web viewpemberdayaan koperasi berarti membangun ekonomi kerakyatan, ... kendati demikian, ada...
TRANSCRIPT
BAB 12
PENCITRAAN KOPERASI DAN UMKM
Oleh:
Hindun
Pentingnya Peningkatan Sumber Daya Manusia
Pengembangan kegiatan usaha koperasi tidak
dapat dilepaskan dari citra koperasi di masyarakat.
Pencitraan koperasi dan UMKM seyogyanya dimulai
dengan perhatian serius terhadap kemampuan sumber
daya manusia koperasi dan UMKM melalui pendidikan.
Lembaga pendidikan yang kokoh dan tangguh akan
meningkatkan kinerja koperasi dan UMKM yang
senyatanya di masa depan. Untuk itu perhatian dan
dukungan yang serius untuk tumbuhnya institusi
pendidikan koperasi dan UMKM yang bermutu harus
menjadi perhatian kita bersama dan menjadi anggota
nasional.
1
Terlepas dari motivasi awal yang muncul, secara
kuantitas gerakan koperasi mengalami peningkatan
pencitraan. Namun, secara kualitas masih banyak
permasalahan yang harus diselesaikan terkait dengan
koperasi. Baik itu dari kualitas sumber daya manusianya,
maupun kinerjanya koperasi itu sendiri.
Sejak awal kelahirannya Koperasi diharapkan
menjadi soko guru perekonomian Indonesia. Pola
pengorganisasian dan pengelolaannya yang melibatkan
partisipasi setiap anggota dan pembagian hasil usaha
yang cukup adil menjadikan koperasi sebagai harapan
pengembangan perekonomian Indonesia. Dukungan dari
pemerintah dan berbagai lembaga lainnya membuat
koperasi dapat tumbuh subur di tanah air. Akan tetapi
perkembangan koperasi tidak senantiasa semulus apa
yang diharapkan dan dibayangkan. Banyak
permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam setiap
perkembangannya, harapan menjadikan koperasi
menjadi soko guru perekonomian Indonesia belum dapat
diwujudkan. Meski banyak contoh Koperasi yang telah
2
berhasil membuat sejahtera anggotanya tetapi masih
banyak hal yang perlu dibenahi.
Koperasi sebagai soko guru perekonomian
nasional, masih memiliki prospek yang bagus terkait
dengan pemberdayaan ekonomi kerakyatan.
Pemberdayaan koperasi berarti membangun ekonomi
kerakyatan, ekonomi jaringan yang menghubung-
hubungkan sentra kemandirian usaha masyarakat
kedalam system perekonomian secara makro, serta
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada
masyarakat untuk berperan aktif dalam kegiatan
ekonomi sehingga akan berdampak pada kesempatan
kerja produktif, berkurangnya kemiskinan maupun
tercapainya ekonomi yang baik. Tentunya persoalan ini
bisa dimaksimalkan dalam upaya melakukan pembinaan
untuk menciptakan proses kemandirian koperasi secara
professional. Koperasi dalam mewujudkan
kemandiriannya perlu ditopang oleh konsep-konsep
penyelenggaraan usaha yakni, idealisme koperasi,
orintasi pasar, volume penjualan dan koordinasi dan
integrasi marketingnya.
3
Sampai dengan saat ini pada usia ke 62, sejak
tanggal 12 Juli ditetapkan sebagai Hari Koperasi melalui
Kongres I di Tasikmalaya pada tahun 1949, gerakan
koperasi Indonesia mengalami dinamika tersendiri.
Berbagai macam sikap pesimis dan optimis terus saja
bermunculan. Tentunya pengurus koperasi harus
bersikap lebih professional. Para pengurus koperasi
jangan hanya menjalankan tugas dan tanggung jawabnya
sebagai jabatan sampingan yang tidak dikerjakan secara
sungguh-sungguh.
Sampai saat ini, tidak sedikit dari mereka yang
jadi pengurus koperasi tak lebih hanya sebuah jabatan
sampingan saja, sehigga kondisi ini menghambat laju
kemandirian secara professional. Untuk memeprbaiki
citra, koperasi harus kembali pada nilai-nilai gerakan
koperasi, yaitu persoalan kejujuran, keadilan, tanggung
jawab social dan menolong diri sendiri dengan
membanun koperasi yang professional. Konsumerisme
merupakan tantangan terbesar bagi runtuhnya prinsip-
prinsip dan nilai-nilai yang dikandung dalam koperasi itu
sendiri.
4
Selain itu, perkembangan gerakan koperasi
Indonesia sendiri mengalami pasang surut. Berangkat
dari lembaga sosial masyarakat, koperasi berinteraksi
dengan banyak lembaga yang ada di masyarakat
Indonesia. Kondisi ini membawa konsekuensi bahwa
beberapa aspek eksternal saling berkaitan dan saling
mempengaruhi, seperti system perekonomian yang di
anut, kebijakan pemerintah yang diambil pada periode
yang bersangkutan, kondisi sumber daya ekonomi dan
sumber daya alam serta sumber daya manusia, budaya,
dan nilai-nilai social setempat.
Semangat Wirakoperasi/Wirausaha Untuk
Meningkatkan Citra Koperasi dan UMKM
Susidarto dalam tulisannya ‘Wirakoperasi atau
Wirausaha’ menyatakan bahwa salah satu penyebab
utama rendahnya citra koperasi dan UMKM adalah
kurangnya atau rendahnya spirit kewirakoperasian di
kalangan pengurus dan pengelola koperasi. Harus diakui
bahwa citra koperasi belum, atau sudah tidak, seperti
5
yang diharapkan. Masyarakat umumnya memiliki kesan
yang negatif terhadap koperasi. Koperasi banyak
diasosiasikan dengan organisasi usaha yang penuh
dengan ketidak-jelasan, tidak professional. Citra
koperasi tersebut pada gilirannya akan mempengaruhi
hubungan koperasi dengan pelaku usaha lain, maupun
perkembangan koperasi itu sendiri. Memperbaiki dan
meningkatkan citra koperasi secara umum merupakan
salah satu tantangan yang harus segera mendapat
perhatian. Salah satunya, spirit yang harus digali dan
dibumikan oleh segenap pelaku koperasi.
Akhirnya, banyak kalangan yang menyarankan
untuk memajukan gerakan koperasi dan UMKM di
Indonesia, perlu dikembangkan spirit kewirausahaan
didalamnya. Namun, yang kurang disadari ialah bahwa
kewirausahaan yang dianjurkan banyak kalangan yang
tidak sesuai dengan kebutuhan koperasi itu sendiri.
Selanjutnya, kewirausahaan yang dianut ini bersumber
pada konsep liberal yang memuja keuntungan dan uang
yang sebesar-besarnya sebagai tujuan utama dan
menganggap persaingan adalah jiwa dari setiap usaha,
6
seringkali tanpa mempersoalkan cara dan etika
didalamnya. Koperasi dan UMKM tidaklah memerlukan
kewirausahaan seperti itu, karena jelas semangatnya
tidak sesuai. Bagi koperasi dan UMKM, yang diperlukan
adalah semangat kewirakoperasian dan kewirausahaan,
yang tujuan utamanya adalah pelayanan dan
kesejahteraan bersama yang berasaskan pada
kekeluargaan, kerja sama, dan kesetiakawanan. Atas
dasar perbedaan pandangan hidup, keduanya memang
berusaha mengembangkan kualitas pribadi pada
seseorang apa yang dianggap terbaik dan unggul.
Keduanya merupakan himpunan pribadi
berkualitas, yang bertujuan mengembangkan dan
memajukan usaha, berani menghadapi berbagai kesulitan
atau hambatan dan mencari solusinya, selalu percaya dan
berani hidup di atas kaki sendiri, bersedia mengambil
resiko dan memikul tanggung jawab atas segenap
tindakannya. Kendati demikian, ada perbedaan mendasar
yang terkait dengan tujuan dan asas.
Bersamaan dengan itu, kondisi lingkungan
koperasi dan UMKM ikut menentukan perkembangan
7
koperasi dan UMKM itu sendiri. Lingkungan yang tidak
ramah, yang mengganggu, apalagi yang memusuhi akan
sangat menghambat perkembangan koperasi. Dalam
tingkat perkembangan seperti saat ini, koperasi dan
umkm terlalu lemah untuk dapat mengatasi kesulitan
lingkungan dengan kekuatan sendiri. Oleh karena itu,
pemerintah harus banyak membantu perkembangan
koperasi dan umkm, terlebih bagi koperasi dan UMKM
yang baru saja tumbuh dan berdiri.
Ada beberapa kasus-kasus saat keterlibatan
pemerintah di beberapa tempat sedemikian jauhnya,
hingga koperasi dapat dikatakan sudah menjadi alat
pemerintah setempat. Campur tangan pemerintah yang
terlalu jauh sering terjadi, dan hal itu jelas keliru dan
perlu dikoreksi. Koperasi dan UMKM tetap harus
tumbuh dan berkembang dari bawah ke atas bukan dari
atas kebawah. Pemerintah memang dibutuhkan
kehadirannya oleh masyarakat dalam mendorong dan
memfasilitasi koperasi dan UMKM. Mazhab dan
paradigma yang keliru selama ini harus segera diubah
8
agar koperasi dan UMKM tetap berkembang secara
mandiri.
Ketergantungan dinamika koperasi dan UMKM
di Indonesia, memang tak terlepas dari campur tangan
pemerintah. Kita bisa melihat fenomena ini semasih
berjayanya Koperasi Unit Desa (KUD) dan UMKM.
Pemerintah saat itu, mendorong pertumbuhan koperasi
dan UMKM. Singkatnya, KUD dan UMKM banyak
dimanjakan dengan berbagai fasilitas dan bantuan.
Namun sedikit saja, KUD dan UMKM desa yang
mampu bertahan hingga saat ini.
Ketika kejayaan KUD sirna, masyarakat
berbondong-bondong banyak yang mengajukan
pendirian koperasi, apalagi sewaktu ramai-ramainya
bantuan kredit usaha tani (KUT). Lagi-lagi, sedikit saja
koperasi berbasis KUT yang bertahan. Selebihnya entah
kemana, tidak ada pengembalian. Bahkan di Kabupaten
Pandegelang sudah ada yang dibubarkan, karena sudah
tidak bisa diharapkan lagi untuk berkembang.
9
Dinamika gerakan koperasi Indonesia diakui atau
tidak, lebih difokuskan untuk pembangunan pada sector
marjinal, seperti sector pertanian dan sector informal
yang masih bergerak dengan fasilitas yang sangat miskin
teknologi dan informasi. Koperasi termasuk alat yang
tepat untuk memberikan kesempatan kepada sector
tradisional ini untuk berintegrasi dengan masyarakat
modern. Karena pada hakikatnya koperasi adalah
gerakan masyarakat, terdapat anggapan umum bahwa
inisiatif tidak akan timbul jika tidak ada program khusus
dari pemerintah. Karenanya, di kebanyakan Negara
berkembang, peranan pemerintah tampak menonjol,
yang mengakibatkan ketergantungan dan kegagalan
koperasi untuk mandiri.
Sebagai bagian dari system ekonomi, koperasi
dan UMKM memerlukan kesempatan untuk bekerja
sebagai suatu system dalam rangka gerakan untuk
mandiri (otonom).
Prinsip otonomi sebagai pengejawantahan dari
sikap mandiri suatu koperasi dan UMKM, merupakan
hal yang mutlak diperlukan untuk perkembangn koperasi
10
dan UMKM dikemudian hari. Secara tidak langsung
otonomi merupakan hal yang mutlak diperlukan untuk
menegakkan prinsip-prinsip koperasi dan UMKM.
Krisis ekonomi yang berkepanjangan, secara
langsung atau tidak langsung telah mempengaruhi
struktur dan roda perputaran ekonomi nasional. Dapat
dipastikan hampir semua sektor yang berkaitan dengan
kegiatan ekonomi terkena dampaknya, sehingga wajar
kalau banyak pengusaha yang menutup usaha mereka.
Namun sebaliknya, koperasi dan UMKM terbukti
mampu untuk bertahan di tengah krisis ekonomi.
“Prospek masa depan koperasi sebagai badan usaha yang
diharapkan menjadi soko guru perekonomian” seperti
amanat konstitusi Negara sangat ditentukan oleh mampu
tidaknya kemandirian (otonom) dilaksanakan untuk
menjawab tantangan dan ancaman. Persaingan yang
semakin tajam dalam dunia usaha membuat koperasi dan
UMKM yang tidak mandiri dihadapkan pada situasi sulit
untuk berkembang. Sementara itu, untuk menyiapkan
koperasi dan umkm menjadi mandiri, tidak saja
diperlukan aspek ekonomi-sosial, namun lebih jauh dan
11
dalam harus mengarah pada sisi operasional koperasi dan
umkm itu sendiri. Dengan begitu, jelas bahwa perubahan
mendasar dari sisi manajemen, khususnya antisipasi
terhadap perubahan ekonomi global menuntut juga
perubahan pada manajemen koperasi.
Kunci utama mewujudkan kemandirian koperasi
dan UMKM adalah goodwill pemimpin negeri ini yang
mempunyai visi yang jkelas dalam menciptakan
kemandirian koperasi dan UMKM. Perubahan mindset
pencitraan koperasi dan UMKM yang masih buruk dan
perwujudan koperasi yang mandiri dan professional
sangat ditunggu oleh rakyat. Seiring dengan keinginan
tersebut, gerakan koperasi Indonesia yang sudah 62
tahun, Asisten Deputi urusan Tata Laksana Koperasi
dan UKM Bidang Kelembagaan Kementerian Negara
Koperasi dan UKM, Nur Ediningsih mengharapkan
gerakan koperasi Indonesia tumbuh lebih baik. “Yang
jelas melalui hari jadi koperasi yang ke-62 ini kita
harapkan koperasi akan tumbuh lebih baik karena dari
segi kualitas saat ini masih kurang baik, meskipun dari
segi kuantitas sudah banyak masyarakat yang
12
membentuk koperasi,” katanya. Menurut dia, masih
banyak koperasi yang belum berperingkat baik dan
belum berdisiplin khususnya dalam melaksanakan Rapat
Anggota Tahunan (RAT) sekali setahun. “Hanya 40%
dari koperasi kita yang aktif saat ini,” katanya.
Pada akhir 2008, tercatat sebanyak 155.000
koperasi ada di Indonesia, dengan demikian hanya
62.000 koperasi yang aktif. Oleh karena itu, peringatan
hari Koperasi tahun 2009 pada dasarnya masih
menyisakan banyak pekerjaan rumah termasuk
Kemenkop untuk menyelesaikan target pemeringkatan
koperasi. Dengan pemeringkatan koperasi kita akan tahu
bagaimana sebetulnya kualitas koperasi kita.
Terdeteksinya peringkat koperasi diharapkan dapat
memenuhi harapan bersama yakni “Memantapkan Peran
Gerakan Koperasi dalam Dinamika Perubahan Global.”
Kita juga berharap peringatan Hari Koperasi dapat
menjadikan gerakan koperasi sebagai organisasi
masyarakat yang kokoh dan mandiri serta memenuhi
fungsinya sebagai mitra pemerintah dalam membangun
bangsa.
13
Guna mendukung tumbuhnya citra koperasi dan
UMKM sebagai bentuk kongkret demokrasi ekonomi,
ada beberapa hal yang perlu dan harus dilakukan dalam
format pembangunan ekonomi, antara lain:
1) Penghapusan praktik-praktik monopoli dan oligopoly
yang merugikan masyarakat. Sampai saat ini masalah
monopoli dan oligopoly ini belum ditangani dengan
baik, sehingga iklim usaha secara umum belum
mendukung pembangunan perekonomian yang
tangguh.
2) Upaya untuk membuat struktur ekonomi lebih
seimbang dengan jumlah pengusaha menengah yang
tangguh yang makin banyak jumlahnya.
3) Pemberdayaan ekonomi lemah, khususnya usaha
berskala kecil dan koperasi. Termasuk dalam hal ini
adalah upaya untuk meningkatkan hubungan
kemitraan yang saling menguntungkan antae berbagai
skala usaha.
4) Peran pemerintah seyogyanya diarahkan pada upaya
pembinaan lembaga pencetak kader sumber daya
manusia koperasi, bukan pada praktik usaha koperasi.
14
Karena hal yang terakhir akan lebih banyak
menciptakan ketergantungan permanen, sedangkan
yang pertama akan menjamin kesinambungan
pembangunan koperasi sebagai wujud demokrasi
ekonomi.
5) Pemberdayaan institusi microfinance sebagai upaya
memberdayakan koperasi dan UMKM.
Maksud pencitraan adalah untuk member image
kepada masyarakat bahwa ada gerakan koperasi nasional
melalui berbagai kegiatan, seperti diskusi-diskusi terkait
dengan perkoperasian, dan salah satu cara meningkatkan
citra koperasi adalah pemberian penghargaan bagi
koperasi terbaik dan berprestasi merupakan upaya yang
dilakukan Kementerian Negara Koperasi dan Usaha
Kecil Menengah (UKM) RI untuk meningkatkan citra
koperasi di Indonesia. Berbeda dengan koperasi di
Negara-negara maju seperti Swedia yang telah menjdi
tuan rumah di Negara sendiri, koperasi di Indonesia
masih memerlukan banyak upaya untuk memperkuat
unsur-unsur kelembagaannya.
15
Standar penilaian yang ditetapkan kepada
koperasi-koperasi terbaik yang menerima penghargaan
sangat ditekankan pada penerapan prinsip-prinsip dasar
koperasi. Selain bertujuan untuk memperkuat unsur
kelembagaan, penetapan koperasi terbaik dan pemberian
penghargaan kepada koperasi juga bertujuan untuk
meningkatkan daya saing koperasi dalam perekonomian.
Pentingnya pencitraan koperasi dan UMKM
memang harus diperhatikan karena pencitraan koperasi
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memberi
image kepada masyarakat bahwa ada gerakan koperasi
nasional melalui berbagai kegiatan, seperti diskusi-
diskusi atau seminar terkait dengan perkoperasian.
Upaya dalam meningkatkan citra koperasi dan UMKM
terus menerus perlu dilakukan untuk menumbuh-
kembangkan kesadaran akan makna penting kehidupan
koperasi dan UMKM dalam masyarakat luas. Citranya
bisa terdongkrak melalui penyertaannya dalam
kurikulum pendidikan nasional secara mandiri.
Menegakkan Citra Koperasi
16
Untuk menegakkan citra koperasi dapat
dilakukan dengan cara memberikan bimbingan teknis
pengawasan koperasi kepada pengawas koperasi.
Misalnya di bandung, Sebanyak 80 pengawas koperasi
Bandung, mengikuti bimbingan teknis tentang
pengawasan koperasi yang diadakan Dinas Koperasi
UKM dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung di
Hotel Narapati Bandung. Kegiatan ini bertujuan
memberikan pengetahuan dan wawasan mengenai tugas
dan tanggung jawab pengawas, organisasi, serta
manajemen dan akuntansi dan wawasan pengawasan
internal. Peran pengawasan ini salah satu instrumen
untuk menegakkan citra koperasi, sebagai koperasi yang
terpercaya dengan fokus utama membangun kinerja
koperasi yang terstandar.
Koperasi sebagai sistem ekonomi memiliki tiga
karakter utama, yakni pengelolaan yang demokratis,
memelihara mental kerjasama, dan tanggung jawab
sosial yang secara keseluruhan bermuara kepada
demokrasi ekonomi. Pada posisi seperti ini koperasi
tidak hanya menekankan kolektivitas dalam meraih
17
pendapatan ekonomi, tetapi juga keuntungan sosial dan
kultural, dengan fokus utama peningkatan kesejahteraan
secara berkeadilan.
Dengan adanya bimbingan pengawasan ini,
selain menjalankan fungsi kontrol, seorang pengawas
juga harus dapat memberikan saran untuk perbaikan dan
analisa hasil pemeriksaan baik secara lisan maupun
laporan secara tertulis. Dan juga peran koperasi akan
meningkatkan kemampuan berkompetisi dengan badan
usaha lain, sekaligus menjadi salah satu pilar yang
mendorong pertumbuhan ekonomi.
Membangun Citra Koperasi Lewat ‘Etalase’
Beberapa waktu lalu (oktober 2011) Kementerian
Koperasi dan UKM menyosialisasikan perlunya
memunculkan koperasi etalase, sebagai upaya
meningkatkan citra lembaga perkoperasian di setiap
wilayah kabupaten/kota. Yang dimaksudkan koperasi
etalase adalah kegiatannya memiliki keunikan, inovatif
dan kreatif, memiliki usaha spesifik berbasis keunggulan
18
sumber daya lokal, manajemennya mampu
menunjukkan keunggulan kompetitif.
Kriteria penilaiannya tidak harus didasarkan atas
keunggulan dari aspek besarnya sisa hasil usaha (SHU),
kepemilikan modal sendiri, jumlah anggota dan lainnya
lagi. Jadi, bisa saja koperasinya tidak besar, tetapi dapat
memberdayakan koperasi tersebut menjadi tangguh dan
mandiri.
Sasaran dari penemuan koperasi etalase adalah
agar koperasi semacam itu dapat menjadi lokomotif bagi
kemajuan bisnis koperasi dan UMKM setempat,
terutama dikaitkan dengan produk-produk industri
kreatif. Koperasi demikian dapat berupa koperasi serba
usaha, koperasi agrobisnis, koperasi wanita, koperasi
unit desa maupun koperasi karyawan. Keunikan usaha
maupun keunggulan yang dimilikinya dinilai layak
ditunjukkan kepada masyarakat luas.
Maka, tidak diragukan, Jawa Timur berpotensi
menghadirkan sejumlah koperasi etalase, mengingat di
provinsi itu terdapat 22.000 unit koperasi yang bergerak
19
di berbagai kegiatan usaha. Setiap koperasi itu tentu
memiliki keunikan masing-masing sesuai jenis kegiatan
usaha yang dilakukannya. Sebagai contoh, beberapa
KUD di Jatim cukup kompetitif melalui kegiatan di
bidang persusuan dengan memanfaatkan potensi sumber
daya lokal. Sejumlah koperasi wanita sangat eksis di
bidang simpan pinjam dengan menerapkan sistem
tanggung renteng, sehingga kerapkali sistem tersebut
dipelajari pelaku koperasi dari luar Jawa. Ada pula
koperasi karyawan yang mengelola rumah sakit yang
representatif.
Untuk menjabarkan pentingnya menemukan
koperasi etalase di setiap kabupaten/kota, pihak
Kementerian KUKM telah mengadakan rapat koordinasi
di Surabaya diikuti Dinas Koperasi & UMKM Jatim
serta dinas yang membidangi koperasi dan UKM dari 20
kabupaten/kota di Jatim.
Asisten Deputi Urusan Pengembangan Sistem
Bisnis Deputi Bidang Pengembangan dan Restrukturisasi
Usaha Kementerian Koperasi dan UKM, Endah Srinani,
20
mengatakan koperasi etalase merupakan koperasi yang
terpilih berdasarkan persyaratan tertentu, dimana harus
memiliki kelebihan/keistimewaan dalam bentuk
keunikan, kekhasan, keunggulan, kepatutan yang dapat
dipakai sebagai contoh.
Sebagai ‘etalase’, maka koperasi tersebut harus
layak dipamerkan, sebagai upaya membangun citra
koperasi. Selain itu, koperasi bersangkutan pun bisa
memperkenalkan diri atau mempromosikan produk,
kegiatan atau kelembagaannya.
Menurut Endah, jumlah koperasi secara nasional
pada tahun 2011 mencapai 175.102 unit, diantaranya
71% aktif dan 29% tidak aktif. Masih banyak koperasi
aktif, tetapi citra koperasi terkesan surut, sehingga perlu
diperbaiki dengan meningkatkan kinerjanya antara lain
melalui penetapan ikon koperasi di setiap daerah guna
menstimulasi koperasi lainnya.
“Terdapatnya koperasi unggulan di suatu
kabupaten/kota juga merupakan penilaian keberhasilan
capaian kinerja kepala dinas yang membidangi koperasi
21
dan UKM,” tuturnya dalam rakor pengembangan
koperasi etalasi di Hotel Inna Simpan, Surabaya, pada 16
Oktober lalu. Rakor dimaksudkan mencari masukan
tentang pengembangan koperasi etalase melipti
persamaan persepsi tentang definisi, kriteria, keunikan
dan keunggulan lokal.
Koperasi etalase bisa muncul berdasarkan ciri fisik, jenis
koperasi, skala usaha ataupun komoditas. Untuk itu,
penemuannya membutuhkan kecermatan dalam proses,
seleksi agar diperoleh koperasi yang benar-benar
memiliki keistimewaan.
Dengan ditemukannya koperasi etalase, maka ada
wahana bagi instansi pemerintah daerah guna
menginformasikan keberhasilan program pembinaannya
kepada koperasi. Di lain pihak, melalui predikat sebagai
‘etalase’, koperasi bersangkutan bisa memperkenalkan
diri atau mempromosikan produk, kegiatan maupun
kelembagaannya.
Daftar Bacaan
22
http://benredfield.blogspot.com/2012/05/mengembangkan-koperasi.html
http://lensa.diskopjatim.go.id/laporan-utama/14-laporan-utama/245-membangun-citra-koperasi-lewat-etalase.html
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/10/citra-koperasi-sebagai-pelaku-ekonomi-yang-profesional-dan-mandiri/
http://www.pelitaonline.com/read-cetak/4719/tegakkan-citra-koperasi/
Ismail, Iriani. 2011. Koperasi dan Usaha-Mikro-Kecil-
Menengah. Malang: Lembaga Penertiban fakultas
Pertanian Universitas Brawijaya Malang
23
Nama : Hindun
NRP : 100231100077
TTL : Bangkalan, 26 September 1990
Motto : “Kebiasaan belum tentu kebaikan, tapi kebaikan
harus dibiasakan”
24