wilayah kesesuaian lahan tanaman mengkudu di kota depok

26
Wilayah Kesesuaian Tanaman Mengkudu di Kota Depok, Jawa Barat Syarif Hidayatulloh 1 1 Departemen Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetaahuan Alam Universitas Indonesia Depok, Indonesia [email protected] Abstrak. Tingginya angka penderita diabetes di Indonesia, hal itu perlu diimbangi dengan ketersediaan obat. Mengkudu sebagai salah satu tanaman yang berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit diabetes. Akan tetapi hingga saat ini pemanfaatan mengkudu belum optimal. Depok sebagai kota yang dekat dengan Ibukota Jakarta merupakan tempat yang cukup cocok jika dilihat dari tingkat aksesbilitasnya. Namun hal itu perlu diklarifikasi dengan syarat tumbuh optimal tanaman mengkudu yaitu kemiringan lereng, ketinggian, curah hujan, dan jenis tanah yang diolah menggunakan analisa softrware ArcGIS 9.3 dengan klasifikasi : sangat sesuai, cukup sesuai, tidak sesuai. Keywords: Analisis spasial, Mengkudu, Lereng, Ketinggian, Curah Hujan 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pola hidup yang kurang sehat menyebabkan tingginya angka penderita Diabetes di Indonesia khususnya di Jakarta. Diabetes Mellitus adalah suatu kelompok penyakit

Upload: ardhi-tariganz

Post on 22-Dec-2015

33 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kesesuaian lahan

TRANSCRIPT

Page 1: Wilayah Kesesuaian Lahan Tanaman Mengkudu Di Kota Depok

Wilayah Kesesuaian Tanaman Mengkudu di Kota Depok, Jawa Barat

Syarif Hidayatulloh1

1 Departemen Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetaahuan AlamUniversitas Indonesia

Depok, [email protected]

Abstrak. Tingginya angka penderita diabetes di Indonesia, hal itu perlu diimbangi dengan ketersediaan obat. Mengkudu sebagai salah satu tanaman yang berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit diabetes. Akan tetapi hingga saat ini pemanfaatan mengkudu belum optimal. Depok sebagai kota yang dekat dengan Ibukota Jakarta merupakan tempat yang cukup cocok jika dilihat dari tingkat aksesbilitasnya. Namun hal itu perlu diklarifikasi dengan syarat tumbuh optimal tanaman mengkudu yaitu kemiringan lereng, ketinggian, curah hujan, dan jenis tanah yang diolah menggunakan analisa softrware ArcGIS 9.3 dengan klasifikasi : sangat sesuai, cukup sesuai, tidak sesuai.

Keywords: Analisis spasial, Mengkudu, Lereng, Ketinggian, Curah Hujan

1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Pola hidup yang kurang sehat menyebabkan tingginya angka penderita Diabetes di Indonesia khususnya di Jakarta. Diabetes Mellitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemi yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya(1) mengkudu merupakan salah satu tanaman yang memiliki khasiat untuk menyembuhkan penyakit diabetes. Saat ini optimalisasi penggunaan mengkudu sebagai bahan dasar obat belum lah optimal, hal itu dikarenakan belum adannya perkebunan mengkudu secara intensif. Hal ini mendorong peneliti untuk mencari dimanakah tempat yang sesuai untuk perkebunan mengkudu. Kota Depok menjadi pilihan dikarenakan letaknya di dekat Jakarta dengan tingkat aksesbilitas yang cukup tinggi namun belum terlalu tercemar oleh aktifitas industry bila dibandingkan dengan kota di sekitar Jakarta lainnya. Pemanfaatn lahan pun belum terlalu optimal di Kota Depok sehingga banyak lahan yang hanya ditumbuhi tanaman yang tidak produktif. Karakterisitik tanaman mengkudu yang

Page 2: Wilayah Kesesuaian Lahan Tanaman Mengkudu Di Kota Depok

tidak terlalu membutuhkan perlakuan istimewa juga akan membuat para pemilik lahan dapat melakukan pekerjaan lainnya selain berkebun mengkudu.

1.2 Tujuan

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui wilayah kesesuaian lahan

tanaman mengkudu di Kota Depok, Jawa Barat.

1.3 Rumusan Masalah

Dimana wilayah yang sesuai untuk tanaman mengkudu di Kota Depok, Jawa Barat?

1.4 Batasan Penelitian

Batasan pada penelitian ini adalah batas administrasi Kota Depok, Jawa. Batasan

materi yang dikaji adalah variabel yang digunakan untuk mengetahui kesesuaian

lahan tanaman mengkudu, yaitu lereng, ketinggian, suhu,curah hujan, dan jenis tanah.

2 Tinjauan Pustaka

2.1 Konsep Wilayah

Dalam Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang,

wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografi beserta segenap unsur yang

terkait kepadanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek

administratif dan atau aspek fungsional (2) . Menurut Saefulhakim, dkk (2002) wilayah

adalah satu kesatuan unit geografis yang antar bagiannya mempunyai

keterkaitansecara fungsional (3) .

Menurut Rustiadi, et al. (2006) wilayah dapat didefinisikan sebagai unit

geografis dengan batas-batas spesifik tertentu dimana komponen-komponen wilayah

tersebut satu sama lain saling berinteraksi secara fungsional. Komponen-komponen

Page 3: Wilayah Kesesuaian Lahan Tanaman Mengkudu Di Kota Depok

wilayah mencakup komponen biofisik alam, sumberdaya buatan (infrastruktur),

manusia serta bentuk-bentuk kelembagaan. Dengan demikian istilah wilayah

menekankan interaksi antar manusia dengan sumberdaya-sumberdaya lainnya yang

ada di dalam suatu batasan unit geografis tertentu (4).

2.2 Kesesuaian Lahan

Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk

penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat ini

(kesesuaian lahan aktual) atau setelah diadakan perbaikan (kesesuaian lahan

potensial). Klasifikasi kesesuaian lahan adalah perbandingan (matching) antara

kualitas lahan dengan persyaratan penggunaan lahan yang diinginkan.

Struktur klasifikasi kesesuaian lahan menurut kerangka FAO (1976) dapat

dibedakan menurut tingkatannya, yaitu tingkat Ordo, Kelas, Subkelas dan Unit. Ordo

adalah keadaan kesesuaian lahan secara global. Pada tingkat ordo kesesuaian lahan

dibedakan antara lahan yang tergolong sesuai (S=Suitable) dan lahan yang tidak

sesuai (N=Not Suitable). Kelas adalah keadaan tingkat kesesuaian dalam tingkat ordo.

Berdasarkan tingkat detail data yang tersedia pada masing-masing skala pemetaan,

kelas kesesuaian lahan dibedakan menjadi: (1) Untuk pemetaan tingkat semi detail

(skala 1:25.000-1:50.000) pada tingkat kelas, lahan yang tergolong ordo sesuai (S)

dibedakan ke dalam tiga kelas, yaitu: lahan sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), dan

sesuai marginal (S3). Sedangkan lahan yang tergolong ordo tidak sesuai (N) tidak

dibedakan ke dalam kelas-kelas. (2) Untuk pemetaan tingkat tinjau (skala 1:100.000-

1:250.000) pada tingkat kelas dibedakan atas Kelas sesuai (S), sesuai bersyarat (CS)

dan tidak sesuai (N) (5).

2.3 Mengkudu

Mengkudu termasuk tumbuhan keluarga kopi-kopian (Rubiaceae), yang pada

mulanya berasal dari wilayah daratan Asia Tenggara dan kemudian menyebar sampai

ke Cina, India, Filipina, Hawaii, Tahiti, Afrika, Australia, Karibia, Haiti, Fiji,Florida

dan Kuba (6).

Page 4: Wilayah Kesesuaian Lahan Tanaman Mengkudu Di Kota Depok

Mengkudu berasal dari Asia Tenggara. Pada tahun 100 SM, penduduk Asia

Tenggara bermigrasi dan mendarat di kepulauan Polinesia, mereka hanya membawa

tanaman dan hewan yang dianggap penting untuk hidup di tempat baru. Tanaman-

tanaman tersebut memiliki banyak kegunaan, antara lain untuk bahan pakaian,

bangunan, makanan dan obat-obatan, lima jenis tanaman pangan bangsa Polinesia

yaitu talas, sukun, pisang, ubi rambat, dan tebu. Mengkudu yang dalam bahasa

setempat disebut "Noni" adalah salah satu jenis tanaman obat penting yang turut

dibawa Bangsa Polinesia memanfaatkan "Noni" untuk mengobati berbagai jenis

penyakit, diantaranya: tumor, luka, penyakit kulit, gangguan pernapasan (termasuk

asma), demam dan penyakit usia lanjut (6).

Pengetahuan tentang pengobatan menggunakan Mengkudu diwariskan dari

generasi ke generasi melalui nyanyian dan cerita rakyat. Tabib Polinesia, yang disebut

Kahuna adalah orang memegang peranan panting dalam dunia pengobatan tradisional

bangsa Polinesia dan selalu menggunakan Mengkudu dalam resep pengobatannya.

Laporan laporan tentang khasiat tanaman Mengkudu juga terdapat pada tulisantulisan

kuno yang dibuat kira-kira 2000 tahun yang lalu, yaitu pada masa pemerintahan

Dinasti Han di Cina. Bahkan juga dimuat dalam cerita-cerita pewayangan yang ditulis

pada masa pemerintahan raja-raja di pulau Jawa ratusan tahun yang lalu.

Perkembangan industri tekstil di Eropa mendorong pencarian bahan-bahan pewarna

alami sampai ke wilayah-wilayah kolonisasi, karena pada masa itu pewarna sintetis

belum ditemukan. Pada tahun 1849, para peneliti Eropa menemukan zat pewarna

alami yang berasal dari akar Mengkudu, dan kemudian diberi nama "Morindone" dan

"Morindin". Dari hasil penemuan inilah, nama "Morinda" diturunkan (6).

Berikut adalah tabel sejarah perkembangan Morinda citrifolia:

Tahun Keterangan100 M Imigran dari Asia Tenggara tiba di Kep. Polinesia dengan membawa bibit

Mengkudu.

1849 Orang-orang Eropa menemukan zat pewarna dari akar Mengkudu,yaitu Morindon dan Morindin.

1860 Penggunaan Mengkudu untuk pengobatan mulai ditulis dalam literatur Barat.

Page 5: Wilayah Kesesuaian Lahan Tanaman Mengkudu Di Kota Depok

1950 Penemuan zat antibakteri pada buah Mengkudu.

1960-1980 Riset-riset ilmiah dilakukan untuk membuktikan bahwa Mengkudu dapat menurunkan tekanan darah tinggi.

1972 Ahli biokimia, Dr. Ralph Heinicke mulai melakukan penelitian tentang xeronine dan Mengkudu

1993 Penemuan zat anti kanker (damnacanthal) di dalam buah Mengkudu

Orang-orang Eropa mengetahui khasiat Mengkudu sekitar tahun 1800, yang diawal

dengan pendaratan Kapten Cook dan para awaknya di Kepulauan Hawaii (tahun

1778). Kedatangan mereka turut membawa penyakit-penyakit baru, antara lain

gonorrhea, sipilis, TBC, kolera, influenza, pneumonia yang dengan cepat mewabah ke

seluruh wilayah Hawaii dan mengakibatkan kematian ribuan penduduk. Bahkan

pengobatan tradisional masyarakat setempat tidak sanggup melawan penyakit-

penyakit tersebut. Para peneliti Eropa yang datang kemudian melakukan pencarian

dan penelitian tentang sejarah dan kebudayaan bangsa Polinesia, termasuk sistem

pengobatan tradisionalnya (6).

Syarat Tumbuh Tanaman Mengkudu

Secara umum tata cara pembudidayaan mengkudu secara intensif belum ada

yang mempraktikannya. Hal ini disebabkan keberadaannya masih dianggap sebagai

tanaman liar. mengkudu liar tumbuh diberbagai tempat lewat bijinya yang tercecer.

Mengkudu liar dapat tumbuh di dataran rendah, tepi pantai, hingga ketinggian 700

mdpl. pemnyebarannya banyak terdapat di daerah beriklim lembab dengan curah

hujan tahunan 1500-3000 m/tahun

Tanah tempat pertumbuhan tanaman mengkudu umumnya berstruktur baik

dan berasal dari tanah vulkanik, mengkudu juga tumbu di tanah yang miskin unsur

hara. mengkudu bisa tumbuh di areal yang hijau, setengah meranggas, bahkan di

tanah kering seperti gurun karena tanaman ini memang memiliki sifat

xerofit.Mengkudu merupakan tumbuhan yang banyak terdapat dalam Vegetasi

perintis dan vegetasi sekunder setelah lahan tidak digunakan lagi.

Selain tumbuh liar mengkudu juga dapat dibudidayakan. Tanaman ini

toleran atau bisa tumbuh di berbagai jenis tanah, baik ditanah keras maupun di tanah

Page 6: Wilayah Kesesuaian Lahan Tanaman Mengkudu Di Kota Depok

subur. Maslah kesesuain lahan, tentu lahan yang berudara bersih dan bebas polusi

yang sesuai untuk budidaya mengkudu tidak tercemar logam berat, lokasi lahan

sebaiknya jauh dari kawasan industri dan lalu lintas kendaraan bermotor. Pasalnya,

buah mengkudu nantinya digunakan sebagai bahan baku pembuatan sari buah atau jus

mengkudu yang dipakai dalam pengobatan alternatif.

Pertumbuhan tanaman mengkudu tergolong sangat cepat. Tanaman

mengkudu liar umumnya pada umur 1-2 tahun sudah menghasilkan buah.Tanaman

yang dibudidayakan secara intensif, seperti di Parung Bogor, pertumbuhannya lebih

cepat lagi. Pada umur 4 bulan, tanaman sudah menghasilkan buah pertama, walaupun

jumlah produksi buah tertinggi (sekitar 30 kg/pohon/bulan) dapat dihasilkan saat

tanaman berumur 4 tahun ke atas. Penanaman mengkudu dapat ditumpangsarikan

dengan tanaman lain, terutama tanaman semusim, seperti tanaman kacang kacangan

atau sayur mayur. Selain itu, mengkudu dapat ditanam sebagai pohon peneduh

dengan cara ditumpangsarikan dengan tanaman kopi (7).

2.4 Lereng

Lereng adalah kenampakan muka bumi yang disebabkan adanya beda tinggi.

Bentuk Lereng dipengaruhi oleh besarnya proses erosi juga gerakan tanah dan

pelapukan. Lereng merupakan parametertopografi yang terbagi dalam dua bagian

yaitu kemiringan lereng dan beda tinggi relative, dimana kedua bagian tersebut besar

pengaruhnya terhadap penilaian suatu lahan kritis. Bila dimana suatu lahan yang

lahan dapat merusak lahan secara fisik, kimia, dan biologi ,sehingga akan

membahayakan hidrologi produksi pertanian dan pemukiman.

2.5 Jenis Tanah

Terdapat berbagai jenis tanah yang ada di Indonesia. Menurut Hardjowigeno

(1985) terdapat 10 ordo tanah dalam sistem Taksonomi Tanah USDA 1975 (8), yaitu :

a. Alfisol

Tanah yang termasuk ordo Alfisol merupakan tanah-tanah yang terdapat

penimbunan liat di horison bawah (terdapat horison argilik)dan mempunyai

Page 7: Wilayah Kesesuaian Lahan Tanaman Mengkudu Di Kota Depok

kejenuhan basa tinggi yaitu lebih dari 35% pada kedalaman 180 cm dari

permukaan tanah. Liat yang tertimbun di horison bawah ini berasal dari horison di

atasnya dan tercuci kebawah bersama dengan gerakan air. Padanan dengan sistem

klasifikasi yang lama adalahtermasuk tanah Mediteran Merah Kuning, Latosol,

kadang-kadang juga Podzolik Merah Kuning

b. Aridisol

Tanah yang termasuk ordo Aridisol merupakan tanah-tanah yang mempunyai

kelembapan tanah arid (sangat kering). Mempunyai epipedon ochrik, kadang-

kadang dengan horison penciri lain. Padanan dengan klasifikasi lama adalah

termasuk Desert Soil

c. Entisol

Tanah yang termasuk ordo Entisol merupakan tanah-tanah yang masih sangat

mudayaitu baru tingkat permulaan dalam perkembangan. Tidak ada horison

penciri lain kecuali epipedon ochrik, albik atau histik. Kata Ent berarti recent atau

baru. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Aluvial atau

Regosol.

d. Histosol

Tanah yang termasuk ordo Histosol merupakan tanah-tanah dengan kandungan

bahan organik lebih dari 20% (untuk tanah bertekstur pasir) atau lebih dari 30%

(untuk tanah bertekstur liat). Lapisan yang mengandung bahan organik tinggi

tersebut tebalnya lebih dari 40 cm. Kata Histos berarti jaringan tanaman. Padanan

dengan sistemklasifikasi lama adalah termasuk tanah Organik atau Organosol.

e. Inceptisol

Tanah yang termasuk ordo Inceptisol merupakan tanah muda, tetapi lebih

berkembang daripada Entisol. Kata Inceptisol berasal dari kata Inceptum yang

berarti permulaan.Umumnya mempunyai horison kambik. Tanah ini belum

berkembang lanjut, sehingga kebanyakan dari tanah ini cukup subur. Padanan

dengan sistem klasifikasi lamaadalah termasuk tanah Aluvial, Andosol, Regosol,

Gleihumus, dll.

f. Mollisol

Page 8: Wilayah Kesesuaian Lahan Tanaman Mengkudu Di Kota Depok

Tanah yang termasuk ordo Mollisol merupakan tanah dengan tebal epipedon

lebihdari 18 cm yang berwarna hitam (gelap), kandungan bahan organik lebih dari

1%,kejenuhan basa lebih dari 50%. Agregasi tanah baik, sehingga tanah tidak

keras bilakering. Kata Mollisol berasal dari kata Mollis yang berarti lunak.

Padanan dengan sistem kalsifikasi lama adalah termasuk tanah Chernozem,

Brunize4m, Rendzina, dll.

g. Oxisol

Tanah yang termasuk ordo Oxisol merupakan tanah tua sehingga mineral

mudah lapuk tinggal sedikit. Kandungan liat tinggi tetapi tidak aktif sehingga

kapasitas tukar kation (KTK) rendah, yaitu kurang dari 16 me/100 g liat. Banyak

mengandungoksida-oksida besi atau oksida Al. Berdasarkan pengamatan di

lapang, tanah ini menunjukkan batas-batas horison yang tidak jelas. Padanan

dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Latosol (Latosol Merah &

Latosol Merah Kuning),Lateritik, atau Podzolik Merah Kuning.

h. Spodosol

Tanah yang termasuk ordo Spodosol merupakan tanah dengan horison bawah

terjadi penimbunan Fe dan Al-oksida dan humus (horison spodik) sedang,

dilapisan atasterdapat horison eluviasi (pencucian) yang berwarna pucat (albic).

Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzol.

i. Ultisol

Tanah yang termasuk ordo Ultisol merupakan tanah-tanah yang terjadi

penimbunanliat di horison bawah, bersifat masam, kejenuhan basa pada

kedalaman 180 cm dari permukaan tanah kurang dari 35%. Padanan dengan sistem

klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzolik Merah Kuning, Latosol, dan

Hidromorf Kelabu.

j. Vertisol

Tanah yang termasuk ordo Vertisol merupakan tanah dengan kandungan liat

tinggi(lebih dari 30%) di seluruh horison, mempunyai sifat mengembang dan

mengkerut.Kalau kering tanah mengkerut sehingga tanah pecah-pecah dan keras.

Kalau basah mengembang dan lengket. Padanan dengan sistem klasifikasi lama

adalah termasuk tanah Grumusol atau Margalit.

Page 9: Wilayah Kesesuaian Lahan Tanaman Mengkudu Di Kota Depok

2.6 Curah Hujan

Pengertian Curah Hujan merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul

dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Curah

hujan 1 (satu) milimeter artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang

datar tertampung air setinggi satu milimeter atau tertampung air sebanyak satu liter (9).

3 Metodologi

3.1 Kajian Literatur

Sebelum menganalisis wilayah kesesuaian lahan tanaman mengkudu

diperlukan kajian literatur yang bersumber dari buku, jurnal, maupun penelitian-

penelitian terdahulu. Hal itu dimaksudkan untuk mempermudah menentukan variabel-

variabel yang digunakan dalam analisis wilayah kesesuaian lahan tanaman mengkudu.

3.2 Wilayah Penelitian

Wilayah penelitian yang dijadikan tempat untuk menganalisis wilayah

kesesuaian tanaman mengkudu adalah di Kota Depok, Jawa Barat.

3.3 Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan untuk menganalisis wilayah kesesuain lahan

tanaman mengkudu adalah curah hujan, kemiringan lereng, ketinggian, dan jenis

tanah.

Page 10: Wilayah Kesesuaian Lahan Tanaman Mengkudu Di Kota Depok

3.4 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan untuk menganalisis wilayah kesesuain lahan

tanaman bawang merah merupakan data sekunder, yaitu data yang didapatkan tidak

secara langsung, melainkan dari instansi terkait ataup situs resmi instansi terkait. Data

tersebut meliputi:

• Peta Administrasi Kota Depok, Jawa Barat

• Data curah hujan pada setiap stasiun di Kota Depok, Jawa Barat

• Data SRTM Kota Depok, Jawa Barat

• Peta jenis tanah yang dapat diperoleh dari Badan Pertanahan Nasional (BPN).

3.5 Pengolahan Data.

Proses pengolahan data diawali dengan melakukan klasifikasi data yang kita

miliki sehingga akan mempermudah proses analisa.

Kemiringan Lereng

L1 : <8%

L2 : 8-15 %

L3 : >15%

Ketinggian

K1 :<400 mdpl

K2 :400-700 mdpl

K3 :>700 mdpl

Jenis Tanah

T1 : Aluvial

T2 :Latosol

T3 : Regosol

Curah Hujan

C1 : <2500 mm/th

C2 : 2500-3000 mm/th

C3 : >3000 mm/th

Variabel Sangat Sesuai Cukup Sesuai Tidak Sesuai

Kemiringan Lereng L1 L2 L3

Ketinggian K1 K2 K3

Jenis Tanah (ordo) T1 T2 T3

Curah Hujan C1 C2 C3

Page 11: Wilayah Kesesuaian Lahan Tanaman Mengkudu Di Kota Depok

Table 1. Matriks kesesuaian.

Membuat Nilai bantu dari variable yang telah ditentukan sebelumnya, yaitu :

Kemiringan Lereng:

L1: nilai bantu 3

L2: nilai bantu 2

L3: nilai bantu 1

Ketinggian:

K1: nilai bantu 3

K2: nilai bantu 2

K3: nilai bantu 1

Jenis Tanah:

T1: nilai bantu 3

T2: nilai bantu 2

T3: nilai bantu 1

Curah hujan:

C1: nilai bantu 3

C2: nilai bantu 2

C3: nilai bantu 1

3.6 Alur Pikir

Gambar 1. Alur pikir penelitian.

Belum optimalnya ketersedian obat herbal diabetes

Penderita Diabetes yang cukup banyak di wilayah Jakarta

Data dan Analisiswilayah yang sesuai

Penyedian Obat herbal (mengkudu)

Wilayah kesesuaian

Depok Wilayah Terdekat

Page 12: Wilayah Kesesuaian Lahan Tanaman Mengkudu Di Kota Depok

3.7 Analisis Data

Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis spasial

menggunakan software pemetaan ArcGIS 9.3. Program ini akan mengklasifikasikan

data menjadi Sangat sesuai, Cukup sesuai, dan tidak sesuai untuk tanaman mengkudu

di Kota Depok, Jawa barat sehingga terbentuknya Peta Kesesuain Lahan Mengkudu

di Kota Depok, Jawa Barat.

Gambar 2. Modelling GIS.

Query. Query yang dimasukan agar dihasilkan peta wilayah kesesuaian lahan adalah sebagai

berikut.

Sangat Sesuai :

“Lereng”=<8 % AND “Ketinggian”=<400 AND “Jenis Tanah”=”Aluvial” OR

“Jenis Tanah”=”Latosol” AND “Curah Hujan”=<2500

Atau jika total dari semua nilai bantu 11-12

Sesuai :

“Lereng”=8-15 % AND “Ketinggian”=400-700 AND “Jenis Tanah”=”Podsolik

kuning” AND “Curah Hujan”=2500-3000 mm

Atau jika total dari semua nilai bantu 8-10

Tidak Sesuai :

Page 13: Wilayah Kesesuaian Lahan Tanaman Mengkudu Di Kota Depok

“Lereng”=>15 % AND “Ketinggian”=>700 AND “Jenis Tanah”=”Regosol”

AND “Curah Hujan”=>3000 mm

Atau jika total dari semua nilai bantu <7

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil peneletian yang dilakukan

mengenai daerah kesesuaian tanaman mengkudu di Kota Depok, Jawa Barat.

Terdapat variable- variable kesesuaian untuk tanaman mengkudu, yaitu : Kemiringan

lereng, Ketinggian, Curah Hujan, Jenis Tanah.

4.1 Variabel Kesesuaian

A. Kemiringan Lereng

Kemiringan Lereng di Kota Depok di dapatkan dengan mengolah data dan

melakukan klasifikasi sesuai dengan klasifikasi kesesuaian tanaman

mengkudu yaitu kemiringan lereng 2-8 % (sangat sesuai), 8-15 % (cukup

sesuai), >15 % (tidak sesuai).

Kemiringan Lereng Luas (KM2)

2-8 % 84.361898

8-15 % 89.832091

15-20 % 16.235795

Page 14: Wilayah Kesesuaian Lahan Tanaman Mengkudu Di Kota Depok

B. Ketinggian

Ketinggian suatu lokasi di ukur dari permukaan laut merupakan salah satu

variable yang menentukan tingkat kesesuaian tanaman. Hal itu juga terjadi

pada tanaman mengkudu, tanaman mengkudu memiliki kriteria agar tumbuh

optimal yaitu pada ketinggian <400 mdpl. Kota Depok memiliki ketinggian

<200 mdpl sehingga dari sisi ketinggian seluruh wilayah Kota Depok sangat

sesuai untuk tanaman mengkudu.

Page 15: Wilayah Kesesuaian Lahan Tanaman Mengkudu Di Kota Depok

C. Jenis Tanah

Tanah merupakan tempat tumbu8h tanaman, semakin tinggi kandungan

unsure hara tanah maka akan semakin baik pertumbuhan tanaman tersebut.

Pad tanaman mengkudu jenis tanah yang sesuai sangat bergantung pada

tingkat PH tanah tersebut PH yang cocok ialah 6-7 maka jenis tanah yang

sesuai ialah Aluvial (sangat sesuai), Latosol (cukup sesuai), Regosol (Tidak

sesuai).

Jenis Tanah Luas (KM2)

Regosol Coklat 4.79174Latosol Merah 125.5609Latosol Coklat Kemerahan 8.271243Komplek Aluvial Coklat & Aluvial Coklat Kekelabuan 5.147397Asosiasi Regosol Coklat Dengan Latosol coklat 3.723676Asosiasi Latosol Coklat Kemerahan Dengan Laterit Air Tanah 6.704726Aluvial kelabu 34.59152Aluvial coklat kekuningan 1.63865

Page 16: Wilayah Kesesuaian Lahan Tanaman Mengkudu Di Kota Depok

D. Curah Hujan

Curah hujan di Kota depok berkisar antara 2000-3500 mm/th sedangkan

klasifikasi curah hujan yang sesuai untuk tanaman mengkudu ialah <2500

mm/th (sangat sesuai), 2500-3000 mm/th (cukup sesuai),dan >3000 mm/th

(tidak sesuai).

Page 17: Wilayah Kesesuaian Lahan Tanaman Mengkudu Di Kota Depok

4.2 Hasil Pengamatan

Hasil yang di dapat melalui perbandingan karakterisitk wilayah Kota Depok

dengan syarat tumbuh tanaman mengkudu yang di analisis menggunakan software

ArcGIS 9.3 menunjukan bahwa sebagian besar wilayah Kota Depok termasuk

kedalam klasifikasi “cukup sesuai” untuk tanaman mengkudu yang tersebar dominan

di sebelah utara.

Hasil calculate Geometry, didapat luasan untuk masing-masing wilayah

kesesuaian, yaitu :

Kesesuaian Mengkudu Luas (KM2)

sangat sesuai 14.32418

cukup sesuai 152.942192

tidak sesuai 23.163444

Page 18: Wilayah Kesesuaian Lahan Tanaman Mengkudu Di Kota Depok

5. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian menggunakan metode overlay wilayah Kota Depok

tidak terlalu berpotensi untuk dijadikan sebagai tempat pembudi dayaan tanaman

mengkudu untuk obat dikarenakan sebagian besar Wilayah Depok masuk ke dalam

klasifikasi “cukup sesuai” dan hanya sedikit wilayah di Kota Depok yang termasuk

dalam klasifikasi “sangat sesuai”.

Referensi

1) Universitas Sumatera Utara/Definisi Diabetes mellitus/http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30881/4/Chapter%20II.pdf diakses pada tanggal 3 Juni 2013 Pukul 15.30 WIB

2) Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang

3) Saefulhakim, dkk. 2002. Studi Penyusunan Wilayah Pengembangan Strategis (Strategic Development Regions). IPB dan Bapenas. Bogor.

4) Rustiadi, E. dan S. Hadi. 2006. Pengembangan Agropolitan Sebagai Strategi Pembangunan Berimbang. Crespent Press. Bogor

5) United States Departement Of Agriculture/Natural Resources Conservation

service/Soil Taxonomy/

ftp://ftp-fc.sc.egov.usda.gov/NSSC/Soil_Taxonomy/tax.pdf diakses pada

tanggal 3 Juni 2013 Pukul 16.00 WIB

6) Waha, Maria Goreha.2005. Sehat dengan Mengkudu. Yogyakarta:STP

7) Taufik H. Tajoedi., Ir. Hadi Iswanto. 2002. Mengebunkan Mengkudu secara

Intensif. AgroMedia

8) Hardjowigeno, S. 1985. Klasifikasi Tanah dan Lahan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

9) Universitas Sumatera Utara/Definisi Curah Hujan/

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19244/4/Chapter%20II.pdf

diakses pada tanggal 4 Juni 2013 Pukul 08.00 WIB

Page 19: Wilayah Kesesuaian Lahan Tanaman Mengkudu Di Kota Depok

Lampiran