document

28
BAB IV PEMBAHASAN A. Sejarah Singkat Majalah Femina Femina memulai terbitan pertama pada tanggal 18 September 1972. Pada hari itu majalah Femina beredar dengan tiras 20.000 eksemplar, tebal 44 halaman, harga Rp.125,00 (seratus dua puluh lima rupiah). Sampul dan 16 halaman isinya berwarna. Walaupun tanpa gembar-gembor promosi atau iklan raksasa, edisi tersebut segera habisl terjual, dan akhirnya terbit setiap bulan. Sejak 7 Mei 1973, Femina (Nomor 8) telah berani terbit sebagai majalah dwimingguan dengan tebal 48 halaman. Kantor readaksi dan tata usaha yang semula menempati sebuah garasi dirasakan sudah terlalu sempit. Sebuah rumah tinggal berupa flat di lantai tiga di Jl. Kebon Kacang Raya akhirnya di rombak menjadi kantor pertama. Majalah Femina secara konsisten melaksanakan visi dan misi perbaikan wanita yang dimulainya dari sektor pengembangan diri, rumah tangga, dan keluarga, sampai pada tingkat kepedulian bermasyarakat dan bernegara. Pemimpin Redaksi majalah Femina pertama adalah Mirta Kartohadiprodjo (1972-1982) dikenal juga sebagai seorang pendiri dan kemudian menjadi pimpinan seluruh badan penerbit 5 majalah wanita dalam Femina Group (Femina, Gadis, Ayahbunda, Dewi dan Sartika), dan Reporter pertama Femina adalah Noesreini, saat itu mahasiswa tingkat skripsi di Universitas Padjadjaran Jurusan Komunikasi, dan kini telah menjadi Pemimpin Redaksi majalah Sartika, majalah termuda dalam

Upload: agus-kurniawan

Post on 22-Nov-2015

24 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • BAB IV

    PEMBAHASAN

    A. Sejarah Singkat Majalah Femina

    Femina memulai terbitan pertama pada tanggal 18 September 1972. Pada hari

    itu majalah Femina beredar dengan tiras 20.000 eksemplar, tebal 44 halaman, harga

    Rp.125,00 (seratus dua puluh lima rupiah). Sampul dan 16 halaman isinya berwarna.

    Walaupun tanpa gembar-gembor promosi atau iklan raksasa, edisi tersebut segera

    habisl terjual, dan akhirnya terbit setiap bulan.

    Sejak 7 Mei 1973, Femina (Nomor 8) telah berani terbit sebagai majalah

    dwimingguan dengan tebal 48 halaman. Kantor readaksi dan tata usaha yang semula

    menempati sebuah garasi dirasakan sudah terlalu sempit. Sebuah rumah tinggal

    berupa flat di lantai tiga di Jl. Kebon Kacang Raya akhirnya di rombak menjadi

    kantor pertama.

    Majalah Femina secara konsisten melaksanakan visi dan misi perbaikan

    wanita yang dimulainya dari sektor pengembangan diri, rumah tangga, dan keluarga,

    sampai pada tingkat kepedulian bermasyarakat dan bernegara.

    Pemimpin Redaksi majalah Femina pertama adalah Mirta Kartohadiprodjo

    (1972-1982) dikenal juga sebagai seorang pendiri dan kemudian menjadi pimpinan

    seluruh badan penerbit 5 majalah wanita dalam Femina Group (Femina, Gadis,

    Ayahbunda, Dewi dan Sartika), dan Reporter pertama Femina adalah Noesreini, saat

    itu mahasiswa tingkat skripsi di Universitas Padjadjaran Jurusan Komunikasi, dan

    kini telah menjadi Pemimpin Redaksi majalah Sartika, majalah termuda dalam

  • Femina Group. Sementara penulis pertamnya adalah Anna Massie, dikenal sebagai

    seorang penulis buku anak-anak yang bergabung sejak edisi nomor 3 (November

    1972). Pada tahun 1981, beberapa nomor setelah Femina menetapkan untuk terbit

    sebagai satu-satunya majalah wanita yang terbit mingguan.

    Menurut Mirta Kartohadiprodjo presiden direktur Femina Group dan juga

    pendiri majalah Femina, Kelahiran femina tidak lepas dari situasi ekonomi Indonesia

    saat itu. Investasi asing mulai masuk. Ekonomi Indonesia mulai bergerak. Pada saat

    yang sama, perempuan muda lulusan perguruan tinggi tidak puas hanya mengurus

    rumah tangga dan anak saja. Sementara, pekerjaan yang tersedia untuk perempuan

    saat itu sangat terbatas. Indonesia kekurangan tenaga terdidik. Femina menyiapkan

    perempuan muda masuk kelapangan kerja. Hingga sejauh ini femina berusaha

    memuaskan kaum perempuan dengan memenuhi kebutuhannya lewat teknologi.

    Media internet sebagai penyalur pesan perjuangan perempuan. Majalah ini semakin

    memperlihatkan feminitasnya secara tegas, Perempuan yang ditampilkannya adalah

    perempuan yang berani memilih, berani menikmati feminitasnya, dan berani

    menikmati hidup dengan segala keindahannya, tetapi tidak melupakan isu-isu sosial.

    Femina mampu bertahan meskipun berbagai majalah baru lahir, termasuk saat

    majalah waralaba dari luar negeri hadir di sini, televisi mendominasi dunia media

    massa, dan kemudian disusul internet.

    Ada empat sosok perempuan yang membentuk Femina hingga saat ini. Mirta

    artohadiprodjo dan Widarti Gunawan mendirikan majalah ini dan erturut-turut

    mereka bergantian menjadi pemred, masing-masing selama 10 tahun dan 17 tahun.

  • Setelah itu Dewi Dewo mengemudikan Femina 1999-2002), disusul Petty dari 2002

    hingga sekarang.

    Landasan Ideal Majalah Femina

  • I. Majalah wanita yang ditujukan terutama pada kaum wanita middle-class yang

    berpendidikan paling sedikit/rendah SMA, Yaitu: young housewife, wanita

    bekerja, remaja berumur antara 15 40.

    II. Tujuan :

    Menyajikan bahan bacaan pengisi waktu luang yang bermanfaat, yang sifatnya:

    a. Informatif bukan didaktik kering, tetapi penyajian harus segar.

    b. Hiburan

    c. Membangkitkan daya kreatifitas

    d. Meluaskan pandangan kaum wanita dari kehidupan rumah tangga,

    kelingkungan masyarakat yang luas.

    III. Gaya Penulisan

    Sederhana, jelas dan dari hati ke hati, yang terutama harus timbul kontak antara

    penulis dan pembaca.

    Landasan ini di buat pada 1 Juni 1972.

    B. Analisis

    Dalam analisis ini peneliti menggunakan penafsiran logika, hubungan

    kenyataan dengan jenis dasarnya : icon (ikon), index (index), symbol (simbol), yang

  • dikemukakan oleh santosa dalam Analisis Teks Media (Sobur, 2001:97),

    Pemahaman akan struktur semiosis menjadi dasar yang tidak bisa ditiadakan bagi

    penafsir dalam upaya mengembangkan pragmatis. Seorang penafsir yang jeli dan

    cermat pasti melihat sesuatunya dengan jalur logika.

    Dalam penelitian ini penulis memberikan penjelasan kepada hasil analisis foto

    cover. Penulis secara deskriptif melakukan analisis terhadap foto cover pada majalah

    Femina pada edisi Februari 2008.

    Merujuk pada teorinya Pierce (North, 1995:45) maka tanda-tanda dalam

    gambar dapat dilihat dari jenis tanda yang digolongkan dalam semiotik. Diantaranya :

    ikon, indeks dan simbol.

    Keempat foto cover yang penulis akan tampilkan, penulis akan mencari dari

    icon, index dan symbol, yang dapat menggambarkan makna foto dan unsur-unsur

    kategori Feminisme sebagai berikut :

    Foto Cover 1

  • Ket :Edisi tanggal 07-13 Februari 2008 Nomer. 06/XXXVIPanjang Cover : 28,3cm Lebar Cover : 21,5cmKetebalan kertas : 80 mg

    Foto Cover I diterbitkan pada bulan Februari 2008 tanggal 07 Februari 2008 Nomer. 06/XXXVI dengan Model Cover : Wenny dan Elen Alexander.

  • a. Icon

    Pada Foto Cover Edisi ini Femina menggunakan dua model wanita cantik yang

    cukup ternama yaitu Wenny dan Ellen Alexander untuk menarik perhatian para

    pembaca. Pada edisi ini bertepatan dengan Imlek sehingga Femina menampilkan

    wanita yang memiliki wajah sedikit oriental.

    Pada edisi ini foto cover majalah Femina menggambarkan dengan dua model wanita

    cantik berwajah oriental dengan make up, di tambah pewarna pipi, eye shadow dan

    lipstik di wajahnya menggunakan busana berwana merah cerah untuk menarik

    perhatian para pembacanya. Kedua model tersebut menampilkan kesan senyuman,

    berdiri saling berdekatan meletakkan sebagian tangannya di pinggul. dan terlihat

    berani dari warna pakaian yang dikenakan di tambah lagi warna pada baground yang

    sesuai dengan warna pakaian yang digunakan kedua model tersebut.

    b. Index

    Pada foto cover ini terdapat penandaan yang ditimbulkan dalam bentuk indeks.

    Penulis memprediksi bahwa dalam foto cover edisi ini terdapat nuansa Feminisme.

    Dapat dilihat dari karakter kedua model yang ditampilkan yaitu kedua-duanya wanita,

    kemudian warna baground dan busana yang disajikan berwarna merah memberi kesan

    keberanian.

    Sebagaimana warna merah adalah The Power Of Red warna merah adalah warna yang

    paling kuat dari semua warna. Warna merah akan memberikan kesan kekuatan, rasa

  • ingin tahu yang tinggi, cinta dan kepemimpinan. (Majalah Paras No.20 Edisi Mei

    2005)

    Di cover ini terkesan bahwa wanita juga punya keberanian rasa ingin tahu yang tinggi

    dan sanggup menjadi pemimpin.

    c. Simbol

    Dalam foto cover majalah Femina edisi ini terdapat dua model wanita cantik

    berwajah oriental yang mengenakan busana berwarna merah. Simbol warna merah

    dengan gerak tangan kedua model yang diletakkan di pinggul seakan-akan

    memberikan kesan menantang dan berkuasa, serta baground dan warna busana yang

    dikenakan berwarna merah memberi kesan kuat dan berani, warna yang ditimbulkan

    terlihat cerah dan menarik perhatian untuk dilihat.

    d. Feminisme

    Pada foto cover majalah Femina edisi ini dapat penulis bahwa majalah Femina

    menampilkan dua wanita pada foto cover edisi ini, dilatari dengan nuansa warna

    pakaian dan baground cover berwarna merah, menandakan dominasi dan keberanian

    dua sosok wanita yang tampil pada foto cover edisi tersebut. Dapat penulis prediksi

    bahwa majalah Femina edisi ini menampilkan sisi Feminisme atau persamaan hak

    dengan kaum laki-laki Indonesia, yaitu bahwa wanita pantas untuk tampil dan punya

    hak untuk tampil di publik dan berhak memiliki media tersendiri untuk para wanita di

    Indonesia sebagaimana diungkapkan oleh pemimpin redaksi majalah Femina yaitu

    Ibu Petty S. Fatimah dalam wawancaranya dengan penulis yang mengatakan bahwa

  • wanita Indonesia harus punya media tersendiri untuk menyampaikan perjuangan-

    perjuangannya kepada publik.

    Secara umum feminisme adalah ideologi untuk mencapai kesetaraan politik, sosial,

    dan pendidikan antara perempuan dan laki-laki, gerakan ini muncul pertama kali di

    Eropa dan AS.

    Secara umum, Maggie Humm (1990) menjelaskan feminisme sebagai sebuah ideologi

    pembebasan perempuan karena yang melekat dalam semua pendekatannya adalah

    keyakinan bahwa perempuan mengalami ketidakadilan karena jenis kelaminnya,

    karena ia adalah perempuan.

    Dari foto cover tersebut penulis menafsirkan adanya tanda (sign) tentang feminisme

    yang diperlihatkan melalui foto cover edisi ini lewat pose, warna, dan bahasa tubuh

    yang digunakan.

    Ikon Indeks SimbolPada foto cover majalah Femina edisi ini mengambarkan dua wanita cantik dengan wajah oriental dihiasi make up tebal di tambah eye shadow, pewarna pipi dan lipstik mengenakan busana berwarna merah berdiri saling berdekatan memberikan senyuman dengan tangan di letakan pada pinggul.

    Pada foto cover ini terdapat penandaan dalam bentuk indeks. Dalam hal ini kedua model berpose saling berdekatan tersenyum dan meletakkan tangannya tepat di pinggulnya, sehingga unsur Feminismenya ada pada pos