kuliahuinsa.files.wordpress.com€¦ · web viewadapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah...
TRANSCRIPT
Pengorganisasian dan Struktur Organisasi Proyek Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Manajemen Proyek
Dosen Pembimbing :
Ahmad Fauzi, M.Pd.
Oleh:Diannatul Aimmah (D03213009)
Fatimatus Sholichah (D73213047)
S. Mila W. (D73213068)
PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH & KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
S U R A B A Y A
2015
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan
rahmat Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Pengorganisasian dan Struktur Organisasi Proyek”.
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai salah satu
syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Proyek. Selama
penyusunan makalah ini penulis mendapatkan bimbingan dari berbagai macam
pihak sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan.
Dalam hal ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih atas bimbingan
dan bantuan yang telah diberikan oleh:.
1. Bapak Ahmad Fauzi, M.Pd. selaku Pembimbing matakuliah Manajemen
Proyek.
2. Kedua orang tua tercinta yang telah memberikan dukungan baik secara moril
maupun materil.
3. Rekan-rekan seperjuangan di kampus.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini tidak terlepas dari
kekurangan. Untuk itu penulis senantiasa terbuka menerima kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak guna kelengkapan dan kesempurnaan makalah ini
kedepan.
Akhir kata kepada semua pihak yang telah membantu terwujudnya makalah
ini penulis mengucapkan banyak terimakasih Jazakumullah Khairan Katsiro.
Surabaya, Oktober 2015
Penulis
2
DAFTAR ISI
1. Kata Pengantar......................................................................................22. Daftar Isi...............................................................................................33. BAB I : Pendahuluan............................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................4B. Rumusan Masalah............................................................................4C. Tujuan...............................................................................................4
4. BAB II : Pembahasan...........................................................................5A. Cara Mengorganisasi Kegiatan Proyek............................................5B. Identifikasi Kebutuhan Tenaga Pelaksana Proyek...........................10C. Struktur Organisasi Proyek..............................................................10
5. BAB III : Penutup.................................................................................19A. Kesimpulan......................................................................................19
6. Daftar Pustaka.......................................................................................20
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen proyek adalah kegiatan merencanakan, mengorganisasikan,
mengarahkan, dan mengendalikan sumber daya organisasi perusahaan untuk
mencapai tujuan tertentu dalam waktu tertentu dengan sumberdaya tertentu.
Manajemen proyek mempergunakan personel perusahaan untuk ditempatkan
pada tugas tertentu dalam proyek.
Fungsi-fungsi manajemen proyek ini mengacu kepada fungsi umum
manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengelolaan dan
pengawasan. Dari keempat fungsi diatas kami akan memaparkan secara lebih
rinci tentang fungsi pengorganisasian manajemen proyek. Fungsi
pengorganisasian ini akan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu cara
mengorganisasikan kegiatan proyek, mengidentifikasi tenaga pelakasana
proyek, dan struktur organisasi dalam proyek.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara mengorganisasi kegiatan proyek?
2. Bagaimana cara mengidentifikasi kebutuhan tenaga pelaksana proyek?
3. Bagaimana struktur organisasi proyek?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara mengorganisasi kegiatan proyek.
2. Untuk mengatahui cara mengidentifikasi kebutuhan tenaga pelaksana
proyek.
3. Untuk mengetahui struktur organisasi proyek.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Cara Mengorganisasikan Kegiatan Proyek
Cara mengorganisasikan proyek agar tujuan organisasi dapat dicapai,
dilakukan proses sebagai berikut :
1. Identifikasi dan pembagian kegiatan : identifikasi dan pembagian
kegiatan proyek perlu diketahui untuk menentukan volume pekerjaan,
macam dan jenisnya, kebutuhan sumber daya, jadwal pelaksanaan serta
anggarannya sehingga dapat dilaksanakan oleh penanggung jawab
kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan proyek.
2. Pengelompokan penanggung jawab kegiatan : agar hasilnya maksimal,
pemilihan penanggung jawab organisasi disesuaikan dengan keahlian,
keterampilan dan kemampuan personel di bidangnya sehingga sasaran dan
tujuan proyek dapat tercapai.
3. Penentuan wewenang dan tanggung jawab : setiap personel penanggung
jawab kegiatan harus mengetahui wewenang dan tanggung jawab
pekerjaannya, dengan membuat penjabaran kerja serta standar prosedur
operasional pekerjaan yang dikelolanya.
4. Menyusun mekanisme pengendalian : karena organisasi proyek
melibatkan banyak pihak, maka agar tidak terjadi penyimpangan,
mekanisme pengendalian dan kordinasi dibuat dalam format yang dapat
menggerakkan organisasi dalam mengidentifikasi, memecahkan masalah,
serta melakukan tindakan koreksi untuk mengatasi penyimpangan.1
Ada tiga bentuk umum organisasi untuk mengelola proyek yaitu
proyek sebagai bagian dari organisasi fungsional, organisasi proyek murni, dan
organisasi matriks.
1 https://elqorni.wordpress.com/2013/07/12/manajemen-proyek/ diakses pada hari jumat 2 oktober 2015, jam 6;18
5
1. Proyek sebagai bagian dari organisasi fungsional
Pengorganisasian proyek ini dikelola oleh divisi tertentu dalam
organisasi fungsional, seperti proyek pengembangan yang melinatkan
penerapan teknologi baru, maka ia sangat cocok dikelola dibawah divisi
enginering. Jika proyek yang dimiliki berupa peluncuran produk baru ke
pasar maka proyek layak dikelola dibawah divisi pemasaran.2
Tim proyek yang hanya terdiri dari satu unit fungsional biasanya akan
dipimpin oleh project expeditor. Ia berasal dari unit itu sendiri.
Kedudukannya masih dibawah pimpinan unit fungsional yang
bersangkutan. Jika dalam proyek harus dilibatkan personel dari unit
fungsional lain diluar unit fungsional pengelola proyek maka akan terjadi
masalah. Sehingga salah satu cara yaitu menambahkan jabatan pimpinan
proyek atau koordinator proyek.3
Perlu ditekankan bahwa bentuk organisasi buka sesuatu yang baku. Ia
bisa bervariasi walaupun bentuk dasarnya sama. Dalam literatur lain ada
bentuk-bentuk organisasi yang lain. Misalnya task force adalah kelompok
orang yang berasal dari berbagai bidang dari berbagai fungsi membentuk
kelompok dalam rangka menyelesaikan suatu masalah atau kasus.
Kelompok ini dibentuk untuk menyelesaikan suatu masalah, namun
setelah masalah itu selesai kelompok ini un bubar. Ada juga bentuk liaison
role atau peran penghubung yaitu suatu kelompok atau personel yang
2 Budi Susanto, Manajemen Proyek, (Jakarta, PT. Guna Widya, 1997). Halaman16.3 Ibid, halaman 18.
6
General Manajer
Vice President Keuangan
Vice President Pemasaran
Vice President Produksi
Vice President engineering
menjembatani dua departemen pada tingkat yang lebih bawah. Ini dibentuk
bila dua departemen tersebut terlibat proyek atau pekerjaan yang sama.4
2. Organisasi proyek murni
Proyek terpisah dari organisasi induk. Ia menjadi organisasi tersendiri
dalam staf teknis tersendiri, administrasi yang terpisah dan ikatan dengan
organisasi induk berupa laporan kemajuan atau kegagalan secara periodik
mengenai proyek.5 Pimpinan dalam hal ini manajer proyek bisa melakukan
pembangunan sumberdaya dari luar berupa sub kontraktor atau suplier
selama sumberdaya itu tidak tersedia atau tidak bisa dikendalikan di dalam
organisasi.
Beberapa organisasi induk memberikan petunjuk administrasi,
keuangan, personalia, dan prosedur kontrol secara detail. Sementara yang
lain memberi kebebasan penuh dengan batasan pertanggungjawaban akhir
saja. Dibawah ini adalah bentuk organisasi proyek murni.
3. Organisasi matriks
Organisasi matriks merupakan kombinasi antara organisasi fungsional
dan organisasi murni dengan menggabungkan kelebihan dan
menghindarkan kekurangan kedua organisasi tersebut. Organisasi matriks
adalah organisasi proyek murni yang melekat pada divisi fungsional pada
organisasi induk.6
4 Ibid,.5 Ibid, halaman 19.6 Ibid halaman 22.
7
Manajer Proyek
Fabrikasi Desain Procurement
Jika perusahaan induk melaksanakan banyak proyek maka diperlukan
adanya modifikasi terhadap struktur yang ada. Bentuk modifikasi ini bisa
berupa penambahan seorang manajer program. Manajer program ini
seperti seorang koordinator yang menjadi semacam penghubung bagi para
manajer proyek dengan eksekutif senior di organisasi induk.7 Dengan
manajer program ini bisa dikurangi jumlah laporan yang mengalir ke
eksekutif senior. Status manajer program ini seperti manajer fungsional.
Sebagai seorang manajer proyek yang akan lekasanakan tugas untuk
memilih organisasi proyek mana yang akan di gunakan, disini ada kriteria-
kriteria yang akan mendasari pemilihan bentuk ini;
1. Frekuensi adanya proyek baru: berapa sering suatu perusahaan mendapat
proyek dan sejauh mana perusahaan induk tersebut terlibat dengan
aktivitas proyek.
2. Berapa lama proyek berlangsung.
3. Ukuran proyek: tingkat pemakaian tenaga kerja, modal dan sumberdaya
yang dibutuhkan.
7 Ibid,.
8
UNIVERSAL PRODUCT COM
DIVISI OTOMOTIF DIVISI ELEKTRIK DIVISI
AEROSPACE
Fasilitas & Produksi
Riset & Engineering
Pengadaan & Material
Safety & Personalia
Accounts & Pengendalian
DIVISI KIMIA
4. Kompleksitas hubungan: jumlah bidang fungsional yang terlibat dalam
proyek dan bagaimana hubungan ketergantungannya.8
Matriks dan organisasi proyek murni lebih cocok diterapkan untuk
proyek-proyek berskala menengah, besar dan komplesitas yang sedang dan
tinggi. Proyek-proyek semacam ini mempunyai tingkat kebutuhan informasi
sumberdaya yang tinggi dan perlu seorang manajer proyek dengan otoritas
yang besar. Secara lebih spesifik, organisasi matriks bisa berfungsi dengan
baik dimana ada sejumlah proyek yang dikerjakan pada waktu yang
bersamaan dan sumberdaya fungsional bisa digunakan bersama secara part-
time. Sebaliknya, bila hanya sedikit proyek dan para ahli/orang yang
mempunyai ketrampilan harus memberikan besar, organisasi proyek murni
lebih tepat untuk dipakai.
Untuk proyek-proyek dengan skala lebih kecil dan melibatkan beberapa
bidang fungsional, task forcenya yang menghubungkan berbagai bidang
fungsional lebih cocok diterapkan. Atau dikelola oleh datu divisi fungsional
dengan mengambil personel dari unit fungsional lain.9
Kriteria-kriteria lain sebagai pertimbangan pemilihan untuk organisasi
adalah kepastian, keunikan, pentingnya faktor biaya dan waktu. Suatu proyek
yang mempunyai kepastian tinggi dan sedikit resiko, sedangkan faktor biaya
bdan waktu bukan masalah penting lebih sesuai dikelola oleh task force.
Sedangkan untuk proyek yang beresiko tinggi dan penuh ketidakpastian,
biaya, dan waktu merupakan hal yang kritis, lebih cocok digunakan organisasi
matriks atau organisasi murni.
Kadang-kadang organisasi matriks tidak bisa diterapkan untuk
perusahaan berukuran kecil karena keterbatasan sumberdaya dan manajer yang
mengelola. Sikap manajemen puncak organisasi dalam hal pemberian
wewenang dan tanggungjawab kepada Manajer Proyek juga mempengaruhi
bentuk organisasi mana yang mesti dipilih. Pengalaman perusahaan dalam 8 Budi Susanto, Manajemen Proyek, hal 23.9 Ibid, hal 24,
9
mengelola proyek juga penting dalam pemilihan bentuk ini. Perusahaan dalam
mengelola proyek juga penting dalam pemilihan bentuk ini. Perusahaan
dengan sedikit pengalaman sebaiknya tidak memakai bentuk matriks karena
cukup sulit pengaturannya.10
B. Identifikasi Kebutuhan Tenaga Pelaksana Proyek
Tenaga kerja merupakan salah satu unsur penting dalam pelaksanaan
suatu proyek karena pengaruhnya yang cukup besar terhadap biaya dan waktu
penyelesaian suatu pekerjaan proyek. Namun perlu diperhatikan juga bahwa
manusia merupakan sumber daya yang kompleks dan sulit diprediksi sehingga
diperlukan adanya usaha dan pemikiran lebih mendalam dalam pengelolaan
tenaga kerja. Dalam manajemen tenaga kerja terdapat proses pengambilan
keputusan yang berhubungan dengan:
1. Penentuan ukuran dan jumlah tenaga kerja.
2. Recruitment dan pembagian tenaga kerja kedalam kelompok kerja.
3. Komposisi tenaga kerja untuk setiap jenis pekerjaan.
4. Pengendalian jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan selama proyek
berlangsung.
5. Perencanaan, scheduling, pengarahan dan pengawasan kegiatan tenaga
kerja. 11
C. Struktur Organisasi Proyek
Struktur organisasi proyek dibuat dengan situasi kultur dan keunikan
berbeda berdasar kebutuhan system manajemen proyek. Oleh karena itu,
organisasi proyek mempunyai susunan dan hierarki yang berlainan pula.
Pemilihan organisasi proyek didasarkan atas tingkat kebutuhan dan
10 Ibid, hal 24.11 http://www.ilmusipil.com/alat-bahan-dan-tenaga-kerja-proyek diakses pada hari jumat 2 oktober
2015, jam 6;18
10
kompleksitas proyek; semakin kompleks proyek, semakin kompleks pula
susunan organisasinya.
1. Unsur-unsur Pengelola Proyek
Dalam pelaksanaan suatu proyek diperlukan organiusai pelaksanaan yang
merupakan tata kerja untuk menunjang keberhasilan proyek. Organisasi
dapat didefinisikan sebagai kelompok orang yang bekerja sama dalam
kelompok-kelompok kerja yang saling berkaitan, bertanggung jawab, dan
bekerja sama secara harmonis untuk mencapai tujuan tertentu.12
Organisasi proyek yang baik harus mempunyai ciri-ciri berikut:
Terjadi hubungan yang harmonis dalam kerja sama;
Terjadi kerja sama berdasarkan hak, kewajiban, dan tanggung
jawab masing-masing unsur pengelola proyek.
Unsur-unsur pengelola proyek terdiri atas berikut ini.
a. Pemilik proyek
Pemilik proyek disebut jiga sebagi pemberi tugas, owner atau
bouwheer adalah suatu badan iusaha atau peroranga, baik pemerintah
maupun swastra yang memiliki, memberikan pekerjaan, serta
membiayai suatu proyek dalm proses pembanguna suatu bangunan.13
Tugas, wewenang, dan tanggung jawab pemilik proyek adalah:
1) Menunjuk dan mengangkat wakilnya bagi kebutuhan perencanaan
dan pelaksanaan. Dalm hal ini mengangkat kontraktor pelaksana,
pengawas proyek yang telah terpilih melalui sistem lelang.
2) Mengesahkan keputusan yang menyangkut biaya yang
menyangkut mutu, dan waktu pelaksanaan;
3) Menyuelesaikan perselisihan menyangkut proyek yang terjadi
antara bawahannya dengan pihak pemborong;
4) Menyediakan dan mengushakan pendanaan bagi kontraktor
pelaksana;
12 Soetari Endang.. Manajemen Proyek.( Bandung: CV Pustaka Setia.2014). hlm 58.13 Ibid, hal 57
11
5) Memberikan keputusan terhadap perubahan waktu pelaksanaan
dengan memperhatikan pertimbangan yang diberikan oleh
konsultannya.
b. Konsultan Quantity Surveyor (QS)
Konsultan QS ini ditunjukkan oleh pemilik proyek sebagai orang
atau badan yang mengatur biaya, waktu, kontrak untuk pekerjaan dalam
proyek serta bernegosiasi. Adapun alasan untuk menggunakan jasa
konsultan QS ini karena pemilik proyek tidak memiliki suatu badan atrau
orang yang biasa mengatur pendanaan.14
Wewenang dan tanggung jawab sebagai pengatur biaya, waktu,
kontrak antara lain, yaitu:
1) Pengadaan kontrak kepada pihak-pihak penyediaan jasa (kontraktor-
kontraktor dan konsultan-konsultan);
2) Bernegosiasi dalam menentukan harga bahan dan jasa kepada pihak
penyedia jasa;
3) Memastikan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan-
pekerjaan dalam proyek;
4) Melaporkan dari hasil dari kontrak yang telah disetujui oleh penyedia
jasa kepada pemilik proyek.
c. Konsultan Perencana
Konsultan perencana mempunyai kewajiban atau tugas yang
merencanakan suatu rencana dalam perencaan struktur, arsitektur, dan
mekanikal/elektrikal, dengan ketentuan yang diinginkan oleh pemilik
proyek15. Tugas atau kegiatan konsultan perencana adalah :
1) Membuat sketsa dan memberikan gagasan gambaran pekerjaan,
meliputi pembagian ruang, rencana pelaksaan, dan lainnya;
2) Membuat gambar detail/ penjelsasn lengkap dengan perhitungan
konstruksinya;
14 Ibid.15 Ibid hal 59.
12
3) Membuat rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) dan rencana
anggaran biaya (RAB);
4) Tempat berkonsultasi jika ada hal-hal yang meragukan di bidang
arsitektural, struktur dan ME.
d. Konsultan Pengawas
Konsultan pengawas adalah organisasi atau perorangan yang
bersifat multi disiplin yang bekerja untuk dan atas nama pemilik proyek
(owner). Pengawas harus mampu bekerja sama dengan konsultan
perencana dalam suatu proyek.
Pengawas proyek memiliki kegiatan sebagai berikut:
1) Melakukan pengawasan berkala serta memberikan pengarahan,
petunjuk, dan penjelasan kepada pelaksana konstruksi serta
meneliti hasil-hasil yang telah dikerjakan;
2) Memberikan rekomendasi progress report pekerjaan pelaksana
untuk meminta dana kepada pemilik proyek (owner) untuk
membiayai pelaksanaan pekerjaan selanjutnya;
3) Memberikan teguran dan/ atau peringatan kepada pelaksana
konstruksi apabila dalam pelaksanaan pekerjaan terjadi
penyimpangan dari spesifikasi dan gambar-gambar teknis;
4) Mempersiapkan, mengawasi, dan melaporkan hasil pelaksanaan
proyek kepada pemilik proyek (owner).
e. Kontraktor Pelaksana
Kontraktor pelaksana adalah perusahaan berbadab hukum yang
bergerak dlam bidang pelaksanaan pemborongan. Kontraktor dapat
berupa perseorangan ataupun badan hukum, baik pemerintah maupun
swasta yang telah ditetapkan dari pemilik proyek serta telah
menandatangani Surat Perjanjian Kerja (SPK). Kontraktor pelaksana
ini bekerja dengan mengacu pada gambar kerja (bestek), rencana
kerja, dan syarat-syarat (RKS) yang telah disusun sebelumnya.16
Kegiatan ini dari kontraktor pelaksana, yaitu:
16 Ibid, hal 60.
13
1) Melaksanakan semua kesepakatan yang ada dalam kontrak
kerja, baik dari segi scheduling pelaksanaan maupun masa
pemeliharaan;
2) Mematuhi dan melaksanakan segala petunjuk yang diberikan
oleh direksi;
3) Sebelum pekerjaan dimulai, kontraktor pelaksana harus
membuat dan menyerahkan gambar kerja (shop drawing) serta
metode kerja;
4) Menyediakan tenaga kerja, bahan, perlengkapan, dfan jasa
yang diperlukan sesuai dengan spesifikasi teknis dan gambar
yang telah ditentukan dengan memperhatikan:
a) Biaya pelaksanaan;
b) Waktu pelaksanaan;
c) Kualitas pekerjaan;
d) Kuantitas pekerjaan;
e) Keamanan kerja.
5) Membuat laporan harian, mingguan, dan bulanan yang
diserahkan kepada direksi;
6) Bertanggungjawab atas kualitas dan mutu pekerjaan;
7) Membayar ganti rugi akibat kecelakaan yang terjadi pada
wakktu pelaksanaan pekerjaan;
8) Berhak menerima sejumlah biaya pelaksanaan pekerjaan yang
telah selesai dari pemberi tugas dengan kesepakatan yang
tercantum dari kontrak kerja;
Kontraktor pelaksana harus menyusun sebuah struktur
organisasi yang didalamnya tercantum alur-alur pemberian perintah
kerja atau tugas pada masing-masing jabatan untuk bekerja secara
maksimal dan tidak terjadi overlapping tanggungjawab. Untuk
kelancaran pelaksanaan pekerjaan, kontraktor pelaksana dibantu
14
olehe sub sub kontraktor yang ditunkjuk oleh kontraktor pelaksana
yang berupa perseorangan maupun badan hukum.17
2. Unsur-unsur Kontraktor Pelaksana
a. Pimpinan Proyek (Project Manager)
Project Manager adalah perwakilan dari kontaraktor yang
bertanggung jawab sepenuhnya terhadap pelaksanaan pekerjaan
proyek, sesuai dengan menejemen proyek dan perencanaan proyek
secara menyeluruh. Project Manager bertugas memimpin jalannya
suatu pekerjaan, mengevaluasi hasil adri pekerjaan, dan
membandingkan dengan pelaksanaan proyek yang kemudian disusun
dalam suatu format laporan pekerjaan dari awal hingga akhir
pelaksanaan proyek.
b. Manajer Lapangan (Site Manager)
Site Manager merupakan wakil dari pmpinan tertinggi dari suatu
proyek yang dituintut untuk memahami dan menguasai rencana kerja
proyek secara keseluruhan dan mendetail. Dismaping itu, Site
Manager juga dituntut memiliki ketrampilan manajemen serta
menguasai seluruh sumberdaya manusia yang dibebankan kepadanya
secara efisien dan produktif. Artinya, ia dapat memimpin dan
mengoordinasikan seluruh kegiatan bawahannya agar pekerjaan
yang dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi dan berjalan mengikuti
program kerja yang dilaksanakan dalam jangka waktu dan biaya
tertentu tanpa mengurangi perolehan laba yang diperkirakan.
Olehkarena itu, Site Manager harus memiliki hubungan yang luas,
baik vertikal maupun horosintal dengan pihak- pihak yang berkaitan
diluar proyek dan perusahaan.18
c. Site Engineer
17 Ibid, hal 61.18 Ibid, hal 63.
15
Site Engineer adalah wakil dari Site Manager. tugasnya adalah
memimpin jalannya pekerjaan dilapangan dengan memanfaatkan dan
mengoptimalkan semua sumberdaya yang ada untuk memenuhi
persyaratan mutu, waktu, dan biaya yang telah ditetapkan. Selain itu,
Site Engineer bertanggung jawab atas permasalahan yang muncul
dalam pelaksanaan siuatu proyek serta berkewajiban untuk
memberikan laporan pekerjaan secara berkala.
d. Kepala Administrasi Proyek
Tugas kepala administrasi proyek antara lain:
1) Melaksanakan pekerjaan administrasi proyek;
2) Membayar upah para pekerja dan menyelesaikan administrasi
keuangan;
3) Menghitung dan membayar kerja lembur dan uang makan;
4) Membuat laporan keuangan proyek.
e. Kepala Logistik
Logistik bertugas sebagai pengadaan barang dan pengawasan
material bahan bangunan, termasuk membuat jadwal pengadaan dan
pemakaian bahan serta peralatan prooyek.
Bagian ini juga bertugas untuk menyediakan pe,mbelian bahan dan
peralatan yang telah diputuskan oleh koordinator pelaksana sesuai
dengan jadwal pengadaan. Kepala logistik dan peralatan juga perlu
menyusun suatu sistem administrasi tentang penerimaan,
penyimpanan dan pemakaian barang.
f. Kepala Pelaksana (Supervisor)
Pelaksana mempunyai wewenang dan tanggung jawab mengenai
masalah-masalah teknis di lapangan serta mengoordinasikan
pekerjaan yang menjadi bagiannya. Pelaksana mempunyai tugas dan
kewajiban sebagai berikut:
16
1) Mengawasi dan mengoordinasikan pekerjaan para pelaksana di
lapangan dan mencatat semua prestasi pekerjaan untuk
dilaporkan kepada site manager;
2) Mengawasi metode pelaksanaan di lapangan untuk
menghindarkan kesalahan pelaksanaan;
3) Bertanggung jawab kepada site manager terhadap pelaksanaan
pekerjaan di proyek.19
g. Surveyor
Tugas surveyor (pelaksana pengukuran) adalah mengadakan
pengukuran di lapangan dengan menggunakan alat theodolit ataupun
water pass untuk menentukan asas bangunan proyek yang akan di
kerjakan.
h. Drafter
Tugas dan tanggung jawab drafter adalah:
1) Membuat shop drawing yang siap dilaksanakan dengan
dikoordinasikan oleh pelaksana;
2) Menyiapkan gambar dari revisi desain dan detail desain yang
dibutuhkan untuk kegiatan pelkasanaan dilapangan;
3) Menghitung volume berdasarkan data lapangan dan
melaporkan pada administrasi teknik;
4) Menjaga peralatan gambar yang digunakan dalam kondisi
bagus.
i. Gudang
Tugas seorang pengawas gudang adalah :
1) Menyimpan dalam gudang dan membukukan bahan bangunan
yang datang;
2) Menjaga atau memelihara keawetan bahan yang ada dalam
gudang;
19 Ibid, hal 64.
17
3) Bertanggung jawab terhadap keluar masuknya bhan bangunan
yang diminta oleh pemborong setelah diketahui oleh pelaksana
lapangan;
4) Menghitung dengan benar barang yang keluar dan masuk;
5) Bertanggung jawab pada logistik.
j. Peralatan
Bagian pelatan merupakan bagian yang berperan dalam persiapan
peralatan yang akan digunakan dalam pembangunan proyek dan
bertanggung jawab atas pemeliharaan peralatan yang ada agar
peralatan selau siap sehingga tidak menghambat proses pekerjaan.
k. Sopir
tugas seorang sopir adalah :
1) Mengantarkan pimpinan proyek dan pimpinan lainnya ununtuk
kepentingan proyek;
2) Mengantarkan logistik dalam pembelian barang;
3) Menjamin kelancaran transportasi yang dibutuhkan proyek;
4) Bertanggung jawab pada administrasi proyek.20
20 Ibid, hal 65
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Cara mengorganisasikan proyek dapat dilihat melalui tiga bentuk umum
organisasi proyek yaitu: organisasi fungsional, organisasi proyek murni,
dan organisasi matriks.
2. Identifikasi kebutuhan tenaga pelaksana adalah sebagai berikut:
a. Penentuan ukuran dan jumlah tenaga kerja.
b. Recruitment dan pembagian tenaga kerja kedalam kelompok kerja.
c. Komposisi tenaga kerja untuk setiap jenis pekerjaan.
d. Pengendalian jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan selama proyek
berlangsung.
e. Perencanaan, scheduling, pengarahan dan pengawasan kegiatan
tenaga kerja.
3. Struktur organisasi proyek dibagi menjadi 2 yaitu struktur pengelola
proyek dan struktur kontraktor pelaksana. Struktur pengelola terdiri dari
pemilik proyek, konsultan quantity surveyor, konsultan perencana, dan
konsultan pengawas. Untuk konsultan pelaksana terdiri dari pimpinan
proyek, manajer lapangan, site engineer, kepala administrasi proyek,
kepala logistik, kepala pelaksana/supervisor, surveyor, drafter, gudang,
peralatan, dan sopir.
19
DAFTAR PUSTAKA
Endang, Soetari. 2014. Manajemen Proyek. Bandung: CV Pustaka Setia.
https://elqorni.wordpress.com/2013/07/12/manajemen-proyek/ diakses pada hari
Jumat 2 Oktober 2015, jam 6:18.
http://www.ilmusipil.com/alat-bahan-dan-tenaga-kerja-proyek diakses pada hari
Jumat 2 Oktober 2015, jam 6:18.
Susanto, Budi. 1997. Manajemen Proyek. Jakarta: PT. Guna Widya.
20