papua go id

Upload: firli-yogiteten

Post on 17-Jul-2015

313 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1 http://www.papua.go.id/Halaman Depan Data Potensi Papua Pertambangan

Potensi Sumber Daya Mineral Potensi sumberdaya mineral dan energi di Provinsi Papua telah dikenal luas oleh masyarakat international sebelum perang dunia kedua. Pada awalnya minyak bumi merupakan komoditas yang paling menarik untuk dieksploitasi. Seorang geologist yang bernama J.J Dozy dalam ekspedisinya pada tahun 1936 Pegunungan Tengah dalam upaya pencarian minyak bumi, menemukan sebuah bukit berbentuk seperti gigi setinggi 131 yang kaya akan unsur tembaga. Kemudian ia mengambil sampel untuk di kirim ke Universitas Leiden di Belanda. J.J Dozy menamakan bukit tersebut Erstberg yang artinya Gunung Bijih. Pada tahun 1960 publikasi J.J Dozy tersebut dibaca oleh Fobes Wilson dari Freeport Sulphur Co dan menindaklanjutinya dengan meninjau bukit tersebut. la. Kemudian berdasarkan UU Nomor 1 Tahun 1967 Tentang Penanaman Modal Asing, maka pada tanggal 7 April 1967 ditandatanganilah Perjanjian Kontrak Karya antara Pemerintah Indonesia dengan Freeport McMoran Inc. Freeport mempunyai hak ekslusif untuk mengelola daerah konsensi 10 x 10 Km2 atau seluas 100 km2 di sekitar Ertsberg. Sejak saat itulah pertambangan modern dimulai di Provinsi Papua. Pada bulan Desember 1967 dimulailah pemboran untuk melakukan studi kelayakan. Studi ini selesai 2 tahun kemudian atau pada tahun 1969. Kemudian dilanjutkan dengan melakukan tahap kontruksi pada 1969 1972. Pada tahun 1972 dimulailah pengapalan konsentrat tembaga untuk pertama kalinya ke Hibi Jepang, sejak saat itu mulailah Provinsi Papua menjadi pengekspor konsentrat tembaga. Produksi Freeport pada saat itu baru mencapai 8.000 ton bijih/hari, kemudian meningkat menjadi 18.000 ton bijih/hari. Selama tahun 1967 1988, Freeport menemukan sejumlah endapan tembaga dalam skala kecil seperti Gunung Bijih Timur, Intermediate Ore Zone (IOZ), Deep Ore zone (DOZ), DOM. Kemudian Pada tahun 1988 Freeport menemukan adanya cebakan endapan tembaga dan emas dengan kadar yang cukup ekonomis dengan cadangan lebih dari 400 MT yang merupakan endapan tunggal tembaga terbesar. Untuk mengembangkan potensi tersebut diperlukan investasi yang cukup besar, sehingga diperlukan adanya jaminan perpanjangan kontrak karya. Maka pada 30 Desember 1996 ditandatanganilah perpanjangan kontrak karya dengan pemerintah Indonesia dengan membaginya menjadi 2 blok, yaitu blok A yang merupakan daerah kontrak karya lama, dan blok B seluas 1,9 juta ha untuk Blok B. Keberhasilah Freeport menemukan sejumlah cadangan endapan tembaga di daerah konsensinya dan adanya kesamaan sejarah geologinya dengan Papua New Guinea (terdapat 13 Perusahaan tambang yang sudah berproduksi), kemudian memicu perusahaan lain untuk menanamkan modalnya di Provinsi Papua. Oleh karena itu tidak heran jika mulai dari 1996 terjadi booming investasi pertambangan di Papua. Hingga akhir tahun 2000 paling tidak terdapat 22 perusahaan kontrak karya, 5 perusahaan Kuasa Pertambangan dan 3 perusahaan di bidang pengusahaan batubara melakukan eksplorasi di Provinsi Papua . Dalam UU No. 11 tahun 1967, tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan, investasi asing di bidang pertambangan umum dilakukan melalui penerapan sistem Kontrak Karya (KK),

2

yaitu perjanjian antara pemerintah dengan investor yang berbadan hukum Indonesia, dimana pemerintah bertindak sebagai pihak pemilik (principal) sedangkan perusahaan pertambangan bertindak sebagai kontraktor. Perjanjian kontrak karya secara khusus memberi hak tunggal kepada investor untuk melakukan penelitian sumberdaya mineral yang terkandung dalam wilayah kontrak karya, dan kemudian menambang, mengolah dan memasarkan endapan mineral yang ditemukan. Hak tunggal ini diberikan sebagai konsekuensi atas kesediaan menanggung resiko atas pelaksanaan kegiatan eksplorasi dimana resiko kegagalannya sangat tinggi, disamping pemenuhan pembayaran pajak dan kewajiban lainnya yang disebutkan dalam Kontrak Karya. Dalam melaksanakan operasinya, pemegang Kontrak Karya mempunyai hak kendali dan manajemen tunggal atas semua kegiatannya, termasuk mempekerjakan sub kontraktor untuk melaksanakan tahap-tahap operasinya. Pemegang Kontrak Karya juga mempunyai kewajiban seperti menanam modal, membayar pajak dan pungutan-pungutan lain, kewajiban mengikuti standar pertambangan yang ditetapkan pemerintah, kewajiban melaksanakan peraturan lingkungan hidup, dan kewajiban melaksanakan standar keselamatan kerja dan kesehatan. Jika diperhatikan maka di masa lalu, semua keputusan mengenai pengusahaan pertambangan selalu dilakukan di Jakarta atau oleh Pemerintah Pusat. Peranan Pemerintah Daerah pada saat itu hampir tidak ada. Hal ini menimbulkan adanya ketidak adilan di dalam pembagian hasil dari pengusahaan sumber daya mineral tersebut. Padahal apabila kita cermati, hampir semua akibat yang ditimbulkan oleh adanya aktivitas tersebut dipikul seluruhnya oleh Pemerintah Daerah dan masyarakat yang ada di sekitar lokasi penambangan. Hal ini sering menimbulkan konflik sosial dan ketidakstabilan keamanan di sekitar lokasi kegiatan tambang. Dengan adanya UU Otonomi daerah dan UU Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua memberikan kesempatan yang luas bagi pemerintah daerah, khususnya Pemerintah Provinsi Papua untuk membuat kebijakan yang lebih adil, baik bagi masyarakat pemilik hak ulayat, pemerintah daerah maupun bagi perusahaan itu sendiri. Era konsep pertambangan barupun dimulai di Provinsi Papua. Pada saat ini tercatat 11 wilayah KP baru telah diberikan oleh Gubernur Provinsi Papua dengan total luas 355.000 Ha, umumnya untuk bahan galian emas dan batubara. Iuran penyelidikan umum, eksplorasi, eksploitasi, pengolahan, penjualan dibayar kepada Pemerintah Daerah (berbeda dengan sebelumnya dibayarkan pada Pemerintah Pusat), seterusnya pembagian perimbangan keuangan akan dilakukan oleh Pemerintah Daerah. Status Pertambangan Umum Di Provinsi Papua Era Otonomi Khusus Sampai dengan akhir tahun 1999 di Provinsi Papua tercatat sebanyak 24 Wilayah Kontrak Karya (KK) dan 3 Wilayah Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) serta 4 Wilayah Kuasa Pertambangan (KP). Berhubung krisis multi dimensi yang terjadi secara nasional, tampaknya mempengaruhi pertumbuhan iklim investasi pertambangan umum di Provinsi Papua. Kondisi bahkan menyebabkan investasi pertambangan umum hingga tahun 2000 terhenti. Pada tahun 2001 sebanyak 17 wilayah KK dan KP masih tersisa dalam tahap penyelidikan umum/ eksplorasi dengan status suspensi (penundaan kegiatan sementara) dan 1 perusahaan eksploitasi ( PT. Freeport Indonesia ).

3

Sejak tahun 2002 investasi di bidang pertambangan umum mulai giat kembali dengan tidak memberlakukan izin pertambangan dalam bentuk wilayah KK seperti sebelumnya. Perizinan yang diberlakukan adalah KP yang nampaknya lebih menarik. Dalam bentuk KK dan PKP2B selalu lebih mudah menimbulkan ketidak puasan di kalangan masyarakat. Hal itu disebabkan karena seluruh tahap kegiatan pertambangan mulai dari tahap penyelidikan umum, eksplorasi sampai tahap penambangan, pengolahan dan penjualan yang memerlukan waktu puluhan tahun telah ditetapkan/disepakati sebelum kegiatan dimulai. Pengusahaan dalam bentuk KP lebih sesuai, karena pengusahaannya ditetapkan/ ditentukan per tahap kegiatan. Dengan demikian akan lebih mengikuti perkembangan keinginan masyarakat sekitar pertambangan. Pembinaan pertambangan dilakukan kepada pengusaha pertambangan terutama pertambangan rakyat, maupun perorangan guna memperoleh data produksi, perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja para penambang. Kegiatan pembinaan dimaksudkan pula untuk pemberdayaan ekonomi rakyat di bidang pertambangan umum. Dari itu telah dilakukan pembinaan yang meliputi aspek penyuluhan dan pengawasan kepada masyarakat penambang yang memiliki izin ataupun tanpa izin. Kepada masyarakat / perorangan pemilik hak ulayat bahan galian golongan C maupun bahan galian emas diberikan bantuan peralatan teknik pertambangan yang dapat dikelola oleh kelompok masyarakat ataupun perorangan pemilik bahan galian. Tercatat dalam era Otsus telah diberikan bantuan peralatan teknik berupa palong (sluice box) yaitu berupa alat pencuci / pemisah butiran emas dan peralatan dulang, mesin pencetak batu tela, mesin pemecah batu (stone crusher) ukuran sedang dan dapat dipindah-pindahkan untuk dikelola oleh kelompok masyarakat atau perorangan pemilik hak wulayat bahan galian industri. Persyaratan perizinan pertambangan bahan galian golongan C seperti penyusunan dokumen UKL/UPL dan pengukuran wilayah pertambangan yang tidak dapat dipenuhi oleh masyarakat/perorangan karena memerlukan keakhlian dan dana yang cukup besar, telah pula diberikan bantuan teknis untuk penyusunan dokumen UKL/UPL dan peta wilayah pertambangan. Dengan demikian kesempatan berusaha di bidang pertambangan umum pada era Otsus lebih terbuka bagi masyarakat /perorangan. Pengawasan produksi pertambangan untuk kepentingan konservasi bahan galian dilakukan terutama pada produksi penambangan dan produksi konsentrat tembaga dan emas yang dikapalkan dari tambang PT. Freeport Indonesia di kabupaten Mimika, dengan maksud memaksimalkan produksi bijih dan produksi konsentrat yang dikapalkan. Produksi bahan galian C bervariasi dari pengusahaan berizin dan tak berizin. Untuk meminimalkan kerusakan lingkungan akibat penambangan bahan galian C dianjurkan kepada pemakai untuk tidak membeli/memakai dari penambangan tidak berizin. Pertambangan emas tanpa izin oleh masyarakat/perorangan setempat untuk menopang kehidupan hari-hari dapat diterima tetapi bagaimana dengan retribusi/pajak bagi pemerintah yang merupakan bagiannya sebagai penjamin kehidupan keseluruhan? Guna mendorong pertumbuhan investasi di bidang pertambangan umum diberikan pelayanan izin yang mudah, cepat, biaya iuran yang relative kecil, menyebar luaskan informasi potensi

4

sumberdaya mineral di Papua. Pelayanan perizinan pertambangan umum yang dilakukan mengacu kepada Keputusan Gubernur Provinsi Papua No. 104 Tahun 2002 tanggal 6 Agustus 2002 Tentang Tata Cara Pemberian Kuasa Pertambangan Umum di Provinsi Papua sampai ada ketentuan lain. Sampai dengan awal Nopember 2004.

Halaman Depan

Data Potensi Papua

Pertambangan

Potensi Batu Bara

Potensi Batubara DAERAH HORNA Sungai Tohu Tersingkap di sungai Tohu, sebagai batuan pengapitnya terdiri dari batulempung berwarna abu-abu muda yang mengandung fragemen tumbuhan, kemiringan lapisan sekitar 10 ke arah tenggara, tebal batubara bagian bawah 33 cm, sedangkan bagian atasnya sekitar 5 cm, antara kedua lapisan batubara tersebut terdapat sisipan lempung tebalnya sekitar 4 cm. Batubara berwarna coklat kehitaman, kusam dan keras, termasuk dalam batubara kusam. Tersingkap di pinggir sungai Tohu, kemiringan lapisan 10, ke arah tenggara. Tebal keselruhan lapisan batubara yang tersingkap sekitar 56 cm, tetapi didalamnya terdapat sisipan dua lapisan lempung, tebalnya sekitar 8 cm dan 18 cm, Secara megaskopis batubara berwarna coklat kehitaman, kusam, pecahan konkoidal. Batuan pengapitnya batulempung berwarna abu-abu. Tersingkap dipinggir sungai Tohu yang membentuk lipatan seret, kemiringan lapisan 50-60 ke arah barat daya. Tebal lapisan sekitar 82 cm, secara keseluruhan dari bawah ke atas terdiri dari batubara kusam 25 cm, lempung karbonan 14 cm dan batubara kusam 15 cm. Batuan Pengapitnya adalah lempung abu-abu. Bukit Hitu Tersingkap di bukit Hitu sekitar 400 meter sebelah timur S. Tohu. Panjang singkapan 100 meter, lebar 50 m, jurus dan kemiringan lapisan N 100o E/15o . Tebal lapisan batubara 39 cm, secara berurutan dari bawah ke atas terdiri dari perselingan batubara kusam dan mengkilat setebal 26 cm, lempung 5 cm, dan batubara kusam 8 cm. Bagian bawah berupa singkapan batulempung abu-abu muda, sedangkan di atasnya tidak ada lapisan yang menutupinya. Merupakan sisipan batubara kusam tebalnya 15 dan 5 cm, terdapat dalam batulempung berselingan dengan batupasir berwarna abu-abu keputihan, tersingkap di pinggir kali Temok dengan jurus dan kemiringan lapisan N 105o E/20 o Tersingkap di sungai Temok Cabang Kanan, kedudukan batubara N 140o E/23 o. Tebal lapisan 76 cm, secara berurutan dari bawah ke atas terdiri dari perselingan batubara mengkilat dan kusam 56 cm, lempung karbonan 15 cm dan batubara mengkilat 5 cm. Sebagai batuan pengapitnya adalah batulempung masif berwarna abu-abu, tebal lempung bagian bawah tidak diketahui karena sebagian tertutup air, sedangkan tebal bagian atas 1,2 meter.

5 Tersingkap di pinggir S. Titeng dengan kedudukan lapisan batubara N 125oE/15o. Tebal lapisan batubara 70 cm, umumnya terdiri dari batubara mengkilat, sebagian batuan pengapitnya batulempung berwarna abu-abu tua dengan sisipan batupasir. Pada lokasi ini juga ditemukan batubara setebal 50 cm. Tersingkap dipinggir Sungai Titeng, yaitu pada pertembuan antara 2 sungai. Kedudukan lapisan N 125oE/25o. Jenis lapisan batubara yangtersingkap dari bawah keatas adalah batubara mengkilat 70 cm, lempung karbonan 10 cm, lempung 20 cm, dan batubara yang bercampur dengan lempung dan mengandung sedikit resin setebal 20 cm. Di bagian bawah singkapan terdapat lapisan lempung karbonan, sedangkan bagian atas tertutupi lapisan batupasir halus. Tersingkap di S. Roga I (anak sungai Tistohu) tetapi arah jurus kemiringan lapisannya tidak jelas. Batuannya terdiri dari batubata mengkilat, yang diapit oleh batulempung. (lokasi 80). Tersingkap di S. Roga I (anak sungai Tistohu), kedudukan lapisan batubara N 65oE/75o, Urutan singkapan dari bawah ke atas terdiri dari batubara mengkilat 22 cm, batulempung 60 cm, batubara kusam 15 cm, batulempung karbonan 5 cm, batulempung abu-abu kecoklatan yang bercampunr dengan tanah (2,7 m), batubara mengkilat 50 cm, lempung barbonan 20 cm, perselingan batubara mengkilat dan kusam sekitar 1,60 m. Namun tebal ini belum pasti karena sebagian lapisannya tertutup tanah dan lempung karboan. Berdasarkan singkapan-singkapan yang ditemukan di lapangan, maka sungai Tistohu di dekat Kampung Horna merupakan daerah batubara yang berpotensi. Dari hasil rekontruki penampang di lokasi s-36 diperkirakan bahwa endapan batubara di dekat Horna terdiri dari dari 4 lapisan, dengan jumlah ketebalan 4,5, sebaran ke arah timur dikorelasikan sampai sungai Titeng yang jaraknya 3 km, sedangkan jarak sebaran le arah barat di batasi sejauh 1 km, jadi panjang daerah potensi adalah sekitar 4 Km2. Mengingat sudut kemiringan lapisan cukup besar 250 75o , maka lebar daerah yang dianggap berpotensi dianggap sejauh 200 dari singkapan. Dengan asumsi berat jenis batubara sekitar 1,3 gram/cm3, maka cadangan batubara di sekitar kampung Horna sekitar 4.5 juta ton. Perhitungan cadangan tersebut bersifat hipotetis. Kualitas batubara ini telah dianalisis dengan menggunakan metode Air Dies Basis (ADB). Dari 10 contoh yang analisis didapat angka kisan nilai kalori 5820 m- 7935 kal/gr, kadar belerang 0,21 1,78 , kadar abu 2,1-1,5, Karbon tertambat 44,3 51,8 , zat terbang 40,3 49,43, kelembaban 3- 16%. HGI 40 55. Dari 10 contoh yang analisis didapat angka angkar rata-rata nilai kalori 7003 kal/gr., kadar belerang 0,94 , kadar abu 3,4 %, Karbon tertambat 48,1 %, zat terbang 44,90, kelembaban 6,.8%. DAERAH IGOMO Singkapan batubara pada umumnya terletak di bagian bawah formasi Steenkool dengan ketebalan mulai 5 cm 190 cm, pada umumnya merupakan batubara mengkilat berlapis. S. Titoko

6 Batubara yang tersingkap di S. Titoko mempunyai jurus dan kimiringan N 120o E/30o, tebal lapisan 160 cm, hitam mengkilat, masif, pecahan semi konkoidal, litotype batubaranya adalah batubara mengkilat, diapit oleh batulempung karbonan, berwarna hitam, dan batupasir lempungan berwarna abu-abu. Koordinat singkapan ini adalah 133o33 30,75 BT dan 01o37-15,28 LS. Pada lokasi 133o33 55.21 BT dan 01o37 26,25 LS juga ditemukan lapisan setebal 60 cm, dengan kedudukan N 135o E/35o berwarna hitam mengkilat dengan kilat lemak, diapit oleh batulempung. Anak Sungai Titoku Tersingkap pada koordinat 133o33 52.05 BT dan 01o37 09.51 LS, arah dan jurus kemiringan N 125o E/7o, tebal lapisan batubara 165 cm , berwarna hitam mengkilat, kompak pecahan semi konkoidal,, litotipe batubara mengkilat, diapit oleh batulempung di bagian bawah dan batupasir di bagian atas. Berjarak 75 dari lokasi tersebut ditemukan singkapan batubara dengan urutan, batubara ketebalan 50 cm pada bagian bawah, batulempung setebal 7 cm, dan batubara setebal 10 cm. Batubara berwarna hitam mengkilat, kompak, pecahan semi konkoidal, litotipe adalah batubara mengkilat, di apit oleh lapisan lempung pasiran pada bagian bawah, dan lempung abu-abu terang pada bagian atas. Di sekitar lokasi tersebut juga ditemukan singkapan batubara setebal 80 cm, dengan urutan sebagai berikut 50 cm pada lapisan pertama, 15 cm pada lapisan kedua, 5 cm pada lapisan ketiga dan 10 cm pada lapisan keempat. Berjarak 500 meter dari lokasi di atas, ditemukan singkapan batubara setebal 106 cm, dengan kedudukan N 120o E/22o yenga tersusun oleh empat lapisan, yaitu : 1. Lapisan pertama berupa batubara mengkilat dengan ketebalan 30 cm, terletak pada lapisan lempung setebal 200 cm. 2. Lapisan kedua berupa batubara mengkilatsetebal 60 cm yang terletak pada lapisan batulempung setebal 400 cm. 3. Lapisan ketiga ketebalan batubaranya sekitar 6 cm yangterlatak pada lapisan lempung setebal 4. Lapisan keempat adalah batubara setebal 10 cm dengan diapit oleh batubara setebal 20 cm. Berjarak 50 cm dari singkapan tersebut ditemukan singkapan 8 lapisan batubara dengan tebal 220 cm, kedudukan perlapisan N 120o E/25o., dengan ciri warna hitam mengkilat, berlapis, pecahan semi konkoidal, litotipe adalah batubara mengkilat. Di lokasi tersebut juga ditemukan singkapan batubara setebal 160 cm dengan kedudukan N 120o E/34o yang ditindis oleh batulempung setebal 25 cm. Sungai Cicwa Tersingkap pada koordinat 133o32 58.98 BT dan 01o36 38.05 LS, dengan tebal batubara 100 cm, batubara berwarna hitam mengkilat, pecahan semi konkoidal

7 Berdasarkan hasil perhitungan dengan memakai rumus yang biasanya dipakai untuk menghitung batubara, maka cadangan hipotetik di derah Igomo adalah sekitar 20 juta ton. Kualitas batubara ini telah dianalisis dengan menggunakan metode Air Dies Basis (ADB). Dari 10 contoh yang analisis didapat angka kisan nilai kalori 5820 m- 7935 kal/gr, kadar belerang 0,21 1,78 , kadar abu 2,1-1,5, Karbon tertambat 44,3 51,8 , zat terbang 40,3 49,43, kelembaban 3- 16%. HGI 40 55. Dari 10 contoh yang analisis didapat angka angkar rata-rata nilai kalori 7003 kal/gr., kadar belerang 0,94 , kadar abu 3,4 %, Karbon tertambat 48,1 %, zat terbang 44,90, kelembaban 6,.8%. SALAWATI SORONG Lokasi dan Kesampaian Daerah Daerah prospek terletak di daerah Salawati dan sekitarnya, Distrik Salawati dengan posisi Koordinat 131o01 40 131o10-36- BT dan 1o00 1o06 LS. Daerah tersebut dapat dicapai pesawat terbang dari Jayapura ke lapangan terbang di Jeffman, kemudian dengan kapal motor dilanjutkan ke kota Sorong, dari Sorong dilanjutkan lagi Ke Pulau Salawati dengan Kapal motor dengan waktu tempuh sekitar 2 jam. Untuk mencapai pulau-pulau di sekitar daerah penyelidikan digunakan pula kapal motor yang dapt disewa di Pelabuhan yang ada di desa Kelobo. Geologi Daerah prospek sebagian besar berupa dataran dengan sudut lereng kurang dari satu derajad, perbukitan bergelombang menempati sebagaian kecil di bagian barat dan timur daerah prospek. Daerah prospek umumnya merupakan rawa sagu dan rawa bakau. Pola pengaliran sungai menunjukkan pola dendretik dan gradien sungai kecil serta arus kecepatan lambat. Satuan batuan yang tersingkap di daerah penyelidikan meliputi satuan batuan dari Formasi Klasaman yang terdiri dari batupasir gampingan, abu-abu, perlapisan kurang baik, bagian atasnya ditandai dengan batupasir berbutir kasar, banyak mengandung gloukonit, hijau gelap seperti yang tersingkap di bagian barat Warir Tengah dan Kelopo We. Kemudian diatasnya lagi dijumpai batunapal, plastis, abu-abu, pasiran dan perselingan batupasir gampingan yang keras dan lunak. Batupasir yang keras mempunyai ketebalan perlapisan kurang dari 39 cm, sedang batupasir yang lunak mempunyai perlapisan yang tipis. Di atas Formasi Klasaman secara tidak selaras diendapkan satuan Konglomerat sele yang terdiri dari konglomerat Sele yang terdiri dari konglomerat aneka bahan dengan ciri-ciri fragmen terdiri dari kuarsa, lapukan granit, batupasir, dan batunapal. Bagian Bawah satuan ini berupa perulangan batuan konglomerat berfragmen sangat kasar bergradasi hingga batulempung pasiran yang mengandung sisasisa tanaman. Satuan ini ditandai dengan lapisan batubara muda dengan ketebalan yang tidak konstan berkisar antara beberapa sentimenter hingga 10 meter. Bagian atas dari satuan ini berupa konglomerat pasiran, perlapisan kurang baik. Satuan konglomerat Sele ini tersingkap di Pantai bagian barat P. Warir, bagian tengah P. Kabra dan P. Batimee, serta P. Salawati bagian Selatan. Sedangkan lapisan batubara muda dapat dijumpai di S. Waiboe, di Desa Kelobo, di P. Warir bagian selatan dan bagian timur.

8 Satuan Paling muda di daerah penyelidikan berupa endapan asluvial pantai dan sungai yang terdiri dari kerikil, pasir, lumpur dan sisa-sisa tumbuhan dari rawa bakau dan rawa sagu. Struktur geologi yang dijumpai di daerah prospek berupa lipatan yang cenderung berarah timur-barat dan sesar yang juga cenderung berarah timur-barat. Gejala sesar ini dapat di amati dari kelurusan gawir di sepanjang jalan dari daerah SP I sanpai SP II di Pulau Salawati. Potensi Sumber daya Batubara Paling tidak ada 8 lokasi singkapan batubara dijumpai di daerah prospek, yaitu : a. Di tepi Pantai Desa Kelobo (S3) Singkapan batubara di lokasi ini mempunyai kedudukan N 284oE/75o, tebal lapisan 1,65 m, panjang singkapan mencapai 30 meter, batubara ini berwarna hitam kecoklatan dan agak lunak, serta mengandung sedikit pirit. b. Di tepi S. Waiboe Batubara di daerah ini berwarna hitam kecoklatan, agak lunak, mengandung pirit (1%), struktur sisa tumbuhan kadang masing masih tampak. Kedudukan lapisan batubara N 330oE/9o, dimensi singkapan sekitar 30 10 meter, ketebalan sulit ditentukan karena terbatasnya singkapan dan diperlukan pemboran eksplorasi. Hasil analisa yng dilakukan di Laboratorium Kimia Mineral Direktorat Sumberdaya Mineral di Bandung menunjukkan bahwa batubara di daerah ini mempunyai kadar air 12,2%, kadar abu 2,9%, Nilai Kalori 5600 Kal/gram, kandungan belerang 0,33%. Dalam klasifikasi ASTM termasuk jenis brown coal. c. Di dekat S. Waiboe Batubara di lokasi ini hitam kecoklatan, agak lunak, ketebalan 10 meter, kedudukan lapisan batubara N 270oE/70o panjang tersingkap 50 meter. Hasil analisa yng dilakukan di Laboratorium Kimia Mineral Direktorat Sumberdaya Mineral di Bandung menunjukkan bahwa batubara di daerah ini mempunyai kadar air 13,1%, kadar abu 5,4%, Nilai Kalori 5315 Kal/gram, kandungan belerang 0,42%. Dalam klasifikasi ASTM termasuk jenis brown coal. d. Di Warir Batubara di daerah ini berwarna hitam kecoklatan, keruh, agak lunak, perlapisan kurang baik, kedudukan lapisan N 275oE/15o. Dimensi singkapan 8 13,30 meter dan ketebalan 67,2 meter. Batubara ini tersingkap pada daerah perbukitan dengan sudut lereng 25o. e. Di S. Wailen Singkapan di lokasi ini mempunyai kedudukan lapisan N 228oE/30o, berwarna hitam kecoklatan, agak lunak, dimensi singkapan 2 4 meter, ketebalan 25 cm. Lapisan diatasnya berupa batulanau gampingan, abu-abu, agak lapuk. Sedan lapisan bawahnya berupa lempung abu-abu, gampingan, lunak. f. Di dekat dermaga Desa Kelobo Batubara di lokasi ini berwarna hitam kecoklatan, agak lunak, kedudukan perlapisan N 260oE/25o. Dimensi singkapan 21 2,9 m, tebal 2,3 meter. g. Di Lokasi S14

9 Batubara di lokasi ini berwarna coklat kehitaman, agak lunak, kusam, kedudukan lapisan N 250oE/70o, tebal 16,8 meter. Kondisi di sekitar singkapan berupa perbukitan bergelombang rendah. h. Di P. Reef (S9) Batubara di lokasi ini berwarna hitam kecoklatan, agak lunak, kusam, kedudukan lapisan N 210oE/30o. Dimensi singkapan 19,9 29,8 m, ketebalan belum dapat ditentukan karena perlu pemboran eksplorasi. Pada saat air pasang pulau ini akan tenggelam. Untuk menghitung besarnya sumberdaya batubara di daerah prospek digunakan batasan-batasan sebagai berikut : 1. Penghitungan cadangan hipotetik didasarkan pada rekontruksi posisi batubara dari singkapansingkapan tersebut di atas. 2. Penghitungan dilakukan pada daerah yang ditutupi oleh lapisan tanah pada jarak miring tidak lebih dari 300 meter. 3. Batas pelamparan searah jurus dari singkapan batubara merupakan panjang maksimum dari singkapan yang dihitung (p = panjang). 4. Jumlah sumberdaya yang dihitung dihasilkan dari pengkalian p x 1 x tebal x berat jenis batubara (diambil harga 1,3). 5. Ketebalan batubara diambil dari ketebalan yang dianggap mewakili yaitu sekitar 5 meter di bagian utara dan sekitar 10 meter di bagian selatan. Dari batasan-batasan tersebut di atas diperoleh cadangan sumberdaya hipotetik sebesar :

Di bagian Utara = 5600 m x 300 m x 5 x 1,3 ton/m3 = 10.920.000 ton Di bagian Selatan = 6000 m x 300 m x 10 m x 1,3 ton/m3 = 23.400.000 ton

Batubara di daerah penelidikan secara umum mempunyai ciri-ciri berwarna hitam kecoklatan, kusam, rapuh, dapat mengotori tangan, sering diisi mineral lain seperti mineral lempung, sulfida yang berupa pirit, dan kadang masih terlihat tekstur kayu, maka menurut Dieesel (1984) jenis ini masih termasuk Fusain. Hasil analisis laboratorium menunjukkan nilai kalor rata-rata 5457,5 kal/gram, kadar air rata-rata 12,65%, kadar abu rata-rata 4,15 %, dan kadar belerang 0,37 %. Dengan mempertimbangkan beberapa faktor, utamanya menyangkut kualitas batubara yang berupa brown coal, kedudukan perlapisan yang hampir tegak terutama di baghian tengah, serta kondidi alam yang berupa rawa-rawa dan morfologi berupa dataran dengan ketinggian kurang dari 50 meter dari permukaan laut, maka batubara di daerah ini dapat dikembangkan sebagai energi alternatif di kota sorong dalam bentuk suatu PLTGU mini yang mampu mensuplai kebutuhan tenaga listrik di kota tersebut.Halaman Depan Data Potensi Papua Pertambangan Potensi Energi

Potensi Energi

10 Potensi sumberdaya energi di Papua yang potensial tersedia memang cukup besar, namun berapa besar potensi riil sebenarnya belum dapat dipastikan. Baru sebagian kecil energi yang dimanfaatkan, dimana energi yang telah diketahui dapat dilihat pada tabel 1, sedangkan peta lokasi pembangkit listrik di Propinsi Papua dapat dilihat pada gambar 5. Minyak dan Gas Cadangan minyak dan gas bumi di Indonesia berhubungan erat dengan cekungan sedimen berumur Tersier. Di sekitar Propinsi Papua telah diidentifikasi sejumlah cekungan yang penyebarannya berada di sebelah utara maupun selatan Papua . Dua (2) buah cekungan di sebelah utara Jayapura belum pernah dilakukan pemboran, tiga (3) cekungan telah dilakukan pemboran tetapi belum menghasilkan penemuan, satu (1) buah cekungan sudah menghasilkan penemuan tetapi belum sampai pada tahap produksi, dan dua (2) buah cekungan telah berproduksi. Potensi Migas di Papua cukup menjanjikan, sebagian cadangan yang terdapat di daerah Kepala Burung dan Bintuni telah berproduksi, sedangkan daerah lainnya masih dalam tahap eksplorasi. Ekploitasi minyak dan gas bumi dilakukan melalui beberapa lapangan minyak dan gas bumi di sekitar Sorong seperti lapangan Klamono, Linda, Salawati dan sekitar Bintuni. Produksi dari lapangan minyak tersebut umumnya masih relatif kecil. Ekplorasi untuk menemukan cadangan baru terus dilakukan dengan mempergunakan berbagai cara seperti pemetaan, geofisika (seismik) maupun pemboran. Akhir-akhir ini telah ditemukan pula cadangan gas yang cukup besar di sekitar Bintuni (Wiriagar). Cadangan gas ini disamping sebagai sumber energi juga dapat dipergunakan sebagai bahan baku untuk industri petrokimia. Sumber daya energi berupa Minyak Bumi, Gas Bumi, Panasbumi, Batubara, Tenaga Air, Tenaga Matahari (solar) di Papua umumnya belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Minyak bumi dan gas bumi (Migas) pada saat ini masih menjadi andalan utama sebagai sumberdaya energi baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun sebagai komoditas eksport. Energi Selain Minyak dan Gas Cadangan minyak dan gas bumi terbatas, karena itu perlu dimanfaatkan sumberdaya energi lainnya seperti tenaga air, tenaga matahari yang potensinya cukup besar di Papua. Untuk mengatasi hal ini program Konservasi, Diversifikasi dan Intensifikasi energi perlu ditingkatkan keberhasilannya. Sungai-sungai di Papua baik yang besar maupun kecil dapat dimanfaatkan untuk tenaga listrik. Berdasarkan hasil survei yang dilaksanakan oleh tenaga ahli dari Jepang (lihat Tabel 2 dan Gambar 7) Sungai Mamberamo diperkirakan dapat menghasilkan tenaga listrik sebesar kurang lebih 10.000 MW. Dari sekian banyak sungai hanya sebagian kecil saja yang sudah dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik, itupun untuk pembangkit listrik skala kecil seperti PLTM. Hal ini disebabkan selain diperlukan

11 modal besar dan teknologi tinggi juga jumlah penduduk sedikit dan tersebar serta kondisi geografis yang cukup sulit. Dari penelitian awal oleh Kanwil Departemen Pertambangan dan Energi propinsi Papua, danau Paniai dapat menghasilkan 300 MW. Selain tenaga air, tenaga surya telah banyak dimanfaatkan untuk tenaga listrik terutama untuk penerangan bagi penduduk di daerah terpencil jauh dari jangkauan listrik PLN. Sumber energi baru lain yang ke depan perlu dikaji untuk pengembangannya ialah Tenaga Bayu (Angin) karena teknologinyapun telah tersedia demi penerapan dan pemanfaatannya. Selengkapnya hubungi : pertambanganpapua.web.id/main/public/images/peta_sdm_460.jpg)Halaman Depan Data Potensi Papua Pertambangan Potensi Mineral

Potensi Mineral Potensi sumberdaya mineral dan energi di Provinsi Papua telah dikenal luas oleh masyarakat international sebelum perang dunia kedua. Pada awalnya minyak bumi merupakan komoditas yang paling menarik untuk dieksploitasi. Seorang geologist yang bernama J.J Dozy dalam ekspedisinya pada tahun 1936 Pegunungan Tengah dalam upaya pencarian minyak bumi, menemukan sebuah bukit berbentuk seperti gigi setinggi 131 yang kaya akan unsur tembaga. Kemudian ia mengambil sampel untuk di kirim ke Universitas Leiden di Belanda. J.J Dozy menamakan bukit tersebut Erstberg yang artinya Gunung Bijih. Pada tahun 1960 publikasi J.J Dozy tersebut dibaca oleh Fobes Wilson dari Freeport Sulphur Co dan menindaklanjutinya dengan meninjau bukit tersebut. la.Kemudian berdasarkan UU Nomor 1 Tahun 1967 Tentang Penanaman Modal Asing, maka pada tanggal 7 April 1967 ditandatanganilah Perjanjian Kontrak Karya antara Pemerintah Indonesia dengan Freeport McMoran Inc. Freeport mempunyai hak ekslusif untuk mengelola daerah konsensi 10 x 10 Km2 atau seluas 100 km2 di sekitar Ertsberg. Sejak saat itulah pertambangan modern dimulai di Provinsi Papua.

Pada bulan Desember 1967 dimulailah pemboran untuk melakukan studi kelayakan. Studi ini selesai 2 tahun kemudian atau pada tahun 1969. Kemudian dilanjutkan dengan melakukan tahap kontruksi pada 1969 - 1972. Pada tahun 1972 dimulailah pengapalan konsentrat tembaga untuk pertama kalinya ke Hibi Jepang, sejak saat itu mulailah Provinsi Papua menjadi pengekspor konsentrat tembaga. Produksi Freeport pada saat itu baru mencapai 8.000 ton bijih/hari, kemudian meningkat menjadi 18.000 ton bijih/hari. Selama tahun 1967 - 1988, Freeport menemukan sejumlah endapan tembaga dalam skala kecil seperti Gunung Bijih Timur, Intermediate Ore Zone (IOZ), Deep Ore zone (DOZ), DOM. Kemudian Pada tahun 1988 Freeport menemukan adanya cebakan endapan tembaga dan emas dengan kadar yang cukup

12 ekonomis dengan cadangan lebih dari 400 MT yang merupakan endapan tunggal tembaga terbesar. Untuk mengembangkan potensi tersebut diperlukan investasi yang cukup besar, sehingga diperlukan adanya jaminan perpanjangan kontrak karya. Maka pada 30 Desember 1996 ditandatanganilah perpanjangan kontrak karya dengan pemerintah Indonesia dengan membaginya menjadi 2 blok, yaitu blok A yang merupakan daerah kontrak karya lama, dan blok B seluas 1,9 juta ha untuk Blok B. Keberhasilah Freeport menemukan sejumlah cadangan endapan tembaga di daerah konsensinya dan adanya kesamaan sejarah geologinya dengan Papua New Guinea (terdapat 13 Perusahaan tambang yang sudah berproduksi), kemudian memicu perusahaan lain untuk menanamkan modalnya di Provinsi Papua. Oleh karena itu tidak heran jika mulai dari 1996 terjadi booming investasi pertambangan di Papua. Hingga akhir tahun 2000 paling tidak terdapat 22 perusahaan kontrak karya, 5 perusahaan Kuasa Pertambangan dan 3 perusahaan di bidang pengusahaan batubara melakukan eksplorasi di Provinsi Papua . Dalam UU No. 11 tahun 1967, tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan, investasi asing di bidang pertambangan umum dilakukan melalui penerapan sistem Kontrak Karya (KK), yaitu perjanjian antara pemerintah dengan investor yang berbadan hukum Indonesia, dimana pemerintah bertindak sebagai pihak pemilik (principal) sedangkan perusahaan pertambangan bertindak sebagai kontraktor. Perjanjian kontrak karya secara khusus memberi hak tunggal kepada investor untuk melakukan penelitian sumberdaya mineral yang terkandung dalam wilayah kontrak karya, dan kemudian menambang, mengolah dan memasarkan endapan mineral yang ditemukan. Hak tunggal ini diberikan sebagai konsekuensi atas kesediaan menanggung resiko atas pelaksanaan kegiatan eksplorasi dimana resiko kegagalannya sangat tinggi, disamping pemenuhan pembayaran pajak dan kewajiban lainnya yang disebutkan dalam Kontrak Karya. Dalam melaksanakan operasinya, pemegang Kontrak Karya mempunyai hak kendali dan manajemen tunggal atas semua kegiatannya, termasuk mempekerjakan sub kontraktor untuk melaksanakan tahaptahap operasinya. Pemegang Kontrak Karya juga mempunyai kewajiban seperti menanam modal, membayar pajak dan pungutan-pungutan lain, kewajiban mengikuti standar pertambangan yang ditetapkan pemerintah, kewajiban melaksanakan peraturan lingkungan hidup, dan kewajiban melaksanakan standar keselamatan kerja dan kesehatan. Jika diperhatikan maka di masa lalu, semua keputusan mengenai pengusahaan pertambangan selalu dilakukan di Jakarta atau oleh Pemerintah Pusat. Peranan Pemerintah Daerah pada saat itu hampir tidak ada. Hal ini menimbulkan adanya ketidak adilan di dalam pembagian hasil dari pengusahaan sumber daya mineral tersebut. Padahal apabila kita cermati, hampir semua akibat yang ditimbulkan oleh adanya aktivitas tersebut dipikul seluruhnya oleh Pemerintah Daerah dan masyarakat yang ada di sekitar lokasi penambangan. Hal ini sering menimbulkan konflik sosial dan ketidakstabilan keamanan di sekitar lokasi kegiatan tambang. Dengan adanya UU Otonomi daerah dan UU Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua memberikan kesempatan yang luas bagi pemerintah daerah, khususnya Pemerintah Provinsi Papua untuk membuat kebijakan yang lebih adil, baik bagi masyarakat pemilik hak ulayat, pemerintah daerah maupun bagi perusahaan itu sendiri. Era konsep pertambangan barupun dimulai di Provinsi Papua. Pada

13 saat ini tercatat 11 wilayah KP baru telah diberikan oleh Gubernur Provinsi Papua dengan total luas 355.000 Ha, umumnya untuk bahan galian emas dan batubara. Iuran penyelidikan umum, eksplorasi, eksploitasi, pengolahan, penjualan dibayar kepada Pemerintah Daerah (berbeda dengan sebelumnya dibayarkan pada Pemerintah Pusat), seterusnya pembagian perimbangan keuangan akan dilakukan oleh Pemerintah Daerah.Halaman Depan Data Potensi Papua Pertambangan Daerah Pertambangan

Daerah Tambang Daerah Ertsberg dan sekitarnya Daerah meneralisasi Ertsberg (Gunung Bijih) menempati lereng selatan Pegunungan Jayawijaya (Carstensz) yakni daerah yang terangkat paling tinggi dari rangkaian Pegunungan Tengah Irian Jaya. Puncak tertingginya Carstensz Pyramid mencapai ketinggian 5.200 meter. Batuan sedimen tertua di daerah ini ialah anggota teratas kelompok kembelangan, dengan kisaran umur dari Jura sampai Kapur. Batuannya terutama terdiri dari selang-seling kwarsit dan batupasir, dan setempat terubah menjadi hornfels karena metamorfosa oleh intrusi. Anggota kelompok Kembelangan tersebut tertutup secara selaras oleh formasi Faumai berumur Eosen, yaitu Formasi Basal dari kelompok-batugamping Irian Jaya. Formasi ini terutama terdiri dari berbagai jenis batugamping bioklastik yang mengandung antara lain fosil milidae, algea dengan ciri khas adanya foraminifera besar. Sebagaimana ditunjukkan di lapangan, batuan formasi ini peka untuk metasomatisma terhadap intrusi dioritik yang kemudian dapat termineralisasi. Formasi basal di atas tertutup secara selaras oleh formasi Ainod berumur Oligocene dari kelompok batugamping yang sama. Batuannya berupa sikwens tebal dari batu gamping masif, dan di daerah Ertsberg kontaknya dengan formasi faumai ditanmdai oleh batupasir dengan ketenbalan sampai satu meter. Lapisan-lapisan sedimen di daerah Ertsberg berjurusbarat-laut-tenggara dengan kemiringan sedang kearah timur laut. Ke arah yang sama, kemiringannya semakin curam dan terdapat suatu zona dengan sepasang sinklin berjarak rapat dan menghujam akibat kompresi yang kuat. Sumbu-sumbu sinklinnya hampir sejajar dengan jurus kemiringan lapisan di atas yang juga menggambarkan arah regional. Di sebelah timur lautnya, tersingkap dengan jelas suatu sesar naik yang disisi selatannya menyebabkan patahan normal dan patahan-patahan undak (step fault). Susunan patahan-patahan tersebut mendasari bagian bubungan dari Pegunungan Tengah Irian Jaya tersebut sebelumnya, sedangkan di permukaan membentuk lembah lebar berbentuk huruf U. Dimulai dari sesar naik itu, di bagian timur laut daerah Ertsberg perlipatannya langsung menjadi landai. Beberapa patahan strike-slip tegak memotong perlipatan-perlipatan tersebut dengan arah timur daya-barat laut. Intrusi-intrusi berukuran relatif kecil terdapat sebagai stock, retas dan sill yang melampar sepanjang patahan-patahan utama tersebut atau pada perpotongannya. Batuan intrusif tersebut berkomposisi diorit sampai monzonit, berbutir sedang yang serba sama sampai porfiritik dengan hornblende, biotit

14 dan piroksin sebagai mineral mafik. Bijih tembaga dengan kadar yang tinggi terdapat dalam skarnxenolitik, skarn-kontak, dan stockwork. Mineral bijih tembaga yang utama ialah kalkopirit dan bornit, sedang emas terdapat sebagai inklusi di dalamnya. Di daerah Ertsberg, bentang alam dan endapan glasial merupakan ciri yang khas. ENDAPAN BIJIH ERTSBERG Tubuh biji Ertsberg terdiri dari skarn magnetit dengan bentuk seperti gigi yang kearah luar dikelilingi berturut-turut oleh selikat-gamping dan kemudian diorit. Seluruh skarn magnetite ter-breksi, dengan inklusi berbentuk menyudut dan berukuran halus sampai beberapa meter yang terdiri dari karn silikatgamping, batuan beku, dan kalkopirit masif. Selain itu terdapat banyak rongga dan gua yang dilapisi oleh kalsit, selikat amorf, dan kalkopirit. Mineral biji utamanya ialah kalkopirit dan bornit yang berasosiasi dengan galena, bismutit, kovelit,digenit, sfalerit, tembaga alami, perak alami, linnacit, dan tetrahedrit. Umumnya sulfida-sulfida di atas terdapat sebagai hamburan (replacement) foraminifera besar dan bidang perlapisan, blok sampai berdiameter 3 meter, dan pengisian rongga. Emas berbutir halus terdapat sepanjang batas bornit dengan kwarsa atau kalsit. Ciri-ciri khas dalam skala kecil dan besar menunjukkan bahwa skarn magnetit Ertsberg adalah pengganti dari skarn silikat-gamping yang terbentuk sebelumnya, dan batuan intrusif. Keseluruhan bentuk dan ukuran skarn silikat-gamping dan skarn magnetit mencerminkan suatu potongan besar dari metasoma batugamping foraminifera besar dolomitan yang tertelan (stoped) oleh intrusi dioritik. Cadangan geologi endapan bijih Ertsberg lebih dari 35 juta ton, dengan kadar Cu lebih besar dari 2,0%. Produksi dengan metoda tambang terbuka dimulai tahun 1972, dan dewasa ini tambang sudah ditutup, dengan meninggalkan sedikit sisa cadangan bagian bawah, yang kemudian hari akan ditambang dengan metoda bawah-tanah. Mineralisasi tembaga dalam wilayah kontrak karya FIC selain di Ertsberg atau Gunung Bijih (GB), terdapat pula di daerah sekitarnya, yaitu di Ertsberg East atau Gunung Bijih Timur (GBT), Dom dan Grassberg. ENDAPAN BIJI ERTSBERG TIMUR Sekitar 1,5 km sebelah timur endapan skarn senolitik Ertsberg, terdapat deposit skarn sentuh Ertsberg Timur. Endapan ini terbentuk di antara batugamping kelompok Irian Jaya terutama dari formasi Faumai dan intrusi dioritik Ertsberg Timur. Menurut keperluan penambangan, kompleks Ertsberg Timur dibagi dari permukaan ke bawah menjadi zona-zona bijih atas (Gunung Bijih Timur, GBT), tengah (intermediate ore zone, IOZ), dan dalam (deep ore zone, DOZ). Mineral tembaga yang utama ialah bornit dan sedikit kalkopirit, dengan mineral ikutannya idait, kalkosit, kovelit, galena, pirit, sfalerit, pirargit, dan markasit. Emas terdapat sebagai inklusi dalam sulfida tembaga, kalsit dan serpentin. Di GBT, sulfida tembaga terdapat sebagai sebaran dalam antar ruang

15 mineral silika-gamping, isian dalam retakan dan rongga, dan urat. Bentuk mineralisasi tembaga itu lebih intensif lagi sepanjang breksi patahan sentuh dengan batugamping yang termarmerkan. Di DOZ dan sebagian IOZ, zona bijih utamanya ialah sepanjang breksi patahan sentuh tersebut yang telah digantikan oleh skarn magnetit. Mineral tembaganya terdapat sebagai sebaran dalam antar-ruang mineral magnetit, dan urat yang seringkali hampir murni/masif. Keseluruhan cadangan Ertsberg Timur berjumlah lebih dari 100 juta ton dengan kadar tembaga lebih dari 2,0%. ENDAPAN BIJI DOM Dom ialah endapan skarn sentuh lainnya, tapi mineralogi bijihnya mempunyai banyak persamaan dengan endapan Ertsberg. Pada bidang datar, bentuk tubuh bijihnya seperti segitiga yang di bagian tengahnya diterobos oleh diorit tanpa mineralisasi.Seperti pada kedua endapan yang dibahas terdahulu. Kompleks Dom juga sedikit banyak mengalami breksiasi. Mineral tembaga yang utama ialah kalkopirit dengan digenit dan konvelitsebagai ubahan tepi (alteration rim). Mineral tembaga oksidanya termasuk malakhit, limonit pitch, dan delafosit/fenorit Dalam skarn garnet, mineral tembaganya terdapat sebagai sebaran, isian retakan dan rongga, dan bagian tepi dari garnet yang terbentuk kemudian. Dalam skarn magnetit yang menggantikan breksi patahan sentuh dan skarn silikat-gamping, terdapat sebagai isian retakan dan rongga sebaran, dan penggantian foraminifera besar dan bidang perlapisan . Elektrum dan jejak (trace) emas murni hanya terdapat dalam jumlah kecil sebagai inklusi dalam sulfida tembaga. Suatu Zona yang teroksidasi supergen terdapat di bagian atas dan juga terbentuk lapisan tipis ke bawah yang mengikuti struktur. Cadangan endapan bijih Dom berjumlah 31 juta ton dengan kadar rata-rata 1,5% tembaga dan 0,4 gram/ton perak. Endapan Cu-Au porfiri Grasberg terbatas dalam zona silikasi berbentuk stockwork di dalam diorit Grasberg yang sebelumnya telah mengalami ubahan potasik. Tubuih bijih tersebut hanya sekitar 10% dari keseluruhan luas permukaan diorit Grasberg, dan terletak sedikit diluar pusatnya.Bentuknya seperti silinder yang mencapai kedalaman sekitnya 800 meter dari permukaan, dan bentuk datarnya menyerupai tapal kuda. Diorit Grasberg menerobos batugamping formasi Ainod dan Faumai yang terlipat kuat. Beberapa intrusi kecil kemudian yang terbentuk seperti penyumbat (plug) tampaknya serupa dengan diorit grassberg, tapi tidak sama betul dalam komposisi mineral dan ubahannya. Sikuen ubahan hidrotermal pada kompleks diorit Grasberg, merupakan ciri khas untuk endapan tembaga yang kaya dengan emas, yaitu silisifikasi, potasik, propilitik, dan deuterik. Mineral sulfida termasuk pirit, kalkopirit, bornit, digenit, dan kovelit. Kalkopirit terdapat terutama sebagai isian retakan dan urat yang kadang-kadang hampir murni dalam stockwork kwarsa. Ditempat yang lebih dalam digenit dan kovelit terdapat sebagai ubahan bagian tepi disekeliling kalkopirit. Berdasarkan hasil perhitungan cadangannya berjumlah 485 juta ton dengan kadar rata-rata 1,59% tembaga 1,78% gram/ton emas, dan 4,49 gram/ton perak.

16

Halaman Depan

Data Potensi Papua

Kehutanan

Total potensi hutan di Papua meskipun secara fisik cukup besar namun kurang ekonomis karena potensi per hektarnya sangat rendah yaitu 35 m/ha untuk jenis komersial dan 61 m/ha untuk semua jenis. Selain potensinya sangat rendah, sebagian besar kayunya terdiri dari jenis-jenis yang belum dikenal dipasaran (belum komersial), keadaan topografinya sangat berat dan pada sebagian besar wilayahnya tidak terdapat sungai yang dapat dijadikan sarana angkutan sehingga biaya eksploitasinya menjadi sangat tinggi. Sebagai perbandingan terhadap daerah lain potensi rata-rata per hektar tertinggi di Kalimantan yaitu 84 m/ha (komersial) dan 90 m/ha (semua jenis) disusul Sumatera yaitu 64 m/ha (komersial) dan 79 m/ha (semua jenis) dan Sulawesi untuk komersial dan semua jenis berturut-turut 44 m/ha. Pengelolaan hutan produksi lestari memerlukan perencanaan yang disusun berdasarkan pada kondisi potensi hutan yang ada. Dengan demikian perhitungan potensi hutan

17

bersama-sama dengan perhitungan kawasan hutan mempunyai peran yang sangat vital dalam perencanaan pengelolaan hutan produksi. Jenis-jenis hasil hutan kayu yang dimanfaatkan dikelompokkan; Kelompok Meranti terdiri dari; Matoa (Pometia spp.), Merbau (Instia spp.), Mersawa (Anisoptera spp.), Kenari (Canarium spp.), Nyatoh (Palaquium spp.), Resak (Vatica spp.), Pulai (Alstonia spp.), Damar (Agathis spp.), Araucaria (Araucaria spp.), Kapur (Dryobalanops spp.), Batu (Shorea spp.), Mangga hutan (Mangifera spp.), Celthis (Celthis spp.), dan Kayu Cina (Podocarpus spp.). Kelompok Kayu Campuran terdiri dari; Ketapang, Binuang, Bintangur, Terentang, Bipa, Kayu Bugis, Cempaka, Pala hutan. Kelompok Kayu Indah terdiri dari jenis; Dahu (Dracontomelon spp.), Linggua (Pterocarpus spp.), dan Kuku. Potensi kayu ini sudah dimanfaatkan/diusahakan dalam bentuk Hak Pengusahaan Hutan (HPH) dan industri pengolahan kayu.DATA POTENSI HUTAN PROVINSI PAPUA A. Luas Hutan Berdasarkan Peta Kawasan Hutan No Ha Fungsi Hutan % Luas

1. Hutan Suaka Alam dan hutan Pelestarian Alam 7.694.934 18 2. Hutan Lindung 3. Hutan Produksi Terbatas 4. Hutan Produksi Tetap 5. Hutan Produksi Yang Dikonversi 6. Kawasan Perairan Jumlah 8.917.585 21 1.763.531 4 8.883.093 21 6.109.342 14 841.284 2

34.209.769 66

B. Luas Kawasan Hutan dan Perairan Per Kabupaten / Kota No PPA Kabupaten / Kota HL Fungsi Hutan HPT HP HPK APL Jumlah

18 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20 JUMLAH Merauke Jayapura Jayawijaya Mimika Nabire Yapen Waropen Paniai Puncak Jaya Biak Numfor Kota Jayapura Boven Digoel Mappi Asmat Yahukimo Pegunungan Bintang Tolikara Sarmi Keerom Waropen Supiori 7.694.934 1.976.115 247.144 1.402.257 682.334 1.201.284 296.486 680.460 154.098 121.704 78.557 470.236 48.808 6.978 2.859 529.179 271.594 144.625 525.592 12.582 68.006 252.301 215.480 11.948 936.458 606.650 80.118 11.440 50.031 322.694 235.888 852.826 404.881 112.885 150.140 71.936 76.790 2.832 23.181 4.367 71.046 912.831 195.372 199.473 93.372 691 374.296 21.344 33.643 1.604.216 180.376 548.149 201.297 384.410 510.991 17.357 157.170 322.352 21.785 57.632 97.482 44.513 17.800 3.028 13.192 13.602 14.057 36.986 2.992 8.835 77.272 105.181 3.126 15.221 129.256 20.751 4.920.682 3.290.625 1.796.549 1.674.042 1.141.881 226.664 1.559.673 1.396.238 240.662 90.735 2.540.721 2.748.666 2.276.602 1.574.696 2.079.450 731.081 3.055.718 1.098.125 1.680.905 -

1.580.049 847.633 2.597.416 147.197 1.599.295 132.359 182.992 175.575 307.729 130.660 728.301 190.012 67.234 119.576 356.861 264.088 216.655 -

1.650.779 80.681 463.754 -

1.408.057 442.258 389.126 497.071 172.413 150.121 -

8.917.585 1.763.531 8.833.039 6.109.342 841.284 34.159.715

C. Produksi Kayu Bulat

19 Tahun Jumlah Produksi Produksi % 2001 2002 2003 2004 2005 811.769.430 820.977.100 92.872.545 302.302.999 24.322.237

No M3 1. 2. 3. 4. 5.

Jumlah 419.497.781

D. Produksi Kayu Olahan No M3 Jenis % Jumlah Produksi

1. Swan Timber 94.907.616 2. Playwood 1.677.866.982

3. Block Board 22.434.432 4. Swanmill 5. Mulding Jumlah 181.008.177 40.226.809 243.669.418

E. Produksi Hasil Hutan Non Kayu No Tahun Produksi Jumlah Produksi

20 M3 1. Gaharu 2. Kayu Masohi 3. Kemendangan 4. Rotan 5. Damar % 290.000 50.720.000 181.008.177 163.030 8 3 181.008.177 -

6. Minyak Kayu Putih Jumlah

Perkembangan Penyebaran HPH Hingga 2005 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Kabupaten / Kota Jayapura Keerom Sarmi Waropen Nabire Mimika Merauke Asmat Mappi 6 3 3 4 1 1 3 7 31 1.432.636 681.890 394.810 634.500 123.800 171.100 621.700 1.664.850 6.208.429 Unit Luas (Ha) 3 492.143

10. Boven Digoel Jumlah

21 Perkembangan IUPHHK Berdasarkan Ijin Gubernur Provinsi Papua Hingga Tahun 2005 No. Nomor 1. Pemegang Ijin Tanggal PT. Mondialindo Setya Pratama SK IUPHHK Luas (Ha) 13 Tahun 2002 21 Februari 2002 21 Februari 2002 21 Februari 2002 17 Mei 2002 24 Mei 2002 24 Mei 2002 21 Mei 2002 21 Mei 2002 24 Mei 2002 5 November 2002 21 Mei 2002 94.500

2.

PT. Sumber Mitra Jaya

14 Tahun 2002

49.126

3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

PT. Salaki Mandiri Sejahtera PT. Persada Papua Hijau PT. Sauri Moari Rimba Unit I PT. Sauri Moari Rimba Unit II PT. Mega Pura Mamberami Bangun PT. Manokwari Mandiri Lestari PT. Mitra Pembangunan Global PT. Papua Rimba Lestari PT. Tunas Sawaerna

15 Tahun 2002 514 Tahun 2002 5146 Tahun 2002 52 Tahun 2002 47 Tahun 2002 48 Tahun 2002 53 Tahun 2002 146 Tahun 2002 158 Tahun 2002

80.500 100.000 100.000 63.000 85.000 83.240 98.500 98.180 42.400

Luas Lahan Kritis Per Kab/Kota Se Provinsi Papua s/d 2005 No LKTP 1. Kabupaten / Kota LBPT Merauke 902.069 1.245.303 Luas Lahan Kritis (Ha)

22 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20 JUMLAH Jayapura Jayawijaya Mimika Nabire Yapen Waropen Paniai Puncak Jaya Biak Numfor Kota Jayapura Boven Digoel Mappi Asmat Yahukimo Pegunungan Bintang Tolikara Sarmi Keerom Waropen Supiori 841.284 43.417 495.185 13.477 66.177 4.940 14.940 1125.636 17.739 9.514 171 240 488 34.159.715 26.940 4.415 30.729 39.379 24.889 142.880 38.431 582 9751 691 243 -

Sumber Dinas Kehutanan Provinsi Papua

http://images.search.yahoo.com/images/view;_ylt=A2KJke5l51ZPUVQAQH2JzbkF;_ylu=X3oD MTBlMTQ4cGxyBHNlYwNzcgRzbGsDaW1n?back=http%3A%2F%2Fimages.search.yahoo.co m%2Fsearch%2Fimages%3Fp%3Dpertambangan%2Bpapua%26ei%3Dutf-

23

8%26fr%3Dsfp%26tab%3Dorganic%26ri%3D8&w=758&h=666&imgurl=distamben.papua.go.i d%2Fimages%2Fnews.h2.gif&rurl=http%3A%2F%2Fdistamben.papua.go.id%2Fnews.htm&siz e=22.1+KB&name=DINAS+PERTAMBANGAN+DAN+ENERGI+PROVINSI+PAPUA+News +Page&p=pertambangan+papua&oid=fce6ce068af1b21368c68b24d3869b88&fr2=&fr=sfp&tt= DINAS%2BPERTAMBANGAN%2BDAN%2BENERGI%2BPROVINSI%2BPAPUA%2BNe ws%2BPage&b=0&ni=21&no=8&tab=organic&ts=&sigr=115805s6h&sigb=132teqbnf&sigi=1 18r77r11&.crumb=VkSIG0QFXiD pertambangan papua http://images.search.yahoo.com/images/view;_ylt=A2KJke5l51ZPUVQAOX2JzbkF;_ylu=X3oD MTBlMTQ4cGxyBHNlYwNzcgRzbGsDaW1n?back=http%3A%2F%2Fimages.search.yahoo.co m%2Fsearch%2Fimages%3Fp%3Dpertambangan%2Bpapua%26ei%3Dutf8%26fr%3Dsfp%26tab%3Dorganic%26ri%3D1&w=1612&h=1154&imgurl=distamben.papua.g o.id%2FMAPS%2Flogam_transparansi%2520A4.jpg&rurl=http%3A%2F%2Fdistamben.papua. go.id%2Fservices.htm&size=154.3+KB&name=DINAS+PERTAMBANGAN+DAN+ENERGI +PROVINSI+PAPUA+Services+Page&p=pertambangan+papua&oid=6a34c70b017a0a86d8299 863a30e4948&fr2=&fr=sfp&tt=DINAS%2BPERTAMBANGAN%2BDAN%2BENERGI%2BP ROVINSI%2BPAPUA%2BServices%2BPage&b=0&ni=21&no=1&tab=organic&ts=&sigr=119 0ju20k&sigb=132qv6ppp&sigi=11mb73ouu&.crumb=VkSIG0QFXiD logam transparansi