www bi go id

22
E XECUTIVE S UMMARY H ASIL P ENELITIAN P OTENSI , P REFERENSI , DAN P ERILAKU M ASYARAKAT T ERHADAP B ANK S YARIAH : S TUDI P ADA W ILAYAH P ROPINSI J AWA T IMUR K ERJASAMA B ANK I NDONESIA DENGAN P USAT P ENGKAJIAN B ISNIS DAN E KONOMI I SLAM F AKULTAS E KONOMI U NIVERSITAS B RAWIJAYA NOVEMBER 2000

Upload: windi-widia-thea

Post on 24-Jul-2015

152 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: www bi go id

EEXX EE CC UU TT II VV EE SSUU MM MM AA RR YY

HHAA SS IILL PPEENNEELL IITTII AANN

PPOOTT EE NNSS II ,, PPRREE FF EERR EENNSS II ,, DDAA NN PPEERR II LLAAKK UU

MMAASS YY AA RRAA KKAATT TTEE RR HHAA DDAA PP BBAANN KK SSYYAA RR IIAA HH:: SSTT UUDD II PPAADD AA WWIILL AA YYAA HH PPRROO PP IINNSSII JJAAWW AA TTII MM UURR

KK EE RR JJ AA SS AA MM AA

BB AA NN KK II NN DD OO NN EE SS II AA

DD EE NN GG AA NN

PP UU SS AA TT PP EE NN GG KK AA JJ II AA NN BB II SS NN II SS DD AA NN EE KK OO NN OO MM II II SS LL AA MM FF AA KK UU LL TT AA SS EE KK OO NN OO MM II

UU NN II VV EE RR SS II TT AA SS BB RR AA WW II JJ AA YY AA

NNOOVVEEMMBBEERR 22000000

Page 2: www bi go id

2

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penelitian tentang perilaku, karakteristik, dan persepsi masyarakat terhadap

bank syari’ah khususnya di Indonesia masih sangat terbatas. Namun penelitian

pendahuluan yang dilakukan Wibisana dkk. (1999) di Jawa Timur secara sederhana

dapat memberikan gambaran tentatif tentang perilaku dan persepsi masyarakat

terhadap bank syari’ah. Penelitian lain tentang masalah yang sama dilakukan di Jordan

oleh Erol dan El-Bdour (1989) dan El-Bdour (1984).

Studi pendahuluan Persepsi Masyarakat tentang BPR Syari’ah di Jawa Timur

(Wibisana dkk. 1999)1 menunjukkan adanya keberagaman persepsi masyarakat

terhadap bank syari’ah. Pemahaman tentang bunga, misalnya, menunjukkan bahwa

sebagian besar (yaitu 55%) masyarakat (responden) mengatakan halal. Persepsi tersebut

didukung oleh sebagian ulama dan santri yang mengatakan bahwa bunga bank

hukumnya halal. Dari seluruh responden yang berjumlah 60 orang hanya 10% yang

mengatakan haram, selebihnya mengatakan subhat dan tidak tahu. Dari temuan

tersebut dapat diketahui bahwa ada indikasi bahwa masyarakat belum memahami

keberadaan bank syari’ah. (Wibisana dkk. 1999, 43-8; cf. Erol dan El-Bdour 1989; El-

Bdour 1984).

Temuan di atas sebetulnya tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan oleh Erol

dan El-Bdour (1989). Penelitian yang dilakukan di Jordan tersebut menunjukkan bahwa

masyarakat sebetulnya lebih berioentasi pada profit daripada agama. Dengan kata lain,

motivasi agama bukan merupakan faktor dominan yang dipertimbangkan untuk

memilih bank syari’ah, tetapi motivasi yang kuat adalah berdasarkan pada motif profit-

oriented (Erol dan El-Bdour 1989, 33). Temuan ini juga memperkuat hasil penelitian El-

Bdour (1984) sebelumnya.

Apa yang diungkapkan di atas merupakan sebuah potret tentang persepsi

masyarakat terhadap bank syari’ah. Namun demikian, pemahaman masyarakat tentang

bunga hanya merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi preferensi masyarakat

terhadap bank syari’ah. Penelitian yang lebih mendalam dan lengkap masih sangat

1 Studi tersebut dilakukan atas kerjasama antara Centre for Business and Islamic Economics Studies (CBIES) Fakultas Ekonomi Unibraw dengan Bank Indonesia Pusat)

Page 3: www bi go id

3

diperlukan untuk mengetahui preferensi dan perilaku masyarakat terhadap bank

syari’ah.

Studi lebih lanjut perlu mempertajam seberapa besar masyarakat yang: (i) hanya

bersedia berhubungan dengan bank syari’ah dan tidak bersedia berhubungan dengan

bank konvensional, (ii) berpendirian bahwa tidak ada masalah dalam penggunaan jasa

dan produk bank konvensional yang menerapkan sistem bunga, serta (iii) bermotif

ekonomi dan kualitas pelayanan. Di samping itu juga perlu dilakukan penelitian

tentang variabel apa saja yang mempengaruhi preferensi masyarakat terhadap bank

syari’ah (BI 2000, 2). Penelitian ini penting untuk memberikan masukan bagi Bank

Indonesia dalam menetapkan kebijakan, terutama tentang perbankan syari’ah di

Indonesia.

1.2. Tujuan Penelitian

1. Menjelaskan bahwa perilaku masyarakat terhadap bank konvensional dipengaruhi

oleh faktor karakteristik masyarakat dan stimuli pasar

2. Menjelaskan bahwa perilaku masyarakat terhadap bank syari’ah dipengaruhi oleh

faktor karakteristik masyarakat dan stimuli pasar

3. Mengetahui bahwa beberapa variabel karakteristik masyarakat dan stimuli pasar

berpengaruh secara dominan terhadap perilaku masyarakat yang bertransaksi

dengan bank syari’ah

4. Menjelaskan bahwa potensi ekonomi suatu daerah dan preferensi masyarakat

merupakan faktor penentu terhadap pengembangan bank syari’ah

1.3. Keluaran

Keluaran yang dihasilkan oleh penelitian ini adalah tentang:

1. Profil dan karakteristik masyarakat yang berpreferensi terhadap bank syari’ah

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk memilih bank syari’ah dan

bank konvensional

3. Faktor-afktor yang paling dominan mempengaruhi masyarakat untuk memilih bank

syari’ah

Page 4: www bi go id

4

4. Daerah di Jawa Timur yang memiliki preferensi tinggi untuk memilih bank syari’ah

berikut kondisi ekonomi dan budayanya

1.4. Cakupan Penelitian

Penelitian ini mencakup 15 Dati II di Jawa Timur, yaitu: Malang, Tuban, Jember,

Lumajang, Gresik, Sidoarjo, Surabaya, Kediri, Jombang, Pasuruan, Probolinggo,

Ponorogo, Pamekasan, Situbondo, dan Banyuwangi.

Responden penelitian untuk masing-masing daerah sebesar 100 orang (90 orang

dari masyarakat individual dan 10 dari masyarakat perusahaan) dengan total

responden sebanyak 1503.

Hal yang diteliti mencakup perilaku pengambilan keputusan, karakteristik

masyarakat (aspek sosial, budaya, personal, dan psikologis), stimuli pemasaran

(produk, harga, lokasi, dan promosi), serta stimuli ekonomi.

II. METODE PENELITIAN

Penelitian ini pada dasarnya adalah penelitian deskriptif dan kuantitatif.

Penelitian deskriptif digunakan untuk menjelaskan bahwa potensi ekonomi adalah

bagian yang melingkupi perkembangan bank syari’ah. Sedangkan yang kualitatif

menjelaskan pengaruh Karakteristik Masyarakat dan Stimuli Pasar terhadap Perilaku

Masyarakat terhadap bank syari’ah.

Penelitian ini menggunakan pendekatan teori pemasaran yang dikembangkan

oleh Kotler (1997) dengan kerangka sebagai berikut:

Page 5: www bi go id

5

2.1. Variabel Penelitian

Variabel-variabel penting dalam penelitian ini adalah perilaku masyarakat

(customer behavior), karakteristik masyarakat (customer characteristics), stimuli pasar

(marketing stimuli), dan stimuli lainnya (other stimuli).

Perilaku Masyarakat (customer behavior) adalah proses pengambilan keputusan

dan aktivitas fisik yang dilakukan oleh seseorang dalam menilai, memperoleh,

menggunakan, atau meninggalkan produk dan jasa (Loudon dan Bitta 1993, 5).

Indikator dari Perilaku Masyarakat ini adalah penentuan kebutuhan/masalah (problem

recognition), pencarian informasi (information search), penilaian alternatif (evaluation of

alternatives), keputusan membeli (purchase decision), dan perilaku pascapembelian

(postpurchace behavior).

Karakteristik Masyarakat (customer characteristics) adalah sifat-sifat masyarakat

yang mempengaruhi proses keputusan untuk membeli produk atau jasa. Karakteristik

masyarakat, bersifat kultural, sosial, personal, dan psikologis (Kotler 1997, 172). Oleh

karena itu, variabel ini dipecah ke dalam empat dimensi, yaitu: dimensi kultural, sosial,

personal, dan psikologis.

Stimuli Pasar (marketing stimuli) adalah faktor pemasaran yang mendorong

seseorang untuk melakukan suatu tindakan transaksi ekonomi. Variabel ini memiliki

empat dimensi, yaitu: dimensi product, price, place, dan promotion (lihat Kotler 1997, 92).

Marketing Stimuli • Product • price • promotion • place Other Stimuli • Economy

Bank customer’s

characteristics •

Cultural •

Social •

Personal • Psychological

Bank

customer’s decisions process

Page 6: www bi go id

6

Stimuli Lainnya (other stimuli) faktor lain yang juga mempunyai kekuatan untuk

mendorong seseorang dalam mengambil keputusan ekonomi. Stimuli ini memiliki

empat dimensi, yaitu: dimensi ekonomi, teknologi, politik, dan budaya (lihat Kotler

1997, 172). Dalam penelitian ini, untuk penyederhanaan, dimensi yang digunakan

adalah dimensi ekonomi. Indikatornya adalah: tingkat pendapatan, potensi bisnis sektor

riil, dan sektor keuangan. Variabel ini digunakan untuk memberikan deskripsi tentang

potensi ekonomi yang diperkirakan berpengaruh terhadap perkembangan bank

syari’ah.

2.2. Uji Instrumen Variabel

Indikator-indikator yang telah disebut di atas, secara empiris dan statistik perlu

diuji keabsahannya. Mengingat tidak semua indikator yang diajukan dalam suatu

variable secara empiris signifikan mewakili variable yang dimaksud. Untuk keperluan

ini, maka analisis faktor akan dikemukakan dalam studi ini sehingga variable yang akan

dianalisis sehingga studi ini benar-benar merupakan visualisasi variable yang

diharapkan.

2.3. Analisis Data

Studi ini menganalisis data secara berganda yang meliputi analisis deskriptif dan

analisis kuantitatif. Analisis deskriptif diperlukan guna untuk menjelaskan atau

menjawab masalah yang pertama, bahwa fenomena sosial dan ekonomi bisa dipakai

sebagai dasar atau landasan berpijak dalam rangka membuat atau merumuskan suatu

kebijakan yang berkaitan dengan upaya pengembangan perbankan syariah, khususnya

di daerah penelitian.

Sedangkan metode kuantitatif, diperlukan untuk menjawab masalah kedua,

ketiga, dan ke empat dalam studi ini. Analisis metode kuantitatif yang dimaksud

adalah analisis Faktor dan dilanjutkan ke analisis Logit/Probit.

Analisis Faktor, diperuntukkan bagi penyederhanaan atau pengelompokkan

beberapa indikator yang berkaitan dengan variable karakteristik pelaku ekonomi.

Mengingat di antara berbagai indikator dimungkinkan untuk terjadinya korelasi, maka

perlu dilakukan reduksi terhadap berbagai indikator untuk menjadi variable atau

faktor. Analisis Logit/probit tidak ubahnya sebagaimana analisis regresi, yang salah

Page 7: www bi go id

7

satu asumsinya adalah bahwa di antara variabel atau faktor penjelas tidak boleh ada

korelasi. Sehingga dengan analisis faktor akan diperoleh variable yang tidak lagi

berinteraksi (tidak ada korelasi). Dengan demikian, pada saat menginjak ke analisis

Logit/Probit satu permasalahan klasik sudah teratasi.

III. PROFIL RESPONDEN

Responden penelitian ini terdiri dari dua jenis, yakni responden anggota

masyarakat secara individual (responden individual) dan responden perusahaan. Total

responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah 1503 responden, yang terdiri

dari 1353 responden individual dan 150 responden perusahaan. Responden sejumlah

tersebut diambil dari 15 daerah di Jawa Timur yakni: Malang, Tuban, Jember,

Lumajang, Gresik, Sidoarjo, Surabaya, Kediri, Jombang, Pasuruan, Probolinggo,

Ponorogo, Pamekasan, Situbondo, dan Banyuwangi.

Responden Masyarakat Individual

Sebanyak 1353 responden individual berpartisipasi dalam penelitian ini. Dari

jumlah tersebut sebanyak 936 (69,2%) responden berjeniskelamin laki-laki dan 417

(30,8%) berjeniskelamin perempuan.

Usia dan pengalaman hidup seseorang merupakan faktor penting yang dapat

mempengaruhi persepsi. Oleh karena itu penelitian ini berusaha mendapatkan data

mengenai usia responden. Berdasarkan kategori usia ini, mayoritas responden berada

pada kelompok usia produktif (17 hingga 46 tahun) yakni sebesar 74%. Dalam

penelitian ini, peneliti telah berusaha untuk melaksanakan pengambilan sampel secara

random, dengan harapan dapat dilibatkan responden dari berbagai agama/kepercayaan

yang berbeda. Sebanyak 1351 responden bersedia menjawab pertanyaan tentang

agama/kepercayaan mereka, dan diketahui bahwa mayoritas responden adalah umat

Islam (94,6%).

Penelitian ini berusaha menjangkau daerah penelitian di wilayah kota dan desa.

Dengan cara ini diperoleh hasil bahwa mayoritas responden (50,7%) bertempat tinggal

di kota, 23,1% tinggal di pinggiran kota, dan 26,1% tinggal di desa.

Berdasarkan suku bangsanya, mayoritas respoden (79,3) mengaku bersuku

bangsa Jawa, diikuti oleh suku Madura (14,8%).

Page 8: www bi go id

8

Berdasarkan tingkat pendidikannya, diperoleh data bahwa mayoritas responden

(86%) berpendidikan SMTA dan Perguruan Tinggi. Besarnya jumlah responden yang

menyatakan pernah kuliah di Perguruan Tinggi (580) atau sudah lulus Program D3, S1

atau S2 barangkali akan membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner

penelitian ini secara akurat.

Berdasarkan penghasilan rata-rata per bulan, respoden penelitian ini mayoritas

adalah anggota masyarakat yang termasuk berpenghasilan “rendah” dan “menengah”.

Berdasarkan data yang disajikan berikut ini, dapat dilihat bahwa mayoritas responden

berpenghasilan kurang dari Rp1.000,000 per bulan. Untuk ukuran biaya hidup di Jawa

Timur, untuk mereka yang sudah berkeluarga dan dengan memperhatikan mahalnya

biaya hidup saat ini, penghasilan sebesar itu termasuk kategori “cukup”.

Berdasarkan besarnya penghasilan dan konsumsi sebagaimana disebutkan

sebelumnya, penelitian ini menemukan bahwa 649 (48%) responden menyatakan

mampu menabung secara rutin. Umumnya mereka menabung di Bank Konvensional.

Hanya 33 (2,4%) responden yang menyatakan pernah menabung di Bank Syari’ah.

Tingkat pemahaman responden terhadap bank Syariah juga sangat minim, yaitu hanya

131 (9,7%) responden yang menyatakan memahami produk-produk Bank Syariah.

Penelitian ini juga menanyakan tentang pendapat masyarakat bilamana layanan

Bank Syariah dibuka pada counter terpisah di Bank Konvensional. Terhadap pertanyaan

ini, hanya 430 (31,8%) responden yang menyatakan setuju.

Dari 1353 responden individual, ternyata hanya 494 (36,51%) yang berminat atau

memiliki preferensi ke Bank Syariah, dan mereka bertempat tinggal di Daerah Tuban

dan Situbondo.

Responden Perusahaan

Sebanyak 150 respoden perusahaan berpartisipasi dalam penelitian ini.

Kuesioner untuk responden perusahaan ini diberikan kepada pemilik atau pimpinan

perusahaan yang ditemui oleh peneliti di daerah penelitian.

Dari 150 responden perusahaan, mayoritas (60,7%) di antara adalah perusahaan

perorangan yang berlokasi di kota (54,7%) dan pinggiran kota (26,7%) dengan jenis

usaha perdagangan (38%), industri (30%), dan jasa (26%).

Page 9: www bi go id

9

Berdasarkan jumlah asetnya, mayoritas responden perusahaan ini (70%) adalah

perusahaan “menengah ke bawah” yang memiliki aset kurang dari Rp500.000.000,00

dengan omzet penjualan di bawah Rp. 500.000.000,00 sebanyak 74% dan jumlah

pegawai di bawah 50 orang sebanyal 51,4%. Mayoritas dari responden perusahaan ini

memiliki struktur permodalan yang bagus, 70% responden menyatakan bahwa hutang

mereka kurang dari 25% dari modal sendiri.

Di antara 150 responden perusahaan yang diambil dari 15 daerah penelitian,

ternyata hanya 36,6% yang memiliki preferensi terhadap bank syari’ah. Daerah

responden perusahaan yang memiliki preferensi yang cukup tinggi adalah Malang

(70%), Lumajang (60%), dan Surabaya (60%).

III. Perilaku Masyarakat yang Berpreferensi pada Bank Syari’ah

Bagian ini memfokuskan diri pada responden yang memiliki preferensi

terhadap bank syari’ah dan ditulis dengan tujuan untuk memahami perilaku mereka

sehingga mereka memilih preferensi terhadap bank syari’ah.

Masyarakat Individual

Penelitian ini memberikan informasi bahwa masyarakat individual yang

memiliki preferensi terhadap bank syari’ah, sebagian besar adalah mereka yang

beragama Islam (97,5%), sedangkan sisanya (2,5%) beragama Kristen dan Katolik.

Proporsi responden non-muslim yang tertarik terhadap bank syari'ah terhadap seluruh

responden yang memiliki preferensi terhadap bank syari'ah memang masih kecil, yaitu

sebesar 2,5%.

Fenomena di atas menandakan bahwa orang Islam sampai saat ini masih tetap

menjadi tumpuan bagi nasabah bank syari'ah, meskipun tidak menutup kemungkinan

pada masa yang datang masyarakat non-muslim memasuki bank syari’ah.

Untuk katagori responden yang sudah menjadi nasabah bank syari'ah, sebagian

besar daripadanya (53, 8%) bertempat tinggal di desa. Sementara itu yang

berkedudukan di kota dan di pinggiran kota, proporsinya sama yaitu masing-masing

sebesar 23,1%. Namun demikian ini bukan berarti bahwa masyarakat desa lebih

berpeluang untuk menjadi nasabah bank syari'ah. Fenomena ini harus diartikan secara

Page 10: www bi go id

10

hati-hati, mengingat sampai pada saat ini di Jawa Timur hanya ada empat bank syari'ah

dan beberapa di antaranya berkedudukan jauh dari kota (untuk Malang berkedudukan

di Bululawang dan untuk Pasuruan berada di Gempol, dan Jember di Mangli). Jadi

banyaknya nasabah bank syari'ah yang berkedudukan di desa lebih disebabkan karena

kedudukan bank syari'ah itu sendiri yang cukup jauh dari ibukota kabupaten atau kota

madya.

Sebaliknya untuk masyarakat yang memilki preferensi bank syari'ah tetapi

belum menjadi nasabah bank syari'ah, sebagian besar (46,3%) berkedudukan di kota.

Sedangkan yang berkedudukan pinggir kota dan di desa jumlahnya relatif cukup

rendah yakni sebesar 24,7% untuk yang berkedudukan di pinggir kota dan 28,9%

berkedudukan di desa. Relatif tingginya kategori responden non nasabah bank syari'ah

yang bertempat tinggal di kota menggambarkan bahwa potensi nasabah bank syari'ah

masih tetap di kota. Hal ini tidak mengherankan mengingat kegiatan ekonomi di kota

lebih kuat dan lebih dinamis dari pada di pedesaan, sehingga masyarakat kota lebih

“bankable” dari pada masyarakat desa.

Dari data yang lain juga diketahui bahwa responden yang menjadi nasabah bank

syari'ah memilki tingkat pendidikan yang jauh lebih baik dari pada responden non

nasabah bank syari'ah. Ini merupakan fakta yang agak mengagetkan karena umumnya

diyakini bahwa mereka yang berhubungan dengan bank syari'ah lebih banyak

didasarkan pada ikatan emosional semata. Tetapi dengan melihat tingkat pendidikan

yang cukup baik, hampir 70% di antaranya telah mengenyam pendidikan tinggi, maka

fenomena tersebut lebih tepat diartikan sebagai tingkat kesadaran mereka untuk

menerapkan ajaran agama secara lengkap (ingat bahwa dari pembahasan mengenai

agama responden, semua yang menjadi nasabah bank syari'ah adalah beragama Islam).

Ini barangkali sebuah cerminan dimana sebenarnya masih ada orang Islam diantara kita

yang ingin melaksanakan ajaran Islam secara lengkap. Meskipun orang semacam ini

jumlahnya tidak banyak. Seperti diungkapkan pada bab terdahulu bahwa jumlah

responden individual sebanyak 1353 orang dan hanya 13 orang diantaranya menjadi

nasabah bank syari'ah, suatu jumlah yang sangat kecil.

Responden nasabah bank syari'ah sebagian besar berprofesi sebagai pedagang

dan pegawai negeri atau swasta. Meskipun sebagian dari mereka berkedudukan di

Page 11: www bi go id

11

daerah pedesaan, nasabah yang berprofesi sebagai petani ternyata tidak ada. Ini

menggambarkan bahwa nasabah bank syari'ah adalah kelompok pedagang dan

pegawai yang memiliki kedudukan di atas kelompok ekonomi paling bawah. Jadi

secara ekonomi mereka memiliki potensi yang relatif lebih baik dalam masyarakat.

Bagi responden yang sudah menjadi nasabah bank syari’ah, sebagian besar dari

mereka sudah memahami bank syari’ah, baik secara penuh (58,3%) maupun secara

sebagian (25%). Hanya sebagian kecil saja dari nasabah bank syari’ah yang tidak

memahami bank syari’ah yaitu sebesar 16,7%. Rasanya fenomena ini sulit untuk

dipahami, dimana belum memahami bank syari’ah tetapi sudah menjadi nasabah bank

syari’ah. Responden inilah barang kali yang menjadi nasabah karena alasan emosional

semata. Namun demikian perlu dicatat bahwa, kalau hal tersebut memang benar,

jumlah mereka sangat kecil, yaitu hanya dua responden, dari 1353 total responden

individual (hanya sebesar 0,14 %). Jadi meskipun ada masyarakat yang menjadi nasabah

bank syari’ah karena alasan emosional agama semata, jumlah mereka tidak signifikan.

Bagi responden yang belum menjadi nasabah bank syari’ah tetapi tertarik

dengan bank syari’ah, ternyata sebagian besar diantaranya tidak mengenal bank

syari’ah beserta produk-produknya. Hanya sebesar 13% diantara mereka yang paham

dengan bank syari’ah. Hal ini menunjukkan bahwa preferensi mereka terhadap bank

syari’ah sebenarnya masih belum utuh. Ketertarikan mereka terhadap bank syari’ah

barang kali disebabkan oleh konsep bank syari’ah yang humanis dan adil setelah

mendapat penjelasan dari enumerator lapangan.

Dari gambaran tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat masih

awam terhadap keberadaan bank syari’ah khususnya berkaitan dengan prinsip-prinsip

maupun produk-produk bank syari’ah. Sosialisasi dan penyebaran informasi mengenai

keberadaan, prinsip, dan tata kerja bank syari’ah kepada masyarakat perlu mendapat

perhatian yang cukup besar. Keterbatasan pengenalan masyarakat inilah yang barang

kali menyebabkan masih relatif rendahnya preferensi masyarakat terhadap bank

syari’ah.

Masyarakat individual dalam menjatuhkan pilihannya kepada bank syari’ah

sebetulnya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah: (1)

Informasi dan Penilaian, (2) Humanisme dan Dinamis, (3) Ukuran dan Fleksibilitas

Page 12: www bi go id

12

Pelayanan, (4) Kebutuhan, (5) Lokasi, (6) Keyakinan dan Sikap, (7) Materialisme, (8)

Keluarga, (9) Peran dan Status, (10) Kepraktisan dalam Menyimpan Kekayaan, (11)

Perilaku Pasca Pembelian, (12) Promosi Langsung, dan (13) Agama.

Responden individual yang memiliki preferensi terhadap bank syari’ah adalah

responden yang sangat rasional. Rasional di sini diartikan bahwa mereka akan

mengambil keputusan apabila segala sesuatunya sudah jelas bagi mereka, dan mereka

akan memilih bank apabila bank tersebut memang memberikan manfaat yang lebih baik

dibanding dengan pelayanan dari bank lain.

Dilihat darikarakteristik budayanya, mereka yang memiliki preferensi terhadap

bank syari’ah memiliki beberapa karakter. Mereka adalah orang humanis dan sekaligus

memiliki sifat dinamis. Disamping itu, mereka mendambakan kehidupan yang lebih

modern, bergaya hidup materialis, memiliki sikap dan keyakinan yang jelas, selalu

memperhatikan status dan peran mereka dalam segala tindakan, dan berusaha untuk

mempraktekkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.

Karakter budaya seperti tersebut di atas membawa implikasi bagi

pengembangan bank syari’ah. Maksudnya, agar keberadaan bank syari’ah bisa diterima

oleh masyarakat, maka bank syari’ah harus memperhatikan perilaku budaya dari calon

nasabah potensialnya. Misalnya, nasabah potensialnya adalah orang-orang yang

berusaha mempraktekkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari, tetapi pilihan

mereka terhadap bank bukan semata-mata karena label agama.

Disamping terkait dengan perilaku budayanya, pilihan mereka terkadap bank

juga dipengaruhi oleh kemampuan internal bank itu sendiri dalam memberikan

pelayanan. Faktor-faktor yang diperhatikan adalah ukuran dan fleksibelitas pelayanan,

sesuai tidaknya dengan kebutuhan, lokasi, referensi keluarga, kepraktisan dalam

menyimpan kekayaan, usia dan siklus hidup seseorang, evaluasi pasca pembelian, dan

promosi langsung. Semua faktor-faktor tersebut adalah termasuk faktor ekonomi

Responden Perusahaan

Tempat kedudukan dari perusahaan yang memiliki preferensi terhadap bank

syari’ah akan memberikan gambaran mengenai lokasi dimana bank syari’ah itu harus

didirikan. Perusahaan yang memiliki preferensi terhadap bank syari’ah sebagian besar

Page 13: www bi go id

13

(53,7%) berkedudukan di kota. Hanya sebagian kecil saja, yaitu sebesar 25,9%, yang

berkedudukan di desa. Sedangkan yang berkedudukan di pinggiran kota mencapai

20,4% perusahaan. Apabila yang berkedudukan di kota dan penggiran kota digabung,

angkanya mencapai 74,1%. Jadi sebagian besar dari perusahaan yang memiliki

preferensi terhadap bank syari’ah berkedudukan di kota dan sekitarnya. Konsekuensi

dari fakta tersebut adalah bahwa potensi wilayah dari bank syari’ah adalah daerah kota

dan sekitarnya.

Sebagian besar dari perusahaan yang memiliki preferensi terhadap bank syari’ah

adalah perusahaan perseorangan (56,6%). Hanya sedikit sekali dari mereka yang

berbentuk perseroan terbatas (5,7%). Hal ini mengindikasikan bahwa nasabah

perusahaan potensial bagi bank syari’ah masih terbatas pada perusahaan-perusahaan

yang kekuatan ekonominya relatif belum kuat dan dengan model manajemen masih

tradisional.

Sebagian dari perusahaan yang memiliki preferensi terhadap bank syari’ah

adalah perusahaan kecil dengan total aktivanya Rp 100.000.000,00 atau kurang. Proposi

dari kelompok ini mencapai 55,6%. Meskipun demikian responden perusahaan yang

memiliki aktiva lebih dari 2 milyar juga ada. Dan jumlahnya cukup signifikan (9,3%).

Fenomena ini menggambarkan bahwa bank syari’ah sebenarnya memiliki kesempatan

untuk bisa memberikan pelayanan kepada berbagai level perusahaan. Tentu saja hal ini

sangat tergantung dari kemampuan internal bank syari’ah itu sendiri dalam

memberikan pelayanan jasa kepada nasabah.

Seiring dengan besar aktiva yang dimiliki seperti tersebut diatas fenomena

jumlah karyawan dari perusahaan yang memiliki preferensi terhadap bank syari’ah

memiliki pola yang pararel. Artinya, perusahaan yang memiliki karyawan 10 atau

kurang, jumlahnya sangat banyak (50 %), seperti halnya jumlah perusahaan yang

memiliki aktiva terendah. Semua kelompok ini, perusahaan yang memiliki aktiva kecil

dan jumlah karyawan sedikit, termasuk perusahaan dengan skala usaha yang kecil.

Namun demikian perlu dicatat bahwa ada juga perusahaan yang memiliki jumlah

karyawan di atas 40 orang, untuk kelompok terakhir ini jumlahnya mencapai 7,4% dari

seluruh perusahaan yang memiliki preferensi terhadap bank syari’ah.

Page 14: www bi go id

14

Pemahaman tentang bank syari’ah menunjukkan bahwa perusahaan dengan

status bukan nasabah bank syari’ah, pemahaman mereka masih rendah, hanya sebesar

10 % saja yang mengenal bank syari’ah dan produknya. Sedangkan yang mengenal

tetapi hanya secara parsial jumlahnya mencapai 22%. Sementara itu yang tidak

mengenal sama sekali jumlah sangat besar yaitu 68 %.

Fenomena tersebut sangat berbeda bila dibandingkan dengan perusahaan yang

menjadi nasabah bank syari’ah. Untuk kelompok ini, jumlah nasabah yang memahami

dengan baik sangat besar (75%), dan yang memahami secara setengah-setengah tidak

ada. Kelompok yang tidak memahami sama sekali mencapai 25%. Jelas bahwa

perusahaan yang sudah menjadi nasabah bank syari’ah memiliki pemahaman yang jauh

lebih baik dari pada perusahaan yang belum menjadi nasabah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan untuk memilih bank syari’ah

adalah: (1) Progresif dan Efisiensi, (2) Promosi, (3) Keamanan dan Kecepatan Pelayanan,

(4) Harga, (5) Kebutuhan Kredit dan Faktor Pembayaran, (6) Brand Name, (7) Features

(Bentuk Produk), (8) Keyakinan dan Sikap, (9) Peran dan Status, (10) Mitra Usaha, (11)

Norma Etika Masyarakat, (12) Lokasi, (13) Materialisme, (14) Usia dan Tahapan

Perusahaan.

Responden perusahaan yang memiliki preferensi terhadap bank syari’ah adalah

kelompok orang yang memiliki sifat yang progresif, efisien, dan humanis. Disamping

itu mereka juga memiliki keyakinan dan sikap yang tegas, sering memperhatikan peran

dan status mereka dalam bertindak, lebih mementingkan etika yang berlaku di

masyarakat daripada moral agama, dan bergaya hidup materialis.

Dalam kaitannya dengan keputusan untuk memilih bank, mereka lebih rasional,

dalam arti mereka lebih banyak memperhatikan faktor-faktor ekonomi (marketing

stimuli). Diantara faktor-faktor tersebut, faktor yang paling dipertimbangkan oleh

mereka yang memiliki preferensi terhadap bank syari’ah adalah promosi, keamanan

dan kecepatan pelayanan, harga (kredit), kebutuhan kredit dan fasilitas pembayaran,

citra bank, bentuk produk, mitra usaha, dan lokasi.

Bila dibandingkan dengan responden individu, perilaku responden perusahaan

memiliki bentuk yang berbeda. Faktor budaya mempunyai peranan yang cukup penting

bagi responden individual dalam pengambilan keputusan. Tetapi bagi responden

Page 15: www bi go id

15

perusahaan, faktor budaya tidak begitu penting. Yang terpenting bagi responden

perusahaan adalah faktor ekonomi.

IV. Perilaku Masyarakat yang Berpreferensi pada Bank Konvensional

Pada bagian ini masyarakat yang memiliki preferensi terhadap bank

konvensional juga dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu: kelompok masyarakat

individual dan masyarakat perusahaan. Masing-masing kelompok ini akan dijelaskan

karakternya terhadap bank konvensional.

Masyarakat Individual

Secara umum, pendidikan masyarakat individual adalah perguruan tinggi

(43,7%), 10,5% lulus program D3, 31,6% lulus program S1, dan 1,6% lulus program

pascasarjana. Di antara 771 responden tersebut, terdapat 32% berpendidikan SMU atau

yang sederajat (lihat Tabel 4.2). Sebagian besar responden bekerja sebagai pedagang

(42,2%) dan pegawai negeri (33,2%) dengan penghasilan di bawah Rp. 2.000.000,00 per

bulan (sekitar 90,5%), antara Rp. 2.000.000,00 – Rp. 10.000.000,00 (sebesar 8,4%), dan

sisanya (yaitu 1%) berpenghasilan di atas Rp. 10.000.000,00. Dengan penghasilan

tersebut, 51% dari mereka bisa menabung dan 46,2% kadang-kadang bisa menabung,

sedangkan sisanya sebesar 2,3% sama sekali tidak bisa menabung. Dari informasi ini

kita dapat mengetahui bahwa 97,2% dari 771 responden adalah masyarakat yang

bankable.

Dalam kaitannya dengan bank syari’ah, sebagian besar dari mereka, yaitu 77,6%,

sama sekali tidak kenal bank syari’ah. Sedangkan yang kenal dan sedikit kenal bank

syari’ah hanya sebesar 22,5%. Jumlah sebesar 22,5% ini bukan merupakan indikasi

bahwa mereka berpreferensi terhadap bank syari’ah, tetapi sebaliknya mereka adalah

nasabah bank konvensional yang benar-benar berpreferensi pada bank konvensional.

Faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat individual untuk memilih bank

Konvensional adalah: (1) Informasi dan Penilaian Rasional, (2) Kemanusiaan dan

Aktivitas, (3) Orientasi Agama dan Moral, (4) Iklan, (5) Periode Pembayaran, (6) Ukuran

Produk, (7) Gaya Hidup, (8) Product Variety, (9) Kebutuhan Menyimpan, (10)

Keyakinan dan Sikap (Belief dan Attitute), (11) Warranties, (12) Materialisme, (13)

Page 16: www bi go id

16

Lokasi, (14) Age dan Life Cycle Stage, (15) Kelompok Referensi, (16) Peran dan Status,

(17) Kebutuhan Meminjam

Secara umum masyarakat individual yang berpreferensi pada bank

konvensional mirip yang ditemukan pada masyarakat yang berpreferensi pada bank

syari’ah. Artinya, bahwa masyarakat sebetulnya memiliki sikap yang rasional dalam

menjatuhkan pilihan pada bank konvensional. Beberapa faktor memang terkait dengan

aspek agama dan nilai kemanusiaan. Hal ini wajar karena seluruh responden adalah

masyarakat yang beragama (mayoritas beragama Islam). Namun pilihan mereka

terhadap bank konvensional dengan faktor Agama dan Moral mungkin disebabkan oleh

beberapa hal, yaitu:

1. Bank konvensional tidak bertentangan dengan ajaran agama dan moral

2. Tidak tahu bahwa operasi bank konvensional bertentangan dengan ajaran agama

3. Tahu bahwa bank konvensional bertentangan dengan ajaran agama, tetapi tidak ada

pilihan lain kecuali bank konvensional

4. Tidak mengenal bank syari’ah

Faktor lainnya menyangkut faktor ekonomi dan budaya. Faktor ekonomi

merupakan konsekuensi logis dari karakteristik masyarakat yang rasional. Artinya

pilihan bank konvensional tidak terlepas kalkulasi untung dan rugi. Sementara faktor

budaya merupakan karakteristik lain yang juga mempunyai peran bagaimana

masyarakat yang bersangkutan mempersepsikan dan memilih bank konvensional

sebagai pilihan yang tepat untuk keperluan kehidupannya.

Responden Perusahaan

Langkah penetapan responden dari kelompok masyarakat pengusaha

(perusahaan) ini dilakukan untuk memberikan peluang bagi peneliti untuk melihat

potret potensi pasar untuk industri bank secara lebih komprehensive. Oleh karena itu,

setiap segmen yang ada baik pada struktur pasar kompetitif maupun struktur preferensi

konsumen diupayakan dapat terwakili dalam penelitian ini. Akhirnya, diharapkan

dengan melihat faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi preferensi kelompok

masyarakat perusahaan untuk memilih menjadi nasabah bank konvensional, nantinya

Page 17: www bi go id

17

dapat membantu pada pengambil keputusan dalam menetapkan strategi

pengembangan industri perbankan di Indonesia di masa mendatang.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan untuk memilih bank

Konvensional adalah: (1) Perilaku Masyarakat Pengusaha yang Rasional, (2) Nilai

Layanan, (3) Kualitas Layanan, (4) Tingkat Efisiensi & Efektivitas Perusahaan, (5)

Keyakinan atas Tampilan Produk, (6) Perilaku Manusiawi, (7) Umur dan Peranan

Perusahaan, (8) Lokasi dan Citra, (9) Agama dan Kelompok Referensi, (10) Iklan, dan

(11) Materialisme.

Perilaku yang sama antara masyarakat individual dan perusahaan bisa kita lihat

pada faktor satu, yang intinya adalah bahwa mereka semua dalam memilih bank

konvensional berdasarkan pada pertimbangan rasional. Perbedaannya terletak pada

karakteristik dari masyarakat perusahaan yang lebih cenderung memperhatikan faktor

ekonomi (seperti: nilai layanan, kualitas layanan, tingkat effisiensi dan produktivitas,

serta keyakinan atas tampilan produk) daripada “nilai” (seperti: perilaku manusiawi,

agama, dan materialisme).

V. Estimasi Model Logit tentang Preferensi Masyarakat

terhadap Bank Syari’ah

Analisis pada bagian ini dibedakan menjadi dua, yakni analisis preferensi

masyarakat individu dan analisis preferensi masyarakat perusahaan.

Masyarakat Individual

Dari hasil estimasi Logit masyarakat individual dapat dikemukakan bahwa

keputusan memilih atau tidak memilih Bank Syariah, dipengaruhi oleh tujuh faktor,

yaitu: (1) Payment period, (2) Warranties, (3) Location, (4) Economic circumtances, (5)

Role and Statuses, (6) Age and life cycle stages dan (7) Family serta satu variabel yang

lain yaitu: (8) Pendidikan. Di antara tujuh faktor yang mempengaruhi keputusan

memilih Bank Syariah atau Konvensional, ada satu faktor yang paling dominan, yakni

faktor Lokasi (Beta = -1.47) dan ini paling besar di antara Beta yang ada dalam model

estimasi.

Page 18: www bi go id

18

Berdasarkan kepada koefisien regresi pada model yang telah digunakan bisa

dijelaskan bahwa besarnya pengaruh masing-masing faktor terhadap peluang memilih

atau peluang preferensi masyarakat berturut-turut adalah 0,02660; -0,0324 ; -0,0700

; 0,5059 ; -0,0251 ; 0,05172; -0,03262. Artinya jika nilai tertentu dari skala Likert

dimasukkan ke dalam model analisis, maka akan diperoleh angka peluang preferensi.

Tanda negatif berarti mengurangi peluang ke Bank Konvensional (cenderung ke Bank

Syariah) dan sebaliknya tanda positif berarti lebih cenderung ke Bank Konvensional.

Di antara 7 faktor yang signifikan ada 3 faktor yang koefisien regresinya negatif yakni

faktor Warranties, Location dan faktor Family. Sedangkan faktor Payment Period,

Economic circumtances, Role & Status dan Age & Life cycle memiliki koefisien dengan

tanda positif. Untuk variabel Pendidikan koefisien regresinya adalah positif

sebagaimana 4 faktor yang disebut terakhir.

Dengan melihat hasil estimasi tersebut, Bank Syariah harus memperhatikan

faktor Payment period, Warranties, Location, Economic circumtances, Role and

Statuses, Age and life cycle stages dan Family serta variabel Pendidikan masyarakat

perlu diperhatikan. Oleh karena esensi dari perilaku dan preferensi masyarakat

terhadap Bank, diaktualisasikan ke dalam tujuh faktor dan satu variabel sebagaimana

disebut terakhir.

Responden Perusahaan

Dengan menggunakan Logistic Model (LOGIT) yang diestimasi dengan

Ordinary Least Square (OLS), ternyata tidak semua faktor yang digunakan sebagai

varibel bebas itu signifikan. Dari 16 hanya 4 faktor saja yang signifikan dan di bawah

ini ditampilkan tabel yang berisi hasil estimasi Logit.

Hasil estimasi Logit responden perusahaan menunjukkan bahwa terdapat

empat faktor yang mempengaruhi perusahaan untuk memilih bank syari’ah atau bank

konvensinal, yaitu: (1) Service, (2) Size, (3) Brand Name, (4) Reference Group. Dari

keempat faktor tersebut, faktor Reference Group memiliki posisi yang paling dominan.

Hal ini dibuktikan oleh tingginya nilai koefisien Beta (standardized) dari faktor

tersebut dibandingkan dengan koefisien Beta dari faktor lainnya.

Page 19: www bi go id

19

Berdasarkan kepada koefisien regresi pada model yang digunakan,

maka bisa dijelaskan bahwa besarnya pengaruh masing-masing faktor terhadap

peluang memilih atau peluang preferensi masyarakat berturut-turut adalah 0,0615;

0,0655 ; -0,0726 ; -0,07809. Artinya jika nilai tertentu dari skala Likert dimasukkan ke

dalam model analisis, maka akan diperoleh angka peluang preferensi. Tanda negatif

berarti mengurangi peluang ke Bank Konvensional (cenderung ke Bank Syariah) dan

sebaliknya tanda positif berarti lebih cenderung ke Bank Konvensional. Di antara 4

faktor yang signifikan ada 2 faktor yang koefisien regresinya negatif yakni faktor

Brand Nama dan faktor Reference Group. Sedangkan faktor Service dan Size memiliki

koefisien dengan tanda positif.

VI. Kesimpulan

Penelitian ini mengklassifikasikan masyarakat – sebagai responden penelitian -

ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok masyarakat individual (terdiri dari 1353

responden) dan masyarakat perusahaan (terdiri dari 150 responden).

Responden individual yang memiliki preferensi terhadap bank syari’ah sebagian

besar bertempat tinggal di kota atau pinggiran kota dan sangat sedikit yang berprofesi

sebagai petani. Ini menandakan bahwa nasabah potensial dari bank syari’ah adalah di

kota dan bukan petani. Oleh karena itu bank syari’ah tidak perlu diarahkan untuk

menjadi bank desa. Disamping itu, mereka memiliki tingkat pendidikan yang sangat

baik, dan seandainya nanti menjadi nasabah bank syari’ah, mereka akan menjadi

nasabah yang “rewel” dan kritis. Namun demikian pemahaman mereka terhadap bank

syari’ah masih rendah, dan sebagai konsekuensinya, sosialisasi kepada masyarakat luas

menjadi kebutuhan yang mendesak.

Seperti halnya responden masyarakat individual, sebagian besar responden

perusahaan yang memiliki preferensi terhadap bank syari’ah berada di kota atau

pinggiran kota. Hal ini berimplikasi bahwa kota adalah lokasi potensial bagi bank

syari’ah. Perusahaan yang tertarik kepada bank syari’ah umumnya berbadan hukum

perseorangan dan memiliki skala usaha yang kecil. Pemahaman mereka terhadap bank

syari’ah berbeda menurut status responden. Responden perusahaan yang sudah

menjadi nasabah bank syari’ah, memiliki pengetahuan yang jauh lebih baik daripada

Page 20: www bi go id

20

perusahaan yang belum menjadi nasabah. Bagaimanapun juga tersedianya informasi

mengenai bank syari’ah masih menjadi kendala besar bagi semua responden.

Faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat individual untuk memilih bank

syari’ah adalah: (1) Informasi dan Penilaian, (2) Humanisme dan Dinamis, (3) Ukuran

dan Fleksibilitas Pelayanan, (4) Kebutuhan, (5) Lokasi, (6) Keyakinan dan Sikap, (7)

Materialisme, (8) Keluarga, (9) Peran dan Status, (10) Kepraktisan dalam Menyimpan

Kekayaan, (11) Perilaku Pasca Pembelian, (12) Promosi Langsung, dan (13) Agama.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan untuk memilih bank syari’ah

adalah: (1) Progresif dan Efisiensi, (2) Promosi, (3) Keamanan dan Kecepatan Pelayanan,

(4) Harga, (5) Kebutuhan Kredit dan Faktor Pembayaran, (6) Brand Name, (7) Features

(Bentuk Produk), (8) Keyakinan dan Sikap, (9) Peran dan Status, (10) Mitra Usaha, (11)

Norma Etika Masyarakat, (12) Lokasi, (13) Materialisme, (14) Usia dan Tahapan

Perusahaan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat individual untuk memilih bank

Konvensional adalah: (1) Informasi dan Penilaian Rasional, (2) Kemanusiaan dan

Aktivitas, (3) Orientasi Agama dan Moral, (4) Iklan, (5) Periode Pembayaran, (6) Ukuran

Produk, (7) Gaya Hidup, (8) Product Variety, (9) Kebutuhan Menyimpan, (10)

Keyakinan dan Sikap (Belief dan Attitute), (11) Warranties, (12) Materialisme, (13)

Lokasi, (14) Age dan Life Cycle Stage, (15) Kelompok Referensi, (16) Peran dan Status,

(17) Kebutuhan Meminjam

Faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan untuk memilih bank

Konvensional adalah: (1) Perilaku Masyarakat Pengusaha yang Rasional, (2) Nilai

Layanan, (3) Kualitas Layanan, (4) Tingkat Efisiensi & Efektivitas Perusahaan, (5)

Keyakinan atas Tampilan Produk, (6) Perilaku Manusiawi, (7) Umur dan Peranan

Perusahaan, (8) Lokasi dan Citra, (9) Agama dan Kelompok Referensi, (10) Iklan, dan

(11) Materialisme.

Dari hasil estimasi Logit masyarakat individual dapat dikemukakan bahwa

keputusan memilih atau tidak memilih Bank Syariah, dipengaruhi oleh tujuh faktor,

yaitu: (1) Payment period, (2) Warranties, (3) Location, (4) Economic circumtances, (5)

Role and Statuses, (6) Age and life cycle stages dan (7) Family serta satu variabel yang

lain yaitu: (8) Pendidikan. Di antara tujuh faktor yang mempengaruhi keputusan

Page 21: www bi go id

21

memilih Bank Syariah atau Konvensional, ada satu faktor yang paling dominan, yakni

faktor Lokasi (Beta = -1.47) dan ini paling besar di antara Beta yang ada dalam model

estimasi.

Dengan melihat hasil estimasi tersebut, Bank Syariah harus memperhatikan

faktor Payment period, Warranties, Location, Economic circumtances, Role and

Statuses, Age and life cycle stages dan Family serta variabel Pendidikan masyarakat

perlu diperhatikan. Oleh karena esensi dari perilaku dan preferensi masyarakat

terhadap Bank, diaktualisasikan ke dalam tujuh faktor dan satu variabel sebagaimana

disebut terakhir.

Hasil estimasi Logit responden perusahaan menunjukkan bahwa terdapat

empat faktor yang mempengaruhi perusahaan untuk memilih bank syari’ah atau bank

konvensinal, yaitu: (1) Service, (2) Size, (3) Brand Name, (4) Reference Group. Dari

keempat faktor tersebut, faktor Reference Group memiliki posisi yang paling dominan.

Hal ini dibuktikan oleh tingginya nilai koefisien Beta (standardized) dari faktor tersebut

dibandingkan dengan koefisien Beta dari faktor lainnya.❏

Daftar Pustaka

Assael, Henry, 1984. Consumer Behavior and Marketing Action. Second Edition. Boston: Kent Publishing Company.

Bank Indonesia, 1992. Undang-undang Republik Indonesia No.7 tahun 1992 tanggal 25 Maret 1992 tentang Perbankan.

Bank Indonesia, 1998. Tentang Perubahan Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan.

Bank Indonesia, 2000. TOR Penelitian Preferensi dan Perilaku Masyarakat terhadap Bank Syari’ah. Jakarta: Direktorat Penelitian & Pengaturan Perbankan – BI.

Chyssides, George D. and John H. Kaler. 1993. An Introduction to Business Ethics. London: Chapman & Hall.

Dillon, William R. 1984. Multivariate Analysis Methods and Applications. Toronto: John Wiley & Sons Inc.

El-Bdour, R. 1984. The Islamic economic system: a theoretical and empirical analysis of money and banking in the Islamic economic framework. Unpublished PhD Dissertation. Utah State University, Logan-Utah.

Erol, Cengiz and Radi El-Bdour. 1989. Attitudes, behavior, and patronage factors of bank customers towards Islamic banks. International Banking & Marketing Vol. 7, No.6: 31-7.

Kaynak, E. and Yavas, U. 1985. Segmenting the Banking Market by Account Usage: An Empirical Investigation, Journal of Profesional Services Marketing, Vol. 1 No.1/2, Fall: 177-88.

Page 22: www bi go id

22

Kotler, Philip. 1997. Marketing Management: Analysis, Planning, Implementation, and Control. Ninth Edition. New York: Prentice-Hall.

Loudon, David L. and Albert J. Della Bitta. 1993. Consumer Behavior. Fourth Edition. New York: McGraw-Hill International Edition.

Piliang, Yasraf Amir. 1998. Sebuah Dunia yang Dilipat: Realitas Budaya Menjelang Milenium Ketiga dan Matinya Posmodernisme. Jakarta: Mizan.

Smith, Adam. 1776. An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations. London: Penguin Group.

Triyuwono, Iwan. 2000. Organisasi dan Akuntansi Syari’ah. Yogyakarta: LKiS. Wibisana, M. Jusuf, Iwan Triyuwono, Nurkholis, A. Erani Yustika. 1999. Studi

Pendahuluan Persepsi Masyarakat tentang Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah. Malang: Centre for Business & Islamic Economics Studies – Faculty of Economics Brawijaya University dan Bank Indonesia Jakarta.