apriyaninita.files.wordpress.com … · web viewglobalisasi adalah keterkaitan dan ketergantungan...
TRANSCRIPT
TUGAS MATA KULIAH SOSIO ANTROPOLOGI PENDIDIKAN
MENYIKAPI GLOBALISASI DENGAN MEMPERKUAT
IDENTITAS BANGSA DAN MENINGKATKAN DAYA
TAHAN BUDAYA LOKAL
Disusun Oleh
Nita Apriyani
11312241034
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2012
MENYIKAPI GLOBALISASI DENGAN MEMPERKUAT
IDENTITAS BANGSA DAN MENINGKATKAN DAYA
TAHAN BUDAYA LOKAL
Globalisasi adalah keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar
manusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer,
dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi
semakin sempit. Globalisasi dapat juga diartikan sebagai suatu proses di mana antar
individu, antar kelompok, dan antar negara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan
saling mempengaruhi satu sama lain yang melintasi batas negara.
Menurut asal katanya, globalisasi diambil dari kata global, yang maknanya ialah
universal. Achmad Suparman menyatakan globalisasi adalah suatu proses menjadikan
sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu didunia ini tanpa dibatasi
oleh wilayah. Globalisasi juga dipandang sebagai suatu proses sosial, atau proses
sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara didunia
makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru dengan
menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.
Menurut Samuel M. Makinda dalam Dochak Latief, globalisasi menggambarkan
proses percepatan interaksi yang luas dalam bidang politik, teknologi, ekonomi, sosial
dan budaya. Globalisasi merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan multi
lapis dan multi dimensi proses dan fenomena hidup yang sebagian besar didorong oleh
Barat dan khususnya kapitalisme beserta niai-nilai hidupnya dan pelaksanaannya.
Era globalisasi ditandai dengan adanya keterbukaan dan hilangnya batasan-
batasan dalam berbagai sektor kehidupan. Masyarakat akan lebih mengenal satu dengan
yang lain, saling mengetahui kemampuan bangsa lain, saling mengetahui kekayaan dan
kebudayaan bangsa lain. Terlebih lagi teknologi komunikasi pada masa sekarang
dengan kemajuannya yang pesat menjadikan dunia ini tanpa batas, dunia yang terbuka.
Pada masa sekarang ini, seakan kita hidup di sebuah bola dunia yang
sedemikian sempit. Beragam peristiwa, di belahan bumi lain, dengan mudah kita
ketahui. Bahkan, dalam detik yang sama. Bumi menjadi begitu dekat. Tiada jarak
signifikan yang memisahkan satu negera dari negera lain, satu wilayah dari wilayah
lain. Seolah dunia adalah satu dan padu. Sekat-sekat teritorial kini tak mampu menjadi
batas perkasa pembeda sebuah bangsa.
Seperti yang telah kita ketahui, globalisasi telah menjelajah ke seluruh belahan
dunia. Hampir semua negara termasuk Indonesia telah memasuki era globalisasi ini.
Bagi Indonesia sendiri, era globalisasi ini penting adanya, salah satunya untuk
meningkatkan sektor ekonomi negara. Hal ini sangatlah penting mengingat produk yang
dihasilkan oleh Indonesia harus mampu berkompetisi tidak hanya di pasar dalam negeri,
melainkan harus mampu juga berkompetisi di kancah dunia.
Namun, di sisi lain, bukan berarti globalisasi tidak memiliki dampak negatif bagi
hidup dan kehidupan penduduk di negara berkembang seperti negara kita. Seiring
dengan kian pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, arus
globalisasi menyebar secara cepat dan meluas. Hal tersebut menjadikan globalisasi
menjadi sebuah fenomena yang tak terelakkan. Semua golongan, suka atau tidak suka,
harus menerima kenyataan bahwa globalisasi merupakan sebuah virus mematikan yang
bisa berpengaruh buruk pada pudarnya eksistensi budaya-budaya lokal atau sebuah obat
mujarab yang dapat menyembuhkan penyakit-penyakit tradisional yang berakar pada
kemalasan dan ketertinggalan. Karena globalisasi diusung oleh negara-negara maju
(negara Barat) yang memiliki budaya yang jauh berbeda dengan negara-negara
berkembang, maka nilai-nilai Barat bisa menjadi ancaman bagi kelestarian nilai-nilai
budaya lokal di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Adanya penyerapan unsur budaya dari luar yang dilakukan secara cepat dan
tidak melalui suatu proses internalisasi yang mendalam dapat menimbulkan
ketimpangan antara wujud yang ditampilkan dan nilai-nilai yang menjadi landasannya
atau yang biasa disebut sebagai ketimpangan budaya. Setiap peradaban akan saling
mempengaruhi. Peradaban yang dianggap lebih maju cenderung memiliki pengaruh
yang lebih luas bagi peradaban-peradaban yang lain.
Budaya barat yang masuk ke Indonesia menimbulkan multi efek. Perkembangan
teknologi dan masuknya budaya barat ke Indonesia, tanpa disadari secara perlahan telah
menghancurkan kebudayaan bangsa Indonesia. Rendahnya pengetahuan menyebabkan
akulturasi kebudayaan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur yang terkandung
didalam kebudayaan bangsa Indonesia. Masuknya kebudayaan barat tanpa disaring oleh
masyarakat dan diterima secara mentah atau apa adanya, mengakibatkan terjadinya
degradasi yang sangat luar biasa terhadap kebudayaan asli.
Harus diakui, faktor utama dalam proses globalisasi masa kini adalah negara-
negara maju. Mereka berupaya mengekspor nilai-nilai lokal di negaranya untuk
disebarkan ke seluruh dunia sebagai nilai-nilai global. Mereka dapat dengan mudah
melakukan itu karena mereka menguasai arus teknologi informasi dan komunikasi lintas
batas negara. Sebaliknya, pada saat yang sama, negara-negara berkembang tak mampu
menyebarkan nilai-nilai lokalnya karena daya kompetitifnya yang rendah. Akibatnya,
negara-negara berkembang hanya menjadi penonton bagi masuk dan berkembangnya
nilai-nilai budaya negara maju yang dianggap nilai-nilai global ke wilayah negaranya.
Bagi Indonesia, masuknya nilai-nilai budaya Barat yang dibawa arus globalisasi
ke kalangan masyarakat Indonesia merupakan ancaman bagi budaya asli yang
mencitrakan lokalitas khas daerah-daerah di negeri ini. Kesenian-kesenian daerah
seperti ludruk, ketoprak, wayang, gamelan, dan tari tradisional menghadapi ancaman
serius dari berkembangnya budaya musik khas Barat yang semakin diminati masyarakat
karena dianggap lebih modern. Budaya konvensional yang menempatkan tepo seliro,
toleransi, keramahtamahan, penghormatan pada yang lebih tua juga telah diruntuhkan
oleh pergaulan bebas dan sikap individualistik yang dibawa oleh arus globalisasi. Dalam
situasi demikian, kesalahan dalam merespon globalisasi bisa berakibat pada lenyapnya
budaya lokal. Kesalahan dalam merumuskan strategi mempertahankan eksistensi
budaya lokal juga bisa mengakibatkan budaya lokal semakin ditinggalkan masyarakat
yang kini makin tertarik pada budaya yang dibawa arus globalisasi.
Lantas, bagaimana kita menghadapi gelombang negatif globalisasi yang tak bisa
dihentikan tersebut? Perkuat identitas diri dan negera. Itulah caranya. Untuk
menghadapi globalisasi kita harus memperkuat nasionalisme. Kita tidak perlu khawatir
terhadap arus globalisasi yang tidak mungkin untuk kita bendung. Yang penting kita
bisa selektif, tetap berpegang pada iman dan taqwa. Dan sebagai bangsa Indonesia kita
tetap berdasarkan pada Pancasila. Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat
Indonesia bahwa liberalisme dapat membawa kemajuan dan kemakmuran. Sehingga
tidak menutup kemungkinan berubah arah dari ideologi Pancasila ke ideologi
liberalisme. Jika hal tesebut terjadi akibatnya rasa nasionalisme bangsa akan hilang.
Selain itu kita juga perlu membuat bendungan budaya yang kuat untuk
membatasi dan mangatur masuknya arus globalisasi agar tidak mencemari dan
menguatkan daya tahan budaya lokal. Tidak dapat dibantah, arus globalisasi yang
berjalan dengan cepat menjadi ancaman bagi eksistensi budaya lokal. Penggerusan
nilai-nilai budaya lokal merupakan resiko posisi Indonesia sebagai bagian dari
komunitas global. Globalisasi adalah keniscayaan yang tidak dapat dicegah, tetapi
efeknya yang mampu mematikan budaya lokal tidak boleh dibiarkan begitu saja.
Budaya lokal perlu memperkuat daya tahannya dalam menghadapi globalisasi
budaya asing. Ketidakberdayaan dalam menghadapinya sama saja dengan membiarkan
pelenyapan atas sumber identitas lokal yang diawali dengan krisis identitas lokal. Para
pelaku budaya lokal tidak boleh lengah karena era keterbukaan dan kebebasan itu juga
menimbulkan pengaruh negatif yang akan merusak budaya bangsa.
Menolak globalisasi bukanlah pilihan tepat, karena itu berarti menghambat
kamajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena itu, yang dibutuhkan adalah strategi
untuk meningkatkan daya tahan budaya lokal dalam menghadapinya. Strategi tersebut
antara lain:
Pembangunan Jati Diri Bangsa
Upaya-upaya pembangunan jati diri bangsa Indonesia, termasuk di dalamnya
penghargaan pada nilai budaya dan bahasa, nilai-nilai solidaritas sosial, kekeluargaan
dan rasa cinta tanah air dirasakan semakin memudar. Budaya lokal yang lebih sesuai
dengan karakter bangsa semakin sulit ditemukan, sementara itu budaya global lebih
mudah merasuk. Selama ini yang terjaring oleh masyarakat hanyalah gaya hidup yang
mengarah pada westernisasi.
Oleh karena itu, jati diri bangsa sebagai nilai identitas masyarakat harus
dibangun secara kokoh dan diinternalisasikan secara mendalam. Hal tersebut dapat kita
lakukan dengan menanamkan nilai-nilai kearifan lokal sejak dini kepada generasi muda.
Mereka harus paham bahwa nilai-nilai kearifan lokal bukanlah nilai usang yang
ketinggalan zaman sehingga ditinggalkan, tetapi dapat bersinergi dengan nilai-nilai
universal dan nilai-nilai modern yang dibawa globalisasi. Globalisasi yang tidak
terhindarkan harus diantisipasi dengan pembangunan budaya yang berkarakter
penguatan jati diri dan kearifan lokal yang dijadikan sebagai dasar pijakan dalam
penyusunan strategi dalam pelestarian dan pengembangan budaya. Memperkokoh
ketahanan nasional sehingga mampu menangkal penetrasi budaya asing yang bernilai
negatif dan memfasilitasi adopsi budaya asing yang produktif dan bernilai positif.
Pemahaman Falsafah Budaya
Langkah ini harus dijalankan sesegera mungkin ke semua golongan dengan
menggunakan bahasa-bahasa lokal dan nasional yang didalamnya mengandung nilai-
nilai khas lokal yang memperkuat budaya nasional.
Penerbitan Peraturan Daerah
Budaya lokal harus dilindungi oleh hukum yang mengikat semua elemen
masyarakat. Pada dasarnya, budaya adalah sebuah karya. Di dalamnya ada ide, tradisi,
nilai-nilai kultural, dan perilaku yang memperkaya aset kebangsaan. Tidak adanya
perlindungan hukum dikhawatirkan membuat budaya lokal mudah tercabut dari akarnya
karena dianggap telah ketinggalan zaman.
Pemanfaatan Teknologi Informasi
Keberhasilan budaya asing masuk ke Indonesia dan mempengaruhi
perkembangan budaya lokal disebabkan oleh kemampuannya dalam memanfatkan
kemajuan teknologi informasi secara maksimal. Di era global siapa yang menguasai
teknologi informasi memiliki peluang besar dalam menguasai peradaban dibandingkan
yang lemah dalam pemanfaatan teknologi informasi. Oleh karena itu kita harus
memanfaatkan akses kemajuan teknologi informasi dan komunikasi sebagai pelestari
dan pengembang nilai-nilai budaya lokal.
Marilah kita berupaya sekuat daya untuk meningkatkan daya tahan budaya lokal
dan menjadikan diri serta negeri kita terus memiliki jati diri. Bangga dengan
kepribadian yang ada. Kebudayaan adalah kekayaan bangsa yang tidak ternilai.
Kebudayaan kita sebagai bangsa Indonesia memiliki ciri khas dan makna yang begitu
mendalam,yang tidak dimiliki oleh bangsa lain di seluruh penjuru dunia. Oleh sebab itu,
sebagai generasi muda, yang merupakan pewaris budaya bangsa, hendaknya
memelihara segala macam yang terdapat didalam kebudayaan kita yang luhur, serta
menjadikan kebudayaan sebagai jati diri kita. Sehingga kita tidak perlu kawatir akan
datangnya arus globalisasi yang dapat menghanyutkan nilai-nilai budaya dan jati diri
negara kita.
Daftar Pustaka
Hitt A.M, Ireland D. dan Hoskisson E.R. 1997. Manajemen Strategis Menyongsong
Era Persaingan dan Globalisasi. Jakarta: Erlangga,
Mubah, Safril. 2011. Strategi Meningkatkan Daya Tahan Budaya Lokal dalam
Menghadapi Arus Globalisasi. Diakses dari
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/03%20Safril%20Strategi%20Meningkatkan
%20Daya%20Tahan%20Budaya%20Lokal%20Safril%20mda.pdf, pada tanggal
23 Desember 2012 pukul 20.35