fhabpfpikub.files.wordpress.com · web viewtekanan osmotik merupakan suatu hal yang harus dihadapi...

52
BUKU KERJA PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AKUAKULTUR NAMA : NIM : KELOMPOK : PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2020

Upload: others

Post on 17-Nov-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: fhabpfpikub.files.wordpress.com · Web viewTekanan osmotik merupakan suatu hal yang harus dihadapi oleh organisme yang hidup di perairan. Upaya organisme air untuk menjaga tekanan

BUKU KERJA PRAKTIKUM

FISIOLOGI HEWAN AKUAKULTUR

NAMA :

NIM :

KELOMPOK :

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2020

Page 2: fhabpfpikub.files.wordpress.com · Web viewTekanan osmotik merupakan suatu hal yang harus dihadapi oleh organisme yang hidup di perairan. Upaya organisme air untuk menjaga tekanan

BUKU KERJA PRAKTIKUMFISIOLOGI HEWAN AKUAKULTUR

OSMOREGULASI

NAMA :

NIM :

KELOMPOK :

NAMA ASISTEN :

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2020

Page 3: fhabpfpikub.files.wordpress.com · Web viewTekanan osmotik merupakan suatu hal yang harus dihadapi oleh organisme yang hidup di perairan. Upaya organisme air untuk menjaga tekanan

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tekanan osmotik menurut Syakirin (2007), merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi fisiologi ikan sebagai organisme yang hidup didalam air.

Proses osmoregulasi berperan penting dalam menjaga tekanan osmotik tubuh

ikan. Upaya beradaptasi dengan lingkungannya, ikan harus mengatur

keseimbangan air dan garam dalam jaringan tubuhnya agar tidak kelebihan

atau kekurangan air.

Proses osmoregulasi menurut Amrillah, et al. (2015), terjadi juga pada

hewan perairan. Osmoregulasi merupakan upaya untuk mengontrol

keseimbangan ion-ion yang terdapat di dalam tubuhnya dengan lingkungan

melalui sel permeabel. Osmoregulasi terjadi karena perbedaan tekanan osmotik

antara cairan dalam tubuh dengan media (cairan luar tubuh). Proses

osmoregulasi ini sangat mempengaruhi metabolisme tubuh hewan perairan

dalam menghasilkan energi.

Osmoregulasi merupakan bagian penting dalam fisiologi ikan. Ikan

bertulang belakang menjaga osmolalitas cairan tubuh mereka dengan melakukan

osmoregulasi. Ikan air laut kehilangan sepertiga cairan tubuh mereka, sehingga

mereka beradaptasi dengan cara banyak minum dan mengeluarkan sedikit urin

untuk menjaga keseimbangan cairan tubuhnya. Ikan air tawar mempertahankan

keseimbangan cairan tubuh mereka dengan cara sedikit minum dan mengeluarkan

banyak urin. Insang, ginjal dan usus merupakan organ utama osmoregulasi dan

memiliki peran yang berbeda-beda untuk menjaga cairan tubuh ikan (Wong, et al.,

2014).

Page 4: fhabpfpikub.files.wordpress.com · Web viewTekanan osmotik merupakan suatu hal yang harus dihadapi oleh organisme yang hidup di perairan. Upaya organisme air untuk menjaga tekanan

Tekanan osmotik merupakan suatu hal yang harus dihadapi oleh

organisme yang hidup di perairan. Upaya organisme air untuk menjaga tekanan

osmotik tidak lepas dari proses osmoregulasi. Hal tersebut menyatakan bahwa

proses osmoregulasi sangat penting untuk kelangsungan hidup hewan air,

terutama untuk proses adaptasi dengan lingkungannya. Peran osmoregulasi juga

mempengaruhi proses metabolisme hewan air dalam menghasilkan energi. Ikan

memiliki beberapa organ tubuh seperti insang, kulit dan ginjal yang berperan

dalam menjaga cairan tubuh dalam osmoregulasi.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari praktikum ini adalah untuk mengerti dan

memahami peranan salinitas terhadap kehidupan ikan dan proses-proses

fisiologis yang berkaitan dengannya.

Tujuan dari praktikum ini adalah agar praktikan (mahasiswa) dapat

melakukan percobaan untuk mengetahui pengaruh salinitas air (lingkungan)

yang berbeda terhadap kelangsungan hidup ikan.

1.3 Waktu dan Tempat

Praktikum Fisiologi Hewan Akuakultur materi Osmoregulasi dilaksanakan

pada hari Sabtu, 3 Oktober 2020 melalui video conference Google Meet.

Page 5: fhabpfpikub.files.wordpress.com · Web viewTekanan osmotik merupakan suatu hal yang harus dihadapi oleh organisme yang hidup di perairan. Upaya organisme air untuk menjaga tekanan

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Osmoregulasi

Osmoregulasi adalah upaya yang dilakukan hewan akuatik untuk

mengontrol keseimbangan air dan ion antara di dalam dan di luar tubuh melalui

mekanisme pengaturan tekanan osmotik sehingga proses-proses fisiologis

dalam tubuh berjalan normal (Ardi, et al., 2016). Osmoregulasi terdapat proses:

1. Transpor Aktif

Transpor aktif menurut Isnaeni (2006), merupakan pergerakan zat-zat

yang membutuhkan energi. Proses ini disebabkan oleh perbedaan konsentrasi di

antaranya. Transpor aktif dibagi menjadi dua yaitu transpor aktif primer dan

transpor aktif sekunder. Transpor aktif primer memperoleh energi dari proses

hidrolisis ATP, sedangkan transpor aktif sekunder memperoleh energi dari

gradien elektrokimia Na+ atau H+, contohnya pompa Ca2+ pada sel otot dan

pompa Na+ dan K+ pada setiap sel. Pompa Na+ dan K+ bekerja untuk

mempertahankan Na diluar sel tetap lebih tinggi daripada didalam sel, dan kadar

Kalium didalam sel tetap lebih tinggi daripada diluar sel.

2. Transpor Pasif

Transpor pasif merupakan perpindahan zat tanpa memerlukan energi.

Transpor pasif dibagi menjadi dua proses, yaitu:

a. Difusi

Inayah (2016) menyatakan bahwa difusi adalah perpindahan zat dari

konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Peristiwa difusi tidak dapat terlepas

dari gradien konsentrasi yang merupakan perbedaan konsentrasi pada larutan.

b. Osmosis

Ariyanti dan Widiasa (2011) menyatakan bahwa osmosis merupakan

perpindahan zat pelarut (konsentrasi rendah) ke zat terlarut (konsentrasi tinggi)

Page 6: fhabpfpikub.files.wordpress.com · Web viewTekanan osmotik merupakan suatu hal yang harus dihadapi oleh organisme yang hidup di perairan. Upaya organisme air untuk menjaga tekanan

melalui lapisan semipermeabel.

2.2 Membran Osmoregulasi

Membran osmoregulasi menurut Pudjaatmaka dan Qodratillah (2002),

diantaranya sebagai berikut:

1. Membran Permeabel adalah membran yang dapat ditembus zat pelarut

dan zat terlarut. Contoh: organ rusak.

2. Membran Semipermeabel adalah membran yang dapat ditembus

(permeabel) oleh beberapa zat. Contoh: empedu sapi.

3. Membran Impermeabel adalah membran yang tidak dapat ditembus

semua zat. Contoh: plastik, kaca, dan karet.

2.3 Pola Regulasi Ion dan Air

Pola regulasi ion dan air menurut Fujaya (2008) ada 3 macam, yakni

sebagai berikut:

1. Regulasi hipertonik atau hiperosmotik ialah pengaturan secara aktif

konsentrasi cairan tubuh yang lebih tinggi dari konsentrasi media atau

lingkungan, contoh pada ikan air tawar.

2. Regulasi hipotonik atau hipoosmotik ialah pengaturan secara aktif

konsentrasi cairan tubuh yang lebih rendah dari konsentrasi media atau

lingkungan, contoh pada ikan air laut.

3. Regulasi isotonik atau isotonis ialah konsentrasi cairan tubuh sama

dengan konsentrasi media, misalnya ikan-ikan yang hidup pada daerah

estuari.

2.4 Toleransi Ikan atau Hewan Air terhadap Salinitas

Toleransi ikan atau hewan air terhadap salinitas menurut Ghufran dan

Kordi (2010), yaitu :

Page 7: fhabpfpikub.files.wordpress.com · Web viewTekanan osmotik merupakan suatu hal yang harus dihadapi oleh organisme yang hidup di perairan. Upaya organisme air untuk menjaga tekanan

1. Eurihalin merupakan ikan yang dapat beradaptasi pada kisaran salinitas

yang cukup luas, contoh ikan bandeng (Chanos chanos), ikan nila

(Oreochromis niloticus), ikan kakap putih (Lates calcarifer) dan ikan

mujair (Oreochromis mossambica).

2. Stenohalin merupakan ikan yang mempunyai toleransi salinitas yang

kecil atau sempit, contoh ikan layang (Decapterus ruselli), ikan queen

angelfish (Holocanthus ciliaris), ikan lele (Clarias sp), ikan mas (Cyprinus

carpio), ikan zebra (Dascyllus melanurus).

2.5 Peran Organ Ikan pada Proses Osmoregulasi

Berikut beberapa organ ikan yang termasuk dalam proses osmoregulasi ikan

yakni:

1. Sel Chloride dalam insang berfungsi untuk transport dan memompa ion-

ion seperti Na+, K+, Ca+, Mg2+, Cl- (Martin, et al., 2000).

2. Kulit berguna sebagai lapisan semipermeabel pada proses osmoregulasi

(Burhanuddin, 2014).

3. Ginjal pada ikan teleostei berfungsi untuk osmoregulasi. Nefron adalah

bagian ikan teleostei yang terdiri dari glomerulus untuk menyaring, dan

tubulus yang berfungsi untuk menyerap cairan dan diubah menjadi urin

(Robert, 2010).

4. Dinding usus bersifat semipermeabel yang dapat menyerap air dan ion-

ion terutama untuk menyerap ion-ion Mg (Greenwell, et al., 2003).

2.6 Faktor yang Mempengaruhi Proses Osmoregulasi

Faktor yang mempengaruhi proses osmoregulasi ada dua yaitu:

a. Faktor internal menurut Fujaya (1999) terdiri dari aktivitas, ukuran, umur,

genetik, spesies dan migrasi (katadromus dan anadromus).

Page 8: fhabpfpikub.files.wordpress.com · Web viewTekanan osmotik merupakan suatu hal yang harus dihadapi oleh organisme yang hidup di perairan. Upaya organisme air untuk menjaga tekanan

b. Faktor eksternal menurut Boyd and Tucker (1998) terdiri dari salinitas

dan suhu.

2.7 Proses Osmoregulasi pada Ikan Air Tawar

Pamungkas (2012), menyatakan bahwa cairan tubuh ikan air tawar

mempunyai tekanan yang lebih besar dari lingkungan (hiperosmotik) sehingga

garam-garam cenderung keluar dari tubuh. Air dari lingkungan cenderung masuk

ke dalam tubuh ikan secara osmosis melalui permukaan tubuh yang bersifat

permeabel. Ikan air tawar mempertahankan keseimbangannya dengan tidak

banyak minum air, kulitnya diliputi mucus (mencegah garam masuk atau keluar

dan membantu pertukaran ion), melakukan osmosis lewat insang, produksi

urinnya encer, dan memompa garam melalui sel-sel khusus pada insang.

2.8 Proses Osmoregulasi pada Ikan Air Laut

Lantu (2010), menyatakan bahwa air laut mengandung konsentrasi garam

yang lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan garam yang ada di tubuh ikan

(hipoosmotik). Hal ini menyebabkan air banyak keluar dari tubuh dan garam

cenderung masuk ke dalam tubuh, sehingga ikan harus menggunakan ginjalnya

untuk mengeluarkan kelebihan garam dalam bentuk urin yang pekat. Adaptasi

lain yang dilakukan yaitu ikan air laut akan banyak minum untuk menghindari

kekurangan air dalam tubuhnya.

2.8.1 Teleostei (Ikan Bertulang Sejati)

Ikan teleostei bersifat hipoosmotik terhadap air laut dan hiperosmotik

terhadap air tawar. Rahardjo, et al. (2011), menyatakan bahwa ikan salmon dan

sidat ketika menghuni perairan tawar tidak banyak minum air, tetapi ketika di

laut minum air 4-15% dari bobot tubuhnya. Fungsi ginjal pun juga berubah

dengan laju filtrasi di glomerulus sangat menurun dan penyerapan kembali di

tubuli ginjal meningkat sehingga urin yang dikeluarkan turun menjadi sekitar

Page 9: fhabpfpikub.files.wordpress.com · Web viewTekanan osmotik merupakan suatu hal yang harus dihadapi oleh organisme yang hidup di perairan. Upaya organisme air untuk menjaga tekanan

10% dari volume urin di perairan tawar.

2.8.2 Hagfish

Bone and Moore (2008), menyatakan bahwa volume darah ikan

hagfish sangat isotonis terhadap air laut, sehingga tidak berosmoregulasi,

melainkan hanya terjadi regulasi ion karena komposisi Na+ dan Cl- dalam darah

hagfish sama dengan yang di air laut.

2.8.3 Elasmobranchii (Ikan Bertulang Rawan)

Affandi dan Usman (2002), menyatakan bahwa ikan elasmobranchii

menyimpan urea dan trimethilamin oxides (TMAO) di dalam darah agar cairan di

dalam tubuhnya isotonik atau sedikit hipertonik dari lingkungan. Saat

mempertahankan homoestatis ion, ikan akan mengekresikan garam (NaCl)

bukan dari insang melainkan dari rectal gland.

2.9 Sebab-Sebab Hewan Air Berosmoregulasi

Fujaya (2008), menyatakan bahwa keseimbangan antara substansi tubuh

dan lingkungan harus seimbang. Adanya membran sel permeabel sebagai

tempat lewatnya beberapa substansi yang bergerak cepat. Perbedaan tekanan

osmosis cairan tubuh dan lingkungan.

2.10 Salinitas Perairan (Kadar Garam Terlarut)

Ghufran dan Kordi (2010), menyatakan bahwa berdasarkan kadar

salinitasnya, perairan dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:

1. Air Tawar: 0-0,5 ppt

2. Air Payau: 0,5-17 ppt

3. Air Laut: >17 ppt

2.11 Komposisi Cairan dalam Empedu

Sheriha, et al. (2014) menyatakan bahwa empedu sapi tersusun dari

Page 10: fhabpfpikub.files.wordpress.com · Web viewTekanan osmotik merupakan suatu hal yang harus dihadapi oleh organisme yang hidup di perairan. Upaya organisme air untuk menjaga tekanan

beberapa komposisi diantaranya biliverdin (biru), bilirubin (kuning/urobilin), air,

kolestrol dan lemak.

2.12 Penentuan Air Bersalinitas

2.12.1 Persamaan

Larutan I = 2 ppt, larutan II = 45 ppt. Untuk membuat larutan dengan

konsentrasi 15 ppt sebanyak 10liter dibutuhkan berapa liter dari masing-

masing larutan?

V1 × N1 = V2 × N2

Diketahui:

N larutan I = 2 ppt

N larutan II = 45 ppt

N larutan X = 15 ppt

V larutan X = 10 liter

Jawab : V1 × N1 = V2 x N2

(V larutan X × N larutan X) =

(V larutan I × N larutan I) + (V larutan II × N larutan II)

(10 × 15) = (V larutan I × 2) + ((10 – V larutan I) × 45)

150 = 2X + ((450 – 45X)

150 = 450 – 43X

43X = 300

X = 6,97

V larutan I = 6,97 liter

V larutan II = 10 – 6,97

= 3,02 liter

2.12.2 Rumus Bujur Sangkar

Larutan I = 2 ppt, larutan II = 45 ppt. Untuk membuat larutan dengan

Page 11: fhabpfpikub.files.wordpress.com · Web viewTekanan osmotik merupakan suatu hal yang harus dihadapi oleh organisme yang hidup di perairan. Upaya organisme air untuk menjaga tekanan

konsentrasi 15 ppt sebanyak 10liter dibutuhkan berapa liter dari masing-

masing larutan?

Larutan I 2 30

15 (konsentrasi larutan yang dibutuhkan)

Larutan II 45 13 + 43

Larutan I = liter = 6,98 liter

Larutan II = liter = 3,02 liter

Page 12: fhabpfpikub.files.wordpress.com · Web viewTekanan osmotik merupakan suatu hal yang harus dihadapi oleh organisme yang hidup di perairan. Upaya organisme air untuk menjaga tekanan

3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat dan Fungsi

a. Pengamatan Empedu

Alat yang digunakan pada praktikum Fisiologi Hewan Akuakultur materi

Osmoregulasi pengamatan empedu adalah:

Freezer :

Toples 3 L :

Kamera digital :

Nampan :

Stopwatch :

Kain lap :

Gunting :

Bak besar :

Penggaris :

Timbangan OZ :

Timbangan digital :

b. Toleransi Salinitas

Alat yang digunakan pada praktikum Fisiologi Hewan Akuakultur materi

osmoregulasi pengamatan empedu adalah:

Toples 3 L :

Kamera digital :

Timbangan digital :

Stopwatch :

Kain lap :

Seser :

Page 13: fhabpfpikub.files.wordpress.com · Web viewTekanan osmotik merupakan suatu hal yang harus dihadapi oleh organisme yang hidup di perairan. Upaya organisme air untuk menjaga tekanan

Aerator set :

Kabel roll :

Beaker glass :

Penggaris :

Akuarium :

Nampan :

3.1.2 Bahan dan Fungsi

a. Pengamatan Empedu

Bahan yang digunakan pada praktikum Fisiologi Hewan Akuakultur materi

Osmoregulasi pengamatan empedu adalah:

Empedu sapi :

Air tawar :

Benang Kasur :

Kertas Label :

Garam grasak (NaCl) :

Tisu :

b. Toleransi Salinitas

Bahan yang digunakan pada praktikum Fisiologi Hewan Akuakultur materi

osmoregulasi toleransi salinitas adalah:

Ikan Nila (O. niloticus):

Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) :

Ikan Damsel Biru (Chrysiptera cyanea) :

Trash Bag :

Air Tawar :

Air Laut :

Garam grasak (NaCl) :

Page 14: fhabpfpikub.files.wordpress.com · Web viewTekanan osmotik merupakan suatu hal yang harus dihadapi oleh organisme yang hidup di perairan. Upaya organisme air untuk menjaga tekanan

Kertas label :

Tisu :

Page 15: fhabpfpikub.files.wordpress.com · Web viewTekanan osmotik merupakan suatu hal yang harus dihadapi oleh organisme yang hidup di perairan. Upaya organisme air untuk menjaga tekanan

3.2 Skema Kerja

3.2.1 Pengamatan Osmosis pada Kentang

3.2.2 Pengamatan Difusi pada Teh Celup

- Ditimbang berat awal (W0)- Dimasukkan ke dalam gelas plastik dengan perlakuan:

Meja 1 = 0 pptMeja 2 = 20 pptMeja 3 = 40 ppt

- Diamati perubahannya setiap 20 menit selama 1 jam- Ditimbang berat akhir (Wt)

- Ditimbang sesuai dengan toleransi yang diinginkan- Dilarutkan ke dalam air

Diisi air sebanyak ¾ bagian

Gelas plastik 14 OZ

Kentang

Hasil

NaCl

- Ditimbang berat awal (W0)- Dimasukkan ke dalam gelas plastik dengan perlakuan:

Meja 1 = 15oCMeja 2 = 25oCMeja 3 = 35oC

- Diamati perubahannya setiap 20 menit selama 1 jam- Ditimbang berat akhir (Wt)

- Disesuaikan air dengan suhu yang diinginkan

Diisi air sebanyak ¾ bagian

Gelas plastik 14 OZ

Teh celup

Hasil

Air

Page 16: fhabpfpikub.files.wordpress.com · Web viewTekanan osmotik merupakan suatu hal yang harus dihadapi oleh organisme yang hidup di perairan. Upaya organisme air untuk menjaga tekanan

3.2.3 Toleransi Salinitas

- Ditimbang berat awal (W0)- Dimasukkan ikan ke dalam toples dan diberi perlakuan:

Meja 1 = 0 pptMeja 2 = 20 pptMeja 3 = 40 ppt

- Diamati perubahannya setiap 20 menit selama 2 jam- Ditimbang berat akhir (Wt)

- Ditimbang sesuai toleransi yang diinginkan- Dilarutkan ke dalam air

Diisi air sebanyak ¾ bagian

Toples 3L

Ikan Nila (Oreochromis niloticus)Ikan Damsel Biru (Chrysptera cyanea)Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

Hasil

NaCl

Page 17: fhabpfpikub.files.wordpress.com · Web viewTekanan osmotik merupakan suatu hal yang harus dihadapi oleh organisme yang hidup di perairan. Upaya organisme air untuk menjaga tekanan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Hasil

4.1.1 Pengamatan Empedu

Page 18: fhabpfpikub.files.wordpress.com · Web viewTekanan osmotik merupakan suatu hal yang harus dihadapi oleh organisme yang hidup di perairan. Upaya organisme air untuk menjaga tekanan

4.1.2 Toleransi Salinitas

a. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

Page 19: fhabpfpikub.files.wordpress.com · Web viewTekanan osmotik merupakan suatu hal yang harus dihadapi oleh organisme yang hidup di perairan. Upaya organisme air untuk menjaga tekanan

b. Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Page 20: fhabpfpikub.files.wordpress.com · Web viewTekanan osmotik merupakan suatu hal yang harus dihadapi oleh organisme yang hidup di perairan. Upaya organisme air untuk menjaga tekanan

c. Ikan Damsel Biru (Chrysiptera cyanea)

Page 21: fhabpfpikub.files.wordpress.com · Web viewTekanan osmotik merupakan suatu hal yang harus dihadapi oleh organisme yang hidup di perairan. Upaya organisme air untuk menjaga tekanan

4.2 Faktor Koreksi

4.3 Manfaat di Bidang Perikanan

Page 22: fhabpfpikub.files.wordpress.com · Web viewTekanan osmotik merupakan suatu hal yang harus dihadapi oleh organisme yang hidup di perairan. Upaya organisme air untuk menjaga tekanan

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Page 23: fhabpfpikub.files.wordpress.com · Web viewTekanan osmotik merupakan suatu hal yang harus dihadapi oleh organisme yang hidup di perairan. Upaya organisme air untuk menjaga tekanan

5.2 Saran

Page 24: fhabpfpikub.files.wordpress.com · Web viewTekanan osmotik merupakan suatu hal yang harus dihadapi oleh organisme yang hidup di perairan. Upaya organisme air untuk menjaga tekanan

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, R. Dan Usman M. T. 2002. Fisiologi Hewan Air. Unri Press: Pekanbaru.

Amrillah, A. M., S. Widyarti dan Y. Kilawati. 2015. Dampak stress salinitas terhadap prevalensi white spot syndrome virus (WSSV) dan Survival Rate Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) pada kondisi terkontrol. Research Journal of Life Science. 2(1): 110-123.

Ardi, I., E. Setiadi, A. H. Kristanto dan A. Widiyati. 2016. Salinitas optimal untuk pendederan benih ikan betutu (Oxyeleotris marmorata). Jurnal Riset Akuakultur. 11(4): 339-347.

Ariyanti, D. dan I. N. Widiasa. 2011. Aplikasi teknologi reverse osmosis untuk pemurnian air skala rumah tangga. TEKNIK. 32(3): 193-198.

Bone, Q. and R. Moore. 2008. Biology of Fishes. Taylor & Francis. 128pp.

Boyd, C. E. and C. S. Tucker. 1998. Pond Aquaculture Water Quality Management. Kluwer Academic Publishers, Boston, Massachusettes, 700pp.

Burhanuddin, A. I. 2014. Ikhtiologi, Ikan, dan Segala Aspek Kehidupannya. Depublish Publisher: Yogyakarta. Hlm 363-365.

Fujaya, Y. 2008. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Penerbit Rineka Cipta: Jakarta.

Ghufran. H. Kordi. K dan A. B. Tancung. 2010. Pengelolaan Lualitas Air Dalam Budi Daya Perairan. Rineka Cipta: Jakarta.

Lantu, S. 2010. Osmoregulasi pada hewan akuatik. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 4(1): 46-50.

Martin, D. J., J. P. Garske and M. K. Davis. 2000. Relation of the therapeutic alliance with outcome and other variables: a meta-analytic review. J. Consult Clin Psychl. 68(3): 438-500.

Pamungkas, W. 2012. Aktivtas osmoregulasi, respons pertumbuhan dan energetic cost pada ikan yang dipelihara dalam lingkungan bersalinitas. Media Akuakultur. 7(1): 44-51.

Pudjaatmaka, A. H. dan M. T. Qodratillah. 2002. Kamus Kimia (Cetakan 2). Balai Pustaka: Jakarta.

Rahardjo, M. F., D. S. Sjafei, R. Affandi dan Sulistiono. 2011. Ikhtiologi. CV Lubuk Agung: Bandung. 396 hlm.

Robert S. N. G. 2010. Acute Kidney Injury: Pendekatan Klinis dan Tata Laksana. Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.

Page 25: fhabpfpikub.files.wordpress.com · Web viewTekanan osmotik merupakan suatu hal yang harus dihadapi oleh organisme yang hidup di perairan. Upaya organisme air untuk menjaga tekanan

Susanto, H. 2009. Pembenihan dan Pembesaran Patin. Penebar Swadaya: Jakarta.

Sheriha, G. M., G. R. Waller, T. Chan and A. D. Tillman. 1968. Composition of bile acids in ruminants Waller. Lipids. 3(1): 72-78.

Syakirin, M. B. 2007. Mekanisme pompa Natrium Kalium (Na+ - K+) pada osmoregulasi ikan bertulang sejati (Teleost). Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 1(1): 24-33.

Inayah. 2017. Pengaruh detergen terhadap respon fisiologi, laju pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup benih ikan nila pada skala laboratorium. Prosiding Seminar Nasional Kemaritiman dan Sumberdaya Pulau-Pulau Kecil. 1(1): 44-50.

Isnaeni, W. 2006. Fisiologi Hewan. Penerbit Kanisius: Yogyakarta.

Wong, M. Khwok-Shing, H. Ozaki, Y. Suzuki, W. Iwasaki and Y. Takei. 2014. Discovery of osmotic sensitive transcription factor in fish intestine via a tanscriptomic approach. BMC Genomics. 15(1134): 1-13.

Yusuf, D. M., Sugiharto dan G. E. Wijayanti. 2014. Perkembangan post-larva ikan nilem Osteochilus hasselti C.V. dengan polapemberian pakan yang berbeda. Scripta Biologica. 1(3): 185-192.

Page 26: fhabpfpikub.files.wordpress.com · Web viewTekanan osmotik merupakan suatu hal yang harus dihadapi oleh organisme yang hidup di perairan. Upaya organisme air untuk menjaga tekanan

BUKU KERJA PRAKTIKUMFISIOLOGI HEWAN AKUAKULTUR

RESPIRASI

NAMA :

NIM :

KELOMPOK :

NAMA ASISTEN :

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2020

Page 27: fhabpfpikub.files.wordpress.com · Web viewTekanan osmotik merupakan suatu hal yang harus dihadapi oleh organisme yang hidup di perairan. Upaya organisme air untuk menjaga tekanan

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem pernapasan adalah proses pengikatan oksigen (O2) dan

pengeluaran karbondioksida (CO2) oleh darah melalui permukaan alat

pernapasan. Oksigen sebagai bahan pernapasan dibutuhkan oleh sel untuk

berbagai reaksi metabolisme. Kelangsungan hidup ikan sangat ditentukan oleh

kemampuannnya memperoleh oksigen yang cukup dari lingkungannya melalui

proses tersebut (Mahyuddin, 2008).

Insang ikan menurut Saputra, et al. (2013), merupakan organ respirasi

utama yang bekerja dengan mekanisme difusi permukaan dari gas-gas respirasi

(oksigen dan karbondioksida) antara darah dan air. Oksigen yang terlarut dalam

air akan diabsorbsi ke dalam kapiler-kapiler insang dan difiksasi oleh hemoglobin

untuk selanjutnya didistribusikan ke seluruh tubuh. Pengeluaran karbondioksida

dari sel dan jaringan akan dilepaskan ke air di sekitar insang.

Proses respirasi ikan terdapat dua fase yaitu fase inspirasi dan fase

ekspirasi. Fase inspirasi dimulai dengan rongga mulut mula-mula membesar

karena insang bergerak ke samping akibat udara dalam mulut lebih kecil

daripada tekanan udara luar sehingga menyebabkan mulut terbuka dan air

masuk kedalam mulut. Fase ekspirasi ditandai dengan masuknya air ke rongga

mulut, kemudian celah mulut akan tertutup. Tutup insang akan kembali ke posisi

semula diikuti gerakan selaput ke samping, sehingga celah insang terbuka yang

meyebabkan air keluar serta terjadi pertukaran gas (Murtidjo, et al., 2001).

Page 28: fhabpfpikub.files.wordpress.com · Web viewTekanan osmotik merupakan suatu hal yang harus dihadapi oleh organisme yang hidup di perairan. Upaya organisme air untuk menjaga tekanan

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari praktikum ini adalah untuk mengamati dan

memahami pengaruh suhu (lingkungan) terhadap proses respirasi yang

dilakukan insang.

Tujuan dari praktikum ini adalah agar praktikan (mahasiswa) dapat

mengetahui pengaruh perlakuan suhu yang berbeda terhadap proses respirasi

pada ikan.

1.3 Waktu dan Tempat

Praktikum Fisiologi Hewan Akuakultur materi Respirasi dilaksanakan

pada hari Sabtu, 3 Oktober 2020 melalui video conference Google Meet.

Page 29: fhabpfpikub.files.wordpress.com · Web viewTekanan osmotik merupakan suatu hal yang harus dihadapi oleh organisme yang hidup di perairan. Upaya organisme air untuk menjaga tekanan

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Respirasi

Respirasi (pernapasan) adalah proses masuknya oksigen dengan cara

difusi kedalam tubuh ikan melewati organ insang dan keluarnya CO2 ke

lingkungan perairan. Oksigen merupakan unsur terpenting bagi kelangsungan

hidup organisme. Kebutuhan oksigen dalam air harus tetap terjaga karena

kekurangan oksigen akan mengakibatkan biota yang dipelihara bersaing satu

sama lain untuk memenuhi kebutuhan oksigen, sehingga ikan stres bahkan

menyebabkan kematian total (Sahetapy, 2013).

Ikan membutuhkan oksigen untuk proses penguraian makanan dalam

tubuhnya dan semua komponen. Laju metabolisme berkaitan erat dengan

respirasi karena respirasi merupakan proses ekstraksi energi dari molekul

makanan yang bergantung pada adanya oksigen. Laju metabolisme biasanya

diukur dengan banyaknya oksigen yang dikonsumsi makhluk hidup persatuan

waktu. Hal ini memungkinkan terjadi karena oksidasi dari bahan makanan

memerlukan oksigen untuk menghasilkan energi yang dapat diketahui jumlahnya

juga, laju metabolismenya biasanya cukup diekspresikan dalam bentuk laju

konsumsi oksigen. Respirasi adalah suatu proses perombakan bahan makanan

dengan menggunakan oksigen, sehingga diperoleh energi dan gas CO2.

Energi yang dihasilkan dalam proses ini tidak langsung digunakan untuk aktivitas

sel dalam pembentukan ATP dari ADP dan H3PO4 (Akbulut, 2002).

Ikan bernapas menggunakan insang yang merupakan organ respirasi

pada ikan. Insang berfungsi dalam pertukaran gas, selain itu insang juga

berfungsi sebagai pengatur pertukaran garam dan air, serta pengeluaran zat sisa

metabolisme yang mengandung nitrogen. Insang terletak diluar dan

Page 30: fhabpfpikub.files.wordpress.com · Web viewTekanan osmotik merupakan suatu hal yang harus dihadapi oleh organisme yang hidup di perairan. Upaya organisme air untuk menjaga tekanan

berhubungan langsung dengan air sebagai media hidup ikan, maka organ inilah

yang pertama kali mendapat pengaruh apabila lingkungan air tercemar (Solikhah

dan Widyaningrum, 2015).

2.2 Mekanisme Pemapasan Ikan

2.2.1 Fase Inspirasi

Fase inspirasi menurut Murtidjo (2001), merupakan fase pengambilan

oksigen dan air ke dalam insang. Mekanisme inspirasi adalah sebagai berikut:

tutup insang menutup, mulut terbuka. Hal itu mengakibatkan tekanan dalam

mulut lebih kecil daripada tekanan udara diluar dan air dari luar masuk ke dalam

rongga mulut.

2.2.2 Fase Ekspirasi

Fase ekspirasi adalah fase pengeluaran air dan gas karbondioksida. Air

masuk ke dalam rongga mulut, celah mulut menutup, tutup insang membuka,

sehingga tekanan di dalam rongga mulut lebih besar dan menyebabkan air

keluar melewati celah tutup insang yang akan menyentuh lembaran-lembaran

insang. Hal ini menyebabkan pertukaran gas dimana oksigen berdifusi ke

dalam kapiler darah, kemudian CO2 berdifusi dari darah ke dalam air.

Pertukaran O2 dan CO2 pada ikan terjadi pada fase ekspirasi (Murtidjo, 2001).

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Respirasi

Respirasi pada ikan dipengaruhi faktor sebagai berikut:

1. Faktor Internal menurut Coche, et al. (1997), yaitu usia, spesies, sexual

maturity, ukuran, dan aktivitas ikan.

2. Faktor Eksternal menurut Stoss (1983), yaitu suhu, kadar O2, CO2, pH,

dan kepadatan.

Page 31: fhabpfpikub.files.wordpress.com · Web viewTekanan osmotik merupakan suatu hal yang harus dihadapi oleh organisme yang hidup di perairan. Upaya organisme air untuk menjaga tekanan

2.4 Alat Pernapasan Tambahan

Rahardjo, et al. (2011), menyatakan bahwa alat tambahan pernapasan

pada ikan, yaitu:

1. Labirin

Contoh ikan yang memiliki alat pernapasan tambahan labirin yaitu

Gurami (Osphronemus goramy), Betok (Anabas testudineus) dan Sepat

(Trichogaster sp.).

2. Arborescent

Contoh ikan yang memiliki alat pernapasan tambahan arborescent

organ yaitu ikan lele (Clarias sp.).

3. Kulit

Contoh ikan yang memiliki alat pernapasan tambahan melalui kulit

tubuhnya yaitu ikan glodok (Oxudercinae sp.).

2.5 Alur Respirasi pada Ikan

Sumber oksigen menurut Siagian dan Simarmata (2015), yaitu hasil

fotosintesis oleh tumbuhan air dan fitoplankton, difusi oksigen di atmosfer, dan

arus. Alur pada respirasi pada ikan yakni air masuk melalui mulut dan seterusnya

mengalir melalui insang. Insang memiliki lembaran-lembaran halus yang

mengandung pembuluh-pembuluh darah. Pengikatan oksigen dan pelepasan

karbondioksida terjadi di insang. Oksigen dalam darah diedarkan ke seluruh

tubuh oleh nadi. Kondisi darah saat kehilangan oksigen, darah akan berkumpul

di pembuluh balik untuk kembali ke jantung. Kemudian jantung memompakan

darah ke insang lagi.

Page 32: fhabpfpikub.files.wordpress.com · Web viewTekanan osmotik merupakan suatu hal yang harus dihadapi oleh organisme yang hidup di perairan. Upaya organisme air untuk menjaga tekanan

3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat dan Fungsinya

Alat yang digunakan pada praktikum Fisiologi Hewan Akuakultur materi

Respirasi adalah:

Heater masak :

Stopwatch :

Handtally counter :

Ember :

Seser sedang :

Thermometer Hg :

Kabel roll :

Aerator set :

Akuarium :

Kamera digital :

Cool box :

Nampan :

Toples 3 L :

3.1.2 Bahan dan Fungsinya

Bahan yang digunakan pada praktikum Fisiologi Hewan Akuakultur materi

Respirasi adalah:

Ikan Mas (C. carpio) :

Es batu :

Plastik bening :

Karet gelang :

Page 33: fhabpfpikub.files.wordpress.com · Web viewTekanan osmotik merupakan suatu hal yang harus dihadapi oleh organisme yang hidup di perairan. Upaya organisme air untuk menjaga tekanan

Kertas label :

Tisu :

Trash bag :

Page 34: fhabpfpikub.files.wordpress.com · Web viewTekanan osmotik merupakan suatu hal yang harus dihadapi oleh organisme yang hidup di perairan. Upaya organisme air untuk menjaga tekanan

3.2 Skema Kerja

- Dimasukkan ke dalam toples- Ditunggu selama 5 menit agar ikan beradaptasi- Diukur DO awal (DO0) dengan DO meter- Ditutup toples dengan plastik- Dihitung bukaan operkulum ikan selama 10 menit dengan

handtally counter- Diulangi sebanyak 3 kali- Diukur DO akhir (DOt) dengan DO meter

Diisi air sebanyak ¾ bagianDiisi air hingga penuhDisesuaikan suhu air dengan perlakuanDiukur suhu dengan thermometer Hg dalam toplesDitunggu media air sampai pada suhu perlakuan:

Meja 1 = 150CMeja 2 = 250C

Meja 3 = 350C

Toples 3L

1 Ekor Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Hasil

Konsumsi DO =

Keterangan:∆ DO = Perubahan DODO0 = DO awalDOt = DO akhir

Page 35: fhabpfpikub.files.wordpress.com · Web viewTekanan osmotik merupakan suatu hal yang harus dihadapi oleh organisme yang hidup di perairan. Upaya organisme air untuk menjaga tekanan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Hasil

Page 36: fhabpfpikub.files.wordpress.com · Web viewTekanan osmotik merupakan suatu hal yang harus dihadapi oleh organisme yang hidup di perairan. Upaya organisme air untuk menjaga tekanan

4.2 Analisis Grafik

Page 37: fhabpfpikub.files.wordpress.com · Web viewTekanan osmotik merupakan suatu hal yang harus dihadapi oleh organisme yang hidup di perairan. Upaya organisme air untuk menjaga tekanan

4.3 Faktor Koreksi

4.4 Manfaat di Bidang Perikanan

Page 38: fhabpfpikub.files.wordpress.com · Web viewTekanan osmotik merupakan suatu hal yang harus dihadapi oleh organisme yang hidup di perairan. Upaya organisme air untuk menjaga tekanan

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Page 39: fhabpfpikub.files.wordpress.com · Web viewTekanan osmotik merupakan suatu hal yang harus dihadapi oleh organisme yang hidup di perairan. Upaya organisme air untuk menjaga tekanan

5.2 Saran

Page 40: fhabpfpikub.files.wordpress.com · Web viewTekanan osmotik merupakan suatu hal yang harus dihadapi oleh organisme yang hidup di perairan. Upaya organisme air untuk menjaga tekanan

DAFTAR PUSTAKA

Akbulut, N. E. 2002. The plankton composition of Lake Mogan in Central Anatolia. 27(1): 107-116.

Coche, A. G., J. F. Munir and T. Laughlin. 1997. Management for Freshwater Fish Culture: Ponds and Water Practices. Food and Agriculture Organization of the United Nation. Rome. 233 hlm.

Mahyuddin, K. 2008. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Penebar Swadaya: Jakarta. hlm 12.

Murtidjo, B. A. 2001. Beberapa Metode Pembenihan Ikan Air Tawar. Kanisius: Yogyakarta. 108 hlm.

Rahardjo, M. F., D. S. Sjafei, R. Affandi dan Sulistiono. 2011. Ikhtiologi. CV Lubuk Agung: Bandung. 396 hlm.

Sahetapy, J. M. F. 2013. Pengaruh perbedaan voume air terhadap tingkat konsumsi oksigen ikan nila (Oreochromis sp.). Jurnal Triton. 9(2): 127-130.

Saputra, H. M., N. Marusin dan P. Santoso. 2013. Struktur histologis insang dan kadar hemoglobin ikan Asang (Osteochilus hasseltii C.V) di danau Singkarak dan Maninjau, Sumatera Barat. Jurnal Biologi Universitas Andalas. 2(2): 138-144.

Siagian, M. dan A. H. Simarmata. 2015. Profil vertikal oksigen terlarut di Danau Oxbow Pinang Dalam, Desa Buluh Cina-Siak Hulu, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Jurnal Akuatika. 6(1): 87-94.

Solikhah, T. dan T. Widyaningrum. 2015. Pengaruh surfaktan terhadap pertumbuhan dan histopatologi insang ikan nila Oreochromis niloticus) sebagai materi pembelajaran siswa SMA kelas X. JUPEMASI-PBIO. 2(1): 248-255.

Stoss, J. 1983. Fish gamete preservation and spermatozoan physiology. In: W. S. Hoar, D. J. Randall and E.M. Donaldson (Eds). Fish Physiology. 9B. Academic Press, New York.