web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ......

158
LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPULIK INDONESIA KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa serta atas segala rakhmat dan perkenan- Nya, penulis sebagai salah satu peserta Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) XLVIII Tahun 2012 Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, telah berhasil menyelesaikan tugas Kertas Karya Perorangan (TASKAP) ini. Berbagai kendala yang penulis hadapi, baik berupa keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, maupun keterbatasan waktu, namun berkat dukungan berbagai pihak yang dengan tulus membantu penulis, maka tugas ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Kertas Karya Perorangan ini memilih judul : Implementasi Kepemimpinan Rahmatan Lil Alamin di Lingkungan Polri Guna Peningkatan Ketahanan Pangan Dalam Rangka Kemandirian Bangsa”. Judul TASKAP ini dipilih dengan latar belakang diantaranya bahwa, setelah Polri dipisahkan dari Abri di sekitar tahun 1998, sampai saat ini belum ada sebuah penamaan khusus yang merupakan kristalisasi dari asas- asas ataupun nilai-nilai yang dapat menjadi pegangan ataupun pedoman kepemimpinan di lingkungan Polri seperti misalnya adanya “11 Asas Kepemimpinan Abri” sebelumnya. Pemilihan akan kata-kata kepemimpinan

Upload: vuongduong

Post on 01-Feb-2018

223 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPULIK INDONESIA

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha

Esa serta atas segala rakhmat dan perkenan-Nya, penulis sebagai salah

satu peserta Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) XLVIII Tahun

2012 Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, telah berhasil

menyelesaikan tugas Kertas Karya Perorangan (TASKAP) ini. Berbagai

kendala yang penulis hadapi, baik berupa keterbatasan pengetahuan dan

kemampuan, maupun keterbatasan waktu, namun berkat dukungan

berbagai pihak yang dengan tulus membantu penulis, maka tugas ini dapat

diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Kertas Karya

Perorangan ini memilih judul : “Implementasi Kepemimpinan Rahmatan Lil Alamin di Lingkungan Polri Guna Peningkatan Ketahanan Pangan Dalam Rangka Kemandirian Bangsa”.

Judul TASKAP ini dipilih dengan latar belakang diantaranya bahwa,

setelah Polri dipisahkan dari Abri di sekitar tahun 1998, sampai saat ini

belum ada sebuah penamaan khusus yang merupakan kristalisasi dari

asas-asas ataupun nilai-nilai yang dapat menjadi pegangan ataupun

pedoman kepemimpinan di lingkungan Polri seperti misalnya adanya “11

Asas Kepemimpinan Abri” sebelumnya. Pemilihan akan kata-kata

kepemimpinan Rahmatan Lil Alamin (RLA) ini, dikarenakan makna dari

RLA itu sendiri sebagai sebuah ungkapan yang bermakna “rahmat bagi

semesta alam”. Hal ini menurut penulis selaras dengan “roh” atau “jiwa”

ataupun “hakekat” dari keberadaan berbagai aparat pemerintah lebih-lebih

sebagai polisi yang secara universal memiliki tugas-tugas menjaga dan

memilihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum

dengan pendekatan pengyoman, perlindungan dan pelayanan masyarakat.

RLA senantiasa menebarkan cinta kasih bagi seluruh umat manusia dan

segala ciptaan Tuhan di alam semesta baik benda hidup (biotik) maupun

benda mati (abiotik). Dengan demikian penggunaan istilah kepemimpinan

Page 2: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

2

RLA ini adalah sebagai sebuah alternatif penamaan. Lebih lanjut hal ini

didorong oleh perkembangan dari organisasi Polri itu sendiri, dimana

setelah dipisahkan dari Abri telah memiliki landasan operasional yang baru

berupa undang-undang yang berbeda dari sebelumnya yaitu undang-

undang No. 2 Tahun 2002 Tentang Polri, kemudian ada pemaknaan baru

dari pedoman hidup maupun pedoman kerja di lingkungan Polri selama ini

yaitu Tribrata dan Catur Prasetya. Disamping itu Polri telah memiliki Grand

Strategi 2005-2025 yang dijadikan pedoman atau arah pembangunan Polri

untuk jangka waktu tertentu. Dalam Grand Strategi ini terkandung pikiran-

pikiran pokok pembangunan Polri baik jangka pendek, sedang dan panjang

maupun visi sebagai arah yang dikehendaki dalam kerangka memperkuat

pembangunan masyarakat sipil yang madani ataupun membangun

masyarakat yang demokrasi, patuh pada hukum dan menghargai hak asasi

manusia sebagaimana yang tertuang dalam nilai-nilai Pancasila sebagai

pedoman hidup, pandangan hidup maupun idiologi dan UUD 1945 sebagai

landasan konstitusional dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan

bermasayarakat. Hal lain yang cukup mendasar dalam perkembangan Polri

setelah dipisahkan dari Abri adalah pemilihan strategi maupun filosofi

perpolisian yang modern yaitu perpolisian masyarakat atau pemolisian

masyarakat (Polmas). Kebijakan Polmas ini telah tertuang dalam Peraturan

Kapolri Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Pedoman Dasar Strategi Dan

Implementasi Pemolisian Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Tugas Polri.

Kebijakan Polmas ini baik sebagai strategi maupun filosofi pada intinya

adalah mensetarakan aparat atau para petugas Polri dengan

masyarakatnya yang harus dilayani dan pemecahan masalah bersama.

Berbagai perubahan-perubahan di lingkungan Polri tersebutlah, setidaknya

yang mendorong penulis untuk membahas dan mencoba merumuskan

style atau gaya kepemimpinan di lingkungan Polri dengan tentu saja

didasarkan pada nilai-nilai kepemimpinan yang diterapakan di Indonesia

dan diajarkan di Lemhannas ii seperti nilai-nilai kepemimpinan nasional,

kepemimpinan kontemporer, kepemimpinan visioner, kepemimpinan

negarawan dan tentu juga tidak terlepas dari sifat-sifat kepemimpinan Nabi

Besar Muhammad SAW yaitu fatonah, amanah, siddig dan tabligh.

Page 3: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

3

Implementasi kepemimpinan yang RLA di lingkungan Polri pada

tataran realitas akan membawa organisasi Polri sebagai bagian dari aparat

pemerintahan yang transparan dan akuntabel dan dapat menjadi

pengungkit terwujudnya pemerintahan yang bersih atau baik dan sistem

tata kelola pemerintahan yang amanah atau yang baik dan bertangung

jawab (clean government and good governance). Kehadiran Polri sebagai

bagian dari pemerintah yang dapat dipercaya, berkemitraan dengan

seluruh pemangku kepentingan serta memberikan pelayanan yang prima,

adalah ujud atau keluaran dari pada Polri yang RLA. Dengan demikian,

dalam pelaksanaan tugas pokok Polri yang bernuansakan ramatan lil

alamin, dengan senantiasa melalui pendekatan komprehensif, integratif dan

holistik, akan memberikan kontribusi kepada penguatan ketahanan pangan

dan penguatan ketahanan pangan pada gilirannya akan memperkuat

kemandirian bangsa Indonesia.

Dengan segala kerendahan hati, menjadi suatu kehormatan bagi

penulis apabila dalam kesempatan ini dapat menyampaikan terima kasih

dan penghargaan yang tulus kepada :

1. Bapak Gubernur Lemhannas RI, beserta para pejabat utama dan

seluruh staff Lemhannas RI yang dengan penuh perhatian telah

membimbing dan mengarahkan penulis selama mengikuti Program

Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) XLVIII Tahun 2012.

2. Bapak Dr. Adi Sujatno, Bc.Ip, SH, MH sebagai Tenaga

Profesional Bidang Pimnas Lemhannas R.I dan sebagai tutor Taskap

penulis, yang dengan penuh kesabaran membimbing dan

mengarahkan penulis sehingga Kertas Karya Perorangan ini dapat

diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

3. Rekan-rekan peserta Program Pendidikan Reguler Angkatan

(PPRA) XLVIII Tahun 2012 Lemhannas RI, yang dengan setia

memberikan dorongan semangat kepada penulis sehingga Kertas

Karya Perorangan ini dapat penulis selesaikan.

4. Istri tercinta, MILAWATI serta anak-anak kami, PUTRI ZAHNAS

ADINEGARA, BUNGA ZAHNAS S. ADINEGARA, MOCH. GHOLIB

Page 4: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

4

ADINEGARA dan BERLIAN ZULIA ADINEGARA, doa dan pemberian

semangat mereka menjadi bekal bagi penulis dalam menekuni tugas

belajar di Lemhannas RI ini.

Penulis menyadari bahwa TASKAP ini masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu, sumbang saran dan kritik membangun dari berbagai pihak

akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari upaya penulis dalam

menyempurnakan tulisan ini.

Semoha Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan berkah dan

petunjuk serta bimbingan kepada kita semua dalam melaksanakan tugas

dan pengabdian kepada negara dan bangsa Indonesia yang kita cintai dan

kita banggakan.

Jakarta, 31 Oktober 2012

Penulis Taskap,

Drs. Zulkarnain

Kombes Pol. NRP : 61100610

Page 5: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

5

LEMBAGA KETAHANAN NASIONALREPUBLIK INDONESIA

PERNYATAAN KEASLIAN

1. Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ZULKARNAIN

Pangkat : KOMISARIS BESAR POLISI

Jabatan : KEPALA LEMBAGA PENJAMIN MUTU STIK PTIK POLRI

Instansi : KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Alamat : Jl. TIRTAYASA NO. 6 JAKARTA SELATAN

Sebagai peserta Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) XLVIII

Tahun 2012 menyatakan dengan sebenarnya bahwa :

a. Kertas Karya Perorangan (TASKAP) yang saya tulis adalah asli.

b. Apabila ternyata sebagian tulisan TASKAP ini terbukti tidak asli

atau plagiasi, maka saya bersedia untuk dibatalkan.

2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat digunakan seperlunya.

Jakarta, 31 Oktober 2012

Penulis Taskap

Drs. ZULKARNAIN

KOMISARIS BESAR POLISI

Nomor Urut : 82

Page 6: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

6

DAFTAR ISI

IMPLEMENTASI KEPEMIMPINAN RAHMATAN LIL ALAMIN DI LINGKUNGAN POLRI GUNA MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN

DALAM RANGKA KEMANDIRIAN BANGSA

Halaman

KATA PENGANTAR ....................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................... vi

Bab I Pendahuluan1 Umum ...........................................................

....8

2 Maksud dan Tujuan ............................................

12

3 Ruang Lingkup dan Sistimatika ............................

13

4 Metode dan Pendekatan .....................................

15

5 Pengertian .........................................................

18

Bab II Landasan Pemikiran6 Umum ...........................................................

....19

7 Paradigma Nasional ............................................

20

8 Peraturan Perundang-undangan ..........................

23

9 Landasan Teori ..................................................

30

10 Tinjauan Pustaka ................................................

35

Bab III Kondisi Implementasi Kepemimpinan RLA di Lingkungan Polri, Implikasi Implementasi Kepemimpinan RLA di Lingkungan Polri Terhadap Peningkatan Ketahanan Pangan dan Kemandirian

Page 7: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

7

Bangsa Serta Permasalahannya11 Umum ...........................................................

....39

12 Implementasi Kepemimpinan RLA di Lingkungan Polri Saat Ini ......................................................

40

13 Implikasi Implementasi Kepemimpinan RLA di Lingkungan Polri Terhadap Ketahanan Pangan dan Implikasi Peningkatan Ketahanan Pangan Terhadap Kemandirian Bangsa ............................

49

14 Permasalahan yang Ditemukan ...........................

55

Bab IV Pengaruh Perkembangan Lingkungan Strategis15 Umum ...........................................................

.....57

16 Pengaruh Perkembangan Global ..........................

47

17 Pengaruh Perkembangan Regional .......................

62

18 Pengaruh Perkembangan Nasional .......................

63

19 Peluang dan Kendala ..........................................

65

Bab V Implementasi Kepemimpinan RLA di Lingkungan Polri yang Dapat Meningkatkan Ketahanan Pangan dan Kemandirian Bangsa20 Umum ...........................................................

.....71

21 Implementasi Kepemimpinan RLA yang Diharapakan .......................................................

71

22 Kontribusi Impelementasi Kepemimpinan

Page 8: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

8

RLA Terhadap Peningkatan Ketahanan Pangan dan Kontribusi Peningkatan Ketahanan Pangan Terhadap Kemandirian Bangsa .............................

75

23 Indikator Keberhasilan ........................................

78

Bab VI Konsepsi Implementasi Kepemimpinan RLA yang Dapat Meningkatkan Ketahanan Pangan dan Kemandirian Bangsa24 Umum ...........................................................

.....83

25 Kebijakan ...........................................................

84

26 Strategi ..............................................................

85

27 Upaya ................................................................

85

Bab VII

Penutup

28 Kesimpulan .....................................................

101

29 Saran .............................................................

106

LAMPIRAN :

1. ALUR PIKIR.2. POLA PIKIR.3. DAFTAR PUSTAKA.4. DATA TAMBAHAN.

BAB I

PENDAHULUAN

1. Umum

Page 9: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

9

Pada saat Polri masih di lingkungan ABRI (sebelum tahun 2000),

Kepemimpinan di lingkungan Polri tentu saja senantiasa berkorelasi

dengan nilai-nilai Kepemimpinan yang ada di lingkungan ABRI pada saat

itu yang cukup dikenal yaitu dengan “11 (sebelas) asas Kepemimpinan

ABRI”.1 Walaupun tentu saja ada nilai-nilai secara khusus yang berlaku di

lingkungan Polri sebagaimana adanya nilai-nilai falsafah hidup Polri yang

bersumber dari Pancasila yaitu Tribrata dan pedoman kerja Polri yaitu

Catur Prasetya, yang dengan sendirinya akan mempengaruhi gaya atau

style Kepemimpinan di lingkungan Polri. Akan tetapi setelah berpisah

dengan ABRI, gaya atau style kepemimpinan di lingkungan Polri secara

khusus belum ada yang dapat dikatakan sebagai ciri khas Kepemimpinan

yang berlaku di lingkungan Polri seperti ketika berlaku 11 (sebelas) asas

Kepemimpinan ABRI waktu itu. Memang telah banyak diskusi dan kajian-

kajian khususnya di Sespimmen dan Sespimti Polri yang membahas

tentang Kepemimpinan di lingkungan Polri ini yang pada dasarnya identik

dengan pembahasan di Lemhannas yang membahas tentang

Kepemimpinan Nasional, Kepemimpinan Negarawan, Kepemimpinan

Visioner, Kepemimpinan Kontemporer, bahkan karena salah satu tugas

pokok Polri adalah pengayoman, perlindungan dan pelayanan masyarakat

maka dikemukakan juga tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada

dasarnya juga mendasari dari teori-teori Kepemimpinan Negarawan dan

Visioner. Berkaitan dengan falsafah hidup dan pedoman kerja di atas,

seiring dengan perkembangan reformasi birokrasi Polri telah terjadi

perubahan pemaknaan tentang Tribrata dan Catur Prasetya, 2 dengan

ditandai oleh perubahan kata-kata dan pemaknaanya. 3 Sehingga

sesunguhnya dengan mencermati perubahan ini, dimana Tribrata sebagai

falsafah hidup Polri dan Catur Prasetya sebagai pedoman kerja Polri

1 11 Asas Kepemimpinan ABRI atau saat ini TNI adalah : (1) TAQWA, (2) ING NGARSA SUNG TULADA, (3) ING MADYA MANGUN KARSA, (4) TUT WURI HANDAYANI, (5) WASPADA PURBA WISESA, (6) AMBEG PARAMA ARTA, (7) PRASAJA, (8) SATYA, (9) GEMI NASTITI, (10) BALAKA, (11) LEGAWA. Lebih lengkap dengan penjelasan lihat dalam lampiran.2 Tribrata yang lama adalah; Tribrata, Polisi ialah : (1) Rastra Sewakottama, (2) Nagara Yanottama, (3) Yana Anusasana Dharma. Catur Prasetya yang lama adalah; Catur Prasetya, (1) Satya Habrabu, (2) Hanyaken musuh, (3) Giniung Pratidina, (4) Tansa Trisna. Lebih lengkap dengan maknanya lihat dalam lampiran.3 Perubahan kata-kata dan pemaknaan baru Tribrata dan Catur Prasetya lihat dalam lampiran.

Page 10: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

10

dengan sendirinya akan berpengaruh pada Kepemimpinan di lingkungan

Polri.

Sehubungan dengan kondisi belum adanya “brand” 4 ataupun

“merk” khusus yang berlaku dalam kepemimpinan Polri dan dengan

didasarkan kepada pemahaman kehadiran seorang pemimpin ataupun

fitrah dari kehadiran umat manusia yang seharusnya membawa rahmat

bagi sesama manusia maupun alam serta seisinya (rahmatan lil alamin)

sebagaimana yang dicontohkan oleh junjungan dan panutan umat manusia

Nabi Besar Muhammad S.A.W dan didasarkan akan tujuan kehadiran Polri

ditengah-tengah masyarakat maupun kehidupan berbangsa dan bernegara

maka penulis mengemukakan dalam kaitan dengan masalah penegakan

hukum maupun pengembanan tugas-tugas Polri lainnya, kepemimpinan

yang baik di lingkungan Polri itu adalah “Kepemimpinan Rahmatan Lil

Alamin”. Kepemimpinan Rahmatan Lil Alamin (RLA) ini tentu saja pada

dasarnya adalah pengejawantahanan dari teori-teori kepemimpinan

nasional, negarawan, visioner maupun kontemporer maupun bersumber

dari sifat-sifat kepemimpinan Nabi Muhammad SAW yaitu fatonah,

amanah, shiddiq dan tablig yang dikaitkan dengan tugas pokok Polri yaitu

penegakan hukum, pemeliharaan kamtibmas dan selaku pengayom,

pelindung dan pelayan masyarakat. Kepemimpinan rahmatan lil alamin ini

bila dikaitkan dengan teori “Scenario Learning” 5 adalah sebuah focal

concern sebagai pernyataan strategis yang menjadi obsesi dengan menitik

beratkan pada pendorong perubahan atau driving forces berupa variabel-

variabel kritikal yaitu Moral dan Profesional. Tentu saja variabel-variabel

atau driving forces yang memberikan kontribusi kepada terujudnya

kepemimpinan rahmatan lil alamin cukup banyak, tetapi kedua driving

forces Moral dan Profesionalisme merupakan variabel pengungkit yang

dapat digambarkan sebagai garis ordinat dan aksis. Artinya kepemimpinan

rahmatan lil alamin yang diobsesikan di lingkungan Polri khususnya dalam

4 Hermawan Kertajaya, Bahan Ceramah Ilmiah Kuliah Sespati Polri 2008, Strategi Memasyarakatkan Tugas Pokok, Fungsi, dan Peran Polri dalam Rangka Meningkatkan Citra Polri, Bandung, 2008.5 Nusyirwan Zen, Bahan Ceramah Ilmiah di Sespati Polri 2008, Scenario Learning Suatu Pengantar Untuk Merangkai Plausibilitas Masa Depan, Bandung 2008.

Page 11: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

11

penegakan hukum itu adalah kepemimpinan yang menekankan pada moral

yang positif dan profesionalisme yang positif sebagai daya pengungkit

untuk membawa organisasi penegak hukum yang bermamfaat bagi

sesamanya umat manusia serta memberikan kemanfaatan dan kebaikan

bagi alam dan seisinya. Tidak justru sebaliknya fenomena yang sering

ditunjukkan justru aparat penegak hukum atau Polri atas kehadirannya

membuat keresahan, keberpihakan dan memberikan keadilan yang tidak

proporsional sehingga berpengaruh pada “kepercayaan” masyarakat

kepada institusi Polri itu sendiri. Tidak justru kehadiran aparat penegak

hukum atau Polri berkolusi dengan para pengusaha tambang, logging,

fishing yang serba illegal sehingga justru membuat kerusakan bagi alam

dan lingkungannya. Pemilihan focal concern Kepemimpinan Rahmatan Lil

Alamin ini juga berkaitan dengan kondisi tingkat kepercayaan masyarakat

terhadap Polri, misalnya hasil survey dan analisis yang dilakukan oleh

Political and Economic Risk Consultancy (PERC), Citra Publik Indonesia

dan lain-lain dapat di lihat pada Bab III di bawah.

Disisi lain, sebagai sebuah tema dari pendidikan reguler di Lemhannas

angkatan XLVIII/ 2012, bangsa dan negara ini sangat membutuhkan

sebuah ketahanan dibidang pangan sebagai bagian dari kemandirian

bangsa. Dalam UU NO. 7 Tahun 1996 tentang Pangan, dikatakan bahwa

pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya

menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan SDM yang

berkualitas untuk melaksanakan pembangunan nasional.6 Dikatakan bahwa

pangan yang aman, bermutu, bergizi, beragam, dan tersedia secara cukup

merupakan persyaratan utama yang harus dipenuhi dalam upaya

terselenggaranya suatu sistem pangan yang memberikan perlindungan

bagi kepentingan kesehatan serta makin berperan dalam meningkatkan

kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Lebih lanjut dalam Peraturan

Pemerintah No. 68 Tahun 2002 Tentang Ketahanan Pangan dikatakan

bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam

rangka pembangunan nasional untuk membentuk manusia Indonesia yang

berkualitas, mandiri, dan sejahtera melalui perwujudan ketersediaan

6 ______ Undang-undang No. 7 Tahun 1996 Tentang Pangan, Pasal Pertimbangan.

Page 12: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

12

pangan yang cukup, aman, bermutu, bergizi dan beragam serta tersebar merata di seluruh wilayah Indonesia dan terjangkau oleh daya beli

masyarakat.7 Untuk mewujudkan ketahanan pangan ini, tentu Polri sebagai

salah satu pemangku kepentingan dalam sistem pemerintahan negara

khususnya sebagai aparat penegak hukum terdepan dan pemeliharaan

kamtibmas bersama-sama Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) lainnya

mempunyai peran yang sangat penting. Oleh karenanya melalui

implementasi kepemimpinan yang RLA di lingkungan Polri diharapkan

dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam mewujudkan situasi

keamanan dan ketertiban masyarakat yang baik untuk mendukung

suasana yang memungkinkan terjadinya proses pembangunan nasional

untuk mewujudkan kesejahteraan nasional. Untuk lebih mendalami

bagaimana implementasi kepemimpinan RLA, penulis selaku salah satu

peserta PPRA XLVIII-2012 Lemhannas R.I mencoba menguraikan dalam

bentuk karya tulis perorangan (Taskap) dengan judul : “Implementasi Kepemimpinan Rahmatan Lil Alamin (RLA) di Lingkungan Polri Guna Meningkatkan Ketahanan Pangan Dalam Rangka Kemandirian Bangsa”. Tidaklah berlebihan penulisan Taskap ini juga dikandung

maksud sebagai kontribusi strategis penulis dalam upaya membantu

pemerintah khususnya Polri dalam mengatasi salah satu permasalahan

yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini baik masalah kepemimpinan

di lingkungan Polri sendiri maupun masalah ketahanan pangan dalam

rangka kemandirian bangsa.

2. Maksud dan Tujuan

a. Maksud. Tulisan ini dimaksudkan untuk membahas

bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan Polri

secara umum maupun lebih khusus dalam penegakan hukum

peraturan perundang-undangan di bidang pangan dan upaya-

upaya yang dapat dilakukan oleh Polri dikaitkan dengan masalah

7 Pasal 1 Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 2002 Tentang Ketahanan Pangan mengatur; Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Ketersediaan pangan adalah tersedianya pangan dari hasil produksi dalam negeri dan/ atau sumber lain. Terjangkau adalah keadaan di mana rumah tangga secara berkelanjutan mampu mengakses pangan sesuai dengan kebutuhan, untuk hidup yang sehat dan produktif.

Page 13: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

13

peningkatan ketahanan pangan dalam rangka kemandirian bangsa.

Tulisan ini dimaksudkan juga untuk memberikan gambaran driving

forces atau pengungkit utama apa saja yang dapat mewujudkan

kepemimpinan RLA maupun alternatif asas-asas atau prinsif-prinsif

kepemimpinan RLA itu sendiri.

b. Tujuan. Tujuan penulisan Taskap ini adalah memberikan

sumbangan pemikiran dan bahan masukan kepada Lembaga

Lemhannas maupun Polri guna melakukan berbagai kajian

strategis berkaitan dengan masalah style atau brand ataupun merk

kepemimpinan RLA, serta kepada para penentu kebijakan

khususnya di lingkungan Polri untuk menerapkan kepemimpinan

nasional, negarawan, kontemporer ataupun visioner dan RLA

dalam meningkatkan ketahanan pangan dalam rangka kemandirian

bangsa.

3. Ruang Lingkup dan Sistimatika

Ruang lingkup penulisan naskah ini dibatasi pada implementasi

kepemimpinan RLA di lingkungan Polri, yang dengan demikian anggota

Polri khususnya dalam pelaksanaan tugas sebagai aparat penegak hukum

serta memelihara kamtibmas untuk berperan serta secara aktif

menegakkan berbagai peraturan perundang-undangan maupun

melakukan upaya-upaya yang berkaitan dengan pangan dalam

peningkatan ketahanan pangan. Tata urut penulisan naskah ini disusun

sebagai berikut :

a. BAB I, PENDAHULUAN. Pada bab ini diuraikan secara

singkat garis besar latar belakang makalah, Maksud dan Tujuan

Penulisan, Ruang Lingkup dan Tata Urut serta beberapa

Pengertian yang terkait dengan judul penulisan.

b. BAB II, LANDASAN PEMIKIRAN. Bab ini membahas dasar-

dasar pemikiran yang digunakan sebagai landasan dalam

menyusun makalah dan digunakan sebagai instrumental input

dalam pemecahan persoalan berupa paradigma nasional yang

meliputi Landasan ldiil Pancasila, Landasan konstitusional UUD

Page 14: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

14

Negara RI 1945, Landasan Visional Wawasan Nusantara, dan

Landasan Konsepsional Ketahanan Nasional dan Landasan

Operasional peraturan perundang-undangan yang terkait serta

landasan teori yang relevan dan tinjauan pustaka.

c. BAB III, KONDISI IMPLEMENTASI KEPEMIMPINAN RLA DI LINGKUNGAN POLRI, IMPLIKASI IMPLEMENTASI KEPEMIMPINAN RLA DI LINGKUNGAN POLRI TERHADAP PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN KEMANDIRIAN BANGSA SERTA PERMASALAHANNYA. Pada bab ini dibahas

tentang kondisi implementasi kepemimpinan RLA saat ini, dan

implikasinya terhadap peningkatan ketahanan pangan dalam

rangka kemandirian bangsa, serta mengindentifikasi permasala-

han yang dihadapi.

d. BAB IV, PENGARUH PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS. Pada bab ini diuraikan tentang perkembangan

lingkungan strategis yang mencakup Lingkungan Global,

Lingkungan Regional, dan Lingkungan Nasional, berikut Peluang

dan Kendala yang mempengaruhi implementasi kepemimpinan

RLA di lingkungan Polri guna peningkatan ketahanan pangan

dalam rangka kemandirian bangsa.

e. BAB V, IMPLEMENTASI KEPEMIMPINAN RLA DI LINGKUNGAN POLRI YANG DIHARAPKAN YANG DAPAT MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN DAN KEMANDIRIAN BANGSA. Pada bab ini dibahas tentang implementasi

kepemimpinan RLA di lingkungan Polri yang diharapkan, dan

kontribusinya terhadap ketahanan pangan dalam rangka

kemandirian bangsa, serta indikator keberhasilan.

f. BAB VI, KONSEPSI IMPLEMENTASI KEPEMIMPINAN RLA YANG DAPAT MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN DAN KEMANDIRIAN BANGSA. Pada Bab ini diuraikan konsepsi

implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan Polri guna

peningkatan ketahanan pangan dalam rangka kemandirian bangsa

Page 15: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

15

yang berisikan kebijakan yang ditempuh, strategi yang diterapkan

dan upaya yang dilakukan.

g. BAB VII, PENUTUP. Pada Bab ini berisi tentang kesimpulan

dari keseluruhan pembahasan dan beberapa saran yang

dikemukakan.

4. Metode dan Pendekatan

Dalam penulisan ini metode yang digunakan adalah deskriptif

analitis, yakni menyajikan, menelaah, menjelaskan data maupun informasi

yang berkaitan dengan materi permasalahan, sekaligus analisis yang

didasarkan pada tinjauan kepustakaan (library research), serta

menerapkan pendekatan yang komprehensif, integral dan holistik dengan

menggunakan pisau analisis Ketahanan Nasional dengan beberapa gatra

di dalamnya.

5. Pengertian

a. Kepemimpinan. Seperti diketahui kata Kepemimpinan

adalah kata sifat yang berasal dari kata “pemimpin”, sehingga

dapat dikatakan bahwa Kepemimpinan adalah sifat atau perilaku

dari seorang pemimpin.8 Teori tentang Kepemimpinan ini seperti

diketahui cukup banyak. Seperti George R. Terry misalnya

mengatakan : Kepemimpinan merupakan hubungan seseorang

dengan pimpinannya, dimana pemimpin tersebut dapat

mempengaruhi untuk bekerja bersama-sama secara ikhlas. Sayidin

Suryodiningrat dalam Kepemimpinan ABRI, 1996, menguraikan :

Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk membawa

atau mengajak orang-orang lain untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan dengan memperoleh kepercayaan dan respek dari

orang-orang itu. Harold Koontz dan Cyrill O’ Donnel menyatakan

bahwa : Kepemimpinan dapat didifinisikan sebagai kemampuan

untuk mempengaruhi seseorang dengan sarana komunikasi untuk

mencapai tujuan yang diinginkan. Berkaitan dengan bangsa dan

8 Lembaga Ketahanan Nasional R.I., Pokja Bidang Studi Kepemimpinan, Kepemimpinan Nasional, Jakarta, 2012, hal. 3

Page 16: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

16

negara maka Kepemimpinan ini dimaksudkan sebagai

Kepemimpinan Nasional yang dapat didifinisikan sebagai

kelompok pemimpin bangsa pada segenap strata kehidupan

nasional di dalam setiap gatra (Astagatra) pada bidang/ sektor

profesi baik di supra struktur, infra struktur dan sub struktur, formal

dan informal yang memiliki kemampuan dan kewenangan untuk

mengarahkan/ mengerahkan segenap potensi kehidupan nasional

(bangsa dan negara) dalam rangka pencapaian tujuan nasional

berdasarkan Pancasila dan UUD N RI 1945 serta memperhatikan

dan memahami perkembangan lingkungan strategis guna

mengantisipasi berbagai kendala dalam memanfaatkan peluang.9

b. Rahmatan Lil Alamin diambil dari bahasa Al Qur’an atau

Arab dari surat Al-Anbiya ayat (107), yang artinya “Dan tiada kami

mengutus kamu (wahai Muhammad) melainkan untuk menjadi

rahmat bagi semesta alam”. Jadi sesungguhnya rahmatan lil alamin

ini sesuatu yang melekat pada Nabi Muhammad SAW, sesuatu

yang berhubungan dengan “diin” atau keyakinan Islam. Dengan

tidak menghilangkan pemaknaan tersebut, penulis mengambil

istilah rahmatan lil alamin (RLA) sebagai sebuah ungkapan yang

bermakna “rahmat bagi semesta alam”, menebar cinta kasih bagi

seluruh umat manusia di dunia dan segala ciptaan Tuhan di alam

semesta baik benda hidup (biotik) maupun benda mati (abiotik).

Rahmatan lil alamin yang dimaksud oleh penulis adalah sebuah

paradigma yang harus memberi mashlahat (kebaikan atau

kemanfaatan), tidak boleh merusak dan menghancurkan yang juga

bermakna anti kekerasan (baik phisik maupun psikis) dan toleran

terhadap perbedaan yang melampaui dari makna kebhinekaan.

c. Keamanan dan ketertiban masyarakat adalah suatu kondisi

dinamis masyarakat sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya

proses pembangunan nasional dalam rangka tercapainya tujuan

nasional yang ditandai oleh terjaminnya keamanan, ketertiban, dan

tegaknya hukum, serta terbinanya ketenteraman, yang

9 Ibid, hal. 12.

Page 17: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

17

mengandung kemampuan membina serta mengembangkan

potensi dan kekuatan masyarakat dalam menangkal, mencegah,

dan menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum dan

bentuk-bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan

masyarakat.10

d. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber

hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang

diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi

manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan,

dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan,

pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman.11

e. Ketahanan Pangan. Ketahanan Pangan adalah kondisi

terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari

tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,

aman, merata dan terjangkau.12

f. Ketahanan Nasional adalah kondisi dinamik bangsa

Indonesia yang meliputi segenap aspek kehidupan nasional yang

terintegrasi berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung

kemampuan mengembangkan kekuatan nasional, dalam

menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman,

hambatan, dan gangguan, baik yang datang dari luar maupun dari

dalam, untuk menjamin identitas, integritas, kelangsungan hidup

bangsa dan negara, serta perjuangan mencapai tujuan

nasionalnya.13

g. Kemandirian diartikan hal atau keadaan dapat berdiri sendiri

tanpa tergantung pada orang lain. Padanan katanya independent,

otonom, swasembada, sendiri dan bebas. Dalam pembelajaran

10 Lembaran Negara R.I Tahun 2002 Nomor 2, UU No. 2 Tahun 2002 Tentang Polri, Jakarta, 2002, Pasal 1 ayat (5).11 ______ UU Nomor 7 tahun 1996 Tentang Pangan, Pasal 1 ayat (1) dan Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 Tentang Ketahanan Pangan, Pasal 1 ayat (2).12 Lembaran Negara R.I Tahun 2002 Nomor 142, Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 2002 Tentang Ketahanan Pangan, Pasal 1 ayat (1).13 Lembaga Ketahanan Nasional R.I., Pokja Bidang Studi Ketahanan Nasional, Pokok Bahasan : Kondisi Ketahanan Nasional, Jakarta, 2012.

Page 18: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

18

“Implementasi Sismennas Dalam Penyelengaraan Negara Guna

Mendukung Ketahanan Pangan Dalam Rangka Kemandirian

Bangsa” yang disampaikan oleh Mayjend. TNI (Pur) SHM Lerrick,

kemandirian bangsa tidak berarti bahwa segala upaya

pembangunan diprogramkan dan dianggarkan sendiri tanpa

bantuan dari negara lain. Kebutuhan pangan nasional tidaklah

mungkin dipenuhi dari dalam negeri saja, tetapi impor pangan tetap

dibutuhkan tanpa mengorbankan produk-produk pangan nasional.

Kemandirian Bangsa diartikan sebagai kemampuan untuk

mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara melalui kerja keras

secara mandiri dan mampu berdikari (berdiri di atas kaki sendiri).

Suatu bangsa dikatakan mandiri apabila proses penyelenggaraan

bernegara diarahkan sepenuhnya bagi kepentingan bangsa itu

sendiri dan dilakukan oleh seluruh komponen bangsa secara

berdaulat.

BAB II

LANDASAN PEMIKIRAN

6. Umum

Seperti telah sedikit disinggung di atas khususnya dalam

pengertian tentang kepemimpinan, menegaskan bahwa betapa pentingnya

posisi pemimpin dalam suatu organisasi. Dari difinisi kepemimpinan dan

Page 19: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

19

kepemimpinan nasional menegaskan kepada kita bahwa posisi dan

kedudukan dari seorang pemimpin adalah sebagai unsur penggerak dalam

berkehidupan di organisasi, apa lagi dalam kehidupan berbangsa,

bernegara dan bermasyarakat untuk mencapai tujuan nasional. Posisi atau

kedudukan para pemimpin sangat menentukan apakah tujuan organisasi,

bangsa dan negara mereka dapat dicapai atau tidak. Dr. Adi Sujatno, S.H

salah satu Tenaga Profesional Bidang Kepemimpinan Nasional Lemhannas

R.I menegaskan tetang pengertian kepemimpinan sebagai berikut; (1)

Kepemimpinan merupakan sebuah kegiatan, (2) Kepemimpinan sebagai

suatu kemampuan untuk selalu berusaha mempengaruhi orang lain dan (3)

Kepemimpinan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.14 Posisi yang

penting dan strategis dari pemimpin ini dalam konteks kehidupan nasional,

berbangsa dan bernegara setiap implementasi atau operasionalisasinya

dalam bentuk gaya atau style haruslah berlandaskan pada nilai-nilai

pandangan hidup bangsa yaitu Pancasila sebagai landasan idiil, UUD N RI

1945 sebagai landasan konstitusional, Wawasan Nusantara sebagai

landasan visional dan Ketahanan Nasional sebagai landasan konsepsional,

dengan tetap meletakkan kepentingan nasional di atas segala-galanya.

Demikian juga halnya dengan pilihan style atau gaya

kepemimpinan yang penulis kemukakan yaitu kepemimpinan Rahmatan Lil

Alamin (RLA) tidaklah terlepas dari paradigma nasional maupun nilai-nilai

yang berlaku di lingkungan Polri seperti Tribrata, Catur Prasetya, Kode Etik

Polri dan peraturan perundang-undangan tentang pembangunan nasional,

tentang Polri maupun yang berkaitan dengan ketahanan pangan.

7. Paradigma Nasional

a. Pancasila sebagai Landasan Idiil

Sesuatu yang penting direnungkan dalam pemaknaan

Pancasila sebagai falsafah pandangan hidup bangsa yaitu

Pancasila digali dari nilai-nilai luhur yang lebih mementingkan

adanya keseimbangan hubungan antar manusia dengan Tuhan,

antara manusia dengan manusia dan antara manusia dengan alam

14 Dr. Adi Sujatno, SH., Teori-teori Kepemimpinan, Lemhannas R.I., Cetak Kedua, Jakarta, 2010, Hal. 15.

Page 20: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

20

sekitarnya. Pancasila mengajarkan sebuah ketaqwaan kepada

sang penciptanya dan religiusitas dimana hubungan manusia

dengan Tuhan akan menjadi dasar hubungan manusia dengan

sesama manusia dan alam ciptaannya. Hubungan yang harmonis

ini akan memunculkan suasana damai antar sesama manusia dan

dengan alam sekitarnya. 15 Dengan bahasa lain dapat dikatakan

bahwa kehadiran manusia yang ber-Pancasila akan memberikan

kemanfaatan bagi sesamanya manusia serta alam dengan segala

isinya atau dikatakan rahmatan lil alamin (membawa rahmat atau

kemanfaatan bagi sesamanya manusia serta alam dan seisinya).

Membawa rahmat bagi siapapun juga ini dimaksudkan baik bagi

sesamanya manusia yang memang baik seperti patuh kepada

ajaran agama dan Pancasila maupun bagi sesamanya yang tidak

baik, dalam bahasa hukum yang patuh hukum maupun yang tidak

patuh hukum.

Sebagai ideologi nasional, Pancasila merupakan panggilan

hidup dan komitmen bangsa Indonesia dalam upaya mewujudkan

visi pembangunan nasionalnya, yaitu terwujudnya kehidupan

masyarakat, bangsa dan negara yang aman, bersatu, rukun dan

damai yang menjunjung tinggi hukum, ketenteraman dan hak asasi

manusia, serta terwujudnya penghidupan yang layak guna

memberikan pondasi yang kokoh bagi pembangunan

berkelanjutan. Pancasila memberikan pemahaman bahwa kodrat

manusia ialah sebagai makhluk individu dan sekaligus sebagai

makhluk sosial. Dengan demikian, Pancasila merupakan penuntun

dan pengikat moral serta norma sikap dan tingkahlaku Bangsa

Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara termasuk dalam kehidupan global.

b. UUD Negara RI 1945 (Amandemen) Sebagai Landasan Konstitusional

15 Lemhannas R.I., Tim B.S. Idiologi, TOR DAK B.S Idiologi PPRA XLVIII-2012, Jakarta, 2012, Hal. 2.

Page 21: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

21

UUD Negara RI 1945 merupakan keputusan politik nasional

yang dituangkan dalam norma-norma konstitusi dalam rangka

menentukan sistem dan pemerintahan negara. Seluruh aspek

kehidupan bangsa dan negara dengan demikian tercakup dalam

pengaturan yang tertuang dalam perundang-undangan berdasarkan

konstitusi. Negara RI bukanlah negara kekuasaan yang

dilaksanakan dengan sistem totaliter, karena penyelenggaraan

negara didasarkan atas hukum. Dengan demikian, kekuasaan

hanya dilaksanakan melalui pengaturan menurut hukum yang

berlaku.

Hukum sebagai pranata sosial disusun bukan untuk

kepentingan kekuasaan golongan maupun perorangan, termasuk

bukan untuk keenakan bagi seorang pemimpin, namun untuk

kepentingan seluruh rakyat Indonesia agar dapat berfungsi sebagai

penjaga ketertiban bagi seluruh rakyat dengan peran pemimpin

sebagai penggeraknya. Sebagai landasan konstitusional UUD

Negara RI 1945 merupakan sumber hukum yang menuntun

bagaimana penerapan hukum atau pelaksanaan kebijakan yang

diantaranya untuk mewujudkan kepemimpinan yang RLA di

lingkungan Polri guna peningkatan ketahanan pangan dalam

rangka kemandirian bangsa.

c. Wawasan Nusantara sebagai Landasan Visional

Wawasan atau cara pandang dalam mencapai tujuan

pembangunan nasional adalah Wawasan Nusantara, yang

mencakup perwujudan kepulauan Nusantara sebagai suatu

kesatuan politik, kesatuan ekonomi, kesatuan sosial budaya dan

kesatuan hankam dalam kaitan dengan ideologi nasional. Wawasan

Nusantara merupakan operasionalisasi lebih lanjut dari ideologi

nasional dalam memandang diri dan lingkungannya. Keyakinan

yang mantap terhadap Pancasila dan UUD Negara RI 1945

merupakan modal dasar dalam pencapaian tujuan nasional dengan

motor penggeraknya dari para pemimpin yang berada pada level

apapun. Dengan demikian, sesungguhnya seluruh komponen

Page 22: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

22

bangsa seperti birokrat, politisi (supra struktur politik, infra struktur

politik) lebih khusus para pemimpinnya harus berwawasan

Nusantara, yaitu memberikan pengakuan dan kesadaran bahwa

masyarakat Indonesia adalah manusia yang mendiami kepulauan

Nusantara, serta memiliki komitmen menuju kesejahteraan

bersama melalui pembangunan nasional di tengah-tengah

keanekaragaman.

d. Ketahanan Nasional Sebagai Landasan Konsepsional

Setiap bangsa dalam rangka mempertahankan

kehidupannya, eksistensinya dan untuk mewujudkan tujuan

berdasarkan ideologi nasionalnya perlu memiliki pemahaman

ideologi nasional, konstitusi, wawasan geopolitik dan dalam

implementasinya diperlukan suatu geostrategi. Konsepsi Ketahanan

Nasional Indonesia adalah konsepsi pengembangan kekuatan

nasional melalui pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan

dan keamanan yang seimbang, serasi, selaras dan berkeadilan

dalam seluruh aspek kehidupan secara utuh dan menyeluruh dan

terpadu berdasarkan Pancasila, UUD Negara RI 1945 dan

Wawasan Nusantara. Ketahanan Nasional harus diwujudkan dan

dibina secara dini dan terus menerus serta sinergis, mulai dari

pribadi, keluarga, lingkungan, daerah dan nasional berdasarkan

pemikiran geostrategi yang dirancang dan dirumuskan dengan

memperhatikan kondisi bangsa dan geografi Indonesia. Pemikiran

tersebut merupakan konsepsi Ketahanan Nasional yang dapat

digunakan untuk melandasi implementasi kepemimpinan RLA di

lingkungan Polri guna peningkatan ketahanan pangan dalam

rangka kemandirian bangsa.

e. Tribrata Sebagai Pedoman Hidup Polri

Seperti telah juga disinggung di atas tentang perubahan dan

pemaknaan baru Tribrata sebagai pedoman hidup Polri, maka

pemaknaan baru ini tentu harus menjadi landasan dari pada

implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan Polri. Tribrata

Page 23: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

23

adalah nilai dasar yang merupakan pedoman moral dan penuntun

nurani bagi setiap anggota Polri serta dapat pula berlaku bagi

pengembangan fungsi kepolisian lainnya. Pemaknaan baru tersebut

dijelaskan sebagaimana dalam lampiran.16

Dengan pemaknaan baru akan Tribrata tersebut,

menegaskan kepada kita bahwa implementasi kepemimpinan RLA

di lingkungan Polri guna ketahanan pangan dalam rangka

kemandirian bangsa haruslah mendasarkan kepadanya. Dengan

demikian gaya atau style kepemimpinan RLA merupakan

pengejawantahanan nilai-nilai yang terkandung dalam Tribarata.

f. Catur Prasetya Sebagai Pedoman Kerja Polri

Nilai-nilai yang juga berlaku di lingkungan Polri sebagai

pedoman dalam bekerja dan tentu akan mempengaruhi terhadap

implementasi kepemimpinan di lingkungan Polri adalah Catur

Prasetya. Pemaknaan baru akan nilai-nilai tersebut terlampiran. 17

8. Peraturan Perundang-undangan

a. Undang-undang No. 2 Tahun 2002 Tentang Polri. Hal yang

penting dalam UU No. 2 Tahun 2002 tentang Polri ini diantaranya

adalah pertimbangan pembentukan UU ini yang menyebutkan

bahwa keamanan dalam negeri sebagai syarat utama mendukung

terwujudnya masyarakat madani yang adil, makmur dan beradap

berdasarkan Pancasila dan UUD N RI 1945. Dikatakan juga bahwa

pemeliharaan keamanan dalam negeri dilakukan melalui

penyelenggaraan fungsi kepolisian yang meliputi harkamtibmas,

penegakan hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan

kepada masyarakat yang dilakukan oleh Polri selaku alat negara

yang dibantu oleh masyarakat dengan menjungjung tinggi hak

asasi manusia. Hal yang penting lainnya dalam UU ini adalah

pengaturan tentang fungsi kepolisian yang dijelaskan adalah salah

satu fungsi pemerintahan negara dibidang harkamtibmas,

16 Pemaknaan Baru Tribrata, Sebagai Pedoman Hidup Polri, terlampir.17 Pemaknaan Baru Catur Prasetya Polri, Sebagai Pedoman Kerja Polri, terlampir.

Page 24: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

24

penegakan hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan

masyarakat. Diatur juga tentang tujuan Polri, yaitu mewujudkan

Kamdagri meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban

masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya

perlindungan, pengayoman dan pelayanan masyarakat serta

terbinanya ketentraman masyarakat dengan menjungjung tinggi

HAM. Hal lainnya UU ini mengatur tentang tugas pokok, tugas-

tugas dan wewenang Polri, tugas pokok Polri adalah (1)

Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; (2)

Menegakkan hukum; dan (3) Memberikan perlindungan,

pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Demikian juga

tentang wewenang diatur lebih rinci sebagai penjabaran dari tugas

pokok sebagai pemelihara kamtibmas dan penegak hukum.

b. Undang-undang No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan. UU ini

mengatur tentang pangan yang pembuatannya didasarkan pada

beberapa pasal dalam UUD N RI 1945 (amandemen), yaitu :

pasala 5 (1) tentang hak Presiden mengajukan rancangan UU,

pasal 20 (1) tentang kekuasaan DPR membentuk UU, pasal 27 (2)

tentang hak tiap-tiap warga negara atas pekerjaannya dan

penghidupan yang layak bagi kemanusiaan dan pasal 33 tentang

perekonomian negara disusun sebagai usaha bersama

berdasarkan atas asas kekeluargaan.

UU ini bertujuan mengatur, membina dan mengawasi

masalah pangan agar :

1) Tersediannya pangan yang memenuhi persyaratan

keamanan, mutu, dan gizi bagi kepentingan kesehatan

manusia.

2) Terciptanya perdagangan pangan yang jujur dan

bertanggung jawab; dan

3) Terwujudnya tingkat kecukupan pangan dengan harga

yang wajar dan terjangkau sesuai dengan kebutuhan

masyarakat.18

18 ______ UU R.I. Nomor 7 tahun 1996 Tentang Pangan, Pasal 3.

Page 25: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

25

c. Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 2002 Tentang Ketahanan Pangan. PP ini dibuat atas dasar UUD N RI 1945

(amandemen) pasal 5 (2) dan sebagai penjabaran dari UU No. 7

Tahun 1996 tentang Pangan. Ketahanan pangan merupakan hal

yang sangat penting dalam rangka pembangunan nasional untuk

membentuk manusia Indonesia yang berkualitas, mandiri, dan

sejahtera melalui perwujudan ketersediaan pangan yang cukup,

aman, bermutu, bergizi dan beragam serta tersebar merata di

seluruh wilayah Indonesia dan terjangkau oleh daya beli

masyarakat. PP No. 68/ 2002 ini juga mengatur tentang

ketersediaan pangan, cadangan pangan nasional, penganeka-

ragaman pangan, pencegahan dan penanggulangan masalah

pangan, pengendalian harga, peran pemerintah daerah dan

masyarakat. Peran pemerintah daerah dijelaskan sebagai berikut :

Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten/ Kota dan/ atau

Pemerintah Desa melaksanakan kebijakan dan bertanggung jawab

terhadap penyelenggaraan ketahanan pangan diwilayahnya

masing-masing, dengan memperhatikan pedoman, norma, standar,

dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Pemerintah

Propinsi, Pemerintah Kabupaten/ Kota dan/ atau Pemerintah Desa

mendorong keikutsertaan masyarakat dalam penyelenggaraan

ketahanan pangan. Dalam mendorong keikutsertaan masyarakat

dalam penyelenggaraan ketahanan pangan sebagaimana

dimaksud dapat dilakukan dengan :

1) Memberikan informasi dan pendidikan yang berkaitan

dengan penyelenggaraan ketahanan pangan;

2) Membantu kelancaran penyelenggaraan ketahanan

pangan;

3) Meningkatkan motivasi masyarakat dalam penyeleng-

garaan ketahanan pangan;

4) Meningkatkan kemandirian rumah tangga dalam

mewujudkan ketahanan pangan.

Page 26: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

26

d. Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Undang-Undang ini

mengatur perencanaan jangka panjang untuk kurun waktu 20

tahun, pembangunan jangka menengah untuk kurun waktu 5 tahun,

dan pembangunan tahunan.19 Sebagaimana dikemukakan dalam

pembelajaran Sismennas UU Sisren Bangnas ini merupakan salah

satu ujud dari implementasi Sistem Informasi Nasional atau Simnas

dalam Sistem Manajemen Nasional.

e. Undang-undang No. 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025. Sebagaimana ditegaskan bahwa visi Indonesia 2005-2025 adalah

“Indonesia yang Mandiri, maju, adil dan makmur”. Dari visi ini

dijabarkan dalam 8 (delapan) misi dan yang berkaitan dengan

bidang tugas Kepolisian adalah misi ke tiga, yaitu mewujudkan

masyarakat demokratis berlandaskan hukum dengan penekanan

melakukan pembenahan struktur hukum dan meningkatkan budaya

hukum dan menegakkan hukum secara adil, konsekuen, tidak

diskriminatif dan memihak kepada rakyat kecil. Sedangkan

dibidang keamanan berada pada misi keempat yaitu mewujudkan

Indonesia aman, damai dan bersatu dengan penekanan

memantapkan kemampuan dan meningkatkan profesionalisme

Polri agar mampu melindungi dan mengayomi masyarakat,

mencegah tindak kejahatan dan menuntaskan tindakan

kriminalitas. Tentu saja kebijakan pemerintah ini sangat

mempengaruhi bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di

lingkungan Polri. Sebagai gambaran pentahapan pembangunan

RPJPN 2005-2025 dapat dilihat dalam tabel berikut.

TABEL : 1PENTAHAPAN PEMBANGUNAN DALAM RPJPN 2005-2025

19 Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen Nasional, Pokok Bahasan : Sistem Manajemen Nasional, Jakarta, 2012.

Page 27: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

27

Sumber : Buku I RPJMN 2010-2014 hal. 25

f. Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 Tentang RPJMN 2010-2014. Di dalam Peraturan Presiden RI Nomor 5 Tahun 2010

tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN) 2010-2014 ditentukan visinya adalah terwujudnya

Indonesia yang sejahtera, demokratis dan berkeadilan yang

memiliki program aksi sebelas prioritas pembangunan nasional dan

tiga prioritas lainnya, dimana prioritas ke-lima adalah ketahanan

pangan. Diluar 11 Prioritas Nasional 2010-2014 dalam salah satu

prioritas lainnya adalah prioritas dibidang politik, hukum dan

keamanan yang memprioritaskan masalah mekanisme prosedur

penanganan terorisme, deradikalisasi menangkal terorisme,

meningkatkan peran Indonesia mewujudkan perdamaian dunia,

penguatan dan pemantapan hubungan kelembagaan dan

pemberantasan korupsi, peningkatan kepastian hukum dan

penguatan perlindungan HAM.

Peningkatan ketahanan pangan dan lanjutan revitalisasi

pertanian untuk mewujudkan kemandirian pangan, peningkatan

daya saing produk pertanian, peningkatan pendapatan petani, serta

kelestarian lingkungan dan sumber daya alam dapat dilihat dalam

lampiran.

g. Keputusan Kapolri No. Pol : Kep/360/VI/2005 tanggal 10 Juni 2005 Tentang Grand Strategi Polri 2005-2025. Grand

Strategi ini bukan dibuat oleh Polri semata, tetapi lebih melibatkan

Page 28: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

28

civitas akademika dari UI dan UGM. Dalam Grand Strategi ini

secara umum mengarahkan pembangunan Polri untuk 20 tahun

kedepan, Polri akan dibawa kemana, dan sesuai Grand Strategi

tersebut secara garis besar arah pembangunan Polri adalah :

Renstra pertama 2005-2009 yang lalu pembangunan Polri

sesungguhnya diarahkan kepada pembangunan kepercayaan

masyarakat kepada Polri atau Trust Building. Kemudia Renstra ke

dua 210-2014 diarahkan kepada membangun kemitraan atau

kebersamaan atau Pathnership Building dan kemudian Renstra

ketiga 2015-2025 diarahkan kepada pembangunanyang

mengkukuhkan organisasi untuk dapat memberikan pelayanan

secara prima kepada publik atau Stive for Excellence. Setiap

Renstra tersebut tentulah tidak parsial, tetapi saling bersinergi dan

saling menguatkan. Sedangkan visi Grand Strategi Polri 2005-2025

dapat dilihat terlampir.20

TABEL : 2PENTAHAPAN PEMBANGUNAN POLRI 2005-2025

Sumber : Tim Reformasi Birokrasi Polri.

h. Peraturan Kapolri No. 7 Tahun 2008 Tentang Pedoman Dasar Strategi dan Implementasi Pemolisian Masyarakat (Polmas) Dalam Penyelenggaraan Tugas Polri. Peraturan

20 Visi Grand Strategi Polri terlapir.

Page 29: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

29

Kapolri ini sesungguhnya merupakan pilihan bagaimana polisi

melaksanakan tugas-tugasnya dengan cara-cara yang lebih

modern bersama-sama masyarakat dalam rangka memelihara

kamtibmas, menegakkan hukum dengan pendekatan perlindungan,

pengayoman dan pelayanan masyarakat. Dikatakan Falsafah

Polmas mendasari pemahaman bahwa masyarakat bukan

merupakan obyek pembinaan dari petugas yang berperan sebagai

subyek penyelenggara keamanan, melainkan masyarakat harus

menjadi subyek dan mitra yang aktif dalam memelihara keamanan

dan ketertiban di lingkungannya sesuai dengan hukum dan hak

asasi manusia. Falsafah Polmas mendasari pemahaman bahwa

penyelenggaraan keamanan tidak akan berhasil bila hanya

ditumpukan kepada keaktifan petugas polisi semata, melainkan

harus lebih ditumpukan kepada kemitraan petugas dengan warga

masyarakat yang bersama-sama aktif mengatasi permasalahan di

lingkungannya. Falsafah Polmas menghendaki agar petugas polisi

di tengah masyarakat tidak berpenampilan sebagai alat hukum

atau pelaksana undang-undang yang hanya menekankan

penindakan hukum atau mencari kesalahan warga, melainkan lebih

menitikberatkan kepada upaya membangun kepercayaan

masyarakat terhadap Polri melalui kemitraan yang didasari oleh

prinsip demokrasi dan hak asasi manusia, agar warga masyarakat

tergugah kesadaran dan kepatuhan hukumnya. Oleh karenanya,

fungsi keteladanan petugas Polri menjadi sangat penting. Prinsip-

prinsip penyelenggaraan Polmas setidaknya adalah komonikasi

intensif, kesetaraan, kemitraan, transparan, akuntabilitas,

partisipasi, personalisasi, desentralisasi, otonomisasi, proaktif,

berorientasi pada pemecahan masalah dan berorientasi pada

pelayanan. Dengan demikian pemilihan strategi dan filosofi Polmas

ini tentulah sangat berhubungan erat dengan implementasi

kepemimpinan RLA guna peningkatan ketahanan pangan dalam

rangka kemandirian bangsa.

9. Landasan Teori

Page 30: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

30

Dalam Taskap ini ada beberapa teori yang dapat digunakan

sebagai pisau analisis atau pembahasan tentang kepemimpinan RLA di

lingkungan Polri secara umum maupun dikaitkan dengan masalah

ketahanan pangan dan kemandirian bangsa. Teori-teori ini setidaknya

tentang kepemimpinan itu sendiri, teori scenario learning dan Positioning

Diffrensiation and Brand Triangel (Segitiga PDB) dan tentang ketahanan

pangan.

a. Teori Kepemimpinan. Seperti dikemukakan dalam bebagai

buku literatur, teori tentang kepemimpinan ini cukup banyak.

Seperti misalnya Prof. Dr. Ermaya Suradinata, M.Si (Adi Sujatno,

2010) melihat teori kepemimpinan dari lahirnya seorang pemimpin.

Untuk itu Prof. Ermaya Suradinata melihatnya ada 4 jenis teori,

yaitu teori genetis, yang mengatakan bahwa kepemimpinan

seseorang telah melekat sejak ia dilahirkan atau dikatakan leaders

are bond not made. Teori ini dikenal juga sebagai teori The Great

Man. Sedangkan teori siosial mengatakan bahwa pemimpin harus

diciptakan melalui persiapan berupa pendidikan dan pelatihan atau

leaders are made and not born. Dari pertentangan kedua teori

genetik dan sosial ini lahirlah teori sintetis. Teori sintesis ini

menguraikan bahwa seorang pemimpin akan lahir menjadi

pemimpin yang sukses dalam kepemimpinannya manakala sejak

lahir ia telah memiliki bakat yang melekat dalam dirinya dan bakat

tersebut dikembangkan melalui pendidikan dan latihan, serta

dibentuk dan dikembangkan sesuai dengan tuntutan hubungan

organisme dengan lingkungannya.21

Dalam buku literatur yang lain seperti misalnya buku Bidang

Studi Kepemimpinan yang dikeluarkan oleh Lemhannas R.I melihat

teori kepemimpinan dikaitkan dengan pengertiannya dalam

pendekatan teoritis, diantaranya dikemukakan antara lain :

1) Geoge R. Terry, yang mengatakan Leader is the

relationship in which one person or the leader influences other

21 Dr. Adi Sijatno, S.H., M.H., Teori-teori Kepemimpinan, Lemhannas R.I., Jakarta, 2010, hal. 23.

Page 31: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

31

to work together willingly on related task to affair that which

the leader desires. Yang terjemahannya “Kepemimpinan

merupakan hubungan seseorang dengan pemimpinnya

dimana pemimpin tersebut dapat mempengaruhi untuk

bekerja bersama-sama secara ikhlas”.

2) Joseph L. Massie dan John Douglas, mengatakan

Leadership accurs when one person influences others to work

to word some predeter missed obyektive. Yang

terjemahannya “Kepemimpinan terjadi bilamana seseorang

mempengaruhi orang lain untuk bekerja mencapai suatu

tujuan”.

3) Harold Koontz dan Cyriil O’Donnel, mengatakan

Leadership may be defined as theability to exercthiter

personal influence, by means of communication to word the

achievement of a goal. Yang terjemahannya “Kepemimpinan

dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi

seseorang dengan sarana komunikasi untuk mencapai tujuan

yang diinginkan”. 22

Dari uraian di atas dapat disimpulkan tentang teori

kepemimpinan dari pengertiannya adalah kepemimpinan

sebagai ilmu dan seni dalam mempengaruhi orang dan

organisasi untuk mencapai tujuan yang dikehendaki,

sedangkan pengertian yang lain dikatakan bahwa

kepemimpinan adalah ilmu dan seni mempengaruhi orang lain

(yang dipimpin) untuk mentaati perintah/ anjuran dengan tulus

dan ikhlas guna mencapai tujuan organisasi sesuai kehendak

pimpinan.

4) Kepemimpinan Nasional. Dalam Taskap ini sangat

penting sekali untuk mengetahui teori kepemimpinan nasional

sebagai alat untuk menganalisis kepemimpinan RLA di

lingkungan Polri. Hal ini tentu berkaitan dengan Polri sebagai

salah satu gatra dalam lembaga pemerintah secara nasional,

22 Tim Pokja Bidang Studi Kepemimpinan Lemhannas R.I., Kepemimpinan Nasional, Jakarta, 2012, Hal. 3

Page 32: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

32

yaitu pada gatra hankam dan sosial budaya (penegak

hukum). Kepemimpinan nasional dimaknakan adalah :

Kelompok pemimpin bangsa pada segenap strata kehidupan nasional didalam setiap gatra (Asta Gatra) pada bidang/ sektor profesi baik di supra struktur, infra struktur dan sub struktur, formal dan informal yang memiliki kemampuan dan kewenangan untuk mengarahkan/ mengerahkan segenap potensi kehidupan nasional (bangsa dan negara) dalam rangka pencapaian tujuan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD N RI 1945 serta memperhatikan dan memahami perkembangan lingkungan strategis guna mengantisipasi berbagai kendala dalam memanfaatkan peluang. 23

Dalam kepemimpinan nasional ini yang perlu diketahui

adalah rumusan sifat-sifat kepemimpinan nasional. Sifat-sifat

ini dikatakan sebagai sebuah hasil studi tentang kehidupan

dan karier pemimpin-pemimpin besar yang berhasil dan telah

menunjukkan adanya sifat-sifat pribadi tertentu yang

merupakan kualitas pribadi pemimpin yang paling esensi dan

harus dipunyai oleh setiap pemimpin. Sifat-sifat ini dapat

dilihat dalam lampiran.24

Hal lain dari kepemimpinan nasional yang perlu

diketahui adalah moral dan etika kepemimpinan nasional.

Dikatakan moral dan etika kepemimpinan nasional bersumber

dari nilai-nilai Pancasila yang diambil dari tiap-tiap sila

sebagai pandangan hidup bernegara, berbangsa dan

bermasyarakat. Moral-moral kepemimpinan nasional ini

adalah (a) Moral ketaqwaan, (b) Moral Kemanusiaan, (c)

Moral kebersamaan dan kebanggan, (d) Moral kerakyatan

dan (e) Moral keadilan.

5) Kepemimpinan Transformatif. Dikatakan bahwa

perubahan itu adalah sebagai sebuah keniscayaan, artinya

segala sesuatu dalam kehidupan sosial akan mengalami

perubahan seiring dengan bergulirnya waktu. Latar belakang

yang memicu sebuah perubahan itu adalah : (a) Keadaan

krisis, (b) Keinginan keberhasilan dimasa depan, (c) 23 Ibid, Hal. 1224 Sifat-sifat Pemimpin terlampir.

Page 33: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

33

Pembaharuan pendekatan, (d) Perlu strategi baru dan (e)

Memecahkan curreent isues. Pemimpin perubahan atau

transformatif pada tataran kepemimpinan nasional dikatakan

untuk memulihkan keadaan akibat krisis melakukan suatu

upaya-upaya : yaitu (a) Memperbaiki mutu sumberdaya

manusia dan sumberdaya lainnya untuk mengembalikan

kebanggaan nasional, (b) Tidak hanya mencatat dan

memperdebatkan kegagalan beserta sebab-sebabnya, tetapi

lebih focus membantu pemecahan berbagai kesulitan, (c)

Menciptakan lingkungan yang kondusif, produktif dan inovatif.

Penjelasan lebih lanjut landasan teori Kepemimpinan

Kontemporer ini terlampir.25

b. Teori Scenario Learning. 26 Mengapa teori Scenario

Learning yang digunakan untuk membangun Polri dimasa depan

yang dibatasi oleh target waktu, karena senyatanya learning atau

belajar bukan sekedar sarana untuk menghasilkan atau mengejar

pengetahuan tetapi juga untuk menggunakannya. Scenario adalah

tantangan “mindset” para manajer ataupun pemimpin dengan

mengembangkan alternatif yang plausible atau mungkin, kridibel

dan relevan, sebagai masukan yang sinambung pada pembuatan

keputusan. Learning, menggunakan dialog dan diskusi mengenai

gagasan, persepsi, temuan dan lain-lain. Scenario Learning melatih

para manajer untuk mengorganisasikan apa yang mereka ketahui

dengan apa yang dapat mereka bayangkan menjadi cerita-cerita

bermakna dan logis tentang masa depan, serta melihat dan

mempertimbangkan implikasi-implikasi cerita masa depan tersebut

terhadap pilihan-pilihan strategi masa kini maupun masa depan.

Dibutuhkannya kepemimpinan rahmatan lil alamin diawali

dengan sebuah kehendak atau keinginan yang menjadi Focal

Concern (FC) yaitu “Membangun Polri yang Rahmatan Lil Alamin

25 Kepemimpinan Kontemporer, Penjelasan lebih lanjut terlampir.26 Nusyirwan Zen, Ceramah Ilmiah Pada Peserta Sespati Angkatan XV Tahun 2008, Scenario Learning Suatu Pengantar Untuk Merngkai Plausibilitas Masa Depan, Bandung, 2008.

Page 34: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

34

2020”. Dari analisis teori Scenario Learning, membangun polisi

yang rahmatan lil alamin 2020 adalah sebuah alternatif masa

depan yang plausible atau sesuatu yang mungkin terjadi.

Penjelasan lebih lanjut tentang membangun Polri yang RLA tahun

2020 terlampir.27

c. Teori PDB Triangle. Teori ini digunakan untuk menganalisis

kebijakan atau strategi apa yang bersifat differentiation atau ada

nilai perbedaannya untuk dilakukan agar organisasi atau kebijakan

yang selama ini diambil tetap berjalan dengan baik dan

memberikan makna bagi kebijakan itu sendiri. Dalam hal ini yang

akan disoroti adalah kebijakan atau strategi penerapan

kepemimpinan di lingkungan Polri yaitu kepemimpinan Rahmatan

Lil Alamin (RLA) itu sendiri.

d.

e. Teori Kependudukan dan Kebutuhan Pangan Malthus. Teori Malthus adalah teori tentang Kependudukan Malthus

(pertumbuhan penduduk) yang dikaitkan dengan kebutuhan

pangan, yang menyatakan bahwa pertumbuhan penduduk menurut

deret ukur dan pertumbuhan ekonomi menurut deret hitung.

Maksudnya adalah bahwa jumlah penduduk akan berkembang

lebih cepat daripada pertumbuhan ekonomi sehingga

27 Matriks Scenario Membangun Polri yang RLA Tahun 2020, terlampir.

POSITIONINGBEING STRATEGI

DIFFERENTIATIONCORE TACTIC

BRANDVALUE INDICATOR

BRAND IMAGEBRAND IDENTITY

KEPEMIMPINAN RAHMATAN LIL

PDB TRIANGLE :

Page 35: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

35

mengakibatkan upah tenaga kerja menjadi sangat murah dan

hanya cukup untuk biaya hidup sehari-hari (subsistensi). Malthus

memulai dengan merumuskan dua postulat yaitu : (1) Bahwa

pangan dibutuhkan untuk hidup manusia, (2) Bahwa kebutuhan

nafsu seksuil antar jenis kelamin akan tetap sifatnya sepanjang

masa. Atas dasar postulat tersebut Malthus menyatakan bahwa,

jika tidak ada pengekangan, kecenderungan pertambahan jumlah

manusia akan lebih cepat dari pertambahan subsisten (pangan).

Perkembangan penduduk akan mengikuti deret ukur sedangkan

perkembangan subsisten (pangan) mengikuti deret hitung dengan

interval waktu seperti berikut :

Penduduk : 1 2 4 8 16 32 dst

Subsistem (Pangan) : 1 2 3 4 5 6 dst

Dari postulat Malthus, terdapat pengekangan perkembangan

penduduk dapat berupa pengekangan segera dan pengekangan

hakiki atau mutlak. Yang dimaksud dengan factor  pengekangan

adalah pangan, sedangkan pengekangan segera dapat berbentuk

pengekangan prefentif dan pengekangan positif. Pengekangan

prefentif adalah factor-faktor yang bekerja mengurangi angka

kelahiran. Pengekangan prefentif yang dianjurkan Malthus

adalah pengendalian diri dalam hal nafsu seksual antar jenis

seperti penundaan perkawinan. Pengekangan positif merupakan

faktor-faktor yang mempengaruhi angka kematian, dapat berupa

epidemi, penyakit-penyakit dan kemiskinan.

10. Tinjauan Pustaka

a. Indeks Kepemimpinan Nasional Indonesia (IKNI). IKNI

yang diuraikan dalam buku “Traktat Etis Kepemimpinan Nasional

dan IKNI” Karangan Prof. Dr. Muladi, S.H. dan Dr. Adi Sujatno,

S.H., M.H. Dalam uraiannya IKNI mengandung identitas terhadap 4

(empat) kategori sebagai “Cita Susila” atau Moralitas dan

Akuntabilitas, yaitu :

Page 36: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

36

1) Moralitas dan Akuntabilitas yang bersifat sipil atau

individual.

2) Moralitas dan Akuntabilitas yang bersifat Sosial

Kemasyarakatan.

3) Moralitas dan Akuntabilitas yang bersifat Institusional

atau kelembagaan.

4) Moralitas dan Akuntabilitas yang bersifat Global.

Selanjutnya setiap kategori ini diperinci pada perilaku atau

semacam parameter yang bersifat perilaku moralitas dan

akuntabilitas seorang pemimpin nasional. Dijelaskan lebih lanjut

bahwa penekanan kepemimpinan nasional ini adalah pada

karakter, baik karakter yang bersifat umum maupun karakter yang

bersifat khusus atau karakteristik.

Dalam uraian masalah IKNI ini Lemhannas juga

menyampaikan beberapa harapan, yang salah satunya

dikemukakan bahwa “Pemerintah agar dapat lebih menjaga jarak

dari praktek-praktek politisasi di dalam rekruitmen pemimpin

sampai pada tingkat eselon satu yang merupakan jabatan karier.

Penunjukan pejabat karier harus lepas dari campur tangan partai

politik (non political appointee)”.

Dari uraian singkat di atas tentu saja kita sebagai bagian dari

anak bangsa sangat setuju. Akan tetapi menurut penulis

berdasarkan fakta realita di lapangan perlu adanya penambahan

kategori ataupun parameter yang menekankan pada kemampuan

profesionalisme dari pemimpin nasional, khususnya sesuai dengan

bidang atau gatra masing-masing. Hal tersebut juga ditekankan

dalam harapan Lemhannas bahwa dalam rekruitmen pemimpin

nasional sampai tingkat eselon satu yang merupakan jabatan karier

diharapkan non political appointee. Ini menunjukkan bahwa

parameter profesionalisme bagi pemimpin menjadi sangat penting.

b. Tiga Aspek Ketahan Pangan Menurut Prof. Dr. Ahmad Suryana dan Dr. Ir. Hermanto, MS. Prof. Dr. Ahmad Suryana

Page 37: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

37

(Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian)

maupun Dr. Ir. Hermanto, MS Sekretaris Badan Ketahanan Pangan

Kementerian Pertanian menyampaikan dalam makalah ilmiahnya

yang disampaikan di depan peserta Lemhannas PPRA XLVIII-2012

di Lemhannas R.I tanggal 28 Agustus 2012 dan 28 Maret 2012,

bahwa sistem ketahanan pangan nasional ditentukan oleh tiga

aspek, yaitu aspek ketersediaan, keterjangkauan dan konsumsi pangan. Ketiga aspek ini dipengaruhi juga oleh kebijakan ekonomi

dan kebijakan pangan serta kebijakan otonomi dan desentralisasi

akan pangan. Disamping itu ditentukan juga oleh sumber daya,

antara lain seperti ketersediaan lahan, air irigasi, SDM, tehnologi,

kelembagaan dan budaya.

Kondisi ketahanan pangan ini juga dipengaruhi oleh

perkembangan lingkungan strategi baik dalam negeri maupun luar

negeri seperti kondisi penduduk, perubahan iklim, kinerja ekonomi,

dinamika pasar sektor non pangan maupun pangan sendiri di dalam

negeri maupun luar negeri dan shock atau bencana.

Tentu saja pendapat ini menurut penulis sangatlah benar

adanya. Akan tetapi berdasarkan pemahaman lebih lanjut bila

dikaitkan dengan pendekatan manajemen dalam sistem manajemen

nasional (Sismennas), kepemimpinan nasional dan pemberdayaan

masyarakat, ketahanan pangan tidak hanya ditentukan oleh ketiga

aspek tersebut (ketersediaan, keterjangkauan dan konsumsi), tetapi

juga ditentukan oleh dua aspek lainnya yang relatif berdiri sendiri

sebagai aspek yang mempengaruhi ketahanan pangan, yaitu :

aspek pemberdayaan masyarakat dan aspek manajemen. Aspek

pemberdayaan masyarakat ini misalnya keterbatasan sarana dan

belum adanya mekanisme kerja yang efektif di masyarakat dalam

merespon adanya kerawanan pangan, terutama dalam penyaluran

pangan kepada masyarakat yang membutuhkan, keterbatasan

keterampilan dan akses masyarakat miskin terhadap sumber daya

usaha seperti pendanaan, tehnologi, informasi pusat dan sarana

prasarana yang menyebabkan masyarakat kesulitan memasuki

Page 38: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

38

lapangan kerja dan menumbuhkan usaha. Kurang efektifnya

program pemberdayaan masyarakat yang selama ini bersifat top-

down karena tidak memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan

kemampuan masyarakat yang bersangkutan. Belum

berkembangnya sistem pemantauan kewaspadaan pangan dan gizi

secara dini dan akurat dalam mendeteksi kerawanan pangan dan

gizi pada tingkat masyarakat.

Aspek manajemen, keberhasilan pembangunan ketahanan

dan kemandirian pangan dipengaruhi oleh efektifitas

penyelenggaraan fungsi-fungsi manajemen pembangunan yang

meliputi aspek perencanan, pelaksanaan, pengawasan dan

pengendalian serta koordinasi berbagai kebijakan dan program.

Masalah yang dihadapi dalam aspek manajemen adalah : (1)

Terbatasnya ketersediaan data yang akurat, konsisten, dipercaya

dan mudah diakses yang diperlukan untuk perencanaan

pengembangan kemandirian dan ketahanan pangan. Disini berarti

peran teknologi sangatlah dominan. (2) Belum adanya jaminan

perlindungan bagi pelaku usaha dan konsumen kecil di bidang

pangan. (3) Lemahnya koordinasi dan masih adanya iklim egosentris

dalam lingkup instansi dan antar instansi, subsektor, sektor,

lembaga pemerintah dan non pemerintah, pusat dan daerah dan

antar daerah.

BAB III

KONDISI IMPLEMENTASI KEPEMIMPINAN RLA DI LINGKUNGAN POLRI, IMPLIKASI IMPLEMENTASI KEPEMIMPINAN RLA DI

LINGKUNGAN POLRI TERHADAP PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN KEMANDIRIAN

Page 39: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

39

BANGSA SERTA PERMASALAHANNYA

11. Umum

Sebagaimana disinggung pada BAB I dan II di atas tentang

kepemimpinan yang RLA sebagai sebuah gaya ataupun style

kepemimpinan yang menekankan kepada fitrah dari pada kehadiran umat

manusia itu sendiri yang seharusnya, yaitu membawa rahmat bagi

sesamanya manusia maupun alam serta sesisinya sebagaimana dalam

kepemimpinan hal ini dicontohkan oleh junjungan Nabi Besar Muhammad

SAW. “Wama arsalnaha illa rahmatan lil alamin” (Surat Al-Anbiya : 107)

yang dimaknakan “... dan tiada kami mengutus kamu (wahai Muhammad),

melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam”.

Kepemimpinan yang RLA di lingkungan Polri pada dasarnya

berorientasi dari pada embanan ataupun tugas pokok yang melekat pada

Polri itu sendiri, yaitu selaku pemelihara keamanan dan ketertiban

masyarakat, penegak hukum dan memberikan pengayoman, perlindungan

serta pelayanan kepada masyarakat. Bersumber dari tugas pokok serta

pengejawantahanan dari berbagai paradigma nasional, khususnya

Pancasila dan landasan teori kepemimpinan yang dipelajari seperti

kepemimpinan nasional, negarawan, kontemporer, visioner, transformatif

maupun sifat-sifat kepemimpinan Nabi Besar Muhammad SAW khususnya

fatonah, amanah, shiddig dan tabligh, maka kepemimpinan yang RLA inilah

sebagai alternatif gaya atau style yang harus diberikan oleh setiap

pemimpin di lingkungan Polri. Bertitik tolak dari pemaknaan kepemimpinan

RLA inilah maka dalam sub-bab berikut ini akan dijelaskan bagaimana

kondisi implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan Polri saat ini,

implikasi implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan Polri terhadap

peningkatan ketahanan pangan dan implikasi peningkatan ketahanan

pangan terhadap kemandirian bangsa serta permasalahan yang

ditemukan.

12. Kondisi Implementasi Kepemimpinan RLA di Lingkungan Polri Saat Ini

Page 40: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

40

c. Belum Diimplementasikannya Kepemimpinan RLA di

Lingkungan Polri Saat Ini.

Seperti telah disinggung di atas bahwa setelah Polri berpisah

dengan TNI atau ABRI saat itu di tahun 2000, yaitu dengan

ditetapkannya Ketetapan MPR Nomor : VI/MPR/2000 Tentang

Pemisahan TNI dan Polri sebagai sebuah tuntutan reformasi di

Indonesia, Polri sampai saat ini belum memiliki asas-asas

kepemimpinan yang secara umum diberlakukan di lingkungan Polri

seperti waktu sebelumnya dengan 11 asas kepemimpinan ABRI.

Dengan dipisahkannya dari ABRI, bukanlah berarti kemudian

terputusnya seketika itu juga pengamalan akan nilai-nilai atau

asas-asas dari kepemimpinan di lingkungan Polri yang selama ini

berlaku. Senyatanya ada nilai-nilai dan etika Polri yang dapat

menjadi sumber implementasi kepemimpinan di lingkungan Polri,

yaitu pedoman hidup dan pedoman kerja berupa Tribrata dan Catur

Prasetya yang pada hakekatnya merupakan penjabaran dari nilai-

nilai Pancasila dan tugas pokok Polri yang juga telah dicantumkan

dalam UUD N RI 1945 (amandemen). Sesungguhnya reformasi

Polri yang secara struktural baru terlihat di tahun 2000, yaitu

dengan dipisahkannya dari ABRI, sudah disusun dan direncanakan

bahwa reformasi birokrasi Polri itu sejak tahun 1998, yaitu dalam

sebuah buku yang dikenal dengan “buku biru reformasi Polri”.

Dimana reformasi Polri itu dibagi dalam tiga bagian, yaitu struktural,

instrumental dan kultur. Jika kita melihat nilai-nilai ataupun asas-

asas kepemimpinan maka hal ini cenderung masuk pada ranah

kultur atau budaya yang memang perubahannya relatif sulit dan

membutuhkan waktu, karena berkaitan dengan nilai-nilai yang

kemudian tercermin dalam perilaku.

Sosok kepemimpinan di lingkungan Polri sejak tahun 2000

dapat kita lihat sebagai berikut : 1) Jenderal Polisi Rusdihardjo,

Januari-Agustus 2000, Kapolri ini diangkat oleh Presdien R.I hasil

Pemilu 1999 yang cukup kontraversi yaitu K.H Abdulrahman Wahid

atau Gus Dur. 2) Jederal Polisi Drs. Suroyo Bimantoro, 2000-2001,

Page 41: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

41

Kapolri ini juga diangkat oleh Presiden R.I K.H Abdulrahmman

Wahid. Dalam perjalanannya Gus Dur diganti oleh MPR karena

skandal tertentu yang berujung kepada politik dan dipenghujung

jabatannya Gus Dur sempat mengangkat Kapolri baru yaitu

Jenderal Polisi Drs. Chairuddin Ismail yang baru sempat dilantik di

Istana Presiden tetapi belum sempat serah terima jabatan dengan

Jenderal Polisi Drs. Suroyo Bimantoro. Situasi ini menjadi sebuah

persoalan tersendiri secara internal di lingkungan Polri, dimana

selama ini calon Kapolri pengganti selalu diajukan oleh Kapolri

lama sebagai sebuah cara memelihara kesinambungan, walaupun

tentu saja dengan sistem tata negara Indonesia penunjukan Kapolri

itu sebagai ranah prerogratif Presiden. 3) Jenderal Polisi Drs. Da’i

Bachtiar, S.H, 2001-2005, Kapolri ini diangkat oleh Presiden

Megawati Soekarno Putri. 4) Jenderal Polisi Drs. Sutanto, 2005-

2008, Kapolri ini diangkat oleh Presiden SBY yang kebetulan

teman seangkatan di AkABRI dan sama-sama penerima

penghargaan Adhimakayasa di Akademi masing-masing. 5)

Jenderal Polisi Drs. Bambang Hendarso Danuri, M.M, 2008-20110,

juga diangkat oleh Presiden SBY dan kemudian 6) Jenderal Polisi

Drs. Timur Pradopo, 2010-sekarang, juga diangkat oleh Presiden

SBY.

Melihat secara empiris, sesungguhnya para Kapolri ini tidak

memiliki nilai-nilai kepemimpinan yang khusus dapat diterapkan

seperti pada saat adanya 11 asas kepmimpinan ABRI. Akan tetapi

para pemimpin di lingkungan Polri tersebut sudah menerapkan

nilai-nilai kepemimpinan nasional, prinsif-prinsif dalam kepemimpi-

nan transformatif, kepemimpinan visioner, kepemimpinan kontem-

porer sebagaimana model-model kepemimpinan tersebut dipelajari,

didiskusikan saat mereka sekolah di Sespim, Sespati maupun di

Lemhannas. Hal tersebut dapat dilihat dari kinerja yang menonjol

dari masing-masing pimpinan, walaupun tentu saja disana sini

masih ada kekurangan, sehingga citra atau pandangan publik pada

organisasi Polri secara keseluruhan belum begitu baik atau naik

Page 42: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

42

turun sesuai dengan isue yang mengemuka pada setiap saat

kepemimpinan Polri itu hadir pada masanya.

d. Profesionalisme di Lingkungan Polri Secara Umum Masih

Kurang.

Seperti diketahui bahwa makna profesi adalah pekerjaan

yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu

pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki aosiasi

profesi, kode etik serta proses sertifikasi dan lisensi yang khusus

untuk bidang tersebut. Contoh profesi dibidang hukum, kedokteran,

keuangan, militer, teknik dan lain-lain. Karakteristik profesi

disimpulkan antara lain : (1) Adanya keterampilan yang

berdasarkan pada pengetahuan teoritis, (2) Asosiasi profesional,

(3) Ujian kompetensi, (4) Pelatihan institusional, (5) Lisensi, (6)

Pendidikan yang ekstensif, (7) Otonomi kerja, (8) Kode etik, (9)

Mengatur diri, (10) Layanan publik altruisme dan (11) Status dan

imbalan yang tinggi.

Unsur profesionalisme dalam tulisan Taskap ini dijadikan

sebagai sebuah critical driving force atau salah satu pengungkit

utama untuk mewujudkan kepemimpinan yang RLA di lingkungan

Polri. Di dalam organisasi Polri sendiripun telah beberapa kali

terjadi perubahan struktur organisasi dengan orientasi

mendekatkan organisasi Polri sebagai bagian fungsi pelayanan

pemerintah dengan masyarakat yang akan dilayani. Reformasi

instrumental juga telah dilakukan seperti misalnya lahirnya Undang-

undang No. 2 Tahun 2002 tentang Polri sebagai perubahan dari

Undang-undang sebelumnya yaitu UU No. 28 Tahun 1997 tentang

Polri dimana pada periode tersebut Polri masih bersama-sama

dengan ABRI. Kemudian juga telah dirubah berbagai macam

Pedoman atau Petunjuk yang disebut sebagai pedoman induk,

pedoman dasar, Petunjuk Pelaksana, petunjuk tehnis menjadi

Peraturan-peraturan Kapolri sesuai dengan amanat Undang-

undang No. 4 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pembuatan

Peraturan dan Perundang-undangan yang terakhir telah dirubah

Page 43: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

43

dengan Undang-undang No. 12 Tahun 2011 tentang Tata Cara

Pembuatan Peraturan Perundang-undangan. Sedangkan

perubahan kultur, hal ini dirasakan relatif sulit untuk dilakukan oleh

Polri. Berdasarkan beberapa literatur perubahan kultur di

lingkungan Polri ini dimaksudkan adalah perubahan artefak,

perubahan perilaku dan perubahan paradigma (mindset) atau yang

sering disebut kultur set. Beberapa hal budaya yang ingin dirubah

secara mendasar di lingkungan Polri misalnya adalah budaya

organisasi yang tadinya antagonis menjadi protagonis, reaktif

menjadi proaktif, legalitas menjadi legitimitas, elitis menjadi populis,

arogan menjadi humanis, otoriter menjadi demokratis, tertutup

menjadi transparan, akuntabilitas vertikal menjadi akuntabilitas

publik dan dari monologis menjadi dialogis.

Sesungguhnya juga Polri telah memiliki Grand Strategi Polri

2005-2025 yang dikukuhkan berdasarkan Keputusan Kapolri

Nomor Polisi : Kep/360/VI/2005 tanggal 10 Juni 2005. Grand

Strategi ini bukan dibuat oleh Polri semata, tetapi lebih melibatkan

civitas akademika dari UI dan UGM. Dalam Grand Strategi ini

secara umum mengarahkan pembangunan Polri untuk 20 tahun

kedepan, Polri akan dibawa kemana, dan sesuai Grand Strategi

tersebut secara garis besar arah pembangunan Polri adalah :

Renstra pertama 2005-2009 yang lalu pembangunan Polri

sesungguhnya diarahkan kepada pembangunan kepercayaan

masyarakat kepada Polri atau Trust Building. Kemudian Renstra ke

dua 210-2014 diarahkan kepada membangun kemitraan atau

kebersamaan atau Pathnership Building dan kemudian Renstra

ketiga 2015-2025 diarahkan kepada pembangunan yang

mengkukuhkan organisasi untuk dapat memberikan pelayanan

secara prima kepada publik atau Strive for Excellence. Setiap

Renstra tersebut tentulah tidak parsial, tetapi saling bersinergi dan

saling menguatkan, artinya ketika Renstra pertama lalu (2005-

2009) menekankan kepada pembangunan kepercayaan, bersama

itu juga dibangun kemitraan dan pelayanan prima, hanya memang

Page 44: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

44

penekanan atau orientasinya kepada pembangunan kepercayaan.

Begitu juga pada Renstra kedua yang sedang berjalan (2010-

2014), penekanan pembangunan Polri kepada kemitraan atau

pathnership, akan tetapi tentu juga dilakukan pembangunan

kepercayaan dan telah dirintis upaya untuk memberikan pelayanan

yang prima. Jadi pembangunan di lingkungan Polri ada penekanan

yang berkelanjutan atau suistanable program.

Kondisi Polri dimata masyarakat sebagai indikator hasil

kinerja atau penerapan kepemimpinan rahmatan lil alamin saat ini

dapat dilihat dari berbagai persepsi masyarakat terhadap Polri

sebagai hasil penelitian ataupun survey, yang dapat digambarkan

sebagai berikut :

1) Hasil survey dari PERC (Political and Economic Risk

Counsulting) menempatkan Indonesia sebagai negara nomor

dua terburuk masalah keamanan individu setelah Philipina

bagi para investor (2010).

2) Kompolnas merelease bahwa penyimpangan Polri

terjadi paling besar pada penegakan hukum, yaitu sebesar

72% (2009).

3) TII (Transparancy International Indonesia)

menempatkan Polri sebagai Institusi dengan tingkat suap

tertinggi (2009).

4) Global Coruption Barometer (GCB), menempatkan

Polri sebagai institusi terkorup di Indonesia dengan indeks 4,2

(2010).

5) Penelitian yang dilakukan oleh lembaga independent

Markplus in Sight menyimpulkan tingkat kepuasan

masyarakat atas pelayanan Polri baru 54,37% (2009).

6) Penelitian oleh Staf Ahli Kapolri, Biro Litbang Polri,

Mahasiswa PTIK, merelease bahwa tingkat harapan

masyarakat atas pelayanan Polri sebesar 86,32%, sedangkan

rata-rata transparansi pelayanan yang diberikan kepada

masyarakat baru sebear 64,21%, jadi masih ada gap atau

Page 45: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

45

disparitas antara harapan masyarakat dan yang dapat

diberikan oleh Polri yang cukup tinggi, yaitu sebesar 22,11%

(2010).

7) Pada tahun 2002, mahasiswa PTIK juga telah

melakukan penelitian di 10 Polda yang menyoroti tentang

pergeseran paradigma sebagai upaya melakukan perubahan

budaya untuk meningkatkan kinerja. Ditemukan ada dua

faktor utama yang menerangkan kinerja Polri, yaitu

pemahaman personil tentang paradigma itu sendiri dan

peranan atasan atau pemimpin di lingkungan Polri. Ini

menunjukkan bahwa betapa pentingnya kehadiran seorang

pemimpin yang rahmatan lil alamin.

8) Hasil survey Jaringan Survey Indonesia yang dimuat di

harian Kompas hari Rabu, 2 Nopember 2011 tentang tingkat

kepercayaan dan tingkat kepuasan masyarakat atas kinerja

aparat penegak hukum. Hasilnya adalah, untuk tingkat

kepercayaan Polri menduduki peringkat yang terbaik yaitu

58,2%, kemudian KPK : 53,8%, MA : 47,8%, MK : 47,3%,

Kejagung : 46,0%. Untuk tingkat kepuasan masyarakat Polri

juga terbaik yaitu 53,6%, KPK : 45,0%, MK : 43,5%, MA :

42,1% dan Kejagung : 41,1%. Sedangkan terakhir hasil

survey Sugeng Suryadi Syndicate pada tanggal 14-24 Mei

2012 yang lalu di 33 Provinsi menempatkan DPR sebagai

lembaga terkorup di Indonesia dengan nilai 47%.

Kondisi profesionalitas secara umum ini juga dapat dilihat dari

komposisi kepangkatan riil anggota Polri dibandingkan dengan

yang seharusnya, dengan asumsi kepangkatan mencerminkan

profesionalisme dari anggota Polri tersebut. Tabel 3

profesionalisme dilihat dari aspek kepangkatan terlampir.

Dari sudut pandangan masyarakat dapat juga kita lihat

profesionalisme Polri ini dari hasil survey dan analisis Citra Publik

Indonesia pada tanggal 11-14 September 2009 lalu. Hasilnya dapat

dilihat 58,20% Polri sudah/ cukup profesional dan 56,50%

Page 46: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

46

masyarakat yakin/ sangat yakin mampu menjadi lembaga yang

profesional. Tabel 4 DAN 5 Profesionalisme Anggota Polri

terlampir.

e. Belum Optimalnya Moralitas Anggota Polri Secara Umum.

Seperti juga telah disinggung di atas bahwa moral ini

bersumber dari nilai-nilai dasar Pancasila dan khususnya untuk

Polri tentu juga bersumber dari pedoman kerja Tribrata yang pada

dasarnya bersumber dari hakekat akan tugas pokok dan

keberadaan polisi itu sendiri dalam kehidupan berbangsa,

bernegara dan bermasyarakat. Moralitas yang bersumber dari nilai-

nilai-nilai Pancasila setidaknya sesuatu yang harus melekat pada

perilaku polisi seperti moral ketaqwaan, moral kemanusiaan, moral

kebersamaan dan kebangsaan, moral kerakyatan dan moral

keadilan. Nilai-nilai moral ini dalam organisasi teraktualisasi pada

etika organisasi yang tertuang dalam kode etik profesi. Di

lingkungan Polri sudah ada kode etik Polri yang senantiasa terjadi

perubahan-perubahan sesuai dengan perubahan pemaknaan

Tribrata maupun dinamika organisasi Polri. terakhir kode etik Polri

ini diatur dalam Peraturan Kapolri (Perkap) Nomor 14 Tahun 2011

Tentang Kode Etik Profesi Polri sebagai perubahan dari Perkap

Nomor 7 Tahun 2006 Tentang hal yang sama.

Berdasarkan release akhir tahun Kapolri tahun 2011 yang lalu

beberapa catatan yang dapat digolongkan menyangkut moralitas

anggota Polri adalah menyangkut pelanggaran kode etik, disiplin

maupun pidana sampai diputuskan harus dikeluarkan dengan tidak

hormat dari keanggotaan Polri. Catatan-catatan tersebut dapat kita

lihat sebagai berikut :

1) Bidang Tata Tertib.Untuk tahun 2010 sebanyak 26.872 orang dan pada

tahun 2011 sebanyak 12.987 orang sehingga mengalami penurunan sebanyak 13.975 orang atau 52 %. Untuk penyelesaian kasus, seluruh masalah pelanggaran tata tertib telah diselesaikan seluruhnya atau 100%;

2) Bidang Disiplin.

Page 47: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

47

Untuk tahun 2010 pelanggaran disiplin yang tercatat sebanyak 6.900 orang dan pada tahun 2011 sebanyak 3.429 orang, sehingga mengalami penurunan sebanyak 3.471 orang atau 50%. Untuk penyelesaian masalah pelanggaran tata tertib, telah diselesaikan sebanyak 931 orang atau 27%;

3) Bidang Sidang Kode Etik Polri (KKEP).Polri telah menyidangkan (Sidang Kode Etik Polri)

selama tahun 2010 sebanyak 412 orang sedangkan pada tahun 2011 sebanyak 376 orang, sehingga mengalami penurunan sebanyak 36 orang atau 9%. Untuk penyelesaian masalah kode etik Polri, seluruhnya sudah tuntas atau 100%;

4) Bidang PTDH.Pada tahun 2010 , Polri telah memberhentikan tidak

dengan hormat sebanyak 298 orang, sementara itu ditahun 2011, Polri telah memberhentikan secara tidak hormat sebanyak 267 orang. Sehingga mengalami penurunan sebanyak 31 orang atau 10,4%.5) Bidang Pelanggaran Pidana.

Pada tahun 2010 Polri telah menyidangkan anggota Polri yang melakukan tindak pidana sebanyak 512 orang dan pada tahun 2011 sebanyak 207 orang, sehingga mengalami penurunan sebanyak 305 orang atau 60%. Untuk penyelesaian masalah pelanggaran pidana, hingga saat ini sudah 51 orang yang terselesaikan masalahnya atau 75%. 28

Sedangkan hasil survey dan analisis dari Citra Publik

Indonesia yang berkaitan dengan moralitas ini dapat dlihat

dari hasil poling tentang kejujuran polisi, 51,40% masyarakat

menilai polisi kurang jujur. Kedisiplinan, 52,60% masyarakat

menganggap poliswi belum disiplin. Masalah tanggungjawab,

45,90% masyarakat menganggap polisi belum

tanggungjawab dalam melaksanakan tugas kepolisian. Jika

dibandingkan dengan TNI, maka masalah kemanusiaan atau

manusiawi 42,10% masyarakat menilai TNI lebih manusiawi

dari pada Polri. Masalah keramahan, 42,90% masyarakat

menilai TNI lembaga yang lebih ramah dari pada Polri,

sedangkan masalah komunikasi, 56% masyarakat menilai

Polri telah berkomunikasi dengan baik. Tabel 6 : Kejujuran

Anggota Polri, Tabel 7 : Kedisiplinan Anggota Polri, Tabel 8 :

28 Jenderal Polisi Drs. Timur Pradopo (Kapolri), Materi Pers Release Akhir Tahun 2011, 30 Desember 2011, Jakarta, 2011.

Page 48: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

48

Sifat Manusiawi Anggota Polri dan Tabel 9 : Keramahan

Anggota Polri terlampir.

f. Ketahanan Pangan Indonesia Masih Sangat Rentan.

Dari berbagai literatur, khususnya pembelajaran baik dari

Kementerian dan para tenaga pengajar di Lemhannas R.I pada

PPRA XLVIII Tahun 2012 yang memang temanya “Ketahanan

Pangan Dalam Rangka Kemandirian Bangsa”, menunjukkan

secara umum masalah ketahanan pangan Indonesia masih sangat

rentan, walaupun dalam hal-hal tertentu seperti produk strategis

beras memberikan harapan akan swasembada. Secara umum

kerentanan ini disebabkan oleh berbagai permasalahan dibidang

ketahanan pangan itu sendiri. Beberapa hal dapat dikemukakan

sebagai berikut :

1) Laju pertumbuhan penduduk yang masih tinggi periode 2000-2010 sebesar 1,49% per tahun dengan jumlah penduduk yang besar, sedangkan pertumbuhan produksi pangan relatif masih kecil.2) Jumlah penduduk miskin dan rawan pangan masih relatif tinggi sebesar 12.4% dari total penduduk.3) Ketergantungan konsumsi beras dalam pola konsumsi pangan yang masih tinggi sebesar beras 139,15 kg/kapita/th. 4) Konversi lahan pertanian masih tinggi dan tidak terkendali, sekitar 65.000 ha/th.5) Kompetisi pemanfaatan dan degradasi sumber daya air semakin meningkat.6) Infrastruktur pertanian/ pedesaan masih kurang memadai, jaringan irigasi yang rusak 52%.7) Belum memadainya prasarana dan sarana transportasi, sehingga meningkatkan biaya distribusi/ pemasaran pangan.8) Sebaran produksi pangan yang tidak menentu, baik antar waktu panen raya dan paceklik ataupun antar daerah di Jawa surplus, di Papua dan Papua Barat defisit.9) Beberapa daerah di Indonesia rawan bencana alam, yang menyulitkan bagi pengembangan ketahanan pangan yang berkelanjutan. 29

Data pendukung yang menunjukkan persoalan dalam

ketahanan pangan ini misalnya adalah masalah besarnya peralihan

lahan sawah atau penyusutan seluas 36.000 Ha sejak tahun 1994

29 Prof. Ahmad Suryana (Kepala Badan Ketahanan Pangan Nasional), Ceramah Ilmiah Pada Peserta PPRA XLVIII-2012 Lemahannas R.I, Kebijakan dan Strategi Ketahanan Pangan Indonesia, 29 Agustus 2012.

Page 49: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

49

s/d 2004 atau sekitar 3.600 Ha per tahun. Lebih lanjut dapat dilihat

dalam Tabel 10 : Alih Fungsi Lahan Sawah terlampir. 30

Begitupun kondisi impor terhadap beberapa produksi

strategis, sebagai bukti bahwa permasalahan ketahanan pangan

harus diatasi oleh seluruh komponen bangsa secara komprehensif,

integral dan holistik dan tidak terkecuali oleh Polri dengan

pelaksanaan tugas pokoknya.

TABEL : 11PERSENTASE IMPORT PANGAN STRATEGIS

KOMODITI PERSEN THD KEBUTUHAN NASIONALDaging sapi 25 % ( K.L 600.000 ekor)Gula 30 % (K.L 1,3 juta ton)Beras 2 % ( K.L 1,2 juta ton)Bawang putih 90 %Kedelai 70 % ( K.L 1,4 juta ton)Garam 50 %Jagung 10 %Kacang Tanah 15 %Susu 70 %

Sumber : Prof. Dr. Didin S Damanhuri, Kuliah Ilmiah PPRA XLVIII, 2012

13. Implikasi Implementasi Kepemimpinan RLA di Lingkungan Polri Terhadap Ketahanan Pangan dan Implikasi Peningkatan Ketahanan Pangan Terhadap Kemandirian Bangsa

Beranjak dari pemaknaan kepemimpinan RLA di lingkungan Polri

yang menekankan bahwa seorang pemimpin itu adalah rahmat bagi

semesta alam, menebar cinta kasih bagi seluruh umat manusia dan segala

ciptaan Tuhan di alam semesta baik yang hidup (biotik) dan benda mati

(abiotik) serta menekankan pada kemampuan profesionalisme dan

moralitas dalam mencapai tujuan organisasi dan kemudian dikaitkan

dengan organisasi Polri yang memiliki tugas pokok harkamtibmas,

penegakan hukum, pengayom, pelindung dan pelayanan masyarakat,

maka jika dikaitkan dengan upaya peningkatan ketahanan pangan

Indonesia sangatlah relevan. Artinya jika kepemimpinan di lingkungan Polri

yang menekankan pada RLA dengan pendekatan pelaksanaan tugas yang

30 Tabel tentang besaran penambahan maupun penyusutan lahan sawah terlampir.

Page 50: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

50

profesional serta personilnya memiliki moral yang baik maka persoalan-

persoalan ketahanan pangan baik persoalan ketersediaan, keterjangkauan,

konsumsi, pemberdayaan masyarakat maupun manajemen akan dapat

diatasi dengan baik dan ketahanan pangan akan meningkat. Kondisi ini

tentu juga akan memberikan peningkatan kesejahteraan masyarakat

sebagai bagian dari tujuan negara. Artinya kondisi ketahanan pangan ini

juga akan memberikan kontribusi pada peningkatan kemandirian bangsa.

a. Implikasi Implementasi Kepemimpinan RLA di Lingkungan Polri Terhadap Peningkatan Ketahanan Pangan.

Berdasarkan beberapa tabel diatas, baik yang mencerminkan

tentang implementasi kepemimpinan RLA maupun kondisi

ketahanan pangan, seperti masih tingginya peralihan lahan sawah

untuk pertanian kepada fungsi lainnya, yang berkorelasi langsung

dengan ketahanan pangan, khususnya pada aspek ketersediaan

pangan (produksi), maka apabila diimplementasikannya

kepemimpinan RLA di lingkungan Polri, asumsinya masalah-

masalah tersebut akan teratasi dengan baik. Berbagai

permasalahan ketahanan pangan khususnya yang berkaitan dengan

tugas pokok Polri seperti penegakan hukum akan dapat teratasi

dengan baik, peralihan lahan sawah akan semakin berkurang atau

berhenti sama sekali. Dengan demikian salah satu faktor

menurunnya produksi pangan akan teratasi. Belum lagi jika

implementasi kepemimpinan RLA ini diterapkan dalam kerja sama

yang riil antara Polri dan Kementerian Pertanian misalnya dalam

pengolahan lahan sebagai ujud implementasi Perpolisian

Masyarakat (Polmas), maka akan semakin memberikan kontribusi

pada peningkatan produksi pangan. Lebih jauh program seperti

pengadaan lahan pertanian dua juta hektar atau surplus produksi

gabah sepuluh juta ton pada tahun 2014 bukanlah sesuatu yang

mustahil dan sangat realistis.

Lebih lanjut, seperti telah juga dikemukakan di atas bahwa

sistem ketahanan pangan itu mencakup aspek-aspek ketersediaan

pangan, distribusi pangan, konsumsi pangan, pemberdayaan

Page 51: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

51

masyarakat dan manajemen. Dari tiap tiap aspek ini dapat kita lihat

permasalahan dan tantangan yang harus dihadapi dengan

implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan Polri adalah sebagai

berikut :

1) Aspek ketersediaan pangan. Dalam aspek

ketersediaan pangan, masalah pokok adalah semakin

terbatas dan menurunnya kapasitas produksi dan daya saing

pangan nasional. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor teknis

dan sosial-ekonomi. Secara tehnis hal-hal yang

mempengaruhi produksi ini misalnya : (a) Berkurangnya areal

lahan pertanian karena derasnya alih lahan pertanian ke non

pertanian seperti industri dan perumahan, laju 1% setiap

tahun. (b) Teknologi produksi yang belum efektif dan efisien.

(c) Infrastruktur pertanian (irigasi) yang tidak bertambah

selama krisis dan kemampuannya semakin menurun.

2) Aspek distribusi pangan. Faktor tehnis disebabkan

oleh antara lain : (a) Belum memadainya infrastruktur,

prasarana distribusi darat dan antar pulau yang dapat

menjangkau seluruh wilayah konsumen. (b) Belum merata

dan memadainya infrastruktur pengumpulan, penyimpanan

dan distribusi pangan, kecuali beras. Faktor Sosial-ekonomi : (a) Belum berperannya kelembagaan pemasaran hasil

pangan secara baik dalam menyangga kestabilan distribusi

dan harga pangan. (b) Masalah keamanan jalur distribusi dan

pungutan resmi pemerintah pusat dan daerah serta berbagai

pungutan lainnya sepanjang jalur distribusi dan pemasaran

telah menghasilkan biaya distribusi yang mahal dan

meningkatkan harga produk pangan.

3) Aspek konsumsi pangan. Faktor teknis : (a) Belum

berkembangnya teknologi dan industri pangan berbasis

sumber daya pangan lokal. (b) Belum berkembangnya

produk pangan alternatif berbasis sumber daya pangan lokal.

Faktor Sosial-ekonomi : (a) Tingginya konsumsi beras per

Page 52: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

52

kapita per tahun tertinggi di dunia > 100 kg, Thailand 60 kg,

Jepang 50 kg. (b) Kendala budaya dan kebiasaan makan

pada sebagian daerah dan etnis sehingga tidak mendukung

terciptanya pola konsumsi pangan dan gizi seimbang serta

pemerataan konsumsi pangan yang bergizi bagi anggota

rumah tangga.

4) Aspek pemberdayaan masyarakat. Aspek ini

diantaranya melingkupi hal-hal sebagai berikut : (a)

Keterbatasan sarana dan belum adanya mekanisme kerja

yang efektif di masyarakat dalam merespon adanya

kerawanan pangan, terutama dalam penyaluran pangan

kepada masyarakat yang membutuhkan. (b) Keterbatasan

keterampilan dan akses masyarakat miskin terhadap sumber

daya usaha seperti permodalan, teknologi, informasi pasar

dan sarana pemasaran meyebabkan mereka kesulitan untuk

memasuki lapangan kerja dan menumbuhkan usaha. (c)

Kurang efektifnya program pemberdayaan masyarakat yang

selama ini bersifat top-down karena tidak memperhatikan

aspirasi, kebutuhan dan kemampuan masyarakat yang

bersangkutan. (d) Belum berkembangnya sistem pemantauan

kewaspadaan pangan dan gizi secara dini dan akurat dalam

mendeteksi kerawanan pangan dan gizi pada tingkat

masyarakat.

5) Aspek manajemen. Keberhasilan pembangunan

ketahanan dan kemandirian pangan dipengaruhi oleh

efektifitas penyelenggaraan fungsi-fungsi manajemen

pembangunan yang meliputi aspek perencanan, pelaksanaan,

pengawasan dan pengendalian serta koordinasi berbagai

kebijakan dan program. Masalah yang dihadapi dalam aspek

manajemen adalah : (a) Terbatasnya ketersediaan data yang

akurat, konsisten, dipercaya dan mudah diakses yang

diperlukan untuk perencanaan pengembangan kemandirian

dan ketahanan pangan. (b) Belum adanya jaminan

Page 53: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

53

perlindungan bagi pelaku usaha dan konsumen kecil di

bidang pangan. (c) Lemahnya koordinasi dan masih adanya

iklim egosentris dalam lingkup instansi dan antar instansi,

subsektor, sektor, lembaga pemerintah dan non pemerintah,

pusat dan daerah dan antar daerah.

Dari uraian permasalahan aspek-aspek ketahanan pangan di

atas tidak setiap sub-aspek dapat disentuh dengan implementasi

kepemimpinan RLA di lingkungan Polri. Beberapa yang dapat

disentuh oleh Polri dalam pelaksanaan tugas pokoknya misalnya

masalah aspek ketersediaan pangan yang disebabkan karena

berkurangnnya lahan pertanian atau sawah, Polri bersama-sama

PPNS Kementerian terkait dapat menegakkan hukum secara tegas

kepada para pelanggar yang mengalih fungsikan lahan dimaksud

sesuai dengan undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 Tentang

Pemeliharaan Lahan Pertanian Berkelanjutan maupun

menegakkan hukum anti korupsi. Disamping itu tentu Polri dapat

melaksanakan peran perpolisian masyarakat yang bekerja sama

dengan Badan Ketahanan Pangan baik pusat dan daerah

melakukan kegiatan penanaman tanaman tertentu sesuai kondisi

daerah dalam kegiatan bhakti Bhayangkara. Pada aspek

keterjangkauan Polri dapat memberikan bantuan terhadap

keamanan dalam setiap distribusi pangan sampai pada level

keluarga. Pada aspek konsumsi, Polri dapat bekerja sama dengan

Pemda setempat untuk mengembangkan penanaman produksi

pangan tertentu berbasiskan pangan lokal. Pada aspek

pemberdayaan masyarakat peran Polri misalnya dalam

pengawasan distribusi pangan kepada masyarakat yang

mengalami kerawanan pangan agar distribusi tersebut sesuai

sasaran dan tidak ada penyelewengan dan dapat juga membantu

memberikan akses kepada pemodalan kepada pihak perbankan

melalui peran perpolisian masyarakat. Dalam aspek manajemen

secara keseluruhan Polri dapat berperan dalam peran pengawasan

Page 54: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

54

dengan menegakkan hukum secara berkeadilan, berkepastian dan

berkemanfaatan.

b. Implikasi Peningkatan Ketahanan Pangan Terhadap Kemandirian Bangsa.

Sebagaimana dimaknai bahwa kemandirian bangsa sebagai

kemampuan untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara

melalui kerja keras secara mandiri dan mampu berdikari, maka

sesungguhnya kondisi ketahanan pangan adalah bagian dari pada

kemandirian bangsa itu sendiri. Artinya ketahanan pangan sebagai

bagian dari pembangunan ekonomi bangsa, jika terwujud akan

memberikan kontribusi besar pada terwujudnya kemandirian

bangsa. Implementasi kepemimpinan RLA di Lingkungan Polri tidak

saja akan mewujudkan ketahanan pangan tetapi juga akan

memperkuat kemandirian bangsa dan ketahanan nasional.

Jika kita mengacu pada pemaknaan kemandirian bangsa

khususnya dalam kemampuan pemimpin membawa keberhasilan

organisasi dalam mencapai tujuan bersama seperti misalnya

mengembangkan inovasi dan riset diberbagai bidang dan memiliki

keunggulan serta daya saing, maka implementasi kepemimpinan

RLA adalah sesuatu yang wajib sifatnya. Artinya peran pemimpin

yang profesional serta memiliki moral yang baik sebagai salah satu

modal untuk mempercepat proses pembangunan dan pencapaian

kemandirian itu sendiri. Lebih lanjut jika kita kaitkan dengan konsep

prinsif-prinsif berdikari founding father Ir. Soekarno (Presiden I

R.I), dalam pidato peringatan HUT Kemerdekaan R.I Tahun 1965

yang menyampaikan konsep berdikari atau “berdiri di atas kaki sendiri”, menurut beliau untuk berdikari ada tiga prinsif utama,

yaitu (1) Berdaulat dibidang politik, (2) Berdikari dalam bidang

ekonomi dan (3) Berkepribadian dalam kebudayaan dan ketiga hal

ini tidak bisa dipisahkan, saling kait mengkait, maka peran seorang

pemimpin sangatlah sentral dan menentukan.

14. Permasalahan yang Ditemukan

Page 55: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

55

Dari uraian di atas tentang kondisi implementasi kepemimpinan

RLA yang digambarkan dalam berbagai data dan tabel, hasil survey dan

analisis maupun penindakan yang dilakukan secara internal oleh Polri yang

pada dasarnya menggambarkan masalah profesionalisme maupun

moralitas anggota Polri. Kemudian hal ini dapat kita kaitkan dengan melihat

bagaimana kondisi ketahanan pangan di Indonesia yang masih cukup

rentan. Dari kondisi inilah maka Kertas Karya Perorangan (Taskap) ini

merumuskan pokok permasalahannya adalah : Bagaimana Implementasi

Kepemimpinan RLA di Lingkungan Polri Guna Meningkatkan Ketahanan

Pangan Dalam Rangka Kemandirian Bangsa ?. Sesungguhnya tentu saja

bila kepemimpian RLA di lingkungan Polri bisa diimplementasikan, tidak

hanya masalah-masalah ketahanan pangan yang dapat diatasi, tetapi juga

masalah-masalah lain yang berkaitan dengan tugas pokok Polri.

Dari rumusan pokok permasalahan di atas, serta memperhatikan

berbagai kondisi saat ini, maka pokok-pokok persoalan antara lain adalah :

a. Belum adanya rumusan asas-asas kepemimpinan di

lingkungan Polri sejak dipisahkannya dari ABRI tahun 2000 sampai

dengan saat ini. Hal ini berkaitan dengan nilai-nilai yang sebaiknya

ditumbuh kembangkan dalam kepemimpinan di lingkungan Polri

pada setiap level yang mencerminkan pedoman hidup baik

Pancasila, Tribrata, pedoman kerja Catur Prasetya dan yang

berdasarkan kepada kepemimpinan Nasional, Negarawan,

Kontemporer, visioner maupun nilai-nilai kepemimpinan Nabi Besar

Muhammad SAW.

b. Belum maksimalnya profesionalisme dan moralitas anggota

Polri. Hal ini berkaitan dengan pelaksanaan ataupun

pengembangan tugas pokok Polri sendiri, khususnya dibidang

penegakan hukum secara umum sehingga masih menimbulkan

persoalan-persoalan tentang citra Polri di mata masyarakat dan

secara khusus yang dikaitkan dengan masalah upaya peningkatan

ketahanan pangan.

c. Belum optimalnya atau sama sekali belum dilakukan

penegakan hukum dibidang pangan. Hal ini berkaitan dengan

Page 56: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

56

peraturan perundang-undangan yang memiliki sangsi administrasi

maupun ancaman pidana kurungan dan denda seperti misalnya UU

No. 7 Tahun 1996 Tentang Pangan, UU No. 41 Tahun 2009

Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Berkelanjutan dan UU No.

26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang dan peraturan lainnya.

d. Belum adanya kesepahaman atau ikatan kerja sama antara

Polri dengan Kementerian Pertanian maupun para Kepala Daerah

CQ Kepala Dinas Pertanian dengan Kepolisian di Daerah untuk

bekerja sama secara sinergi dalam meningkatkan ketahanan

pangan secara nasional maupun di daerah masing-masing. Hal ini

berkaitan dengan kebijakan dan strategi perpolisian masyarakat

(Polmas) yang dalam penanganan masalah kamtibmas harus atau

dapat dilakukan secara bersama-sama dengan berbagai komponen

bangsa yang ada dan warga masyarakat sejak dini atau dari

hulunya seperti masalah-masalah kemiskinan, kebodoham,

pengangguran dan kerentanan pangan.

BAB IV

PENGARUH PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS

Page 57: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

57

15. Umum

Perkembangan lingkungan global merupakan dinamika

internasional yang mendunia, mempengaruhi dan memiliki pengaruh yang

sangat besar terhadap idiologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam

suatu negara. Perkembangan global ini pada satu sisi dapat menjadi

peluang tetapi disisi lain dapat pula menjadi kendala atau penghambat

upaya suatu negara dan bangsa dalam melaksanakan pembangunan

nasional. Bagi seorang pemimpin yang memiliki style atau gaya apapun

juga, perkembangan global atau lingkungan strategis ini sangatlah penting

dan karena itu dalam difinisi kepemimpinan nasional salah satunya

menekankan terhadap tindakan antisipasi dari seorang pemimpin terhadap

berbagai kendala dan memamfaatkan peluang perkembangan lingkungan

strategis ini.

16. Pengaruh Perkembangan Global

a. Pengaruh Global Amerika Serikat.

Pada tahun 2012 ini Amerika Serikat (A.S) masih menjadi

satu-satunya kekuatan adidaya di dunia, walaupun terjadi

persaingan dan peningkatan pengaruh global dari China dan Rusia,

namun demikian posisi dan kepentingan nasionalnya cenderung

dijadikan kepentingan global untuk mengintervensi negara-negara

lain termasuk Indonesia, dengan alasan keamanan dan perdamain

dunia. A.S secara politik tampil sebagai negara yang memiliki

kemampuan dan keunggulan, baik dalam bidang tehnologi,

ekonomi maupun kekuatan militer. Hal ini sejalan dengan visi

mereka “Global Enggement” dimana dengan kekuatan dan

kemampuannya itu A.S senantiasa hadir dalam segala persoalan

strategis yang ada diseluruh penjuru dunia, termasuk pada tahun

2012 ini A.S sedang menyiapkan perisai di kawasan Asia Pasifik,

Asia Selatan dan Timur Tengah dalam melindungi kawasan dari

senjata rudal Iran dan Korea Utara, serta mempengaruhi pemilihan

Presiden Bank Dunia yang dapat menuruti kepentingan A.S,

sehingga dianggap oleh negara-negara lain sebagai polisi dunia.

Page 58: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

58

Dengan kekuatan dan kemampuannya yang belum tertandingi

ini, mendorong A.S melakukan tindakan-tindakan yang mengatas

namakan stabilitas keamanan internasional atau perdamaian dunia

meskipun terkadang di luar keputusan Perserikatan Bangsa-

Bangsa (PBB), yang kesemuanya itu untuk kepentingan

nasionalnya. Hal ini tentu berpengaruh juga bagi perubahan dan

dinamika politik dan keamanan di Indonesia.

b. Pengaruh Perekonomian Global.

Perkembangan skenario global terutama dipengaruhi oleh

faktor kemunduran hegemoni A.S yang memicu terjadinya

kompetisi strategis antara A.S dan China. Kemunduran hegemoni

A.S ditandai dengan terjadinya stagnasi ekonomi yang disebabkan

oleh melemahnya sistem ekonomi liberal yang dikenal dengan

sistem Reaganomics. Melemahnya sistem Reagannomics ini

ditandai dengan semakin besarnya defisit anggaran dan

perdagangan A.S yang melemahkan posisi mata uang Dollar

sebagai mata uang internasional. Di tahun 2012 ini kemunduran

A.S akan semakin tajam terutama karena terjadinya krisis utang

A.S yang berhimpitan dengan krisis utang Eropa.

Krisis ekonomi yang melanda negara-negara Eropa perlu

diwaspadai karena apabila tidak teratasi dengan baik dan terus

berkembang akan dapat mengarah pada terjadinya krisis

perekonomian dunia. Dampak dari krisis tersebut juga akan

dirasakan oleh Indonesia, dalam hal ini perlu diambil upaya agar

dampak yang timbul tidak terlalu berpengaruh kepada prekonomian

nasional. Disisi lain pertumbuhan perekonomian dunia perlu

diantisipasi dengan baik, agar dapat merebut peluang yang ada

dengan meningkatkan kerjasama dan kemitraan dengan negara-

negara terkait untuk dapat mengembangkan perekonomian

nasional.

c. Pengaruh Pasar Bebas.

Page 59: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

59

Perdagangan bebas yang mulai digulirkan pada era

globalisasi, dimaksudkan untuk mengembangkan perekonomian

dunia dengan menghapuskan hambatan penjualan produk antar

negara berupa pajak ekpor-impor atau hambatan perdangangan

lainnya. Sejauh ini beberapa kesepakatan sebagai perdagangan

bebas yang sudah disepakati antara lain AFTA (ASEAN Free Trade

Area), CAFTA (China-ASEAN Free Trade Agreement), APEC

(Asia-Pasific Economic Cooperation). AFTA yang disepakati pada

KTT ASEAN ke IV tanggal 27-28 Januari 1992 di Singapura,

merupakan moment bersejarah bagi masa depan kawasan Asia

Tenggara dalam bidang perdangan yang pemberlakuannya dimulai

pada 1 Januari 2003 yang lalu, kemudian dipercepat menjadi tahun

2002 yang lalu.

Dengan diberlakukannya perdagangan bebas dunia secara

bertahap dibeberapa kawasan dunia, maka akan terbuka peluang

yang besar bagi produk satu negara untuk diperdagangkan ke

negara lain tanpa adanya hambatan terutama yang berkaitan

dengan pajak, dimana hal ini menyebabkan masyarakat di

kawasan tersebut akan lebih mudah mendapatkan produk yang

dibutuhkan dengan harga yang relatif murah. Kondisi ini akan

membuka peluang bagi negara-negara yang mampu

mengahasilkan produk secara efisien untuk merebut pangsa pasar

di negara lain, sehingga akan dapat mengembangkan

perekonomian nasional. Sedangkan bagi negara yang tidak dapat

memproduksi secara efisien akan kebanjiran dengan produk-

produk luar negeri, yang akan menyebabkan ketergantungan

negara tersebut terhadap produk dari luar negeri dan melemahkan

perekonomian nasionalnya.

d. Pengaruh Masalah Energi.

Penggunaan bahan bakar fosil seperti minyak bumi , batubara

dan gas alam untuk kepentingan industri saat ini, akan dapat

menimbulkan krisis energi dimasa depan. Kemungkinan ini akan

terjadi karena persediaan yang terbatas dan akan semakin minipis

Page 60: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

60

dan merupakan energi yang tidak dapat diperbaharui, disisi lain

konsumsi energi fosil ini diperkirakan masih akan terus meningkat

sekitar 1,8% pertahunnya. Diperkirakan permintaan minyak dunia

tumbuh menjadi 16 juta barrel tiap harinya untuk tahun 2012 dan

akan mencapai angka 103 juta barrel per hari pada tahun 2030

nanti. Banyak upaya telah dilakukan untuk mengembangkan energi

lain yang dapat terbaharukan untuk mengganti energi fosil, namun

upaya tersebut belum mendapat hasil yang diharapkan, sehingga

sampai saat ini dunia masih tergantung pada energi fosil. Oleh

karena itu negara-negara di dunia bersaing untuk mendapatkan

energi guna memenuhi kebutuhan industrinya. Kondisi ini lebih

diperparah dengan pertambahan penduduk dunia, laju

pembangunan serta belum efektifnya upaya diversifikasi sumber

energi untuk kepentingan pembangunan, menyebabkan minyak

dan gas bumi semakin terbatas dan tetap menjadi sumber daya

strategis yang semakin diperebutkan. Saat ini produsen produsen

minyak bumi terbesar adalah negara-negara Timur Tengah,

sedangkan konsumen energi terbesar adalah A.S, Uni Eropa,

China, Jepang, India dan Rusia. Yang menimbulkan kekhawatiran

dimasa depan adalah ketika konsumsi minyak dunia telah

melampaui kemampuan produksi produksi secara global. Kondisi

akan memicu persaingan akan semakin tajam dan harga minyak

global akan cenderung semakin meningkat, tidak hanya karena

faktor produksi melainkan juga karena faktor transportasi, iklim dan

permainan spekulan.

Perkembangan energi dunia ini akan sangat mempengaruhi

perekonomian negara-negara di dunia termasuk Indonesia. Dalam

hal ini Indonesia harus mewaspadai dampak dari meningkatnya

harga minyak dunia agar tidak terlalu memperburuk perekonomian

nasional, yang dapat memperburuk aspek kehidupan yang lain. Di

samping itu harus dapat memamfaatkan sebaik mungkin energi

terbarukan yang cukup melimpah terkandung dalam bumi

Page 61: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

61

Indonesia agar dapat dimamfaatkan dalam jangka waktu yang

panjang untuk memenuhi kebutuhan energi nasional.

e. Pengaruh Pemanasan Global (Global Warming).

Pemanasan global (global warming) merupakan suatu proses

meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut dan daratan bumi.

Suhu rata-rata global pada permukaan bumi telah meningkat 0.74

kurang lebih 0.18 derajat Celcius (1.33 lebih kurang 0.32 derajat

Farenhit) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel

on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, “semakin besar

peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke 20

kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi

gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia” melalui efek rumah

kaca. Meningkatnya suhu global telah menyebabkan terjadinya

perubahan antara lain seperti naiknya permukaan air laut,

meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ektrim, serta

perubahan jumlah dan pola presipitasi.

Kondisi ini juga telah dirasakan dampaknya oleh Indonesia,

oleh karena itu perlu mewaspadai dan mengambil langkah-langkah

yang serius untuk mencegah dan mengatasinya agar tidak

menimbulkan korban jiwa dan harta benda bagi masyarakat. Disisi

lain Indonesia dapat meraih peluang untuk ikut mengatasi dampak

rumah kaca dengan memamfaatkan dan melestarikan hutan tropis

yang dimilikinya, hal ini tentu akan meraih keuntungan secara

ekonomis bila dapat memanfaatkan peluang yang ada.

f. Pengaruh Ancaman Terorisme.

Kegiatan terorisme sudah berlangsung sejak lama di dunia,

namun lebih mengemuka sejak terjadinya peristiwa Word Trade

Center (WTC) di New York, A.S pada tanggal 11 September 2001,

dikenal dengan “September Kelabu”, yang memakan 3000 orang

korban. Tiga pesawat komersil milik A.S dibajak, dua diantaranya

ditabrakkan kemenara kembar Twin Tower World Trade Center dan

gedung Pentagon. Kejadian ini telah menjadi isu global yang

Page 62: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

62

mempengaruhi kebijakan politik seluruh negara-negara di dunia,

sehingga menjadi titik tolak persepsi untuk memerangi teorisme

sebagai musuh internasional. Pembunuhan massal tersebut telah

mempersatukan dunia melawan teorisme internasional. Terlebih

lagi dengan diikuti tragedi bom Bali tanggal 12 Oktober 2002 yang

merupakan tindakan terorisme dan menewaskan 184 orang dan

melukai lebih dari 300 orang. Perang terhadap teorisme yang

dilaksanakan oleh A.S, kemudian diikuti oleh negara-negara lain.

Upaya ini mendapat perlawanan dari kelompok-kelompok terorisme

seperti Al Qaida di bawah pimpinan Osama Bin Laden dengan

meningkatkan serangan terhadap sasaran-sasaran milik negara-

negara Barat di beberapa negara termasuk Indonesia.

17. Pengaruh Perkembangan Regional

Hampir semua negara di Asia Tenggara menghadapi

permasalahan internal, seperti terorisme, separatis, dan konflik komunal

antar suku, agama, dan nuansa kekeluargaan dalam kerangka ASEAN

untuk mengatasi permasalahan tersebut cenderung semakin menguat.

Beberapa negara di kawasan Asia Tenggara masih memiliki

permasalahan dan sengketa perbatasan dengan negara tetangganya,

terutama masalah tumpang-tindih klaim Laut China Selatan. Meskipun

Indonesia bukan negara yang ikut klaim atas kawasan tersebut, namun

karena secara geografis berdekatan dan berbatasan langsung, maka

konflik di kawasan itu akan berpengaruh terhadap keamanan Indonesia.

Isue keamanan Selat Malaka yang tidak pernah surut dari keinginan

negara-negara besar terutama Amerika Serikat, Jepang, China dan Korea

Selatan untuk mengintervensi melalui kehadiran militernya dengan dalih

pengamanan jalur internasional. Namun Indonesia dan Malaysia terus

menolak kehadiran militer asing dengan meningkatnya kerjasama patroli

keamanan yang melibatkan Indonesia, Malaysia, Singapura dan Thailand.

Indonesia sebagai negara terbesar dan sebagai pendiri ASEAN memiliki

peluang yang besar untuk mengambil peran penting dalam menyelesaikan

sengketa serta bisa mengembangkan pengaruh di negara-negara ASEAN.

Page 63: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

63

Di sisi lain dengan pembentukan AFTA, maka produk dari negara

lain telah membanjiri pasar dalam negeri, perlu ada upaya untuk

melindungi industri dalam negeri agar tidak tergantung kepada produk luar

negeri dan tidak terjadi PHK yang dapat meningkatkan angka

pengangguran.

18. Pengaruh Perkembangan Nasional

Pengaruh perkembangan Nasional ini diuraikan melalui

pendekatan panca gatra, yaitu gatra geografi, demografi, sumber kekayaan

alam, ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan

sebagai berikut :

a. Geografi.

Secara geografi, ruang hidup bangsa Indonesia memiliki tiga

dimensi yang relatif sangat luas. Indonesia merupakan negara

kepulauan yang memiliki posisi berada di tengah-tengah dua

samudera dan dua benua. Iklim tropis Indonesia juga disamping

dapat menjadi sumber bencana, manakala hutan yang sangat luas

tersebut, dikelola dan dimanfaatkan dengan tidak bertanggung

jawab tanpa memperhitungkan daya dukung lingkungan dan

keberlanjutannya. Hal ini perlu menjadi perhatian mengingat pada

musim hujan curah hujan sangat besar, dan akan menimbulkan

bencana banjir dan longsor akibat penggundulan hutan, sementara

pada musim kemarau sering terjadi kekeringan, dan kebakaran

yang dapat menghanguskan hutan.

b. Demografi.Penduduk Indonesia pada saat ini menduduki peringkat ke

empat setelah Cina, India, dan Amerika Serikat, berjumlah kurang

lebih 237,6 juta jiwa (BPS 2010). Jumlah penduduk yang sangat

besar tersebut membawa pengaruh terhadap konsumsi pangan.

Saat ini laju pertumbuhan penduduk masih 1,49 persen per tahun.

Ini berarti bahwa pada tahun 2045, jumlah penduduk Indonesia

diprediksi akan menembus angka 400 juta jiwa. Dengan jumlah

Page 64: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

64

penduduk dan laju pertumbuhan yang masih tinggi memerlukan

perhatian khusus terutama dalam hal penyediaan pangan.

Masalah lain yang terkait dengan demografi adalah kualitas

penduduk kita juga masih rendah yaitu urutan 124 dari 187 negara,

dan persebarannya pun sekitar 67 persen penduduk mendiami

pulau Jawa yang luas wilayahnya sekitar 7 persen saja dari total

wilayah Indonesia. Kondisi ini akan memberikan kontribusi

terhadap berbagai bentuk gangguan kamtibmas yang disebabkan

oleh akar permasalahan seperti kemiskinan, kebodohan,

pengangguran dan lain-lain.

c. Ideologi

Ideologi merupakan variabel penting dalam membawa arah

pembangunan yang hendak dicapai suatu bangsa. Ideologi pada

dasarnya merupakan suatu pandangan hidup dan pedoman hidup

suatu bangsa dan negara dalam melaksanakan kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dalam konteks ini,

upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan kurang

memperhatikan Pancasila sebagai ideologi negara terutama dari

tataran instrumental. Hal ini dapat dicermati masih banyak

peraturan perundang-undangan yang kurang berpihak kepada

masyarakt kecil dan menafikan kesejahteraan masyarakat banyak.

Keluhuran nilai-nilai Pancasila semestinya harus menjadi landasan

utama dalam melakukan pengelolaan SKA sehingga dapat

membangun perekonomian nasional yang berpengaruh terhadap

peningkatan ketahanan pangan dalam rangka kemandirian bangsa.

d. Politik

Keadaan politik nasional sangat berpengaruh terhadap

keberhasilan pembangunan pertanian khususnya ketahanan

pangan. Oleh karena itu para politisi dan pembuat kebijakan harus

memahami karakteristik aspirasi dan hak-hak Petani, lahan

pertanian, dan norma budaya masyarakat dalam merumuskan

kebijakan ketahanan pangan dan pertanian.

Page 65: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

65

e. Ekonomi.Kondisi perekonomian Indonesia yang mulai stabil masih bisa

bertahan ketika krisis keuangan dunia melanda benua Eropa.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih sekitar 6,3%, jauh diatas

rata-rata negara lain kecuali China dan India. Indonesia sebagai

salah satu anggota G-20 membuktikan bahwa perekonomian

nasional berada pada urutan yang membanggakan diantara 20

negara yang tingkat perekonomiannya menjanjikan.

f. Sosial Budaya.

Kehidupan sosial budaya masyarakat dalam kaitan dengan

ketahanan pangan perlu diperbaiki terutama dalam hubungannya

dengan kebiasaan makan nasi 3 kali sehari. Kebiasaan ini makin

diperparah sejak makin menurunnya kebiasaan sebagian

masyarakat yang semula makan sagu atau jagung, justeru kini

beralih makan nasi. Jika kondisi ini terus dibiarkan, bukan hal

mustahil pada suatu saat nanti Indonesia akan kesulitan untuk

memenuhi pangan dalam hal ini beras karena jumlah penduduk

terus bertambah sekitar 3,5-4 juta setiap tahun.

g. Pertahanan Keamanan.

Pertahanan ditujukan untuk mewujudkan kedaulatan negara

dan bangsa Indonesia agar tidak diganggu oleh bangsa lain.

Masalah utama yang sedang berkembang di dalam negeri

berkaitan dengan keterjangkauan pangan adalah masalah

distribusi pangan untuk menjangkau pulau-pulau yang bersebaran

membentang dari timur ke barat dengan daya jelajah yang sangat

luas dan jauh. Keamanan dalam pendistribusian ini penting untuk

menjamin pasokan pangan sampai kepada sasaran dengan aman.

19. Peluang dan Kendala

Perkembangan lingkungan strategis seperti yang telah dijelaskan di

atas akhirnya akan menciptakan peluang yang harus dimanfaatkan dan

kendala yang harus dihadapi oleh siapapun yang menjadi pemimpin baik

dibidang gatra apapun maupun pada level apapun. Peluang dan kendala

Page 66: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

66

yang terkait dengan implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan Polri

guna meningkatkan ketahanan pangan dalam rangka kemandirian bangsa,

setidaknya antara lain adalah :

a. Peluang.1) Hubungan antara Indonesia dan A.S sejauh dibidang

politik dan ekonomi sejauh ini cukup baik dan kondisi ini

memberikan peluang kepada stabilitas politik dan kemajuan

ekonomi Indonesia.

2) Perkembangan ekonomi global memberikan peluang

kepada Indonesia untuk memimpin pertumbuhan ekonomi di

kawasan Asia Tenggara, yang disebabkan cukup besarnya

pasar dalam negeri maupun beberapa produk non migas

seperti sawit, hasil tambang khususnya batubara yang dapat

memberikan kontribusi ketahanan pangan Indonesia.

3) Indonesia merupakan anggota WTO dan adanya pasar

bebas di kawasan baik Asia Pasific maupun Asean, yang

dapat secara aktif Indonesia memperjuangkan perdagangan

keluar untuk membuka pasar hasil tanaman pangan kepada

Negara-negara lain sebagai akses pasar yang sangat luas.

4) Kebutuhan energi dunia semakin hari semakin

meningkat. Kondisi ini merupakan potensi Indonesia untuk

dapat mengembangkan energi terbarukan dari berbagai

produk pangan yang dapat dihasilkan di Indonesai seperti

sawit. Disamping itu cadangan sumber kekayaan alam

Indonesia seperti batu bara, gas masih cukup besar dan

apabila dikelola dengan baik, dengan memperhatikan

kelestarian lingkungan akan memberikan kontribusi

kesejahteraan untuk rakyat. Demikian juga potensi energi

terbarukan seperti panas bumi, matahari, air dan angin jika

dikembangkan dan dikelola dengan baik akan memberikan

kesejahteraan bagi masyarakat.

5) Dalam menghadapi perubahan iklim dunia sebagai

dampak pemanasan global, dapat menjadikan Indonesia

Page 67: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

67

sebagai negara yang diperhatikan dunia dalam upaya

memelihara kelestarian hutan trofis sebagai paru-paru dunia.

Indonesia dapat memperoleh konvensasi dari dunia berupa

dana yang dapat dimamfaatkan berbagai program padat

karya dalam melestrarikan dan penghijauan hutan Indonesia.

6) Ancaman terorisme dan kemampuan Indonesia dalam

mengatasi dan mengungkapnya selama ini menjadi perhatian

dunia seperti Australia, Amerika dan negara-negara kawasan

Asean serta Asia Pasific. Kondisi ini menjadikan Indonesia

sebagai tempat pembelajaran maupun sharing penyelesaian

kasus-kasus terorisme dan Indonesia mendapat dukungan

baik dana maupun sarana prasarana yang dapat digunakan

untuk mendukung penciptaan rasa aman.

7) Perkembangan regional di kawasan Asean terhadap

klaim Laut China Selatan oleh beberapa negara dalam

kawasan, memberikan peluang bagi Indonesai untuk menjadi

mediator. Kondisi ini akan semakin menguatkan peran politik

Indonesia di kawasan Asean.

8) Letak yang strategis Negara Indonesia, yaitu berada di

jalur lalu-lintas antara benua Asia dengan Australia, dan

antara Samudra Hindia dengan Samudra Pasifik, sangat

potensial untuk mengembangkan pembangunan di bidang

Agro Bisnis, Agro Wisata, Agro Kuliner dan Agro Industri.

9) Perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi

yang sangat pesat dapat membantu percepatan peningkatan

industri pertanian, terutama tanaman pangan dengan

pemanfaatan penerapan teknologi, baik dalam pembenihan,

pengolahan lahan, panen, dan pengolahan pasca panen.

10) Wilayah Indonesia yang terletak di daerah tropis,

memiliki kondisi tanah yang subur, lautan yang luas, apabila

dikelola dengan optimal akan menghasilkan produksi pangan

yang maksimal sehingga dapat mencukupi kebutuhan dalam

negeri, bahkan dapat ekspor ke luar negeri.

Page 68: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

68

11) Jumlah penduduk yang besar, merupakan potensi

yang dapat dimanfaatkan dalam mengembangkan sumber

daya manusia yang terampil untuk pengolahan pertanian dan

perikanan yang dapat menghasilkan produksi pangan yang

baik dan berlimpah.

12) Beragamnya sumber daya alam dan kesuburan tanah

dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan tanaman pangan

selain padi (beras), seperti jagung, ketela, kentang

disesuaikan dengan potensi daerah masing-masing.

c. Kendala.1) Dominasi A.S yang cenderung mau menjadi polisi

dunia dapat mempengaruhi dunia khususnya Indonesia baik

di bidang politik dan ekonomi. Kebencian kelompok tertentu

pada arogansi A.S menjadikan rentan terhadap keamanan

dalam negeri yang berkaitan dengan kepentingan A.S.

2) Krisis ekonomi di A.S dan beberapa negara Eropa

seperti Yunani, Irlandia dan Portugal bisa saja meluas dan

mempengaruhi pasar bagi produk-produk Indonesia, sehingga

perekonomian Indonesai dapat terganggu dan kondisi ini

tentu mempengaruhi ketahanan pangan Indonesia.

3) Indonesia menjadi anggota WTO serta adanya pasar

bebas baik Asean dan kawasan Asia Pasific, jika produk

barang dan jasa Indonesia kalah bersaing dengan produk luar

akan mengakibatkan Indonesia kebanjiran produk luar dan

dapat mematikan produk dalam negeri, termasuk produk

pangan akan semakin tergantung pada impor. Jika ini terjadi

akan menyebabkan besarnya pengangguran dan gangguan

keamanan.

4) Krisis energi dunia sebagai dampak dari semakin

besarnya kebutuhan akan energi, dapat menjadikan harga

energi BBM melonjak tinggi, sehingga akan memberikan

beban pada APBN Indonesia. Dan apabila subsidi BBM

dikurangi akan berdampak pada unjuk rasa yang berpotensi

Page 69: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

69

kepada tindakan anarkisme serta pengrusakan fasilitas umum

negara. Kondisi ini akan meningkatkan resiko kontinjensi baik

dipusat maupun di daerah, sehingga khusus untuk Polri

sebagai aparat keamanan betul-betul dibutuhkan

kepemimpinan yang RLA untuk memelihara situasi keamanan

tetap kondusif dinamis.

5) Isue perubahan iklim dan posisi Indonesia yang

memiliki hutan trofis cukup besar akan menjadi sorotan dunia

baik oleh negara maupun non negara atau LSM dunia,

sehingga pembangunan yang bersinggungan dengan hutan

seperti pemamfaatan kayu hutan alam maupun hutan tanam

industri, perluasan areal perkebunan berskala besar seperti

sawit, karet, gula akan relatif terhambat. Kondisi ini juga dapat

memicu ketidak stabilan di lingkungan perusahaan seperti

konflik sosial antara masyarakat dan lingkungan perusahaan.

6) Kelompok terorisme yang tadinya berseberangan

dengan kepentingan A.S karena mereka merasa telah dizolimi

dengan cara menzolimi Islam di Israel, dalam perkembangan-

nya mereka bergabung dengan kelompok-kelompok yang

ingin mendirikan Negara Islam Indonesai (NII), sehingga

pemerintahan yang sahpun menjadi musuh mereka, karena

pemerintahannya bukan berdasarkan Islam sebagaimana

idiologi kelompok teroris tersebut.

7) Perkembangan klaim Laut China Selatan oleh

beberapa negara di seputaran kawasan, jika berkembang

kepada konflik terbuka dapat mempengaruhi keamanan di

Indonesia sebagai negara yang paling dekat di Asean.

8) Letak Indonesia yang strategis dan berada pada jalur

lintas antar benua menjadikan beberapa wilayah Indonesia

rawan perampokan laut, seperti di seputaran Selat Malaka

maupun rawan pelanggaran ALKI.

9) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

dijadikan sebagai alat untuk melakukan tindak pidana secara

Page 70: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

70

lebih rapi dan semakin sulit dibuktikan. Disisi lain

pembangunan industri pendukung pertanian belum optimal,

seperti industri pupuk baik kimia maupun organic, industri

perbenihan dan perbibitan tanaman pangan unggul dan

industri mekanik pertanian, termasuk industri pengolahan

hasil pertanian seperti pabrik gula.

10) Luasnya wilayah dan banyaknya pulau menyulitkan

pendistribusian pangan kepada rumah tangga yang

bertempat tinggal di daerah terpencil dan tertinggal. Luas

wilayah ini juga dengan berbagai kekayaan yang terkandung

di laut seperti ikan dan keterbatasan kemampuan

pengawasan, maka menjadikan Indonesia sebagai sasaran

pencurian ikan oleh nelayan-nelayan negara lain.

11) Jumlah penduduk yang besar, jika tidak bisa dikelola

dengan baik, akan menjadikan beban, karena kebutuhan

pangannya harus tetap dipenuhi. Masih banyaknya Petani

dan Nelayan yang berpendidikan rendah, sulit menerima

teknologi dan tata cara mengelola pertanian modern yang

efektif dan efisien. Masih banyaknya rakyat miskin sehingga

memiliki daya beli rendah untuk memenuhi kebutuhan

pangannya.

12) Beragamnya sumberdaya alam serta suburnya wilayah

atau tanah, justru menjadikan masyarakat lokal tertentu malas

untuk melakukan pengelohan lahan baik secara intensifikasi

dan ektensifikasi.

Page 71: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

71

BAB V

IMPLEMENTASI KEPEMIMPINAN RLA DI LINGKUNGAN POLRI YANG DAPAT MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN

DAN KEMANDIRIAN BANGSA

20. Umum

Setelah kita melihat kondisi implementasi kepemimpinan RLA di

lingkungan Polri yang secara umum dapat kita katakan belum

dilaksanakan, sehingga beberapa hal yang berkaitan dengan

kepemimpinan RLA di lingkungan Polri itu sendiri maupun ketahanan

pangan masih relatif belum memuaskan. Seperti misalnya masalah

implementasi kepemimpinan RLA di lihat dari profesionalisme masih ada

keluhan masyarakat akan kinerja Polri sebagaimana ditunjukkan oleh hasil

survey dan analisis berbagai lembaga survey. Walau demikian tentu ada

hal-hal yang sudah positif. Begitu juga jika dilihat dari masalah moralitas,

khususnya jika dikaitkan dengan pelanggaran tata tertib, disiplin, kode etik

dan tindak pidana yang dilakukan oleh anggota Polri masih saja terjadi dan

terkadang menjadi sorotan publik, walaupun berdasarkan angka atau

kwantitasnya tidak terlalu tinggi jika dibandingkan dengan jumlah anggota

Polri keseluruhan. Demikian juga bila kita kaitkan pelaksanaan tugas pokok

Polri baik sebagai penegak hukum, pemelihara kamtibmas dan pengayom,

pelindung dan pelayanan masyarakat dikaitkan dengan ketahanan pangan,

kondisi ketahanan pangan kita masih cukup mengkhawatirkan dengan data

yang ditunjukkan masih tingginya angka impor pangan produk strategis

tertentu (kecuali beras sudah relatif memuasakan). Kekhawatiran akan

masalah pangan ini juga dapat dilihat dari sebaran daerah rawan pangan,

masalah distribusi pangan, pengalihan fungsi lahan dan lain-lain.

Melihat dari uraian bab di atas maka perlu untuk kita lihat

bagaimana implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan Polri yang

diharapkan maupun kongtribusi implementasi kepemimpinan RLA terhadap

peningkatan ketahanan pangan dan kontribusinya terhadap kemandirian

bangsa serta indikator keberhasilannya.

21. Implementasi Kepemimpinan RLA yang Diharapkan

Page 72: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

72

Mengacu pada sub bab 14 di atas tentang permasalahan yang

ditemukan, maka implementasi kepemimpinan RLA yang diharapkan

tentunya berkaitan dengan permasalahan tersebut. Atau lebih jelasnya

permasalahan yang cenderung negatif, setelah diterapkan kepemimpinan

RLA menjadi positif sebagai mana diuraikan di bawah ini.

a. Adanya rumusan asas-asas kepemimpinan RLA di

lingkungan Polri.

Dengan memperhatikan esensi sifat-sifat kepemimpinan

nasional, kontemporer, visioner, negarawan serta sifat-sifat

kepemimpinan Nabi Besar Muhammad SAW, maka pemimpin yang

RLA memiliki sifat-sifat sebagaimana yang diharapkan dari sosok

pemimpin nasional, yaitu orang yang “berpengetahuan” atau

profesional, memiliki kepribadian atau berakhlak yang mulia atau

bermoral baik (berakhlaqul karomah), sederhana (qonaah) dan

konsisten atau tidak ambivalen (istiqomah).

Dengan “10 Asas” kepemimpinan RLA Polri yang dirumuskan

pada Bab VI diharapkan dapat mengadopsi berbagai kelebihan

yang ada dalam rumusan kepemimpinan nasional, negarawan,

visioner, kontemporer maupun transformatif dengan menitik

beratkan pada profesionalisme dan moralitas seorang pemimpin. Di

lingkungan Polri salah satu cerminan profesionalisme ini adalah

menitik beratkan pada sifat tugas pokok Polri itu sendiri, yaitu

pengayoman, perlindungan dan pelayanan masyarakat dalam

setiap upaya memelihara situasi kamtibmas dan penegakan

hukum. Disadari bahwa rumusan 10 Asas kepemimpinan RLA ini

bisa menjadi debatebel dalam penggunaan kata-kata RLA dan oleh

karena itu berdasarkan sifat dalam rumusan 10 Asas tersebut

maupun hakekat dari tugas Polri sebagai pengayom, pelindung dan

pelayan masyarakat bisa saja dinamakan “10 Asas Kepemimpinan

Pelayanan Polri”.

b. Semakin meningkatnya profesionalisme dan moralitas

anggota Polri. Seperti dikemukakan di atas dalam Bab III tentang

kondisi profesionalisme maupun moralitas anggota Polri yang

Page 73: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

73

didasarkan pada hasil survey maupun pelaporan Divisi Propam

dalam beberapa hal masih kurang dan oleh karena itulah justru

kedua hal inilah sebagai critical driving forces atau pengungkit

penting dalam mewujudkan polisi yang rahmatan lil alamin. Dengan

kata lain kedua variabel profesionalisme dan moralitas ini juga

sebagai pengungkit penting dalam mewujudkan kepemimpinan

yang RLA di lingkungan Polri. Dengan kata lain pula, apabila 10

asas kepemimpinan RLA dapat diterapkan oleh setiap pemimpinan

di lingkungan Polri pada setiap level, maka profesionalisme dan

moralitas anggota Polri secara umum akan meningkat. Hal ini

didasarkan pada pemaknaan bahwa pemimpin adalah bagian dari

penggerak organisasi yang dapat menjadi contoh sebagaimana

ditekankan dalam pemaknaan asas profesionalisme. Jika

kepemimpinan RLA ini dapat diterapkan maka dengan sendirinya

citra Polri akan semakin menjadi baik dimata masyarakat dan tentu

juga dalam upaya-upaya perbantuan mewujudkan ketahanan

pangan melalui program pemolisian masyarakat dan penegakan

hukum.

c. Dilakukannya penegakan hukum oleh penyidik Polri terhadap

berbagai peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan

peningkatan ketahanan pangan. Sudah cukup banyak peraturan

perundang-undangan yang menyangkut masalah pangan yang

memiliki sangsi baik administratif, denda maupun pidana penjara

kurungan. Akan tetapi kondisinya pelanggaran terhadap peraturan

perundang-undangan yang menyangkut pangan terus saja terjadi.

Beberapa peraturan perundang-undangan yang menyangkut

pangan yang harus ditegakkan oleh Penyidik Polri ataupun PPNS

antara lain misalnya :

1) UU No. 7 Tahun 1996 Tentang Pangan yang

diantaranya mengatur masalah :

(a) Kegiatan produksi, penyimpanan, pengangkutan

dan peredaran pangan yang harus memenuhi

persyaratan sanitasi.

Page 74: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

74

(b) Penggunaan bahan-bahan tertentu dalam

produk panganyang melampaui batas.

(c) Kemasan pangan yang dapat membahayakan

kesehatan manusia.

(d) Memperdagangkan pangan yang tidak sesuai

standart baik mutu, sertifikasi dan lain-lain.

Kepada pelanggar dapat dikenakan sangsi

administrasi, denda dan pidana kurungan atau penjara.

2) UU No. 41 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Lahan

Pertanian Pangan Berkelanjutan yang mengatur diantaranya :

(a) Alih fungsi lahan pertanian pangan

berkelanjutan.

(b) Tidak melakukan kewajiban mengembalikan

keadaan lahan pertanian pangan berkelanjutan.

Kepada para pelanggar peraturan ini dapat dikenakan

sangsi administrasi, denda, pidana kurungan atau penjara

dan kepada pejabat pemerintah yang mengeluarkan ijin dapat

ditambah ancaman hukumannya 1/3 dari pidana yang

diancamkan sebagaimana ditentukan.

3) UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang yang

diantaranya mengatur :

(a) Perubahan fungsi ruang.

(b) Pemamfaatan ruang yang tidak sesuai ijin

pemamfaatan yang telah ditentukan.

(c) Tidak memathui ketentuan yang ditetapkan

dalam persyaratan ijin pemamfaatan ruang.

Kepada para pelanggar dapat dikenakan sangsi

administrasi, denda, pidana penjara atau kurungan dan

kepada pejabat pemerintah yang mengijinkannya juga dapat

dipidana.

d. Adanya kesepahaman antara Polri dengan Kementerian

Pertanian maupun Polda dan Polres dengan pemerintah daerah

Provinsi, Kabupaten dan Kota dalam upaya Polri ikut serta

Page 75: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

75

meningkatkan ketahanan pangan. Nota kesepahaman atau MoU ini

menjadi penting sebagai dasar hukum untuk mensinergikan

kegiatan maupun program dalam pembangunan nasional. Untuk

Polri sesungguhnya cara-cara perbantuan ini sudah terwadahi

dalam strategi dan filosofi perpolisian masyarakat atau program

Polmas yang menekankan kepada upaya bersama masyarakat

secara setara memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi

yang berkaitan dengan masalah kamtibmas. Lebih lanjut dapat

dikaitkan dengan prinsif-prinsif strategi pelaksanaan tugas

kepolisian yang dikenal dengan preventif dan pre-emtif edukatif

yang secara dini bersama-sama berbagai komponen bangsa

lainnya menyentuh atau memecahkan persoalan-persoalan yang

dapat menimbulkan berbagai bentuk ganguan kamtibmas, seperti

misalnya masalah kebodohan, kemiskinan, pengangguran, dan

lain-lain dan tentunya termasuk masalah ketersediaan pangan

dikarenakan produksi yang gagal atau ketidak terjangkauan

pangan karena daya beli masyarakat lemah.

22. Kontribusi Impelementasi Kepemimpinan RLA Terhadap Peningkatan Ketahanan Pangan dan Kontribusi Peningkatan Ketahanan Pangan Terhadap Kemandirian Bangsa

Apabila gambaran implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan

Polri di atas dapat diujudkan, maka sesungguhnya dengan sendirinya

ketahanan pangan dapat meningkat dan kemandirian bangsa dapat

terwujud. Beberapa hal kontribusi yang dapat diberikan dari implementasi

kepemimpinan RLA di lingkungan Polri ini dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Kontribusi Implementasi Kepemimpinan RLA di Lingkungan

Polri Terhadap Peningkatan Ketahanan Pangan.

1) Berbagai peraturan perundang-undangan yang

berkaitan dengan masalah pangan, baik yang menyangkut

produksi (seperti keamanan pangan, ketersediaan lahan

pertanain berkelanjutan), distribusi pangan dari suatu tempat

ketempat lain, konsusmsi, pemberdayaan dan manajemen di

bidang pangan dapat ditegakkan dengan baik (memenuhi

Page 76: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

76

asas kepastian, keadilan dan kemanfaatan). Anggota Polri

betul-betul menjadi rahmat bagi sesamanya umat manusia

maupun alam sekitarnya yang dapat dimanfaatkan sesuai

dengan peruntukannya dengan memperhatikan keberlanjutan

dan kelestarian alam itu sendiri.

2) Memeberikan kontribusi pada terwujudnya ketahanan

pangan dalam arti terpenuhinya pangan bagi level negara,

provinsi, kabupaten, kota kecamatan, masyarakat, keluarga

sampai pada tingkat individu dengan tersedianya pangan

yang cukup jumlahnya, mutunya, aman, bergizi, merata,

terjangkau dan sesuai dengan keyakinan serta dapat untuk

hidup sehat, aktif, produktif dan berkelanjutan.

3) Terwujudnya hak negara dan bangsa dalam

mewujudkan ketahanan pangan dalam arti dapat menentukan

kebijakan pangan sendiri tanpa adanya tekanan dari negara

luar atau non negara seperti para pelaku usaha besar

dibidang pangan, dapat menjamin hak atas pangan bagi

rakyat Indonesia serta dapat memberikan hak bagi

masyarakat untuk menentukan sistem usaha pangan sesuai

dengan potensi sumber daya domestik masing-masing.

4) Memperkuat kemampuan negara dalam memproduksi

pangan dalam negeri untuk mewujudkan ketahanan pangan

(swasembada) dengan memamfaatkan sebesar-besarnya

potensi sumber daya alam, manusia, sosial ekonomi dan

kearifan lokal secara bermartabat, berlandaskan pada

kelestarian lingkungan dan keberlanjutan.

5) Semakin berkurangnya konflik lahan antara

masyarakat disekitar lahan pertanian pangan maupun lahan

perkebunan, pertambakan, peternakan yang dimiliki oleh

rakyat maupun perusahaan besar yang biasanya untuk

perusahaan besar lebih memiliki fasilitas perlindungan yang

lebih dibandingkan dengan masyarakat petani.

Page 77: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

77

6) Terjalinnya kerja sama yang harmonis dan sinergis

antara pihak kepolisian setempat dengan Badan Ketahanan

Pangan maupun Dinas ataupun Satuan Kerja Pemerintah

Daerah (SKPD) yang berkaitan dengan masalah pangan

seperti Dinas Kehutanan, Dinas PU, Dinas Pertanian, Dinas

Pekebunan, Kesbang Linmas, Perbankan setempat, Dinas

Koperasi dan UMKM di tiap-tiap daerah otonom maupun

tingkat Provinsi.

7) Adanya penanganan kasus korupsi oleh pihak penyidik

Polri maupun Kejaksaan dan KPK yang berkaitan dengan

masalah pangan sebagai upaya memberikan pembelajaran

dan dari waktu kewaktu kasus-kasus korupsi tersebut

semakin berkurang dan menjadi tidak ada sama sekali.

b. Kontribusi Peningkatan Ketahanan Pangan Terhadap

Kemandirian Bangsa.

Seperti dikemukakan di atas bahwa kemandirian bangsa

tidaklah berarti bahwa segala upaya pembangunan diprogramkan

dan dianggarkan sendiri tanpa bantuan dari negara lain. Kebutuhan

pangan nasional tidaklah mungkin dipenuhi dari dalam negeri saja,

tetapi impor pangan tetap dibutuhkan dengan penekanan tanpa

mengorbankan produk-produk pangan nasional. Tetapi sesuatu

yang prinsif bahwa kemandirian pangan haruslah diupayakan yaitu

kemampuan negara memproduksi pangan dalam negeri untuk

mewujudkan ketahanan pangan dengan memamfaatkan sebesar-

besarnya potensi sumberdaya alam, manusia, sosial, ekonomi dan

kearifan lokal secara bermartabat tanpa menggantungkan diri dari

import.

Dalam konteks kebangsaan, bangsa yang mandiri itu artinya

bangsa yang mampu berdiri di atas kekuatan sendiri dengan

segala sumberdaya yang dimiliki, mampu memecahkan persoalan

yang dihadapi dan mampu mengembangkan inovasi dan riset di

bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang akhirnya memiliki

keunggulan dan daya saing. Disinilah peran seorang pemimpin

Page 78: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

78

yang RLA, dengan mengamalkan 10 Asas Kepemimpinan RLA

pada setiap level dan gatra baik di pusat maupun di daerah sangat

diperlukan. Dalam konteks tulisan ini tentu saja pengamalan

kepemimpinan RLA di lingkungan Polri khususnya dalam

penegakan hukum peraturan perundang-undangan yang berkaitan

dengan pangan.

Ketahanan pangan dalam kaitan dengan kemandirian bangsa

berbanding lurus, artinya semakin tinggi ketahanan pangan suatu

bangsa, maka semakin mandiri bangsa tersebut. Pemaknaan

lainnya adalah untuk mewujudkan kemandirian bangsa, maka

salah satu prasyarat yang harus dipenuhi adalah ketahanan

pangan.

23. Indikator Keberhasilan

Seperti diuraikan pada Sub Bab 14 dan 21 di atas tentang Pokok

Permasalahan dan Implementasi Kepemimpinan RLA Yang Diharapkan

dalam Taskap ini, maka indikator keberhasilan dari pada implementasi

kepemimpinan RLA di lingkungan Polri dalam kaitannya dengan

meningkatkan ketahanan pangan antara lain adalah :

a. Sudah adanya rumusan asas-asas Kepemimpinan RLA di

lingkungan Polri sebagaimana akan dirumuskan dalam 10 Asas

Kepemimpinan RLA Polri dalam Bab VI di bawah. Rumusan asas-

asas kepemimpinan ini tentu saja tidak hanya sekedar rumusan,

tetapi dapat diterapkan oleh setiap pimpinan Polri mulai dari level

terendah sampai dengan Kapolri. 10 Asas Kemimpinan RLA Polri

ini haruslah mencerminkan dari pada nilai-nilai kepemimpinan

nasional, negarawan, visioner, kontemporer maupun nilai-nilai

kepemimpinan Nabi Besar Muhammad SAW serta pedoman hidup

dan pedoman kerja Polri yaitu Tribrata dan Catur Prasetya.

b. Meningkatnya profesionalisme maupun moralitas anggota

Polri yang dapat dilihat dari meningkatnya pengetahuan anggota

Polri akan profesi masing-masing, meningkatnya dukungan sarana

dan prasarana maupun anggaran serta sistem dan metode yang

Page 79: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

79

mendukung pelaksanaan tugas pokok Polri maupun semakin

kecilnya penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh

anggota Polri.

1) Peningkatan Profesinalisme anggota Polri ini

setidaknya didukung oleh beberapa indikator, misalnya :

a) Tataran pelaksanaan rekruitmen anggota Polri

semakin baik (transparan, akuntabel) dan

pelaksanaanya melibatkan kelompok-kelompok

masyarakat sipil yang independent untuk menjamin

tidak adanya kontaminasi kolusi, nepotisme dan

korupsi.

b) Sistem pendidikan pembentukan anggota Polri

betul-betul telah mengacu pada kompetensi yang

dibutuhkan seperti sebagai petugas patroli menjaga

situasi keamanan dan ketertiban masyarakat,

menyelesaikan kasus-kasus konflik antar pihak

masyarakat, penyidikan suatu kasus dan lain-lain.

c) Sistem seleksi, pendidikan dan latihan lanjutan

bagi anggota Polri juga terjamin akan transparansi dan

akuntabilitasnya dan juga mengacu pada kompetensi

lanjutan yang dibutuhkan.

d) Sistem pembinaan karier anggota Polri sesuai

dengan program yang telah dicanangkan dengan baik

yaitu mengacu pada meryt system.

e) Lahirnya berbagai peraturan atau instrumental

yang mendukung perpolisian masyarakat yang

humanis dan menghargai HAM.

f) Terbentuknya budaya kepolisian sipil dalam arti

polisi yang berubah dari budaya antagonis ke

protagonis, reaktif ke proaktif, legalitas ke legitimitas,

arogan ke humanis, otoriter ke demokrasi, tertutup ke

terbuka, akuntabilitas vertikal ke akuntabilitas publik

dan dari monologis ke dialogis.

Page 80: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

80

2) Peningkatan Moralitas juga setidaknya ditunjukkan

oleh beberapa indikator, antara lain :

a) Semakin meningkatnya perilaku yang dapat

diteladani di lingkungan Polri baik oleh para

pemimpinnya maupun anggota Polri sendiri.

b) Semakin berkurangnya perilaku yang

menyimpang dari anggota Polri berupa tindak pidana,

pelanggaran disiplin maupun pelanggaran etika

kepolisian.

c. Telah ditegakkannya berbagai peraturan perundang-

undangan dibidang pangan. Berdasarkan literatur yang pernah

disampaikan oleh Ir. H.M Romahurmuzy, MT (Ketua Komisi IV DPR

R.I, 2012) beberapa peraturan perundang-undangan yang

mengandung masalah pangan dan membutuhkan penegakan oleh

penyidik Polri maupun PPNS Kementerian terkait adalah 31 :

1) UU RI No. 7/1996 Tentang Pangan.

2) UU RI No. 12/1992 Tentang Sistem Budidaya

Tanaman.

3) UU RI No. 29/2000 Tentang Perlindungan Varietas

Tanaman, yang mengatur tentang perlindungan varietas

tanaman.

4) UU RI No. 18/2004 Tentang Perkebunan.

5) UU RI No. 16/2006 Tentang Sistem Penyuluhan

Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, yang bertujuan untuk

pengembangan SDM dan peningkatan modal sosial untuk

menyukseskan program-program terkait dengan

pembangunan pertanian.

6) UU RI No. 18/2009 Tentang Peternakan dan

Kesehatan Hewan, yang bertujuan untuk mengatur kegiatan

peternakan di Indonesia dengan meningkatkan produksi lokal.

31 Ir. H. M. Romahurmuzy, MT (Ketua Komisi IV DPR R.I., 2012), Regulasi Pangan Dalam Rangka Mendukung Kemandirian Bangsa, Ceramah Ilmiah Kepada Peserta PPRA XLVIII/ 2012 Lemhannas R.I., Tanggal 31 Agustus 2012, Jakarta, 2012.

Page 81: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

81

7) UU RI No. 41/2009 Tentang Perlindungan Lahan

Pertanian Pangan Berkelanjutan.

8) UU RI No. 13/2010 Tentang Hortikultura, yang

bertujuan untuk mengembangkan potensi hortikultura

Indonesia dan meningkatkan daya saing produk local.

9) Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 Tentang

Label dan Iklan Pangan.

10) Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 Tentang

Ketahanan Pangan.

11) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 Tentang

Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan.

12) Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 pada

Pasal 2 dan Pasal 3, menyatakan bahwa Pemerintah Daerah

Provinsi dan Kabupaten/ Kota wajib membuat laporan

mempertanggung jawabkan urusan ketahanan pangan.

13) Peraturan Presiden Nomor 83 tahun 2006 tentang

Dewan Ketahanan Pangan.

14) Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009 tentang

Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan

Berbasis Sumberdaya Lokal.

Disamping ditegakkannya berbagai peraturan perundang-

undangan tersebut di atas, juga tersedianya suatu wadah yang

dapat ditampung oleh Polri jika ada perseorangan maupun

kelompok masyarakat merasakan ada berbagai kepentingan

hukum mereka dirugikan oleh pihak lain baik oleh perseorangan,

perusahaan besar maupun oleh pemerintah sendiri di bidang

pertanian. Hal ini seperti dikemukakan oleh Mochammad Maksum

Machfoedz dalam ceramah di depan peserta PPARA XLVIII/ 2012

Lemhannas R.I dengan skema penyelesaian masalah misalnya

seperti gambaran di bawah ini.

Page 82: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

82

TABEL : 11PROSES PERBANTUAN PENYELESAIAN KONFLIK LAHAN

d. Dibuatnya nota kesepahaman antara Polri dan Kementerian

Pertanian untuk tingkat Pusat maupun antara Kepolisian Daerah

dan Resort dengan masing-masing Kepala Dinas Pertanian dan

atau Kepala Badan Ketahanan Pangan masing-masing.

Kesepahaman ini tidak hanya ketetlibatan Polri dalam proses

produksi pangan seperti ikut serta membantu menjadi motor

penanaman produk strategis nasional seperti padi, jagung, kedelai,

tebu untuk gula, peternakan seperti sapi, kerbau, kambing, maupun

budidaya perikanan sesuai dengan situasi dan kondisi atau zoning

wilayah masing-masing, tetapi juga kesepahaman terhadap

penegakan hukum maupun keterlibatan Polri menjadi mediasi

paripurna bersama pemangku kepentingan lainnya jika ada

permasalahan atau konflik masalah pangan. Disamping itu juga

tentu sesuai dengan salah satu tugas pokok Polri memberikan

bantuan kelancaran distribusi pangan sampai kepada tingkat

keluarga untuk membantu memperkecil adanya penyimpangan-

penyimpangan.

Page 83: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

83

BAB VIKONSEPSI IMPLEMENTASI KEPEMIMPINAN RLA YANG DAPAT

MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN DAN KEMANDIRIAN BANGSA

24. Umum

Pada Bab III khususnya Sub Bab 14 telah menguraikan beberapa

pokok permasalahan yang diangkat dalam Taskap ini yang kemudian pada

Bab IV Sub Bab 21 diuraikan pula bagaimana implementasi kepemimpinan

RLA di lingkungan Polri yang diharapkan dan untuk kemudian dalam Sub

Bab 23 menguraikan bagaimana beberapa indikator keberhasilan dari pada

implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan Polri yang dapat

meningkatkan ketahanan pangan dan kemandirian bangsa. Dalam

pembahasan Sub Bab di bawah ini tentu saja tidak terlepas dari berbagai

paradigma nasional yang menjadi landasan idiil, konstitusionil, visional dan

konsepsi ketahanan nasional maupun nilai-nilai yang berlaku di lingkungan

Polri yaitu pedoman hidup dan pedoman kerja selama ini Tribrata dan

Catur Prasetya yang sudah mengalami pemaknaan baru. Nilai-nilai inilah

yang harus mengkristal dalam perumusan asas-asas kepemimpinan RLA di

lingkungan Polri. Disamping itu tentu juga dalam pembahasannya tidak

terlepas dari landasan teori yang dipakai seperti telah disinggung di atas

yaitu teori kepemimpinan, teori scenario learning, teori PDB (Positioning

Diffrentiation and Brand) Triangle dan teori kependudukan dan kebutuhan

pangan Malthus. Landasan teori inilah yang pada akhirnya mengarahkan

penulis untuk memilih penamaan asas-asas kepemimpinan yang berlaku di

lingkungan Polri pada khususnya sebagai kepemimpinan Rahmatan Lil

Alamin (RLA). Karena berkaitan dengan kehidupan berbangsa dan

bernegara yaitu pembangunan nasional khususnya pembangunan di

bidang ketahanan pangan dan juga berkaitan dengan salah satu tugas

pokok Polri penegakan hukum, maka penulisan konsepsi implementasi

kepemimpinan RLA di lingkungan Polri ini tidak terlepas dari berbagai

peraturan perundang-undangan baik yang menyangkut masalah

perencanaan pembangunan itu sendiri maupun yang berkaitan dengan

masalah pangan serta dengan Polri itu sendiri.

Page 84: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

84

25. Kebijakan

Sebagaimana telah diuraikan di atas bahwa perumusan

kepemimpinan RLA ini adalah sebagai sesuatu yang baru, dalam arti

sebagai sebuah style kepemimpinan di lingkungan Polri. Walaupun

sesungguhnya fitrah ataupun suratan manusia sebagai rahmat bagi

sesamanya umat manusia serta bagi alam dan seisinya adalah sudah ada

sejak manusia itu sendiri ada. Tuhan dalam penciptaannya memberikan

rahmatNya berupa nilai-nilai yang universal kepada umat manusia seperti

misalnya sifat mengasihi, menyayangi (rahim dan rahman ataupun rahmat),

sifat jujur, adil dan lain-lain kepada sesamanya manusia maupun kepada

seluruh ciptaan Tuhan serta alam dan seisinya, dimana sifat-sifat ini

sebagai sebuah anggukan universal. Didasarkan pada pemahaman teoritis

betapa pentingnya posisi seorang pemimpian dalam suatu komunitas atau

kumpulan orang ataupun organisasi termasuk organisasi seperti Polri,

maka kebijakan yang diambil dari penulisan Taskap yang menguraikan

tentang implementasi kepemimpinan RLA di lingkungan Polri guna

meningkatkan ketahanan pangan dalam rangka kemandirian bangsa ini

adalah : “Implementasi Kepemimpinan Rahmatan Lil Alamin Sebagai Salah Satu Upaya Perubahan Kultur di Lingkungan Polri Menuju Polisi Sipil Yang Profesional, Bermoral dan Modern Dalam Sinergitas Dengan Berbagai Komponen Bangsa Lainnya”. Atau dalam narasi yang

lebih singkat dapat dikemukakan “Percepatan Perubahan Kultur Polri Melalui Implementasi Kepimpinan RLA”.

Kebijakan ini diambil dengan sebuah kesadaran bahwa tugas

pokok Polri amatlah strategis dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan

bermasyarakat, yaitu sebagai aparat penegak hukum, memelihara

kamtibmas dan sebagai pengayom, pelindung dan pelayan masyarakat.

Dengan demikian gaya kepemimpinan yang memberikan rahmat kepada

sesamanya manusia (baik kepada sesama manusia yang baik atau taat

kepada hukum maupun yang tidak baik atau melanggar hukum) serta bagi

alam serta seisinya seperti kepada mahluk hidup lainnya berupa hewan

(fauna), tumbuh-tumbuhan (flora) maupun benda mati seperti sumber daya

alam tambang, sangatlah penting dan semacam keharusan.

Page 85: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

85

26. Srategi

Untuk mewujudkan kebijakan di atas dan dikaitkan dengan pokok

permasalahan maupun indikator keberhasilan yang diharapkan, maka

strategi yang diambil antara lain adalah :

a. Merumuskan asas-asas Kepemimpinan yang RLA di

Lingkungan Polri untuk kemudian disosialisasikan dan

dilaksanakan atau diamalkan oleh setiap pemimpin di lingkungan

Polri.

b. Meningkatkan Profesionalisme dan Moralitas anggota Polri

dari waktu ke waktu sesuai dengan perkembangan lingkungan

strategis serta terintegrasi dengan berbagai komponen bangsa

lainnya baik sebagai aparat penegak hukum maupun pemelihara

kamtibmas dan selaku pengayom, pelindung dan pelayan

masyarakat.

c. Meningkatkan penegakan hukum terhadap berbagai

pelanggaran peraturan perundang-undangan yang berkaitan

dengan pangan bersama PPNS Kementerian yang terkait seperti

Kementerian Pertanian, PU, Perkebunan dan Kehutanan serta

koordinatif dengan Jaksa Penuntut Umum dan pemangku

kepentingan lainnya.

d. Membuat kesepahaman atau MoU dengan Kementerian

Pertanian untuk tingkat Pusat dan dengan Kepala Dinas Pertanian

dan atau Kepala Badan Ketahanan Pangan Provinsi, Kabupaten

dan Kota untuk tingkat daerah.

27. Upaya

Untuk mewujudkan strategi di atas, maka upaya-upaya yang dapat

dilakukan dari setiap strategi antara lain adalah sebagai berikut :

Upaya Strategi 1; Merumuskan asas-asas Kepemimpinan yang

RLA di lingkungan Polri untuk kemudian disosialisasikan dan

diimplementasikan.

Dibutuhkannya kepemimpinan rahmatan lil alamin diawali dengan

sebuah kehendak atau keinginan yang menjadi Focal Concern (FC) yaitu

Page 86: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

86

“Membangun Polri yang Rahmatan Lil Alamin 2020”. Dari analisis teori

Scenario Learning, membangun polisi yang rahmatan lil alamin 2020

adalah sebuah alternatif masa depan yang plausible atau sesuatu yang

mungkin terjadi. Dengan melalui proses langkah-langkah scenario learning

maka ditentukan dari sekian banyak variabel atau Driving Forces (DF) dari

FC membangun Polri yang rahmatan lil alamin 2020 maka dipilih atau

ditentukan dua variabel atau DF yaitu Moralitas dan Profesionalisme.

Dipilihnya kedua DF tersebut karena yang paling kritis dan sangat penting

untuk mewujudkan FC, serta kondisinya terkadang tidak menentu,

sehingga mempengaruhi pencapaian FC yang telah ditentukan. Kedua

Driving Forces moralitas dan profesionalisme, diharapkan sebagai

pengungkit terwujudnya pembangunan Polri yang rahmatan lil alamin 2020.

TABEL : 12GAMBAR MATRIKS SCENARIO DAN CIRI-CIRI KUNCI SETIAP

SECENARIO “MEMBANGUN POLRI YANG RLA 2020”

a. Seluruh pemangku kepentingan di lingkungan Polri

khususnya Lembaga Pendidikan Tinggi Polri, seperti Sespimti,

Sespimmen, Sespimma dan PTIK merumuskan asas-asaas

MORALITAS (+)

BERLAYAR DI SAMUDERA YANG TENANGKAPAL BOCOR

SKENARIO I : SDM Polri yang menguasai tugas dengan baik dan menjalankannya dengan memberikan kemanfaatan. Polri dekat dengan rakyat dan memberikan pelayanan yang prima. Didukung oleh Sarpras, Sitem dan pendanaan yang cukup, citra Polri sangat baik. Polri mencintai dan dicintai masyarakat dengan baik. Polri yang rahmatan lil alamin.

SKENARIO IV : Situasi memprihatinkan, walaupun moral anggota baik-baik tetapi profesionalisme kurang, sarpras tidak mendapat penambahan, anggaran untuk operasional sangat minim dan sistem metode tidak jelas.

PROFESIONALISME (+)PROFESIONALISME (-)

SKENARIO II : Terjadi berbagai kegoncangan, kritikan dan hujatan walau polisi telah dapat menjalankan tugas dengan baik, kepercayaan masyarakat melemah karena moralitas menyebabkan banyak KKN di lingkungan Polri.

SKENARIO III : Polri semakin terpuruk dan citranya jatuh di mata publik karena SDM tidak profesional , sarpras yang tidak mendukung serta anggaran minim. Banyak anggota yang melakukan KKN, masyarakat antipati dengan Polri.

KAPAL KARAM DITERJANG BADAI

MORALITAS (-)

Page 87: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

87

kepemimpinan RLA di lingkungan Polri. Rumusan yang dibuat ini

tentu saja harus memperhatikan nilai-nilai kepemimpinan nasional,

negarawan, visioner, transformatif yang telah dikemukakan dalam

landasan teori maupun paradigma nasional pada Bab II di atas.

Disamping itu juga haruslah selaras dengan nilai-nilai yang

memang sudah berlaku di lingkungan Polri yaitu pedoman hidup

dan pedoman kerja Tribrata dan Catur Prasetya dengan

pemaknaan yang baru.

Berdasarkan analisis landasan teori, nilai-nilai yang berlaku di

lingkungan Polri seperti kode etik maupun dikaitkan dengan tugas

pokok Polri, maka disarankan asas-asas kepemimpinan Polri

tersebut setidaknya ada “10 Asas Kepemimpinan RLA Polri”, yaitu :

1) Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yaitu

beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa dan taat kepadaNya

serta menjalankan ajaran agamanya masing-masing sesuai

keyakinan.

2) Profesional, yaitu memiliki kecerdasan atau

intelektualitas yang disertai oleh sifat-sifat kenegarawanan

dan nasionalisme yang tinggi serta menjadi teladan bagi

siapapun atau fatonah.

3) Akuntabel atau dapat dipertanggung-jawabkan semua

kata dan perbuatan secara transfaran sehingga dipercaya dan

memiliki legitimasi serta rendah hati atau amanah.

4) Jujur, yaitu menjaga kebenaran, berintegrasi tinggi

serta terjaga dari kesalahan atau shiddiq.

5) Komunikatif dan informatif, artinya senantiasa

menyampaikan risalah kebenaran dengan cara-cara diplomasi

dan aspiratif (tabligh) baik kepada karyawan secara internal

maupun publik secara eksternal.

6) Visioner, yaitu kemampuan untuk memprediksi apa

yang diharapkan oleh organisasi dimasa depan dan

bagaimana untuk mencapai secara lebih cepat, efektif dan

efisien tidak sekedar reaktif tetapi juga proaktif dan antisipatif.

Page 88: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

88

7) Adil, artinya selalu patuh kepada hukum (tidak KKN),

menegakkan hukum dengan berlandaskan pada hukum untuk

memperoleh kemanfaatan, cinta damai, anti kekerasan,

toleran dan menjunjung tinggi HAM.

8) Setia dan berani, artinya memiliki kualitas kesetiaan

kepada negara dan bangsa, tanah air dan organisasi serta

memiliki sikap loyal yang timbal balik dari atasan terhadap

bawahan, terhadap atasan dan dua atasan samping serta

berani dalam mengambil keputusan dengan berbagai

alternatif.

9) Berjiwa besar, artinya memiliki kemauan, kerelaan

dan keikhlasan untuk pada saatnya menyerahkan tanggung-

jawab dan kedudukan kepada generasi muda atau legowo, serta senantiasa mengkader generasi berikutnya sebagai

pengganti yang lebih baik.

10) Memiliki sikap pengayom, pelindung dan pelayan masyarakat, artinya seorang pemimpin di lingkungan Polri

senantiasa berupaya mewujudkan suasana yang mengayomi,

melindungi dan melayani masyarakat dengan keikhlasan

(tanpa paksaaan dan kepentingan apapun kecuali karena

tugas dan tanggung jawab) dalam mewujudkan keamanan

dan ketertiban masyarakat maupun menegakkan hukum.

b. Divisi Hukum Polri dengan dibantu oleh Kasetum Polri,

berdasarkan UU No. 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan atas inisiatif sendiri membuat

konsep rancangan Peraturan Kapolri tentang “10 Asas

Kepemimpinan RLA Polri” ini untuk kemudian diajukan sebagai

sebuah Peraturan Kapolri (Perkap). Jika penamaan atau

penyebutan ”Kepemimpinan RLA Polri” ini tidak disukai, maka

melalui pendekatan akan tugas pokok Polri sebagai aparat yang

harus mengayomi, melindungi dan melayani masyarakat, maka

dapat saja asas-asas kepemimpinan Polri ini dinamakan sebagai

“10 Asas Kepemimpinan Pelayanan Polri”.

Page 89: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

89

c. Divisi Hukum Polri setelah menyusun rancangan Perkap 10

asas kepemimpinan RLA dengan dibantu oleh Divisi Humas Polri

melakukan sosialisasi dan permintaan masukan kepada satuan

kerja-satuan kerja secara internal Polri maupun ekternal Polri

khususnya kepada kelompok masyarakat sipil yang terorganisir

dan yang peduli kepada Polri.

d. Divisi Hukum Polri dan Divisi Humas Polri bersama Asrena

Kapolri setelah menerima masukan secara internal dari berbagai

satuan kerja maupun secara ekternal dari berbagai kelompok

masyarakat sipil, menyusun kembali rancangan Perkap sesuai

ketentuan untuk kemudian diajukan kepada Kapolri. Setelah

mendapat persetujuan dari Kapolri dan pemberian nomor

Peraturan Kapolri dari Sekretariat Umum Polri, maka Divkum Polri

mengirimkan Perkap dimaksud kepada Kementerian Hukum dan

HAM untuk mendapatkan pengesahan resmi maupun harmonisasi

dan diberikan nomor Lembaran Negara secara resmi untuk dapat

dinyatakan asas-asas kepemimpinan RLA Polri tersebut secara

resmi dan sah berlaku dan mempunyai kekuatan hukum yang

mengikat.

e. Setelah asas-asas kepemimpinan RLA Polri ini secara sah

sebagai produk hukum, maka Divkum Polri, Divhumas Polri

maupun Inspektorat Pengawas Umum Polri mensosialisasikan

keseluruh jajaran Polri melalui acara-acara pertemuan, rapat dinas,

rakornis, workshop, memasukkannya sebagai konten informasi

melalui media komunikasi internal seperti majalah internal, website,

penerangan satuan, telegram dan lain-lain.

f. Setiap lembaga pendidikan khususnya lembaga pendidikan

yang mengandung unsur pembentukan kepemimpinan seperti

Akpol, STIK-PTIK, Sespimma, Sespimmen dan Sespimti Polri

memasukkan asas-asas kepemimpinan RLA Polri ini sebagai

bagian dari materi pelajaran kepemimpinan dengan menyesuaikan

arahan dari Lembaga Pendidikan Polri.

Page 90: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

90

Upaya Strategi 2; Meningkatnya profesionalisme dan moralitas

anggota Polri dari waktu ke waktu sesuai dengan perkembangan

lingkungan strategi serta terintegrasi dengan berbagai komponen bangsa

lainnya, baik sebagai sesama aparat penegak hukum maupun pemelihara

kamtibmas dan selaku pengayom, pelindung dan pelayan masyarakat.

a. Peningkatan profesionalisme anggota Polri dapat dilakukan

melalui upaya-upaya antara lain :

1) As SDM Polri dan Karo SDM Polda-Polda melakukan

sistem rekruitmen pada setiap level baik untuk Tamtama,

Bintara maupun perwira dan Pegawai Negeri Sipil di

lingkungan Polri haruslah betul-betul transfaran, akuntabel

dan bersih dari praktek-praktek KKN baik secara nyata-nyata

maupun secara tersembunyi dalam arti secara formalitas dan

substansi bebas dari KKN.

2) As SDM dan Satuan Pendidikan memberikan sistem

pendidikan baik pembentukan dan lanjutan senantiasa

mengacu kepada kompetensi yang dibutuhkan oleh tantangan

tugas dan kinerja sesuai dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi untuk menuju polisi yang

profesional dan modern.

3) As SDM Polri maupun atasan langsung setiap Personil

Polri melakukan pembinaan karier baik bagi polisi pekerja

(police worker) maupun pada tataran suvervisor dan manajer

berdasarkan pada pendekatan prestasi kerja maupun sistem

seleksi uji kompetensi yang transfaran dan akuntabel serta

bebas dari KKN baik secara prosedur maupun substansi.

Beberapa hal sistem ini sudah dinyatakan dalam berbagai

Perkap, tinggal eksekusi pelaksanaan yang konsisten dari

setiap pimpinan maupun As SDM Kapolri.

4) Negara dalam hal ini Presdien dan DPR melalui

Asrena Kapolri memberikan dukungan sarana dan prasarana

maupun dukungan anggaran operasional Polri yang memadai

baik untuk pemeliharaan kamtibmas, penegakan hukum

Page 91: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

91

maupun pemberian pengayoman, perlindungan dan

pelayanan kepada masyarakat.

5) Negara dalam hal ini Presiden maupun DPR memiliki

kemauan politik untuk meningkatkan kuantitas polisi dibanding

dengan masyarakat atau police ratio yang memadai atau

setidaknya mendekati standart PBB yaitu 1 : 400 (saat ini

jumlah Polri 390.312 orang dengan jumlah penduduk

Indonesia lebih dari 340 Juta, artinya police ratio baru 1 :

872).

6) Terpenuhinya DSP (Daftar Susunan Personil Polri)

sebagaimana angka penghitungan idialnya minimum, yaitu

Brigadir Polisi : 470.265 (saat ini baru 350.175), Inspektur

Polisi : 95.285 (saat ini baru 14.735), AKP : 28.091 (saaat ini

baru 14.476), Kompol : 11.220 (saat ini baru 6.025), AKBP :

4.430 (saat ini baru 3.576), Kombes Pol : 1.089 (saat ini

sudah 1.129 atau sudah lebih 40 orang).

b. Peningkatan Moralitas anggota Polri dapat dilakukan melalui

upaya-upaya antara lain :

1) As SDM Polri dan jajarannya memberikan sistem

reward dan punishment yang jelas dan terukur serta

transfaran dan akuntabel. Misalnya yang melakukan

pelanggaran dihukum dengan jelas dan yang berpotensi baik

dibidang tugas maupun akademis mendapat promosi

pendidikan, jabatan dan atau kepangkatan yang memadai

melalui proses yang benar.

2) Negara melalui Kementerian Keuangan dan As Rena

Kapolri melakukan upaya-upaya peningkatan kesejahteraan

anggota Polri, misalnya negara memberikan gaji ataupun

tunjangan kinerja yang memadai untuk hidup sederhana dan

layak serta ada kepastian dalam pemeliharaan kesehatan

maupun pendidikan keturunannya.

3) Meningkatkan fungsi pengawasan yang dilakukan baik

secara internal oleh Irwasum Polri, Divisi Propam Polri

Page 92: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

92

maupun oleh setiap atasan langsung terhadap staf

bawahannya atau karyawan maupun secara ekternal seperti

oleh Kompolnas, DPR R.I khusus oleh Komisi III Bidang

Hukum, Ombudsement Republik Indonesia (ORI) dan

lembaga swadaya masyarakat yang peduli terhadap

organisasi Polri.

4) Kapolri dan pimpinan atau manajer atas senantiasa

dapat mendorong para pemimpin di lingkungan Polri yang ada

di bawahnya sampai pada level terbawah dapat menjadi

pemimpin yang menjadi contoh bagi staf atau anggotanya

(lead by example).

Upaya Strategi 3; Penyidik Polri bersama PPNS (Penyidik

Pegawai Negeri Sipil) Kementerian yang terkait seperti Kementerian

Pertanian, PU, Perkebunan dan Kehutanan meningkatkan penegakan

hukum terhadap berbagai pelanggaran peraturan perundang-undangan

yang berkaitan dengan pangan serta meningkatkan koordinasi dan

sinkronisasi dengan Jaksa Penuntut Umum dan pemangku kepentingan

lainnya.

Secara konstitusional dinyatakan bahwa negara Indonesia adalah

negara hukum yang dinyatakan dalam pasal 1 ayat (3) UUD N R.I 1945.

Untuk selanjutnya suatu negara dapat dikatakan sebagai negara hukum

atau “rule of law” bilamana aturan hukum telah dijadikan sebagai aturan

main (fair play) dalam penyelenggaraan pemerintahan negara, terutama

dalam memelihara keamanan dan ketertiban serta perlindungan terhadap

hak-hak warganya. Menurut teori hukum John Lock dalam bukunya

“Second Tratise of Government” menguraikan minimal ada tiga unsur bagi

suatu negara dikatakan negara berdasarkan hukum, yaitu; (1) Adanya

hukum yang mengatur bagaimana anggota masyarakat dapat menikmati

hak asasi dengan damai, (2) Adanya suatu badan yang dapat

menyelesaikan sengketa yang timbul dibidang pemerintah atau antar

pemerintah dan (3) Adanya badan yang tersedia atau diadakan untuk

Page 93: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

93

menyelesaikan sengketa yang timbul diantara sesama anggota

masyarakat.32

Sesuatu yang penting untuk dipahami dalam teori aktualisasi

hukum yang dikemukakan oleh Lawrence M. Friedman bahwa aktualisasi

hukum mempersyaratkan berfungsinya semua komponen sistem hukum.

Komponen sistem hukum itu ada tiga, yaitu; (1) Struktur hukum, merupakan

kerangka, bagian yang tetap bertahan (statis), bagian yang memberikan

semacam bentuk dan batasan terhadap keseluruhan instansi penegak

hukum atau aparat penegak hukum. (2) Substansi hukum, merupakan

aturan-aturan atau norma-norma dan pola perilaku nyata manusia yang

berada dalam sistem, termasuk produk yang dihasilkan oleh orang-orang

yang ada dalam sitem hukum itu mencakup keputusan yang mereka

lakukan atau aturan baru yang mereka susun. Jadi disini juga merupakan

materi atau isi dari peraturan perundang-undangan tersebut. (3) Budaya

hukum, merupakan gagasan, sikap, keyakinan, harapan dan pendapat

tentang hukum, jadi disini melihat bagaimana budaya hukum masyarakat

apakah patuh atau tidak patuh terhadap hukum. Hal lain yang juga sangat

penting untuk dipahami dalam penegakan hukum ini adalah fungsi dari

pada hukum itu sendiri. Secara umum dapat dikatakan fungsi hukum itu

adalah; (1) Law as a tool of social control, sebagai alat kontrol sosial, (2)

Law as a tool social engineering, sebagai alat untuk merekayasa

masyarakat, (3) Law as facilitation of social, sebagai fasilitas

berinteraksinya berbagai interaksi sosial, (4) Law as a conflict social,

sebagai jalan keluar atau penyelesaian konflik sosial dan (5) Law as a

recruitment of emantipation, sebagai cara untuk memahami berbagai

perbedaan atau pihak-pihak lain.33

Dari uraian di atas maka upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam

penegakan hukum khususnya dalam peraturan perundang-undangan yang

berkaitan dengan pangan ini antara lain adalah :

32 ______, http://hukum-on.blogspot.com/2012/06/pengertian-supremasi-hukum-dan.html, Pengertian Supremasi Hukum dan Penegakan Hukum, diunduh tanggal 27 Juli 2012.

33 Unsiyah, Taqwaddin, S.H., SE, MS. C.D., Materi Sosiologi Hukum S2, Banda Aceh, 2007.

Page 94: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

94

a. Secara struktur hukum atau aparat penegak hukum dibidang

peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pangan.

1) Mabes Polri haruslah menstrukturkan proses

penegakan hukum dibidang peraturan perundang-undangan

yang berkaitan dengan masalah pangan, baik yang berkaitan

dengan masalah ketersediaan, keterjangkauan maupun

konsumsi pangan. Strukturisasi ini tidaklah berarti harus

membuat struktur baru semacam Direktorat khusus ataupun

Sub Direktorat, tetapi bisa saja menjadi bagian dari Direktorat

Kriminalitas khusus yang sudah ada atau dalam bentuk ad

hok (sementara atau kepanitiaan) bila memang ada kasus

atau peristiwa. Strukturisasi ini setidaknya dinyatakan dalam

bentuk petunjuk teknis berupa telegram ataupun bagian dari

Peraturan Kapolri.

2) Mabes Polri, khususnya Biro Koordinator dan

Pengawas Penyidik Pegawai Negeri Sipil menginventarisir

secara khusus Kementerian dan Lembaga yang mempunyai

kewenangan untuk melakukan penegakan hukum berupa

penyidikan maupun pemberian sangsi administrasi peraturan

perundang-undangan yang berkaitan dengan pangan.

Misalnya UU No. 7 Tahun 1996 Tentang Pangan adalah

PPNS Kementerian Pertanian dan BPOM, UU No. 26 Tahun

2007 Tentang Penataan Ruang adalah PPNS Kementerian

PU, UU No. 41 Tahun 2009 Tentang Pemeliharaan Lahan

Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah PPNS Kementerian

Pertanian dan lain-lain. Inventarisasi para PPNS ini sebagai

sebuah upaya menyangkut struktur penegakan hukum.

3) Mabes Polri melalui Kepala Badan Pemeliharaan

Kamtibmas (Baharkam) Polri menstrukturkan dalam

jajarannya khususnya melalui kebijakan dan strategi

perpolisian masyarakat (Polmas) sesuai dengan Peraturan

Kapolri No. 7 Tahun 2008 yang diembankan kepada

Direktorat Bimbingan Masyarakat (Bimmas) maupun seluruh

Page 95: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

95

fungsi Kepolisian yang ada. Strukturisasi yang dimaksudkan

disini adalah bahwa masalah-masalah pangan dijadikan

bagian perhatian yang khusus oleh jajaran Baharkam Polri,

khususnya pada aspek ketersediaan dan keterjangkauan

pangan. Ketersediaan pangan misalnya pada sub aspek

produksi pangan, jajaran Baharkam Polri melalui kegiatan

manajemen melakukan kerjasama dengan Badan Ketahanan

Pangan di daerah-daerah untuk ikut serta melakukan kegiatan

penyuluhan maupun kegiatan penanaman produk-produk

pangan strategis seperti misalnya padi, jagung, kedelai, gula

dan daging melalui peternakan.

4) Secara struktur beberapa karakter yang harus dimiliki

oleh aparat kepolisian sebagai pengemban fungsi perpolisian

masyarakat dalam kerjasama dengan Pemda atau Badan

Ketahanan Pangan maupun pemangku kepentingan lainnya

secar khusus adalah sebagai berikut :

a) Mengenali diri sendiri: memahami kelebihan yang dimiliki untuk dimanfaatkan secara optimal bagi kelancaran tugas dan di lain sisi juga menyadari atas kekurangan/ kelemahan diri guna dikikis/ diperbaiki;

b) Percaya diri: bersikap optimis terhadap kemampuannya, apa yang dilaksanakannya dan bagaimana melaksanakannya serta tidak takut untuk mengembangkan kemampuan diri;

c) Disiplin pribadi: ketaatan kepada aturan dan ketertiban diri dalam penggunaan waktu secara efektif untuk melaksanakan tugas maupun kehidupan sehari-hari;

d) Profesional: kemampuan profesional Polri sebagai pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat khususnya kemampuan membangun kemitraan dengan warga masyarakat;

e) Integritas: keteguhan dan ketangguhan jiwa raga secara menyeluruh mencakup aspek kepribadian, mentalitas, moralitas dan profesionalitas.34

34 Mabes Polri, Peraturan Kapolri Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Pedoman Dasar Strategi dan Implementasi Pemolisian Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Tugas Polri, Pasal 33.

Page 96: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

96

5) Beberapa penampilan atau sikap yang harus dimiliki

oleh para petugas Polmas dalam menjalankan tugas adalah

sebagai berikut :

a) Simpatik: selalu berpakaian rapi, sikap menarik dan menunjukkan empati;

b) Ramah: selalu menunjukkan sikap berteman/ bersahabat, murah senyum, mendahului sapa dan membalas salam;

c) Optimis: bersikap positif, tidak ragu akan keberhasilan dalam setiap melakukan pekerjaan;

d) Inisiatif: kemampuan mengajukan gagasan dan prakarsa dalam mengidentifikasi masalah, menentukan prioritas masalah, mencari alternatif solusi dan memecahkan pemasalahan dengan melibatkan masyarakat;

e) Tertib: selalu teratur dalam melaksanakan pekerjaan dan mampu menata/ menyusun rencana kerja, dokumen, lingkungan kerja dan wilayah kerja;

f) Disiplin waktu: mampu merencanakan pekerjaan dan aktivitas agar memanfaatkan waktu tersedia seproduktif mungkin;

g) Cermat: teliti dalam mengumpulkan dan menganalisis fakta serta mempertimbangkan konsekuensi atas setiap pengambilan keputusan;

h) Akurat: mampu menentukan tindakan yang tepat dalam mengantisipasi permasalahan, disertai argumentasi yang jelas;

i) Tegas: mampu mengambil keputusan dan tindakan tegas tanpa keraguan serta melaksanakannya tanpa menunda-nunda waktu.35

b. Secara substansi atau matreri hukum. Tentu saja yang

dimaksudkan disini adalah isi atau materi dari peraturan

perundang-undangan yang berkaitan dengan pangan itu sendiri

sebagaimana sudah diuraikan di atas pada sub bab 23 C Indikator

Keberhasilan dibidang penegakan hukum. Disadari bahwa Polri

bukanlah bagian dari pada pembuat regulasi, tetapi sebagai bagian

dari pelaksanaan peraturan perundang-undeangan yang sudah

disahkan atau sebagai aparat pengak hukumnya. Akan tetapi

melalui mekanisme yang benar, Polri dapat saja memberikan 35 Ibid, Pasal 34.

Page 97: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

97

masukan terhadap perbaikan materi hukum yang dijalankan

selama ini kepada bagian regulasi atau dalam hal ini legislatif DPR

R.I melalui Kementerian Hukum dan HAM atau Kementerian yang

menjadi leading sektor daripada peraturan tersebut. Misalnya saja,

secara substansi atau isi peraturan perundang-undangan,

pemerintah dalam hal ini Menkopolhukam, MA, Kemenkum HAM,

BPN, Kemdagri, Kemen PU, Kejagung, Polri melakukan evaluasi

dan sinkronisasi peraturan dan perundang-undangan yang

berkaitan dengan penataan ruang dan penggunaan ruang seperti

UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, UU No. 41

Tahun 2009 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan dengan UU No. 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan

Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. UU No. 2

Tahun 2012 hanya menekankan kepada penyediaan tanah dengan

cara mengganti rugi yang layak kepada pihak yang berhak tanpa

ada penekanan untuk memperhatikan rencana tata ruang wilayah

atau zoning wilayah yang sudah ditentukan sebelumnya, walaupun

ada klausal dalam pasal 7 yang mengatakan bahwa pengadaan

tanah untuk kepentingan umum diselenggarakan sesuai dengan

RTRW, rencana pembangunan nasional/ daerah, rencana strategis

dan rencana setiap instansi yang memerlukan tanah untuk

kepentingan umum. Kondisi ini mengisyaratkan bahwa jika atas

nama “kepentingan umum” maka tanah atau lahan apapun dapat

diambil dengan ganti rugi walaupun tanah atau lahan tersebut

sudah di zoning atau ditetapkan dalam tata ruang sebagai lahan

pertanian pangan yang subur. Dengan kata lain UU Perlindungan

Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dan Penataan Ruang dapat

dikalahkan, dan kondisi ini, apabila pihak yang membutuhkan

tanah tersebut lebih “kuat” akan semakin memberikan peluang

semakin berkurangnya lahan pertanian atau zoning wilayah atau

penataan tidak berfungsi dengan baik.

c. Secara budaya atau kultur hukum. Kementerian Hukum dan

HAM maupun aparat penegak hukum lainnya seperti MA,

Page 98: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

98

Kejagung, Polri dan jajaran kementerian terkait yang menjadi

leading sektor terhadap pangan maupun penataan ruang atau

penggunaan ruang seperti Kementerian Pertanian, PU, Kemdagri,

BPN untuk melakukan kegiatan antara lain :

1) Sosialisasi secara sistemik dan berkelanjutan baik kepada

masyarakat petani, mahasiswa dan para pengusaha tentang

berbagai peraturan perundang-undangan yang berkaitan

dengan pangan, penataan ruang atau penggunaan lahan.

2) Menguatkan kelompok-kelompok sipil atau LSM yang

peduli pada masalah-masalah pembangunan khususnya

dibidang pangan yang berkelanjutan dan berwawasan pada

lingkungan sesuai dengan penataan ruang. Kelompok

organisasi sipil ini diharapakan yang independent untuk

memperjuangkan kepentingan petani seperti misalnya

Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), Himpunan Kerukunan

Tani dan Nelayan dan lain-lain.

3) Memberikan reward atau sejenis hadiah kepada

perorangan maupun kelompok tani dan nelayan yang

berprestasi terhadap pemajuan produksi pangan yang

berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

Upaya Strategi 4; Membuat kesepahaman atau MoU dengan

Kementerian Pertanian untuk tingkat Pusat dan dengan Kepala Dinas

Pertanian dan atau Kepala Badan Ketahanan Pangan Provinsi, Kabupaten

dan Kota untuk tingkat daerah.

Nota kesepahaman atau MoU sebagai dasar sinergitas antara Polri

dan Kementerian Pertanian khususnya Badan Ketahan Pangan baik di

tingkat Pusat maupun di tiap-tiap daerah otonom yaitu di Provinsi,

Kabupaten dan Kota. Sebagai bahan acuan misalnya MOU antara TNI dan

Kementerian Pertanian sudah ada yaitu Nomor : 13002/HK/130/F/04/2012

dan Nomor : KERMA/10/IV/ 2012 tanggal 13 April 2012 Dalam Rangka

Mewujudkan Ketahanan Pangan Nasional Melalui Program Pembangunan

Sektor Pertanian Sebagai Bentuk Pengabdian TNI Mendukung Program

Pemerintah. Berdasarkan acuan ini sesungguhnya Polri sebagai lembaga

Page 99: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

99

pemelihara kamtibmas dan penegak hukum melalui kebijakan dan strategi

perpolisian masyarakat sangatlah strategis untuk peduli terhadap masalah

peningkatan ketahanan pangan dari perspektif mencegah terjadinya

kejahatan dikarenakan kemiskinan maupun pengangguran atau ketiadaan

pangan atau sulitnya masyarakat untuk mengakses pangan karena

berbagai hal sebagai alasan. Kesepahaman tersebut diharapkan dapat di

operasionalisasikan di daerah-daerah otonom Provinsi, Kabupaten dan

Kota, sehingga walaupun MoU sudah dibuat di tingkat pusat, sebaiknya

juga masing-masing Kepolisian di Daerah melakukan MoU dengan

Pemerintahan setempat yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi

daerah masing-masing. Sebenarnya sejauh ini MoU antara Polri dan

Kementerian Pertanian sudah ada yang diwakili oleh Badan Karantina

Pertanian, tetapi tentang kerja sama hanya dibidang karantina hewan,

tumbuh-tumbuhan dan pengawasan hayati yang bersifat lebih kepada

penegakan hukum dari pada upaya peningkatan ketahanan pangan.

Sedangkan kerjasama dibidang ketahanan pangan yang bersifat lebih luas

dan menyentuh terhadap upaya-upaya peningkatan ketahanan pangan

sejauh ini memang belum ada.

Beberapa upaya yang dapat diambil antara lain :

a. Kapolri melalui program atau pemilihan strategi dan filosofi

Pemolisian Masyarakat membuat MoU atau Nota Kesepahaman

dengan Kementerian Pertanian dalam rangka membantu program

pemerintah mewujudkan ketahanan pangan mencapai surplus

beras 10 Juta Ton dan peningkatan produksi strategis lainnya

(jagung, kedelai, gula dan daging sapi) pada tahun 2014.

b. Kapolda dan Kapolres masing-masing daerah otonom

melakukan koordinasi dengan Gubernur, Bupati dan Walikota

sebagai pimpinan daerah otonom dan atau bisa langsung dengan

Kepala Badan Ketahanan Pangan masing-masing untuk

membahas masalah program surplus produk pangan utamanya

beras, kedelai, jagung, gula dan daging sapi serta mewujudkan

kerja sama dalam MoU sebagai landasan administrasi dan hukum

operasional.

Page 100: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

100

c. Polri di tiap-tiap daerah otonom, memberikan bantuan kepada

masing-masing Badan Ketahanan Pangan dalam hal penanganan

daerah-daerah yang mengalami rawan pangan seperti membantu

dalam distribusi pangan, membantu stabilitas harga dengan

“koordinasi” para pengusaha dibidang pangan ditiap-tiap daerah

untuk tidak mencari keuntungan yang tidak wajar dalam kesulitan

masyarakat serta koordinasi dengan Bulog setempat jika memiliki

Bolog khusus masalah sumber pangan beras.

d. Polri dalam hal ini para petugas Polmas memberikan bantuan

tehnis lainnya kepada Badan Ketahanan Pangan dan atau petani

langsung dalam hal misalnya menjadi petugas membantu

penyuluhan, memberikan akses pemodalan kepada pihak

perbankan yang resmi dan meniadakan sistem ijon melalui para

petugas Babinkamtibmas ataupun anggota Polri yang khusus

mengemban fungsi Polmas atau Bimmas.

e. Mabes Polri melalui Polda dan Polres secara khusus diwaktu-

waktu tertentu dalam setiap tahun yang disesuaikan dengan

perkembangan kondisi iklim daerah masing-masing melaksanakan

operasi bhakti Bhayangkara khusus dibidang pangan strategis

seperti menanam padi, kedelai, jagung, tebu (untuk daerah

produksi gula) maupun peternakan untuk menghasilkan daging

sebagai upaya nyata meningkatkan ketahanan pangan. Kegiatan

ini tentu saja dilakukan secara sinergi bersama pemangku

kepentingan lainnya sebagai upaya meyakinkan kesuksesan

operasi bhakti Bhayangkara tersebut.

BAB VII

PENUTUP

Page 101: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

101

28. Kesimpulan

Dari uraian dan pembahasan di atas maka beberapa hal dapat

disimpulkan dalam tulisan Kertas Karya Perorangan ini sebagai berikut :

a. Dari berbagai teori kepemimpinan, posisi seorang pemimpin

dalam suatu organisasi sangatlah strategis, karena pemimpinlah

yang akan membawa, mengarahkan dan menggerakkan seluruh

potensi dalam organisasi terutama dalam pencapaian tujuannya.

Lebih-lebih jika organisasi tersebut adalah suatu bangsa dan

negara, maka seorang pemimpian sangatlah penting, strategis dan

menentukan. Di Indonesia kepemimpinan yang berkaitan dengan

negara ini didifinisikan sebagai Kepemimpinan Nasional yang

dimaknakan sebagai kelompok pemimpin bangsa pada segenap

strata kehidupan nasional di dalam setiap gatra (Astagtra) pada

bidang atau sektor profesi baik di supra struktur, infra struktur dan

sub struktur, formal dan informal yang memiliki kemampuan dan

kewenangan untuk mengarahkan/ menggerakkan segenap potensi

kehidupan nasional (bangsa dan negara) dalam rangka pencapaian

tujuan nasional berdasarkan UUD N RI 1945 serta memperhatikan

dan memahami perkembangan lingkungan strategis guna

mengantisifasi berbagai kendala dalam memamfaatkan peluang.

Demikian juga hal dengan setiap pemimpin di lingkungan

organisasi Polri yang memiliki tugas pokok sebagai pemelihara

kamtibmas, penegak hukum dan pengayom, pelindung dan

pelayan masyarakat sangatlah strategis dan menentukan

bagaimana “warna” seorang pemimpin untuk menghantarkan agar

tujuan tugas pokok Polri pada setiap level atau tingkatan dapat

terwujud dan tercapai. Semua ini tentu saja guna memberikan

kontribusi penciptaan situasi dan kondisi yang aman, tentram dan

damai sehingga pembangunan nasional dan di tiap-tiap daerah

dapat berjalan dengan baik dalam rangka mensejahterakan

masyarakat Indonesia.

b. Pemimpin di lingkungan Polri adalah bagian dari pemimpin

nasional yang berarti pula dalam implementasi kepemimpinan pada

Page 102: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

102

setiap tingkatan di lingkungan Polri haruslah senantiasa berpikir

dan bertindak secara komprehensif dengan memperhatikan

bagian-bagian atau gatra-gatra yang lain serta integratif dalam arti

bersinergi satu sama lain dan holistik dalam mewujudkan situasi

yang aman, tentram dan damai sebagai bagian dari ketahanan

nasional. Dari analisis kepemimpinan nasional adalah sangat keliru

jika seorang pemimpin dalam suatu gatra tertentu dan dalam setiap

level berpikir sektoral untuk kesuksesan semata-mata gatra atau

bagian pekerjaan sektroral dengan mengorbankan sektor yang lain.

Demikian juga dengan kepemimpinan di lingkungan Polri haruslah

berpikir dan bertindak serta memperhatikan gatra atau sektor-

sektor yang lain untuk kesuksesan bangsa dan negara Indonesia.

c. Dalam pelaksanaannya, berdasarkan sejarah atau

perkembangan kepemimpinan ini senantiasa memiliki asas-asas

ataupun sifat-sifat utama yang harus dikembangkan oleh siapapun

yang menjadi pemimpin. Seperti misalnya pada masa Kerajaan

Singosari pada saat Rajanya Tungul Ametung sebagai Raja

Tumapel atau Singosari. Kendedes sebagai permaisuri Tunggul

Ametung mengembangkan ajaran atau asas-asas kepemimpinan

“Karma Pratama” atau “Delapan Laku Utama” dari ajaran Empu

Purwo. Asas-asas kepemimpinan “Karma Pratama” ini secara

singkat adalah : (1) Pandangan yang benar, (2) Pikiran yang benar,

(3) Bicara yang benar, (4) Tingkah laku yang benar, (5) Kehidupan

yang benar, (6) Usaha yang benar, (7) Ingatan yang benar dan (8)

Samadi yang benar. Ajaran Empu Purwo ini oleh Kendedes

dikembangkan dalam asas-asas kepemimpinan yang disebut

dengan “Dasa Paramita”, yaitu : (1) Dhana, bermurah hati kepada

sesama, (2) Sila, belaku susila, (3) Santi, damai tidak bergejolak,

(4) Sadhu, berbudi luhur, (5) Virya, penuh keperwiraan, (6) Prajna,

berpengetahuan atau bijaksana, (7) Upaya Kausalya, dinamis dan

giat berusaha, (8) Pranidana, bersemangat dan bercita-cita, (9)

Bala, mampu menggerakkan orang atau pasukan dan trengginas

Page 103: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

103

dan (10) Juana, bertanggung-jawab.36 Pada masa Majapahit ada

seorang Patih yang kemudian amat terkenal yaitu Patih Gajah

Mada. Patih Gajah Mada inilah kemudian mampu membangun

kerajaan Majapahit dengan mempersatukan Nusantara melalui

perwujudan sumpah beliau yang dikenal dengan “Sumpah Palapa”.

Pasukan Gajah Mada pada saat itu sebagai pasukan kerajaan

dinamakan Bhayangkara yang dalam perkembangannya Polri

mengadopsi nama ini untuk menamakan prajurit-prajurit Polri

sebagai Bhayangkara negara. Pada masa Gajah Mada memiliki

ajaran yang disebut “Catur Prasetya” yang nilai-nilainya ada 15

asas, yaitu : (1) Mijnana, bijaksana, (2) Mantri Wira, pembela

negara sejati, (3) Wicaksono-Ngnyo, mampu menganalisis dan

mengambil keputusan, (4) Tanggwan, dipercaya oleh anak buah,

(5) Satyo Bhakti Haprabu, loyal pada atasan, (6) Wakjnana, pandai

berpidato dan berdiplomasi, (7) Sajjawopasama, tidak sombong,

rendah hati dan manusiawi, (8) Dhirottsaha, rajin dan kreatif, (9)

Tan Lalana, gembira dan periang, (10) Disyacitta, jujur dan terbuka,

(11) Tan Satrisna, tidak egois, (12) Mashihi Samastha Bhuwana,

penyayang dan cinta alam, (13) Ginong Pratidina, tekun

menegakkan kebenaran, (14) Sumantri, abdi negara yang baik dan

(15) Hanyaken Musuh, mampu membinasakan musuh.37 Pada

perkembangannya Polri juga mengambil asas-asas Catur Prasetya

dari Gajah Mada ini sebagai pedoman kerja walaupun isisnya

sesuai dengan namanya hanya ada empat nilai-nilai, yaitu : (1)

Satya Habrabu (2) Hanyaken Musuh (3) Giniung Pratidina dan (4)

Tansa Trisna. Kemudian dalam perkembangannya Catur Prasetya

Polri ini berubah dalam pemaknaannya sebagaimana diuraikan di

atas dan dapat dilihat dalam lampiran.

d. Sebelum tahun 1998, Polri masih bergabung dengan ABRI,

maka asas-asas kepemimpinan yang dikembangkan dan

diimplementasikan adalah 11 Asas Kepemimpinan ABRI. Tetapi 36 Muladi dan Adi Sujatno, Traktat Etis Kepemimpinan Nasional dan Indeks Kepemimpinan Nasional Indonesia, Penerbit RMBOOKS, Cetakan ke IV, Jakarta, 2011, Hal. 174.37 Ibid, Hal. 175-176.

Page 104: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

104

kemudian setelah TNI dan Polri berpisah, maka sejak tahun 1998

tersebut sampai saat ini di lingkungan Polri belum ada perumusan

asa-asas kepemimpinan yang dapat menjadi pedoman dan

diimplementasikan. Belum adanya atau ketiadaan asas

kepemimpinan ini bukanlah berarti sama sekali tidak ada asas-asas

kepemimpinan yang diterapkan di lingkungan Polri. Sejatinya Polri

memiliki tugas pokok, memiliki pedoman hidup Tribrata dan

memiliki pedoman kerja Catur Prasetya (walaupun dalam

perjalanannya sudah ada perubahan pemaknaan). Polri juga

memiliki kode etik khusus untuk Polri, memiliki kode etik penyidikan

yang khusus dimiliki oleh para penyidik Polri. Kemudian di lembaga

pendidikan seperti AKPOL, PTIK, Sespimma, Sespimmen,

Sespimti dan Lemhannas diajarkan juga berbagai teori-teori

kepemimpinan maupun pelatihan-pelatihan pembentukan karakter

seorang pemimpin yang pada dasarnya diadopsi untuk kemudian

diimplementasikan oleh para pemimpin di setiap level di lingkungan

Polri. Didasarkan pada berbagai pembelajaran kepemimpinan,

khususnya kepemimpinan nasional, negarawan, kontemporer,

visioner maupun perpaduan dengan tugas pokok Polri, pedoman

hidup Tribrata dan pedoman kerja Catur Prasetya maupun

kepemimpinan yang dapat menjadi contoh dan teladan utama umat

manusia yaitu Nabi Muhammad SAW, maka menurut penulis

sangatlah penting merumuskan asas-asas kepemimpinan di

lingkungan Polri. Didasarkan pada atas keinginan “Membangun

Polri yang Rahmatan Lil Alamin Tahun 2020”, yang memilih atau

menentukan pada dua kritikal driving forces atau pada dua

pengungkit utama, yaitu Profrsionalisme dan Moralitas anggota

Polri. Kemudian dikaitkan dengan tugas pokok Polri dan fitrah atau

kodrat umat manusia diciptakan yaitu untuk kemaslahatan umat

manusia itu sendiri maupun bermanfaat bagi sesamanya umat

manusia serta bagi alam dan seisinya. Dalam surat Al Maida ayat

(42) dijelaskan yang artinya “pemimpin adalah seorang yang

mampu memberi manfaat bagi orang-orang yang dipimpinnya”.

Page 105: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

105

Demikan juga dalam surat Al Anbiya ayat (107) yang artinya “Dan

tidaklah kami kirim kamu (wahai Muhammad), melainkan untuk

menjadi rahmat bagi semesta alam”. Didasarkan pada pemaknaan

beberapa hal tersebut diatas dengan analisis teori PDB Triangle

atau Segitiga Positioning-Defferensiation-Brand, penulis

merumuskan atau menkristalisasikan asas-asas kepemimpinan di

lingkungan Polri sebagai sebuah style atau gaya dengan

penyebutan “Asas-asas Kepemimpinan yang Rahmatan Lil Alamin

(RLA) di Lingkungan Polri”. Berdasarkan kajian-kajian di atas maka

rumusan asas-asas kepemimpinan RLA di lingkungan Polri ini ada

10 (sepuluh) Asas, yaitu : (1) Bertaqwa, (2) Profesional atau

fatonah, (3) Akuntabel dan transfaran atau amanah, (4) Jujur atau

shiddig, (5) Komunikatif dan informatif atau tabligh, (6) Visioner, (7)

Adil, (8) Setia dan Berani, (9) Berjiwa besar atau Legowo, (10)

Pengayom, pelindung dan pelayan.

e. Disadari bahwa penamaan 10 asas kepemimpinan RLA di

lingkungan Polri ini bisa saja ada yang tidak setuju dikarenakan

penggunaan kata-kata “Rahmatan Lil Alamin”. Akan tetapi

penggunaan kata-kata tersebut semata-mata mengambil makna

yang terkandung didalamnya serta hakekat kedadiran polisi atau

tugas pokok Polri dimana kehadiran polisi sesungguhnya haruslah

memberikan rahmat atau mamfaat kepada sesamanya manusia

maupun bagi alam serta seisinya. Sesungguhnya penggunaan

kata-kata RLA sama saja seperti penggunaan kata-kata Tribrata

atau Catur Prasetya yang diambil dari kata-kata Sangsekerta

dimasa atau diera kerajaan Budha ataupun Hindu dimasa lalu,

yang dengan demikian bukanlah berarti pengambilan penamaan

tersebut sebagai sesuatu yang kebudha-budhaan atau kehindu-

hinduan, begitu juga dengan penggunaan istilah RLA. Tetapi jika

saja penggunaan istilah itu ada yang tidak setuju, bisa saja

digunakan istilah Kepemimpinan yang Melayani di Lingkungan

Polri, atau “10 Asas Kepemimpinan Yang Melayani di Lingkungan

Polri”. Penggunaan kata-kata melayani ini tentu saja didasarkan

Page 106: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

106

pada tugas pokok Polri untuk melayani masyarakat maupun makna

dari seorang pemimpin itu sendiri, yang dikatakan seorang

pemimpin yang besar, yaitu pemimpin yang harus melakukan

pelayanan/ to serve baik kepada bawahannya atau kepada

rakyatnya. Seoerang pemimpin yang besar harus senantiasa

bertanya secara terus menerus kepada diri sendiri, “Apakah saya

seorang pemimpin yang melayani atau seorang pemimpin yang

melayani diri sendiri atau bahkan ingin dilayani ?”.38

f. 10 Asas Kepemimpinan RLA di lingkungan Polri ini apabila

diimplementasikan khususnya dalam penegakan hukum peraturan

perundang-undangan yang berkaitan dengan pangan, maupun

dalam upaya-upaya yang nyata seperti keterlibatan perpolisian

masyarakat untuk ikut serta bersama-sama pemangku kepentingan

lainnya pada usaha produksi pangan, akan meningkatkan

ketahanan pangan. Peningkatan ketahanan pangan disini tidak

hanya pada sistem ketersediaan pangan saja seperti misalnya

terpeliharanya lahan pertanian pangan yang berkelanjutan,

sehingga produksi meningkat, tetapi juga pada sistem yang lain

yaitu keterjangkauan, konsumsi, pemberdayaan masyarakat

maupun manajemen. Pada sistem keterjangkauan pangan

misalnya lancarnya distribusi pangan yang dikarenakan seluruh

aparat kepolisian membantu kelancaran distribusi di lapangan,

yang biasanya sering dikeluhkan oleh pengusaha distribusi pangan

banyaknya pungutan liar, sehingga mengakibatkan biaya tinggi dan

harga pangan menjadi lebih tinggi. Dari sistem pemberdayaan

masyarakat, kontribusi yang dapat dilihat adalah keterlibatan para

kelompok tani seperti Gapoktan maupun kelompok masyarakat sipil

lainnya yang independent dan peduli terhadap petani dan nelayan

untuk ikut secara aktif meningkatkan harkat dan martabat dari para

petani dan nelayan sendiri.

29. Saran

38 Adi Sujatno, Teori Kepemimpian, Lemhannas R.I., Cetakan kedua, Jakarta, 2010, Hal. 10.

Page 107: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

107

a. Sungguhpun penulis sudah mencoba merumuskan ”10 Asas-

asas Kepemimpinan RLA di Lingkungan Polri”, disarankan kepada

Mabes Polri dalam hal ini Itwasum Polri, Asrena Kapolri, Kepala

Divisi Propam Polri khususnya Biro Profesi dan Divisi Hukum Polri

bersama Lemdikpol yang dapat diwakili oleh Sespimmen/ Sespimti

Polri merumuskan asas-asas kepemimpinan di lingkungan Polri.

Perumusan asas-asas kepemimpinan ini menjadi penting

dikarenakan bukan hanya karena belum adanya asas-asas

kepemimpinan yang dapat menjadi acuan dari setiap pemimpin

pada setiap level di lingkungan Polri, tetapi juga dikarenakan

adanya pemaknaan baru dari pada pedoman hidup Polri Tribrata

dan pedoman kerja Catur Prasetya. Perumusan asas-asas

kepemimpinan di lingkungan Polri disarankan juga haruslah

mampu mengadopsi nilai-nilai kepemimpinan nasional, negarawan,

kontemporer, visioner maupun tugas pokok Polri itu sendiri yang

pada dasarnya kehadiran organisasi Polri ditengah-tengah

masyarakat harus memberikan rahmat atau mamfaat kepada

sesamanya umat manusia maupun bagi alam Indonesia serta

seisinya dengan kemampuan pemberian pelayanan yang prima.

Karena itu disarankan juga penamaan asas-asas kepemimpinan di

lingkungan Polri itu nantinya adalah “asas-asas kepemimpinan

Rahmatan Lil Alamin di lingkungan Polri”.

b. Mabes Polri, khususnya Badan Pemeliharaan Keamanan

(Baharkam) Polri perlu membuat nota kesepahaman atau MoU

dengan Kementerian Pertanian sebagai ujud keikut sertaan Polri

melalui pelaksanaan tugas-tugas perpolisian masyarakat (Polmas)

bersama berbagai pemangku kepentingan untuk membantu negara

meningkatkan ketahanan pangan. Sungguhpun tugas pokok Polri

dibidang pemeliharaan kamtibmas dan penegakan hukum, tetapi

tugas-tugas menigkatkan ketahanan pangan melalui sistem

peningkatan ketersediaan pangan, keterjangkauan dan konsumsi

pangan adalah juga bagian dari tugas pemeliharaan kamtibmas

untuk secara dini Polri mengatasi penyebab-penyebab atau

Page 108: Web view... tentang “kepemimpinan pelayanan” yang pada dasarnya juga mendasari ... pengolahan, dan atau pembuatan makanan ... Pokja Bidang Studi Sistem Manajemen

108

permasalahan kamtibmas secara dini seperti masalah kemiskinan,

kebodohan ataupun pengangguran. Dengan meningkatnya

ketahanan pangan sampai kepada keluarga ataupun individu maka

permasalahan kamtibmas dengan sendirinya akan semakin

berkurang.

c. Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri dengan jajarannya

yaitu reserse di tingkat Polda, Polres dan Polsek perlu

menstrukturkan aparat penegak hukum dibidang perundang-

undangan yang berkaitan dengan pangan secara ad hok atau

setidaknya mengeluarkan suatu standar operasi prosedur khusus

di lingkungan Bareskrim Polri. Tujuannya adalah agar ada

keseriusan atau optimalisasi penegakan hukum peraturan

perundang-undangan yang berkaitan dengan pangan. Setiap Polda

perlu menargetkan untuk menindak orang-orang, korporasi maupun

pejabat yang telah mengalih fungsikan lahan pertanian pangan

misalnya sawah yang masih berpotensi produksi dengan baik,

tetapi dialih fungsikan menjadi komplek perumahan, pertokoan dan

lain-lain. Undang-undang yang dapat dipakai misalnya UU No. 41

Tahun 2009 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan maupun UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan

Ruang dan lain-lain yang berkaitan dengan pangan.

Jakarta, Oktober 2012

Peserta PPRA XLVIII/ 2012

Zulkarnain.Nomor Absen : 82