· web viewwanprestasi dan perbuatan melawan hukum, proses penyelesaian sengketa konsumen di bpsk...

24
i ANALISIS HUKUM TERHADAP PUTUSAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN (BPSK) TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN (Studi Pada Pemerintahan Kota Mataram) JURNAL ILMIAH Oleh INTAN SYUHADAA ZAIN D1A014139 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM

Upload: others

Post on 27-Oct-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1:  · Web viewwanprestasi dan perbuatan melawan hukum, proses penyelesaian sengketa konsumen di BPSK Kota Mataram yaitu : konsiliasi; mediasi; arbitrase, BPSK Kota Mataram mengabulkan

i

ANALISIS HUKUM TERHADAP PUTUSAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN (BPSK) TENTANG

LEMBAGA PEMBIAYAAN

(Studi Pada Pemerintahan Kota Mataram)

JURNAL ILMIAH

Oleh

INTAN SYUHADAA ZAIN

D1A014139

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MATARAM

2018

Page 2:  · Web viewwanprestasi dan perbuatan melawan hukum, proses penyelesaian sengketa konsumen di BPSK Kota Mataram yaitu : konsiliasi; mediasi; arbitrase, BPSK Kota Mataram mengabulkan

ii

HALAMAN PENGESAHAN JURNAL ILMIAH

ANALISIS HUKUM TERHADAP PUTUSAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN (BPSK) TENTANG

LEMBAGA PEMBIAYAAN

(Studi Pada Pemerintahan Kota Mataram)

Oleh

INTAN SYUHADAA ZAIN

D1A014139

Menyetujui,

Pembimbing Pertama,

(Prof.Dr.H.Salim HS, SH., MS)NIP.19600408198603 1 004

Page 3:  · Web viewwanprestasi dan perbuatan melawan hukum, proses penyelesaian sengketa konsumen di BPSK Kota Mataram yaitu : konsiliasi; mediasi; arbitrase, BPSK Kota Mataram mengabulkan

iii

ANALISIS HUKUM TERHADAP PUTUSAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN (BPSK) TENTANG LEMBAGA

PEMBIAYAAN (Studi Pada Pemerintahan Kota Mataram)

INTAN SYUHADAA ZAIND1A014139

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM

ABSTRAK

Tujuan penelitian untuk mengetahui penyebab sengketa konsumen, proses penyelesaian sengketa dan hasil putusan arbitrase di BPSK Kota Mataram. Dengan menggunakan metode penelitian empiris. Hasil penelitian, Pertama, penyebab sengketa konsumen di BPSK Kota Mataram adalah wanprestasi dan perbuatan melawan hukum. Kedua, proses penyelesaian sengketa konsumen di BPSK Kota Mataram yaitu: konsiliasi; mediasi; arbitrase. Ketiga, BPSK Kota Mataram memutuskan mengabulkan gugatan penggugat agar tergugat menyerahkan BPKB kepada penggugat. Kesimpulannya penyebab sengketa konsumen di BPSK Kota Mataram karena wanprestasi dan perbuatan melawan hukum, proses penyelesaian sengketa konsumen di BPSK Kota Mataram yaitu : konsiliasi; mediasi; arbitrase, BPSK Kota Mataram mengabulkan gugatan penggugat.

Kata Kunci: Perjanjian, Pembiayaan Konsumen, BPSK

LEGAL ANALYSIS OF BPSK MATARAM DECISIONS ON FINANCING INSTITUTIONS

(Study Of Mataram City Government)

ABSTRACT

The aim of this research is to know the cause of client’s lawsuit, the lawsuit solving process and result by BPSK Mataram arbitration verdict. By the used of empires research method, the research result shows that, First, the cause of lawsuit is breach of contract and law opposed. Second, the lawsuit solving process i.e. conciliation, mediation, arbitration. Third, BPSK Mataram decided to accept the plaintiff accusation and grant it. In conclusion, the cause of lawsuit is breach of contract and law opposed, the solving process of lawsuit i.e. conciliation, mediation, arbitration, BPSK Mataram decided to accept the plaintiff accusation and grant it.

Keywords : Consumer, Financing Agreement, BPSK

Page 4:  · Web viewwanprestasi dan perbuatan melawan hukum, proses penyelesaian sengketa konsumen di BPSK Kota Mataram yaitu : konsiliasi; mediasi; arbitrase, BPSK Kota Mataram mengabulkan

i

I. PENDAHULUAN

Perkembangan perekonomian yang pesat, telah menghasilkan beragam

jenis barang dan/atau jasa. Kemajuan teknologi dan informasi turut mendukung

perluasan ruang, gerak, arus, dan transaksi barang dan/atau jasa hingga melintasi

batas-batas wilayah negara. Konsumen pada akhirnya dihadapkan pada berbagai

pilhan jenis barang dan/atau jasa yang ditawarkan secara variatif.1 Tidak hanya

menghasilkan beragam jenis barang dan jasa, perkembangan perekonomian juga

menghasilkan beragam bentuk usaha yang dikembangkan oleh pelaku usahadalam

membantu masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan suatu barang, salah

satunya adalah lembaga pembiayaandalam bentuk sewa guna usaha (leasing),

modal ventura (venture capital), perdagangan surat berharga (securities trade),

anjak piutang (factoring), usaha kartu kredit (credit card), pembiayaan konsumen

(consumer finance).

Dalam perkembangannya, banyak lembaga pembiayaan yang

menggunakan tata cara perjanjian dengan mengikutkan adanya jaminan fidusia

terhadap objek jaminan. Praktek sederhana dalam jaminan fidusia adalah debitur/

pihak yang punya barang mengajukan pembiayaan kepada kreditur, lalu kedua

belah pihak sama-sama sepakat menggunakan jaminan fidusia terhadap benda

milik debitur dan dibuatkan akta notaris lalu didaftarkan ke Kantor Pendaftaran

Fidusia. Kreditur sebagai penerima fidusia akan mendapat sertifikat fidusia, dan

salinannya diberikan kepada debitur. 2

1 Zulham, HukumPerlindunganKonsumen, Cet.1, Ed.1, KencanaPrenada Media Group, Jakarta, 2013, hlm. 12 Nahrowi.“PermasalahanHukumPembiayaan Leasing di Indonesia”,JurnalCitaHukum, UIN SyarifHidayatullah, Vol.1, No. 1 Juni 2013.

Page 5:  · Web viewwanprestasi dan perbuatan melawan hukum, proses penyelesaian sengketa konsumen di BPSK Kota Mataram yaitu : konsiliasi; mediasi; arbitrase, BPSK Kota Mataram mengabulkan

ii

Namun dalam faktanya, ada beberapa lembaga pembiayaan yang tidak

membuat sertifikat fidusia sesuai dengan ketentuan yang ada. Salah satunya

adalah NSC Finance, sehingga menimbulkan adanya sengketa antara pelaku usaha

dengan konsumen. Pemerintah dalam upayanya melindungi masyarakat

menetapkan pembentukan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen berdasarkan

pada Pasal 49 ayat 1 Undang-Undang Perlindungan Konsumen.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis dapat menarik tiga pokok

bahasan yaitu : 1. Apakah Apakah penyebab timbulnya sengketa konsumen yang

ditangani di BPSK Kota Mataram ? 2. Bagaimana proses penyelesaian sengketa

konsumen di Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Kota Mataram ?

3. Bagaimana hasil putusan arbitrase Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen

(BPSK) Kota Mataram tentang lembaga pembiayaan ?

Adapun tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui penyebab

timbulnya sengketa konsumen, proses penyelesaian sengketa, dan hasil putusan

arbitrase Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Kota Mataram tentang

lembaga pembiayaan.

Dari persoalan yang dikaji, maka penelitian ini dikategorikan sebagai

penelitianempiris dengan menggunakan pendekatan konseptual (conceptual

approach), pendekatan perundang-undangan (statute approach), pendekatan

kasus (case Approach), pendekatan sosiologis (sociological approach). Setelah

data terkumpul selanjutnya dianalisis secara deskriptif kualitatifdenganmetode

penarikan kesimpulan deduktif.

Page 6:  · Web viewwanprestasi dan perbuatan melawan hukum, proses penyelesaian sengketa konsumen di BPSK Kota Mataram yaitu : konsiliasi; mediasi; arbitrase, BPSK Kota Mataram mengabulkan

iii

II. PEMBAHASAN

PENYEBAB TIMBULNYA SENGKETA KONSUMEN YANG

DITANGANI BPSK KOTA MATARAM

Penyebab timbulnya sengketa konsumen yang ditangani BPSK Kota

Mataram sebagian besar karena adanya wanprestasi yang dilakukan oleh debitor

baik dalam keadaan tidak memenuhi prestasi, terlambat memenuhi prestasi,

memenuhi prestasi secara tidak baik, maupun melakukan sesuatu yang menurut

perjanjian tidak boleh dilakukannya. Tetapi sebaliknya ketika debitor wanprestasi,

beberapa pelaku usaha juga melakukan perbuatan melawan hukum baik dalam

keadaan melanggar undang-undang, melanggar hak orang lain, bertentangan

dengan kewajiban hukum pelaku, bertentangan dengan kesusilaan, bertentangan

dengan sikap kehati-hatian yang dianggap sepatutnya dalam masyarakat.

Wanprestasi artinya tidak memenuhi kewajiban sebagaimana ditetapkan

dalam perikatan atau perjanjian.3 Ada empat keadaan wanprestasi, yaitu: a. Tidak

memenuhi prestasi; b. Terlambat memenuhi prestasi; c. Memenuhi prestasi secara

tidak baik; d. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh

dilakukannya.

Adapun akibat hukum wanprestasi diantaranya: 1). Debitur diharuskan

membayar ganti rugi (Pasal 1243 KUH Perdata); 2). Kreditur dapat minta

pembatalan perjanjian melalui pengadilan (Pasal 1266 KUH Perdata); 3). Kreditur

3 Djaja S. Meliala, Perkembangan Hukum Perdata Tentang Benda dan Hukum Perikatan, CV.NuansaAulia, Bandung, 2007, hlm. 99

Page 7:  · Web viewwanprestasi dan perbuatan melawan hukum, proses penyelesaian sengketa konsumen di BPSK Kota Mataram yaitu : konsiliasi; mediasi; arbitrase, BPSK Kota Mataram mengabulkan

iv

dapat meminta pemenuhan perjanjian atau pemenuhan perjanjian disertai ganti

rugi dan pembatalan perjanjian dengan ganti rugi (Pasal 1267 KUH Perdata).

Sedangkan pengertian perbuatan melawan hukum tidak diatur dalam Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata. Hanya dalam Pasal 1365 KUH Perdata

ditentukan syarat-syarat untuk menuntut ganti kerugian karena perbuatan

melawan hukum, jika kerugian timbul karena ada unsur kesalahan dari si pelaku.

Pasal 1365 KUH Perdata berbunyi:

“Tiap perbuatan yang melawan hukum dan membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk mengganti kerugian tersebut”.

Dari rumusan di atas dapat disimpulkan bahwa ketentuan Pasal 1365 KUH

Perdata, mempunyai unsur-unsur:4 a. adanya perbuatan melawan hukum yaitu

dalam arti sempit perbuatan melanggar undang-undang dan lebih luasnya

melanggar hak orang lain, bertentangan dengan kewajiban hukum pelaku,

bertentangan dengan kesusilaan, bertentangan dengan sikap kehati-hatian yang

dianggap sepatutnya dalam masyarakat; b. Adanya kesalahan; c. Adanya

kerugian; d. Adanya hubungan sebab akibat antara kerugian dan perbuatan.

Terkait dengan ketentuan dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang

menyebutkan bahwa setiap perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai

undang-undang bagi mereka. Pasal tersebut memberikan kebebasan kepada para

pihak untuk: 1. Membuat atau tidak membuat perjanjian; 2. Mengadakan

perjanjian dengan siapapun; 3. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan

persyaratannya; 4. Menentukan bentuk perjanjian, yaitu tertulis atau lisan. Namun

terhadap kebebasan tersebut, ada beberapa pembatasan yang diberikan dalam 4 Ibid.,hlm. 111

Page 8:  · Web viewwanprestasi dan perbuatan melawan hukum, proses penyelesaian sengketa konsumen di BPSK Kota Mataram yaitu : konsiliasi; mediasi; arbitrase, BPSK Kota Mataram mengabulkan

v

KUH Perdata, antara lain: Pasal 1320 ayat (1); ayat (2); dan ayat (4). Pasal 1332,

Pasal 1337 dan Pasal 1338 ayat (3). Salah satu pembatasannya yaitu para pihak

tidak bebas untuk membuat kontrak yang menyangkut causa yang dilarang

undang-undang atau bertentangan dengan kesusilaan atau bertentangan dengan

ketertiban umum. Kontrak yang dibuat untuk causa yang dilarang tersebut adalah

tidak sah. Sehingga apabila tidak terpenuhinya syarat objektif suatu perjanjian

maka perjanjian itu batal demi hukum. Artinya bahwa dari semula perjanjian itu

dianggap tidak ada.

PROSES PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN DI BPSK KOTA

MATAARAM

Proses penyelesaian sengketa konsumen di BPSK Kota Mataram dilakukan

dengan tiga cara, yaitu : 1. Konsiliasi; 2. Mediasi; 3. Arbitrase, yang awali dengan

adanya pengaduan dari konsumen baik secara lisan maupun tertulis. Tidak semua

pengaduan konsumen dapat diterima oleh BPSK Kota Mataram. Ada beberapa

bentuk pengaduan yang tidak dapat diterima oleh BPSK, yaitu: 1. Pengaduan

tersebut tidak disertai dengan bukti-bukti yang benar; 2. Tidak mengisi formulir

pengaduan secara lengkap dan benar; 3. Sengketa yang diadukan bukan

merupakan kewenangan BPSK; 4. Pengadunya bukan konsumen akhir (end

users),Pengaduan yang bersifat class action;5. Pengaduan yang bersifat legal

standing;6. Pengaduan yang dilakukan oleh pelaku usaha. Jika pengaduan

diterima, pra sidang akan dilakukan dengan memanggil para pihak untuk memilih

cara penyelesaian yang diinginkan. Apabila tidak terjadi kesepakatan, BPSK tidak

Page 9:  · Web viewwanprestasi dan perbuatan melawan hukum, proses penyelesaian sengketa konsumen di BPSK Kota Mataram yaitu : konsiliasi; mediasi; arbitrase, BPSK Kota Mataram mengabulkan

vi

bisa melanjutkan pengaduan. Apabila terjadi kesepakatan maka akan berlanjut

pada sidang pertama hingga tahap putusan.

Terhadap putusan BPSK, terjadi kontradiksi antara Pasal 54 ayat (3) UUPK

dan Pasal 42 ayat (1) Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor

350/MPP/Kep/12/2001 menyebutkan bahwa putusan BPSK bersifat final dan

mengikat serta pelaksanaannya dapat dimintakan penetapan eksekusi pada

pengadilan negeri di tempat konsumen yang dirugikan. Sehingga tidak

dimungkinkan lagi untuk mengajukan banding atau keberatan. Sebaliknya, dalam

Pasal 56 ayat (2) UUPK, masih dibuka peluang untuk mengajukan keberatan

kepada pengadilan negeri, dalam tenggang waktu 14 hari setelah putusan BPSK

diberitahukan.

Menurut Wakil Ketua BPSK Kota Mataram Haerani5Pengajuan keberatan

terhadap putusan BPSK hanya diterapkan terhadap penyelesaian sengketa melalui

cara arbitrase saja, dan harus memenuhi persyaratan pembatalan putusan arbitrase

dalam Pasal 70 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan

Alternatif Penyelesaian Sengketa. Hal ini didukung dengan dikeluarkannya

ketentuan dalam Pasal 6 ayat (3) Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun

2006 tentang Tata Cara Pengajuan Keberatan Terhadap Putusan Badan

Penyelesaian Sengketa Konsumen. Pasal 70 Undang-Undang Nomor 30 Tahun

1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa menyatakan bahwa:

“Terhadap putusan arbitrase para pihak dapat mengajukan permohonan pembatalan apabila putusan tersebut diduga mengandung unsur-unsur sebagai berikut:

5 Hasil wawancara dengan Haerani, selaku Wakil Ketua BPSK Kota Mataram, tanggal 3 Desember 2017 di sekretariat BPSK Kota Mataram.

Page 10:  · Web viewwanprestasi dan perbuatan melawan hukum, proses penyelesaian sengketa konsumen di BPSK Kota Mataram yaitu : konsiliasi; mediasi; arbitrase, BPSK Kota Mataram mengabulkan

vii

1) Surat atau dokumen yang diajukan dalam pemeriksaan, setelah putusan dijatuhkan, diakui palsu atau dinyatakan palsu.

2) Setelah putusan diambil ditemukan dokumen yang bersifat menentukan, yang disembunyikan oleh pihak lawan.

3) Putusan diambil dari hasil tipu muslihat yang dilakukan oleh salah satu pihak dalam pemeriksaan sengketa”.

HASIL PUTUSAN ARBITRASE BADAN PENYELESAIAN SENGKETA

KONSUMEN (BPSK) TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN

Terkait dengan hasil putusan arbitrase Badan Penyelesaian Sengketa

Konsumen (BPSK) tentang lembaga pembiayaan berdasarkanpada putusan

arbitrase BPSK Kota Mataram dengan perkara nomor 01/BPSK/I/2016 antara

Dedi Rizaldi dengan PT. Summit Oto Finance, yang pada pokoknya

sengketakonsumen timbul karena adanya pengalihan yang dilakukan oleh Linda

Tuti Erawati selaku debitur yang menandatangani kontrak dengan perusahaan

kepada Dedi Rizaldi. Sehingga setelah pelunasan dan konsumen hendak

melakukan pengambilan BPKB, perusahaan mempersulit konsumen dengan

alasan bahwa konsumen bukan merupakan pemilik dan nasabah sah yang

menandatangani kontrak dengan perusahaan. Karena aturan dalam pembiayaan,

pengambilan BPKB harus dilakukan oleh pemilik atas nama yang sah sesuai

dengan kontrak.

Berdasarkan perjanjian pembiayaan konsumen tersebut, tidak mengalihkan

kendaraan kepada pihak lain merupakan bentuk kewajiban debitur yang harus

dilakukan. Dan jika hal tersebut terjadi, maka jelas disebutkan dalam Pasal 10

Perjanjian Pembiayaan Konsumen di atas, merupakan bentuk cidera janji seorang

debitur. Sehingga konsekuensinya, kreditor secara sepihak dapat memutus kontrak

Page 11:  · Web viewwanprestasi dan perbuatan melawan hukum, proses penyelesaian sengketa konsumen di BPSK Kota Mataram yaitu : konsiliasi; mediasi; arbitrase, BPSK Kota Mataram mengabulkan

viii

dan kreditor berhak untuk menyatakan hutang menjadi jatuh tempo dan menuntut

pelunasan atau jika debitor tidak melunasi hutang, kreditur berhak menuntut

pengembalian atau mengambil kembali kendaraan dari debitor atau pemilik

jaminan atau pihak lain dengan cara langsung mengambil dari tempat dimana

kendaraan berada tanpa melalui suatu putusan atau penetapan pengadilan dan juga

tanpa melalui juru sita pengadilan atau peringatan lainnya. Terlebih jika

pengalihan yang dilakukan debitor tanpa sepengetahuan perusahaan dalam hal ini

finance.Sehingga, hal tersebut dapat dikategorikan sebagai bentuk cidera

janji/wanprestasi yang dilakukan oleh debitur.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ahyan selaku SPV SOF PT. Summit

Oto Finance Mataram, menyatakan bahwa:6

Kata “dialihkan” dalam perjanjian tersebut tidak hanya sebatas pada

pengalihan unit kendaraan bermotor saja, melainkan juga pengalihan secara

hukum yaitu pengalihan kredit maupun dokumen-dokumen kepemilikan. Pada

umumnyaover alih kredit oleh debitor diperbolehkan selama hal tersebut sesuai

dengan mekanisme yang seharusnya. Adapun mekanisme over alih kredit harus

dengan sepengetahuan kreditor dan dibuat dalam bentuk perjanjian tertulis karena

nantinya proses pengalihan akan berakibat pada lahirnya perjanjian baru baik itu

perjanjian pokok maupun perjanjian fidusianya. Tetapi karena sifatnya perjanjian

ini melanjutkan, jadi debitor yang baru hanya melanjutkan kewajiban yang

diperjanjikan dalam perjanjian sebelumnya.

6 Hasil wawancara dengan Bapak Ahyan, selaku SPV SOF PT. Summit Oto Finance Mataram, tanggal 6 Desember 2017di Kantor PT. Summit Oto Finance Cabang Mataram

Page 12:  · Web viewwanprestasi dan perbuatan melawan hukum, proses penyelesaian sengketa konsumen di BPSK Kota Mataram yaitu : konsiliasi; mediasi; arbitrase, BPSK Kota Mataram mengabulkan

ix

Bapak Ahyan juga menjelaskan, bahwa perbedaannya, debitor yang baru

tidak dikenakan biaya-biaya seperti uang muka maupun biaya asuransi, debitur

hanya sebatas melanjutkan beban kewajiban debitur sebelumnya. Adapun

mekanismenya sebagai berikut: 1. Kedua belah pihak baik konsumen maupun

pihak yang akan menerima over alih harus melapor kepada perusahaan bahwa

akan dilakukannya over alih; 2. Kemudian konsumen diminta untuk membuat

pernyataan tentang pengalihan perjanjian pembiayaan tersebut; 3. Pihak yang

akan menerima over alih kredit akan di survey dan akan dilakukannya evaluasi; 4.

Setelah dilakukan survey, hasil survey akan masuk dalam analisa marketing, jika

memenuhi kriteria kredit maka over alih dapat dilakukan. Adapun syarat yang

harus dipenuhi yaitu: syarat administrasi berupa Kartu Tanda Penduduk(KTP),

Kartu Keluarga (KK) dan rekening listrik. Syarat subjektif berupa tolak ukur uji

kelayakan yang dilihat dari beberapa aspek seperti penghasilan dan karakter

nasabah; 5. Membuat perjanjian baru dengan konsumen yang baru, sehingga

secara otomatis nama pihak pertama akan di replace kepada pihak kedua.

Bapak Ahyan juga menambahkan, prihal perhitungan angsuran selanjutnya

di luar tanggung jawab perusahaan, artinya menjadi urusan pihak pertama dan

pihak kedua. Perusahaan hanya melanjutkan saja. Akibat over alih kredit tersebut,

maka semuanya akan beralih seutuhnya baik secara fidusia (didaftarkan dengan

akta fidusia yang baru) maupun perjanjian pokoknya (lahirnya perjanjian baru).

Lain halnya dengan fakta persidangan yang ditemukan di BPSK Kota

Mataram. Berdasarkan beberapa kasus yang disidangkan di BPSK Kota Mataram,

over alih kredit dilakukan oleh debitor secara lisan kepada pelaku usaha. Akan

Page 13:  · Web viewwanprestasi dan perbuatan melawan hukum, proses penyelesaian sengketa konsumen di BPSK Kota Mataram yaitu : konsiliasi; mediasi; arbitrase, BPSK Kota Mataram mengabulkan

x

tetapi, pelaku usaha tidak mengarahkan debitor untuk melakukan pengalihan

secara tertulis. Atas sepengetahuan pelaku usaha, pengalihan tetap dilaksanakan,

dimana aturannya jelas bahwa over alih kredit harus dilakukan secara tertulis.

Yang menjadi permasalahan untuk penerima over alih kredit ini, ketika pihak

kedua/ penerima over alih kredit melakukan pengambilan BPKB. Perusahaan

tidak akan memberikan BPKB tersebut karena pengambilan BPKB harus

dilakukan oleh pihak pertama yang menandatangani perjanjian dengan

perusahaan, sehingga pada sidang BPSK, debitor diminta perusahaan untuk

membuat surat pernyataan bahwasanya jika ada tuntutan balik dari pihak pertama

selaku debitor yang menandatangani perjanjian, pihak kedualah yang bertanggung

jawab.

BPSK Kota Mataram berdasarkan pertimbangan-pertimbangan dan fakta

hukum yang diperoleh di persidangan memutuskan menerima gugatan penggugat

dan mengabulkan gugatan penggugat agar tergugat menyerahkan BPKB kepada

konsumen.

Page 14:  · Web viewwanprestasi dan perbuatan melawan hukum, proses penyelesaian sengketa konsumen di BPSK Kota Mataram yaitu : konsiliasi; mediasi; arbitrase, BPSK Kota Mataram mengabulkan

xi

III. PENUTUP

Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan di atas maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut: 1). Penyebab timbulnya sengketa konsumen yang

ditangani di BPSK Kota Mataram sebagian besar karena adanya wanprestasi dan

perbuatan melawan hukum. Dalam pelaksanaannya, terlepas apakah kesalahan

atau kelalaian ada pada pelaku usaha maupun konsumen, pelaku usaha tetap

berusaha bertanggung jawab dalam memberikan ganti rugi terhadap konsumen

sesuai dengan kerugian yang senyatanya berdasarkan pertimbangan yang layak

sepanjang kerugian konsumen tersebut disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan

pelaku usaha. Sebaliknya konsumen juga tetap berusaha dalam pemenunuhan

prestasinya. 2). Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 52 huruf (a) UUPK jo.

Pasal 26 sampai dengan Pasal 36 Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan

Perdagangan Republik Indonesia Nomor 350/MPP/Kep/12/2001 tentang

Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen,

yang merupakan hukum acara bagi BPSK Kota Mataram dalam menjalankan

proses penyelesaian sengketa. Penyelesaian Sengketa Konsumen dilakukan

dengan tiga cara, yaitu: a. Konsiliasi; b. Mediasi; c. Arbitrase. Kemudian terhadap

putusan BPSK menunjukkan kontradiksi antara Pasal 54 ayat (3) dan 56 ayat (2)

UUPK, Mahkamah Agung mengeluarkan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1

Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengajuan Keberatan Terhadap Putusan Badan

Penyelesaian Sengketa Konsumen. 3). Berdasarkan pertimbangan fakta hukum

Page 15:  · Web viewwanprestasi dan perbuatan melawan hukum, proses penyelesaian sengketa konsumen di BPSK Kota Mataram yaitu : konsiliasi; mediasi; arbitrase, BPSK Kota Mataram mengabulkan

xii

yang ditemukan dalam persidangan, BPSK Kota Mataram memutuskan gugatan

penggugat dapat diterima dan mengabulkan gugatan penggugat agar tergugat

menyerahkan BPKB kepada penggugat. Maka menurut ketentuan yang berlaku,

para pihak wajib menjalankan ketentuan dalam putusan sidang majelis BPSK.

Saran

Hendaknya konsumen lebih berhati-hati dan teliti dalam membeli,

mengkonsumsi maupun menggunakan barang/jasa dengan memperhatikan syarat-

syarat dan ketentuan yang berlaku dalam perjanjian, tidak melalaikan apa yang

telah disepakati bersama. Utamanya bagi konsumen pengguna jasa pembiayaan,

hendaknya dalam melakukan pengalihan/ over alih kredit membuat pernyataan

secara tertulis dan mengikuti mekanisme yang seharusnya. Sehingga konsumen

tidak pada posisi yang lemah. Sehingga konsumen tidak pada posisi yang lemah.

Sebaliknya terhadap pelaku usaha agar tetap memperhatikan apa yang menjadi

hak konsumen dan apa yang menjadi kewajiban dari pelaku usaha. Dan terhadap

kontradiksi Pasal 54 ayat (3) dengan Pasal 56 ayat (2) UUPK, hendaknya

pemerintah merevisi Pasal 54 dan Pasal 56 UUPK terutama ketentuan yang

mengatur mengenai pengajuan keberatan terhadap putusan BPSK yang bersifat

final dan mengikat, sehingga tidak adanya pertentangan aturan dan terciptanya

kepastian hukum yang melindungi konsumen maupun pelaku usaha.

Page 16:  · Web viewwanprestasi dan perbuatan melawan hukum, proses penyelesaian sengketa konsumen di BPSK Kota Mataram yaitu : konsiliasi; mediasi; arbitrase, BPSK Kota Mataram mengabulkan

xiii

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku, Majalah, dan Artikel

Meliala, Djaja S. Perkembangan Hukum Perdata Tentang Benda dan Hukum Perikatan, CV.Nuansa Aulia, Bandung, 2007

Nahrowi.“Permasalahan Hukum Pembiayaan Leasing di Indonesia”, Jurnal Cita Hukum, Vol.1, No.1, Juni 2013 UIN Syarif Hidayatullah.

Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2013