western blot
TRANSCRIPT
Laporan Praktikum
Western Blot
Disusun oleh:
Makhyan Jibril Al Farabi
Program Studi Magister Ilmu Biomedik
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Teknik western blot, atau juga disebut sebagai imunoblot telah sering digunakan
untuk menganalisis protein spesifik pada sampel. Western blot menggunakan gel
elektroforesis untuk memisahkan protein berdasarkan panjang polipeptida. Protein tersebut
akan ditransfer ke nitroselulosa atau PVDF dan diberi antibody spesifik untuk identifikasi
protein target (Burnette, 1981).
Saat ini, telah banyak reagen antibody baik poliklonal maupun monoklonal untuk
10.000 jenis protein. Sehingga western blot sangat bermanfaat untuk digunakan bersama
antibody tersebut. Metode ini awalnya ditemukan oleh George stark pada Universitas
Stanford. Nama western blot diberikan pada teknik tersebut oleh Neal Burnette and Sushant
Bhat, merupakan nama yang dimiripkan dengan teknik deteksi DNA southern blot yang
ditemukan Edwin southern dan Northern blot yang digunakan deteksi RNA (Towbin et al.,
1979)
1.2. Tujuan
Untuk mengetahui proses pelaksanaan western blot dan cara interpretasinya
2. METODE
2.1 Persiapan Sampel
Sampel bisa diambil dari kultur sel maupun bagian dari jaringan. Untuk jaringan yang
solid bperlu dilakukan penghancuran menggunakna blender atau homogenizer. Detergen,
garam dan buffer juga bisa digunakan untuk melisiskan membrane sel. Protease dan
phospatase inhibitor diberikan untuk mencegah terjadinya pemecahan jaringan dengan
enzimnya sendiri. Perispan jaringan biasanya dilakukan apda suhu dingin untuk mencegah
degradasi protein. Untuk memisahkan komponen sel dengan organel, dilakukan sentrifugasi.
Gambar 1. Langkah dalam persiapan sampel western blot
Protein dari sampel diseparasi mengunakan elektoforesis SDS page berdasarkan
isoelektrik poin, berat molekul, kelistrikan atau kombinasinya. SDS PAGE akan
mempertahankan polipeptida dalam bentuk denaturasi setelah dibersihkan dari struktur
sekunder dan tersier sehingga protein dapat dipisah berdasarkan berat molekul.
2.2 Transfer
Untuk membuat protein dari SDS page bisa dideteksi oleh antibody, protein tersebut
perlu ditransfer dari gel ke membrane nitroselulosa atau polyindylidene difluoride (PVDF).
Membrane tersbut diletakkan di atas gel dan ditambahkan buffer. Protein akan masuk pada
membrane dan siap dideteksi dengan western blot (Renart et al., 1979)
Gambar 2. Langkah dalam SDS PAGE
Untuk mengecek keseragaman dari transfer protein dari gel ke membrane dapat dicek dengan
pewarnaan commasie brilliant blue dan ponceau S .
2.3 Blocking
Blocking dilakukan untuk mencegah antibody sekunder bereaksi dengan protein non
spesifik yang masuk pada sampel. Blocking biasanya menggunakan BSA atau susu skim
tanpa lemak pada TBS. pemberian Tween 20 atau Tritonn X-100 dapat memperjelas hasil
final dari western blot mengurangi false positif
2.4 Deteksi Dua Langkah
Pada saat deteksi membran dengan antibody, untuk deteksi dua langkah dilakukan
persiapan antibody primer yang dibentuk dari produksi mandiri. Antibody primer dengan
antigen yang di inginkan diberikan sesuai dengan sampelnya. Antibody primer yang
digunakan pada sampel ini ialah antibody poliklonal terhadap protein Shigella 49kDa. Solusi
antibody dan membran dapat disimpan setelah itu diberikan antibody sekunder yang
berikatan dengan antibody primer. Sehingga dengan bantuan horseradish peroxidase akan
terjadi luminasi sesuai dengan jumlah protein.
Gambar 2. Langkah dalam Western blot
3. HASIL
Gambar 1. Pita Protein yang Terbentuk
Regresi Linier
NO
BM MARKER JARAK TRACKING LOG BM RF
1 260 52.41497
30.07575
82 135 8 2.13033 0.12121
4 2
3 95 101.97772
40.15151
5
4 72 12.51.85733
20.18939
4
5 52 181.71600
30.27272
7
6 42 22.51.62324
90.34090
9
7 34 271.53147
90.40909
1
8 26 331.41497
3 0.5
9 17 43.51.23044
90.65909
1
10 10 60 10.90909
1
RF = jarak tracking / jarak total, dimana jarak total yakni 66 mm
0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 2.2 2.4 2.60
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1
f(x) = − 0.593389701633797 x + 1.3655007082979R² = 0.905561542917878
Series2Linear (Series2)
Gambar 2.0 Grafik regresi Linier Kurva Standar Marker
Sampel 1. OMP Shigella
JARAK TRACKING RF LOG BM BM
80.12121
2 2.09745125.155
5
12.50.18939
41.98247
296.0444
5
13.50.20454
51.95692
290.5569
2
14.250.21590
91.93775
986.6480
3
34.50.52272
71.42035
926.3244
2
38.50.58333
31.31815
620.8044
5
Sampel 2. Pili Shigella
JARAK TRACKING RF LOG BM BM
34.50.52272
71.42035
926.3244
2
38.50.58333
31.31815
620.8044
5
5. KESIMPULAN
Teknik western blot, atau juga disebut sebagai imunoblot telah sering digunakan
untuk menganalisis protein spesifik pada sampel. Western blot menggunakan gel
elektroforesis yang ditranfer pada nitroselulosa atau PVDF dan diberi antibody spesifik untuk
identifikasi protein target. Pada praktikum ini pemberian antibody poliklonal Shigella 49 kDa
mengalami kros reaksi pada sampel OMP Shigella dengan BM 125, 96, 90, 86 dan 26 kDa
sedangkan pada pili kros reaksi terjadi pada 26 dan 20 kDa.
DAFTAR PUSTAKA
Burnette WN. 1981. "'Western blotting': electrophoretic transfer of proteins from sodium dodecyl sulfate—polyacrylamide gels to unmodified nitrocellulose and radiographic detection with antibody and radioiodinated protein A". Analytical Biochemistry 112 (2): 195–203.
Towbin H, Staehelin T, Gordon J. 1979. "Electrophoretic transfer of proteins from polyacrylamide gels to nitrocellulose sheets: procedure and some applications". Proceedings of the National Academy of Sciences USA 76 (9): 4350–54
Renart J, Reiser J, Stark GR. 1979. "Transfer of proteins from gels to diazobenzyloxymethyl-paper and detection with antisera: a method for studying antibody specificity and antigen structure". Proceedings of the National Academy of Sciences USA 76 (7): 3116–20.