kknmcinangsi2014.files.wordpress.com€¦  · web viewsecara lisan atau tertulis dalam rangka...

89
JIKA AKU MENJADI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA CINANGSI Oleh : Siska Nadia, 110110110049 Satu bulan hidup bermasyarakat dengan warga desa Cinangsi membuat saya mengetahui bahwa di desa Cinangsi masih banyak permasalahan terutama dalam hal penggunaan tanah yang masih tergolong sangat labil. Tanah labil ini merupakan tanah yang konsistensinya tidak tergolong baik yang pada awalnya disebabkan oleh longsor. Memang, desa Cinangsi ini merupakan daerah yang rawan, hal ini juga bisa dilihat dari sering terjadinya longsor ataupun pergeseran lempengan tanah yang pada akhirnya menyebabkan kerusakan rumah warga juga hancurnya tanah-tanah yang dimanfaatkan warga untuk bercocok tanam baik itu untuk menanam padi, pisang, dan lain-lain. Tanah-tanah labil yang dimaksud diatas pada saat ini digunakan oleh warga masyarakat Desa Cinangsi untuk menanam padi. Pada dasarnya penggunaan tanah labil untuk bercocok tanam padi bukanlah sesuatu yang tepat karena konsistensi tanah-tanah labil itu berada pada kondisi yang tidak baik sehingga akan lebih baik lagi jika pemerintahan di desa membuat kebijakan yang sungguh-

Upload: others

Post on 02-Feb-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

JIKA AKU MENJADI

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA CINANGSI

Oleh : Siska Nadia, 110110110049

Satu bulan hidup bermasyarakat dengan warga desa Cinangsi membuat saya mengetahui bahwa di desa Cinangsi masih banyak permasalahan terutama dalam hal penggunaan tanah yang masih tergolong sangat labil. Tanah labil ini merupakan tanah yang konsistensinya tidak tergolong baik yang pada awalnya disebabkan oleh longsor. Memang, desa Cinangsi ini merupakan daerah yang rawan, hal ini juga bisa dilihat dari sering terjadinya longsor ataupun pergeseran lempengan tanah yang pada akhirnya menyebabkan kerusakan rumah warga juga hancurnya tanah-tanah yang dimanfaatkan warga untuk bercocok tanam baik itu untuk menanam padi, pisang, dan lain-lain.

Tanah-tanah labil yang dimaksud diatas pada saat ini digunakan oleh warga masyarakat Desa Cinangsi untuk menanam padi. Pada dasarnya penggunaan tanah labil untuk bercocok tanam padi bukanlah sesuatu yang tepat karena konsistensi tanah-tanah labil itu berada pada kondisi yang tidak baik sehingga akan lebih baik lagi jika pemerintahan di desa membuat kebijakan yang sungguh-sungguh dengan memperhatikan kondisi sosial budaya masyarakat desa Cinangsi.

Pada dasarnya, kebijakan yang perlu dibuat di desa Cinangsi yang kemudian harus disesuaikan dengan memperhatikan kondisi sosial budaya masyarakat Desa Cinangsi itu ditetapkan oleh Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Cinangsi yang dibentuk dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan desa Cinangsi. Meskipun demikian, kebijakan yang dibuat tersebut dilarang bertentangan dengan kepentingan umum dan atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Kebijakan tersebut pula dibentuk berdasarkan asas pembentukan peraturan perundang-undangan. Dalam membuat kebijakan ini, masyarakat desa Cinangsi pun berhak memberikan masukan secara lisan atau tertulis dalam rangka penyiapan atau pembahasan rancangan peraturan desa.

Dalam hal ini, jika saya menjadi Badan Permusyawaratan Desa Cinangsi maka saya akan membuat sebuah peraturan desa yang pada intinya menggerakan semua masyarakat untuk bersama-sama mengganti tanaman-tanaman padi yang ditanami diatas tanah-tanah labil di desa Cinangsi dan menggantinya dengan tanaman tahunan. Tanaman tahunan yang dimaksud bisa berupa tanaman kayu jati, ataupun sejenisnya. Bahkan di desa Cinangsi ternyata ada salah satu warga yang mengolah komoditi kayu lengket atau biasa disebut kiteja. Kiteja ini merupakan bahan baku industri obat nyamuk bakar. Sebenarnya sangat banyak potensi yang dapat dilakukan oleh warga masyarakat desa Cinangsi dengan menanami tanah-tanah labil tersebut dengan tanaman tahunan terutama dalam meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. Jika saya menjadi Badan Permusyawatan Desa Cinangsi, maka saya tidak akan menyia-nyiakan potensi yang ada. Potensi yang telah ada ini akan saya kembangkan mengingat potensi yang ada juga merupakan keadaan sosial budaya desa Cinangsi sendiri yang jika dikembangkan tentu tidak akan terjadi kesenjangan antara kondisi fisik desa Cinangsi dengan apa yang meraka kembangkan atau jalankan dalam kehidupan sehari-harinya.

Alasan lain tentang akan dibuatnya kebijakan untuk mengganti tanaman-tanaman padi diatas tanah-tanah labil dengan tanaman tahunan jika saya menjadi Badan Permusyawaratan Desa Cinangsi adalah karena dengan tanaman tahunan maka melalui akarnya akan tersimpan air sebagai persediaan saat musim kemarau kelak, kemudian tentang konsistensi tanah akan lebih terjaga, dan alasan yang lebih baik dari semuanya adalah tanaman tahunan ini bernilai lebih ekonomis sehingga diharapkan akan lebih meningkatkan perekonomian masyarakat desa Cinangsi. Berbicara tentang nilai ekonomis yang tinggi maka jika saya memposisikan diri sebagai Badan Permusyawaratan Desa Cinangsi pandangan saya akan tertuju pada pengembangan komoditi kayu lengket atau kiteja yang selama ini ternyata ada di Desa Cinangsi namun hanya diolah sampai menjadi bahan bakunya saja, tidak diproduksi menjadi obat nyamuk bakar. Mengingat kayu lengket atau kiteja ini merupakan pohon yang langka, tentu hal ini akan menjadi sesuatu yang akan saya prioritaskan. Prioritas ini saya tetapkan dengan satu tujuan yaitu kesejahteraan masyarakat desa Cinangsi. Pada dasarnya, sejahtera menunjuk ke keadaan baik, kondisi manusia di mana orang-orangnya makmur, dalam keadaan sehat dan damai dan teratur. Dan kesejahteraan masyarakat desa Cinangsi adalah yang akan saya perjuangkan jika saya menjadi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Cinangsi.

Dalam hal pembuatan kebijakan-kebijakan tersebut, sebagai Badan Permusyawaratan Desa Cinangsi tentu saya akan melibatkan warga masyarakat desa Cinangsi untuk turut memberikan masukan secara lisan ataupun tertulis yang kemudian akan saya siapkan dalam rangka penyiapan atau pembahasan rancangan peraturan desa. Partisipasi warga akan sangat membantu untuk mengetahui seberapa besar kendala yang ada dalam merealisasikan kebijakan yang akan dibuat. Setelah itu, peraturan desa yang dibuat kemudian akan saya sampaikan oleh kepala desa kepada bupati atau walikota melalui camat sebagai bahan pengawasan dan pembinaan.

Prioritas lain jika saya menjadi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Cinangsi adalah tentang merealisasikan kebijakan yang sebelumnya pernah saya buat demi kelangsungan dan kesejahteraan masyarakat Desa Cinangsi.

JIKA AKU MENJADI PETERNAK SAPI PERAH

DESA CINANGSI

Oleh: Yani Ricka Dameria, 110111100028

Desa Cinangsi Sumedang Jawa Barat memiliki berbagai macam potensi yang sangat diperhitungkan. Salah satunya adalah sapi perah. Ada banyak kandang sapi yang saya temui di desa ini ketika sedang bersosialisasi ke rumah-rumah warga. Dan yang paling menguntungkan dari sapi peliharaan mereka yakni susu murni yang dapat langsung diperah lalu dikirimkan ke koperasi untk kemudian diolah. Susu merupakan produk yang sangat diperlukan dalam pemenuhan kebutuhan gizi sehari-hari manusia, khususnya bagi masyarakat Indonesia. Dengan manfaat tersebut menyebabkan jumlah permintaan susu nasional mengalami peningkatan setiap tahun. Hal ini tidak terlepas dari pertumbuhan penduduk Indonesia yang meningkat ditambah dengan struktur penduduk yang mayoritas dari kalangan usia muda dan lansia.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut peternak sapi di desa ini masih mengalami berbagai macam kesulitan. Karena disebabkan oleh manajemen pakan dan perkandangan yang rendah serta skala usaha yang masih kecil menyebabkan produktivitas sapi perah rendah. Dengan kendala yang dihadapi oleh para peternak susu sapi secara nasional secara jelas menunjukkan bahwa kedepannya, usaha ternak sapi perah rakyat mempunyai peluang besar untuk ditumbuhkembangkan. Oleh karena itu, dalam menanggapi masalah yang ada diperlukan sebuah mekanisme rekomendasi dengan melibatkan 3 elemen yaitu, pemerintah, bank penyalur KUR, dan peternak sebagai pelaku usaha.

Jika saya menjadi pelaku usaha ternak sapi maka saya akan mengusulkan kepada yang berwenang untuk diadakannya urgensi pemberian investasi dalam bentuk Kredit Usaha Rakyat (KUR). KUR merupakan kredit atau pembiayaan kepada Usaha Mikro Kecil Menengah Koperasi (UMKM-K) dalam bentuk pemberian modal kerja dan ivestasi yang didukung fasilitas penjaminan untuk usaha produktif yang dicanangkan oleh pemerintah namun suber dananya berasal sepenuhnya dari Bank. Dengan demikian maka peternak sapi bisa lebih mengembangkan usaha ternaknya dengan modal tersebut. Dengan pemberian kredit tersebut maka saya sebagai peternak mendapatkan keuntungan dan langsung siap produksi, tentu dengan jumlah kepemilikan sapi yang ideal untuk setiap peternak, yakni sebanyak 8 ekor sapi perah. Jika peternak dalam perjalanannya tidak menguntungkan maka perlu diberikan KUR tambahan kepada peternak serta menggalakkan program kerjasama antar peternak untuk meningkatkan manajemen dan produktivitas ternak.

Secara Hukum untuk melakukan itu semua diperlukan izin. Yakni ijin usaha peternakan. Dasar hukumnya ada pada Keputusan Bupati No 42 Tahun 2002 tentang izin usaha peternakan dan Keputusan Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Cianjur nomor: 524/2829, 2830, 2831 Tahun 2002 tentang syarat-syarat teknis perusahaan peternakan sapi potong dan perusahaan sapi perah. Lalu kemudian ada aspek teknis dan produksi. Yakni Perkandangan. Jenis kandang yang ada pada daerah survey adalah kandang ganda. Terdiri dari dua baris kandang yang bisa dibedakan, head to head atau berhadapan (artinya sapi-sapi itu saling berhadapan dan hanya dibatasi oleh sekat yang rendah. Tail to tail atau berlawanan (sapi-sapi tersebut dikandangkan dengan cara berlawanan buntut dengan buntut dan bertolak belakang). Bangunan kandang yang ada pada daerha survey merupakan kandang yang cukup kokoh dan sesuai dengan jumlah ternak yang dipelihara sehingga ternak tidak saling berdesakn serta sesuai dengan jumlah tenaga kerja yang ada, dalam artian bangunan kandang sesuai dengan keperluan usaha ternak sapi perah sebagaimana yang telah diatur dalam ketentuan Hukum.

Dalam Peraturan Pemerintah RI nomor 6 tahun 2013 mengatur tentang Pemberdayaan Sapi. Sehingga jelas bahwa Hukum melindungi baik pelaku usaha ternak dan juga hewan ternak yakni sapi. Sudah seharusnya para peternak mendapatkan kesejahteraan dari hasil usaha ternak mereka dan saya tidak akan pernah melupakan pengalaman saya di desa cinangsi ini yaitu sebuah desa yang memiliki banyak potensi tetap kurang mendapat perhatian yang besar dan sulit masyarakatnya kesulitan untuk menyampaikan aspirasi mereka karena minimnya akses untuk penyaluran aspirasi mereka. Desa yang luar biasa indah dan masyarakat yang ramah. Semoga setelah KKNM ini saya memiliki kesempatan untuk berkunjung lagi ketempat ini dan dapat turut serta membantu mensejahterahkan masyarakat di desa Cinangsi sesuai dengan harapan.

JIKA AKU MENJADI KARANG TARUNA DESA CINANGSI

Oleh: Lailana Angrum S H, 120110110188

Desa Cinangsi merupakan desa yang terletak di Kecamatan Cisitu, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Kecamatan Cisitu merupakan kecamatan pemekaran. Pemekaran tersebut dilakukan karena cakupan wilayah yang terlalu luas antara Kecamatan Situraja dan Darmaraja, sehingga akhirnya dibentuk sebuah kecamatan baru yang diambil dari setengah kecamatan Situraja dan setengah lagi dari kecamatan Darmaraja. Desa Cinangsi berada di daerah dataran tinggi dan pegunungan dengan luas 397.53 Ha. Tanah di desa ini diidentifikasi sebagai tanah merah dengan tekstur lempungan yang memiliki tingkat kemiringan 45 derajat. Selain itu, Desa Cinangsi memiliki lahan kritis sebesar 15,00 Ha dan lahan terlantar sebesar 5,00 Ha. Sebagai bentuk pemanfaatan lahan, di Desa Cinangsi terdapat pemukiman warga, persawahan, perkebunan, tempat pemakaman umum (TPU), pekarangan, taman, perkantoran dan fasilitas umum. Total luas lahan berdasarkan pemanfaatnnya adalah 261,91 Ha. Akses desa Cinangsi menuju ibu kota provinsi (pusat kota) ditempuh sejauh 70 Km dengan estimasi waktu selama 2 jam menggunakan kendaraan bermotor dan angkutan umum.

Desa Cinangsi menjadikan sumber daya alam sebagai sektor utama sekaligus orientasi perekonomian untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Pemanfaatan sumber daya alam yang dilakukan oleh warga Cinangsi dibagi ke dalam 3 sektor yakni pertanian, peternakan dan kehutanan. Wilayah Desa Cinangsi dibagi ke dalam 3 dusun, yaitu Dusun Cikeusik yang terdiri dari 2 RW (Rukun Warga), Dusun Ciumpleng yang terdiri dari 3 RW, dan Dusun Nanggerang Baru yang terdiri dari 3 RW.

Seperti halnya di kebanyakan daerah, di Desa Cinangsi pun terdapat karang taruna. Karang taruna merupakan oraganisasi sosial sebagai wadah pengembangan generasi muda yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung jawab sosial dari, oleh, dan untuk masyarakat terutama generasi muda di wilayah desa, kelurahan, atau komunitas adat sederajat dan terutama bergerak di bidang usaha kesejahteraan sosial. Idealnya, karang taruna harus berusaha menjawab berbagai persoalan dan kebutuhan generasi muda. Diperlukan adanya pengelolaan karang taruna secara profesional dan mandiri agar dapat mengimplementasikan berbagai persoalan dan kebutuhan warganya.

Jika dilihat dari segi organisasi, karang taruna Desa Cinangsi berstatus tidak aktif, maksudnya struktur organisasinya tidak terstruktur dengan jelas. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari hilangnya partisipasi pemuda. Namun, ketika ada kegiatan atau diperlukan bantuan, karang taruna Desa Cinansi secara aktif dan antusias memberikan bantuan. Contohnya saja ketika ada pembangunan jalan rusak di Dusun Cikeusi, pemuda karang taruna bahu-membahu untuk memperbaiki jalan.

Anggota karang taruna Desa Cinangsi berusia 17-45 tahun. Namun, pada kenyataannya tidak demikian. Banyak warga yang lebih dari 45 tahun masih mengikuti kegiatan Karang Taruna sehingga untuk generasi penerusnya pun agak sulit untuk didapatkan. Perlengkapan kesekretariatan Karang Taruna di Desa Cinangsi yaitu sekretariat, papan nama, bendera karang taruna, cap/stempel, dan buku-buku administrasi. Namun, administrasi karang taruna pun belum tertata dengan rapi sehingga masih perlu di perbaiki lagi. Selain itu, ada hambatan yang sering didapatkan oleh karang taruna Desa Cinangsi, salah satunya adalah kurang lancarnya koordinasi dengan pimpinan daerah (Kepala Desa), sehingga menghambat proses legalisasi kegiatan yang akan dilakukan.

Jika saya menjadi karang taruna Desa Cinangsi yang ingin saya lakukan adalah memperbaiki struktur organisasi dan administrasi. Meskipun dilakukan untuk menghindari hilangnya partisipasi pemuda, namun organisasi yang terstruktur cukup penting karena dapat menandakan bahwa organisasi tersebut profesional. Selain itu, administrasi juga merupakan hal yang penting karena dengan adanya administrasi yang baik maka dapat dijadikan contoh untuk generasi berikutnya.

Untuk mencapai Karang Taruna yang dapat mengatasi berbagai persoalan dan kebutuhan warga, perlu dilakukan 4 tahapan manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan. Perencanaan merupakan langkah awal bagi suatu organisasi dalam menjalankan kegiatannya. Perencanaan harus disusun secara bersama-sama dan melibatkan segala pihak berdasarkan kebutuhan objektif. Perlu dibuat skala prioritas yang mengacu kepada potensi yang dimiliki.

Pengorganisasian merupakan proses penyusunan pembagian kerja dalam unit-unit kerja berdasarkan pesan dan fungsinya yang disesuaikan dengan kemampuan warga yang duduk pada struktur yang dibuat. Tahap selanjutnya adalah pelaksanaan, merupakan implementasi dari langkah sebelumnya yang harus mempertimbangkan tingkat keterlibatan warga, kemanfaatan, dan tingkat kberhasilan. Langkah yang terakhir adalah pengawasan, merupakan proses pengendalian suatu kegiatan yang dilaksanakan melalui pemantauan, penilaian, dan pelaporan.

Kesimpulannya karang taruna di Desa Cinangsi sudah berjalan dengan baik, namun masih ada yang perlu di perbaiki seperti hal yang telah disebutkan di atas. Untuk itu, semoga kedepannya karang taruna Desa Cinangsi bisa berjalan dengan lebih baik lagi.

JIKA AKU MENJADI CEO PETERNAKAN SAPI PERAH

DI DESA CINANGSI

Oleh: Astuti Pangestu, 120310110087

Secara geografis, Desa Cinangsi terletak di Kecamatan Cisitu, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Wilayahnya membentang dikelilingi oleh dataran tinggi dan perbukitan seluas 397.53 Ha. Berdiri pemukiman warga, persawahan, perkebunan, tempat pemakaman umum (TPU), pekarangan, taman, perkantoran dan fasilitas umum pada tanah Desa Cinangsi sebagai bentuk pemanfaatan lahan. Total luas lahan berdasarkan pemanfaatnnya adalah 261,91 Ha. Tanah di desa ini, diidentifikasi sebagai tanah merah dengan tekstur lempungan yang memiliki tingkat kemiringan 45 derajat. Selain itu, Desa Cinangsi memiliki lahan kritis sebesar 15,00 Ha dan lahan terlantar sebesar 5,00 Ha. Akses Desa Cinangsi menuju ibu kota provinsi (pusat kota) ditempuh sejauh 70 km dengan estimasi waktu selama dua jam menggunakan kendaraan bermotor dan angkutan umum. Desa Cinangsi terdiri dari tiga dusun, yaitu diantaranya Dusun Cikeusi yang terdiri dari RW 01 dan RW 02; Dusun Ciumpleng yang terdiri dari RW 03, RW 04, dan RW 05; dan Dusun Naggerang Baru yang terdiri dari RW 06, RW 07, dan RW 08.

Sumber daya alam menjadi urat nadi perekonomian warga di desa ini. Sebagian besar mata pencaharian warga desa ini, yaitu petani sawah, petani hutan, dan peternak sapi perah. Adapun sektor minor yang menyokong perekonomian warga, yaitu kesenian tradisional Sunda dan kerajinan tangan berupa anyaman. Selain itu, sebagian warga juga bekerja di kota sebagai pekerja pabrik. Dari semua mata pencaharian tersebut, peternakan sapi perah merupakan sumber perekonomian yang paling potensial bila ditinjau dari potensi pendapatan dan potensi variasi produknya.

Pada tahun 2000, warga Desa Cinangsi khususnya di Dusun Nanggerang Baru memulai belajar memerah sapi. Kemudian pada tahun 2002, warga mulai membentuk kelompok peternak sapi perah dengan jumlah sapi perah sebanyak 72 ekor dari pemerintah. Usaha ternak sapi perah ini pun mulai berjalan pada tahun 2004. Lalu pada tahun 2007, kelompok peternak mendapat tambahan sapi perah sebanyak 41 ekor dari PKPI KM, dan dua tahun berikutnya bertambah lagi. Hingga saat ini, kelompok ternak sapi perah beranggotakan 47 orang yang merupakan 47 keluarga, memiliki total sapi perah sebanyak 300 ekor, dengan jumlah setiap anggota memiliki 10 sampai 15 ekor sapi perah.

Bila ditinjau dari manajemen SDM, setiap kandang diurusi oleh 5 sampai 16 orang anggota keluarga yang memiliki kandang sapi perah tersebut. Namun, jumlah tersebut terlalu banyak karena beberapa anggota keluarga memiliki pekerjaan lain di luar beternak. Maka hanya dibutuhkan dua orang saja untuk memelihara setiap kandang sapi perah. Ilmu mengenai pengolahan limbah sapi perah pun masih minim, meskipun sudah pernah ada penyuluhan dari pemerintah sebelumnya. Sehingga para peternak tidak mengetahui cara pengolahan limbah yang benar. Oleh karena itu, pemerintah seharusnya membuat kelompok pengolah sampah organik untuk mengatasi masalah limbah tersebut.

Dari manajemen operasional, sapi perah dapat menghasilkan mulai dari 900 liter hingga 1500 liter susu sapi per hari nya. Hasil susu sapi yang masih mentah ini didistribusikan ke koperasi yang berada di Kecamatan Tanjung Sari. Sapi diperah setiap dua hari sekali, dengan ketahanan susu selama 4 jam. Harga jualnya Rp 3.600 per liter ke koperasi, dan Rp 6.000 per liter harga eceran. Sebagian diolah menjadi permen susu oleh ibu-ibu kelompok wanita tani. Pemerintah memberikan bantuan sebesar Rp 250 juta untuk cooling system dan peralatan lainnya. Namun, sayangnya peternak kurang memanfaatkan karena kurangnya antusiasme terhadap cara penggunaan alat tersebut. Apabila peternak dapat memanfaatkan bantuan pemerintah dengan baik, mereka dapat menjual susu berkualitas tinggi yang telah diolah dengan harga yang lebih tinggi dan dapat membuat variasi produk susu yang dapat menambah keuntungan mereka. Misalnya saja susu dapat diberi variasi rasa, diolah menjadi keju, yoghurt, kue, tepung, minuman, dan sebagainya.

Dari manajemen keuangan, berdasarkan data pendapatan yang diperoleh, masih ada ketimpangan yang cuku drastis antar peternak yang satu dengan yang lain. Ada yang mendapat laba bersih sekitar kurang lebih Rp 1.350.000 per bulan, namun ada pula yang hanya mendapat Rp 350. Hal ini terjadi karena sapi yang sakit namun peternak tidak tahu cara penanggulangannya, juga akibat dari kecelakaan di jalan saat pengiriman sehingga susu rusak dan tidak layak untuk dikonsumsi. Setiap 4 bulan, penghasilan yang diperoleh biasanya Rp 4.000.000, yang terbagi atas Rp 2.000.000 untuk peternak dan Rp 2.000.000 untuk koperasi. Dengan pengelolaan manajemen yang efektif serta variasi produk, peternak dapat mendapatkan keuntungan yang jauh lebih tinggi. Maka pemerintah perlu melakukan penyuluhan akan besarnya potensi yang ada dalam usaha ternak sapi perah ini.

Dari manajemen pemasaran, produk susu sapi Desa Cinangsi ini masih belum dikenal oleh konsumen dari luar. Tidak adanya nama produk, serta kurangnya promosi membuat produk susu ini menjadi biasa saja. Oleh karena itu, peternak perlu memikirkan suatu brand untuk produk susu mereka, dan promosi berupa labeling pada botolnya ataupun promosi melalui perlombaan pengolahan inovatif dari susu, dapat meningkatkan penjualan yang berbanding lurus dengan meningkatnya keuntungan. Sehingga produk susu ini dapat didistribusikan ke berbagai wilayah, minimal Kabupaten Sumedang, untuk memberitahu kepada konsumen bahwa ada produk susu berkualitas di Desa Cinangsi ini.

Maka kelompok ternak sapi perah di Desa Cinangsi ini memerlukan manajemen SDM, operasional, keuangan, dan pemasaran yang lebih baik, agar usaha ini dapat berjalan efektif dan efisien. Potensi yang sangat besar ini harus dimanfaatkan dengan baik oleh warganya sendiri, sehingga dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan warga Desa Cinangsi.

JIKA AKU MENJADI PENGUSAHA TERNAK SAPI PERAH

DI DESA CINANGSI

Oleh: Yulia Putri Cempaka, 140210110027

Desa Cinangsi merupakan desa yang terletak di kecamatan Cisitu, kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Desa Cinangsi berada didataran tinggi/pegunungan dengan luas 397.53 Ha. Tanah di desa ini, diidentifikasi sebagai tanah merah dengan tekstur lempungan yang memiliki tingkat kemiringan 45 derajat. Selain itu, desa Cinangsi memiliki lahan kritis sebesar 15,00 Ha dan lahan terlantar sebesar 5,00 Ha. Berdiri pemukiman warga, persawahan, perkebunan, tempat pemakaman umum (TPU), pekarangan, taman, perkantoran dan fasilitas umum pada tanah desa Cinangsi sebagai bentuk pemanfaatan lahan. Total luas lahan berdasarkan pemanfaatnnya adalah 261,91 Ha. Akses desa Cinangsi menuju ibu kota provinsi (pusat kota) ditempuh sejauh 70 Km dengan estimasi waktu selama 2 jam menggunakan kendaraan bermotor dan angkutan umum.

Desa Cinangsi menjadikan sumber daya alam sebagai sektor utama sekaligus orientasi perekonomian untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Pemanfaatan sumber daya alam yang dilakukan oleh warga Cinangsi dibagi ke dalam 3 sektor yakni; pertanian, peternakan dan kehutanan.

Wilayah desa Cinangsi dibagi ke dalam 3 dusun, yaitu

1. dusun Cikeusi terdiri dari 2 RW (Rukun Warga),

2. dusun Ciumpleng terdiri dari 3 RW

3. dusun Nanggerang Baru terdiri dari 3 RW.

Di dusun Nanggerang terdapat 1 kelompok ternak sapi perah yang terdiri dari 47 anggota dengan 47 kandang sehingga sapi yang terdapat pada daerah ini ada sekitar 300 ekor. Hasil dari ternak sapi-sapi tersebut dipasok ke koperasi Tanjungsari Sumedang untuk dijual kembali pada warga.

Ternak sapi perah merupakan potensi yang dimiliki oleh desa Cinangsi. Sapi perah bisa menghasilkan susu murni. Selain susu juga memberikan hasil lain yaitu daging dan kulit yang berasal dari sapi yang sudah tidak produktif serta pupuk kandang yang dihasilkan dari kotoran hewan. Dalam menekuni usaha ternak sapi perah dibutuhkan kesungguhan dalam merawat sapi-sapi. Perlu diperhatikan kesehatan sapi, makanan sapi, hingga kotoran sapinya. Untuk menghasilkan susu yang berkualitas sapi perah harus sehat dan tidak terjangkit penyakit. Makanan sapi dipilih yang mengandung gizi yang cukup utuk sapi. Serta kotoran sapi yang tidak boleh menjadi limbah yang dapat menimbulkan masalah pada lingkungan berupa pencemaran udara, tanah dan air serta menjadi sumber penyebaran penyakit baik bagi ternak maupun manusia.

Jika aku menjadi pengusaha ternak sapi perah di desa Cinangsi. Dengan bidang ilmu yang aku tekuni dari kuliah di Universitas Padjadjaran, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Jurusan Kimia. Aku ingin mengolah limbah dari kotoran sapi untuk dijadikan pupuk kompos bahan organik. Pupuk kompos merupakan dekomposisi bahan-bahan organik atau proses perombakan senyawa yang kompleks menjadi senyawa yang sederhana dengan bantuan mikroorganisme. Bahan dasar pembuatan kompos adalah kotoran sapi dan bahan seperti serbuk gergaji atau sekam, jerami padi, dll, yang didekomposisi dengan bahan pemacu mikroorganisme dalam tanah (misalnya stardec atau bahan sejenis) ditambah dengan bahan-bahan untuk memperkaya kandungan kompos, selain ditambah serbuk gergaji, atau sekam, jerami padi dapat juga ditambahkan abu dan kalsit/kapur. Kotoran sapi dipilih karena mengandung nitrogen dan potassium, disamping itu kotoran sapi merupakan kotoran ternak yang baik untuk kompos. Adapun prinsip yang digunakan dalam pembuatan kompos adalah proses pengubahan limbah organik menjadi pupuk organik melalui aktivitas biologis pada kondisi yang terkontrol.

Tempat pembuatan adalah sebidang tempat beralas tanah dan dibagi menjadi 4 bagian (lokasi 1, 2, 3, 4) sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan dan tempat tersebut ternaungi agar pupuk tidak terkena sinar matahari dan air hujan secara langsung. Prosesing pembuatannya adalah pertama kotoran sapi (fases dan urine) diambil dari kandang dan ditiriskan selama satu minggu untuk mendapatkan kadar air mencapai 60%, kemudian kotoran sapi yang telah ditiriskan tersebut dipindahkan ke lokasi 1tempat pembuatan kompos dan diberi serbuk gergajiatau bahan yang sejenis seperti sekam, jerami padi, dll, serta abu, kalsit/kapur dan stardec sesuai dosis, selanjutnya seluruh bahan campuran diaduk secara merata. Setelah satu minggu di lokasi 1, tumpukan dipindahkan ke lokasi 2 dengan cara diaduk atau dibalik secara merata untuk menambah suplai oksigen dan meningkatkan homogenitas bahan. Pada tahap ini diharapkan terjadi peningkatan suhu hingga mencapai 70°C untuk mematikan pertumbuhan biji gulma sehingga kompos yang dihasilkan dapat bebas dari biji gulma.

Setelah didapat pupuk kompos organik ini hasilnya dapat dijual ke sektor pertanian untuk mendapatkan keuntungan. Dengan demikian, limbah kotoran sapi hasil ternak sapi perah di desa Cinangsi akan lebih bermanfaat. Tentunya ini memanfaatkan potensi alam yang dimiliki desa Cinangsi. Tanah yang subur dan alam yang indah dari desa Cinangsi mendorong ku untuk berandai menjadi pengusaha ternak sapi perah yang mengolah limbah kotoran sapi menjadi pupuk kompos. Agar sektor peternakan desa Cinangsi lebih baik lagi.

JIKA AKU MENJADI PETANI DI DESA CINANGSI

Oleh: Anton Julianto, 150510110021

Tiga puluh hari saya habiskan waktu untuk mengikuti kegiatan KKNM yang bertemakan “belajar dari masyarakat”, berlokasi di Desa Cinangsi Kecamatan Cisitu Kabupaten Sumedang.

Kecamatan Cisitu merupakan kecamatan pemekaran dari kecamatan Situraja dan Daramaraja. Sedangkan nama Cinagsi berasal dari 3 nama dusun yang ada, yaitu Ciumpleng, Nangerang dan Cikeusi. Cinangsi berada pada dataran medium sampai tinggi, dengan kemiringan sekitar 45 derajat serta luasnya 397.53 Ha. Suhu harian berkisar ± 21-230C, warna tanah merah dengan tekstur lempung. Mayoritas pencaharian warga adalah sebagai petani, dimana pertanian menjadi leading sector perekonomian warga. Namun Cinangsi terkenal dengan daerah yang konsistensi tanahnya yang labil, sehingga kerap kali terjadi bencana longsor.Disini saya akan membahas mengenai sektor pertanian di desa ini.

Sepanjang perjalanan menuju daerah Cisitu memang terhampar areal pesawahan, begitupun di desa ini yang kebanyakan petani menggunakan lahannya untuk menanam padi, namun ada pula sebagian petani yang menggunakan lahanya untuk komoditas jagung, kacang, umbi, dan singkong serta disetiap halaman rumah warga telah ditanami tanaman rempah-rempah seperti lengkuas, jahe, kunyit, kencur dan cabai. Banyak hal baru yang saya dapatkan selama kkn berlangsung yang kenyataanya dilapangan mungkin sedikit agak berbeda dengan materi atau teori yang saya dapatkan di kampus.

Petani khususnya di desa Cinangsi tergambar sebagai petani kecil, yaitu petani yang luas lahanya sangat sempit < 1Ha. Latarbelakang pendidikan petaninya pun hanyalah tamatan SD rata-rata, kumuh dan miskin. Jarang sekali ditemukan petani muda, kebanyakan pemuda lebih memilih untuk bekerja diluar daerah.

Menurut alalisis dan fenomena yang saya dapatkan dilapangan, permasalahan yang timbul pada sektor pertanian di desa Cinagsi yaitu pertama adalah kebudayaan atau adat istiadat setempat yang mengemukakan bahwa musim apapun petani dan buruh tani harus tetap menanam padi agar dilimpahkan rejeki. Jika padi yang ditanam tidak tumbuh subur, mereka lebih memilih untuk membeli ke desa lain dari pada menghentikan penanam padi di sawah. Dengan kata lain kebanyakan petani desa Cinangsi enggan melakukan rotasi tanaman.

Kedua adalah masih rendahnya penyuluhan yang diberikan oleh pemerintah, sekalipun disini terdapat gapoktan. Sekalipun ada penyuluhan petani tidak mau mepraktekanya dan masih bertahan dengan kebiasaan lamanya.

Yang ketiga yaitu serangan OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) yang sulit petani tangani. OPT yang biasanya menyerang di daerah ini yaitu hama wereng, keong mas, dan hawar daun yang disebabkan oleh jamur. Sekalipun menggunakan aplikasi pestisaida, seperti biasanya petani memberikan dosis yang lebih tinggi atau diatas dosis anjuran, yang justru menyebabkan terjadinya resistensi pada hama atau patogen. Adapun detemukan gejala kekurangan unsur hara pada sebagian tempat yang tanahnya bekas rawa-rawa terlihat pada daerah itu saja, daun tua padi berwarna agak keunguan. Hal ini terjadi karena menurut saya unsur hara dari pupuk tidak dapat diadsorpsi oleh sistem perakatan dengan maksimal, melainkan tercuci sampai ke dasar tanah yang tidak berlumpur yang jauh dari jangkauan akar.

Yang keempat adalah rendahnya skill petani terhadap pemasaran hasil panennya. Petani biasanya menjual hasil panen dalam bentuk padi, gabah, atau dengan sistem ijon atau tebas (dibeli sebelum tanaman padi dipanen dengan cara menduga) kepada bandar/pengepul/tengkulak. Seperti yang dijelaskan sebelumnya rata-rata petani di daerah ini meiliki luas lahan yang sempit, sehingga penghasilan dari bertaninya pun kecil. Apbila ada kepentingan mendadak menyangkut uang, petani biasa diberi pinjaman uang oleh tengkulak dan biasanya dibayar ketika masa panen tiba, dengan jaminan hasil panen harus dijual ke tengkulak tersebut, harganyapun ditentukan oleh tengkulak tersebut. Sehingga tidak heran saya dapati petani padi yang justru memakan nasi dari beras raskin.

Kemudian susahnya sumber air yang dipergunakan untuk pengairan sawah pada musim kemarau, akibat bencana lonsor yang menutup saluran irigasi atau bahkan air irigasi tidak tersedia sedikit pun (kering) apalagi untuk lahan sawah atas atau jauh dari saluran irigasi, sehingga sering disebut dengan sawah tadah hujan.

Yang terakhir adalah Cinangsi terkenal dengan bencana longsornya yang disebabkan oleh struktur tanahnya yang labil, yaitu kondisi dimana agregat tanah yang konsistensinya buruk, sehingga kerap terjadi erosi yang menimbulkan banyak kerugian. Namun menurut saya hal ini disebabkan karena daerah yang kemiringannya cukup curam masih ditanami padi.

Jika saya menjadi petani atau pelaku usaha pertanian, untuk menanggulangi atau meminimalisisir permasalahan tersebut, saya akan :

1. Melakukan rotasi tanaman dengan tanaman yang berbeda famili, misalnya tanaman holtikultur seperti cabai pada saat air tidak melimpah, selain cocok di dataran medium-tinggi, rotasi tanaman juga dapat memutus siklus hidup OPT, sehingga populasinya lebih terkendali.

2. Menggunakan pengendalian hama dan penyakit tanaman terpadu (konsep PHT) yang lebih mempertimbakangkan kelestarian lingkungan. Misalnya menggunakan pestisina nabati, musuh alami, dll.

3.Apabila air yang tersedia sangatlah sedikit, lahan akan saya gunakan untuk menanam komoditas yang hemat air seperti singkong.

4. Untuk pemasaran saya akan ikut serta dalam kelompok tani yang tersedia dan bersama berusaha membangun Koperasi Unit Desa (KUD) yang belum terdapat di desa ini.

5. Lebih toleran terhadap teknologi yang diberikan penyuluh pertanian.

6. Pada tanah labil saya akan tanami dengan komoditas tanaman kayu atau tanaman tahunan, karena selain bernilai ekonomis, menjaga konsistensi tanah, juga dapat menyimpan atau menahan air yang bisa tersedia ketika musim kemarau. Seperti tanaman kiteja yang berpotensi karena di desa ini terdapat pengolahanya, dimana diakui oleh pemilih pengolahan kiteja, kayu kiteja saat ini sudah langka.

7. Lebih mensyukuri makanan, karena kenyataannya untuk mendapat sepiring nasi saja harus melalui proses yang panjang.

JIKA AKU MENJADI KEPALA DESA CINANGSI

Oleh : Harris Rahman Harjanto, 170110080062

Selama satu bulan penuh saya tinggal dan hidup bermasyarakat di desa cinangsi. Banyak sekali informasi yang saya ketahui tentang desa cinangsi, yaitu desa ini ternyata merupakan daerah yang rawan longsor. Hal ini terjadi dikarenakan penggunaan tanah yang bersifat labil, dampak dari longsor ini adalah kerusakan rumah penduduk dan juga lahan-lahan penduduk yang digunakan untuk mata pencarian mereka seperti sawah yang digunakan untuk menanam padi.

Tanah labil yang dimaksud diatas, pada saat ini masih digunakan oleh warga masyarakat Desa Cinangsi untuk menanam padi. Dan menurut saya hal ini sangat mengkhawatirkan bagi masyarakat yang berprofesi sebagai petani. Memang kita tidak bisa menyalahkan pihak pemerintah dalam hal ini, karena tanah yang labil dan longsor adalah sebuah bencana alam yang tidak bisa manusia hentikan. Namun seharusnya pihak pemerintah bisa lebih siap untuk menanggulangi bencana itu dari jauh-jauh hari dengan cara menginfokan ke masyarakat bahwa tanah di desa cinangsi memang tanah yang berisifat labil. Agar pihak masyarakat bisa lebih bersiap diri bila bencana itu datang lagi.

Desa cinangsi memiliki potensi besar di bidang pertanian dan peternakan, seperti banyaknya lahan sawah dan juga banyaknya ternak sapi perah. Mayoritas masyarakat disini berkerja sebagai petani dan peternak. Namun para petani dan peternak masih saja hidup dalam serba kurang. Kekurangan yang saya maksud adalah bukan hanya sebatas materi saja, bahkan untuk makan sehari-hari saja pun masih sangat susah. Menurut saya kekurangan ini adalah masalah besar bagi pihak masyarakat dan terutama pemerintah desa.

Dalam hal ini, jika saya menjadi kepala desa cinangsi maka saya akan mencarikan solusi yang paling tepat untuk mengatasi masalah ini. Salah satu caranya dengan membuat (kud) koperasi unit desa. Karena dengan adanya koperasi unit desa maka kesejahteraan rakyat desa cinangsi akan terbantu di sisi bidang pangan. Manfaat dari koperasi unit desa adalah simpen pinjem bagi petani dan peternak desa, menyediakan input produksi, dan koperasi unit desa juga bisa membeli hasil produksi dari petani dan peternak desa. Jadi hasil dari para petani dan peternak desa cinangsi, bisa dinikmati oleh masyarakat cinangsi itu sendiri.

Hal lain yang saya akan lakukan bila saya menjadi kepala desa cinangsi adalah lebih banyak mendengar aspirasi dan keinginan masyarakat. Dengan cara lebih banyak turun langsung ke masyarakat. Karena dengan melakukan interaksi langsung maka tingkat kebersamaan antara pihak pemerintah dan masyarakat akan terasa lebih tinggi. Jadi dengan hal ini, maka tidak akan ada suatu kesenjangan atau jarak antara pemerintah dan masyarakat. Karena bila saya memimpin, saya akan menerapkan gaya kepemimpinan demokratis. Yang dimaksud dengan gaya kepemimpinan demokratis adalah keputusan akhir tetap saya yang memutuskan sebagai seorang pemimpin, namun seluruh masyarakat desa cinangsi mempunyai hak suara untuk mengeluarkan pendapat mereka.

Dalam hal pembangunan dan perkembangan desa saya sebagai kepala desa akan mencoba untuk memajukan desa saya dengan secara maksimal. Salah satu bidang yang saya akan fokuskan adalah di bidang pariwisata. Karena menurut saya, dengan banyaknya wisatawan yang berkunjung ke desa cinangsi maka akan membuka lapangan kerja dan akan menimbulkan perputaran uang yang besar. Contohnya seperti wisatawan pasti membutuhkan tempat untuk makan dan tempat untuk beristirahat. Dari situ akan membuka peluang usaha bagi masyarakat cinangsi seperti rumah makan dan penginapan. Namun agar para wisitawan tertarik untuk datang ke desa cinangsi, maka diperlukan sebuah daya tarik dan ciri khas yang tidak ada desa lain. Misalnya membuat tempat pemancingan terbesar sekabupaten. Lalu hal lain yang harus dilakukan untuk mendukung program ini adalah menjaga kebersihan, bersikap ramah terhadap para wisatawan, dan menjaga keamanan para wisatawan selama ada di desa cinangsi. Untuk mewujudkan semua target-target yang sudah ditentukan maka pihak pemerintah harus bisa menyatu dan berkerja sama dengan pihak masyarakat. bila hal ini semua terlaksanakan maka saya jamin desa cinangsi akan kedatangan banyak wisatawan dari lokal maupun mancanegara. Keuntungan lainya dari sisi pihak pemerintah adalah pemasukan dari bagian pajak yang didapatkan dari para wisatawan.

Contoh: kota bali sangat mengandalkan pariwisata dan wisatawanya untuk menaikan pemasukan kas kota. Hal ini membuktikan bahwa sebuah kota atau desa bisa bertahan hidup hanya dari bidang pariwisata semata. Di kota bali kita bisa bertemu berbagai macam individu yang berasal dari berbagai macam negara di dunia. Sampai-sampai wisatawan asing, lebih tau bali dari pada negara Indonesia kita.

Maka dari contoh diatas saya ingin berniat untuk merubah cinangsi untuk mengandalkan bidang pariwisata untuk pemasukan kas desa. Bukan hanya mengandalkan dana dari apbd pemerintah. Dan saya berharap kedepanya desa cinangsi bisa berkembang lebih baik.

KESIAPAN MASYARAKAT INDONESIA MENGHADAPI GLOBALISASI DILIHAT DARI PENGUASAAN BAHASA INTERNASIONAL DI DESA CINANGSI KECAMATAN CISITU KABUPATEN SUMEDANG

Oleh: Chella Saradhina Iskandar, 170210100048

The definition of 'global' is an adjective to describe cross-border relations between countries. And the term globalization as large and growing flows of trade and capital investment between countries (Hirst and Thompson, 1996:48)

Perkembangan globalisasi di Indonesia diinterpretasikan melaui kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah dalam segala sektor, yakni atasnama pemerataan pembangunan serta penciptaan karakter bangsa yang sigap menyesuaikan diri untuk menghadapi sebuah era baru. Keterbukaan Indonesia menghadapi globalisasi bukan hanya terlihat dari kontribusi serta dukungan Indonesia terhadap pasar bebas, namun juga mengenai sistem ketatabahasaan Indonesia yang mulai bergeser dan cenderung memaknai Bahasa Internasional sebagai kebutuhan dasar untuk dapat bertahan dan bersaing dalam era globalisasi. Namun, fenomena globalisme agaknya belum memasuki ranah pemikiran sebagian golongan. Banyak masyarakat, terutama masyarakat kecil dan menengah, tidak betul-betul mengetahui apa yang disebut globalisasi. Masyarakat desa Cinangsi kecamatan Cisitu Kabupaten Sumedang, adalah sebagian contoh dari ketidaktahuan mengenai terminologi globalisasi, dan Bahasa inggris sebagai Bahasa Internasional yang harus dikuasi.

Desa Cinangsi merupakan sebuah desa yang memiliki total penduduk sebanyak 3876 Jiwa dan mayoritas memiliki pendidikan akhir pada sekolah dasar/sederajat. Rendahnya kualitas pendidikan didesa tersebut merefleksikan tingkat kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pendidikan terutama dalam menghadapi globalisasi, agar Indonesia tidak hanya dijadikan pasar atas komoditas yang pada nyatanya tersedia dinegara ini. Sarana pendidikan desa Cinangsi, masih belum memadai baik dari segi prasarana maupun silabus dan juga sumber daya manusia, menciptakan gap yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan kualitas pendidikan diperkotaan. Dalam menghadapi globalisasi, penguasaan Bahasa asing, yakni Bahasa Inggris, merupakan hal yang sangat penting, namun pada kenyataannya dilembaga-lembaga pendidikan, kegiatan belajar mengangar mengenai mata pelajaran Bahasa Inggris belum menjadi prioritas. Sebagai pembanding, Di kota besar terdekat dari kabupaten Sumedang, yakni Bandung, menjadikan mata pelajaran Bahasa Inggris sebagai mata pelajaran wajib dari tahun pertama disekolah dasar, namun pelajar desa Cinangsi, baru diperkenalkan dengan mata pelajaran Bahasa Inggris pada kelas 4-5 sekolah dasar. Mengenai tim pengajar, tengah diwacanakan di ibukota, bahwa yang terbijak adalah menjadikan ekspatriat sebagai guru Bahasa Inggris, agar para pelajar terbiasa berkomunikasi dengan warga Negara asing, hal ini dimaksudkan agar wacana mengenai diplomasi multi-track yang menjadikan pelajar sebagai duta, dapat berjalan dengan baik. Hal ini merupakan usaha pemerintah untuk membuat saluran-saluran penghubung untuk meningkatkan devisa, melalui peningkatan jumlah investor dan visitor, namun desa CInangsi belum memaknai hal ini dengan baik. Para pengajar Bahasa Inggris merupakan pengajar lepas, yakni dnegan atau tanpa gelar sarjana Bahasa Inggris. Hal tersebut merupakan lack pemerintah untuk mewujudkan pemerataan dalam pembangunan infrastruktur dan karakter bangsa dalam menghadapi globalisasi.

Indonesia bukanlah sebuah negara Anti-Globalisasi. Paham-paham mengenai rupa serta bagaimana globalisasi bekerja,terus ditanamkan mlalui saluran komunikasi baik verbal maupun inverbal. Namun agaknya, pemaknaan terhadap globalisasi hanya mampu tembus pada sebuah lapisan minoritas dalam masyarakat. Masih banyak angka masyarakat Indonesia yang menganggap globalisasi adalah sebuah fenomena alam, terutama oleh masyarakat dengan ekonomi rendah. Ketidaktahuan ini yang menjadi penyebab utama dari timbul nya korban Globalisasi.

Seiring dengan berkembangnya era globalisasi, akses informasi skala internasional mudah didapatkan. Selayaknya teori turbulensi, globalisasi mampu menjadikan isu lokal sebagai sumber fluktuasi politik di negara yang lain. Selain ini, pertukan budaya menjadi ciri dari tidak terbatasnya dunia. Paradoksial pertukaran budaya selalu datang beriringan dengan fenomena globalisasi yang dihadapi oleh Indonesia. Ketidaktahuan masyarakat terhadap apa dan baagimana cara mengahadi era ini menghadirkan sebuah fenomena baru yakni asimilasi budaya. Percampuran antara budaya barat dan budaya lokal yang tidak disikapi dengan bijaksana, akan melunturkan nilai-nilai luhur dari keindonesiaan seseorang. Anggapan bahwa bentuk-bentuk dari globalisasi harus diaplikasikan dengan baik,mampu menghilangkan jati diri bangsa. Pola fikir ala barat, kebanggaan atas produk asing, menomorduakan karya anak bangsa, lunturnya sosok idola dari dalam negeri, tidak serta prilaku amerika/eropa sentries, adalah beberapa fakta yang dapat dilihat bagaimana sebagaian masyarakat menjadi korban dari globalisasi. Jagdish Bhagwati didalam bukunya, mengatakan bahwa globalisasi menciptakan celah ketidakadilan (Bhagwati,Jagdish 2004: p.3). Dan inilah yang menjadi dampak selanjutnya dari ketidaktahuan masyarakat terhadap globalisasi.

Mayoritas orang Indonesia yang memaknai globalisasi sebagai unboundaies world akan mendeskripsikan hal tersebut segabai sebuah fasilitas kasatmata yang dapat mempermudah urusan antar negara, namun sesungguhnya, globalisasi juga memberikan ancaman ketidakadilan bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia. Aktivitas globalisasi perdagangan dapat menjadi contoh nyata. Pevandatangan free trade area tidak menjadi sebuah keuntungan bagi Indonesia. Komoditi ekspor yang terbatas, harga yang tinggi serta negara lain yang mampu memenuhi kebutuhaannya sendiri, menjadikan potensi pasar Indonesia terkung-kung. Globalisasi pada tahap yang lebih buruk, hanya menjadikan Indonesia sebagai negara konsumen.

Only a special kind of globalization is controversial: the creation of international agreements, regional or global, that provide businesses a uniform operating environment, or something pretty close.

Di Indonesia, ketidaksiapan akan globalisasi boleh jadi disebabkan oleh kebutaan akan globalisasi itu sendiri. Kompetisi bersekala global telah berlangsung, namun akibat ketidaktahuan, sisi kompetitif masyarakat Indonesia terus tergerus oleh fikiran bahwa pemerintah diskriinatif terhadap potensi bangsa, atau lebih parahnya jika masyarakat berfikir bahwa pemerintah telah gagal memakmurkan Indonesia. Padahal inilah globalsasi, penuh persaingan dan kerjasama.

DAFTAR PUSTAKA

Keohane,Robert O(2002). Power and Governance in Partially Globalized World. Taylor and francais e-library.

Scholte, J.A (2002) Globalization : A Critical Introduction. London : Macmillan Pres LTD.

Herman, E. S. and R. W. McChesney (1997) The Global Media. the New Missionaries of Corporate Capitalism. London: Cassell.

DESA CINANGSI, MAHASISWA, DAN GLOBALISASI

Oleh: Aulia Rosdiana, 170210100096

Maraknya globalisasi dan persiapan menyongsong ASEAN Community bagi Indonesia tidak berjalan merata. Tidak seluruh masyarakat siap menghadapi ASEAN Community maupun globalisasi baik secara mental maupun pengetahuan. Seperti di Desa Cinangsi, Kecamatan Cisistu, Kabupaten Sumedang misalnya seluruh aspek kehidupan masih sangat tertinggal jika dibandingkan dengan kehidupan di perkotaan. Mulai dari bidang pendidikan, politik, hingga bidang sosial budaya di Desa Cinangsi cukup memprihatinkan. Globalisasi dan ASEAN Community yang dianggap memiliki banyak keuntungan, justru hanya menjadi sebuah bencana bagi masyarakat Desa Cinangsi.

Salah satu potensi terbesar Desa Cinangsi utnuk memenuhi perekonomian selain sektor pertanian, juga sektor peternakan. Sebagian dari masyarakat Desa Cinangsi memiliki hewan ternak sendiri seperti ayam, bebek, kambing hingga sapi yang seharusnya dapat menjadi sumber penghasilan yang besar. Khususnya bagi ternak sapi, masyarakat Desa Cinangsi memilih untuk menjadikannya sapi perah untuk diambil susunya kemudian dikonsumsi sendiri atau dijual. Namu, potensi ini tidak ditindak lanjuti sehingga menjadi sia-sia. Masyarakat perkotaan hidup dalam kemudahan mendapatkan informasi yang dapat diakses kapan saja dan dimana saja melalui internet, sedangkan bagi masyarakat Desa Cinangsi, hanya beberapa rumah saja yang bahkan memiliki internet.

Keterbatasan di Desa Cinangsi bagi masyarakatnya sendiri bukan merupakan masalah namun hanya menjadi hal yang biasa. Meskipun begitu, masyarakat tidak tertutup pada adanya perubahan. Pada beberapa peternakan sapi yang dikunjungi, semuanya menggunakan cara tradisional untuk berternak, tanpa teknologi sedikitpun. Hal ini menyebabkan kualitas dari susu yang dihasilkan tidak maksimal. Tidak ada upaya dari pihak manapun termasuk pemerintah untuk memperbaiki keadaan ini.

Kondisi diatas juga dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan yang sangat kurang. Kesadaran untuk bersekolah dan mengenyam pendidikan tinggi sangat rendah di Desa Cinangsi. Hanya ada satu PAUD dan SD di wilayah ini serta berada dalam kondisi yang mengkhawatirkan. Sebagian masyarakat cukup puas dengan mengenyam pendidikan hingga tingkat SMP atau SMA, dan hanya segelintir saja yang ingin melanjutkan hingga tingkat perguruan tinggi.

Pemahaman akan pentingnya pendidikan sebagai alat untuk memperbaiki taraf kehidupan belum banyak dimiliki oleh masyarakat Desa Cinangsi. Bahkan beberapa dari masyarakat cenderung memilih bantuan berupa uang, atau bagi peternak memilih untuk diberikan sapi daripada alat-alat untuk beternak yang sudah berteknologi tinggi. Banyak alasan yang dikemukakan salah satunya penggunaan listrik yang boros dan mahal, maka para peternak memilih dengan cara tradisional.

Hal yang harus dikhawatirkan adalah kemungkinan bersaing yang semakin tinggi sementara masyarakat Desa Cinangsi tidak menghiraukannya atau bahkan tidak mengetahuinya. Potensi yang semula dapat dikembangkan terlambat untuk diantisipasi dan Desa Cinangsi menjadi semakin tertinggal. Pada dasarnya ada banyak sekali hal yang dapat dilakukan oleh masyarakat disana diluar bantuan dari pihak lain. Misalnya pada sektor peternakan dapat dimulai dengan memperbaiki cara beternak yang tidak hanya tradisional saja namun kurang mementingkan kebersihan untuk ditingkatkan. Beternak yang semula menjadi urusan masing-masing dapat diarahkan pula menjadi bersama-sama, dan menyisihkan sebagian kecil penghasilan bersama untuk membeli alat-alat yang meningkatkan kualitas susu maupun sapi itu sendiri.

Masyarakat juga perlu diberikan pengarahan, pengetahuan dan pemahaman mengenai pengolahan susu, sehingga memungkinkan masyarakat tidak harus menjual susu dalam bentuk susu murni saja melainkan dalam bentuk olahan yang lain agar daya jual lebih tinggi. Dapat terlihat sekali masih kurangnya peran pemerintah daerah dalam kasus ini, jalinan komunikasi antara elit politik dan masyarakat cenderung terhambat dan ini dibuktikan dengan sangat minimnya pembangunan bentuk apa saja di Desa Cinangsi.

Saat ASEAN Community resmi dibuka pada 2015 mendatang, saat dimana arus globalisasi benar-benar terasa dalam ruang lingkup negara-negara ASEAN, segala bentuk barang maupun jasa akan mudah masuk dan keluar di Indonesia. Tingkat persaingan akan semakin ketat, dalam segala bidang dari mulai high politics hingga low politics tidak terkecuali bagi siapa saja. Keadaan Desa Cinangsi menjelaskan beberapa hal dalam fenomena ini. Pertama sebagai kawasan yang akan menjadi korban ASEAN Community khususnya, globalisasi pada umumnya karena kekurangan informasi, dan kedua menjelaskan bahwa Indonesia tidak benar-benar siap menghadapi ASEAN Community.

Mencoba menjalani kehidupan selama satu bulan di Desa Cinangsi, membuat peserta tersadar bahwa ada kemungkinan Indonesia terlalu banyak melakukan pencitraan, menutup mata pada keadaan dalam negeri sendiri. Bahkan peserta KKNM sebagai warga negara Indonesia harus terpaksa menerima bahwa Indonesia memiliki terlalu banyak wilayah yang harus dibangun sebelum membawa masuk era baru yang tentu saja masih asing bagi sebagian besar orang. Jika ini terus terjadi maka konsep marxisme yang paling cocok menjelaskan keadaan Indonesia, dimana yang kaya dan berkuasa semakin menjadi, sementara yang miskin tetap miskin bahkan semakin miskin.

Pembangunan yang tidak merata tidak hanya berhenti pada masa pemerintahan Soeharto, namun terjadi hingga hari ini. Sudah seharusnya pemerintah benar-benar membuka tangan dengan mudah bukan untuk teman di luar negeri tapi bagi rakyat yang menjadi kewajiban negara sendiri.

[ Gambar 1. Salah satu peternakan sapi ]

[ Gambar 2. Mencoba memerah susu sapi ]

[ Gambar 3. Memberikan Motivasi pada peserta LDKS SMP 3 Cisitu ]

JIKA AKU MENJADI GURU BAHASA SUNDA

DI SDN NANGGERANG

Oleh: Maya Erfa Tejawuri, 180210110018

Takdir Allah dan perjalanan pendidikan yang telah membawa saya sampai di desa Cinangsi. Dan selama sebualan ini saya telah menerima berbagai ilmu pengetahuan baru yang sangat berharga bagi saya. Saya tinggal dan hidup di Cinangsi yang merupakan desa pemekaran dari kecamatan Situraja dan Darmaraja. Yang letaknya berada di Kecamatan Cisitu, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Desa Cinangsi terdiri dari tiga dusun, yaitu Dusun Cikeusi yang terdiri dari RW 01 dan RW 02; Dusun Ciumpleng yang terdiri dari RW 03, RW 04, dan RW 05; dan Dusun Naggerang Baru yang terdiri dari RW 06, RW 07, dan RW 08. Desa ini dikelilingi oleh dataran tinggi dan perbukitan seluas 397.53 Ha. Tanah di desa ini diidentifikasi sebagai tanah merah dengan tekstur lempungan yang memiliki tingkat kemiringan 45 derajat. Selain itu, desa Cinangsi memiliki lahan kritis sebesar 15,00 Ha dan lahan terlantar sebesar 5,00 Ha. Pemukiman warga, persawahan, perkebunan, tempat pemakaman umum (TPU), pekarangan, taman, perkantoran dan fasilitas umum pada tanah desa Cinangsi sebagai bentuk pemanfaatan lahan. Total luas lahan berdasarkan pemanfaatnnya adalah 261,91 Ha. Akses Desa Cinangsi menuju ibu kota provinsi (pusat kota) ditempuh sejauh 70 km dengan estimasi waktu selama dua jam menggunakan kendaraan bermotor dan angkutan umum.

Lima tahun yang lalu, pusat desa berada tepat di dusun Ciumpleng. Namun disebabkan telah terjadi bencana alam yang berupa pergeseran lempengan tanah, pusat desa telah berpindah ke dusun Nanggerang Baru. Kondisi desa yang rusak parah, sudah tidak memungkinkan untuk layak pakai. Rumah-rumah pemukiman warga dan sekolah pun ikut hancur akbat bencana tersebut. Sehingga ada sebagian warga yang memutuskan pindah dari desa tersebut. Sedangkan sekolah dasar dan kantor desa yang berada di Ciumpleng telah direlokasikan ke Nanggerang Baru. Akan tetapi dengan beralihnya SD dan kantor desa, menjadikan warga Ciumpleng merasa jauh dari siapapun dan semakin hari semakin banyak warga yang rusak akibat pergeseran lempengan tanah tersebut. Tetapi sedikit demi sedikit, warga mulai dapat menerima dengan kondisi desa Ciumpleng yang seperti itu.

Dalam hal agama, ekonomi, dan pendidikan, Desa Cinangsi sedikit tertinggal. Jika ditinjau dari segi pendidikan, saya ingin sekali menjadi salah seorang tenaga pengajar di sekolah dasar nergi Nanggerang dan saya akan mengajarkan kepada mereka mengenai etika dalam budaya sunda, tatakrama, bahasa sunda, budaya sunda, dan kesenian sunda. Karena saya melihat, anak-anak sekolah dasar sedikit sekali yang memiliki etika yang baik dan benar berdasarkan tatakrama yang melekat dalam budaya sunda. Salah seorang ahli sunda mengatakan bahwa “semakin luhur kebudayaan sunda, maka akan sempurnalah bahasanya”. Dari kalimat tersebut, seharusnya saya mampu mengajarkan budaya yang baik terhadap anak-anak. Selain etika dan tatakrama, saya akan mengajarkan pula bahasa sunda yang baik dan benar. Sehingga para murid dapat mengaplikasikannya pada keseharian mereka.

Setelah saya tinjau, anak-anak desa Cinangsi kebanyakan menggunakan bahasa sunda yang kurang sopan (banyak menggunakan bahasa sunda kasar), penggunaan bahasa yang kurang baik tersebut, dapat menyebabkan dampak yang kurang baik bagi mereka sendiri. Salah satu contohnya yaitu akan membawa dampak pada kebiasaan yang kurang baik sampai mereka dewasa. Hal ini mungkin disebabkan karena kurangnya kedisiplinan di sekolah dan kurang pekanya guru bahasa sunda terhadap anak-anak mengenai hal etika dan bahasa tersebut. Satu hal yang membuat hati saya menangis yaitu saat anak-anak sekolah dasar negri Nanggerang, ternyata sangat sedikit mengenal kebudayaan dan kesenian sunda. Padahal, di Cinangsi terdapat sebuah kelompok kesenian sunda yang telah berdiri sejak lama. Dan ternyata, dalam hal kesenian sunda, sebenarnya SD Cinangsi telah lama membudayakan kesenian sunda diantaranya mengajarkan calung, gamelan, kendang, dan goong. Akan tetapi dikarenakan guru keseniannya sudah tidak mengajar lagi, sehingga tidak ada penggantinya. Hal itulah yang menyebabkan fakumnya pengajaran kesenian sunda di sekolah tersebut.

Jika saya dapat menjadi guru bahasa sunda di SD Cianangsi, hal pertama yang akan saya perbaiki yaitu dari segi bahasa dan tatakrama anak-anak. Meskipun hal tersebut jika di lihat akan sangat sulit, akan tetapi dengan tekat dan kekuatan yang saya miliki dan dengan respon yang baik, akan menghasilkan hasil yang baik pula. Selain mengajarkan anak-anak di dalam kelas formal, saya pun akan membuka kelas terbuka untuk siapa pun yang ingin belajar bahasa sunda di luar jam sekolah. Saya ingin mengajarkan bahasa sunda dengan cara mendongeng. Karena, yang saya lihat anak-anak desa Cinangsi sangat tertarik dengan hal yang berbau dongeng. Baik itu dongeng, legenda, dan cerita, respon yang mereka berikan sangat baik.

Dari hal tersebut, mungkin saya akan sedikit membantu pada perkembangan etika anak yang akan berpengaruh pada keseharian mereka, baik di lingkungan sekolah, teman-teman sepermainnya, maupun di dalam keluarganya. Setelah hal tersebut sedikit demi sedikit tercapai, saya akan mengajarkan budaya sunda, salah satunya yaitu dalam segi kesenian. Saya akan mengenalkan berbagai jenis alat musik sunda dengan meminta bantuan dari para pemuda karang taruna yang telah bergabung dalam grup Balakecrak (grup kesenian sunda di desa Cinangsi). Sehingga para pemuda karang taruna dan saya dapat bekerja sama dalam melestarikan kesenian sunda yang telah ada di Cinangsi dan juga dengan hal tersebut akan berdampak baik pada pelestarian yang baik, karena adanya generasi baru dalam pelestarian kesenian sunda.

Saya berharap, jika impian saya tersebut terwujud, saya mampu memperbaiki sedikit demi sedikit desa Cinangsi terutama anak-anak SDN Nanggerang. Dan saya mampu memberikan ilmu yang saya peroleh di bangku perkulihan ini dapat tersampaikan dengan sebaik-baiknya, sehingga saya pun akan memperoleh ilmu pengetahuan yang baru mengenai dunia pendidikan dan kemanusiaan.

SENI, SUNDA DAN KESENIAN CINANGSI:

Jika Aku Menjadi Pelestari Seni Sunda

Oleh: Seni Melia Rani, 180210110034

Cinangsi adalah sebuah desa dengan mayoritas penduduk di dalamnya adalah suku Sunda. Desa ini terletak di kecamatan Cisitu, kabupaten Sumedang. Ia merupakan desa pemekaran dari kecamatan Situraja dan Darmaraja. Desa ini berada di dataran tinggi/ pegunungan dengan luas 397.53 Ha. Tanah di desa ini, diidentifikasi sebagai tanah merah dengan tekstur lempungan yang memiliki tingkat kemiringan 45 derajat. Selain itu, desa Cinangsi memiliki lahan kritis sebesar 15,00 Ha dan lahan terlantar sebesar 5,00 Ha. Pemukiman warga, persawahan, perkebunan, tempat pemakaman umum (TPU), pekarangan, taman, perkantoran dan fasilitas umum pada tanah desa Cinangsi sebagai bentuk pemanfaatan lahan. Total luas lahan berdasarkan pemanfaatnnya adalah 261,91 Ha. Akses desa Cinangsi menuju ibu kota provinsi (pusat kota) ditempuh sejauh 70 Km dengan estimasi waktu selama 2 jam menggunakan kendaraan bermotor dan angkutan umum. Dengan tingkat kemiringan tanah sebanyak 45 derajat desa ini memiliki potensi bencana pergeseran lempengan tanah.

Meskipun desa ini sering mengalami pergeseran lempengan tanah yang menyebabkan rumah retak bahkan hancur namun potensi budaya yang terdapat di desa Cinangsi ini sebetulnya sangat banyak jika ditinjau dari 7 unsur budaya yang ada, yakni segi kebahasaan, ilmu pengetahuan, sistem sosial, sistem kepercayaan, mata pencaharian, teknologi dan kesenian. Namun dari tujuh unsur budaya tersebut, salah satu yang paling menonjol di desa ini adalah kesenian. Di desa ini ada seorang tokoh yang bernama Entis Tisna, beliau adalah seorang ketua karang taruna sekaligus merupakan tokoh yang sangat berkontribusi dalam melestarikan budaya sunda di desa Cinangsi ini, masyarakat di desa ini lebih akrab menyapanya dengan sebutan Eyang Emprud. Beliau memiliki grup kesenian yang diberi nama “Balakecrak”, pengelolanya adalah anggota dari karang taruna, namun anggota grup itu sendiri terdiri dari beberapa desa yang ada di Sumedang, sehingga sebetulnya grup ini bukanlah grup desa Cinangsi, tetapi grup ini besar dan membawa harum nama desa Cinangsi. Eyang Emprud adalah tokoh yang dihormati masyarakat, tutur katanya yang halus, mimik wajah yang teduh dan tingkah laku yang baik sangat mencerminkan 3 ciri orang Sunda.

Grup Balakecrak sendiri merupakan gabungan dari beberapa alat musik tradisional seperti gamelan, calung, dan diiringi pula dengan alat musik modern yaitu organ tunggal. Grup ini tidak hanya dikenal oleh masyarakat desa Cinangsi, tetapi sudah merambah luar kota seperti Surabaya, Batam, bahkan grup ini pernah menjadi musik pengiring di kapal ferri Merak-Bakahauni. Mereka tidak pernah mempersoalkan masalah pembayaran, berapa pun bayarannya selama mereka bisa bermain dan menghibur itu saja sudah sangat cukup. Balakecrak menurut kamus besar bahasa Sunda Danadibrata (2009) adalah récok, bala. Artinya berantakan sambil banyak berbicara. Menurut Eyang Emprud sendiri arti Balakecrak dibentuk dari kata bala dan écrak-écrakan, yang berarti makan di mana pun asal bersama-sama, sekalipun di tempat yang berantakan.

Saya merasa sangat bangga dengan ketulusan hati dan tujuan grup tersebut dalam memainkan alat musik tradisional, mereka tidak hanya berasaskan materi namun bertujuan untuk menghibur masyarakat dengan alat musik tradisional sunda. Hanya saja yang masih menjadi masalah adalah penerus dari tujuan itu, menurut aturan yang berlaku, keanggotaan karang taruna memang dimulai dari usia 17 tahun hingga 45 tahun, namun pada kenyataannya karang taruna yang masih aktif berusia kira-kira 30 tahun ke atas, bahkan Eyang Emprud sendiri berusia lebih dari 45 tahun. Begitu pun dengan anggota Balakecrak yang terdiri dari pemuda berusia 30 tahun-an. Respon masyarakat dan pemerintah desa terhadap grup ini memang cukup baik, akan tetapi keinginan untuk belajar memainkan alat musik tradisional masih minim. Sesungguhnya sudah ada upaya untuk mengajarkan anak-anak sekolah dasar bermain alat musik tradisional, namun semenjak 1 tahun lalu guru kesenian yang ada dimutasikan kerja sehingga tidak ada lagi guru yang mengajarkan anak-anak bermain alat musik lagi. Ditambah lagi kini anak-anak lebih senang memainkan gadget, teknologi merubah cara bermain anak-anak, anak-anak jaman dulu dan jaman sekarang tentu berbeda, hal itu lah yang menjadi salah satu faktor di mana keinginan anak-anak untuk berlatih memainkan musik sangat minim jika dibandingkan dengan memainkan gadget atau game online.

Jika saya menjadi Eyang Emprud, saya akan tetap mempertahan kinerja yang selama ini sudah berjalan dengan sangat baik, tetapi mengingat perkembangan jaman yang sangat pesat, tahun demi tahun silih berganti dengan singkat, untuk itu saya akan berusaha untuk mengajarkan anak-anak bermain alat musik sunda atau mengajarkan mereka menari, dan yang paling penting adalah memberikan pengertian dan penjelasan kepada anak-anak akan pentingnya melestarikan budaya sendiri. Atau jika saya memiliki keterbatasan untuk melatih, saya akan menjadi fasilitator, seperti menyediakan tempat atau padepokan untuk belajar menari, menyanyi dan bermain musik, sementara untuk pelatihnya akan saya ambil dari anggota Balakecrak yang sudah ada, ilmu yang mereka miliki harus segera diamalkan pada generasi muda sebelum akhirnya terlambat diturunkan dan akhirnya lenyap hanya menyisakan sejarah.

Sebagai seorang mahasiswi yang menuntut ilmu pada program studi sastra Sunda, hati saya tentu merasa tergerak untuk membantu mencintai budaya tanah kelahiran saya sendiri. Melihat deretan calung yang tersusun di rumah Eyang Emprud, tinggi harapan saya untuk mengenalkannya pada adik-adik saya, pada semua orang yang belum mengenalnya sebagai sebuah produk budaya Sunda.

Melihat Eyang Emprud yang kini sudah tak muda lagi, sebagai seorang pemilik bengkel, dan suami dari seorang istri yang mempertanyakan manfaat dari kesenian ini, beliau tetap berusaha memegang teguh harapannya untuk selalu menghibur masyarakat manapun dengan seni sunda ini.

Kelak Eyang Emprud akan lelah, mungkin akan meminta anak-anaknya untuk melanjutkan harapannya atau meminta orang lain terus melanjutkannya, tapi saat masa itu tiba semoga seni sunda Cinangsi sudah dikenal orang banyak dan semoga saya bisa menjadi bagian dari yang mengenalkan seni sunda ini pada mata dunia.

“... teundeun di handeuleum hieum,

tunda di hanjuang siang,

paragi nyokot ninggalkeun,

dituruban ku mandepun,

diwadahan cupu manik astagina,

diteundeun dililiwatan,

dibuka ku nu ngaliwat,

anu weruh ka semuna,

anu apal ka basana,

anu rancagé haténa,

anu rancingas rasana,

dibuka patinghaleuang,

putra putu tigang éwu,

bangawan sawidak lima,

nu ménta dilalakonkeun....”

DAFTAR PUSTAKA

Danadibrata, R.A. 2009. Kamus Basa Sunda R.A. Danadibrata. Bandung: PT Kiblat Buku Utama.

Suryalaga, H.R. Hidayat. 2010. Kasundaan Rawayan Jati. Bandung: Yayasan Nur Hidayah.

JIKA AKU MENJADI ANGGOTA KARANG TARUNA

Oleh: Rudini Hadi Wibowo, 180210110048

Desa Cinangsi adalah desa yang mempunyai angota karangtaruna yang sangat baik dalam bidang budaya, terutama dalam bidang kebudayaan yang menyakut dengan kesundaan. Namun di desa Cinangsi banyak pula anak-anak muda yang kurang memperhatikan, mencintai dan merasa bangga akan budayanya sendiri yang di kenal "Balakecrak". Salah satu kesulitan di desa Cinangsi ini karena muda-mudi dan anak-anak belum merasa peduli dan bangga Akan budaya desanya sendiri ini.

Salah satu potensi dari desa Cinangsi adalah budayanya, sebetulnya sangat banyak bukan hanya kesenian saja yang menonjol, akan tetapi ada beberapa dari pertanian dan peternakannya. Cinangsi terkenal juga akan peternakannya yang menghasilkan susu sapi terbaik. Ada pula dalam hal pertaniannya seperti lahan persawahan yang sangat banyak dan luas, desa Cinangsi pun sebenarnya dalam hal pertanian sangat lah baik. Desa Cinangsi mempunyai lahan yang sangat luas untuk lahan pertanian sebetulnya, akan tapi di desa Cinangsi ini memang ada beberapa kendala, seperti lahan-lahan yang terditeksi tanah yang labil dan mengalami longsor.

Karang taruna desa Cinangsi sebetulnya sangat lah berpotensi untuk membuat dan membangun lahan pekerjaan untuk mereka sendiri. Dalam salah satu hal yang paling menonjol dalam karang taruna di desa Cinangsi ini adalah keseniannya. Ada pun seorang ketua karang taruna yang sekaligus tokoh yang melestarikan kesenian sunda di desa Cinangsi ini. Beliau bernama Entis Tisna, beliau sangat memperhatikan dan peduli akan kesenian sunda di desa Cinangsi terutama “Balakecrak”. “Balakecrak” adalah nama dari grup kesenian sunda yang ada di desa Cinangsi, grup “Balakecrak” ini dikelola oleh anggota dari karang taruna sendiri, akan tetapi anggota grup ini sendiri terdiri dari beberapa desa yang ada di Sumedang, sehingga sebetulnya grup ini bukanlah grup desa Cinangsi yang seutuhnya, kesenian ini sendiri telah membawa harumm nama desa Cinangsi.

Dalam kesenian ini sendiri menggabungankan beberapa alat musik tradisional seperti gamelan, calung, dan di iringi pula dengan alat musik modern yaitu organ tunggal. Grup ini tidak hanya dikenal oleh masyarakat di desa Cinangsi saja, akan tetapi grup ini sudah merambah ke luar kota seperti Batam, Surabaya, dan bahkan grup kesenian musik sunda ini pernah menjadi musik pengiring di kapal ferri Merak-Bakahauni. Dalam masalah pembayaran mereka tidak pernah mempersoalkannya, seberapapun besar bayarannya selama mereka bias bermain dan menghibur itu saja sudah sangat cukup bagi mereka.

Oleh karena itu saya merasa sangat kagum, namun di desa Cinangsi sendiri para muda-mudi dan anak-anak kurang menyukai budayanya sendiri dan ditambah dengan angota karang taruna yang sudah menua, dan mereka berpikir akankah masi ada muda-mudi di desa ini yang peduli akan kesenian di desanya sendiri. Ditambah lagi dengan tidak adanya pendopo kesenian di desa Cinangsi ini, usaha karang taruna dalam hal membujuk dan mengajak anak-anak agar belajar kesenian ini masih kurang ditanggapi oleh anak-anak. Akan tetapi masyarakat dan pemerintah desa sangat mendukung akan hal kesenian sunda yang satu ini.

Jika saya menjadi anggota dari karang taruna di desa Cinangsi saya akan membuat kesenian sunda disenangi dahulu oleh kalangan muda-mudi dan anak-anak, saya akan tetap mempertahan kan kinerja dalam melestarikan budaya sunda yang berada di desa, sebenarnya sudah bisa dikatakan baik, para karang taruna telah berusaha untuk melestarikan budaya sunda di desa ini, jika guru pengajar kesenian sudah tidak ada lagi seharusnya para anggota karang taruna di Cinangsi siap untuk mengajarkan terhadap muda-mudi dan anak-anak di desanya sendiri. Dengan cara yang membuat mereka tidak tertekan dan bosan saat mereka belajar, setelah itu jika saya menjadi anggota karang taruna saya akan mengajak anak-anak bermain sambil bermain, menuruti kesenangan mereka ter dahulu, dan mengambil perhatian dari mereka. Kemudian membuat para muda-mudi dan anak-anak merasa bangga akan kesenian di desa sendiri, membuat mereka tidak merasa malu ataupun gengsi akan kesenian sunda. Dengan cara pertama saya akan membuat pentas seni ke sundaan atau perlombaan tentang kesenian sunda.

Jika saya menjadi salah satu anggota karang taruna, saya akan mengajak anggota karang taruna terlebih dahulu untuk membuat acara seperti pentas seni kesundaan itu. Mengemasnya terlihat mengasikan dan elegan seperti halnya dengan musik-musik yang mereka sukai. Tidak hanya anggota karang taruna saja yang harus di ajak untuk membuat mereka sadar akan baiknya kesenian sunda itu sendiri, akan tetapi saya akan membuat masyarakat terlibat di dalamnya.

Dan karena saya sebagai seorang mahasiswa yang menuntut ilmu pada program studi sastra sunda, tentu saya akan mencintai budaya saya sendiri yaitu budaya Sunda. Tentu saya sendiri akan ikut mengenalkan dan mempelajarinya agar kesenian sunda ini terawat dengan baik. Dengan demikian mungkin tindakan saya sebagai masyarakat sunda bisa membuat masyarakat sunda lainnya bangga akan hal kesundaan yang mereka miliki.

JIKA AKU MENJADI KETUA KARANG TARUNA

DI DESA CINANGSI

Oleh: Alwin Firdaus Wallidaeny, 180410100060

Berawal dari bencana alam yang menimpa desa ini pada beberapa tahun silam. Banyak saudara saya yang menjadi korban baik kerugian materil maupun moril mereka alami, tetapi saya masih bisa melihat ketegaran di wajah mereka. Tanah longsor yang menimpa 500 kepala keluarga di dusun ciumpleng hanya menyisakan barang kesayangan yang bercampur tanah lumpur dan duka. Dengan gerak respon cepat pemerintah daerah dan desa bantuan tempat tinggal sementara dan logistik makanan dapat diterima warga secara berangsur. Pemerintah desa langsung mencari lahan tempat tinggal pengganti rumah mereka yang kini menjadi rata dengan tanah. Setelah proses pencarian dan pemindahan tempat tinggal yang memakan waktu yang tidak sebentar akhirnya 500 kepala keluarga bersedia pindah ke dusun jeungjing di desa tetangga, Linggajaya.

Dampak sosial dan ekonomi sangat terasa hingga kini setelah lima tahun berselang peristiwa bukti kekuasaan tuhan tersebut. Banyak warga yang masih trauma untuk bercocok tanam di kebun mereka Karena takut hanya memanen lumpur. Namun tidak demikian dengan para pemuda di desa ini, meskipun minim sumber daya manusia usia produktif akibat tergiur besarnya penghasilan di kota, beberapa pemuda dsetiap dusun mulai sadar akan pentingnya pembangunan desa cinangsi ini. Dengan pendidikan formal semampunya, rata-rata tamatan SMA, para pemuda disini setidaknya memiliki usaha bengkel yang dimiliki karang taruna sebagai bentuk kemandirian dan pembangunan ekonomi meskipun tidak signifikan.

Langkah saya Sebagai ketua karang taruna, saya mencoba menyadarkan kembali para pemuda di desa ini akan pentingnya ilmu pengetahuan dan keseimbangan alam. Sebab perkembangan dan kemajuan desa ini harus berbanding lurus dengan peningkatan sumber daya pemudanya. Memang keaadaran pemuda disini akan pentingnya hal tersebut sangatlah minim, namun dengan cara berikut diharapkan bisa membawa maju kepemudaan di desa ini. Pertama, terlepas dari kompleksnya pendidikan di desa ini saya ingin menyadarkan para pemuda dengan mulai membaca buku, baik buku fiksi maupun non-fiksi untuk menstimulus kreatifitas dan daya imajinasi desa ini. Seperti kata albert Einstein "imagination is more important than knowledge" daya imajinasi pemuda bisa menyulut api kecil pergerakan perubahan desa. Kemauan membaca ini tidak serta merta akan terlaksana bila dipaksakan, maka untuk itu gedung karang taruna desa ingin saya sulap jadi taman bacaan.

Selain itu trauma penduduk terhadap perubahan alam sebisa mungkin dihilangkan sejak dini, karena ditakutkan menjadi budaya yang diturunkan. Misalnya larangan menanam bentuk hasil bumi yang ditakutkan memicu marahnya bumi atau bentukan lain yang senada dengan kepercayaan kuno. Hal tersebut bisa saja terjadi apabila trauma terhadap bencana alam diturunkan. Maka semoga saja dengan mengajak para pemuda menanam pohon di gunung sekitaran desa bisa membantu mengurangi trauma warga. Selain manfaat yang sudah disebutkan, penanaman pohon bernilai ekonomis bagi pembangunan desa contohnya penanaman pohon kiteja yang bisa dipanen setelah lima atau sepuluh tahun ditanam, juga membantu penyimpanan air gunung sekitaran desa sehingga mengurangi potensi longsor disekitaran desa.

Dua hal di atas saya anggap penting dan bermanfaat yang setidaknya memberi perubahan terhadap desa ini meskipun tidak mungkin saja signifikan. Maka dari itu Karang Taruna sebagai organisasi penampung kreatifitas pemuda juga akan turut membantu program yang dicanangkan pemuda selama tidak keluar dari regulasi dan bermanfaat bagi desa.

Selanjutnya mengenai budaya dan era globalisasi yang menghimpit hingga ke pedesaan saya sebagai ketua karang taruna mencoba menghidupkan kembali kesenian daerah seperti calung atau gamelan yang mulai diabaikan oleh para pemuda. Dan sebagai stimulus untuk menarik minat pemuda, calung dan gamelan dicoba di-medley-kan dengan lagu barat. Berkaitan dengan desa sebelah, Linggajaya, memiliki potensi wisata dari tempat paralayang yang levelnya sudah mendunia keahlian berkomunikasi dengan turis mancanegara sepertinya perlu dibina sejak dini kepada generasi muda di desa ini dengan mengenalkan bahasa inggris yang aplikatif.

Desa cinangsi yang berada di atas tanah labil berpotensi longsor mungkin terkesan sebaiknya ditinggalkan. Tetapi kecintaan warga terhadap tanah kelahirannya menjadikan saya ingin membantu membangun desa ini melalui organisasi kepemudaan, Karang Taruna.

JIKA AKU MENJADI SEORANG PETERNAK

Oleh: R. Faisal Hilmi, 200110110097

Saya R. Faisal Hilmi, seorang mahaasiswa Fakultas Peternakan angkatan 2011. Saya telah melakukan KKNM-PPMDB Integratif di Desa Cinangsi, Kecamatan Cisitu Kabupaten Sumedang. Disini saya bersama 16 orang mahasiswa lainnya dari berbagai fakultas yang berbeda tinggal dalam satu rumah dan bekerja sama dalam menjalani program KKNM- PPMDB integratif ini selama 30 hari. Pada KKNM-PPMDB Integratif 2014 ini para mahasiswa dituntut untuk dapat belajar dari masyarakat setempat melalui kegiatan-kegiatan yang diadakan di desa terkait. Mahasiswa selaku peserta KKNM-PPMDB Integratif 2014 melakukan observasi dan melakukan analisis terhadap berbagai aspek, yaitu aspek politik, aspek agama, aspek pendidikan, aspek kesehatan, aspek sosial-budaya dan aspek ekonomi. Selama program KKNM ini selain belajar dari masyarakat justru menurut saya disini saya banyak belajar sikap saling menghargai dan menghormati orang lain selama satu bulan hidup dengan orang lain yang tidak saya kenal sebelumnya, saya juga belajar bekerja sama dengan orang lain sebagai satu tim.

Cinangsi adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Cisitu, Kabupaten Sumedang. Kecamatan ini merupakan desa pemekaran dari kecamatan Situraja dan Darmaraja. Kecamatan ini terdiri dari 10 desa, 8 desa dari Kecamatan Situraja dan 2 desa dari Kecamatan Darmaraja. Desa ini dengan memiliki luas 397.53 Ha yang berada di dataran tinggi. Desa Cinangsi memiliki lahan kritis sebesar 15,00 Ha dan lahan terlantar sebesar 5,00 Ha. Pemukiman warga, persawahan, perkebunan, tempat pemakaman umum (TPU), pekarangan, taman, perkantoran. Total luas lahan berdasarkan pemanfaatnnya adalah 261,91 Ha. Desa ini memiliki 3 dusun yaitu, dusun Nanggerang, dusun Ciumpleng, dan dusun Cikeusi yang terdiri dari 8 RW. Jarak desa Cinangsi menuju pusat kota Sumedang sekitar 20 Km dengan estimasi waktu selama 15 menit menggunakan kendaraan bermotor. Dengan tingkat kemiringan tanah sebanyak 45 derajat desa ini memiliki potensi bencana pergeseran lempengan tanah.

Walaupun Cinangsi ini sering mengalami pergeseran lempengan tanah yang menyebabkan rumah retak bahkan hancur namun potensi peternakan yang terdapat di desa Cinangsi ini sebenarnya sangat besar karena terdapat sekitar 300 ekor sapi perah berada di Desa Cinangsi ini. Di desa ini terdapat kelopok tani yang masih aktif dengan nama Marga Jaya. Ketua kelompok tani tersebut yaitu Bapak Ahmad. Kelompok tani ini terdiri dari 47 anggota dengan 47 kandang. Masing-masing anggota memiliki sapi perah dari 5 sampai 10 ekor di setiap kandang. Dengan populasi sapi perah yang begitu besar, maka desa ini sangat berpotensi untuk menghasilkan susu murni. Selain susu murni, sapi perah bisa menghasilkan daging dan kulit jika sapi tersebut sudah tidak produktif, serta menghasilkan pupul kandang yang berasal dari kotoran ternak. Hasil dari ternak perah tersebut dipasok ke koperasi Tandang sari yang berada di Tanjung sari Sumedang untuk dijual kembali ke warga sekitar. Kegiatan ini dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk desa Cinangsi yang bermatapencaharian sebagai peternak. Sebagai peternak sapi perah, sangat diperlukan ketekunan dan menejemen yang baik dalam pemeliharaan ternak tersebut. Untuk menghasilkan susu yang berkualitas baik dibutuhkan perhatian yang khusus untuk pakan ternak, kebersihan kandang, dan menejemen pemeliharaan yang baik.

Jika aku menjadi peternak di desa tersebut. Dengan bidang ilmu yang aku tekuni dari kuliah di Universitas Padjadjaran, Fakultas Peternakan. Pertama yang akan aku lakukan yaitu memberikan contoh kepada peternak lain untuk mengolah pakan hijauan menjadi hijauan yang diawetkan seperti silase, hay dan sejenisnya yang dapat bertahan lama jika disimpan tanpa mengalami penurunan yang besar terhadap kandungan nutrisi yang ada pada hijauan . Karena di desa ini, menurut peternak setempat, jika musim kemarau, hijauan di desa ini sangat sulit didapat. Selain bertujuan untuk mengawetkan bahan pakan, proses pengawetan ini dapat meningkatkan palatabilitas (tingkat kesukaan ternak terhadap bahan pakan) hewan ternak, sehingga dapat mengkonsumsi bahan pakan lebih banyak dan dapat memproduksi susu yang lebih tinggi. Selain itu, kebersihan kandang harus lebih diperhatikan. Kandang harus dibersihkan menggunakan air minimal 2 kali sehari agar kandang tetap terjaga kebersihannya. Karena jika kandang kotor dapat menimbulkan penyakit dengan mudah contohnya seperti penyakit mastitis yang sering terjadi pada sapi perah. Terdapat hal lain yang harus diperhatikan, yaitu limbah. Limbah merupakan sisa hasil produksi peternakan. Limbah dapat berupa padat dan cair seperti feses dan urin. Limbah ini dapat mencemari lingkungan jika hanya dibuang ke tempat sekitar. Limbah dapat menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi yang lebih jika diproses terlebih dahulu. Contohnya pupuk organik padat, pupuk organik cair, kompos dan vermikompos. Namun untuk menjadi semua dibutuhkan proses pengomposan untuk menyeimbangkan kandungan C/N rasio agar tidak mencemari lingkungan sekitar. Proses pengomposan ini butuh waktu yang panjang tergantung skala limbah yang akan diproses.

Hal tersebut dapat membantu menyuburkan tanah di desa Cinangsi. Desa yang memiliki potensi yang besar membuatku berandai aku menjadi peternak di desa Cinangsi untuk menjadikan Cinangsi menjadi lebih baik di bidang peternakan.

JIKA AKU MENJADI PUSTAKAWAN SEKOLAH DASAR

DESA CINANGSI

Oleh : Yustieva AK, 210210110046

KKNM-PPMD Integratif Universitas Padjadjaran menempatkan saya di salah satu Desa di Kabupaten Sumedang yaitu Desa Cinangsi Kecamatan Cisitu. Masyarakat, sebagai subjek dari program KKNM-PPMD Integratif, memiliki kedudukan yang berbeda bagi mahasiswa dan bagi dosen. Bagi mahasiswa, masyarakat merupakan sumber belajar yang dapat memberikan pengetahuan yang sangat banyak mengenai berbagai hal, baik yang berkaitan dengan bidang keilmuan yang sedang dipelajarinya maupun yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat.

Desa Cinangsi adalah salah satu desa yang terletak di kecamatan Cisitu, kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Desa Cinangsi berada didataran tinggi/pegunungan dengan luas 397.53 Ha. Tanah di desa ini, diidentifikasi sebagai tanah merah dengan tekstur lempungan yang memiliki tingkat kemiringan 45 derajat. Selain itu, desa Cinangsi memiliki lahan kritis sebesar 15,00 Ha dan lahan terlantar sebesar 5,00 Ha. Berdiri pemukiman warga, persawahan, perkebunan, tempat pemakaman umum (TPU), pekarangan, taman, perkantoran dan fasilitas umum pada tanah desa Cinangsi sebagai bentuk pemanfaatan lahan. Total luas lahan berdasarkan pemanfaatnnya adalah 261,91 Ha. Akses desa Cinangsi menuju ibu kota provinsi (pusat kota) ditempuh sejauh 70 Km dengan estimasi waktu selama 2 jam menggunakan kendaraan bermotor dan angkutan umum.

Wilayah desa cinangsi di bagi ke dalam 3 dusun yaitu Dusun Cikeusi yang terdiri dari RW 01 dan RW 02, Dusun ciumpleng terdiri dari RW 03, RW 04, dan RW 05, Dusun Nanggerang Baru terdiri dari RW 06, RW 07, dan RW 08.

Mayoritas warga cinangsi merupakan tamatan sekolah dasar (SD) dan sederajat. Kuantitas bangunan sekolah cukup memadai, namun kualitas infrastruktur dan fasilitas belum memadai. Dengan adanya program pemerintah wajib belajar 9 tahun, warga desa Cinangsi mulai memberikan perhatian terhadap pendidikan. Tetapi kurangnya motivasi belajar dan tingkat atraktivitas silabus serta sarana penunjang pendidikan merupakan kendala dalam meningkatkan pendidikan didesa Cinangsi.

Di dusun Nanggerang terdapat 1 sekolah dasar yaitu SD Nanggerang yang letaknya berdekatan dengan kantor desa dan posyandu desa. Ada pula SMPN 3 Cisitu yang letaknya di RT 01 RW 06.Juga PAUD Miftahul Khoer yang letaknya masih berstatus menumpang di salah satu ruang kelas SD Nanggerang. Sementara itu SD Pabuaran yang dulunya berada di dusun Ciumpleng, sejak tahun 2010 di relokasi ke desa Linggajaya dikarenakan bencana pergeseran lempengan tanah yang terjadi tahun 2012 lalu.

Dari sejumlah sekolah yang terdapat di Desa Cinangsi, kendala utama adalah kurangnya minat baca siswa dan memahami informasi yang di sampaikan. Tidak maksimalnya media penyamapaian informasi menyebabkan kurangnya pengetahuan yang di dapat oleh para siswa. Perpustakaan sekolah adalah salah satu sumber informasi sebagai bahan belajar warga sekolah guna mendukung kegitan belajar mengajar  yang terdepan sebagai investasi sumber daya pengetahuan yang cukup lengkap.

Melihat beberapa kendala dalam manajemen informasi yang terdapat di lembaga pendidikan Desa Cinangsi, jika saya menjadi pustakawan atau ahli Informasi yang memiliki tugas mencari, mengolah, dan menyebarluaskan kembali informasi yang di butuhkan oleh seluruh warga sekolah, saya akan lebih mengorganisasikan informasi yang ada sehingga informasi yang di dapat lebih tepat dan sesuai kebutuhan warga khususnya warga sekolah. Sebagai pustakawan yang profesional saya berusaha Memberikan layanan kepada civitas akademika dan pengguna perpustakaan secara luas, dan ikut merealisasikan visi misi serta suksesnya program utama perpustakaan sekolah yaitu sebagai pusat belajar ilmu pengetahuan seluruh warga sekolah. Sesuai dengan ilmu yang saya pelajari yaitu Ilmu Informasi dan Perpustakaan, saya ingin meningkatkan kualitas pengetahuan yang dimiliki oleh warga sekolah sesuai informasi yang telah mereka dapat dengan melakukan pengembangan-pengembangan perpustakaan yang ada. Beberapa hal yang dapat saya terapkan untuk meningkatkan kualitas seluruh warga sekolah seperti berikut :

· Menyediakan atau menambahkan buku-buku pengetahuan sebagai bahan ajar bagi guru dan sumber bacaan bagi siswa

· Mengembangkan minat, kemampuan, dan kebiasaan membaca khususnya serta mendayagunakan budaya tulisan, dalam berbagai sector kehidupan

· Mengembangkan kemampuan mencari dan mengolah serta memanfaatkan informasi sesuai dengan yang mereka butuhkan

· Mendidik siswa agar memelihara dan memanfaatkan bahan pustakan secara tepat guna dan berhasil guna

· Meletakkan dasar kearah proses pembelajaran mandiri

· Memupuk dan mengembangkan minat dan bakat siswa sesuai dengan kemampuan pribadi siswa

· Menumbukan penghargaan siswa terhadap pengalaman imajinatif

· Mengembangkan kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi atas tanggungjawab dan usaha sendiri

· Mengembangkan kemampuan berpikir siswa secara kreatif dan inovatif dalam memecahkan masalah yang di hadapi

· Membantu siswa, guru, dan staf sekolah dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dari hal-hal yang akan di terapkan pada perpustakaan sekolah di atas, terdapat beberapa program perpustakaan yang dapat mendukung perkembangan perpustakaan yaitu :

· Pengembangan Organisasi dan Sumber Daya Manusia

· Pengembangan Sumber Daya Informasi Tercetak dan Eletronik

· Pengembangan Layanan-layanan prima berbasis internet

· Melaksanakan layanan perpustakaan berbasis ICT

· Mengelola informasi serta menyebarluaskan informasi

· Mewujudkan qualitas dan quantitas buku bacaan dan referensi

· Melayani semua warga sekolah dengan layanan prima

· Menerapkan administrasi pustkana yang professional dan akuntabel.

Maka dari itu saya berharap keaktivan para warga sekolah guna mendukungprogram yang telah saya rencanakan. Diharapkan para siswa-siswi, staff pengajar, bisa menjadi individu yang memiliki banyak pengetahuan baik akademik maupun kehidupan sehari-hari karena adanya perpustakaan yang mendukung. Sehingga Desa Cinangsi akan menciptakan warga dan anak-anak bangsa yang cerdas, tidak mudah di pengaruhi oleh orang-orang atau lembaga yang merugikan masyarakat Desa Cinangsikarena banyaknya pengetahuan dan kebutuhan informasi mereka yang terpenuhi.

JIKA AKU MENJADI PEMBUDIDAYA IKAN

DI DESA CINANGSI

Oleh : Rijal Abdullah, 230110100128

Selama satu bulan penuh saya hidup dan bermasyarakat di Desa Cinangsi. Hal tersebut membuat saya mengetahui potensi dan permasalahan yang ada di Desa Cinangsi. Potensi yang dimiliki oleh Desa Cinangsi terdiri dari beberapa sektor yaitu sektor pertanian, peternakan dan perikanan. Permasalahan paling utama di Desa Cinangsi yaitu tanah yang labil. Tanah yang labil ini adalah tanah yang sering mengalami pergerakan setiap tahunnya. Desa cinangsi ini termasuk desa yang rawan bencana, misalnya seringnya terjadi longsor pada daerah ini atau pergeseran lempengan tanah yang menyebabkan kerusakan rumah warga, lahan yang dijadikan tempat bercocok tanam, maupun infrastruktur desa.

Tanah labil yang ada di Desa Cinangsi dipergunakan oleh warga saat ini untuk menanam padi. Hal ini sangat mengkhawatirkan, karena tanah yang labil lebih baik dipergunakan untuk menanam tanaman tahunan bukan untuk pertanian. Tanah yang labil apabila dipergunakan untuk pertanian, suatu saat dapat terjadi longsor. Mungkin karena di Desa Cinangsi masih memegang erat adat istiadat, maka mata pencaharian bertani tidak bisa ditinggalkan.

Desa Cinangsi memiliki potensi yang besar pada sektor pertanian dan peternakan, melihat dari banyaknya sawah dan peternakan sapi. Mayoritas masyarakat Desa Cinangsi bekerja di pertanian dan peternakan, akan tetapi kehidupan masyarakat Desa Cinangsi masih kurang dari segi materi. Hal tersebut menjadi masalah besar bagi masyarakat dan pihak pemerintah desa. Pada bidang perikanan tidak berkembang dikarenakan lahan yang tidak sesuai dengan syarat.

Jika saya menjadi pembudidaya ikan di Desa Cinangsi, saya berencana untuk mengembangkan dan mengangkat potensi perikanan yang ada di Desa Cinangsi. Walaupun di Desa Cinangsi memiliki kontur tanah yang labil, akan tetapi hal tersebut tidak mengurungkan niat saya untuk mengembangkan potensi perikanan yang ada di Desa Cinangsi. Desa Cinangsi masih banyak lahan luas yang tidak dipergunakan dan hal itu dapat dimanfaatkan untuk budidaya ikan lele di kolam terpal.

Budidaya ikan lele di kolam terpal tidak membutuhkan biaya yang besar dan sifatnya tidak permanen. Masyarakat yang tidak mempunyai lahan yang cukup untuk pertanian ataupun peternakan dapat mencoba untuk membudidayakan ikan lele di kolam terpal. Ikan lele yang dibudidayakan biasanya dari jenis ikan lele sangkuriang dan lele dumbo. Di Desa Cinangsi belum ada yang mencoba teknik budidaya ini dan belum ada agen yang menjual ikan lele. Dengan demikian, hal tersebut menjadi peluang emas bagi masyarakat, melihat belum adanya persaingan dalam bidang ini.

Hasil panen ikan lele dapat diolah menjadi abon ikan, nugget lele, maupun dijual dalam keadaan segar. Budidaya hingga pasca panen ikan lele dapat melibatkan masyarakat setempat yang tidak mempunyai mata pencaharian, sehingga secara tidak langsung dapat membuka lapangan pekerjaan walaupun sifatnya tidak besar.

Hal lain yang akan saya lakukan jika menjadi pembudidaya ikan adalah bekerja sama dengan petani melakukan mina padi. Mina padi adalah metode gabungan dari pertanian dan perikanan, yaitu menanam padi dan budidaya ikan dalam satu lahan. Ikan yang di budidayakan menggunakan tekhnik mina padi biasanya ikan mas (Cyprinus carpio) dan ikan nila (Oreochromis niloticus). Masa panen ikan tergantung oleh masa panen padi yang biasanya berumur 100 hari. Ikan yang dihasilkan berupa baby fish. Keuntungan lain dengan adanya teknik mina padi adalah padi yang ditanam mendapatkan unsur hara atau nutrisi lebih yang didapat dari kotoran ikan dan hama yang menyerang padi berkurang. Selain itu, teknik mina padi juga menguntungkan bagi ikan, karena ikan mendapatkan pakan alami yang terdapat di sawah, sehingga pertumbuhan dan daya tahan tubuh ikan menjadi baik, serta tidak ada residu bahan kimia yang terdapat di tubuh ikan karena tidak diberi pakan buatan.

Membuat kolam pemancingan adalah hal terakhir yang saya rencanakan untuk mengembangkan potensi perikanan di Desa Cinangsi. Setelah melakukan survey kepada masyarakat, ternyata masyarakat di Desa Cinangsi mayoritas gemar memancing. Akan tetapi, kolam pemancingan di Desa Cinangsi hanya sedikit jumlahnya. Maka dari itu, membuat kolam pemancingan adalah salah satu peluang emas untuk mengembangkan atau meningkatkan potensi perikanan di Desa Cinangsi.

Dengan demikian, dari penjelasan yang sudah saya sampaikan, s