai signifikansi

0,340. Hasil tersebut menunjukkan bahwa probabilitas diatas 0,05 artinya variabel

independen secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan.

Uji t Statistik (Parsial)

Page 23: Y = a - b 1 X 1

Hasil uji hipotesis selanjutnya yaitu uji statistik t yaitu menguji pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen secara individu atau masing-masing variabel. Hasil

yang didapat yaitu.

Tabel 4.7 Hasil Uji t Statistik

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.B Std. Error Beta

1 (Constant) 127.369 54.180 -0.133 0.894

Size 5.320 .000 0.217 4.018 .019

KAP -3.027 1.818 -.155 -1.665 .298

DER -.027 .426 -.057 -.482 .657

a. Dependent Variable: ARL sumber : lampiran 11

Pengaruh size perusahaan terhadap audit report lag

Dari tabel 4.7 diatas diketahui bahwa variabel size perusahaan berpengaruh secara

positif terhadap audit report lag. Hal ini ditunjukkan dengan nilai probabilitas signifikansi

(sig t) dengan nilai 0,019<0,10. Sehingga hipotesis awal H1 yang menyatakan bahwa “Size

perusahaan berpengaruh positif terhadap audit report lag” dapat diterima.

Dapat dikatakan pula bahwa untuk setiap peningkatan size perusahaan sebesar 1%

maka akan mengakibatkan penurunan lamanya audit report lag sebesar 0,019. Dengan hasil

ini berarti dapat dikatakan size perusahaan berpengaruh terhadap audit delay.

Pengaruh kualitas audit terhadap audit report lag

Dapat dilihat bahwa variabel kualitas audit memiliki nilai signifikansi t 0,298>0,10

dengan koefisien regresi bernilai negatif. Oleh karena itu variabel kualitas audit dapat

dikatakan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit report lag dan hipotesis awal H2

ditolak. Dengan koefisien negatif berarti setiap kenaikan variabel kualitas audit 1%

mengakibatkan penurunan lamanya audit report lag sebesar 0,298.

Pengaruh rasio hutang terhadap audit report Lag

Selanjutnya variabel rasio hutang juga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

audit report lag. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi t DER 0,657>0,10 dengan

koefisien negatif. Dengan demikian hipotesis awal H3 ditolak yang menyatakan “rasio hutang

berpengaruh positif terhadap audit report lag”. Dapat dikatakan juga setiap kenaikan rasio

hutang sebesar 1% mengakibatkan penurunan lamanya audit report lag sebesar 0,657.

Page 24: Y = a - b 1 X 1

KESIMPULAN DAN SARAN

Adapun kesimpulan dan saran yang dapat diberikan penulis adalah sebagai berikut :

1. Secara keseluruhan, rata-rata perusahaan memiliki jangka waktu penyampaian

laporan keuangan beserta laporan audit (audit report lag) selama ± 3 bulan, yang

berarti bahwa perusahaan industri food and beverages tahun 2007-2011 dapat

melaporkan laporan keuangan dibawah batas waktu ketetapan Bapepam yaitu

selambat-lambatnya akhir bulan keempat.

2. Size perusahaan berpengaruh positif terhadap audit report lag. Hal ini disebabkan

perusahaan dengan total aset yang lebih besar ditambah dengan ruang lingkup

proses audit yang lebih luas memiliki sumber daya dan sistem pelaporan yang

handal dan terintegrasi dengan baik sehingga dapat meminimalkan tingkat

kesalahan dalam penyajian laporan keuangan yang berpengaruh dengan proses

audit yang tepat waktu dan handal.

3. Kualitas audit tidak berpengaruh terhadap audit report lag dan hubungannya

negatif. Hal ini dikarenakan baik KAP big four maun non big four sama-sama

memiliki tuntutan baik itu dalam standar profesional auditor atau untuk

mempertahankan kliennya.

4. Rasio hutang tidak berpengaruh terhadap audit report lag dan hubungannya

negatif. Hal ini berarti pembiayaan dengan hutang dimungkinkan dalam beberapa

hal kelangsungan usaha sehingga tidak menimbulkan kecenderungan perusahaan

menunda penyampaian laporan keuangannya.

Page 25: Y = a - b 1 X 1

DAFTAR PUSTAKA

Accounting Principal Board(APB) Statement. 1970.

Agoes, Sukrisno. 2004. Auditing (Pemeriksaan Akuntan oleh Kantor Akuntan Publik). Edisi ketiga. Jakarta: Lembaga Penerbit Fak. Ekonomi Universitas Indonesia.

Ahmad,R.A.R. and K.A. Kamarudin,”Audit Delay and The Timeliness of Corporate Reporting Malaysian Evidence, ”2001,http://www.ssrn.pp.1-14.

Badan Pengawas Pasar Modal. 2012. website: http://www.bapepam.go.id

Baridwan, Zaki. (2004). Intermediate Accounting. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Bursa Efek Indonesia. 2012. Website : http:/www.idx.co.id.

Carslaw, C. A. P. N., and S.E. Kaplan, 1991, An Examination of Audit Delay: Further Evidence from New Zealand, Accounting and Bussines Research (Winter), p. 21-32.

Cullinan, Charles P. 2003. Competing Size Theories And Audit Lag: Evidence From Mutual Fund Audits. Journal of American Academy of Business. 3 (1/2). pp.183-189.

Deart, J.danRustiana. 2007. Faktor-Faktor yang Berdampak Pada Perbedaan Audit Delay. Jurnal Kinerja, Volume 11, No.1, Th. 2007: Hal. 27-39.

Ghozali Imam, 2005, Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro SPSS, Semarang

Halim, Varianada, 2000, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 2 No. 1, p. 63-75.

Hamzah, A., Nisarul Alim, M., dan Subekti, I. 2005. “Pengujian Empiris Audit Report Lag Menggunakan Client Cycle Time dan Firm Cycle Time. SNA VIII. Solo.

Page 26: Y = a - b 1 X 1

Hossain, Monirul Alam dan Peter J. Taylor. 1998. Examination of Audit Delay: Evidence from Pakistan. Proceeding Asian-Pacific Interdisciplinary Research in Accounting Conference. Osaka.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001, Cetakan Pertama, Salemba Empat, Jakarta 2001.

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. (1999). Metode Penelitian Bisnis. Edisi I. Yogyakarta: BPFE.

Konrath, Larry F. 2002. Auditing a Risk Analysis Approach. 6th Edition. Thomson Learning, South Western, USA.

Lai, Kam-Wah dan Leo M.C. Cheuk. 2005. Audit Report Lag, Audit Partner Rotation and Audit Firm Rotation: Evidence from Australia.

Luciana dan Lucas. 2006. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyelesaian Laporan Keuangan pada perusahaan yang terdaftar di BEJ. Seminar nasional Good Corporate Governance Universitas Trisakti.

Niarchos, A. and Georgapoulos, M. 1986, “The effect of annual corporate profit reports on the Athens Stock Exchange: an empirical investigation”, Management International review, 26(1): 64-73.

Owusu, & Ansah. (2000). Timeliness of Corporate Financial Reporting in Emerging Capital Market : Empirical Evidence from Zimbawe Stock Exchange. Journal Accounting & Business, 241-254.

Prihantoro (2003). “Estimasi Pengaruh Dividen Payout Ratio pada Perusahaan Publik di Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis No.1 Jilid 8.p.7-14

Rachmawati, Sistya. (2008). Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan terhadap Audit Delay dan Timeliness. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 10, No. 1, 1-10.

Rizky, Yanuar. (2012). Aspirasi Indonesia Research Institute. Journalism Database & Technology.

Saleh, R. (2004). Studi Empiris Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi VII (Desember), 897-910.

Subekti. Imam dan Widiyanti ,W .Novi, 2004. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap audit delay di Indonesia. SNA Bali

Suad, Husnan. 2006. Manajemen Keuangan dan Teori Penerapan (Keputusan Jangka Pendek). Edisi 4. Jogjakarta. BPFE UGM.

Subramanyam, K.R. 2010. Analisis Laporan Keuangan (financial statement analysis). Edisi 10. Jakarta. Salemba Empat.

Sugiyono. 2006. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sumodiningrat. 2001. Metode Statistika. Jakarta. Pustaka Sinar Harapan.

Page 27: Y = a - b 1 X 1

Supriyati Yuliasri Rolinda. (2007). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur dan Finansial di Indonesia). Jurnal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi. Vol . 10 No. 3, hal 109-126.

Taurigana, & Clarck. (2000). The Demand for External Auditing: Managerial Share Ownership, Size, Gearing, and Liquidity Influences. Management Accounting Review , 346-365.

Umar, Husein. 1999. Metodologi Penelitian Aplikasi Dalam Pemasaran. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Utami, Wiwik. 2006. Analisis Determinan Audit Delay: Kajian Empiris Di Bursa Efek Jakarta. Bulletin penelitian. No.9. Hal 1-15.